Anda di halaman 1dari 11

PROSES PEMBUATAN ASPAL JALAN ( ASPHALT MIXING PLANT)

Pada kali ini penulis akan membahas uraian proses produksi aspal sebagai bahan

perkerasan konstruksi pada unit asphatl mixing plant secara ringkas dan keseluruhan dari

mulai kelengkapan bahan baku, proses produksi sampai bahan jadi selama melakukan kerja

praktek di PT. Xxx. Bagan alur proses produksi aspal beton dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar Bagan Alur Proses Produksi Aspal Beton.

1. Persiapan Bahan Baku

Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan

permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-

batuan pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah lainya, kemudian batu–

batuan tersebut diproses melalui mesin perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan

beberap jenis agregat sesuai dengan yang di inginkan. dalam perkerjaan kosntruksi menurut
standar SNI (Satandar Nasional Indonesia) tentang penggunaan agregat yang diproduksi

adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2, ¾ inch, dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya

disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan sebagian di simpan pada bin-bin penampung

bahan baku untuk pembuatan aspal beton pada unit AMP (Aspal Mixing Plant). Bahan baku

batu pecah/agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.

2. Bahan Baku Aspal


Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu dengan
yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu, kuat, keras dan
tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan ialah aspal emulsi yang
diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi. diimpor dari berbagai produsen yang ada di
dalam maupun luar negeri. Aspal emulsi dapat dilihat pada Gambar dibawah.

Gambar Aspal Emulsi


3. Filler.
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan aspal yang
berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton yang disebabkan
karena kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit timbangan. Bahan pengisi yang
ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime),
semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan pengisi
yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-1968-1990 harus mengandung
bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap
beratnya. Batu kapur (limestone dust) sebagai filler bahan pengisi pori-pori pada aspal
dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar Filler

4. Bin dingin

Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-tiap fraksi

mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam memproduksi

campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal Mixing Plant) adalah bin

dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat kasar, agregat sedang, agregat halus dan

pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3 sampai 5 bak penampung (bin). Masing-

masing bin berisi agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah

satu sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan

rencana campuran kerja (RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah
antara bin. Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi

masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah

masing-masing bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak boleh

berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat. Bin dingin (cool bin) yang

digunakan dapat dilihat pada Gambar berikut

Gambar Bin Dingin (cool bin)

5. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer

Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unit stone crusher yang

kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai dengan ukuran masing-

masing selanjutnya disuplai atau diangkut menuju dryer dengan menggunakan belkonveyor

untuk dikeringkan dengan unit dryer tujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar

air harus seminim mungkin karena kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal

nantinya. Proses pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di dalam

kilen yang berputar dengan suhu ±1500 C proses pembakaran dengan menggunakan bahan
bakar solar lama pembakaran ini belangsung selama ± 45 detik dengan kapasitas ± 80

ton/jam.

Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar diperoleh

campuran beraspal yang memenuhi syarat, yaitu antara lain:

1. Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan.


Perubahan kuantitas agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari pengaturan
bukaan bin dingin dapat menyebabkan pemanasan berlebih (jumlah agregat yang
masuk berkurang sementara panas pembakar tetap).
2. Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap yang
keluar dari cerobong asap adalah putih dan nyala api pembakaran berwarna biru.
Warna asap yang hitam menandakan pembakaran tidak sempurna. Contoh dari
akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah, pada saat pengambilan agregat dari
hot bin, agregat terlihat berwarna hitam terselimuti jelaga. Akibat dari hal tersebut
aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan juga tidak dapat melekat dengan
baik ke agregat.
3. Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu dilakukan
pemeriksaan kadar air secara cepat; diambil contoh secukupnya, kemudian
dilewatkan pada cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Diamati
jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula. Agregat
yang masih mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal ke agregat,
sehingga campuran beraspal berprilaku seolah-olah kelebihan aspal. Unit dryer yang
ada pada PT. Xxxx dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar Unit Dryer


6. Pengumpul Debu (dust collector).

Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara

di lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas buang yang keluar dari sistem pengering

ditambah dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul

debu. Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya

polusi udara, dan ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap

rumah di sekitar lokasi AMP (Aspal Mixing Plant). Pada PT. Bahtera Karang Raya yang

digunakan adalah sistem pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector), debu

yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga partikel berat akan terjatuh ke

bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel berat tersebut

kemudian dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung terlihat jelaga

yang mengambang dengan jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi

pembakaran yang tidak sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak

diinginkan maka dilakukan koreksi atau perbaikan pada pengering (dryer). Gamabr

Pengumpul debu (dust collector) dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar Pengumpul Debu (dust collector)


7. Proses Pemisahan Agregat Pada Hot Screen.

Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer selanjutnnya di bawa

oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan pemisahan pada hot screen,

peroses pemisahan agregat ini adalah dengan cara gravitasi agregat dijatuhkan pada

ayakan/screen yang dirancang sedikit miring agar dapat mengayak atau memisahkan

agregat sesuai dengan ukurannya masing-masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu

vibrator yang berfungsi untuk menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal.

Agregat yang telah disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit

hot bin guna untuk menampung sementara agregat yang akan masuk pada timbangan.

Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran yang

berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran butir agregat

maksimum 19 mm adalah :

1. Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya lebih

besar (oversize) dibuang ke saluran pembuangan.

2. Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19 mm

sampai 12,5 mm masuk ke bin 1.

3. Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5 sampai

dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.

4. Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75

sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos saringan 2,36

mm masuk ke bin 4. Alat hot screen dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar Hot Screen

8. Bin panas (hot binn)

Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran (batch). Pada

AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi

dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang serta mempunyai tinggi

yang tepat sehingga mampu menampung agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang

telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas

harus dipasang saluran pipa untuk membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas

yang dapat dioperasikan secara manual atau otomatis. Jika agregat halus masih

menyisakan kadar air (pengering kurang baik) setelah pemanasan, maka agregat yang

sangat halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan akan

jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat,

yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 2000.

9. Timbangan

Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah masing-masing

agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses penimbanga dilakukan

dengan sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan digunakan timbangan telebih

dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat biasanya timbangan dikalibrasi dengan
bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga

timbangan tidak akan akurat/ tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di

bawah 10 kg.

Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat perhatian

antara lain sebagai berikut :

1. Kalibrasi timbangan.

2. Weigh box tergantung bebas.

3. Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).

Timbangan agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 3.9 Timbangan

9. Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.

Dalam proses pencampuran aspal ini penulis menjelaskannya secara terperinci pada BAB 4

sebagai tugas khusus yang berkaitan dengan proses pemanasan aspal dan pencampurannya

pada mixer

10. Proses Akhir Mixer.

Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah dipanaskan dan

telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan selanjutnya

dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas menggunakan sistem hidrolik

yang dikendalikan secara otomatis/manual.


Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat panas,

aspal, dan filler dengan suhu ± 1500C cara pengadukan dilakukan dengan memutar poros

pengaduk dengan menggunakan motor listrik lama pengadukan antara 30-40 detik

pengadukan dengan kapasitas 800 kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah sehomogen

mungkin dicampurkan maka akan dituang langsung ke dalam truk pengankut dengan cara

membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah mixer dengan control hidrolik.

Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu ± 1500C dan setiap jamnya

suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50C. Alat mixer dapat dililat pada Gambar berikut

Gambar Mixer

11. Tenaga penggerak (genset).

Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP sumber tenaga

utamanya adalah generator set atau genset. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin

diesel. Kekuatan atau kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA (Kilo Volt Ampere) cukup

untuk melayani kebutuhan motor-motor listrik yang dipakai serta peralatan-peralatan lain

yang memakai tenaga listrik dan untuk penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran

listrik harus tertutup untuk mencegah arus pendek serta untuk keamanan

lingkungan. Genset yang dipergunakan pada unit Asphalt Mixing Plant dapat dilihat pada

Gambar berikut:
Gambar Genset

Anda mungkin juga menyukai