PANAS
I. PENDAHULUAN
Pengendalian mutu merupakan salah satu factor kunci keberhasilan hasil pelaksanaan
pekerjaan ke PU-an, dalam hal ini pekerjaan jalan raya. Dengan pengendalian mutu yang baik
akan diperoleh hasil pekerjaan yang memberikan kinerja yang baik dan dapat memberikan
pelayanan sesuai dengan umur rencana.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memberikan informasi tentang hal-hal yang pokok
yang perlu dilakukan dalam pengendalian mutu suatu pekerjaan jalan raya, khususnya dalam
hal pekerjaan pelapisan dengan campuran beraspal.
Pengendalian mutu yang dibahas diarahkan kepada suatu sistem jaminan mutu dimana setiap
tahapan pekerjaan harus berpedoman kepada suatu prosedur kerja. Prosedur-prosedur kerja
tersebut dilengkapi dengan check list sehingga memudahkan pengontrolan pelaksanaan baik
dilokasi pencampuran, pengangkutan dan di lokasi pelapisan. Pembahasan dikelompokkan
menjadi dua, yaitu pengendalian mutu di Base Camp dan pengendalian mutu di Lapangan.
II.1. Laboratorium
II.3. AMP
Sesuai dengan komponen yang tersedia, terdapat dua jenis AMP, yaitu (1) AMP jenis
menerus dan (2) AMP dengan penakaran ( batch ). Tipikal keduanya diperlihatkan pada
gambar di bawah ini. Di Indonesia jenis yang banyak digunakan adalah jenis batch,
karena pengendaliannya relatife lebih mudah
Komponen –komponen yang terdapat dalam AMP adalah sebagai berikut :
a. Cold bins
Bagian pertama dari AMP adalah cold nins, yaitu tempat penyimpanan agregat kasar,
agregat halus dan pasir. Jenis atau tipe cold bins yang umum dikenal adalah : (1) Jenis
ban berjalan yang menerus ( continuous belt type ), (2) Jenis yang getarkan
( Vibratory type ), dan (3) Jenis mengalir apro ( Apron ) flow type.
Kontinuitas aliran material dari cold bins ini sangat berpengaruh terhadap produksi
campuran beraspal, untuk itu perlu pengendalian mutu yang ketat pada cold bins.
Check list pada cold bins meliputi :
• Gradasi agregat. Perubahan gradasi dapat disebabkan karena perbedaan quari atau
supplier. Jika terjadi perubahan gradasi agregat maka harus dilakukan pembuatan
JMF kembali.
• Kondisi dari tiap cold bins. Pencampuran agregat antar bin yang berdekatan dapat
dicegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih.
• Kalibrasi bukaan cold bins.
• Bukaan cold bins. Bukaan cold bins kadang-kadang tersumbat jika agregat halus
basah, agregat terkontaminasi tanah lempung, atau penghalang lain yang tidak
umum seperti batu dan kayu.
• Kecepatan conveyor dan pengontrolan aliran agregat dan membuang material yang
tidak perlu.
b. Dryer
Dari cold bins agregat dibawa ke dryer yang mempunyai fungsi : (1) menghilangkan
kandungan air pada agregat, dan (2) memanaskan agregat sampai suhu yang
disyaratkan. Check list yang diperlukan pada bagian ini meliputi :
• Alat pengukur suhu.
• Pemeriksaan suhu pemanas.
• Pemeriksaan kadar air secara cepat ; ambil contoh secukupnya, kemudian lewatkan
cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Amati jumlah kadar air
yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula.
c. Hot Screen
Setelah agregat dikeringkan dan dipanaskan, agregat diangkat dengan hot elevator
untuk disaring dengan saringan bergetar dan dipisahkan dalam beberapa ukuran.
Saringan pertama dengan ukuran terbesar berfungsi membuang agregat yang oversize.
Umumnya pada proses penyaringan ini terjadi pelimpahan agregat, misalnya yang
semestinya masuk ke hot bin I tertapi terbawa ke hot bin II. Pelimpahan ini pada
kondisi normal terjadi kurang dari 5 % dan cenderung konstan sehingga tidak terlalu
mengganggu kualitas produksi. Akan tetapi prosentase tersebut dapat bertambah jika
lubang saringan tertutup agregat, kecepatan produksi ditambah sehingga agregat yang
disaring bertambah sementara efisiensi operasi penyaringan tetap, agregat halus basah
sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan agregat halus tersebut akan
menggumpal dan masuk ke hot bin yang tidak semestinya. Kemungkinan lain adalah
lubang-lubang pada saringan sudah ada yang rusak, sehingga beberapa agregat masuk
ke hot bin yang tidak semestinya.
Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan gradasi dan kadar
aspal secara serius. Check list yang perlu dilakukan pada bagian ini adalah :
Pengecekan harian secara visual pada kebersihan dan kondisi saringan.
d. Hot Bins
Jika agregat halus masih menyisakan kadar air ( karena burner / dryer kurang baik )
setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus ( debu ) akan menempel dan
menggumpal pada dinding hot bin dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersbut dapat
menyebabkan perubahan kecil pada gradasi agregat, yaitu penambahan material yang
lolos saringan No. 200 ( 0,075 mm ).
e. Weigh Hopper
Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu pencapaian
berat hot bin sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat tersebut dan
melakukan pengecekan aliran material mulai dari cold bin. Akan tetapi jika ketidak
seimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka dapat dipastikan akan
terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing-masing hot bin tidak sesuai.
Check list yang dilakukan pada bagian ini adalah :
• Kalibrasi timbangan, termasuk timbangan aspal.
• Weigh box tergantung bebas
• Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.
f. Pugmill
Dalam pugmill terjadi dua jenis pencampuran, yaitu pencampuran kering dan
pencampuran basah ( setelah ditambah aspal ). Lamanya pencampuran kering
diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan degradasi agregat, umumnya 1
atau 2 detik.
Pencampuran basah juga diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari degradasi
dan oksidasi. Jika agregat kasar ( tertahan saringan No. 4 ) telah terselimuti aspal maka
pencampuran basah dihentikan, karena dapat dipastikan agregat halus juga telah
terselimuti aspal ( ASTM D 2489, derajat penyelimutan aspal dilihat dari agregat yang
tertahan No. 4 ).
Umumnya waktu pencampuran kurang dari 30 detik. Check list yang dilakukan pada
bagian ini adalah :
• Temperatur aspal ( pada tangki aspal )
• Lamanya pencampuran
• Tampak visual campuran yang keluar dari pugmill. Apakah campuran merata,
terselimuti aspal, aspal menggumpal, atau pugmill bocor.
Pemeriksaan terhadap hasil produksi sangan diperlukan untuk mengetahui secara dini
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat diperbaiki dengan segera.
Penyimpangan dan penyebabnya dipresentasikan pada table 1.
A
A
A
A
Aggregates too wet
A
A
Inadequate Bunker Separation
A
A
A
Aggregate Feed Gates not Properly Set
A
A
A
A
Over-Rated Dryer Capacity
A
A
A
A
Dryer set Too Sleep
A
A
A
A
A
A
A
A
Improper Dyer Operation
A
A
A
A
A
A
A
Temp. Indicator Out of Adjustment
A
A
A
A
Aggregate Temperatur Too High
B
Worn Out Screens
B
B
B
B
Faulty Screen Operation
B
B
B
Bin Over lows Not Functioning
B
B
A
B
Leaky Bins
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
Improper Weighing
B
B
B
B
A
A
A
A
A
A
A
A
Insufficient Asphalt
A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
Faulty Sampling
Gray
Large
Truck
Truck
Truck
Truck
Truck
Formula
in Truck
Uniform
One side
Uncoated
Aggregate
Mix Formula
Mixture Burned
Difficult to Maintain
Encountered in
Mixture Steams in
Not Check Job Mix
Uniform Temperaturs
Gradation
Mixture Smokes in
Mixture Fiallens in
Producing Plant Mix
Types of Deficiencies
Pemeriksaan temperatur merupakan hal penting pada setiap proses produksi campuran panas.
Dengan cara visual temperatur campuran panas dapat diamati di atas dump truck. Jika
berasap biru berarti terjadi overheating ( terlalu panas ), dan jika menggumpal atau tidak
uniform berarti underheating ( kurang panas ).
Meskipun telah dilakukan pemeriksaan secara visual, pemeriksaan dengan alat juga harus
dilakukan. Pemeriksaan tersebut meliputi :
• Pemeriksaan temperatur diatas dump truck.
• Pengambilan sample untuk pengujian sifat-sifat fisik campuran ( ekstraksi, analisa
saringan, Marshall, kepadatan, dll ). Umumnya pemeriksaan tersebut dilakukan tiap
200 ton produksi atau minimum 1 kali dalam satu hari.
( Metoda pengambilan contoh uji dan pengujiannya, dijelaskan pada makalah yang lain ).
2. Stockpile
• Kebersihan agregat
• Segragasi dan degradasi
• Perubahan gradasi karena quari atau suplier berubah
• Mineral filler dijaga tetap kering
3. Cold Bin
• Kalibrasi bukaan cold bin
• Kelengkapan cold bin, seperti penggetar untuk tipe vibratory
• Pemisah antar cold bin agar agregat tidak bercampur ( degradasi )
• Kontinuitas aliran material
Untuk area yang luas, akan lebih efektif menggunakan Cold Milling. Alat ini akan
menggaruk perkerasan lama dengan kedalaman maksimum sampai 15 cm dan lebar
1,5 m tergantung tipe alat.
• Pemeriksaan kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan. Jika diperlukan
dapat dilakukan pekerjaan leveling terlebih dahulu. Pekerjaan leveling akan lebih
optimal jika dilakukan dalam beberapa lapisan, sehingga penurunan setelah
pemadatan dapat diketahui dengan baik.
Untuk penghamparan diatas lapis pondasi agregat, harus diperhatikan hal-hal sebagai beikut :
• Kepadatan lapis pondasi sesuai persyaratan.
• Kerataan permukaan lapis pondasi bawah toleransi yang diijinkan.
• Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik, dan lain-lain.
Kuantitas Prime coats yang digunakan sangat tergntung pada jenis aspal yang
digunakan umumnya berkisar 1 lt/m2. Lama waktu pengeringan kira-kira 24 jam,
meskipun demikian kadang-kadang terdapat prime coat yang berlebih. Prime coats
yang berlebih dapat mengakibatkan bleeding, untuk itu pada daerah yang berlebih
ditabur dengan pasir dan kemudian pasir yang telah dilekati aspal dibuang.
Tack coat mempunyai kegunaan memberi daya ikat antara lapis lama dengan baru,
dan dipasang pada permukaan yang kering. Tack coat umumnya dipasang pada hari
yang sama dengan penghamparan campuran beraspal. Meskipun demikian tidak
diperkenankan melakukan overlay pada saat tack coat masih basah.
Untuk memperoleh hasil yang merata sebaiknya digunakan asphalt distributor.
Sebelum pemakaian diuji coba terlebih dahulu ( sudut nozzle, ketinggian,
kecepatan kendaraan ) sehingga diperoleh ketebalan yang sesuai dengan
persyaratan.
Pengendalian mutu dilakukan dengan meletakkan karton persegi empat yang telah
diketahui beratnya. Karton diletakkan diatas permukaan dan kemudian dilewati
oleh asphalt distributor/sprayer. Berat karton dengan lapis ikat dikurangi berat
karton semula merupakan berat lapis ikat per m2. ( jika luas karton 1 m2 ).
III.2. Paving Equipment
Untuk pekerjaan pelapisan campuran beraspal diperlukan
1. Finisher
Secara garis besar bagian-bagian yang terdapat pada finisher adalah sebagai berikut :
• Power Unit
Untuk menjamin peralatan berfungsi dengan baik, beberapa item harus dicek,
yaitu sebagai berikut :
– Roda atau tracks ( rantai baja ); jika finisher menggunakan roda karet, maka
tekanan roda harus diperiksa dan sama untuk setiap roda. Jika menggunakan
tracks harus terpasang dengan baik dan tidak terlalu kencang. Tekanan roda
yang kurang atau pemasangan tracks yang kurang kencang dapat mengganggu
pergerakan finisher dan berakibat hasil penghamparan tidak merata.
– Mesin, Hopper, Flow gates ; Kontraktor harus menjamin bagian ini bekerja
dengan baik, untuk mencegah kerusakan ditengah jalan dan menjaga
kontinuitas aliran campuran beraspal.
• Screed Unit
Bagian ini mempunyai dua fungsi utama yaitu ; (1) penghamparan campuran
beraspal dengan tebal dan kerataan yang sesuai, dan (2) memberikan pemadatan
awal.
Bagian-bagian dari unit ini adalah; screed tow arms, screed plate, heating unit,
tamping bars atau vibratory.
– Heating unit ; Screed dilengkapi dengan pemanas yang berfungsi memanaskan
screed plate pada awal operasi. Jika screed plate tidak dipanaskan pada awal
operasi, maka hasil penghamparan campuran beraspal akan tampak kasar dan
bertekstur terbuka, seperti halnya campuran yang terlalu dingin.
– Tamping bars type ; memadatkan dan menyalurkan campuran beraspal ke
screed plate untuk memperoleh ketebalan yang diinginkan.
– Vibratory type ; operasinya mempunyai prinsip yang sama dengan tamping
bar, kecuali usaha pemadatannya dihasilkan dari electric vibrators. Frekuensi
dan amplitude harus diatur sesuai dengan jenis paver, ketebalan, kecepatan
dan karakteristik campuran beraspal.
2. Dump Truck
Dump truck yang digunakan dapat berupa single axle atau tandem axle, prinsip yang
penting pada saat campuran beraspal di tumpahkan ( dumping ) ke finisher adalah :
• Pada saat dumping, dump truck tidak mendorong finisher.
• Pengisian tidak berlebih atau berceceran. Jika memungkinkan dump truck didorong
oleh finisher sambil menurunkan muatannya secara perlahan. Untuk itu roda
finisher sebaiknya berupa rantai baja dan mempunyai kekuatan dorong yang cukup.
Insufficient Asphalt
Mixture too Coarse
X X X X Bleeding
X X X Brown. Dead Appearance
X X X X X Rich or Fat Spots
X X X X X X X X X X X Poor Surface Texture
X X X X X X X X X X X X Rough Uneven Surface
X X X X X X X X X X Honeycomb or Raveling
X X X X X X X Uneven Joints
X X X X X Roller Marks
X X X X X X X X X X Pushing or Waves
X X X X Cracking ( Many Fine Cracks )
X Cracking ( Large Long Cracks )
X X X X X Rocks Broken by Roller
X X X X X X X X X Tearing of Surface During Laying
X X X X X X X X X Surface Slipping on Base
III.5. Prosedur Pemadatan
1. Prinsip Pemadataan
Pada ssat pemadatan terjadi 3 gaya utama, yaitu gaya tekan alat pemadat, gaya tahan
pada campuran beraspal yang baru dihampar, dan gaya tahan pada lapisan di
bawahnya yang telah stabil ( lapis pondasi agregat atau existing lapis beraspal ). Untuk
memperoleh pemadatan yang baik, maka gaya tahan lapisan yang telah stabil harus
seimbang dengan gaya tekan alat pemadat. Atau dengan kata lain campuran beraspal
seolah-olah mendapat gaya tekan dari atas dan bawah. Jika lapisan yang stabil ( lapis
pondasi agregat atau existing lapis beraspal ) belum cukup padat maka kepadatan
campuran beraspal kemungkinan tidak akan tercapai sesuai persyaratan.
2. Factor yang mempengaruhi kemudahan pemadatan
Factor-faktor yang mempengaruhi kemudahan pemadatan adalah sebagai berikut :
• Sifat-sifat campuran ( agregat, aspal dan temperatur ); tekstur dan bentuk agregat
sangat mempengaruhi kemudahan pemadatan, sabagai contoh penambahan pasir
alam akan memudahkan pemadatan. Aspal bersifat sebagai pelumas, pada suhu
yang dingin aspal kurang encer ( lebih viscous ). Maka aspal dengan viskositas
yang tinggi akan relatif lebih sulit dipadatkan. Kadar aspal juga mempengaruhi
kemudahan pemadatan, kadar aspal yang tinggi relatif lebih mudah dipadatkan.
Pengaruh temperatur ada hubungannya dengan viskositas aspal, untuk viskositas
aspal yang berbeda maka berbeda juga temperatur pemadatannya. Pemadatan pada
temperatur yang tidak sesuai dapat menyebabkan retak rambut.
• Kondisi lingkungan; kelembaban, kecepatan angin dan temperatur lingkungan
mempengaruhi kecepatan penurunan temperatur campuran beraspal.
• Ketebalan lapisan ; semakin tebal lapisan campuran beraspal maka pemadatannya
relative semakin sulit ( diperlukan usaha yang relative lebih ).
3. Alat pemadat
Alat Pemadat yang digunakan untuk memadatkan campuran beraspal panas adalah :
• Tandem roda baja; digunakan untuk pemadatan awal ( breakdown rolling ) atau
pemadatan akhir ( finish rolling ). Untuk pemadatan akhir harus digunakan tandem
dengan berat 8 – 10 ton.
• Roda karet ( pneumatic – tired ); digunakan untuk intermediate rolling. Gambar 9
memperlihatkan distribusi gaya yang dihasilkan oleh alat ini. Alat pemadat ini
merupakan alat pemadat utama dalam pemadatan campuran beraspal. Kepadatan
campuran beraspal diperoleh setelah beberapa kali lintasan, jumlah lintasan sesuai
dengan hasil percobaan pemadatan. Tekanan roda berkisar 483 – 517 kPA saat
dingin dan 620 kPA saat panas.
4. Prosedur pemadatan
Pemadatan campuran beraspal dilakukan dalam tiga operasi yang terpisah, seperti
berikut ini :
– Pemadatan awal ( breakdown rolling ) ; menggunakan pemadat besi atau pemadat
roda karet. Dimulai kurang lebih 0 – 10 menit setelah penghamparan.
– Pemadatan utama ( main rolling ); menggunakan pemadat roda karet. Dimulai
kurang lebih 5 – 15 menit setelah penghamparan.
– Pemadatan akhir ( finished rolling ); menggunakan pemadat besi. Dimulai tidak
lebih dari 45 menit setelah penghamparan.
Terdapat dua cara pemadatan berdasarkan ketebalan dari lapisan yang dipadatkan :
a. Pemadatan pada campuran beraspal yang tipis ( kurang dari 5 cm )
Urutan cara pemadatannya adalah sebagai berikut :
– Sambungan melintang
– Ujung tepi
– Breakdown rolling mulai dari daerah yang terendah
– Intermediate rolling mulai dari daerah yang terendah
– Finished rolling
b. Pemadatan pada campuran beraspal yang tebal ( kurang dari 10 cm )
Urutan pemadatannya adalah sebagai berikut :
– Sambungan melintang
– Breakdown rolling mulai dari 30 – 40 cm dari tepi yang lemah
– intermediate rolling mulai dari daerah yang terendah
– finished rolling
1. Pekerjaan persiapan
• Kesiapan permukaan ( lubang telah ditambal dan lain-lain )
• Kerataan ( bila perlu dilevelling terlebih dahulu )
• Lapis di bawahnya telah memenuhi persyaratan ( kepadatan dan kerataan )
• Prime coats atau tack coats