Anda di halaman 1dari 122

MODUL AKUNTANSI

1
MANAJEMEN

BAB I
KONSEP AKUNTANSI MANAJEMEN

 Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Memahami arti akuntansi manajemen
2. Membedakan antara akuntansi manajemen dengan akuntansi keuangan

Akuntansi manajemen merupakan cabang akuntansi yang memasok informasi yang


dibutuhkan oleh para manajer guna pengambilan keputusan rutin maupun keputusan
khusus.Para manajer merupakan orang-orang dalam di sebuah organisasi, dan yang
bertanggung jawab mengarahkan serta mengendalikan kegiatan-kegiatannya.

1. Organisasi dan Tujuannya


Organisasi adalah sekelompok orang dengan karakteristik sebagai berikut :
 Mereka mempunyai tujuan bersama
 Ada pembagian tenaga kerja yang jelas
 Segmen-segmen organisasi diintegrasikan dengan sistem pengambilan keputusan
berdasarkan informasi
 Kelompok orang yang memiliki kesinambungan sepanjang waktu

Organisasi tidak dapat berjalan mulus tanpa adanya manajemen. Manajemen


merupakan kalangan pimpinan organisasi . Di dalam manajemen terdapat hierarki
manajer dimana direktur utama bertengger di puncak dan manajer unit bisnis maupun
departemen seksi berada di bawahnya. Pada hakikatnya manajer menjalankan empat
fungsi pokok di dalam organisasi :
 Perencanaan : Perusahaan yang sukses senantiasa mempersiapkan masa
depannya dengan menentukan secara cermat tujuan-tujuann financial maupun
nonfinansialnya melalui fungsi perencanaan.
 Pengorganisasian dan pengarahan : Dalam fungsi pengorganisasian (organizing),
manajer memutuskan bagaimana caranya memadukan sumber daya manusia dan
MODUL AKUNTANSI
2
MANAJEMEN

sumber daya lainnya yang dimiliki oleh organisasi, sehingga rencana organisasi
dapat digulirkan.
Dalam fungsi pengarahan (directing), manajer mengawasi aktivitas harian dan
menjaga supaya organisasi tetap berfungsi dengan baik.
 Pengendalian (Controlling): Merupakan proses pemastian bahwa rencana
manajemen diterapkan secara berhasil.
 Pengambilan Keputusan : Fungsi pengambilan keputusan merupakan inti proses
manajemen. Dalam pengambilan keputusan, manajer berusaha membuat pilihan
rasional di anatara alternatif yang tersedia.

2. KEGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI


Informasi adalah data yang sudah diolah ke dalam suatu bentuk yang bermakna
bagi penerima dan yang nilainya riil atau dirasakan bagi tujuan yang dikehendaki,
sejauh berguna bagi akuntan manajemen.
Informasi akuntansi manajemen dikelola dalam suatu sistem, yaitu sistem
informasi akuntansi manajemen. Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem
informasi yang menghasilkan output dengan menggunakan input dan memprosesnya
untuk mencapai tujuan khusus manajemen.Tidak ada suatu kriteria formal yang
menjelaskan sifat dari input atau proses, bahkan ouput dari sistem informasi akuntansi
manajemen. Kriteria tersebut bersifat fleksibel dan tergantung pada tujuan tertentu
yang hendak dicapai manajemen. Sistem akuntansi manajemen mempunyai tiga tujuan
utama:
1. Menyediakan informasi untuk pembiayaan jasa, produk dan obyek lain yang
menjadi kebutuhan/kepentingan manajemen.
2. Menyediakan informasi untuk perencanaan, pengendalian, pengevaluasian dan
perbaikan berkelanjutan.
3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
MODUL AKUNTANSI
3
MANAJEMEN

Mengingat pentingnya informasi akuntasi manajemen ini, manajer dan penguna


lainnya harus mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Apapun bentuk
orgasasinya, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa, manajer harus
memiliki kemampuan yang cukup dalam menggunakan informasi akuntansi.

Gambar 1.1
Hubungan Laporan Akuntansi dengan Keputusan Manajemen

Kegiatan Bisnis

Laporan

Neraca Laba - Rugi Arus Kas

Keputusan

LABA
Rutin Khusus
(Kelangsungan hidup
(Operasi) (Investasi)
Bisnis)

3. Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan


Secara garis besar, akuntansi dibagi ke dalam akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen.Tujuan utama akuntansi keuangan adalah untuk menyajikan informasi
kepada pihak eksternal perusahaan, misalnya investor dan kreditor.Adapun tujuan
akuntansi manajemen adalah menyajikan informasi kepada pihak internal, yaitu
manajemen perusahaan.Sistem informasi akuntansi pada suatu organisasi juga
memiliki dua subsistem utama, yaitu sistem akuntansi keuangan dan sistem akuntansi
manajemen. Di lain pihak, sistem informasi akuntansi merupakan subsistem dari
sistem informasi manajemen perusahaan secara keseluruhan.
MODUL AKUNTANSI
4
MANAJEMEN

Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki kesamaan, yaitu:


 Keduanya dibangun atas dasar pertanggungjawaban (stewardship). Manajemen
sebagai wakil perusahaan harus mempertanggungjawabkan keuangan dan
operasional perusahaan kepada semua pihak yang berkepentingan. Akuntansi
keuangan berkaitan dengan operasi perusahaan secara keseluruhan, sedangkan
akuntansi manajemen berkaitan dengan satuan-satuan pertanggungjawaban
untuk menyediakan laporan pertanggungjawaban yang lebih terinci.

 Akuntansi keuangan dan akuntansi pertanggungjawaban dibangun dalam suatu


sistem akuntansi umum, tidak dalam suatu sistem yang terpisah. Selain karena
penyelenggaraan dua sistem yang terpisah dilarang oleh pihak yang berwenang,
hal tersebut juga akan sangat mahal untuk diimplementasikan karena
memerlukan buku-buku akuntansi, waktu dan tenaga ekstra.

Berbagai perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen dapat


dirangkum dalam tabel 1.1berikut ini:
Tabel 1.1

Perbedaan Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan


1. Target pengguna Berfokus pada penyediaan Berfokus pada penyediaan
informasi untuk untuk informasi untuk pengguna
pengguna internal eksternal

2. Batasan input dan Tidak terikat aturan tertentu Pelaporan akuntansi keuangan
harus mengikuti prosedur
proses
akuntansi yang ditetapkan oleh
pihak yang berwenang (Bapepam
& IAI di Indonesia)

3. Target Pengguna Berfokus pada penyediaan Berfokus pada penyediaan


informasi untuk pengguna informasi untuk pengguna
internal eksternal

4. Batasan input dan Tidak terikat aturan tertentu Pelaporan akuntansi keuangan
proses harus mengikuti prosedur
akuntansi yang ditetapkan oleh
pihak yang berwenang (Bapepam
& IAI di Indonesia)
MODUL AKUNTANSI
5
MANAJEMEN

Perbedaan Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan

5. Jenis informasi Informasi keuangan & non Informasi keuangan yang bersifat
keuangan, dimungkinkan objektif
juga informasi yang bersifat
subjektif

6. Orientasi Waktu Menekankan pada informasi Mencatat dan melaporkan


tentang peristiwa di masa peristiwa yang sudah terjadi (data
depan historis)

7. Tingkat Agregasi Evaluasi internal dan Informasi yang disediakan


pembuatan keputusan berfokus pada kinerja perusahaan
dilakukan berdasarkan secara keseluruhan
informasi yang sangat detail

8. Kedalaman Melibatkan aspek ekonomi Lebih spesifik


manajerial, teknik industri
dan ilmu manajemen
(bersifat multidisipliner)

9. Keakuratan vs Tepat Lebih menekankan pada Lebih menekankan pada


waktu ketepatwaktuan keakuratan

10. Verifikasi vs Lebih menekankan pada Lebih menekankan pada


Relevansi relevansi terhadap kemampuan verifikasi
perencanaan dan
pengendalian

4. Perkembangan Akuntansi Manajemen


Sebagian besar prosedur penentuan harga produk (product costing) dan
prosedur akuntansi internal yang digunakan di abad ini dikembangkan pada tahun
1880-1925. Pada tahun 1925, prosedur akuntansi manajemen lebih menitik beratkan
pada penentuan biaya sediaan (inventory costing) untuk pelaporan eksternal. Pada
tahun 1950an – 1960an, dilakukan beberapa usaha untuk meningkatkan pemanfaatan
secara manajerial dari sistem biaya tradisional. Pada tahun 1980an-1990an, diketahui
bahwa banyak praktik akuntansi manajemen tradisional yang sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan manajerial. Tindakan signifikan mulai dilakukan untuk
MODUL AKUNTANSI
6
MANAJEMEN

mengubah konsep dan praktik akuntansi manajemen agar manajemen dapat


meningkatkan mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya dalam lingkungan bisnis
yang semakin kompetitif. Ini menandai dimulainya era akuntansi manajemen
kontemporer.

Fokus Terkini dalam Akuntansi Manajemen


Lingkungan bisnis yang berubah begitu cepat sangat mempengaruhi
perkembangan konsep dan praktik akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen
harus mampu menyediakan informasi yang memungkinkan manajer untuk berfokus
pada nilai pelanggan (customer value), manajemen mutu total (total quality
management), kompetisi berbasis waktu (time based competition) dan pemanfaatan
teknologi informasi.

 Activity Based Management. Manajemen berbasis aktivitas adalah suatu sistem


yang luas dan terintegrasi yang berfokus pada perhatian manajemen terhadap
aktivitas, bertujuan untuk meningkatkan nilai pelanggan dan laba yang dihasilkan.
 Orientasi pada Pelanggan. Orientasi pada pelanggan merupakan perbedaan antara
apa yang diperoleh pelanggan (kepuasan pelanggan) dengan apa yang diberikan oleh
pelanggan (pengorbanan pelanggan)
 Penempatan stratejik. Manajemen biaya stratejik merupakan penggunaan informasi
biaya untuk mengembangkan dan mengidentifikasikan strategi yang lebih baik yang
akan menghasilkan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.
 Kerangka kerja Rantai Nilai
 Rantai Nilai Internal: merupakan rangkaian aktivitas yang diperlukan untuk
mendesain, mengembangkan, memproduksi, memasarkan & mendistribusikan
produk dan jasa kepada pelanggan

 Rantai Nilai Industri: merupakan rangkaian aktivitas penciptaan nilai yang


terhubung mulai dari bahan baku mentah sampai dengan pembuangan produk
akhir oleh pengguna akhir.
MODUL AKUNTANSI
7
MANAJEMEN

Dalam pengelolaan rantai nilai, seorang akuntan manajemen harus mampu


memahami berbagai fungsi bisnis, dari manufaktur sampai dengan pemasaran.
Penekanan pada kualitas ini menciptakan tuntutan atas suatu sistem akuntansi
manajemen yang menyediakan informasi keuangan maupun non keuangan tentang
kualitas.

5. Peranan Akuntan Manajemen


Peran seorang akuntan manajemen dalam organisasi adalah sebagai pendukung
organisasi. Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengukur, menganalisis, menyiapkan, mengintepretasikan dan
mengkomunikasikan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk pengambilan
keputusan. Akuntan manajemen biasanya terlibat secara langsung dalam proses
manajemen sebagai anggota penting dalam tim manajemen, misalnya sebagai
kontroler (kepala bagian akuntansi) dan manajer akuntan biaya. Akuntan manajemen
bertugas membantu orang-orang lini (line position), yaitu pihak yang bertanggungjawab
langsung dalam melaksanakan tujuan dasar organisasi, misalnya manajer bagian
produksi. Dalam hal ini, akuntan manajemen berada dalam posisi staff (staff position),
yaitu posisi yang mendukung tugas lini dan tidak bertanggungjawab langsung terhadap
tujuan dasar organisasi.

6. Perilaku Etis bagi Akuntan Manajemen


Akuntan manajemen bertugas untuk membantu tugas manajer dalam usaha
mereka untuk meningkatkan kinerja ekonomik perusahaan. Namun tujuan tersebut
harus dicapai melalui cara-cara yang sah dan etis. Sistem akuntansi manajemen dapat
dimanfaatkan oleh manajer untuk mendukung perilaku tidak etis yang mungkin
dilakukannya. Oleh karenanya akuntan manajemen harus berpegang pada suatu kode
etik yang akan berperan sebagai kendali dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
Nilai-nilai dasar yang dijadikan dasar dalam penyusunan standar etika bagi akuntan,
antara lain: kejujuran, integritas, komitmen terhadap janji, kesetiaan, keadilan,
MODUL AKUNTANSI
8
MANAJEMEN

kepedulian terhadap sesama, penghargaan terhadap orang lain, kewarganegaraan yang


bertanggung jawab, pencapaian kesempurnaan, dan akuntabilitas/tanggung jawab.
Institute of Management Accountants (IMA) telah memberikan panduan terkait
dengan standar etis dan penyelesaian konflik etis. Standar etika perilaku bagi akuntan
manajemen dijelaskan dalam empat kriteria berikut ini:

a. Kompetensi
 Menjaga tingkat kompetensi profesionalitas yang memadai
 Melaksanakan tugas-tugas profesional sesuai dengan hukum, peraturan dan
standar teknis yang berlaku
 Menyiapkan laporan dan rekomendasi yang lengkap serta jelas setelah
melakukan analisis yang benar
b. Kerahasiaan
 Menahan diri untuk tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh,
kecuali diharuskan secara hukum
 Memberitahukan kepada bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang
berkenaan dengan tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk
menjaga kerahasiaan tersebut
 Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia secara tidak etis dan melawan
hukum, baik secara pribadi maupun melalui pihak ketiga
c. Integritas
 Menghindarkan diri dari konflik kepentingan dan mengingatkans semua pihak
tentang potensi konflik
 Menahan diri dari pelaksanaan kegiatan yang akan menimbulkan keraguan
akan kemampuannya untuk melakukan tugasnya secara etis
 Menolak setiap pemberian, penghargaan dan tanda mata yang dapat
mempengaruhi tindakan
 Menahan diri untuk tidak melakukan campur tangan terhadap legitimasi
organisasi, baik secara aktif maupun pasif
 Mengakui dan mengkomunikasikan keterbatasan pribadi dan profesional
MODUL AKUNTANSI
9
MANAJEMEN

 Mengkomunikasikan informasi yang baik maupun buruk dan penilaian atau


opini profesional
 Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang dapat merugikan profesi
d. Objektifitas
 Mengkomunikasikan informasi secara adil dan objektif
 Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh manajemen
IMA juga memberikan panduan tentang penyelesaian konflik yang berkaitan
dengan masalah etis, yaitu sebagai berikut:
1. Mengikuti kebijakan yang telah ditentukan
2. Untuk konflik etis yang tidak terselesaikan:
 Mendiskusikan konflik dengan atasan langsung atau manajer tertinggi lainnya
yang tidak terlibat konflik
 Mengacu pada Sarbanes Oxley Act (SOA)2002)untuk memberikan
perlindungan hukum terhadap tuduhan kesalahan manajemen perusahaan
 Jika atasan langsungnya adalah CEO (direkur utama), pertimbangkan untuk
melibatkan dewan direktur atau komite audit
 Tetap memelihara kerahasiaan, kecuali dminta secara hukum
 Membahas masalah dalam diskusi yang sifatnya rahasia dengan penasihat
yang objektif
 Berkonsultasi dengan pengacara/penasihat hukum tentang masalah-masalah
yang berhubungan dengan hukum
 Pilihan terakhir adalah mengundurkan diri dari pekerjaan
Masalah etis bukanlah suatu perkara yang bisa kita sepelekan. Standar etis dalam
bisnis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjaga kelancaran fungsi
ekonomi. Tanpa adanya standar etis dalam bisnis, perekonomian dan semua pihak yang
berkepentingan padanya (untuk penyediaan barang, jasa, dan pekerjaan) akan
mengalami kerugian. Mengabaikan etika bisnis akan mengakibatkan semakin rendahnya
MODUL AKUNTANSI
10
MANAJEMEN

kualitas hidup yang ditandai dengan semakin mahalnya harga dan sedikitnya jumlah
barang dan jasa yang tersedia.

7. Sertifikasi
Ada tiga bentuk sertifikasi utama yang tersedia bagi akuntan manajemen, yaitu:
CMA (Certified Management Accountant), CPA (Certified Public Accountant) dan CIA
(Certified Internal Accountant). CMA adalah sebuah sertifikasi yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan khusus bagi akuntan manajemen. Penghargaan terhadap CMA
terus meningkat dan sertifikasi tersebut sekarang sangat diakui oleh dunia industri.
CPA merupakan sertifikasi yang paling tua dan paling terkenal dalam akuntansi,
diharuskan bagi akuntan yang menjadi auditor eksternal. Meskipun tidak berorientasi
pada akuntansi manajemen, namun CPA banyak dimiliki oleh akuntan manajemen. CIA
merupakan sertifikat bagi auditor internal, penting dan juga diakui dalam dunia
industri.

LATIHAN

1. Apa perbedaan antara akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan ; akuntansi


manajemen dengan akuntansi biaya ?
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem informasi manajemen? Jelaskan!
3. Deskripsikan masukan, proses dan keluaran pada sistem informasi manajemen ?
4. Sistem informasi manajemen memiliki tiga tujuan, apa saja? jelaskan !
5. Jenis informasi apa saja yang membutuhkan sistem informasi akuntansi
manajemen ?
6. Pilih salah satu saluran televisi kemudian jabarkan beberapa aktivitas
perencanaan dan pengendalian yang akan dijalankan manajernya.
7. Hal-hal berikut berkaitan dengan akuntansi manajemen.
a. Timbulnya biaya yang berkenaan dengan lingkungan.
b. Menyiapkan laporan yang meringkas biaya yang berkenaan dengan lingkungan.
c. Laporan harga pokok produk yang diproduksi.
d. Penggunaan tenaga kerja langsung.
e. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
f. Menngukur biaya kualitas.
g. Pengukuran biaya desain.
h. Menyediakan informasi untuk perencanaan dan pengendalian
i. Laporan yang menunjukkan trend dari biaya kualitas
MODUL AKUNTANSI
11
MANAJEMEN

j. Menggunakan listrik untuk pembuatan suatu produk


k. Penetapan harga pokok produk dan biaya atas pelanggan
l. Laporan yang membandingkan biaya aktual bahan dengan biaya yang
diperkirakan.
m. Mengukur biaya kerugian penjualan karena cacat produk.
n. Menyediakan informasi biaya untuk pengambilan keputusan.

Diminta:
Klasifikasikan hal-hal diatas ke dalam salah satu kategori berikut:
1. Masukan (input)
2. Proses
3. Keluaran (output)
4. Tujuan Sistem

8. Tindakan-tindakan berikut berhubungan dengan sistem akuntansi perusahaan.


a. Mempersiapkan laporan yang merinci laba dari setiap pelanggan
b. Mempersiapkan laporan laba rugi yang sesuai dengan GAAP
c. Mempersiapkan laporan kas bulanan
d. Secara sukarela melaporkan biaya pengaman pada investor yang ada dan pada
calon investor
e. Penelitian untuk memutuskan bagimana melaporkan fasilitas yang tidak
diasuransikan namun hancur dilanda banjir.
f. Melaporkan trend tingkat produk cacat pada manajer pabrik
g. Menetapkan biaya penghentian produk
h. Menetapkan biaya produksi produk baru
i. Menetapkan biaya piutang ragu-ragu (bad debt dalam neraca)
j. Penilaian biaya paska pembelian
k. Laporan yang menunjukkan trend dari biaya produk bergaransi.
l. Melaporkan nilai saham yang dapat dipasarkan.

Diminta:
Klasifikasikan tindakan-tindakan diatas sebagai tindakan akuntansi manajemen
dan akuntansi keuangan.
MODUL AKUNTANSI
12
MANAJEMEN

BAB II
KLASIFIKASI, KONSEP DAN TERMINOLOGI BIAYA

 Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian dari setiap jenis biaya
2. Mengelompokkan jenis biaya

Pengertian Biaya (Cost), dan Beban (Expenses)


Biaya (cost) adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau
memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan
di masa mendatang. Sejumlah kas yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku akan
menjadi biaya bahan baku tersebut. Demikian juga upah tenaga kerja yang dibayarkan dan
overhead pabrik yang digunakan untuk memproduksi produk jadi merupakan biaya produk
jadi tersebut. Sebelum terjual, produk jadi tersebut merupakan aktiva yang disajikan di
neraca sebesar biayanya. Jika produk jadi tersebut terjual, maka biaya yang melekat
padanya akan disajikan sebagai beban (expense) di laporan rugi laba.

1. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Pabrikasi


Pabrikasi (manufacturing) melibatkan pengubahan bahan baku ke dalam bentuk produk
jadi melalui usaha tenaga kerja dan pemakaian perlengkapan produksi. Biaya pabrikasi
meliputi semua biaya yang terkait dengan proses produksi. Untuk membantu
menajemen menganalisis biaya pabrikasi produknya, biaya pabrikasi pada umumnya
dibagi ke dalam tiga komponen :
 Biaya bahan baku
 Tenaga kerja langsung
 Overhead Pabrikasi
MODUL AKUNTANSI
13
MANAJEMEN

Gambar 1.2
Klasifikasi biaya produk dalam perusahaan pabrikasi

Biaya Bahan Baku


Langsung

Biaya Tenaga Kerja


Biaya Produk
Langsung

Biaya Overhead
Pabrik
Jumlah Biaya

Beban
Penjualan/Pemasar
a
Biaya Periode
Beban umum dan
administrasi

Bahan Baku Langsung


Bahan Baku Langsung adalah bahan baku yang menjadi bagian integral dari produk jadi
dan dapat ditelusuri dengan mudah.
Biaya Bahan baku langsung (Direct Material Cost)adalah adalah biaya dari
komponen-komponen fisik produk .
Bahan Penolong adalah bahan baku yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung
dengan suatu unit produk jadi. Biaya bahan penolong dimasukkan dalam kelompok
Biaya Overhead Pabrik.
Direct material Used ( Bahan baku langsung yang digunakan) adalah bahan baku yang
dikeluarkan dari gudang untuk keperluan produksi.

Tenaga Kerja Langsung


Biaya Tenaga Kerja langsung (Direct Labor Cost) adalah biaya tenaga kerja yang
dapat ditelusuri secara fisik ke dalam pembuatan produk dan bisa ditelusuri tanpa
memakan banyak biaya
MODUL AKUNTANSI
14
MANAJEMEN

Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik adalah biaya pabrikasi selain biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung.
BOP dapat digolongkan menjadi 3 :

1. Biaya bahan Penolong, yaitu biaya bahan baku yang dibutuhkan untuk proses
produksi namun bukan merupakan integral dari produk jadi.
2. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung, yaitu biaya personalia yang tidak bekerja
secara langsung atas produk, namun jasanya diperlukan untuk proses pabrikasi.
3. Biaya Pabrikasi Lain-lain.

Biaya Utama (Prime Cost) adalah jumlah BBB langsung dan BTKL.
Biaya Konversi adalah jumlah BTKL dan BOP.

Biaya Non Pabrikasi


Biaya non pabrikasi adalah biaya yang dikeluarkan dan tidak dapat dikaitkan atau
dibebankan kepada sebuah produk manufaktur.
Biaya Non Pabrikasi :
a. Biaya Pemasaran atau Penjualan
Yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pesanan pelanggan dan
pendistribusian produk jadi atau jasa ke pelanggan.
b. Biaya Umum dan Administratif.
Yaitu semua biaya organisasional dan eksekutif yang tidak dapat dimasukkan secara
logis dalam biaya pemasaran ataupun biaya produksi.

2. KLASIFIKASI BIAYA DALAM PERUSAHAAN DAGANG


Perusahaan dagang adalah perusahaan yang membeli barang dagangan dan menjual
kembali kepada konsumen.
MODUL AKUNTANSI
15
MANAJEMEN

Biaya Produk (dalam perusahaan dagang) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membeli barang dagangan dan kemudian membuatnya tersedia untuk dijual kembali
kepada para pelanggan.
Klasifikasi biaya dalam perusahaan dagang:
1. Biaya Periode (Biaya pemasaran dan Biaya Administrasi &Umum)
adalah semua biaya non pabrikasi yang dikeluarkan untuk menjual produk.
2. Biaya Produk (Pembelian persediaan)
adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sebuah produk.

3. KLASIFIKASI BIAYA DALAM PERUSAHAAN JASA.


Karakteristik Jasa dalam Akuntansi Manajemen
Output yang dihasilkan oleh perusahaan dapat berupa produk berwujud maupun
jasa. Produk berwujud (tangible product) adalah barang yang dihasilkan dengan
mengubah bahan baku melalui penggunaan tenaga kerja dan input modal lainnya.
Contoh: mobil, televisi, komputer, pakaian, dll. Adapun jasa adalah tugas/aktivitas yang
dilakukan bagi pelanggan atau aktivitas yang dilakukan oleh pelanggan dengan
menggunakan produk/fasilitas organisasi. Contoh: perlindungan asuransi, perawatan
kesehatan, akuntansi dan auditing, dll.
Perbedaan antara jasa dengan produk berwujud terlihat dalam keempat dimensi berikut
ini:
1. Ketidakberwujudan (intangibility): jasa tidak dapat dilihat, dirasakan atau didengar
sebelum jasa digunakan.
2. Tidak tahan lama (perishability): jasa tidak bisa disimpan, harus dikonsumsi pada
saat diselenggarakan.
3. Tidak terpisah (inseparability): adanya kontak langsung antara produsen dan
konsumen jasa pada saat penyelenggaraan jasa
4. Keragaman (heterogeneity): adanya peluang variasi yang lebih besar dalam
penyelenggaraan jasa daripada produksi produk
MODUL AKUNTANSI
16
MANAJEMEN

Terdapat dua pertimbangan akuntansi mendasar dalam perusahaan jasa :


1. Biaya tenaga kerja relatif tinggi
2. Tidak ada persediaan untuk dijual
Biaya dalam perusahaan jasa dibagi menjadi dua yaitu:
1. Biaya Langsung
Biaya Langsung adalah biaya yang dapat ditelusuri secara fisik ke produk atau jasa
tertentu
2. Biaya Tidak Langsung
Adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa. Misalnya sewa kantor,
biaya asuransi.

BIAYA–BIAYA UNTUK PERENCANAAN, PENGENDALIAN, DAN PENGAMBILAN


KEPUTUSAN
Klasifikasi yang dipakai manajer untuk menentukan biaya produk dan jasa tidak sama
dengan yang dipakai untuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Dalam hal ini biaya digolongkan menjadi :
1. Biaya langsung dan Biaya Tidak Langsung
2. Biaya Terkendalikan dan Biaya Tidak Terkendalikan
Biaya dianggap sebagai biaya terkendalikan (controllable cost) manakala lapisan
manajemen tersebut mempunyai kekuasaan untuk mengotorisasi biaya.
Dua karakter biaya terkendalikan :
a. Jenjang Organisasi
b. Jangka Waktu
Biaya Tidak terkendalikan adalah biaya yang berada di luar kendali manajer karena dia
tidak dapat mengotorisasikannya.
3. Biaya Bergabung dan Biaya Bersama
Biaya bersama biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat
kepada lebih dari satu aktivitas.
MODUL AKUNTANSI
17
MANAJEMEN

Biaya bergabung adalah biaya tidak langsung dimana bermacam-macam keluaran


berasal dari satu produk.
4. Biaya Relevan dan Tidak Relevan
Biaya disebut sebagai biaya relevan jika mempunyai karakteristik sbb:
a. Berbeda pada waktu dilakukan perbandingan-perbandingan pilihan keputusan.
b. Bernilai saat ini atau di masa yang akan datang.
Biaya Tidak Relevan adalah biaya yang tidak berubah untuk semua alternatif.
5. Biaya Terbenam
Biaya Terbenam adalah biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak dapat diganti dengan
keputusan sekarang atau dimasa yang akan datang.
6. Biaya Diferensial
Adalah perbedaan jumlah biaya diantara dua alternatif.
Karakteristik biaya diferensial:
a. Estimasi biaya di masa yang akan datang
b. Meliputi biaya yang berubah akibat keputusan yang sedang dianalisis.
7. Biaya Kesempatan
Adalah manfaat potensial yang hilang atau dikorbankan pada saat memilih suatu
tindakan yang perlu mengorbankan tindakan yang lain.

LATIHAN

1. Apa tiga unsur utama dari biaya produk dalam perusahaan manufaktur?
2. Jelaskan berikut ini : (a) bahan baku langsung; (b) bahan baku tidak langsung; (c)
tenaga kerja langsung; (d) tenaga kerja tidak langsung; (e) overhead pabrik?
3. Jelaskan perbedaan antara biaya produk dan biaya periode!
4. Bedakan antara (a) biaya variabel; (b) biaya tetap; (c) biaya campuran !
5. Apa efek peningkatan volume terhadap….
a.Biaya tetap per unit ?
b. Biaya variabel per unit ?
c.Biaya tetap total ?
d. Biaya variabel total ?
MODUL AKUNTANSI
18
MANAJEMEN

6. YB Inc.merakit kapal layar dari komponen yang dipasok oleh beragam manufaktur.
Perusahaan berskala sangat kecil dengan toko tempat merakit dan menjual
terletak di daerah pelabuhan. Berikut ini adalah beberapa biaya yang terjadi di
perusahaan.

DIminta :
Untuk setiap biaya, tentukan apakah lebih cenderung dapat diklasifikasikan sebagai
biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan langsung, biaya overhead pabrik, biaya
pemasaran dan penjualan atau biaya administrasi.

a. Gaji karyawan yang membuat kapal layar


b. Biaya iklan di Koran lokal
c. Biaya akumunium yang dipakai di kapal layar
d. Gaji supervisor toko
e. Sewa gedung toko
f. Sewa gedung toko
g. Gaji akuntan perusahaan
h. Komisi penjualan untuk salesman toko
i. Depresiasi peralatan

7. Misalnya anda mendapat pekerjaan selama musim panas di perusahaan yang


membuat alat deteksi radar pesawat komersial. Perusahaan ini dimiliki
perorangan, berusaha untuk mendapatkan pinjaman dari bank karena perusahaan
sedang berkembang. Bank memerlukan laporan keuangan perusahaan sebelum
menyetujui pinjaman banknya.

Klasifikasikan setiap biaya di bawah ini apakah termasuk biaya produk atau biaya
periode untuk tujuan penyiapan laporan keuangan yang ditujukan ke bank.
a. Biaya memori cip yang digunakan
b. Biaya pemanas pabrik
c. Biaya pemeliharaan peralatan pabrik
d. Biaya pelatihan karyawan administrasi yang baru
e. Biaya solder untuk merakit radar set
f. Biaya perjalanan dinas salesman
g. Biaya gaji danupah satpam pabrik
h. Biaya AC untuk ruangan komisaris
i. Biaya gaji dan upah untuk karyawan bagian penagihan
j. Biaya depresiasi peralatan fitness yang digunakan karyawan pabrik
k. Biaya telephone manajer pabrik
l. Biaya pengiriman radar set ke pelanggan
m. Upah pekerja yang merakit radar set
n. Biaya gaji komisaris
o. Biaya premi asuransi karyawan pabrik
MODUL AKUNTANSI
19
MANAJEMEN

BAB III
PERILAKU BIAYA AKTIVITAS
 Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Menyebutkan jenis biaya
2. Menjelaskan perilaku biaya

1. Konsep Perilaku Biaya


Akuntan manajemen harus mampu untuk mengevaluasi setiap jenis biaya untuk
bisa menentukan fungsi biaya (cost function) yang menjelaskan perilaku biaya. Perilaku
biaya (cost behavior) adalah cara suatu biaya berubah dalam hubungannya dengan
perubahan dalam penggunaan aktivitas. Perilaku biaya menggambarkan apakah biaya
input bersifat tetap atau variabel dalam hubungannya dengan perubahan output
aktivitas. Jika biaya jumlahnya tetap, baik ketika aktivitas meningkat maupun menurun,
maka biaya tersebut merupakan biaya tetap. Sebaliknya, jika biaya itu berubah secara
proporsional sesuai dengan perubahan aktivitas, maka biaya tersebut merupakan biaya
variabel.
Gambar 1.3
Model Perilaku BIaya Aktivitas

Berdasarkan perilaku biaya yang muncul, kita dapat membedakan biaya menjadi:
MODUL AKUNTANSI
20
MANAJEMEN

1. Biaya Tetap (fixed cost)


Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan jumlah output.
Misalnya mesin pabrik yang disewa sebesar Rp15.000.000 selama 1 tahun dan
memiliki kapasitas produksi 240.000 unit/tahun.
2. Biaya Variabel (variable cost)
Biaya variable adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah, dipengaruhi oleh
perubahan jumlah output. Misalnya mesin pabrik yang digunakan untuk produksi
menggunakan daya listrik 0,1 KWH, tarif 1 KWH Rp2000. Berarti biaya tiap unitnya
Rp200 (0,1 x Rp2000).
3. Biaya Campuran (mixed cost)
Biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen biaya tetap dan biaya
variable. Misalnya: seorang salesman biasanya dibayar dengan gaji tetap plus bonus
berdasarkan target penjualannya.

2. Waktu dan Biaya


Untuk dapat menentukan perilaku biaya, kita harus mempertimbangkan horizon
waktu, penggunaan sumber daya dan pengukuran output aktivitas. Horison waktu
sangat penting dalam menentukan perilaku biaya karena biaya dapat berubah dari
tetap ke variabel tergantung apakah keputusan terjadi dalam jangka pendek atau
jangka panjang.
Sumber daya disediakan dengan dua cara, yaitu, ketika digunakan/diperlukan
dan sebelum digunakan.
1. Sumber daya fleksibel (flexible resources) atau sumber daya yang tersedia ketika
diperlukan adalah sumber daya yang diperoleh dari luar dan tidak diperlukan
adanya komitmen jangka panjang untuk setiap jumlah tertentu sumber daya.
Karena biaya sumber daya yang tersedia ketika diperlukan sama dengan biaya
sumber daya yang digunakan, maka total biaya akan meningkat ketika kebutuhan
sumber daya meningkat. Secara umum kita dapat memperlakukannya sebagai biaya
variabel. Contoh: penggunaan bahan baku dan energi.
MODUL AKUNTANSI
21
MANAJEMEN

2. Sumber daya terikat (committed resources) atau sumber daya yang tersedia
sebelum penggunaan adalah sumber daya yang diperoleh dengan menggunakan
kontrak eksplisit maupun implisit untuk mendapatkan kuantitas tertentu sumber
daya, tanpa memperhatikan apakah kuantitas sumber daya tersedia seluruhnya
atau tidak, disebut juga. Biaya atas sumber daya ini dapat dikelompokkan menjadi
dua: (1) biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan kapasitas aktivitas jangka
panjang (committed fixed expenses), contoh: pembelian/penyewaan bangunan dan
peralatan, dan (2) biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh kapasitas aktivitas
jangka pendek (discretionary fixed expenses), contoh: tenaga kerja.

3. Aktivitas dan Perilaku Biaya


Untuk melakukan aktivitas diperlukan pengorbanan input (sumber daya atau
resource). Pengorbanan input berhubungan dengan kapasitas aktivitas (activity
capacity) untuk menghasilkan output. Jika kapasitas yang tersedia tidak digunakan
seluruhnya maka terjadi kapasitas yang tidak digunakan (unused capacity), dan ini
merupakan kerugian.
Penyedia dan penggunaan input ditentukan oleh penggerak aktivitas. Hubungan
aktivitas dan penggerak aktivitas dapat disajikan dalam tabel 1.2sebagai berikut :
Tabel 1.2
Aktivitas Penggerak Aktivitas
Proses produksi Unit produksi
Kerja buruh Jam kerja buruh
Kerja mesin Jam mesin
Pemasangan peralatan Jam pemasangan
Pemesanan bahan Jumlah pemesanan pembelian
Pemindahan bahan Jumlah pemindahan
Perancangan produk Jumlah pesanan rekayasa
Pemeliharaan peralatan Jam pemeliharaan
Distribusi barang jadi Jumlah unit (ton, kubik dsb)
Penjadwalan produksi Jumlah produk berbeda

Aktivitas adalah pelaksanaan program kerja yang menjadi dasar kinerja


organisasi. Aktivitas melahirkan biaya. Oleh sebab itu biaya dapat dilacak berdasarkan
MODUL AKUNTANSI
22
MANAJEMEN

aktivitas. Pembebanan biaya hrus akurat agar objek biaya merupakan cermin dari
pengorbanan input yang sesungguhnya. Biaya harus ditelusuri mana yang langsung
dan yang tidak langsung terhadap objek biaya.
Biaya langsung adalah biaya yang dengan mudah ditelusuri ke objek biaya,
misalnya biaya bahan baku dan upah buruh.
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak mudah ditelusuri ke objek biaya
misalnya biaya overhead pabrik,biaya pemasaran, biaya umum dan administrasi,biaya
bunga, biaya pajak, biaya riset dan pengembangan dll.
Meotde penelusuran (traceability) yang lazimdigunakan adalah :
1. Penelusuran langsung, melalui pengamatan secara fisik,misalnya
 Aktivitas proses produksi, penelusuran langsung adalah biaya bahan baku dan
upah buruh;
 Aktivitas pemeliharaan mesin, penelusuran langsung adalah biaya suku cadang
dan upah buruh
 Aktivitas penjualan, penelusuran langsung adalah komisi salesman, biaya
transport salesman dsb
2. Penelusuran penggerak (driver traceability),melalui analisis sebab-akibat.
Penelusuran penggerak dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :
p. Penggerak sumber daya, yaitu mengukur permintaan input oleh aktivitas
q. Penggerak aktivitas,yaitu mengukur permintaan aktivitas oleh objek biaya.

4. Klasifikasi Biaya
Sangat dimungkinkan bila aktivitas yang dilakukan perusahaan memerlukan
adanya commited resources dan flexible resources secara sekaligus. Hal ini
menunjukkan adanya perilaku biaya campuran. Contoh: perusahaan me-lease sebuah
mesin fokokopi dalam aktivitas penggandaan dokumen. Biaya lease Rp 2.000.000
dibayar tiap tahun. Untuk mengoperasikannya, perusahaan harus membayar biaya
operasi rata-rata Rp 60 per lembar untuk menutup biaya toner, kertas dan
pemeliharaan. Mesin fotokopi di-lease selama 3tahun dan memiliki kapasitas produksi
MODUL AKUNTANSI
23
MANAJEMEN

200.000 lembar/tahun. Rp 2.000.000 menggambarkan sumber daya yang harus


disediakan di muka dan Rp60 menggambarkan biaya perolehan sumber daya ketika
digunakan. Perilaku biaya ini dapat ditunjukkan dengan persamaan:
Y = Rp2.000.000 + 60X
Catatan akuntansi seringkali hanya menunjukkan total biaya dan penggunaan aktivitas
pada biaya campuran sehingga perlu untuk memisahkan total biaya menjadi
komponen biaya tetap dan variabel.

Metode Pemisahan Biaya Campuran


Ada tiga metode yang digunakan secara luas untuk memisahkan biaya campuran
menjadi komponen biaya tetap dan variabel:
1. Metode Tinggi Rendah (high low method)
Dengan metode tinggi rendah, kita memilih terlebih dahulu dua titik, titik terendah
dan titik tertinggi. Titik terendah menunjukkan aktivitas terendah dan titik tertinggi
menunjukkkan aktivitas tertinggi. Untuk mencari rumus biaya digunakan
persamaan berikut:
Perubahan biaya(Y2 – Y1)
V= =
Perubahan aktivitas (X2 – X1)
Dan F = Total biaya campuran – Biaya variabel
= Y2 - X2
Atau F = Y1 – X1
Metode tinggi rendah memiliki keunggulan: (1) objektivitas dan (2) dapat
mengetahui hubungan biaya dengan cepat hanya berdasarkan dua titik data.
Kelemahannya adalah jika dua titik tertinggi atau terendah tersebut merupakan
outlier, maka hubungan biaya aktivitas yang diperoleh menjadi tidak representatif.

Contoh :
Manajer pabrik menganggap bahwa waktu penyetelan mesin adalah penggerak
yang baik untuk aktivitas penyetelan lini produksi. Data berikut menunjukkan biaya
dan waktu penyetelan selama lima bulan terakhir:
MODUL AKUNTANSI
24
MANAJEMEN

Tabel 1.3

Bagi perusahaan, titik tinggi adalah 500 jam penyetelan dengan biaya sebesar $3.750
atau (500, $3.750) dan titik rendah adalah 100 jam dengan biaya $1.000 atau (100,
$1.000) Setelah titik tinggi dan rendah ditentukan maka nilai biaya tetap dan biaya
variabel per unit dapat dihitung, yaitu:
Biaya variabel per unit = ($3.750 – 1.000) / (500-100) = $2.750 / 400 = $ 6,875
Biaya tetap = Biaya total titik tinggi –(biaya variabel per unit x output tinggi)
= $3.750 – ($6,875 x 500) = $312,50
Total Biaya = Biaya Tetap + biaya variabel = $312,50 + ($6,875 x waktu penyetelan)

2. Metode Scatter Plot (scatter plot method)


Dengan metode scatter plot, kita memplot titik-titik data sehingga diperoleh
hubungan biaya dan aktivitas. Hal ini dilakukan untuk menilai validitas hubungan
linear yang diasumsikan. Kemudian dipilih titik untuk menempatkan garis terbaik
pada titik-titik scatter plot, yaitu garis di mana titik-titik data lebih dekat dengan garis
tersebut daripada garis lainnya. Setelah menentukan dua titik untuk membuat garis
terbaik, maka rumus biaya dapat dihitung dengan persamaan yang digunakan pada
saat menggunakan metode tinggi rendah.
(Y2 – Y1)
V=
(X2 – X1)

F = Y2 - X2
MODUL AKUNTANSI
25
MANAJEMEN

Gambar 1.4

Bagaimana kita menarik garis yang melewati titik-titik pada grafis?


Anggaplah kita menggunakan garis yang melewati titik 1 dan titik 3 sebagai yang terbaik.
Titik 1 (100, $1.000)
Titik 3 (300, $2.250) digunakan untuk menghitung kemiringan
Biaya variabel per unit = (Y2 – Y1 )/ (X2 -X1 )
= ($2.250 – 1.000)/(300-100) = $6,25
Untuk menghitung biaya tetap, gunakan salah satu dari titik tersebut (1 atau 3), misalnya
dipilih titik 3, maka Biaya tetap = $2.250 – ($6,25x300) = $375
Total Biaya = $375 + ($6,25 x jam penyetelan)
Jika jam penyetelan 600 jam, berapa total biaya?

Keunggulan signifikan metode scatter plot adalah memberi kesempatan untuk


melakukan analisis biaya secara visual serta dapat mengidentifikasi nonlinearitas,
keberadaan outliers, dan terjadinya pergeseran dalam hubungan biaya. Adapun
kekurangannya adalah tidak adanya kriteria objektif dalam pemilihan garis terbaik
sehingga kualitas rumus biaya tergantung pada kualitas penilaian subjektif analis.
MODUL AKUNTANSI
26
MANAJEMEN

3. Metode Kuadrat Terkecil (least square method)


Metode kuadrat terkecil mengidentifikasi garis terbaik dengan
mengkuadratkan deviasi (selisih antara biaya yang diprediksi dengan biaya aktual,
ditunjukkan oleh jarak dari titik ke garis) yang terdapat pada masing-masing titik dan
kemudian menjumlahkan deviasi yang dikuadratkan tersebut sebagai ukuran
keseluruhan kedekatan. Garis dengan jumlah kuadrat deviasi terkecil merupakan
garis kecocokan terbaik (best fitting line). Metode ini lebih disarankan daripada
metode tinggi rendah maupun metode scatter plot.
Rumus statistik yang digunakan untuk menghasilkan rumus biaya adalah:
Tabel 1.4
MODUL AKUNTANSI
27
MANAJEMEN

5. Perencanaan Laba Jangka Pendek


Tabel 1.5
Struktur Biaya
Keterangan Biaya variabel Total Biaya Tetap
Per unit (Rp)
(Rp)
Biaya bahan langsung 5,00 0
Biaya upah langsung 4,00 0
Biaya overhead pabrik 2,25 3.604
Biaya usaha 0,125 1.577
Total 11,375 5.181

Tahun depan manajemen merencanakan penjualan dalam berbagai kondisi


ekonomi. Pada kondisi ekonomi buruk, rencana penjualan 900 unit, kondisi
ekonomi baik, rencana penjualan 1100 unit dan kondisi ekonomi sangat baik,
rencana penjualan 1200 unit. Harga per unit Rp 20.

Rencana Laba dapat disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.6
Keterangan Penjualan Penjualan Penjualan
900 unit 1000 unit 1200 unit
(Rp) (Rp) (Rp)
Penjualan 18.000,00 20.000,00 24.000,00
Biaya variabel 10.237,50 11.375,00 13.650,00
Marjin kontribusi 7.762,50 8.625,00 10.350,00
Biaya tetap 5.181,00 5.181,00 5.181,00
Laba operasi 2.581,50 3.444,00 5.169,00

Pengendalian
Jika kenyataan yang terjadi pada tahun depan penjualan 900 unit, total biaya
variabelnya Rp10.000 dan total biaya tetapnya Rp 6.000 dan harga per unit Rp 19
MODUL AKUNTANSI
28
MANAJEMEN

per unit maka dapat disusun perhitungan penyimpangan yang disajikan dalam tabel
berikut ini :

Tabel 1.7

Keterangan Penjualan Penjualan Varian


900 unit 1000 unit (Rp)
(Rp) (Rp)

Penjualan 18.000,00 17.100,00 900,00 (tm)


Biaya variabel 10.237,50 10.000,00 237,50 (m)
Marjin kontribusi 7.762,50 7.100,00 662,50 (tm)
Biaya tetap 5.181,00 8.000,00 819,00 (tm)
Laba operasi 2.581,50 1.100,00 1.481,50 (tm)

Keterangan :
m : Menguntungkan ; Tm : Tidak menguntungkan

Dengan diketahui penyimpangan di atas, manajemen akan mengambil langkah


perbaikan dalam bidang volume penjualan dan dalam bidang biaya tetap. Volume
penjualan harus ditingkatkan dan biaya tetap harus direduksi.

LATIHAN

1. Jelaskan bahwa aktivitas itu membutuhkan sumber daya (input) !


2. Mengapa waktu itu merupakan biaya sekaligus pendapatan ?
3. Bagaimana cara menelusuri biaya ke objek biaya ?
4. Jelaskan metode yang digunakan untuk membuat klasifikasi biaya semi variabel
menjadi biaya tetap dan variabel !
5. Apa kegunaan perilaku biaya tetap dan variabel ?

STUDI KASUS

1. Ohio manufacturing company memiliki tiga orang staf bagian utang usaha yang
bertanggung jawab atas pemrosesan faktur pembelian. Setiap staf dibayar
MODUL AKUNTANSI
29
MANAJEMEN

dengan gaji tetap sebesar $30.000 dan mampu memproses 5.000 faktur per
tahun (jika bekerja secara efisien). Selain gaji, Ohio mengeluarkan $9.000 per
tahun untuk formulir, prangko, cek dan lain-lain (dengan asumsi 15.000 faktur
yang diproses). Selama tahun berjalan, 12.500 faktur telah diproses.
Diminta :
a. Hitunglah tarif aktivitas untuk aktivitas pesanan pembelian dan bagilah
aktivitas tersebut ke dalam komponen tetap dan variabel !
b. Hitunglah jumlah ketersediaan aktivitas dan bagilah ke dalam penggunaan
aktivitas dan aktivitas tak terpakai !
c. Hitunglah jumlah biaya sumber daya yang dipasok dan bagilah ke dalam
penggunaan aktivitas dan aktivitas tak terpakai !

2. PT. Aktivitas memiliki data akuntansi perusahaan sebagai berikut :

Biaya semi variabel


Tahun Biaya produksi dan Overhead pabrik Biaya usaha
penjualan (unit) (Rp) (Rp)
1 960 5.500 1.600
2 910 5.600 1.650
3 985 6.000 1.700
4 920 5.700 1.680
5 905 5.750 1.690

Keterangan :

1. Biaya usaha terdiri dari biaya pemasaran dan biaya administrasi


2. Produksi dan penjualan dalam unit merupakan variabel bebas (X) dan
biaya overhead pabrik; biaya usaha merupakan variabel terikat (Y)
3. Biaya overhead pabrik diklasifikasikan menjadi biaya variabel dan tetap
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least squares) sedangkan
biaya usaha menggunakan titik terendah-tertinggi (high-low point
method).
MODUL AKUNTANSI
30
MANAJEMEN

BAB IV
KALKULASI BIAYA BERDASAR AKTIVITAS
(ACTIVITY BASED COSTING / ABC)
 Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Memahami tujuan dari kalkulasi biaya berdasar aktivitas
2. Membandingkan kalkulasi biaya tradisional, activity based costing dan just in time

Kalkulasi biaya atau costing adalah cara perhitungan biaya baik biaya produksi
maupun biaya produk. Yang dimaksud biaya produksi (production cost) adalah biaya bahan
langsung ditambah biaya upah langsung ditambah biaya overhead. Biaya produk adalah
seluruh biaya untuk menghasilkan produk yang siap dijual.
Kalkulasi biaya berdasar kativitas pada umumnya dgunakan untuk perusahaan yang
memiliki beberapa jenis produk, contohnya perusahaan unilever yang memproduksi
berbagai macam sabun mandi, sabun cuci dsb.Perusahaan semacam ini aktivitas biaya
overhead pabrik dikonsumsi secara bersama-sama oleh berbagai macam produk.Oleh
sebab itu biaya overhead pabrik harus ditelusuri berdasar aktivitas produk yang
mengkonsumsinya.

1. KalkulasiBiaya Overhead Pabrik Berdasar Aktivitas


Aktivitas dalam suatu perusahaan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Tingkat unit, pengujian dan pemeriksaan produk
b. Tingkat batch, pembelian bahan, penerimaan bahan, penyiapan batch
c. Tingkat produk, riset pasar, perancangan dan pengembangan produk, proses
produksi, pemasaran dan layanan purna jual
MODUL AKUNTANSI
31
MANAJEMEN

d. Tingkat fasilitas, penyediaan fasilitas atau peralatan produksi dan penyediaan


ruangan
Tiap unsur biaya dihitung biaya per unitnya berdasar aktivitas yang
menggerakkan biaya tersebut. Misalnya pada tingkat unit, biaya pengujian produk
dibagi jumlah jam pemeriksaan akan menghasilkan biaya per unit pengujian
(pemeriksaan). Kemudian dibebankan ke tiap-tiap produk berdasarkan jam
pemeriksaan yang digunakan. Dengan demikikan model kalkulasi biaya produk berdasar
aktivitas memiliki keakuratan tinggi karena kalkulasi biaya produk ditingkatkan dengan
menciptakan kelompok biaya dan mengidentifikasikan penggerak aktivitas yang dapat
digunakan untuk membebankan biaya ke setiap kelompok produk.

2. Biaya Produk Tradisional


Dalam sistem biaya tradisional, hanya penggerak aktivitas tingkat unit yang
digunakan untuk membebankan biaya pada produk.Penggerak aktivitas tingkat unit (unit
level activity driver) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai
akibat perubahan unit yang diproduksi.Dengan hanya menggunakan penggerak tingkat
unit, diasumsikan biaya overhead yang dikonsumsi oleh produk berkorelasi tinggi
dengan jumlah unit yang diproduksi.Penggerak aktivitas berdasarkan unit
membebankan biaya overhead ke produk melalui tarif pabrik secara menyeluruh
maupun departemental. Penggerak tingkat unit yang biasa digunakan antara lain:
 Unit yang diproduksi
 Jumlah jam tenaga kerja langsung
 Jumlah upah tenaga kerja langsung
 Jumlah jam mesin
 Jumlah bahan baku

Setelah menentukan penggerak tingkat unit, langkah selanjutnya adalah


memperkirakan tingkat output aktivitas yang akan diukur, yaitu melalui tingkat aktivitas
yang diharapkan dan tingkat aktivitas normal. Tingkat aktivitas yang diharapkan adalah
MODUL AKUNTANSI
32
MANAJEMEN

ouput yang diharapkan akan dicapai perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan
tingkat aktivitas normal adalah output aktivitas rata-rata yang merupakan pengalaman
perusahaan dalam jangka panjang. Aktivitas normal memiliki keunggulan berupa
penggunaan tingkat aktivitas yang sama dari tahun ke tahun sehingga fluktuasi
pembebanan biaya overhead per unit dari tahun ke tahun relatif rendah.

Gambar 1.5 Pembebanan Overhead dengan Tarif Pabrik Menyeluruh

Keterbatasan Sistem Akuntansi Tradisional


Seringkali organisasi mengalami hal-hal tertentu yang mengindikasikan bahwa
sistem akuntansi biaya sudah ketinggalan jaman, contohnya:
 Hasil dari penawaran bisnis sulit dijelaskan
 Harga pesaing tampak begitu rendah dan tidak masuk akal
 Produk-produksi yang memiliki tingkat kesulitan tinggi menunjukkan laba yang tinggi
 Manajer operasional ingin menghentikan produksi dari produk-produknya yang
tampaknya menguntungkan
 Marjin laba sulit untuk dijelaskan
 Perusahaan memiliki ceruk pasar yang nampaknya hanya memberi laba tinggi pada
perusahaan sendiri
 Pelanggan tidak mengeluh atas kenaikan harga produk-produk khusus
MODUL AKUNTANSI
33
MANAJEMEN

 Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk memberikan data biaya


bagi produk khusus
 Beberapa departemen menggunakan sistem akuntansinya sendiri
 Biaya produk berubah karena perubahan peraturan pelaporan keuangan

3. Activity Based Costing (ABC)


Sistem biaya berdasar aktivitas menelusuri biaya aktivitas dan kemudian ke
produk.Tidak seperti sistem tradisional, ABC menekankan penelusuran langsung dan
penelusuran penggerak dengan menekankan hubungan sebab akibat.ABC
menggunakan penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit maupun non unit. Ada dua
prosedur yang digunakan untuk menerapkan ABC, yaitu:
Prosedur Tahap I:
1. Identifikasi aktivitas
2. Biaya-biaya dibebankan ke aktivitas
3. Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis yang:
(a) secara logika berkolerasi dan (b) memiliki rasio konsumsi yang sama untuk setiap
produk
4. Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan kelompok biaya
sejenis
5. Tarif overhead kelompok dihitung

Prosedur tahap II: biaya dari setiap kelompok overhead ditelusur ke produk
MODUL AKUNTANSI
34
MANAJEMEN

Gambar 1.6 Pembebanan Biaya dengan Activity Based Costing

Fokus dari sistem ABC adalah aktivitas sehingga identifikasi aktivitas menjadi
langkah pertama dalam ABC.Aktivitas merupakan tindakan-tindakan yang harus diambil
atau setiap pekerjaan yang dilakukan.Setelah teridentifikasi, dicari atribut aktivitas
untuk menjelaskan dan mengklasifikasikan aktivitas lebih lanjut. Atribut aktivitas
(activity attribute) adalah jenis informasi keuangan maupun non keuangan yang
menggambarkan setiap aktivitas. Atribut aktivitas digunakan untuk mengelompokkan
aktivitas terkait ke dalam kelompok-kelompok yang menjadi landasan bagi
pengelompokan biaya sejenis. Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk
membentuk kumpulan sejenis yang: (a) secara logika berkolerasi dan (b) memiliki rasio
konsumsi yang sama untuk setiap produk.
Kumpulan aktivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori umum
aktivitas berikut ini:
 Tingkat unit: aktivitas yang dilakukan setiap suatu unit diproduksi. Contoh:
pengujian produk.
 Tingkat batch: aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch barang diproduksi.
Contoh: persiapan, pemeriksaan, jadwal produksi, penanganan bahan.
 Tingkat produk: aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang
diproduksi perusahaan. Contoh: perubahan rekayasa, pengembangan prosedur
pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa produk.
MODUL AKUNTANSI
35
MANAJEMEN

 Tingkat fasilitas: aktivitas yang menopang proses umum manufaktur suatu pabrik.
Contoh: manajemen pabrik, landscaping, keamanan, pajak kekayaan, dan
penyusutan pabrik

4. Just In Time (JIT)


Di samping kalkulasi biaya model tradisional dan ABC, terdapat model lain
yang disebut kalkulasi biaya model Just in Time (JIT). Model ini bertujuan untuk
menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalam
kuantitas yang diminta pelanggan. Model ini dapat menghemat persediaan, dapat
menetapkan letak pabrik yang efektif, dapat mengelompokkan dan memberdayakan
karyawan sesuai bakat dan pengetahuannya dan dapat mengadaan pengendalian
mutu total, serta biaya overhead sangat mudah dilacak dan dibebankan kepada
produk.
Sistem JIT hakikatnya adalah pengendalian mutu total (total quality control –
TQC) dimana pekerja bertanggung jawab mulai proses awal sampai produk jadi yang
berkualitas tanpa cacat. Sistem ini berbeda dengan sistem tradisional yang
menizinkan tingkat mutu yang dapat diterima.
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk berdasar penelusuran langsung.
Unsur biaya overhead pajak, asuransi, dan penyusutan pabrik, dialokasikan ke
produk, yang lainnya menggunakan penelusuran langsung, misalnya bahan lansung,
upah lansung, penanganan bahan, perbaikan dan pemeliharaan peralatan pabrik,
energy listrik, manajer pabrik, perlengkapan pabrik, penyusutan peralatan dsb.

Tabel 1.8
Perbedaan Sistem JIT dan Tradisional
Just In Time Tradisional
Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan
Jumlah pemasok kecil Jumlah pemasok banyak
Kontrak jangka panjang dengan pemasok, Kontrak jangka pendek dengan pemasok,
pemasok adalah partner yang dibina pemasok adalah pihak yang dieksploitir
Tenaga kerja multi ahli Tenaga kerja terspesialisasi
Jasa terdesentralisasi Jasa tersentralisasi
Keterlibatan pegawai tinggi,loyalitas Keterlibatan pegawai rendah, kerja mencari
MODUL AKUNTANSI
36
MANAJEMEN

tinggi, kerja sepanjang masa upah, tidak ada loyalitas, sering pindah kerja
Gaya manajemen partisipatif Gaya manajemen otoriter
Pengendalian mutu total Pengendalian mutu terbatas

Kalkulasi biaya model JIT adalah yang paling mudah teknik perhitungannya karena
Biaya overhead pabrik sudah dikelompokkan pada tiap-tiap sel manufaktur. Dengan
demikian tidak diperlukan alokasi atau pembebanan biaya overhead pabrik seperti
kalkulasi biaya tradisional dan model ABC.

5. Kalkulasi Biaya Tradisional, ABC dan JIT


Dalam kalkulasi biaya produksi terjadi perbedaan antara model tradisional
dengan model ABC. Teknik penyajian model tradisional hanya menggunakan satu tarif
biaya overhead pabrik, sedangkan model ABC menggunakan beberapa tarif biaya
overhead pabrik. Sedangkan model JIT Biaya overhead pabrik sudah dikelompokkan
pada tiap-tiap sel manufaktur
Contoh :
Tabel 1.9
Data Akuntansi
Keterangan Produk A Produk B Total
Unit yang diproduksi 200 unit 100 unit 300 unit
Biaya bahan langsung Rp 600.000 Rp 150.000 Rp 750.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000 Rp 50.000 Rp 250.000
Total biaya utama Rp 800.000 Rp 200.000 Rp 1.000.000

Biaya overhead pabrik: Aktivitas Aktivitas Total Biaya


Biaya pemeliharaan mesin 4.000 jam 1.000 jam Rp 250.000
Biaya penanganan bahan 400 jam 200 jam Rp 300.000
Biaya persiapan mesin 100 jam 50 jam Rp 450.000
Total Rp 1.000.000

Just In Time Biaya sel 1 Biaya sel 2 Total Biaya


Biaya Overhead :
Pemeliharaan mesin Rp 100.000 Rp 150.000 Rp 250.000
Penanganan bahan Rp 200.000 Rp 100.000 Rp 300.000
Persiapan batch Rp 300.000 Rp 150.000 Rp 450.000
Total Rp 600.000 Rp 400.000 Rp 1.000.000
Keterangan pembebanan Biaya overhead pabrik ke proses produksi :
1. Model Traditional costing, didasarkan pada jam mesin
2. Model Activity Based Costing – ABC, didasarkan pada aktivitas
3. Model Just In Time – JIT, didasarkan pada jumlah sel
MODUL AKUNTANSI
37
MANAJEMEN

Tabel 2.0
Kalkulasi BiayaTradisional
Keterangan Produk A Produk B
Biaya bahan langsung Rp 600.000 Rp 150.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000 Rp 50.000
Biaya Overhead pabrik* Rp 800.000 Rp 200.000
Total Rp 1.600.000 Rp 400.000
Unit yang diproduksi 200 unit 100 unit
Biaya per unit Rp 8.000 Rp 4.000
Keterangan :
1. Total biaya overhead Pabrik (BOP) Rp 1.000.000
Tarip BOP = Rp 1.000.000 / 5.000 jam mesin = Rp 200
2. BOP dibebankan :
Produk A = 4.000 jam mesin x Rp 200 = Rp 800.000
Produk B = 1.000 jam mesin x Rp 200 = Rp 200.000

Tabel 2.1
Kalkulasi BiayaBerdasar Activity Based Costing
Keterangan Produk A Produk B
(Rp) (Rp)
Biaya bahan langsung Rp 600.000 Rp 150.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000 Rp 50.000
Biaya Overhead pabrik*:
Biaya pemeliharaan mesin Rp 200.000 Rp 50.000
Biaya penanganan bahan Rp 200.000 Rp 100.000
Biaya persiapan mesin Rp 300.000 Rp 150.000
Total Rp 1.500.000 Rp 500.000
Unit yang diproduksi 200 unit 100 unit
Biaya per unit Rp 7.500 Rp 5.000
Keterangan :
1. Pemeliharaan mesin (Rp 250.000/5.000) = Rp 50/jam mesin
Pembebanan BOP :
Produk A = 4.000 jam x Rp50 = Rp 200.000
Produk B = 1.000 jam x Rp 50 = Rp 50.000
2. Penanganan bahan ( Rp 300.000 / 600) = Rp 500/jam penanganan bahan
Pembebanan BOP :
Produk A = 400 jam x Rp 500 = Rp 200.000
Produk B = 200 jam x Rp 500 = Rp 100.000
3. Persiapan mesin (Rp 450.000/150) = Rp 3.000/jam persiapan mesin
Pembebanan BOP :
Produk A = 100 jam x Rp 3.000 = Rp 300.000
Produk B = 50 jam x Rp 3.000 = Rp 150.000
MODUL AKUNTANSI
38
MANAJEMEN

Tabel 2.2
Kalkulasi BiayaBerdasar Just In Time (JIT)
Keterangan Produk A Produk B
Biaya bahan langsung Rp 600.000 Rp 150.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000 Rp 50.000
Biaya Overhead pabrik* Rp 600.000 Rp 400.000
Total Rp 1.400.000 Rp 600.000
Unit yang diproduksi 200 unit 100 unit
Biaya per unit Rp 7.000 Rp 6.000

Keterangan :
Biaya per unit sistem produksi JIT paling akurat karena semuabiaya dapat ditelusuri
langsung ke masing-masing produk.

STUDI KASUS

1. Labours Company manufacturing memproduksi dua jenis unit TV, yaitu deluks dan
reguler. Pada tahun terakhir, Labours melaporkan data berikut ini.
Overhead yang dianggarkan $180.000
Aktivitas yang diharapkan (dalam jam tenaga kerja langsung 50.000
Aktivitas aktual (dalam jam tenaga kerja langsung) 51.000
Overhead aktual $200.000

Keterangan Deluks Reguler


Unit yang diproduksi 5.000 50.000
Biaya Utama $40.000 $300.000
Jam tenaga kerja langsung 5.000 46.000

Diminta :
a. Hitunglah tarif overhead yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan jam
tenaga kerja langsung!
b. Berapakah overhead yang dibebankan?
c. Berapakah overhead yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dibebankan?
d. Hitunglah biaya unit setiap unit stereo!

2. Labours companya manufacturing mengumpulkan data departemen untuk tahun


kedua. Dua jenis unit TV yang diproduksi, yaitu deluks dan reguler

Keterangan Pabrikasi Perakitan


Overhead yang dianggarkan $120.000 $60.000
MODUL AKUNTANSI
39
MANAJEMEN

Penggunaan yang diharapkan dan


aktual (jam tenaga kerja langsung) :
Deluks 3.000 2.000
Reguler 3.000 43.000
Total 6.000 45.000

Keterangan Pabrikasi Perakitan


Penggunaan yang diharapkan dan
aktual (jam mesin) :
Deluks 2.000 5.000
Reguler 18.000 5.000
Total 20.000 10.000

Sebagai tambahan data departemen, informasi berikut disediakan.

Keterangan Deluks Reguler


Unit yang diproduksi 5.000 50.000
Biaya utama $40.000 $300.000
Diminta :
1. Hitunglah tarif overhead departemen dengan menggunakan jam mesin untuk
pabrikasi dan jam tenaga kerja langsung untuk perakitan.
2. Hitunglah overhead yang dibebankan berdasarkan departemen.
3. Hitunglah overhead yang dibebankan berdasarkan produk
4. Hitunglah biaya unit

3. Labours company memproduksi dua jenis unit TV, yaitu deluks dan regular. Data
akuntansi adalah sebagai berikut :

Ukuran Penggunaan Aktivitas Data Perhitungan Biaya Produk


Deluks Reguler Total
Unit yang diproduksi per tahun 5.000 50.000 55.000
Biaya utama $39.000 369.000 $408.000
Jam tenaga kerja langsung 5.000 45.000 50.000
Jam mesin 10.000 90.000 100.000
Proses produksi 10 5 15
Jumlah perpindahan 120 60 180

Aktivitas Data Biaya Aktivitas


MODUL AKUNTANSI
40
MANAJEMEN

(Aktivitas Overhead)
Biaya Aktivitas
Persiapan $60.000
Penanganan bahan 30.000
Energi 50.000
Pengujian 40.000
Total $180.000

Diminta :
1. Hitunglah rasio konsumsi untuk setiap aktivitas
2. Kelompokkan aktivitas berdasarkan rasio konsumsi dan tingkat aktivitas
3. Hitunglah tarif setiap kelompok aktivitas
4. Dengan menggunakan tarif kelompok, hitunglah biaya produk unit

BAB V
ANALISA BIAYA – VOLUME – LABA

 Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Memahami pentingnya perencanaan laba dalam perusahaan
2. Menghitung BEP untuk menentukan perencanaan laba

Analisa biaya-volume-laba (cost volume profit analysis) menyajikan informasi kepada


manajemen tentang dampak perubahan biaya, pendapatan, volume dan bauran produk
terhadap laba.Analisis CVP berfokus pada hubungan biaya-volume-laba dan dampak dari
pola perilaku biaya terhadap pengambilan keputusan. Pemahaman terhadap pola perilaku
biaya perusahaan akan mempermudah pengambilan keputusan manajemen dalam hal
penetapan harga produk, penerimaaan/penolakan pesanan, analisis penghematan biaya,
dan promosi atas lini produk yang lebih menguntungkan .

1. Rencana Laba Jangka Pendek


MODUL AKUNTANSI
41
MANAJEMEN

Yang dimaksud dengan rencana laba jangka pendek adalah program kerja manajemen
untuk memperoleh laba pada setiap transaksi bisnis, triwulanan, semesteran, dan paling
lama per satu tahun.Laba merupakan dasar ukuran kinerja bagi kemampuan manajemen
dalam mengoperasikan harta perusahaan.Laba harus direncanakan dengan baik agar
manajemen dapat mencapainya secara efektif.

Faktor yang Mempengaruhi Laba


1. Biaya (biaya variabel & biaya tetap)
2. Volume produk yang terjual
3. Harga jual produk
Laba jangka pendek dapat didekati dengan berbagai cara yaitu :
1. Titik impas (break even point)
2. Marjin Keamanan (margin of safety)
3. Titik Penutupan Usaha (Shut down point)
4. Tingkat Leverage Operasi (degree of overating leverage)
5. Marjin Kontribusi Per unit

2. Titik Impas (Break-Even Point) Satu Produk


Titik impas adalah kondisi bisnis dimana pelaku bisnis tidak memperoleh laba dan
tidak menderita kerugian.
 Perhitungan titik impas:
Tabel 2.3
Perhitungan Rugi – Laba PT BEP DUA
Keterangan Rp %
Penjualan 100 unit @ Rp 5 500 100%
Biaya variabel @ Rp 3 300 60%
Marjin kontribusi 200 40%
Biaya tetap 100 20%
Laba operasi 100 20%
MODUL AKUNTANSI
42
MANAJEMEN

100 100
= = = Rp 250 atau 50 unit
300 0,4
1–
500

 Tingkat Keamanan (Margin of Safety) :


Disamping manajemen ingin mengetahui BEP, mereka juga ingin mengetahui
tingkat keamanan perusahaan yang dinyatakan dalam margin of sfety.Margin of safety
atau margin keamanan adalah informasi tentang jumlah maksimun penurunan nilai
penjualan sampai ke tingkat tiik impas.

Aktual sale - BEP


Margin of safety =
Aktual sale

(500 - 250)
= = 50%
500

Semakin besar margin of safety semakin besar perusahaan dapat


memperoleh laba. Jika penjualan turun di atas 50%, maka perusahaan akan
menderita kerugian.
 Titik Penutupan (Shut-down point) :
Titik penutupan usaha yaitu informasi yang dibutuhkan oleh manajemen
tentang berupa jumlah nilai penjualan minimum sehingga perusahaan tidak
layak untuk dilanjutkan (harus ditutup).Untk mengetahui titik penutupan usaha,
biaya tetap harus diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap tunai atau per
kas dan biaya tetap non-tunai atau penyusutan. Misal dalam contoh di atas
biaya tetap tunai Rp 80 dan penyusutan Rp 20, maka perhitungan rugi-laba
dapat disajikan dalam tabel berikut ini

Tabel 2.4
MODUL AKUNTANSI
43
MANAJEMEN

Perhitungan Laba Operasi Tunai dan Penyusutan PT BEP DUA (1)

Keterangan Rp %
Penjualan 100 unit @ Rp 5 500 100
Biaya variabel @ Rp 3 300 60
Marjin kontribusi 200 40
Biaya tetap tunai 80 16
Laba operasi tunai 120 24
Penyusutan 20 4
Laba operasi 100 20

Biaya tetap tunai


Shut-down point =
Penjualan – Biaya variabel

80
== 40 unit (Rp 200)
500 – 300

Pada nilai penjualan Rp 200 atau sebesar 40 unit, perusahaan harus


menutup usaha, karena marjin kontribusi hanya mampu untuk menutup biaya
tetap tunai. Beban penyusutan tidak dapat ditutup oleh margin
kontribusi.Perhitungan rugi laba disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.5
Perhitungan Laba Operasi Tunai dan Penyusutan PT BEP DUA (2)
Keterangan Rp %
Penjualan 40 unit @ Rp 5 200 100
Biaya variabel @ Rp 3 120 60
Marjin kontribusi 80 40
Biaya tetap tunai 80 40
Laba operasi tunai 0 0
Penyusutan 20 10
Laba operasi (20) (10)

Jika nilai perusahaan di bawah Rp 200 maka perusahaan sebaiknya ditutup,


karena nilai pendapatan tersebut tidak dapat menutup biaya tunainya.

 Tingkat Leverage Operasi (Degree of Operating Leverage)


Informasi tentang persentase perubahan laba operasi sebagai dampak
terjadi perubahan sekian persen nilai penjualan.

Contribution margin
Degree of operating leverage =
Operating margin
MODUL AKUNTANSI
44
MANAJEMEN

200
= = 2x atau 200%
100
Jika penjualan naik 100%, maka tambahan laba operasi sebesar 200% aau 2x.
Perhitungan rugi laba dapat disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 2.6
Perhitungan Laba Operasi Tunai dan Penyusutan PT BEP DUA (3)
Keterangan Rp %
Penjualan 200 unit @ Rp 5 1.000 100
Biaya variabel @ Rp 3 600 60
Marjin kontribusi 400 40
Biaya tetap tunai 100 10
Laba operasi tunai 300 20
Penyusutan 100
Laba operasi 200
Keterangan : Kenaikan laba operasi Rp 200 / Rp 100 = 200%

 Marjin Kontribusi Per Unit


1. Informasi tentang selisih harga per unit dengan biaya variabel per unit atau
harga per unit dikurangi biaya variabel per unit
2. Margin kontribusi adalah jumlah laba yang tersedia untuk menutup biaya
tetap dan untuk laba
3. Contribution margin ratio adalah 1-(vc/s), atau satu dikurangi rasio beban
variabel (rasio beban variabel =biaya variabel dibagi penjualan) atau
sama dengan marjin kontribusi dibagi penjualan
4. Informasi tentang kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan
laba,manajemen akan memilih produk yang menghasilkan laba tertinggi.
5. Marjin kontribusi per unit adalah harga dikurang biaya variabel per unit.
Dalam contoh di atas adalah Rp 5 – Rp 3 = Rp 2

Ilustrasi marjin kontribusi per unit dapat disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.7
Keterangan Produk A Produk B Produk C Produk D
Sales volume (unit) 500 300 200 1.000
MODUL AKUNTANSI
45
MANAJEMEN

Sales value (Rp) 700 800 1.000 2.500


Biaya variabel 300 500 700 1.500
Marjin kontribusi 400 300 300 1.000
Biaya tetap 600
Laba operasi 400
Marjin kontribusi per unit 0,80 1,00 1,50
Jam mesin 5 10 30
Marjin kontribusi per jam 0,16 0,10 0,05

Keterangan :
Berdasarkan contribution margin per unit produk C yang terbaik, tetapi
berdasarkan jam mesin produk A yang terbaik.

3. Titik Impas Multi Produk


Perusahaan pada umumnya mempunyai beberapa jenis produk, misalnya produk
A, B dan C, masing-masing produk dapat diperhitungkan biaya variabel dan biaya
tetapnya sehingga masing-masing produk dapat diketahui sumbangan labanya
terhadap perusahaan. Disamping itu perusahaan juga mempunyai biaya tetap umum,
biasanya adalah biaya overhead kantor pusat.
Dalam menghitung titik impas perusahaan, harus dihitung dahulu bauran
produknya (product mix), harga rata-rata, biaya variabel rata-rata dan marjin konribusi
per unit rata-rata.
Contoh :
Perusahaan memiliki tiga macam produk yang memiliki variasi penjualan yang
berbeda-beda.
Tabel 2.8
Data akuntansi PT Cendana Indah
Keterangan Produk A Produk B Produk C
Volume penjualan 5.000 unit 6.000 unit 7.000 unit
Harga per unit Rp 12 Rp 17 Rp 20
Biaya variabel per unit Rp 6 Rp 10,20 Rp 14
Biaya tetap total Rp 15.000 Rp 16.000 Rp 17.000
Keterangan :
1. Direksi ingin mengetahui titik impas perusahaan secara keseluruhan, kemudian
dituangkan dalam masing-masing produk; produk mana yang menguntungkan
dan produk mana yang merugikan. Dari informasi tersebut akan digunakan
MODUL AKUNTANSI
46
MANAJEMEN

untuk menelaah kembali produk yang merugikan dan mengupayakan agar


produk yang merugikan dapat diperbaiki atau ditarik dari pasar.
2. Direksi juga mengantisipasi kondisi ekonomi di masa yang akandatang. Jika
diprediksi kondisinya akan mengalami resesi, maka diputuskan agar
perusahaan hanya diperkenankan rugi dua persen dari total pendapatan
seluruh produk. Oleh sebab itu diperlukan perhitungan rugi-laba masing-
masing produk pada prediksi kondisi ekonomi resesi.

Pembahasan PT Cendana Indah

 Titik impas
Perbandingan produk A:B:C = 5:6:7
Total revenue rata-rata = [(5x 12) + (7x20)]/18 = 16,778
Total VC rata-rata = [(5x 6) + (6x10,20) + (7x14)]/18 = 10,551
Contribution Margin Per Unit (CMPU) = 6,267

BEP perusahaan = FC/CMPU = 48.000/6,267 = 7.659 unit


Produk A = 5/18 x 7.659 = 2.128 unit
Produk B = 6/18 x 7.659 = 2.553 unit
Produk C = 7/18 x 7.659 = 2.928 unit
Tabel 2.9
Perhitungan Rugi-Laba Per Produk untuk menghitung BEP
Keterangan Produk A Produk B Produk C
Sales unit 2.128 2.535 2.928
Harga per unit Rp 12 Rp 17 Rp 20
Biaya variabel per unit Rp 6 Rp 10,20 Rp 14
Rasio VC to sales 50% 60% 70%

Rp Rp Rp
Sales 25.356 43.401 59.560
Variable cost 12.768 28.041 41.692
Contribution margin 12.768 17.360 17.868
Fixed cost 15.000 16.000 17.000
Profit (loss) (2.232) 1.360 868

Kondisi krisis, prediksi rugi 2% dari total pendapatan


FC - Rugi 48.000 - 0,02 TR
TR = = = Rp 121,982
CMR 0,3735

CMR = contribution margin ratio = 6,267 / 16,778 = 0,3735


TR =(48.000 - 0,02 TR) / 0,3735
MODUL AKUNTANSI
47
MANAJEMEN

TR = Rp 121.982 ; Rugi 2% x Rp 121.982 = Rp 2.439

Sales revenue A = 5.000 x Rp 12 = Rp 60.000


Sales revenue B = 6.000 x Rp 17 = Rp 102.000
Sales revenue C = 7.000 x Rp 20 = Rp 140.000
Total = Rp 302.000

Tabel 3.0
Perhitungan Rugi-Laba Per Produk kondisi ekonomi resesi
Keterangan Produk A Produk B Produk C Total
Sales (Rp) **24.235 41.199 56.548 121.982
VC 12.117 24.719 39.584
CM 12.118 16.480 16.194
FC 15.000 16.000 17.000
Profit (loss) (2.882) 480 (36) *(2.438)

*Akibat pembulatan
** (60.000 / 302.000) x 121.982 = 24.235

STUDI KASUS

Labour company merupakan perusahaan yang memproduksi dan menjual komputer.


Laporan laba-rugi kontribusi perusahaan untuk tahun ini adalah sebagai berikut :

Total Per unit Persentase Penjualan


Penjualan (20.000 unit) $1.200.000 $60 100%
Beban variabel 900.000 45 7%
Margin kontribusi 300.000 $15 3%
Beban tetap 240.000
Laba neto operasi $60.000

Manajemen sangat ingin meningkatkan laba perusahaan dan telah meminta analisis
tentang beberapa hal.

Diminta :
1. Hitunglah rasio margin kontribusi dan rasio beban variabel perusahaan.
2. Hitunglah titik impas perusahaan dalam nilai penjualan (dolar) dan dalam unit.
3. Asumsikan bahwa penjualan meningkat sebesar $400.000 tahun depan. Jika
perilaku biaya tidak berubah maka berapa besar laba neto perusahaan akan
meningkat. Gunakan rasio margin kontribusi untuk menghitungnya.
MODUL AKUNTANSI
48
MANAJEMEN

4. Mengacu pada data awal,asumsikan bahwa tahun depan manajemen ingin


memperoleh laba minimal $90.000. Berapa unit yang harus dijual untuk
memenuhi target laba tersebut?
5. Mengacu pada data awal, hitunglah batas keamanan perusahaan dalam dolar
dan persentase.
6. Hitunglah tingkat leverage operasi pada tingkat penjualan saat ini
7. Asumsikan bahwa dengan usaha tenaga penjual yang lebih intensif, penjualan
perusahaan akan meningkat sebesar 8% tahun depan. Berapa persen laba neto
diharapkan akan meningkat? Gunakan tingkat leverage operasi untuk
menjawab! Buktikan jawaban dengan membuat laporan laba rugi yang
menunjukkan 8% kenaikan penjualan.

BAB VI
PENGANGGARAN

 Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Memahami pengertian anggaran dan penganggaran
2. Memahami tujuan dan kegunaan anggaran
3. Menyusun anggaran produksi

1. Anggaran, perencanaan dan pengendalian


Perencanaan dan pengendalian saling berhubungan erat. Perencanaan adalah
pandanganke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat
mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan pengendalian adalah melihat ke
belakang, memutuskan apa sebenarnya telah terjadi dan membandingkannya dengan
MODUL AKUNTANSI
49
MANAJEMEN

hasil yang direncanakan sebelumnya. Perbandingan yang dilakukan dapat digunakan


untuk menyesuaikan anggaran, yaitu melihat ke masa depan kembali.
Komponen utama dari perencanaan adalah anggaran, Anggaran adalah rencana
keuangan untuk masa depan, yang mengidentifikasikan tujuan dan tindakan yang
diperlukan untuk mencapainya.Sebelum anggaran disiapkan organisasi harus
mengembangkan rencana strategis. Rencana strategis adalah mengidentifikasi strategi-
strategi untuk aktifitas dan operasi dimasa depan, biasanya jangka waktunya adalah 5
tahun.
Kelebihan yang didapat dari anggaran:
1. Memaksa para manajer untuk melakukan perencanaan, memaksa manajemen untuk
merencanakan masa depan, mengambangkan arah umum bagi organisasi,
mengantisifasi masalah dan mengembangkan kebijakan umum dimasa depan.
2. Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pembuatan
keputusan, tujuannya untuk mencegah timbulnya masalah dan memperbaiki
statusbisnis jadi lebih baik.
3. Menyediakan standar untuk evaluasi kinerja, menyediakan standar yang
dapatmengendalikan penggunaan berbagai sumberdaya perusahaan dan
memotivasikaryawan.
4. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi. Anggaran secara formal dapat
membantukomunikasi dan koordinasi rencana organisasi pada setiap karyawan.

2. Anggaran Induk
Anggaran induk (master budget) adalah rencana komprehensif bagi organisasi
secarakeseluruhan.Biasanya anggaran induk adalah untuk periode satu tahun, sesuai
dengan tahunfiskal perusahaan.Anggaran tahunan dipecah menjadi anggaran kuartal
dan bulanan.Tujuanpemecahan anggaran menjadi kaurtal dan bulanan adalah untuk
memungkinkan para manajermembandingkan data aktual dengan data yang
direncanakan lebih sering sehinggapermasalahan dapat segera diketahui dan
diselesaikan lebih awal.
MODUL AKUNTANSI
50
MANAJEMEN

3. Komponen-komponen utama anggaran induk


1. Anggaran operasional (operasional budget) mendeskripsikan aktivitas yang
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan: penjualan, produksi dan persediaan
barang jadi. Hasil akhir anggaran operasional adalah proforma atau perkiraan
laporan laba rugi.
2. Anggaran keuangan (financial budget) merinci aliran masuk an keluar kas serta posisi
keuangan secara umum. Perkiraan aliran kas masuk dan keluar diperlihatkan dalam
anggaran kas.

4. Mempersiapkan anggaran operasional


Anggaran operasional terdiri dari perkiraan laporan laba rugi dan laporan
pendukung sebagaiberikut:
1. Anggaran penjualan
2. Anggaran produksi
3. Anggaran pembelian bahan baku
4. Anggaran tenaga kerja langsung
5. Anggaran overhead
6. Anggaran beban penjualan dan administrasi
7. Anggaran persediaan akhir barang jadi
8. Anggaran harga pokok penjualan

1. Anggaran penjualan
Anggaran penjualan (Sales budget) adalah proyeksi yang disetujui oleh
komite anggaran yangmenjelaskan penjualan yang diharapkan dalam satuan unit
dan uang. Anggaran penjualanadalah dasar bagi semua anggaran operasional yang
lain oleh karena itu harus dibuat seakuratmungkin.
Berikut contoh anggaran penjualan baju kaus dari perusahaan Texas Rek
tahun 2011:
MODUL AKUNTANSI
51
MANAJEMEN

Tabel 3.1
Laporan 1
Texas Rex, inc
Anggaran Penjualan
Untuk tahun berakhir 31 Des 2011

Terlihat : Anggaran penjualan texas berfluktuasi. Sebagian penjualan terjadi kuartal


3 dan 4,karena temanya adalah kembali ke sekolah dan natal sesuai dengan masa
sekolah danmendekati natal
.

2. Anggaran produksi
Anggaran produksi (Production Budget), anggaran yang menjelaskan berapa
banyak unit harusdiproduksi untuk memenuhi kebutuhan penjualan dan
memenuhi kebutuhan persediaan akhir.
Berdasarkan informasi dari anggaran penjualan diketahui berapa banyak
kaus yang akandiproduksi untuk memenuhi permintaan penjualan tiap
kuartal.Sebagai contoh, kebijakan perusahaan mensyaratkan 20 persen penjualan
kuartal berikutnyaadalah dari persediaan akhir.Persediaan awal kaus untuk kuartal
pertama tahun berjalansebanyak 180 unit. Formula yang digunakan untuk
menghitung unit yang akan diproduksiadalah:
Unit yang diproduksi = perkiraan penjualan + unit dalam persediaan akhir- unit
dalam persediaan awal

berdasarkan data diatas perusahaan akan memproduksi 1000 unit dikuartal


pertama.Perusahaan menginginkan adanya 240 kaos dalam persediaan akhir
MODUL AKUNTANSI
52
MANAJEMEN

diakhir kuartal pertama (0,20 x 1,200), jadi 1,240 kaos yang dibutuhkan dikuartal
pertama. Dari mana 240 kaos dapatdiperoleh? Persediaan awal dapat
menyediakan 180 kaos, sehingga tinggal 1,060 kaos yangakan diproduksi selama
kuartal pertama, berikut anggarannya dalam unit.
Tabel 3.2
Laporan 2
Texas Rek Inc
Anggaran Produksi
Tahun berakhir 31 Desember 2011

3. Anggaran pembelian bahan baku


Setelah jadwal produksi siap maka perlu di buat anggaran pembelian bahan
baku langsung(direct purchase material). Bahan baku yang dibeli tergantung pada
perkiraan penggunaanbahan baku dalam produksi dan persediaan bahan mentah
yang dibutuhkan perusahaan.
Contoh : untuk membuat baju kaos akan dibuat Logo texas rex pada kaus
dan membutuhkandua tipe bahan mentah, yaitu:
1. Baju kaos dengan harga $3
2. Tinta dengan harga $0,20 per pon.

Untuk tiap unit baju kaos yang akan dibuat, pabrik membutuhkan satu kaos
polos dan 5 onstinta untuk tiap kaos berlogo yang diproduksi. Jika Texas Rex ingin
memproduksi 1,060 kaosdalam kuartal pertama, maka pabrik akan membutuhkan
MODUL AKUNTANSI
53
MANAJEMEN

1.060 kaos polos dan 5.300 ons tinta(5 ons x 1.060 kaos). Sehingga Maka
pembelian (dalam Unit) dapat dihitung sebagai berikut:

Pembelian = bahan baku langsung yang dibutuhkan untuk produksi + Bahan


bakulangsung yang diinginkan dalam persediaan akhir - bahan baku langsung
dalam persediaanawal

Kebijakan texas atas bahan baku adalah: Memiliki 10% dari kebutuhan produksi
bulanberikutnya dalam persediaan akhir Pada awal Januari tahun 2011 pabrik
memiliki 58 kaos polosdan 390 ons tinta.

Tabel 3.3
Laporan 3
Texas Rek Inc
Anggaran pembelian bahan baku Langsung (Kaos)
Tahun berakhir 31 Desember 2011
MODUL AKUNTANSI
54
MANAJEMEN

Tabel 3.4
Laporan 3
Texas Rek Inc
Anggaran pembelian bahan baku Langsung (Tinta)
Tahun berakhir 31 Desember 2011

* Kita tidak mengetahui produksi kuartal 1 tahun 2007 data yang diperkirakan saja.
Persediaan akhir adalah 10 % dari produksi kuartal yang akandatang

4. Anggaran tenaga kerja langsung


MODUL AKUNTANSI
55
MANAJEMEN

Anggaran tenaga kerja langsung (Direct Labour) menunjukkan total jam


tenaga kerja langsungyang dibutuhkan dan biaya yang berhubungan dengan
jumlah unit dalam anggaran produksi.
Contoh : tarif upah rata-rata tenaga kerja langsung yang berhubungan
dengan pembuatan kaosadalah $10. Waktu tenaga kerja langsung yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan 1 kaos adalah0,12 jam, rata-rata disini menunjukkan adanya
perbedaan atas upah yang diterima oleh tenagakerja langsung.

Tabel 3.5
Texas Rek Inc
Anggaran tenaga kerja langsung
Tahun berakhir 31 Desember 2011

5. Anggaran Overhead
Anggaran Overhead (Overhead Budget) menunjukkan biaya yang diharapkan
dari semuakomponen produksi tidak langsung.Dalam anggaran overhead tidak
terdapat hubunganinput-output yang telah tersedia untuk diidentifikasi.
Contoh:Anggaplah dua kesatuan biaya overhead dibuat satu untuk overhead
aktivitas berubah sesuaidengan jam tenaga kerja langsung dan satunya untuk
semua aktivitas lainnya yang bersifattetap dengan tarif:
1. Tarif overhead variabel $ 5 per jam tenaga kerja langsung.
2. Overhead tetap dianggarkan $ 6.580 ($1.645/kuartal)
MODUL AKUNTANSI
56
MANAJEMEN

Dengan menggunakan informasi ini dan jam tenaga kerja langsung yang
dianggarkan darianggaran tenaga kerja langsung dapat dibuat anggaran overhead
sebagai berikut:

Tabel 3.6
Laporan 5
Texas Rek Inc
Anggaran Overhead
Tahun berakhir 31 Desember 2011

6. Anggaran Persediaan Barang jadi


Anggaran persediaan akhir barang jadi (ending finished good inventory
budget) memberikaninformasi yang dibutuhkan untuk neraca dan juga bertindak
sebagai infut penting untukpersiapan anggaran harga pokok penjualan.
Perhitungannya menggunakan data dari laporan 3,4 dan 5 .

Tabel 3.7
Laporan 6
Texas Rek Inc
Anggaran Persediaan Barang Jadi
Tahun berakhir 31 Desember 2011
MODUL AKUNTANSI
57
MANAJEMEN

Keterangan:Overhead tetap yang dianggarkan (Lap 5)


= $ 6,580 /686,4 = $9,59 * *
Jam TK langsung yang dianggarkan (Lap 4)
* * dibulatkan.

7. Anggaran harga pokok penjualan


Dengan anggapan bahwa persediaan awal barang jadi bernilai $ 1.251,
laporan harga pokokpenjualan yang dianggarkan dapat dipersiapkan dengan
menggunakan laporan 3,4,5 dan 6.Anggaran harga pokok penjualan
mengungkapkan harga yang diharapkan untuk barang yangakan dijual.
Tabel 3.8
Laporan 7
Texas Rek Inc
Anggaran Harga Pokok Penjualan
Tahun berakhir 31 Desember 2011

8. Anggaran Beban Penjualan dan Administrasi


MODUL AKUNTANSI
58
MANAJEMEN

Anggaran beban penjualan dan administrasi (selling and administrative budget)


menguraikan pengeluaran yang direncanakan untuk aktivitas non produksi.Sama
halnya dengan overhead, beban penjualan dan administrasi dapat dibagi ke dalam
komponen tetap dan variabel.Komponen-komponen seperti komisi penjualan,
biaya angkut dan perlengkapan berubah sejalan dengan aktivitas penjualan.
Berikut ilustrasi anggaran penjualan:

Tabel 3.9
Anggaran Penjualan dan Administrasi

Laporan Laba Rugi yang dianggarkan


Dengan selesainya laporan harga pokok penjualan yang dianggarkan dan anggaran
bebanpenjualan dan administrasi Texas Rex memiliki semua anggaran operasional
yang dibutuhkanuntuk mempersiapkan perkiraan laba bersih. Laporan laba rugi
yang dianggarkan adalahsebagai berikut:

Tabel 4.0
MODUL AKUNTANSI
59
MANAJEMEN

Laporan 7
Texas Rek Inc
Laporan Laba-Rugi yang Dianggarkan
Tahun berakhir 31 Desember 2011

STUDI KASUS

1. Global product memproduksi rak mantel, proyeksi penjualan untuk kuartal pertama
tahun yang akan datang dan prsediaan awal serta akhir adalah sebagai berikut:

Unit penjualan 100,000


Harga perunit $ 15
Unit dalam persediaan awal 8,000
Unit dalam persediaan akhir yang ditargetkan 12,000

Rak mantel dicetak lalu di cat. Masing-masing rak membutuhkan empat pon logam,
yang bernilai $ 2,50 per pon. Persediaan awal bahan baku adalah 4,000 pon. Global
produk ingin memiliki 6,000 pon logam dalam persediaan di akhir kuartal tersebut.
Tiap rak yang
diproduksi membutuhkan 30 menit jam tenaga kerja langsung, yang berbiaya
sebesar $9
perjam.
MODUL AKUNTANSI
60
MANAJEMEN

Diminta:
1. Siapkan anggaran penjualan untuk kuartal pertama!
2. Siapkan anggaran produksi untuk kuartal pertama!
3. Siapkan anggaran pembelian bahan baku langsung untuk kuartal pertama!
4. Siapkan anggaran tenaga kerja langsung untuk kuartal pertama!

2. SanSan Co berharap menerima kas dari penjualan $45,000 dalam bulan Maret ini.
Sebagai tambahan Sansan berharap dapat menjual sebuah bangunan senilai $3,500.
Pembayaran untuk bahan baku dan perlengkapan diperkirakan memiliki nilai total
$10,000, Gaji tenaga kerja langsung diperkirakan senilai $12,000 dan pengeluaran
lain dianggarkan sebesar $14,900. Saldo akun yang dimiliki pada tanggal 1 Maret
senilai $ 1,230.

Diminta:
a. Siapkan anggaran kas bagi Sansan untuk bulan Maret!
b. Asumsikan Sansan menginginkan saldo minimum kas $15,000 dan perusahaan
tersebut dapat meminjam dari bank dalam kelipatan $1,000 dengan bunga 12
persen pertahun. Berapakah besarnya saldo bulan Maret setelah disesuaikan?
Berapa bunga terutang Sansan bulan April dengan anggapan seluruh jumlah yang
dipinjamkan dalam bulan maret akan dibayar kembali?
MODUL AKUNTANSI
61
MANAJEMEN

BAB VII
SISTEMPERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN
PESANAN DAN PROSES

 Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Memahami pengertian dari perhitungan harga pokok produksi
2. Membedakan perhitungan harga pokok pesanan dan harga pokok proses
3. Menghitung harga pokok berdasarkan pesanan dan proses

PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN

1. Pengertian
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya
produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang
menghasilkan produk atas dasar pesanan.Tujuan dari penggunaan metode harga
pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan,
baik harga pokok produk secara keseluruhan dari tiap-tiap pesananan maupun
untuk per satuan.

2. Karakteristik Metode Pengumpulan Harga Pokok Pesanan


Karakteristik proses produksi berdasar pesanan adalah sebagai berikut :
a. Sifat produksi terputus-putus/intermitten
b. Tujuan produksi : untuk memenuhi pesanan
c. Bentuk produksi : sesuai dengan spesifikasi pesanan
d. Dasar produksi : atas dasar order
Contoh perusahaan yang memproduksi barang atas dasar pesanan adalah
perusahaan mebel, industri pesawat terbang, galangan kapal dsb.

3. Karakteristik Pengumpulan Biaya Produksi Metode Harga Pokok


Pesanan
Sesuai dengan karakteristik proses produksinya, maka karakteristik metode
harga pokok pesanan adalah sebagai berikut :
MODUL AKUNTANSI
62
MANAJEMEN

a. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik dikumpulkan secara individual untuk tiap-tiap pesanan.
b. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan secara langsung
terhadap pesanan yang bersangkutan
c. Biaya Overhead Pabrik (BOP) dibebankan keada tiap-tiap pesanan atas dasar tarif
yang ditentukan dimuka
d. Untuk mengumpulkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan BOP
pada tiap-tiap pesanan digunakan kartu harga pokok pesanan
e. Harga pokok produk per satuan dihitung sebagai berikut :
Jumlah harga pokok pesanan tertentu
Jumlah satuan produk pesanan ybs

4. Siklus Akuntansi Dalam Metode Harga Pokok Pesanan


1. Pencatatan Biaya Bahan
Metode pencatatan persediaan dalam perusahaan manufaktur digunakan sistem
perpetual.
a. Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku xxx
Utang dagang (kas) xxx

b. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku


Barang dalam proses -BBB xxx
Persediaan bahan baku xxx

c. Jurnal untuk mencatat pembelian retur


Utang dagang (kas) xxx
Persediaan bahan baku xxx

2. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja


a. Jurnal untuk mencatat kewajiban gaji dan upah
Gaji dan upah xxx
Utang gaji dan upah xxx
MODUL AKUNTANSI
63
MANAJEMEN

b. Jurnal untuk mencatat pembayaran gaji dan upah


utang gaji dan upah xxx
kas xxx

c. Jurnal untuk mencatat alokasi gaji dan upah


BDP - BTKL xxx
BOP sesungguhnya xxx
Biaya pemasaran xxx
Biaya administrasi xxx
Gaji dan upah xxx

3. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik


a. Jurnal untuk mencatat BOP sesungguhnya
BOP sesungguhnya xxx
Persediaan bahan penolong xxx
Biaya sewa xxx
Biaya listrik xxx
Biaya asuransi pabrik xxx
BOP lain-lain xxx

b. Jurnal untuk mencatat pembebanan BOP berdasarkan tarif yang ditentukan di


muka
BDP - BOP xxx
BOP yang dibebankan xxx

c. Jurnal untuk BOP dibebankan


BOP dibebankan xxx
BOP sesungguhnya xxx

d. Jurnal untuk mencatat selisih BOP


1. Jika BOP sesungguhnya lebih besar daripada BOP dibebankan, selisihnya
bersifat tidak menguntungkan.
Selisih BOP xxx
BOP sesungguhnya xxx
MODUL AKUNTANSI
64
MANAJEMEN

2. Jika BOP sesungguhnya lebih kecil daripada BOP dibebankan, maka selisihnya
bersifat menguntungkan
BOP sesungguhnya xxx
Selisih BOP xxx

4. Pencatatan Barang Jadi


Mencatat barang jadi yang diserahkan dari bagian produksi ke bagian
gudang :
Persediaan barang jadi xxx
BDP - BBB xxx
BDP - BTKL xxx
BDP - BOP xxx

5. Pencatatan Barang Dalam Proses Akhir Periode


Persediaan BDP xxx
BDP - BBB xxx
BDP - BTKL xxx
BDP - BOP xxx

6. Pencatatan Penyerahan Barang Jadi Kepada Pemesan


a. Jurnal untuk mencatat harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan barang jadi xxx

b. Jurnal untuk mencatat hasil penjualan


Kas/ piutang dagang xxx
Penjualan xxx

Contoh :

PT Rekan mempunyai usaha di bidang percetakan berdasarkan pesanan. Dalam bulan


Januari 2013 mengerjakan pesanan no.03 “buku akuntansi manajemen” dan pesanan no.04
“buku statistika”. Berikut ini transaksi-transaksi yang berhubungan dengan pembelian dan
pemakaian bahan :
Januari 2 : Pembelian bahan baku dan bahan penolong
MODUL AKUNTANSI
65
MANAJEMEN

Bahan baku :
Kertas X 250 rim @ Rp 30.000,- = Rp 7.500.000,-
Kertas Y 1.000 lbr @ Rp 1.000,- = Rp 1.000.000,-

Bahan Penolong
Macam-macam bahan penolong Rp 300.000,-
3 :Pengambilan bahan baku kertas X sebanyak 100 rim dari gudang untuk
mengerjakan pesanan no. 03 dan 04 masing-masing sebanyak 60 rim dan 40
rim
4 : Pemakaian macam-macam bahan penolong sebesar Rp 150.000,-
8 : Dibayar upah kepada tenaga kerja langsung sebagai berikut :
- Untuk pesanan no. 03 sebanyak 240 jam kerja langsung dengan tarif Rp
2.000,-
- Untuk pesanan no. 04 sebanyak 200 jam kerja langsung dengan tarif Rp
2.000 ,-
10 :Pengambilan bahan baku kertas X sebanyak 100 rim dari gudang untuk mengerjakan
pesanan no. 03 dan no. 04 masing-masing sebanyak 70 rim dan 30 rim
11 : Pemakaian macam-macam bahan penolong sebesar Rp 100.000,-
22 : Dibayar upah kepada tenaga kerja langsung sebagai berikut :
- Untuk pesanan no. 03 sebanyak 200 jam kerja langsung dengan tarif Rp
2.000,-
- Untuk pesanan no. 04 sebanyak 160 jam kerja langsung dengan tarif Rp
2.000,-
27 :Pengambilan kertas Y sebanyak 200 lembar untuk mengerjakan pesanan No. 03
30 : Dibayar gaji dan upah sebagai berikut :
- Upah tidak langsung Rp 800.000,-
- Gaji bagian administrasi dan umum Rp 600.000,-
- Gaji bagian pemasaran Rp 400.000,-

BOP selain upah langsung dan bahan penolong selama bulan januarimeliputi :
- Biaya sewa Rp 75.000,-
- Biaya listrik Rp 150.000,-
- Biaya penyusutan Rp 150.000,-
- Macam-macam biaya tak langsung Rp 125.000,-

BOP dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka,


yaitu Rp 2.000 per jam kerja langsung.

Pada akhir bulan januari pesanan no. 03 selesai dan diserahkan kepada
pemesan dengan harga Rp 7.000.000,- Pesanan no. 04 belum selesai

Dari data diatas diminta :


1. Jurnal-jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi-transaksi di atas
2. Buatlah kartu harga pokok pesanan
MODUL AKUNTANSI
66
MANAJEMEN

1. Jurnal
Januari 2
Persediaan bahan baku Rp 8.500.000,-
Persediaan bahan penolong Rp 300.000,-
Utang dagang Rp 8.800.000,-
Ket : untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong

Januari 3
Barang dalam proses – BBB Rp 3.000.000,-
Persediaan bahan baku Rp 3.000.000,-
Ket : untuk mencatat pemakaian bahanbaku kertas X

Januari 4
BOP sesungguhnya Rp 150.000,-
Persediaan bahan penolong Rp 150.000,-
Ket : Untuk mencatat pemakaian bahan penolong

Januari 8
Gaji dan upah Rp 880.000,-
Utang gaji dan upah Rp 880.000,-
Ket : Untuk mencatat kewajiban gaji dan upah-upah langsung

Barang dalam proses – BTKL Rp 880.000,-


Gaji dan upah Rp 880.000,-
Ket : Untuk mencatat pembebanan gaji dan upah-upah langsung

Januari 10
Barang dalam proses – BBB Rp 3.000.000,-
Persediaan bahan baku Rp 3.000.000,-
Ket : Untuk mencatat pemakaian bahan baku kertas X

Januari 11
BOP sesungguhnya Rp 100.000,-
Persedaiaan bahan penolong Rp 100.000,-
Ket : Untuk mencatat pemakaian bahan penolong

Januari 22
MODUL AKUNTANSI
67
MANAJEMEN

Gaji dan upah Rp 720.000,-


Utang gaji dan upah Rp 720.000,-
Ket : Untuk mencatat kewajiban gaji dan upah-upah langsung
Barang dalam proses – BTKL Rp 720.000,-
Gaji dan upah Rp 720.000,-
Ket : Untuk mencatat pembebanan gaji dan upah-upah langsung

Januari 27
Barang dalam proses – BBB Rp 200.000,-
Persediaan bahan baku Rp 200.000,-
Ket : Untuk mencatat pemakaian bahan baku kertas Y

Januari 30
Gaji dan upah Rp 1.800.000,-
Utang gaji dan upah Rp 1.800.000,-
Ket : Untuk mencatat kewajiban gaji dan upah

BOP sesungguhnya Rp 800.000,-


Biaya administrasi dan umum Rp 600.000,-
Biaya pemasaran Rp 400.000,-
Gaji dan upah Rp 1.800.000,-
Ket : Untuk mencatat alokasi gaji dan upah

Januari 30
BOP sesungguhnya Rp 500.000,-
Biaya sewa Rp 75.000,-
Biaya listrik Rp 150.000,-
Ak. Penyusutan Rp 150.000,-
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp 125.000,-
Ket : Untuk mencatat BOP sesungguhnya

Januari 31
Barang dalam proses – BOP Rp 1.600.000,-
BOP yang dibebankan Rp 1.600.000,-
Ket : Untuk mencatat BOP pada pesanan 800 jkl @ Rp 2.000

BOP yang dibebankan Rp 1.600.000,-


BOP sesungguhnya Rp 1.600.000,-
Ket : Untuk menutup rekening BOP yang dibebankan

BOP sesungguhnya Rp 50.000


Selisih BOP Rp 50.000,-
Ket : Untuk mencatat selisih BOP
MODUL AKUNTANSI
68
MANAJEMEN

Persedaiaan barang jadi Rp 5.860.000,-


Barang dalam proses – BBB Rp 4.100.000,-
Barang dalam proses - BTKL Rp 880.000,-
Barang dalam proses – BOP Rp 880.000,-
Ket : Untuk mencatat barang jadi pesanan nomor 3

Persediaan barang dalam proses Rp 3.540.000,-


Barang dalam proses – BBB Rp 2.100.000,-
Barang dalam proses – BTKL Rp 720.000,-
Barang dalam proses – BOP Rp 720.000,-
Ket : Untuk mencatat persediaan barang dalam proses akhir pesanan nomor 04

Harga pokok penjualan Rp 5.860.000,-


Persediaan barang jadi Rp 5.860.000,-
Ket : Untuk mencatat harga pokok penjualan

Piutang dagang Rp 7.000.000,-


Hasil penjualan Rp 7.000.000,-
Ket : Untuk mencatat penyerahan pesanan kepada pemesan

Tabel 4.1 Kartu Harga Pokok Pesanan


Kartu Harga Pokok Pesanan – 03 Kartu Harga Pokok Pesanan - 04

Tgl BBB BTKL BOP -D Tgl BBB BTKL BOP-D


J-2 1.800.00 J-2 1.200.000
8 0 480.000 8 400.00
10 10 900.000 0
22 2.100.00 400.000 22
0 320.00 720.000
27 30
880.000 0
30
200.000
jml 4.100.00 880.000 880.000 jml 2.100.000 720.00 720.000
0 0
Rekapitulasi : Rekapitulasi :
Biaya bahan baku Rp 4.100.000 Biaya bahan baku …………………….
Biaya TKL Rp 880.000 Biaya TKL …………………….
BOP Rp 880.000 BOP …………………….
Rp 5.860.000
MODUL AKUNTANSI
69
MANAJEMEN

PERHITUNGAN HARGA POKOK PROSES

1. Pengertian
Perhitungan harga pokok proses adalah perhitungan biaya yang dilakukan
secara periodik akuntansi pada kegiatan produksi masal berkelanjutan, seperti
tekstil, sepatu, kimia, gula, baja dll. Biaya proses berguna untuk membagikan jumlah
biaya produksi selama suatu periode tertentu kepada setiap satuan produk yang
dihasilkan dalam periode tersebut. Tindakan tersebut dilakukan dengan anggapan
bahwa satuan-satuan produknya tidak dibedakan satu sama lainnya,dan karenanya
satuan-satuan produk ini menanggung biaya sama besarnya.

Persamaanantarajob order costing danprocess costingterletakpada:


a. Tujuan : membebankanbiayabahanbaku, tenagakerjadanoverhead keproduk
b. Jenisakunmanufakturdasaryang dipakai : overhead pabrik, bahanbaku, BDP
danbarangjadi
c. Aliranbiayamelaluiakunmanufaktur
Perbedaan antara job order costing dan process costing terletak pada:
a. Aliranunit dalamsistemperhitunganbiaya(sesuaipekerjaan/ pesananvsterus-
menerus)
b. Unit yang diproduksi(heterogenvshomogen)
c. Dokumenpengendaliyang digunakan(kartubiayaper
pekerjaanvslaporanproduksiper departemen)
Di samping itu proses produsi pada umumnya dilakukan oleh lebih dari satu
departemen, yang memiliki ciri-ciri antara lain :
a. Semua biaya dibebankan pada perkiraang barang dalam proses (work in process)
pada tiap-tiap departemen produksi
b. Tiap departemen produksi menyajikan “lapran biaya produksi departemen” yang
berisi data produksi, biaya per unit material, upah dan overhead, biaya yang
ditransfer ke biaya departemen berikutnya (atau ditransfer ke biaya barang jadi)
dan biaya barang dalam proses akhir periode
MODUL AKUNTANSI
70
MANAJEMEN

c. Proses produksi dapat berlangsung dalam beberapa departemen; misalnya


departemen produksi pertama memproses awal material kemudian hasilnya
dipindahkan ke departemen kedua, departemen kedua melanjutkan proses
produksi yang menjadi bagiannya, kemudian hasilnya dipindahkan ke
departemen ketiga; departemen ketiga melanjutkan proses produksi yang
menjadi bagiannya dan seterusnya.

2. Aliran Proses Produksi


Pada umumnya terdapat tiga aliran proses produksi yakni :
a. Berurutan (sequential product flow), barang awal di proses di departemen,
kemudian hasilnya dipindahkan ke departemen kedua dan seterusnya, kemudian
terakhir dipindahkan ke gudang barang jadi.
b. Sejajar (parallel product flow) misalnya pabrik mobil, material diproses di
departemen A untuk mesin, dan material diproses di departemen B untuk
kerangka mobil. Kemudian hasil barang departemen A dan B dipindahkan ke
departemen C (departemen perakitan), kemudian hasil barang c dipindahkan ke
departemen D (departemen pengecatan dan perlengkapan), hasil barang
departemen D dipindahkan ke gudang barang jadi.
c. Selekif (selective product flow) ; misalnya penangkapan ikan, hasil tangkapan
ikandibagi dalam tiga departemen, sebagian ikan diolah di departemen
penyortiran kemudian dipindahkan ke departemen pengepakan; sebagian diolah
menjadi ikan kaleng kemudian dipindahkan ke departemen pengepakkan, dan
sebagian di olah dikeringkan, kemudian di pindahkan ke departemen
pengepakkan. Dari departemen pengepakkan dipindahkan ke departemen
gudang barang jadi.
Tahap-tahap perhitungan harga pokok proses adalah sebagai berikut
1. Menghitung ekuivalen produksi
2. Menghitung biaya per unit material, upah dan overhead pabrik
3. Menyajikan laporan biaya produksi
MODUL AKUNTANSI
71
MANAJEMEN

3. Perspektif Aliran Biaya dalam Process Costing


Departemenpemrosesan(processing department)
adalahdepartemendidalamorganisasiyang
digunakanuntukmenghasilkanprodukdantempatdimanabahan,
tenagakerjadanbiayaoverhead ditambahkankedalamproduk.

Contoh:
Strathmore, Inc. adalahperusahaanyang
memproduksimainanedukatifmemilikitigadepartemenyaitudepartemenpembentukan,
dimana plastic dipotongmenjadibentuk-bentukyang diinginkan;
departemenperakitandimana
plastiKdirakitdanbahanpelengkapsepertialatpengunciditambahkan. Mainanyang
sudahjadidikirimkedepartemenpengemasan, dimanamainandimasukkankedalamkotak.

Gambar 1.7
MODUL AKUNTANSI
72
MANAJEMEN

 Akuntansi untuk Bahan Baku


Padaprinsipnyabahandapatditambahkandisetiapdepartemenpemrosesan,
meskipunumumnyabahanhanyaditambahkanpadadepartemenpertamadandalamdep
artemenberikutnyahanyamenambahkanbiayatenagakerjadanoverhead
danmembentukbarangsetengahjadisampaimenjadibarangjadi.
Contoh
Di Strathmore, Inc
jurnaluntukmemasukkanbahankedalamprosesproduksidepartemenpertamaadalah:
Barang dalamProses–Dept. Pembentukan xxx
Bahan Baku xxx
Jikabahanditambahkanlagidalamdepartemenperakitan, jurnalnyasebagaiberikut:
Barang dalam Proses–Dept. Perakitan xxx
Bahan Baku xxx

 Akuntansi untuk Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja dibebankan pada departemen, bukan perorangan.

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja di Departemen Perakitan Strathmore Inc
adalah:
MODUL AKUNTANSI
73
MANAJEMEN

Barang Dalam Proses-Departemen Perakitan xxx


Utang upah dan gaji xxx

 Akuntansi untuk Overhead


Perhitungan overhead menggunakan tarif overhead ditentukan di muka, di mana
setiap departemen memiliki tarif tersendiri.Biaya overhead dibebankan ke unit
produksi pada saat unit tersebut melewati setiap departemen.
Jurnal untuk mencatat overhead di Departemen Perakitan adalah sebagai berikut:
Barang Dalam Proses-Departemen Perakitan xxx
Overhead Pabrik xxx

 Akuntansi untuk Transfer Barang

Barang yang telah selesai diproses di Departemen Perakitan akan ditransfer ke


Departemen Pengemasan dan jurnal untuk mencatatnya adalah:
Barang Dalam Proses –Dept. Pengemasan xxx
Barang Dalam Proses –Dept. Perakitan xxx

Apabila Departemen Pengemasan telah menyelesaikan pekerjaan, maka biaya


barang jadi ditransfer ke akun Barang Jadi. Jurnal yang dicatat adalah:
Barang Jadi xxx
Barang Dalam Proses –Dept. Pengemasan xxx

 Akuntansi untuk Harga Pokok Penjualan


Apabilamainanyang diproduksiStrathmore, Inc.
telahterjualmakadilakukanpencatatanjurnalsbb:
HargaPokokPenjualan xxx
BarangJadi xxx

Unit Ekuivalen Produksi


MODUL AKUNTANSI
74
MANAJEMEN

Masalah yang timbul dalam process costing adalah umumnya suatu departemen
memiliki persediaan akhir barang dalam proses.Oleh karena itu perlu dikonversi secara
matematis barang setengah jadi tersebut ke jumlah ekuivalen dari unit barang yang
telah selesai.
Unit ekuivalen adalah jumlah unit selesai yang seharusnya diperoleh dari bahan
dan usaha yang digunakan untuk menghasilkan barang jadi.
Dirumuskan:
Unit Ekuivalen = Jumlah unit setengah jadi x% penyelesaian

4. Metode Perhitungan Harga Pokok Proses


Metode yang lazim digunakan :
a. Metode perhitungan biaya rata-rata (average costing) : biaya persediaan awal
barang dalam proses ditambahkan pada biaya-biaya periode sekarang.
b. Metode perhitungan biaya masuk pertama keluar pertama (first in first out
costing): biaya persediaan awal barang dalam proses dikeluarkan dahulu; biaya
biaya untuk menyelesaikan persediaan awal barang dalam proses dipisahkan dari
biaya persediaan awal barang dalam proses.

Unit barang hilang


Unit barang hilang dapat terjadi pada awal proses atau akhir proses. Jika unit
barang hilang terjadi pada awal proses, maka ia belum menyerap biaya, tidak perlu
diperhitungkan dalam ekuivalen produksi. Tetapi jika unit barang hilang terjadi pada
akhir proses yang ditemukan oleh bagian pengendalian mutu pada waktu mengadakan
pemeriksaan akhir, maka ia telah menyerap biaya, harus diperhitungkan dalam
ekuivalen produksi.
Unit barang hilang bisa dinyatakan normal dan abnormal. Barang hilang normal
adalah terjadinya tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan manajemen, misalnya
menguap atau menyusut dalam proses produksi. Biaya barang hilang normal ini
dibebankan ke barang jadi atau barang yang dipindahkan ke departemen berikutnya
MODUL AKUNTANSI
75
MANAJEMEN

dan dibebankan ke persediaan barang akhir proses. Sedangkan barang hilang abnormal
adalah terjadinya dapat dikendalikan oleh kemampuan manajemen, misalnya kesalahan
pemakaian peralatan, metode kerja yang salah dan penggunaan bahan baku yang salah.
Biaya barang hilang abnormal ini dibebankan ke biaya overhead pabrik, atau
dimasukkan ke perhitungan rugi-laba perkiraan beban lain-lain.

Tambahan material
Dalam proses produksi biasanya pada departemen kedua, ketiga dan
seterusnya, ada tambahan material. Tambahan material itu terdiri dari (a) tanpa
menambah unit produk, hanya menambah biaya saja, (b) menambah unit barang dan
sekaligus menambah biaya.

Barang jadi yang ditahan di pabrik


Pada akhir periode, kadang-kadang ada barang jadi yang masih ditahan di
pabrik.Barang ini belum diserahkan kebagian gudang barang jadi.Hal itu disebabkan
mungkin karena pada akhir perhitungan fisik barang belum sempat dipindahkan ke
departemen berikutnya atau ke gudang barang jadi. Biaya ini menjadi bagian dari biaya
persediaan akhir barang dalam proses.

 TIDAK ADA PERSEDIAAN BARANG DALAM PROSES AWAL PERIODE


Pabrik yang baru beroperasi tidak memiliki persediaan barang dalam proses
pada awal periode.Misalnya PT KL Jakarta, suatu pabrik yang baru mulai operasi, ia
tidak memiliki barang dalam proses pada awal periode. Ia memiliki tiga departemen
produksi yaitu departemen 1, 2 dan 3. Data akuntansi tiap-tiap departemen disajikan
sbb:
Tabel 4.2
Skedul Produksi (1)
Keterangan Dept. 1 Dept. 2 Dept.3
Unit dimasukkan ke dalam proses produksi 4.000 0 0
MODUL AKUNTANSI
76
MANAJEMEN

Unit yang ditransfer ke dept. berikutnya 3.400 2.900 0


Unit yang ditransfer ke gudang barang jadi 0 0 2.100
Unit selesai, ditahan 100 0 100
Unit barang dalam proses akhir 300 400 300
Unit hilang dalam proses 200 100 400
Keterangan unit hilang (awal/akhir proses), normal atau Akhir Awal Akhir
abnormal normal Normal Abnormal
Tingkat penyelesaian unit dalam proses, akhir periode :
Material 100% 100% 100%
Biaya Konversi (upah dan overhead) 90% 80% 70%

Tabel 4.3
Data Biaya (Perhitungan dalam Rupiah) (1)
Keterangan Dept. 1 Dept. 2 Dept.3
Diterima dari departemen sebelumnya 0 ? ?
Material 2.000 0 0
Upah 2.500 3.500 3.400
Overhead 2.300 3.000 2.000
Jumlah biaya 7.290 ? ?

Berdasarkan data akuntansi diatas, manajemen membutuhkan informasi biaya per unit
tiap-tiap unsur biaya (bahan, upah dan overhead) dan laporan biaya tiap-tiap
departemen.Tujuannya adalah untuk menilai kinerja departemen.

Solusi PT Proses Jaya

Tabel 4.4
Departemen I
Tahap pertama : Menghitung Ekuivalen Produksi (dalam unit)
Keterangan Material Upah dan Overhead
(Biaya Konversi)
Unit barang selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya 3.400 3.400
Unit barang selesai ditahan 100 100
Unit hilang akhir proses 200 200
Unit barang dalam proses akhir **300 *270
Jumlah 4.000 3.970

* 90% X 300 unit = 270 unit


** 100% x 300 unit = 300 unit

Tabel 4.5
MODUL AKUNTANSI
77
MANAJEMEN

Tahap Kedua : Perhitungan Biaya Per unit (dalam Rupiah)


Keterangan Perhitungan BIaya Per unit
Material 2.000/4.000 0,500
Upah 2.500/3.970 0,62972
Overhead 2.300/3.970 0,57935
Jumlah / biaya per unit 6.800 1,70907

Tabel 4.6
Tahap Ketiga :Penyajian Laporan Biaya Produksi
Keterangan Perhitungan (Rp)
Selesai diproses dipindahkanke dept. 2 3.400 x 1,70907 5.810,84
Hilang akhir proses 200 x 1,70907 341,81
Jumlah biaya dipindahkan ke dept. 2 6.152,65
Biaya barang dalam proses akhir :
Barang jadi ditahan 100 x 1,70907 170,91
Material 300 x 0,5000 150,00
Upah : 90% x 300 x 0,62972 170,02
Overhead : 90% x 300 x 0,57935 156,42
Jumlah biaya barang dalam proses akhir 647,35
Jumlah biaya 6.800,00

Tabel 4.7
Departemen 2
Tahap pertama : Menghitung Ekuivalen Produksi (dalam unit)
Keterangan Material Upah dan Overhead
(Biaya Konversi)
Unit barang selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya 2.900 3.400
Unit barang selesai ditahan 0 0
Unit barang dalam proses akhir **400 *320
Jumlah 3.300 3.220

* 80% X 400 unit = 320 unit


** 100% x 400 unit = 400 unit

Tabel 4.8
Tahap Kedua : Perhitungan Biaya Per unit (dalam Rupiah)
Keterangan Perhitungan BIaya Per unit
Dari dept. 1 6.152,65/3.400 1,80960
Upah 3.500/3.220 1,08696
Overhead 3.000/3.220 0,93168
Unit hilang *0,05484
Jumlah / biaya per unit 12.652,65 3,88308
*(100 x 1,80960)/(3.400-100)
MODUL AKUNTANSI
78
MANAJEMEN

Tabel 4.9
Tahap Ketiga : Penyajian Laporan Biaya Produksi
(perhitungan dalam rupiah)
Keterangan Perhitungan (Rp)
Selesai diproses dipindahkanke dept. 3 2.900 x 3,88308 11.260,93
Biaya barang dalam proses akhir:
Dari dept 1 : 400 x (1,80960 + 0,5484) 745,78
Upah : 80% x 400 x 1,08696 347,83
Overhead : 80% x 400 x 0,93168 296,14
Jumlah biaya barang dalam proses akhir 1,391,75
Jumlah biaya *12.652,68
Seharusnya 12.652,65
Selisih 0,03 akibat pembulatan

Tabel 5.0
Departemen 3
Tahap pertama : Menghitung Ekuivalen Produksi (dalam unit)
Keterangan Material Upah dan Overhead
(Biaya Konversi)
Unit barang selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya 2.100 2.100
Unit barang selesai ditahan 100 100
Unit hilang akhir proses (abnormal) 400 400
Unit barang dalam proses akhir **300 *210
Jumlah 2.900 2.810

* 70% X 300 unit = 210 unit


** 100% x 300 unit = 300 unit

Tabel 5.1
Tahap Kedua : Perhitungan Biaya Per unit (dalam Rupiah)
Keterangan Perhitungan BIaya Per unit
Dari dept. 2 11.260,93/2.900 3,88308
Upah 3.400 / 2.810 1,20996
Overhead 2.000 / 2.810 0,71174
Jumlah / biaya per unit 16.660,93 5,80478
MODUL AKUNTANSI
79
MANAJEMEN

Tabel 5.2
Tahap Ketiga : Penyajian Laporan Biaya Produksi
(perhitungan dalam rupiah)
Keterangan Perhitungan (Rp)
Selesai diproses dipindahkan ke gudang barang jadi 2.100 x 5,80478 12.190,04
Overhead pabrik (unit hilang abnormal) 400 x 5,80478 2.321,91
Biaya barang dalam proses akhir:
Selesai ditahan : 100 x 5,80478 580,49
Dari dept 2 : 300 x 3,88308 1.164,92
Upah : 70% x 300 x 1,20996 254,09
Overhead : 70% x 300 x 0,71174 149,47
Jumlah biaya barang dalam proses akhir 2.148,97
Jumlah biaya *16.660,92
Seharusnya 16.660,93
Selisih 0,03 akibat pembulatan
Barang hilang dalam proses abnormal tidak dimasukkan perhitungan biaya barang
jadi karena harus dipertanggungjawabkan manajer departemen yang bersangkutan
untuk dicari sebab-sebabnya. Biaya itu akan dibebankan ke perhitungan laba-rugi
dengan perkiraan pendapatan dan beban lain-lain dengan keterangan barang hilang
abnormal di departemen produksi 3.

 MODEL RATA-RATA (AVERAGE) DAN MODEL MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA


(FIRST IN FIRST OUT / FIFO)
Model ini digunakan apabila pabrik memiliki persediaan barang dalam proses awal
periode, terjadi barang hilang dalam proses dan ada barang selesai ditahan di pabrik.
Pabrik memiliki tiga departemen. Unit barang hilang dalam proses dinyatakan hilang
pada awal proses.
Tabel 5.3
Skedul Produksi (2)
Keterangan Dept. 1 Dept. 2 Dept.3
Unit barang dalam proses awal 400 0 0
Unit dimasukkan ke dalam proses produksi 4.000 0 0
Unit yang diterima dari dept. sebelumnya 0 3.800 3.600
Jumlah 4.400 4.100 4.000

Unit yang ditransfer ke dept. berikutny 3.800 3.600 0


Unit yang ditransfer ke gudang barang jadi 0 0 3.500
Unit selesai, ditahan 100 0 100
Unit barang dalam proses akhir 300 400 300
Unit hilang dalam proses (awal proses) 200 100 100
Jumlah 4.400 4.100 4.000
MODUL AKUNTANSI
80
MANAJEMEN

Tingkat penyelesaian:
Barang dalam proses awal periode :
Material 100% 100% 100%
Upah 1/2 1/3 1/4
Overhead 1/2 1/3 1/4
Tingkat penyelesaian:
Barang dalam proses akhir periode
Material 100% 100% 100%
Upah 2/3 1/2 1/3
Overhead 2/3 1/2 1/3

Tabel 5.4
Data Biaya (Perhitungan dalam Rupiah) (2)
Biaya Persediaan Awal Barang Dalam Proses Dept. 1 Dept. 2 Dept.3
Dari departemen sebelumnya 600 1.500
Material 200 0 0
Upah 150 100 80
Overhead 140 90 70
Biaya diterimadari departemen sebelumnya ? ?
Biaya departemen periode ini :
Material 2.000 0 0
Upah 2.500 3.500 3.400
Overhead 2.300 3.000 2.000
Jumlah biaya 7.290 ? ?

 Perhitungan Biaya Model Rata-Rata (Average Costing)

Solusi PT Proses KM

Tabel 5.5
Departemen 1 : Model Rata-Rata
Tahap Pertama :Menghitung Ekuivalen Produksi
Keterangan Material Upah dan Overhead
(Biaya Konversi)
Unit barang selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya 3.800 3.800
Unit barang selesai ditahan 100 100
Unit barang dalam proses akhir 300 200
Jumlah 4.200 4.100

* 2/3 X 300 unit = 200 unit

Tabel 5.6
Tahap Kedua : Perhitungan Biaya Per unit (dalam Rupiah)
Keterangan Perhitungan BIaya Per unit
Material (200+2.000) / 4.200 0,52381
MODUL AKUNTANSI
81
MANAJEMEN

Upah (150 + 2.500) / 4.100 0,64634


Overhead (140 + 2.300) / 4.100 0,58612
Jumlah / biaya per unit 7.290 1,76627

Tabel 5.7
Tahap Ketiga : Penyajian Laporan Biaya Produksi
Keterangan Perhitungan (Rp)
Biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya :
3.800 X 1,76527 6.708
Biaya barang dalam proses akhir :
Barang jadi ditahan : 100 X 1,76527 176,53
Material : 300 X 0,52381 157,14
Upah : 2/3 X 300 X 0,64634 129,27
Overhead : 2/3 X 300 X 0,58612 118,02
Jumlah biaya barang dalam proses akhir : 581,96
Jumlah biaya 7.289,97
Seharusnya 7.290,00
Selisih akibat pembulatan 0,03

Tabel 5.8
Departemen 2 : Model Rata-Rata
Jumlah biaya departemen 2
Keterangan (Rp)
Biaya barang dalam proses awal :
Dari departemen sebelumnya 600,00
Upah 100,00
Overhead 90,00
Biaya periode ini
Terima dari departemen sebelumnya 6.708,01
Upah 3.500,00
Overhead 3.000,00
Jumlah 13.998,01

Tabel 5.9
Tahap Pertama :Menghitung Ekuivalen Produksi
Upah dan Overhead
Keterangan (Biaya Konversi)
MODUL AKUNTANSI
82
MANAJEMEN

Unit barang selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya 3.600


Unit barang selesai ditahan 0
Unit barang dalam proses akhir *200
Jumlah 3.800

* 1/2 X 400 unit = 200 unit

Tabel 6.0
Tahap Kedua : Perhitungan Biaya Per unit (dalam Rupiah)
Keterangan Perhitungan BIaya Per unit
Material (600 + 6.708,01)/ (300 + 3.800) 1,78244
Upah (100 + 3.500 ) / 3.800 0,94737
Overhead (90 + 3.000) / 3.800 0,81316
Penyesuaian unit hilang (100 X 1,78244) / (4.100 -100) 0,04456
Jumlah / biaya per unit 12.998,01 3,58753

Tabel 6.1
Tahap Ketiga : Penyajian Laporan Biaya Produksi
Keterangan Perhitungan (Rp)
Biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya : 3.600 X 3.58753 12.915,11
Biaya barang dalam proses akhir :
Dari departemen sebelumnya :
400 X (1,78244 + 0,04456) 730,80
Upah : 1/2 X 400 X 0,94737 189,47
Overhead : 1/2 X 400 X 0,81316 162,63
Jumlah biaya barang dalam proses akhir : 1,082,90
Jumlah biaya 13.998,01
Tabel 6.2
Departemen 3 : Model Rata-Rata
Jumlah biaya departemen 3
Keterangan (Rp)
Biaya barang dalam proses awal :
Dari departemen sebelumnya 1.500,00
Upah 80,00
Overhead 70,00
Biaya periode ini
Terima dari departemen sebelumnya 12.915,11
Upah 3.400,00
Overhead 2.000,00
Jumlah 19.965,11

Tabel 6.3
Tahap Pertama :Menghitung Ekuivalen Produksi
MODUL AKUNTANSI
83
MANAJEMEN

Keterangan Upah dan Overhead


(Biaya Konversi)
* 1/3 X Unit barang selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya 3.500 400
unit = Unit barang selesai ditahan 100 200
unit Unit barang dalam proses akhir *200
Jumlah 3.700

Tabel 6.4
Tahap Kedua : Perhitungan Biaya Per unit (dalam Rupiah)
Keterangan Perhitungan BIaya Per
unit
Dari departemen sebelumnya (1.500 + 12.915,11)/ (400 + 3.600) 3,60378
Upah (80 + 3.400 ) / 3.700 0,94054
Overhead (70 + 2.000) / 3.700 0,55946
Penyesuaian unit hilang (100 X 3,60378) / (4.000 -100) 0,09240
Jumlah / biaya per unit 19.965,11 5,19618

Tabel 6.5
Tahap Ketiga : Penyajian Laporan Biaya Produksi
Keterangan Perhitungan (Rp)
Biaya yang ditransfer ke gudang barang jadi : 3.500 X 5,196181 18.186,63
Biaya barang dalam proses akhir :
Barang jadi ditahan: 100 X 5,19618 519,62
Dari departemen sebelumnya :
300 X (3,60378 + 0,09240) 1.108,85
Upah : 1/3 X 300 X 0,94054 94,05
Overhead : 1/3 X 300 X 0,55946 55,95
Jumlah biaya barang dalam proses akhir : 1,778,47
Jumlah biaya 19.965,10
Seharusnya 19.965,11
Selisih akibat pembulatan 0,01

 Perhitungan Biaya Metode Masuk Pertama Keluar Pertama / FIFO (First In First Out)

Tabel 6.6
Departemen 1 : Model FIFO
MODUL AKUNTANSI
84
MANAJEMEN

Tahap Pertama :Menghitung Ekuivalen Produksi


Keterangan Material Upah dan Overhead
(Biaya Konversi)
Unit barang selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya 3.800 3.800
Dikurangi persediaan awal 400 400
Unit diproses periode ini 3.400 3.400
Ditambah unit barang selesai ditahan 100 100
Ditambah barang dalam proses awal yang harus dikerjakan
periode ini *200
Ditambah unit barang dalam proses akhir 300 **200
Jumlah 3.800 3.900

* 1/2 X 400 unit = 200 unit


** 2/3 X 300 unit = 200 unit

Tabel 6.7
Tahap Kedua : Perhitungan Biaya Per unit (dalam Rupiah)
Keterangan Perhitungan BIaya Per unit
Material 2.000 / 3.800 0,52632
Upah 2.500 / 3.900 0,64103
Overhead 2.300 / 3.900 0,58974
Jumlah / biaya per unit 1,75700

Tabel 6.8
Tahap Ketiga : Penyajian Laporan Biaya Produksi
Keterangan Perhitungan (Rp)
Biaya persediaan awal barang dalam proses 400
Biaya tambahan :
Upah ½ X 400 X 0,64103 128,21
Overhead ½ X 400 X 0,58974 117,95
Jumlah 736,16
Biaya yang ditrransfer ke departemen berikutnya
(3800 – 400) 3400 X 1,75709 5.974,11
Total biaya yang ditransfer ke dept. berikutnya 6.710,27
Biaya barang dalam proses akhir:
Barang jadi ditahan : 100 X 1,75709 175,71
Material : 300 X 0,52632 157,90
Upah : 2/3 X 300 X 0,64103 128,21
Overhead : 2/3 X 300 X 0,58974 117,95
579,77
Jumlah biaya 7.290,04
Seharusnya 7.290
MODUL AKUNTANSI
85
MANAJEMEN

Selisih akibat pembulatan 0.04

Tabel 6.9
Departemen 2 : Model FIFO
Jumlah biaya departemen 2
Keterangan (Rp)
Biaya barang dalam proses awal :
Dari departemen sebelumnya 600,00
Upah 100,00
Overhead 90,00
Biaya periode ini
Terima dari departemen sebelumnya 6.710,27
Upah 3.500
Overhead 3.000
Jumlah 14.000,27

Tabel 7.0
Tahap Pertama :Menghitung Ekuivalen Produksi
Keterangan Upah dan
Overhead
(Biaya Konversi)
Unit barang selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya 3.600
Dikurangi persediaan awal 300
Unit diproses periode ini 3.300
Ditambah unit barang selesai ditahan 0
Ditambah barang dalam proses awal yang harus dikerjakan *200
periode ini
Ditambah unit barang dalam proses akhir **200
Jumlah 3.700

* 2/3 X 300 unit = 200 unit yang harus dikeluarkan dalam periode ini, karena 1/3 selesai
** ½ X 400 = 200 unit

Tabel 7.1
Tahap Kedua : Perhitungan Biaya Per unit (dalam Rupiah)
Keterangan Perhitungan BIaya Per unit
Material 6.710,27/3800 1,76586
Upah 3500/3700 0,94595
Overhead 3.000/3.700 0,81081
Penyesuaian unit hilang (100 X 1,76586)/ (3.800 – 100) 0,04773
Jumlah / biaya per unit 3,57035

Tabel 7.2
Tahap Ketiga : Penyajian Laporan Biaya Produksi
Keterangan Perhitungan (Rp)
Persediaan awal barang dalam proses (300 unit) 790
MODUL AKUNTANSI
86
MANAJEMEN

Biaya tambahan :
Upah 2/3 X 300 X 0,94595 189,19
Overhead 2/3 X 300 X 0,81081 162,16
Jumlah 1.141,35
Barang selesai periode ini (3.300 unit) 3.300 X 3,57035 11.782,16
Barang ditransfer ke departemen berikutnya 3.600 unit 12.923,51
Biaya barang dalam proses akhir :
Dari departemen sebe;umnya :
400 X (1,76586 + 0,04773) 725,44
Upah : ½ X 400 X 0,94595 189,19
Overhead : ½ X 400 X 0,81081 162,16
Jumlah biaya barang dalam proses akhir 1.076,79
Jumlah biaya 14.000,30
Seharusnya 14.000,27
Selisih akibat pembulatan 0,03

Tabel 7.3
Departemen 3 : Model FIFO
Jumlah biaya departemen 3
Keterangan (Rp)
Biaya barang dalam proses awal :
Dari departemen sebelumnya 1.500,00
Upah 80,00
Overhead 70,00
Biaya periode ini
Terima dari departemen sebelumnya 12.923,51
Upah 3.400
Overhead 2.000
Jumlah 19.973,51
Tabel 7.4
Tahap Pertama :Menghitung Ekuivalen Produksi
Keterangan Upah dan
Overhead
*3/4 X (Biaya 300 unit
= 200 unit Konversi) yang
harus Unit barang selesai dan ditransfer ke gudang barang jadi 3.500
dikerjakan Dikurangi persediaan awal 400 dalam
periode Unit diproses periode ini 3.100 ini,karena
¼ selesai Ditambah unit barang selesai ditahan 100
** Ditambah barang dalam proses awal yang harus dikerjakan *300 1/3 X 300
= periode ini 100 unit
Ditambah unit barang dalam proses akhir **100
Jumlah 3.600
Tabel
7.5
Tahap Kedua : Perhitungan Biaya Per unit (dalam Rupiah)
MODUL AKUNTANSI
87
MANAJEMEN

Keterangan Perhitungan BIaya Per unit


Dari departemen sebelumnya 12.923,51 /3.600 3,58986
Upah 3.400/3.600 0,94444
Overhead 2.000/3.600 0,55556
Penyesuaian 100 unit hilang awal proses (100 X 3,58986)/(3.600 – 100) 0,10257
Jumlah / biaya per unit 5,19243

Tabel 7.6
Tahap Ketiga : Penyajian Laporan Biaya Produksi
Keterangan Perhitungan (Rp)
Persediaan awal barang dalam proses (400 unit) 1.650,00
Biaya tambahan :
Upah 3/4 X 400 X 0,94444 283,33
Overhead 3/4 X 400 X 0,55556 166,67
Jumlah 2.100,00
Barang selesai periode ini (3.100 unit) 3.100 X 5,192,43 16.096,53
Barang ditransfer ke departemen berikutnya 3.500 unit 18.196,53
Biaya barang dalam proses akhir :
Dari departemen sebe;umnya :
300 X (3,58986 + 0,10257) 1.107,73
Barang jadi ditahan, 100 X 5,19243 519,24
Upah : 1/3 X 300 X 0,94444 94,44
Overhead : 1/3 X 300 X 0,55556 55,56
Jumlah biaya barang dalam proses akhir 1.776,97
Jumlah biaya 19.973,50
Seharusnya 19.973,51
Selisih akibat pembulatan 0,01

STUDI KASUS

1. Biaya pekerjaan dengan menggunakan tarif overhead keseluruhan pabrik dan


departemen. Labour Company menggunakan sistem perhitungan biaya pesanan normal.
Perusahaan memiliki dua departemen dimana hampir semua pekerjaan diproses. Data
anggaran dan data aktual yang diseleksi untuk tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Keterangan Departemen A Departemen B


Overhead yang dianggarkan $100.000 $500.000
Overhead aktual 110.000 520.000
Aktivitas yang diharapkan (jam tenaga
kerja langsung) 50.000 10.000
Jam mesin yang dianggarkan 10.000 50.000
Jam tenaga kerja aktual 51.000 9.000
Jam mesin actual 10.500 52.000
MODUL AKUNTANSI
88
MANAJEMEN

Selama tahun berjalan, beberapa pekerjaan telah diselesaikan. Data yang berhubungan
dengan salah satu pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut:

Bahan baku langsung $ 20.000


Biaya Tenaga kerja Langsung:
Departemen A (5.000 jam @ $6 perjam) $ 30.000
Departemen B (1.000 jam @ $6 perjam) $ 6.000
Jam Mesin yang digunakan:
Departemen A 100 Jam
Departemen B 1.200 Jam
Unit yang diproduksi 10.000 unit.

Labour Company menggunakan tarif overhead keseluruhan pabrik yang dianggarkan,


untukmembebankan overhead ke pekerjaan. Jam tenaga kerja langsung digunakan untuk
menghitung tarif overhead yang dianggarkan.
Diminta:
1. Hitunglah tarif overhead yang dianggarkan!
2. Dengan menggunakan tarif yang dianggarkan, hitunglah biaya produksi
perunitpekerjaan tersebut!
3. Hitunglah kembali biaya produksi perunit pekerjaan dengan menggunakan
tarifoverhead departemen. Gunakan jam tenaga kerja langsung untuk Depatemen A
danjam mesin untuk Departemen B. Jelaskan mengapa pendekatan ini
lebihmemberikan biaya perunit yang akurat.

2. Perhitungan Biaya Proses


Labour Company menggunakan metode rata-rata tertimbang, memproduksi suatu
produkmelewati dua departemen pencampuran dan pemasakan.Dalam
departemenpencampuran semua bahan ditambahkan pada awal proses. Input
manufaktur lainnyaditambahkan secara tidak seragam. Informasi berikut berkaitan
dengan departemenpencampuran pada bulan Februari:
a. Barang dalam proses awal, 1 Februari: 100.000 pon, 40% diselesaikan dengan
biaya konversi. Biaya-biayadibebankan pada pekerjaan ini adalah seabgai berikut:
1. Bahan baku $ 20.000
2. Tenaga Kerja $ 10.000
3. Overhead $ 30.000
b. Barang dalam proses akhir, 28 Pebruari : 50.000 pon , 60% diselesaikan dengan
biaya konversi.
c. Unit-unit yang diselesaikan dan ditransfer keluar; 370.000 pon. Biaya-biaya
berikutditambahkan selama bulan berjalan:
1. Bahan baku $ 211.000
2. Tenaga kerja $ 100.000
3. Overhead $ 270.000
MODUL AKUNTANSI
89
MANAJEMEN

Diminta :
a. Siapkan laporan aliran fisik
b. Siapkan laporan unit ekuivalen
c. Hitunglah biaya perunit ekuivalen
d. Hitunglah biaya yang ditransfer keluar dan biaya persediaan akhir barang dalam
proses
e. Siapkan rekonsiliasi biaya.

BAB VIII
FULL COSTING DAN DIRECT COSTING

 Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Menggunakan laporan laba-rugi berdasarkan full costing sebagai alat untuk
prencanaan maupun pengendalian aktivitas perusaahaan
2. Menggunakan laporan laba-rugi berdasarkan variabel costing sebagai alat untuk
prencanaan maupun pengendalian aktivitas perusaahaan

1. Perhitungan Biaya Absorpsi dan Perhitungan Biaya Variabel


Ada dua metode untuk menghitung laba, yaitu: (1) perhitungan biaya variabel
(variabel costing) dan (2) perhitungan biaya absorpsi (absorption/full costing).
Perhitungan biaya variabel membebankan hanya biaya manufaktur variabel ke produk,
MODUL AKUNTANSI
90
MANAJEMEN

sedangkan perhitungan biaya absorpsi membebankan semua biaya (variabel dan tetap)
ke produk. Perbandingan antara metode perhitungan biaya variabel dengan biaya
absorpsi dapat dirangkum sebagai berikut:
Tabel 7.7
Jenis Perbandingan Variabel Costing Absorption Costing
1. Biaya produksi per unit Biaya bahan baku langsung Biaya bahan baku langsung
Biaya tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead variabel Biaya overhead variabel
Biaya overhead tetap

2. Perlakuannya terhadap Overhead tetap diperlakukan Overhead tetap diperlakukan


overhead tetap sebagai beban periodik sebagai biaya produk

3. Biaya periodik Biaya penjualan Biaya penjualan


Biaya administrasi Biaya administrasi
Biaya overhead tetap

4. Laporan rugi laba Memisahkan beban menurut Memisahkan beban menurut


perilaku biaya fungsi

Perhitungan biaya absorpsi diperlukan untuk pelaporan eksternal.Namun, untuk


kepentingan internal perusahaan, perhitungan biaya variabel dapat menyediakan informasi
biaya yang berguna dalam pengambilan keputusan dan pengendalian. Contoh:

Laporan Rugi Laba Menurut Perhitungan Biaya Absorpsi


Penjualan Rp 3.200.000
Dikurangi: Harga pokok penjualan Rp 2.550.000
Margin kotor Rp 650.000
Dikurangi biaya penjualan dan administrasi tetap Rp 220.000
Laba bersih Rp 430.000

Laporan Rugi Laba Menurut Perhitungan Biaya Variabel


Penjualan Rp 3.200.000
Dikurangi beban variabel :
Harga pokok penjualan variabel Rp2.300.000
Penjualan dan administrasi variabelRp 100.000
Rp 2.400.000
Margin kontribusi Rp 800.000
Dikurangi biaya tetap:
Overhead tetap Rp300.000
MODUL AKUNTANSI
91
MANAJEMEN

Penjualan dan administrasi tetap Rp 120.000


Rp 420.000
Laba bersih Rp 380.000

2. Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba Perusahaan


Biaya per unit produk menurut perhitungan biaya absorpsi selalu lebih besar
daripada menurut perhitungan biaya variabel karena adanya perlakuan yang berbeda
terhadap overhead tetap.Oleh karena biaya produk per unit merupakan dasar bagi
penghitungan harga pokok penjualan, maka perhitungan biaya variabel dan absorpsi
dapat mengakibatkan angka laba bersih yang berbeda.
Laba dalam penghitungan biaya absorpsi dan variabel akan berubah seiring
dengan perubahan dalam produksi dan penjualan produk. Hubungan tersebut dapat
dirangkum sebagai berikut:

Tabel 7.8
Hubungan laba dalam penghitungan biaya absorpsi dan variabel
No Jika Maka
1 Produksi > Penjualan Laba bersih absorpsi > Laba bersih variabel
2 Produksi < Penjualan Laba bersih absorpsi < Laba bersih variabel
3 Produksi = Penjualan Laba bersih absorpsi = Laba bersih variabel

Perhitungan biaya variabel selalu mengakui total overhead tetap periode sebagai
beban, sedangkan perhitungan biaya absorpsi hanya mengakui overhead tetap yang ada
pada unit-unit yang terjual. Apabila jumlah yang diproduksi berbeda dari jumlah yang
terjual, overhead tetap akan mengalir ke luar atau ke dalam persediaan. Apabila jumlah
overhead tetap dalam persediaan meningkat, maka laba menurut perhitungan absorpsi
akan lebih besar dari laba menurut perhitungan biaya variabel. Apabila jumlah overhead
tetap dalam persediaan berkurang, maka laba menurut perhitungan biaya variabel akan
lebih besar daripada laba menurut perhitungan biaya absorpsi.
MODUL AKUNTANSI
92
MANAJEMEN

Perubahan dalam overhead tetap dalam persediaan adalah sama dengan selisih di
antara laba menurut perhitungan biaya variabel dan laba menurut perhitungan biaya
absorpsi. Hal ini dapat dinyatakan sebagai:
Laba menurut perhitungan biaya absorpsi - Laba menurut perhitungan biaya variabel
= Tarif overhead tetap x (Unit yang diproduksi – Unit yang terjual)

3. Evaluasi Kinerja Manajer


Para manajer perlu mengetahui profitabilitas berbagai segmen dalam
perusahaan agar mampu membuat berbagai evaluasi dan keputusan yang
berhubungan dengan keberlanjutan dan tingkat pembiayaan dari segmen. Pelaporan
kontribusi laba dari berbagai aktivitas atau unit-unit lainnya dalam organisasi disebut
pelaporan segmen (segmented reporting). Pelaporan segmen yang disusun
berdasarkan perhitungan biaya variabel menghasilkan evaluasi dan keputusan yang
lebih baik daripada yang disusun berdasarkan perhitungan biaya absorpsi.
Namun terlepas dari apakah perusahaan menggunakan perhitungan biaya
absorpsi atau biaya variabel, biaya yang terkendali harus dipisahkan dari biaya tidak
terkendali.Biaya yang dapat dikendalikan adalah biaya yang tingkatnya dapat
dipengaruhi oleh manajer.Manajer yang tidak memiliki kewenangan terhadap suatu
biaya tidak boleh dimintai pertanggungjawaban atas biaya tersebut. Misalnya:
manajer divisi tidak memiliki wewenang untuk menentukan biaya tingkat korporasi,
seperti biaya penelitian dan pengembangan serta gaji manajer puncak, maka dia tidak
bertanggungjawab terhadap biaya-biaya tersebut.
Evaluasi terhadap para manajer hendaknya dikaitkan dengan profitabilitas unit
yang ada dalam kendalinya. Kinerja laba diharapkan dapat mencerminkan kinerja
manajerial sehingga manajer akan mengharapkan berlakunya hal-hal berikut:
1. Jika pendapatan penjualan meningkat dari satu periode ke periode berikutnya,
sementara faktor-faktor yang lain tetap, maka laba akan meningkat;
2. Jika pendapatan penjualan menurun dari satu periode ke periode berikutnya,
sementara faktor-faktor yang lain tetap, maka laba akan menurun;
MODUL AKUNTANSI
93
MANAJEMEN

3. Jika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode berikutnya,
sementara faktor-faktor yang lain tetap, maka laba akan tetap.

Menariknya, laba menurut perhitungan biaya variabel selalu mengikuti hubungan


antara penjualan dan laba di atas, sedangkan menurut perhitungan biaya absorpsi
kadang-kadang tidak berlaku seperti itu.Oleh karenanya, pelaporan segmen bisa
dilakukan dengan menggunakan pendekatan perhitungan biaya absorpsi, namun tidak
dengan evaluasi segmen.Evaluasi segmen dapat dilakukan dengan perhitungan biaya
variabel untuk memungkinkan manajer bertanggungjawab hanya atas biaya yang berada
di dalam kendalinya saja.Namun demikian, meskipun biaya terkendali lebih kecil dari
biaya tidak terkendali, manajer hendaknya tetap memberikan perhatian penuh pada hal-
hal dimana mereka memiliki wewenang dan tanggungjawab atasnya.

4. Ilustrasi Full Costing dan Variabel Costing


Data biaya berikut ini sebagai bahan untuk menyajikan full costing dan direct costing
Tabel 7.9
Data Biaya
Keterangan VC (Rp) TFC (Rp)
Biaya bahan langsung 5 unit @ Rp 1 5 0
Biaya upah langsung 4 jam @ Rp 1 4 0
Biaya overhead pabrik 4 jam @ Rp 0,75 3 4.000
Biaya pemasaran 2 4.000
Biaya administrasi 1 2.000
Jumlah 15 10.000

VC = Variabel Cost ; TFC = Total Fix Cost. Kalkuasi biaya produksi peruh per unit adalah
biaya bahan langsung + biaya upah langsung + biaya overhead pabrik variabel + biaya
overhead pabrik tetap = (5+4+3+(4.000/1000) =16 . Sedangkan kalkulasi produksi
variabel per unit adalah biaya bahan langsung + biaya upah langsung + biaya overhead
pabrik variabel = (5+4+3) = 12. Jarak kapasita (relevant range) dari 0 unit sampai dengan
1.000 unit, biaya tetapnya sebesar Rp 10.000, harga Rp 30/unit.
Manajemen ingin mendapat informasi tentang kalkulasi biaya produksi model full
costing dan direct costing :
1. Perhitungan rugi laba jika produksi 1.000 unit seluruhnya dijual
MODUL AKUNTANSI
94
MANAJEMEN

2. Menghitung rugi-laba, jika diproduksi 1.000 unit dan dijual 800 unit.

Solusi 1
Tabel 8.0
Laba –Rugi : Full Costing
Keterangan Jumlah (Rp)
Penjualan 1.000 unit @ Rp 30 30.000
Harga pokok penjualan (1.000 X Rp 12) + Rp 4.000 16.000
Laba kotor 14.000
Biaya pemasaran (1.000 X Rp 2) + Rp 4.000 6.000
Biaya administrasi (1.000 X Rp 1 ) + Rp 2.000 3.000
Laba operasi 5.000

Tabel 8.1
Laba –Rugi : Variabel Costing (Direct Costing)
Keterangan Jumlah (Rp)
Penjualan 1.000 unit @ Rp 30 30.000
Harga pokok penjualan (1.000 X Rp 12) 12.000
Marjin kontribusi kotor 18.000
Biaya pemasaran variabel (1.000 X Rp 2) 2.000
Biaya administrasi variabel (1.000 X Rp 1 ) 1.000
Marjin kontribusi 15.000
Biaya tetap 10.000
Laba operasi 5.000

Solusi 2
Tabel 8.2
Laba –Rugi : Full Costing
Keterangan Jumlah
(Rp)
Penjualan 800 unit @ Rp 30 24.000
Harga pokok produksi (1.000 X Rp 12) + Rp 4.000 = Rp 16.000
Nilai persediaan : 200 X (Rp 16.000 / 1.000) = Rp 3.200
MODUL AKUNTANSI
95
MANAJEMEN

Harga pokok penjualan 800 unit 12.800


Marjin kontriusi kotor 11.200
Biaya pemasaran (800 X Rp 2) + Rp 4.000 5.600
Biaya administrasi (800 X Rp 1 ) + Rp 2.000 2.800
Laba operasi 2.800

Tabel 8.3
Laba –Rugi : Variabel Costing (Direct Costing)
Keterangan Jumlah
(Rp)
Penjualan 800 unit @ Rp 30 24.000
Harga pokok produksi (1.000 X Rp 12) = Rp 12.000
Nilai persediaan 200 unit X (Rp 12.000 / 1.000) = Rp 2.400
Harga pokok penjualan 800 unit 9.600
Marjin kontribusi kotor 14.400
Biaya pemasaran variabel (800 X Rp 2) 1.600
Biaya administrasi variabel (800 X Rp 1 ) 800
Marjin kontribusi 12.000
Biaya tetap 10.000
Laba operasi 2.000
Keterangan :
1. Selisih laba Rp 800 adalah sama dengan selisih nilai persediaan full costing = 200 X 16 = 3.200,
direct costing = 200 X 12 =2.400
2. Jika manajemen menyajikan laporan untuk pohak luar perusahaan , maka menggunakan bentuk
full costing
3. Jika manajemen menyajikan laporan untk pihak dalam perusahaan , maka menggunakan
bentuk direct costing
4. Hal ini disebabkan karena laporan untuk pihak luar pada umumnya didasarkan pada fungsi-
fungsi manajemen yang harus tunduk pada prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum,
sedangkan laporan untuk pihak dalam pada umumnya didasarkan pada perilaku biaya dan
informasi untuk mengambil keputusan manajemen dalam merencanakan, melaksanakan,
mengendalikan dan mengevaluasi kinerja, serta membuat perbaikan-perbaikan yang
berdasarkan kebutuhan informasi untuk mengambil keputusan yang tidak harus tunduk pada
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima oleh umum.

Informsi Manajemen
Berdasarkan kalkulasi kedua model diatas, manajemen mendapat informasi anatara lain
sebagai berikut :
1. Jika yang diproduksi sama dengan yang dijual, atau dengan kata lain tidak ada persediaan
barang jadi pada akhir periode, maka kalkulasi full costing besarnya sama dengan laba kalkulasi
direct costing.
MODUL AKUNTANSI
96
MANAJEMEN

2. Jika terdapat persediaan barang jadi pada akhir periode, maka selisih laba operasi antara full
costing dengan direct costing besarnya sama dengan selisisih nilai persediaannya.
3. Informasi kalkulasi full costing berguna untuk menilai kinerja manajemen berdasar fungsinya,
yaitu manajemen produksi, manajemen pemasaran dan manajemen umum dan administrasi.
4. Informasi kalkulasi direct costing berguna untuk mengetahui perilaku pendapatan yang
berdampak pada perilaku biaya dan unuk mengetahui perilaku biaya tetap dalam rentang
kapasitas produksi tertentu.
5. Pada kalkulasi full costing dengan adanya persediaan akhir barang jadi, labanya lebih besar
dibanding dengan kalkulasi direct costing, hal itu disebabkan karena biaya overhead pabrik
pada full costing diperhitungkan dalam nilai persediaan barang jadi akhir periode yang
merupakan harta dalam perhitungan neraca.

Keputusan Manajemen
Berdasarkan informasi tersebut,manajemen dapat mengambil keputusan antara lain sebagai
berikut :
1. Untuk mengukur prestasi manajer, nilai persediaan barang jadi apada akhir periode harus
dihitung berdasarkan aktivitas yang menyerap biaya, yaitu biaya variabelnya saja, biaya tetap
overhead pabrikharus diperlakukan sebagai beban. Dengan demikianlaba operasi sebagai salah
satu prestasi manajer divisi dapat dinilai secara rasionalsesuai dengan perilakunya.
2. Untuk keperluan penetapan harga, kalkulasi direct costing lebih kompetitif karena tidak
membebankan biaya tetap overhead pabrik dan biaya tetap lainnya ke dalam penetapan harga.
Dengan demikian harga akan lebih kompetitif
3. Manajemen dapat mengetahui beban tetap yang harus ditanggung oleh kemampuannya
memperoleh pendapatan. Makin tinggi beban tetap, makin tinggi pendapatan yang harus
diperolehnya. Dengan demikian manajemen akan selalu berusaha mereduksi beban tetap
sehingga menjadi beban tetap yang sangat efisien.

STUDI KASUS

Struktur biaya pada PT SEJAHTERA adalah sebagai berikut :


MODUL AKUNTANSI
97
MANAJEMEN

AVC TFC AFC


Bahan baku langsung 5 - -
Upah langsung 4 - -
Biaya overhead pabrik 3 4.000 4
Biaya pemasaran 2 3.000 3
Biaya administrasi 1 2.000 2
Total 15 9.000 9

Kapasitas normal 1.000 unit diproduksi dan dijual, kapasitas maksimum 1.500 unit hargaRp
30/unit.
Alternatif 1 Alternatif 2
Kapasitas actual 900 unit 1.200 unit
Sales actual 800 unit 1.100 unit
Persediaan 100 unit 100 unit

Diminta :
1. Seluruh produksi dijual
2. Menghitung rugi-laba full costing dan direct costing untuk alternatif 1 dan 2
3. Produk yang diserap di pasar 1.100 unit; jika terjadi order khusus 400 unit@ Rp 15/unit,
apakah order khusus diterima atau ditolak ?
4. Manajemen memperkirakan laba atau rugi dalam berbagai kondisi ekonomi : buruk, rugi Rp
3.000, normal, laba Rp 2.000; baik, laba Rp 5.000, berapa target volume sales masing-
masing kondisi ekonomi?
MODUL AKUNTANSI
98
MANAJEMEN

BAB IX
HARGA TRANSFER

 Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Memahami peran dan konsep harga transfer dalam suatu perusahaan
2. Menetapkan harga transfer dalam suatu perusahaan

1. Pengertian Harga Transfer


Istilah harga transfer ini dijumpai pada perusahaan yang organisasinya disusun
menurut pusat laba dan antar pusat laba tersebut terjadi transfer barang/jasa. Adanya
transfer barang dan jasa dihubungkan dengan proses diferensiasi bisnis dan karena
perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis.
Diferensiasi bisnis = diversifikasi  jalan yang dibuat seorang manajemen saat ia
menghadapi banyak ketidakpastian, sehingga resiko bisnis meningkat, sehingga untuk
menurunkan resiko, ia membuat diversifikasi.
Misalnya : Perusahaan semen yang berkembang mempunyai 2 alternatif :
MODUL AKUNTANSI
99
MANAJEMEN

Alternatif 1 : Terus menginvestasikan dana di usaha semen


Alternatif 2 : Melakukan diversifikasi pada industri lain yang berlainan dengan bisnis
sebelumnya (bisnis semen)
Diversifikasi biasa ditempuh melalui proses divisonalisasi (proses pembentukan
divisi-divisi yang berperan sebagai pusat laba, yang diserahi fungsi produksi, pemasaran
dan diberi tanggung jawab untuk hasilkan laba yang sepadan dengan investasi yang
ditanam dalam bisnis divisi)

2. Peran Harga Transfer :


a. Harga Transfer mempertegas diversifikasi
Harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing menajer divisi untuk
mendapatkan laba. Tiap-tiap divisi yang terlibat merundingkan unsur-unsur yang
membentuk harga transfer, karena unsur-unsur tersebut akan berdampak terhadap
laba yang pada akhirnya laba tesebut digunakan untuk mengukur kinerja divisi

b. Harga transfer sebagai alat untuk menciptakan mekanisme integrasi


Manajemen puncak dapat mewajibkan suatu divisi untuk memilih sumber
pengadaan dari divisi lain dalam perusahaan ketimbang dari luar perusahaan, hanya
jika hal ini bisa menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. Dengan adanya
kebijakan manajemen puncak ini, manajer divisi yang terlibat dipaksa untuk
merundingkan Harga transfer yang adil bagi divisi yang terlibat.

3. Konsep Harga Transfer


Arti Luas  Harga produk / jasa yang ditransfer antar pusat
pertanggungjawaban dalam perusahaan.
Contoh : Biaya listrik yang dialokasikan dari dept. pembangkit listrik ke dept. lain yang
menikmati listrik
Harga Transfer

Arti Sempit  Harga produk / jasa yang ditransfer antar pusat laba dalam 1
perusahaan.
MODUL AKUNTANSI
100
MANAJEMEN

Dalam transfer barang / jasa ada 2 macam keputusan :


1. Keputusan Pemilihan Sumber / Sourcing Decision
 Keputusan mau membeli sumber dari dalam perusahaan atau dari luar
perusahaan
2. Keputusan Penentuan Harga Transfer / Transfer Pricing Decision
Jika dipilih keputusan membeli dari dalam, akan timbul keputusanberikut : “Pada
harga berapa harga transfer diterapkan ?”

4. Karakteristik Harga Transfer


1. Masalah harga transfer timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan
laba divisinya.
Perusahaan yang dibentuk berdasarkan divisi-divisi akan dinilai kinerjanya
berdasarkan laba yang diperoleh, maka manajer pusat laba sangat peduli terhadap
factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan laba, termasuk di dalamnya
penentuan harga transfer (baik bagi divisi pembeli/penjual).
Jika membeli, tidak mau menanggung rugi akibat ketidakefisienan divisi penjual.

Jika menjual, tidak mau jual terlalu murah, hanya karena alasan masih dalam satu
perusahan.
2. Harga transfer selalu mengandung unsur labadi dalamnya
Bagi divisi penjual, harga transfer merupakan pendapatan yang pada gilirannya
merupakan unsur laba yang dipakai sebagai dasar penilaian kinerja, sehingga adanya
transfer barang ke divisi pembeli harus mengandung unsur biaya di dalamnya
3. Harga transfer merupakan alat mempertegas diversifikasi, sekaligus
mengintegrasikan divisi yang dibentuk.
 Proses pembentukan harga transfer memberi kesempatan kepada manajer divisi yang
terkait untuk merunding semua unsur pembentuk harga transfer, karena unsur ini
akan mempengaruhi besar kecilnya laba.
MODUL AKUNTANSI
101
MANAJEMEN

Dengan harga transfer, divisi yang telah dibentuk dianggap sebagai perusahaan
“independent” yang melakukan nego penetapan harga barang yang ditransfer
antar divisi tersebut.
Pada umunya metode yang lazim digunakan pada harga transfer adalah
berdasar :
a. Transfer berdasar variabel cost + mark up (laba)
b. Transfer berdasar total cost atau full cost + mark up (laba)
c. Transfer berdasar variabel costing + mark up (laba)
d. Transfer berdasar full costing + mark up (laba)
e. Transfer berdasar harga pasar

Contoh :
Struktur biaya PT AX, atau biaya standar yang didasarkan pada kapasitas normal 1.000
unit produk, disajikan dalam tabel berikut ini :
Tebel 8.4
Struktur biaya PT AX (Perhitungan dalam rupiah)
Keterangan AVC AFC
Biaya bahan langsung 5 -
Biaya upah langsung 4 -
Biaya overhead pabrik 3 4
Biaya pemasaran 2 4
Biaya administrasi 1 2
Jumlah 15 10
Keterangan :
AVC = Average variabel cost atau biaya variabel rata-rata = Rp 15
AFC = Average fix cost atau biaya tetap rata-rata = Rp 10
AFC + AVC = AC atau average cost atau biaya rata-rata = Rp 25

Biaya produksi full costing terdiri dari


Biaya bahan langsung Rp 5
Biaya upah langsung Rp 4
Biaya overhead pabrik variabel Rp 3
Biaya overhead pabrik tetap Rp 4
MODUL AKUNTANSI
102
MANAJEMEN

Jumlah Rp 16

BIaya produksi direct costing terdiri dari :


Biaya bahan langsung Rp 5
Biaya upah langsung Rp 4
Biaya overhead pabrik variabel Rp 3
Jumlah Rp 12

Jika manajemen puncak memutuskan besarnya mark-up sebesar 10%, maka dapat
menggunakan salah satu dari lima model harga transfer dimana besarnya harga
transfer adalah sebagai berikut :

1. Transfer berdasar variabel cost + mark up


Rp 15 +10% (Rp 15) = Rp 16,50
2. Transfer berdasar total cost + mark up
Rp 25 +10% (Rp 25) = Rp 27,50
3. Transfer berdasar variabel costing + mark up
Rp 12 +10% (Rp 12) = Rp 13,20
4. Transfer berdasar full costing + mark up
Rp 16 +10% (Rp 16) = Rp 17,60
5. Transfer berdasar harga pasar, misalnya sebesar = Rp 30

5. Penetapan Harga Transfer


Perusahaan mempunyai tiga divisi yaitu A, B dan C. Data akuntansi biaya per unit
input ketiga divisi tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 8.5
Data Akuntansi Divisi A, B dan C
(Perbandingn dalam Rupiah, kecuali unit input dan output
Keteranang Divisi A Divisi B Divisi C
VC FC VC FC VC FC
Biaya bahan langsung 25 0 0 0 0 0
Biaya upah langsung 20 0 18 0 16 0
Biaya overhead pabrik 15 20 14 25 13 30
Biaya pemasaran 10 25 9 30 8 35
Biaya administrasi 8 30 7 35 6 40
Jumlah 78 75 48 90 43 105
Harga pasar per unit 200 500 800
Unit input 1.000 800 600
Unit output 800 600 500
MODUL AKUNTANSI
103
MANAJEMEN

Keterangan :
1. Biaya didasarkan pada input yang diproses
2. Output divisi A dapat dijual ke pasar atau ditransfer ke divisi B untuk diolah
3. Output divisi B juga dapat dijual ke pasar atau ditransfer ke divisi C
4. Harga transfer ditetapkan oleh Top Eksekutif yaitu 200% variabel cost dari divisi A ke B dan B ke
C, atau 150% full cost dari divisi A ke B dan B ke C

Dari data akuntansi diatas dapat diperoleh informasi tentang :


1. Harga transfer dari divii A ke B dan B ke C berdasar 200% variabel cost dan 150% full cost
2. Laba divisi A, B dan C berdasar harga transfer 200% variabel cost
3. Laba divisi A, B dan C berdasar harga transfer 150% full cost
4. Laba divisi A, B dan C berdasar harga pasar
5. Laba kantor pusat PT ABC

Solusi PT Transfer Maju


Perhitungan harga transfer
Harga transfer berdasar 200% variabel cost
o A ke B = 200% (78) = Rp 156
o B ke C = 200% (1.000/800)(156) + 48 = Rp 486

Harga transfer berdasar 200% variabel cost


o A ke B = 150% (78 +75) = Rp 229,5
o B ke C = 150% (1.000/800)(229,5) +(48 +90) = Rp 637,31
Tabel 8.6
Perhitungan Rugi-Laba : Harga Transfer 200% variabel cost
Keterangan Divisi A Divisi B Divisi C PT ABC
Unit input 1.000 800 600
Sales unit 800 600 500
Harga transfer Rp 156 486 800
Sales Rp 124.800 291.600 400.000 400.000
Biaya transfer 0 124.800 291.600 0
Biaya variabel 78.000 38.400 25.800 142.200
Biaya tetap 75.000 72.000 63.000 210.000
Laba (rugi) Rp (28.200) 56.400 19.600 47.800

Tabel 8.7
Perhitungan Rugi-Laba : Harga Transfer 150% full cost
Keterangan Divisi A Divisi B Divisi C PT ABC
Unit input 1.000 800 600
Sales unit 800 600 500
Harga transfer Rp 229,50 637,31 800
MODUL AKUNTANSI
104
MANAJEMEN

Sales Rp 183.600 382.386 400.000 400.000


Biaya transfer 0 183.600 291.600 0
Biaya variabel 78.000 38.400 25.800 142.200
Biaya tetap 75.000 72.000 63.000 210.000
Laba (rugi) Rp 30.600 88.386 19.600 47.800

Tabel 8.8
Perhitungan Rugi-Laba : Harga Pasar
Keterangan Divisi A Divisi B Divisi C PT ABC
Unit input 1.000 800 600
Sales unit 800 600 500
Harga transfer Rp 200 500 800
Sales Rp 160.000 300.000 400.000 400.000
Biaya transfer 0 160.000 300.000 0
Biaya variabel 78.000 38.400 25.800 142.200
Biaya tetap 75.000 72.000 63.000 210.000
Laba (rugi) Rp 7.000 29.600 11.200 47.800

Laba PT ABC sebagai kantor pusar Rp 47.800

Harga transfer Negoisasi


Harga transfer antar divisi dalam sebuah perusahaan dapat digunakan untuk
mengurangi biaya usaha yaitu biaya pemasaran dan biaya administrasi. Praktek harga
transfer metode ini biasanya melalui negoisasi maka disebut harga transfer negoisasi
(negotiated transfer pricing).
Tabel 8.9
Data akuntansi divisi K dan L : Harga transfer negosiasi
Keterangan Divisi A Divisi B
Penjualan dalam unit per hari 100 50
Penjualan dalam unit per tahun 30.000 10.000
Harga jual per unit (Rp) 20 50
Biaya produksi variabel (Rp) 12 35
Biaya usaha variabel (Rp) 3 5
Biaya tetap per tahun (Rp) 100.000 50.000

Keterangan :
1. Jumlah hari penjualan satu tahun 360 hari
2. Divisi A dapat menjual ke divisi B dengan harga negosiasi Rp 19, biaya usaha dapat
dihindari Rp 2
3. Dari data di atas manajemen bisa memperoleh informasi seperti di bawah ini
MODUL AKUNTANSI
105
MANAJEMEN

Harga Transfer Divisi A ke Divisi B

Tabel 9.0
Sebelum Negoisasi Penjualan Seluruhnya Ke Pasar
Keterangan Divisi A Divisi B
(Rp) (Rp)
Penjualan 600.000 1.100.000
Harga pokok produksi 420.000 770.000
Marjin kontribusi kotor 180.000 330.000
Biaya usaha 90.000 140.000
Tabel Marjin kontribusi 90.000 190.000 9.1
Biaya tetap 80.000 130.000
Laba usaha 10.000 60.000
SetelahNegoisasi Divisi A jual ke Divisi B Rp 15
Keterangan Divisi A Divisi B Total
(Rp) (Rp) (Rp)
Penjualan *550.000 500.000 1.050.000
Harga pokok produksi 420.000 ***150.000 570.000
Marjin kontribusi kotor 130.000 350.000 480.000
Biaya usaha **30.000 50.000 80.000
Marjin kontribusi 100.000 300.000 400.000
Biaya tetap 80.000 50.000 130.000
Laba usaha 20.000 250.000 270.000
Laba sebelum negosiasi 10.000 50.000 60.000
Kenaikan laba 10.000 200.000 210.000

Keterangan :
* (20.000 X Rp 20) + (10.000 X Rp 15)
**Biaya usaha yang dikeluarkan hanya 30.000 unit X (Rp 3 – Rp 2) yang dapat dihindari Rp
30.000
***Harga pokok produk divisi B = 10.000 X Rp 15 harga transfer yang diterima dari divisi A

Kesimpulan :
Harga transfer negosiasi dapat meningkatkan laba divisi dan laba perusahaan secara
keseluruhan, jika teknik negosiasinya berdasar tujuan perusahaan secara keseluruhan.

STUDI KASUS

1. Divisi komponen memproduksi suku cadang yang digunakan divisi barang. Biaya
produksi suku cadang adalah sebagai berikut :
MODUL AKUNTANSI
106
MANAJEMEN

Bahan baku langsung $10


Tenaga kerja langsung 2
Overhead variabel 3
Overhead tetap* 5
Total biaya $20

*didasarkan pada volume 200.000 suku cadang

Suku cadang biasanya dijual dengan harga antara $28 dan $30 dalam pasar
eksternal.Saat in, divisi komponen menjual produknya kepada pelanggan eksternal
seharga $29.Divisi ini mampu memproduksi 200.000 unit per tahun. Namun hanya
150.000 unit yang diperkirakan akan terjual selama tahun mendatang karena lemahnya
kondisi perekonomian. Biaya penjualan variabel dapat dihindari jika suku cadang dijual
secara internal.
Selama ini, divisi barang membeli suku cadang serupa dari pemasok eksternal
dengan harga $28. Divisi ini memperkirakan akan menggunakan 50.000 unit suku cadang
selama tahun mendatang. Manajer divisi barang telah mengajukan penawaran untuk
membeli 50.000 unit dari divisi komponen seharga $18 per unit.

Diminta :
1. Tentukanlah harga transfer minimum yang dapat diterima divisi komponen !
2. Tentukanlah harga transfer maksimum yang bersedia dibayar oleh manajer divisi
barang !
3. Apakah transfer internal sebaiknya dilakukan ?mengapa? Jika anda adalah
manajer divisi komponen, bersediakah anda menjual 50.000 suku cadang dengan
harga $18 per unit? Jelaskan!
4. Seandainya total asset operasi rata-rata divisi komponen adalah $10 juta,
hitunglah ROI (Return on Investment) untuk tahun mendatang dengan
menganggap 50.000 unit tersebut ditransfer ke divisi barang dengan harga $21
per unit.
(ROI = Laba operasi / Asset operasi rata-rata)

2. PT ABC memiliki dua departemen A dan B


Produk A dapat ditransfer ke B atau dijual ke pasar, jumlah outputnya 900 unit, biaya per
unit Rp 12 dan harga per unitnya Rp 16.
Output B 900 unit, biaya per unit Rp 80 dan harganya Rp 100 per unit.
Harga pesaing untuk produk A adalah Rp 15 per unit.
Jika B membeli di pasar, biaya transportasinya Rp 2 per unit

Diminta :
1. Perhitungan rugi-laba PT ABC, harga transfer berdasar harga pasar
2. Perhitungan rugi laba PT ABC, jika B membeli di pasar
3. Apa yang terbaik bagi B
MODUL AKUNTANSI
107
MANAJEMEN

BAB X
BIAYA RELEVAN

 Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Mengetahui biaya mana saja yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
dan biaya mana saja yang tidak layak digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan

1. Pengertian Biaya Relevan


Informasi akuntansi diferensial merupakan informasi akuntansi yang terkait
dengan pemilihan alternatif. Informasi akuntansi ini merupakan taksiran atas
perbedaan aktiva, pendapatan dan biaya dalam alternatif tindakan tertentu.

Ciri Informasi Akuntansi Diferensial:


1. Informasi masa yang akan datang
2. Adanya unsur yang berbeda diantara alternatif yang tersedia
3. Mengambil keputusan mengenai alternatif tindakan terbaik

Biaya Diferensial:
Pemahaman biaya diferensial seringkali rancu dengan konsep biaya yang
dikembangkan dalam akuntansi biaya seperti: relevant cost, future cost, out of pocket
cost, sunk cost, opportunity cost, incremental cost.
1. Biaya diferensial versus Biaya relevan
MODUL AKUNTANSI
108
MANAJEMEN

Biaya relevan merupakan biaya yang akan terjadi karena sebuah keputusan,
sedangkan biaya diferensial menyangkut informasi yang akan datang dan berbeda
diantara alternatif yang akan dipilih dan bersifat unik.
2. Biaya diferensial versus Biaya masa akan datang
Biaya masa akan datang merupakan biaya yang diharapkan akan terjadi dimasa
mendatang dan jumlahnya harus diestimasikan, pertimbangannya:
 Biaya yang dapat dikendalikan oleh manajemen
 Biaya ini harus direncanakan (budget cost)
 Biaya ini untuk mendukung aktivitas tertentu/diharapkan
3. Biaya diferensial versus Biaya variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara proporsional dengan tingkat
kegiatan, sedangkan biaya diferensial selalu terkait dengan alternatif yang sedang
dipertimbangkan untuk dipilih.
4. Biaya diferensial versus Biaya tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dengan adanya
perubahan volume aktivitas. Dalam pengambilan keputusan jangka pendek biaya
tetap mungkin merupakan biaya diferensial atau mungkin tidak, hal ini tergantung
apakah biaya tersebut dapat ditelusuri ke obyeknya.
5. Biaya diferensial versus Biaya depresiasi
Depresiasi merupakan alokasi biaya secara periodik atas kos aktiva tetap yang
diperoleh diwaktu yang lampau. Depresiasi muncul karena keputusan investasi
modal jangka panjang, karena itu dalam pengambilan keputusan jangka pendek
biaya depresiasi dapat diabaikan.
6. Biaya diferensial versus Biaya tambahan
Biaya tambahan suatu alternatif adalah tambahan biaya yang akan terjadi jika suatu
alternatif yang berkaitan dengan perubahan volume aktivitas dipilih.
7. Biaya diferensial versus Biaya kesempatan
Biaya kesempatan adalah pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan
sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu.
8. Biaya diferensial versus Biaya tunai
MODUL AKUNTANSI
109
MANAJEMEN

Out of pocket cost adalah jenis biaya yang memerlukan pengeluaran kas saat
sekarang atau dalam jangka pendek sebagai akibat keputusan manajemen.
Kesimpulan:
 Biaya diferensial merupakan biaya masa yang akan datang
 Dipengaruhi oleh pengambilan suatu keputusan manajemen
 Selalu relevan dengan alternatif pilihan keputusan
 Memberi manfaat lebih baik

2. MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN JANGKA PENDEK


1. Komposisi Produk
2. Membeli atau membuat sendiri suatu produk
3. Menjual atau Memproses Lebih Lanjut suatu produk
4. Menghentikan atau Melanjutkan produk/aktivitas tertentu
5. Menerima atau menolak pesanan khusus
6. Perencanaan Laba

3. Komposisi Produk
Perbandingan produk yang sedemikian rupa, untuk diproduksi /dijual, yang mana
komposisi tersebut memberikan total laba yang paling besar sesuai dengan informasi
yang tersedia.
Tabel 9.2
ALTERNATIF DUA PRODUK
Keterangan Produk A Produk B
Harga Jual Produk Rp 5.000 Rp 4.000
Biaya Variabel Rp 2.500 Rp 3.000

Contribution Margin/unit Rp 2.500 Rp 1.000

Biaya tetap sebesar Rp 250.000.000


Jika informasi yang tersedia hanya menyangkut kontribution margin dari
kedua produk, maka alternatif yang dipilih adalah produk A, karena produk
tersebut memiliki kemampuan untuk menutup biaya tetap sebesar Rp
2.500/unit, sedangkan produk B hanya sebesar Rp 1.000/unit.
MODUL AKUNTANSI
110
MANAJEMEN

Kesimpulan:
semakin banyak produk A terjual, semakin besar keuntungan yang dapat
disumbangkan pada perusahaan.

Tabel 9.3
KAPASITAS MESIN & WAKTU PEMBUATAN PRODUK

 Kapasitas Mesin : 400.000 jam


 Produk A membutuhkan waktu : 20 jam/unit
 Produk B membutuhkan waktu : 4 jam/unit

Keterangan Produk A Produk B


Unit yang dapat diproduksi 20.000 100.000
Contribution margin/unit Rp 2.500 Rp 1.000

Total Contribution Margin Rp 50.000.000 Rp 100.000.000

Kesimpulan: Produk B yang diterima, total kontibusi labanya lebih besar

Tabel 9.4
DAYA SERAP PASAR

 Daya Serap Pasar untuk Produk A : tak terbatas


 Daya Serap Pasar untuk Produk B : 80.000 unit

Keterangan Produk A Produk B

Unit yang dapat diproduksi 4.000 80.000


Contribution margin/unit Rp 2.500 Rp 1.000

Total Contribution Margin 10.000.000 80.000.000

Komposisi Produk:
Dengan komposisi seperti ini total laba yang di
Produk A : 4.000 unit
Produk B : 80.000 unit peroleh sebesar Rp 90.000.000

Keterangan Produk A Produk B

Unit yang dapat diproduksi 6.000 70.000


MODUL AKUNTANSI
111
MANAJEMEN

Contribution margin/unit Rp 2.500 Rp 1.000

Total Contribution Margin 15.000.000 70.000.000

Komposisi Produk:
Dengan komposisi seperti ini total laba yang di
Produk A : 6.000 unit
Produk B : 70.000 unit peroleh sebesar Rp 85.000.000

Keterangan Produk A Produk B

Unit yang dapat diproduksi 8.000 60.000


Contribution margin/unit Rp 2.500 Rp 1.000

Total Contribution Margin 20.000.000 60.000.000

Komposisi Produk:
Produk A : 8.000 unit Dengan komposisi seperti ini total laba yang di
Produk B : 60.000 unit peroleh sebesar Rp 80.000.000

Keterangan Produk A Produk B

Unit yang dapat diproduksi 10.000 50.000


Contribution margin/unit Rp 2.500 Rp 1.000

Total Contribution Margin 25.000.000 50.000.000

Komposisi Produk:
Produk A : 10.000 unit Dengan komposisi seperti ini total laba yang di
Produk B : 50.000 unit peroleh sebesar Rp 75.000.000

4. Membeli atau Membuat Sendiri suatu Produk


Proses pengambilan keputusan mengenai alternatif membeli atau membuat
sendiri suatu produk, dengan pertimbangan:
 Terdapat kapasitas yang masih nganggur
 Memiliki kemampuan untuk membuat produk sendiri
MODUL AKUNTANSI
112
MANAJEMEN

 Biaya tetap masih belum terserap secara penuh


 Ada tawaran produk yang sama di pasar
Contoh:
Perusahaan ingin membuat suku cadang sesuai kebutuhan sebanyak 100.000
unit, harga yang ditawarkan oleh pasar sebesar Rp 250/unit. Data biaya produksi
Sbb:

Tabel 9.5
Data Biaya Produksi
Keterangan Tarif Total Biaya
Komponen Biaya:
■ Bahan baku 50 5.000.000
■Tenaga kerja (v) 100 10.000.000
■ Biaya overhead pabrik (v) 30 3.000.000
■ Biaya overhead (tetap) dihindari 40 4.000.000
■ Biaya overhead (tetap) bersama 50 5.000.000
Total Biaya Produksi 270 27.000.000

Tabel 9.6
INFORMASI AKUNTANSI UNTUK KEPUTUSAN
Keterangan Tarif Total Biaya
Komponen Biaya:
 Bahan baku 50 5.000.000
 Tenaga kerja (v) 100 10.000.000
 Biaya overhead pabrik (v) 30 3.000.000
 Biaya overhead (tetap) dihindari 40 4.000.000

Total Biaya Produksi 220 22.000.000


Harga jika membeli produk 250 25.000.000
Selisih Biaya yang terjadi 30 3.000.000
Kesimpulan:
Jika membeli produk, maka terdapat biaya overhead tetap bersama yang tidak
dapat dihindarkan, sehingga terdapat selisih biaya sebesar Rp 3.000.000 (100.000
unit x Rp 30) sebagai kerugian (beban lebih tinggi).
MODUL AKUNTANSI
113
MANAJEMEN

Bagaimana jika membuat sendiri produk diperlukan investasi sebesar Rp 25.000.000


dengan taksiran ekonomis 3 tahun serta tingkat pengembalian investasi sebesar 20%

Tabel 9.7
INFORMASI AKUNTANSI UNTUK KEPUTUSAN

Keterangan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3


Penghematan biaya 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Discount factor : 20% 0,833 0,694 0,579

Present value 9.996.000 8.328.000 6.948.000

25.272.000
25.000.000
Investasi Fasilitas: 272.000
Rp 25.000.000

Kesimpulan:
Nilai tunai penghematan selama umur ekonomis Rp 25.272.000 lebih besar
dibanding dengan investasinya Rp 25.000.000. Jadi memproduksi sendiri
diterima, karean akan memberi tambahan keuntungan bagi perusahaan
melalui penghematan biaya selama umur proyek tersebut.

5. Menjual atau Memproses lebih lanjut suatu Produk


Proses pengambilan keputusan terhadap alternatif menjual atau memproses lebih
lanjut suatu produk, dengan pertimbangan:
 Munculnya pendapatan differensial dan biaya differensial
 Memiliki kemampuan untuk memproses lebih lanjut
 Ada peluang pasar yang lebih baik atas produk yang dibuat
MODUL AKUNTANSI
114
MANAJEMEN

Contoh:
Tabel 10.5
Informasi biaya differensial untuk produk “A”
Keterangan Tarif Total Biaya
 Bahan baku 2.000 20.000.000
 Tenaga kerja (v) 1.000 10.000.000
 Biaya overhead pabrik (v) 1.500 15.000.000
 Biaya overhead pabrik (T) 1.300 13.000.000
 Biaya administrasi & umum (T) 500 5.000.000
 Biaya pemasaran (T) 750 7.500.000
Total Biaya Penuh Produk “A” 7.050 70.500.000

Data tambahan saat ini:


 Unit yang terjual sekarang 10.000 unit, dengan harga Rp 10.000/unit
 Total kos yang diperhitungkan Rp 70.500.000
 Laba bersih yang diperhitungkan Rp 29.500.000
 Diproses menjadi Produk “A-1” tidak memerlukan investasi
baru,tambahan biaya Rp 5.000/umit dengan harga jual baru Rp 18.500

Tabel 10.6
INFORMASI AKUNTANSI UNTUK KEPUTUSAN

Keterangan Jumlah
Pendapatan Differensial
(Rp 18.500 – Rp 10.000) x 10.000 unit 85.000.000
Biaya Differensial
(Rp 5.000 x 10.000 unit) 50.000.000
Laba Differensia ( dari produk “A menjadi A-1” 35.000.000

Kesimpulan:
Memproses lebih lanjut dari produk A menjadi produk “A-1” lebih menguntungkan,
karena mampu menyumbangkan tambahan laba sebesar Rp 35.000.000 yang
diperoleh melalui selisih dari tambahan pendapantan sebesar Rp 85.000.000 dan
tambahan biaya sebesar Rp 50.000.000.

Contoh lanjutan:
 Untuk memproses lebih lanjut dari produk “A menjadi A-1”diperlukan
tambahan investasi Rp 100.000.000 dan manfaat ekonomis tiga tahun
tingkat return on invesment 20%.

INFORMASI AKUNTANSI UNTUK KEPUTUSAN

Keterangan Jumlah
MODUL AKUNTANSI
115
MANAJEMEN

Pendapatan Differensial
(Rp 18.500 – Rp 10.000) x 10.000 unit 85.000.000
Biaya Differensial
(Rp 5.000 x 10.000 unit) 50.000.000

Laba Differensia ( dari produk “A menjadi A-1” 35.000.000

INFORMASI AKUNTANSI UNTUK KEPUTUSAN

Keterangan Jumlah
Present Value Laba Differensial:
tahun 1 : 0,833 x Rp 35.000.000 29.155.000
tahun 2 : 0,694 x Rp 35.000.000 24.290.000
tahun 3 : 0,579 x Rp 35.000.000 20.265.000
Total nilai tunai laba differensial 73.710.000
Tambahan investasi 100.000.000
Nilai tunai bersih 26.290.000

Kesimpulan:
Memproses lebih lanjut dengan tambahan investasi sebesar Rp 100.000.000
tidak menguntungkan, lebih baik dijual dalam keadaan saat ini.

6. Menghentikan atau Melanjutkan Produk Tertentu


Proses pengambilan keputusan terhadap alternatif menghentikan atau
melanjutkan produk atau kegiatan tertentu dapat terjadi, jika perusahaan memiliki lini
produk, memiliki divisi yang berpotensial menyumbangkan kerugian, dengan
pertimbangan:
 Pendapatan differensial dan biaya differensial yang hilang
 Manfaat biaya terhindar yg diperoleh
Jika lini produk harus ditutup, perlu dipertimbangkan berbagai kemungkinan:
 Kontribusi pendapatan yang dikorbankan
 Manfaat biaya yang dapat dihindarkan
 Biaya yang tidak dapat dihindarkan
 Total manfaat yang diperoleh
MODUL AKUNTANSI
116
MANAJEMEN

Contoh:

Tabel 10.7
PT. WIRAYUDA
Laporan Laba-rugi Per Lini Produk
Periode Semester I Tahun 2008
Keterangan Produk A Produk B Produk C
Penjualan 500.000.000 250.000.000 250.000.000
Biaya Variabel 260.000.000 105.000.000 115.000.000

Laba Kontribusi 240.000.000 145.000.000 135.000.000

Biaya tetap terhindarkan 120.000.000 80.000.000 110.000.000


Biaya tetap tak terhindar 30.000.000 30.000.000 30.000.000
Total biaya tetap 150.000.000 110.000.000 140.000.000

Laba bersih 90.000.000 35.000.000 - 5.000.000


Total Laba bersih dari PT. Wiarayuda (A + B + C) adalah Rp 120.000.000

Tabel 10.8
INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PRODUK “C”
Keterangan Jumlah
Manfaat Biaya:
Biaya variabel 115.000.000
Biaya tetap yang terhindarkan 110.000.000
Total manfaat 225.000.000

Pengorbanan (pendapatan yg hilang) 250.000.000

Manfaat bersih - 25.000.000


Kesimpulan:
Jika produk “C” dihentikan, potensi rugi akan bertambah sebesar Rp
25.000.000 karena perusahaan telah kehilangan potensi laba yang
MODUL AKUNTANSI
117
MANAJEMEN

disumbangkan oleh produk “C” melalui laba kontribusi sebesar Rp


25.000.000.
Alternatif yang disodorkan adalah perlunya mengatur pembebanan biaya
tetap ke masing masing lini produk bukan atas dasar nilai omzet
penjualan, tetapi menggu nakan alokasi atas dasar kemampuan dari
masing masing produk yang tercermin melalui perolehan laba kontribusi
yang disumbangkan oleh masing masing lini produk tersebut, sehingga
perhitungan laba-rugi dari semua lini menjadi tidak rugi dan total laba
tetap tidak berubah.

Solusi Alternatif:
Tabel 10.9
PT. WIRAYUDA
Laporan Laba-rugi Per Lini Produk
Periode Semester I Tahun 2008

Keterangan Produk A Produk B Produk C

Penjualan 500.000.000 250.000.000 250.000.000


Biaya Variabel 260.000.000 105.000.000 115.000.000

Laba Kontribusi 240.000.000 145.000.000 135.000.000

Biaya tetap terhindarkan 120.000.000 80.000.000 110.000.000


Biaya tetap tak terhindar* 41.538.000 25.096.000 23.366.000
Total biaya tetap 161.538.000 105.096.000 133.366.000

Laba bersih 78.462.000 39.904.000 1.634.000

Catatan:
■Total Laba bersih tetap sebesar Rp 120.000.000, tidak ada lini produk rugi
■Biaya tetap tak terhindar dibebankan atas dasar perbandingan laba kontribusi

7. Menerima atau Menolak Pesanan Khusus


Proses pengambilan keputusan terhadap alternatif menerima atau menolak pesanan
khusus, atas dasar pertimbangan:
 Adanya kapasitas nganggur
 Tidak merusak harga pasar
 Penggunaan pesanan dapat diawasi
MODUL AKUNTANSI
118
MANAJEMEN

 Berfokus pada kegiatan sosial dan keagamaan

Contoh:
PT. Wirayuda memiliki kapasitas produksi sebesar 200.000 unit, kapasitas yang
telah diguna kan baru sebesar 150.000 unit (75%), harga jual produk sebesar Rp
1.250/unit. Anggaran tahun 2008 untuk 150 unit sebagai berikut:

Biaya Variabel:
■Biaya produksi (V) Rp 400 Rp 60.000.000
■Biaya komersial (V) Rp 120 Rp 18.000.000

Biaya Tetap:
■Biaya overhead (T) Rp 300 Rp 45.000.000
■ Biaya komersial (T) Rp 150 Rp 22.500.000
Total biaya penuh produk “A” Rp 970 Rp 145.500.000

Jika pesanan khusus sebanyak 30.000 unit dengan harga Rp 750 per unit,
apakah di terima atau ditolak….?

INFORMASI AKUNTANSI UNTUK KEPUTUSAN

Keterangan Jumlah
Pendapatan Differensial:
■30.000 unit x Rp 750 22.500.000

Biaya Differensial:
■ Biaya produksi (v) 12.000.000
■ Biaya komersial (v) 3.600.000
Jumlah 15.600.000

Laba Differensial 6.900.000

Kesimpulan:
Pesanan khusus diterima, karena memberi kontribusi margin sebesar Rp
6.900.000 yaitu selisih dari tambahan pendapatan dan tambahan biaya
yang muncul karena ke putusan yang harus diambil
MODUL AKUNTANSI
119
MANAJEMEN

STUDI KASUS

PT XXY mempunyai tiga divisi yaitu divisi X, Y dan Z


Divisi X ;
Harga pokok satu unit produk adalah biaya bahan langsung Rp 10, biaya buruh Rp 12, biaya
overhead pabrik Rp 18 (dimana 70% adalah biaya tetap), biaya pemasaran Rp 6 dan total
biaya tetapnya Rp 30.000, dan biaya administrasi Rp 4 dan total biaya tetapnya Rp 20.000.
Kpasitas normal 10.000 unit output, dan kapasitas maksimum (penuh) 15.000 unit output.
Jumlah yang diproduksi actual 12.000 unit dan dijual 11.000 unit. Harga pasar per unit Rp
60, dan actual biaya overhead pabrik Rp 190.000, dan variannya menjadi beban cost of
good manufactured.

Divisi Y ;
Marjin kontribusi Rp 330.000, rasio biaya-biaya variabel terhadap penjualan 45%, biaya
tetap yang tidak bisa dihindarkan Rp 80.000, sedangkan yang bisa dihindarkan Rp 50.000.

Divisi Z ;
Marjin kontribusi Rp 460.000, rasio biaya-biaya variabel terhadap penjualan 55%, biaya
tetap yang tidak bisa dihindarkan Rp 100.000, sedangkan yang bisa dihindarkan Rp 60.000

Diminta :

1. Manajemen ingin mengetahui struktur biaya perusahaan yang terdiri dari perhitungan
biaya rata-rata per unit atau average variable cost, total fixed cost, average fixed cost
dan average cost yang didasarkan pada kapasitas normal 10.000 unit divisi X
2. Biaya produksi per unit berdasar full costing divisi X
3. Biaya produksi per unit berdasar direct costing divisi X
4. Selisih nilai persediaan barang tak terjual divisi X
5. Perhitungan Rugi-Laba berdasar full costing divisi X
6. Perhitungan rugi-laba berdasar direct costing divisi X
7. Manajemen memutuskan untuk memproduksi pada kapasitas penuh, karena salah satu
pelanggan setia ingin membeli sisa output setelah dijual di pasar bebas dengan cara
order khusus pada harga Rp 30 per unit. Apakah kepututsan manajemen itu rasional
atau tidak untuk divisi X? untuk mendukung keputusan harus disajikan perhitungan
MODUL AKUNTANSI
120
MANAJEMEN

rugi-laba dengan menerima order khusus dan dengan menolak order khusus. Catatan
bahwa order khusus tersebut :
a. Tidak merusak harga pasar karena yang memesan khusus adalah langganan yang
setia
b. Tidak bertentangan dengan undang-undang
c. Kapasitas pabrik masih memungkinkan karena permintaan pasar ditambahdengan
order khusus berjumlah 13.000 unit sedangkan kapasitas maksimum pabrik 15.000
unit.
d. Tersedia modal kerja untuk melayani order khusus tersebut
e. Dengan adanya order khusus tidak mengubah biaya variabel per unit untuk non
produksi, dan tidak ada penambahan biaya tetap karena masih ada dalam relevan
range 10.000 unit sampai dengan 14.000 unit
8. Manajemen juga memutuskan untuk membeli produk yang sama yang ditawarkan oleh
pesaing dengan harga Rp 46 per unit. Keputusan itu mengakibatkan biaya tetap sebesar
Rp 7,6 per unit dapat dihindarkan (avoidable fixed cost). Apakah keputusan manajemen
itu rasional untuk divisi X? untuk mendukung argumentasi, harus disajikan perhitungan
relevant cost membuat sendiri. Dalam hal ini manajemen belum mampu
memberdayakan pebrik untuk meningkatkan produk lain atau menyewakan kepada
pihak ketiga
9. Jika divisi X menderita rugi operasi Rp 100.000, manajer pabrik memutuskan untuk
menutup divisi tersebut. Biaya tetap yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable fixed
cost) sebesar Rp 120.000. Apakah keputusan manajer divisi itu rasional?
10. Jika manajemen mampu menyewakan pabrik divisi X dengan harga sewa Rp 5.000 per
tahun, dengan catatan bahwa biaya tetap yang tidak dapat dihindarkan seperti
penyusutan dan pajak bumi dan bangunan menjadi tanggungan pemilik yang
diperhitungkan sebesar Rp 50.000, apakah tindakan manajemen itu rasional, mengingat
harga sewa sangat kecil sekali sehingga menjadi perdebatan yang sangat tajam di tim
manajemen.
MODUL AKUNTANSI
121
MANAJEMEN

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, R , et al, 2002, “ Sistem Pengendalian Manajemen “, Edisi Keenam Jilid I,


Jakarta : Banurupa Aksara

Blocher, et al, 2007 , “ Manajemen Biaya Penekanan Strategis “, Edisi Ketiga, Jakarta :
Salemba Empat

Bustami, 2007, “ Akuntansi Biaya : Teori dan Aplikasi “, Jakarta : Graha Ilmu

Darsono dan Ari Purwanti, 2013, “ Akuntansi Manajemen”, Edisi 3, Jakarta : Mitra
Wacana Media

Hansen & Mowen, 2015, “Akuntansi Manajerial”, Jilid I dan II Edisi 8, Jakarta : Salemba
Empat

Henry Simamora, 2012, “Akuntansi Manajemen”, Edisi III, Riau : Star Gate

KamaruddinAhmad, 2013, “`Akuntansi Manajemen, Dasar-dasar Konsep Biaya dan


Pengambilan Keputusan”, Edisi Revisi, Jakarta :Rajawali Pers

LM. Samryn, 2015, “ akuntansi Manajemen : Informasi Biaya Untuk Mengendalikan


Aktivitas Operasi dan Investasi “, Edisi 3, Jakarta : Kencana

Mulyadi, 2001, “ Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa”, Edisi Ketiga, Jakarta :
Salemba Empat

Ray H. Garrison, Eric W Noreen, Peter C. Brewer, 2013 “Akuntansi Manajerial”, Jilid I dan
II Edisi 14, Jakarta: Salemba Empat

Rudianto, 2013 “Akuntansi Manajemen : Informasi Untuk Pengambilan Keputusan


Strategis”, Jakarta: Erlangga
MODUL AKUNTANSI
122
MANAJEMEN

Sartono, 2008, “ Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi “, Yogjakarta : BPFE

Syamsudin, 2007, “ Manajemen Keuangan Perusahaan “, Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada

Wiratna Sujarweni, 2015, “Akuntansi Manajemen Teori dan Aplikasi, Yogjakarta :


Pustaka Baru Press

Weygandt,Jerry,Donald E.Kieso, and Walter G.Kell, 1996, “ Accounting Principles”, 4th


ed.New York : John Wiley & Sons, inc

Anda mungkin juga menyukai