Anda di halaman 1dari 10

TAJHIZUL MAYIT

(Perawatan orang yang telah meninggal dunia)

PENDAHULUAN
Manusia adalah salah satu mahluk Allah yang mulyakan apalagi bagi mereka yang beragama
islam, kemulyaan ini tidak hanya ketika mereka masih hidup didunia bahkan sampai mereka telah
meninggal dunia sekalipun tetap dimulyakan.
Hal ini terbukti bagaimana syariat islam juga telah mengatur apa, bagaimana memperlakukan
dan merawat manusia yang telah meninggal dunia agar tetap mendapatkan hak kemulyaannya,
mulai dari kematiannya sampai pada proses penguburannya, atau bahkan setelah dikubur.
Khusus perawatan paska kematian sampai proses penguburan dalam istilah fiqih disebut dengan
istilah “Tajhizul Mayit “ atau perawatan mayit.
Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana merawat mayit yang baik dan benar menurut
Syariat Islam. Semoga bermanfaat amin.

Hukum Tajhiz Mayit, Klasifikasi Mayit Dan Cara Penanganannya


Hukum tajhiz atau merawat mayit Tajhiz adalah fardlu kifayah bagi bagi setiap orang yang
mengetahui adanya mayit. Dan secara umum tajhiz meliputi empat hal yaitu :
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalati
4. Menguburkan
Namun demikian pada prakteknya tidak semua mayit harus ditajhiz dengan empat hal tersebut di
atas, karena harus disesuaikan terlebih dahulu dengan status dan kategori mayit itu sendiri, yang
dalam hal ini fiqih telah memilah dalam lima kategori yaitu :

1. Mayit muslim syahid


Yaitu orang yang meninggal dunia karena memerangi orang kafir baik dalam rangka membela
agama, jiwa raga, harta atau harga dirinya, mayit kategori ini dalam syara’ mendapat perlakuan
khusus dalam pentajhizannya atau perawatannya, yaitu :
a. Tidak boleh dimandikan dan dishalati
b. Dikafani dengan pakaian yang dipakai pada saat meninggal, kecuali apabila masih ada bagian
tubuh yang masih belum tertutup, maka baru disempurnakan kain yang lain.
c. Darah yang menempel pada tubuh mayit tidak boleh dibersihkan.
d. Dikuburkan.

2. Shiqt (bayi lahir prematur atau bayi keluron) muslim


Yang dimaksud Shiqt (bayi keluron) adalah janin yang terlahir sebelum mencapai usia enam bulan,
sedangkan perawatannya diperinci sebagai berikut :
 Apabila janin tersebut terlahir dalam kondisi memiliki tanda-tanda kehidupan seperti
bersuara atau bergerak-gerak baru kemudian meninggal, maka harus dirawat layaknya orang
dewasa (dimandikan, dikafani, dishalati dan kuburkan).
 Apabila tidak terdapat tanda-tanda kehidupan namun kelihatan berbentuk manusia, maka
perawatannya hanya meliputi :
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menguburkan
 Apabila tidak terdapat tanda-tanda kehidupan dan tidak kelihatan berbentuk manusia, maka
tidak ada kewajiban apapun, hanya sekedar sunnah dibungkus dengan kain lalu
dikebumikan.

1
Sedangkan apabila janin yang lahir sudah mencapai usia kandungan enam bulan atau lebih, maka
harus dirawat lengkap layaknya orang dewasa meskipun terlahir dalam keadaan meninggal

3. Mayit muslim selain Shiqt dan Syahid


Untuk mayit dalam kategori ini ada empat kewajiban dalam perawatannya yaitu :
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menyolati
d. Menguburkan

4. Mayit Kafir Dzimmi, Mu’ahad dan Musta’man


Yang maksud kafir dzimmi adalah orang non muslim yang berada dalam perlindungan islam dan
mau menta’ati peraturan islam. Dan yang maksud dengan kafir mu’ahad adalah orang kafir yang
melakukan perjanjian damai dengan pemerintah islam dalam jangka empat bulan (apabila
kekuasaan islam kuat) atau sepuluh bulan (apabila kekusaan islam lemah). Sedangkan yang
dikehendaki dengan kafir musta’man hampir sama dengan kafir mu’ahad hanya saja perjanjian
damainya tidak boleh lebih dari empat bulan.
Sedangkan perawatan mayit dalam kategori ini, yang wajib hanya mengkafani dan menguburkan
saja, memandikannya boleh-boleh saja tidak juga tidak apa-apa dan menshalati hukumnya tidak
boleh alias haram.

5. Kafir Harbi, Murtad dan Zindiq


Untuk mayit yang masuk dalam kategori ini, bagi orang-orang islam tidak ada kewajiban apapun
dalam perawatannya.
I. MEMANDIKAN MAYIT
Ketika mayit sudah jelas-jelas (yaqin) telah meninggal dunia, ia harus segera dimandikan apabila
ada kehawatiran cepat membusuk jika ditunda. Ada beberapa tanda kematian yang dapat diketahui
melalui tubuh si mayit untuk mengetahui apakah mayit telah benar-benar meninggal dunnia
diantaranya adalah :
a. Kedua telapak kaki melunak (nglembreh) tidak dapat ditegakkan.
b. Hidung miring
c. Kedua telapak tangan keluar dari persendian
d. Pelipis cekung
e. Kulit wajah memanjang (molor)
f. Testis (buah dzakar) mengecil naik keatas sedangkan kulit pembungkusnya tergurai
kebawah.

Orang Yang Memandikan Mayit


Pada dasarnya orang yang boleh memandikan harus sejenis, mayit laki-laki yang memandikan
haruslah orang laki-laki, mayit perempuan yang memandikan juga harus orang perempuan, kecuali
kalau masih ada ikatan mahrom, suami istri, atau mayit adalah seorang anak kecil yang belum
menimbulkan potensi syahwat. Jika tidak ditemukan orang yang sejenis, atau lain jenis yang ada
ikatan mahrom atau suami istri, maka mayit cukup ditayammumi.
Sedangkan orang yang lebih utama dalam memandikan mayit diperinci sebagaimana berikut :
 Jika mayit laki-laki maka yang lebih utama dalam memandikannya adalah orang-orang
dengan urutan berikut :
1. Bapak 9. Anak paman kandung
2. Kakek dan seatasnya 10. Anak paman seayah
3. Anak laki-laki 11. Ahli wala’

2
4. Cucu laki-laki dari anak laki-laki 12. Imam atau orang yang ditunjuk
5. Saudara kandung 13. Dzawil arham
6. Saudara se ayah 14. Istri
7. Paman kandung 15. Perempuan mahrom
8. Paman seayah

Sedangkan perempuan yang tidak memiliki hubungan mahram dengan mayit tidak boleh
memandikannya.
 Jika mayit wanita maka yang utama dalam memandikannya adalah orang-orang dengan
urutan sebagai berikut :
1. Kerabat wanita yang memiliki hubungan mahram dengan mayit.
2. Wanita yang berhak mendapat warits wala’ dari mayit.
3. Wanita lain (wanita yang tidak memiliki hubungan kerabat dengan mayit).
4. Suami mayit.
5. Laki-laki yang memiliki hubungan mahram dengan mayit.
Sedangkan laki-laki yang tidak memiliki hubungan mahram dengan mayit tidak boleh
memandikannya.
 Orang yang memandikan (ghasil) harus yang mengetahui tata cara memandikan yang benar.
 Ghasil dan para pembantunya hendaklah orang yang memiliki sifat amanah (dapat
dipercaya).

Tempat memandikan.
 Sepi, tertutup dan tidak ada orang masuk kecuali orang yang bertugas.
 Ditaburi wewangian, semisal dengan membakar dupa untuk mencegah bau yang keluar dari
tubuh mayit, bahkan pembakaran dupa ini disunnahkan sejak kematian mayit.

Etika Memandikan.
 Haram melihat aurat mayit, kecuali untuk kesempurnaan memandikan. Seperti untuk
memastikan bahwa air yang disiramkan sudah merata atau untuk menghilangkan kotoran
yang dapat mencegah sampainya air pada kulit mayit.
 Wajib memakai alas tangan ketika menyentuh aurat mayit. Dan sunnah ketika menyentuh
bagian tubuh selain aurat.
 Mayit dibaringkan dan diletakkan di tempat yang agak tinggi, seperti di atas dipan atau
dipangku oleh tiga atau empat orang, hal ini dilakukan guna mencegah mayit supaya tidak
terkena percikan air. Mayit ditutupi dengan kain yang tenunannya renggang agar air bisa
masuk melalu sela-sela kain tersebut.
 Hendaklah semua anggota tubuh mayit tertutup, jika tidak memungkinkan atau kesulitan,
maka cukup auratnya saja yang ditutup.
 Disunahkan menutup wajah mayit mulai awal sampai selesai memandikan.
 Disunahkan pula memakai air dingin, karena lebih menguatkan daya tahan tubuh mayit,
kecuali di saat cuaca dingin, maka disunatkan memakai air hangat.
 Apabila sesuatu yang bagus pada diri mayit sunnah hukumnya membicarakan atau
memberitakannya, sebaliknya apabila melihat sesuatu yang jelek maka haram
membicarakan atau memberitakannya.

Tata cara memandikan mayit


Sebetulnya dalam memandikan sudah cukup dengan cara minimalis yaitu dengan menghilangkan
najis yang melekat pada tubuh mayit kemudian mengguyurkan air secara merata keseluruh tubuh,
mulai rambut sampai bagian-bagian yang sulit terkena air seperti bagian yang nampak dari
kemaluan wanita pada saat jongkok, atau bagian dalam ujung kulup laki-laki yang tidak khitan.
Namun demikian hendaklah dengan cara yang sempurna, yaitu dengan cara sebagai berikut :
3
 Mendudukkan mayit dengan posisi agak condong ke belakang.
 Pundak mayit disanggah tangan kanan orang yang memandikan dengan ibu jari diletakkan
pada tengkuk, hal ini dilakukan supaya kepalanya tidak miring.
 Punggung mayit disanggah lutut kanan orang yang memandikan.
 Perut mayit diurut (dipijat) dengan tangan kiri secara pelan-pelan oleh orang yang
memandikan dengan berulang-ulang supaya kotoran yang ada dalam perut bisa keluar.
 Mayit rebahkan kembali ke posisi terlentang, untuk membersihkan qubul, dubur mayit dan
sekitarnya.
 Membersihkan qubul dan dubur (dua kemaluan) mayit dengan menggunakan tangan kiri yang
yang terbungkus kain.
 Membersihkan gigi mayit dan kedua lubang hidungnya dengan menggunakan jari telunjuk
tangan kiri yang terbungkus kain (selain kain yang telah dipakai diatas), jika tangan terkena
kotoran qubul / dubur mayit, maka harus disucikan terlebih dahulu. Dan perlu diperhatikan
pada saat membersihkan gigi tidak boleh membuka mulut mayit supaya mayit tidak
kemasukan air, kecuali kalau mulut mayit terdapat najis yang hanya bisa disucikan dengan
cara membukanya maka boleh membuka.
 Mewudlukan mayit persis seperti wudlu orang yang hidup, baik rukun maupun sunatnya,
termasuk berkumur dan memasukkan air kehidung, hanya saja dalam pelaksanaannya harap
berhati-hati jangan sampai ada air yang masuk kedalam tubuh mayit melalui mulut dan
hidung, yaitu dengan cara sedikit mengangkat kepala mayit. Adapun niat mewudlukan mayit
adalah:
ِ ِّ‫ضوء الْمس ُنو َن لِ َه َذا الْمي‬
‫ت‬ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ‫ت ال ُْو‬
ُ ْ‫َن َوي‬
 Mengguyurkan air ke kepala mayit, kemudian jenggot, dengan memakai air yang telah
dicampur daun bidara atau sabun. Dan pada saat mengguyurkan air hendaklah telinga mayit
ditutup dengan jari agar tidak kemasukan air.
 Menyisir rambut dan jenggot mayit yang tebal dengan pelan-pelan, memakai sisir yang
longgar agar tidak ada rambut yang rontok, jika ada rambut dan jenggot yang rontok, maka
harus diambil kembali dan dikebumikan, namun kesunnahannya dibungkus dengan kain kafan
kemudian dikebumikan bersama mayit.
 Mengguyur bagian depan badan sebelah kanan mayit mulai dari leher sampai ujung kaki,
kemudian dilanjutkan pada bagian sebelah kiri juga dimulai dari leher sampai ujung kaki.
Pembasuhan ini menggunakan air yang telah dicampur daun bidara atau sabun.
 Mayit dimiringkan ke kiri untuk membasuh sisi badan sebelah kanan dan bagian belakang
badan mayit, mulai dari tengkuk, leher samapai ujung kaki.
 Kemudian dimiringkan ke kanan untuk membasuh sebelah kiri dan bagian belakang badan
mayit sebagaimana cari di atas. Dan pembasuhan ini juga menggunakan air yang telah
dicampur daun bidara atau sabun.
 Mengguyur seluruh tubuh mayit mulai kepala sampai kaki dengan air yang murni (tidak
dicampur dengan daun bidara atau lainnya). Air ini digunakan untuk membilas sisa-sisa daun
bidara, sabun atau sesuatu yang ada pada tubuh mayit dengan posisi mayit dimiringkan.
 Mengguyur seluruh tubuh mayit dengan air murni yang dicampur sedikit kapur barus sekira
tidak mengalami perubahan yang dapat membahayakan kemutlakan air. Dengan catatan mayit
bukanlah orang yang sedang melaksanakan ihrom.
ِ ِّ‫ت الْغُسل َعن َه َذا الْمي‬
 Pada saat basuhan terakhir ini disunahkan untuk membaca niat : ‫ت‬ َ ْ َ ْ ُ ْ‫َن َوي‬
 atau ‫الصالَ ِة َعلَْي ِه‬
َّ ‫اح ِة‬ ِ ِ
َ َ‫ت الْغُ ْس َل ال ْستب‬
ُ ْ‫َن َوي‬
Catatan :
Dengan selesainya basuhan yang terakhir, sebetulnya prosesi memandikan dapat dikatakan selesai
namun tiga basuhan mulai pembasuhan sisi badan sebelah kanan lalu pembasuhan sebelah kiri
kemudian basuhan terkahir dengan air murni dihitung sebagai satu kali basuhan, kalau
menghendaki yang lebih sempurna hal tersebut diulang dua atau tiga kali.
4
 Setelah dianggap cukup, selanjutnya seluruh persendian mayit dilemaskan kemudian sekujur
tubuhnya dikeringkan menggunakan semisal anduk.

II. MENGKAFANI MAYIT


Tata cara praktis dalam mengkafani mayit adalah:
 Sebelum mayit selesai dimandikan, siapkan dulu lima lembar kain kafan bersih dan berwarna
putih, yang terdiri dari baju kurung, surban dan tiga lembar kain lebar yang digunakan untuk
menutupi seluruh tubuh, hal ini apabila mayitnya laki-laki, sedangkan mayit perempuan, maka
lima lembar tersebut terdiri dari jarit, kerudung, baju kurung dan dua lembar kain pembungkus.
Bisa juga dengan tiga lembar kain yang berupa lembaran kain lebar yang sekiranya dapat
digunakan untuk menutupi seluruh tubuh mayit. Sebelumnya, masing-masing kain kafan tersebut
telah ditaburi wewangian. Selain itu siapkan juga kapas yang telah diberi wewangian
secukupnya.
 Pertama kali, letakkan lembaran-lembaran kain lebar yang digunakan untuk menutupi seluruh
tubuh, kemudian baju kurung, lalu surban.
 Letakkan mayit yang telah selesai dimandikan dan ditaburi wewangian, dengan posisi terlentang
diatasnya, dan posisi tangan disedekapkan.
 Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada anggota-anggota tubuh yang berlubang.
Aggota tubuh tersebut meliputi: kedua mata, kedua lubang hidung, kedua telinga, mulut, kubul
dan dubur, tambahkan pula pada anggota-anggota sujud, yaitu : kening, kedua telapak tangan,
kedua lutut dan kedua telapak kaki serta anggota tubuh yang terluka.
 Mengikat pantat dengan sehelai kain yang kedua ujungnya disobek menjadi dua. Cara
mengikatnya yaitu, letakkan ujung yang telah dibagi dua tersebut, dimulai dari arah depan
kelamin lalu masukkan ke daerah diantara kedua paha sampai menutupi bawah pantat.
Selanjutnya kedua ujung bagian belakang diikatkan di atas pusar dan dua ujung bagian depan
diikatkan pada ikatan tersebut setelah memasuk kapas yang diberi minyak wangi ke dalam
belahan paha terlebih dahulu.
 Lalu mayit dibungkus dengan lapisan pertama dimulai dari sisi kiri dilipat ke kanan, kemudian
sisi kanan dilipat ke kiri. Sedangkan untuk lapis kedua dan ketiga sebagaimana lipatan lapis
pertama. Bisa pula lipatan pertama, kedua dan ketiga diselang-seling. Hal di atas dilakukan
setelah pemakaian baju kurung dan sorban. Untuk kelebihan kain di ujung kepala dan kaki
diikatkan (dipocong) dan diusahakan pocongan kepala lebih panjang.
 Setelah mayit dibungkus, sebaiknya diikat dengan beberapa ikatan agar kafan tidak mudah
terbuka saat dibawa ke pemakaman. Untuk mayit perempuan, ditambah ikatan di bagian dada.
Hal ini berlaku bagi mayit yang tidak sedang Ihrom (muhrim). Jika mayit berstatus muhrim,
maka tidak boleh diikat dan bagian kepalanya dibiarkan terbuka. Hukum ini berlaku bagi laki-
laki, sedangkan untuk perempuan hanya bagian wajahnya saja yang dibiarkan terbuka.

III. MENSHALATI MAYIT


Syarat-Syarat Shalat Mayit
1. Mayit telah selesai dimandikan dan suci dari najis, baik tubuh, kafan atau tempatnya. Jika
setelah dimandikan dan belum dishalati keluar najis dari tubuh mayit, maka harus dihilangkan
terlebih dahulu, jika keluarnya setelah shalat, maka hukum menghilangkannya adalah sunah.
Namun menurut Al-Romli hukumnya tetap wajib kecuali najis tersebut terus menerus keluar,
maka mayit tetap dishalati sebagaimana shalatnya orang hidup yang menderita penyakit beser,
tidak mampu menahan kencing. Dan anggota tubuh yang terdapat najis tersebut harus ditutupi,
lalu mayit segera dishalati.
2. Orang yang menshalati (mushalli) telah memenuhi syarat-syarat sah melaksanakan sholat.
3. Posisi mayit berada di depan musholli dan jarak antara keduanya tidak melebihi 300 dziro’ (±
144m). (Apabila jenazah dan mushalli berada di luar masjid)

5
4. Tidak ada penghalang antara keduanya. Dalam arti seandainya mayit berada dalam keranda
yang ditutup, keranda tersebut tidak boleh dipaku. Kecuali jika pelaksanaan sholatnya dilakukan
di masjid.
5. Mushalli hadir (berada di dekat mayit), jika mayit yang dishalati tidak ghoib.
6. Kalau jenazah ditempatkan di atas meja, maka disyaratkan tidak terlalu tinggi, sehingga apabila
orang yang mensholati menuju kepada mayit cukup dengan berjalan biasa tanpa melompat, dan
apabila jenazah ditempatkan di atas meja yang tinggi, maka disyaratkan sebelah timurnya meja
diberi kursi. Karena posisi mayat dan orang yang mensholati itu sama antara imam dan ma’mum
dalam sholat jenazah. ( Ket. Kitab Bujairomi Juz 1, Hal 477)

Rukun-rukun Sholat Mayit


7. Niat.
Dalam niat, harus terdapat unsur kesengajaan (qoshdu) dan penentuan (ta’yin) shalat, berikut
menyertakan niat bersamaan takbir pertama (takbirotul ihrom). Untuk bacaan niatnya adalah :
ِ َِّ ٍ ِ ‫ِإماماً َفر‬/‫ات مْأموما‬
‫الى‬ َ ْ َ ً ْ ُ َ ٍ ‫ت َْأربَ َع تَ ْكبِْي َر‬
َ ‫ض ك َفايَة لله َت َع‬
ِ ِّ‫ُأصلِّى َعلى َه َذا الْمي‬
َ َ َ
8. Berdiri bagi yang mampu.
9. Melakukan takbir empat kali dengan menghitung takbirotul ihrom.
10. Membaca surat Al-Fatihah atau penggantinya bila tidak mampu.
11. Membaca sholawat Nabi SAW. setelah takbir kedua.
12. Mendo’akan mayit setelah takbir ketiga.
13. Membaca salam pertama.

Teknis pelaksanaan.
14. Takbirotul ihrom besertaan dengan niat dan sebelumnya disunatkan untuk melafadzkannya.
Bunyi niatnya adalah :
ِ َِّ ٍ ِ ‫ ِإماماً َفر‬/ ‫ات مْأموما‬
‫الى‬ َ ْ َ ً ْ ُ َ ٍ ‫ت َْأربَ َع تَ ْكبِْي َر‬
َ ‫ض ك َفايَة لله َت َع‬
ِ ِّ‫ُأصلِّى َعلى َه َذا الْمي‬
َ َ َ
15. Membaca surat Al-Fatihah.
16. Melakukan takbir kedua.
17. Membaca Sholawat kepada Nabi SAW.
ِ ‫ت َعلى سيِّ ِدنَا ِإبر ِاهيم و َع ِ ِ ِإ‬ ٍ ِ ِ ‫اَلْلَّه َّم ص ِّل َعلى سيِّ ِدنَا مح َّم ٍد و َعلى‬
‫لى‬ ِ
َ ‫لى آل َسيِّدنَا ْب َراه ْي َم َوبَار ْك َع‬
َ َ َ ْ َْ َ َ َ ‫صلَّْي‬ َ ‫آل َسيِّدنَا ُم َح َّمد َك َما‬ َ َ َُ َ َ َ ُ
ٍ‫ك ح ِمي ٌد م ِجيد‬ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ِإ‬ ِ ٍ ِ ِ ٍ ِ
ْ َ ْ َ َ َّ‫لى آل َسيِّدنَا ْب َراه ْي َم فى ال َْعالَم ْي َن ن‬
َ ‫لى َسيَّدنَا ْب َراه ْي َم َو َع‬
َ ‫ت َع‬ َ ‫لى آل َسيِّدنَا ُم َح َّمد َك َمابَ َارْك‬
َ ‫َسيِّدنَا ُم َح َّمد َو َع‬
18. Melakukan takbir ketiga, kemudian membaca do’a:
‫ْج‬ َّ ‫ بِال َْم ِاء َو‬/‫ها‬/
ِ ‫الثل‬ َ ُ‫ َوَأ ْغ ِسلْه‬/‫ها‬/ َ ُ‫ َوَأ ْك ِرْم ُن ُزلَه‬/‫ها‬/
َ ُ‫ َوَو ِّس ْع َم ْد َخلَه‬/‫ها‬/ َ ُ‫ف َع ْنه‬
ُ ‫ َوا ْع‬/‫ها‬/ َ ‫ َو َعافِ ِه‬/‫ها‬/ َ ُ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَه‬
َ ُ‫ َو ْار َح ْمه‬/‫ها‬/
‫ َو َْأهالً َخ ْي ًرا ِم ْن‬/‫ها‬/ ِ ِ
َ ُ‫س َوَأبْ ِدلْه‬
َ ‫ َد ًارا َخ ْي ًرا م ْن َدا ِره‬/‫ها‬/ ِ َ‫الدن‬ َّ ‫ض ِم َن‬ ُ َ‫َألبي‬
ْ ْ‫ب ا‬
ِ
ُ ‫ م َن الْ َخطَايَا َك َما ُيَن َّقى الث َّْو‬/‫ها‬/َ ‫َوالَْب َرِد َوَن ِّق ِه‬
ِ ‫اب اْل َق ْب ِر َوفِ ْتنَتِ ِه َوِم ْن َع َذ‬
.‫اب النَّا ِر‬ ِ
َ ‫ م ْن َع َذ‬/‫ها‬/
ِ
َ ُ‫ َوَأع ْذه‬/‫ها‬/
ِ
َ ‫ َوَزْو ًجا َخ ْي ًرا م ْن َزْو ِج ِه‬/‫ها‬/
ِ
َ ‫َْأهل ِه‬
19. Melakukan takbir keempat dan disunatkan membaca do’a :

َ ُ‫ َوا ْغ ِف ْر لَنَا َولَه‬/‫ها‬/


/‫ها‬/ َ ُ‫ َوالَ َت ْفتِنَّا َب ْع َده‬/‫ها‬/ ْ ‫اَللَّ ُه ُّم الَ تَ ْح ِرْمنَا‬
َ ُ‫َأج َره‬
20. Membaca salam.
ِ ُ‫لسالَم َعلَْي ُكم ور ْحمة‬
ُ‫اهلل َوَب َرَكاتُه‬ َ ََ ْ ُ َّ َ‫ا‬
Kesunahan dalam Shalat Mayit.
 Mengangkat dua telapak tangan sebatas bahu, lalu meletakkannya di bawah dada pada setiap
takbir.
 Memandang ke arah jenazah.
 Namun menurut sebagian ulama, kesunahannya tetap memandang tempat sujudnya,
sebagaimana shalat yang lain.
6
 Mengeraskan bacaan Takbir bagi Imam.
 Melirihkan suara saat membaca Fatihah, Sholawat dan do’a.
 Membaca do’a ta’awwudz sebelum membaca surat Al-Fatihah.
 Melirihkan bacaan ta’awwudz dan do’a.
 Tidak membaca do’a Iftitah.
 Tidak membaca surat atau ayat Al-Qur`an.
 Namun jika seorang ma’mum bacaan Fatihahnya mendahului imam, maka dari pada diam, lebih
baik membaca ayat-ayat Al-Qur’an
 Membaca Hamdalah sebelum membaca Sholawat
 Pembacaan sholawat menggunakan Sholawat Ibrohimiyah, seperti
ِ ‫ت َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْبر ِاه ْيم وبَا ِر ْك َعلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد و َعلى‬
‫آل‬ َ ‫صلَّْي‬ ٍ ِ ِ ‫اَللُّه َّم ص ِّل َعلَى سيِّ ِدنَا مح َّم ٍد و َعلَى‬
َ ‫آل َسيِّدنَا ُم َح َّمد َك َما‬ َ ُ
َ َ َ ََ َ َ َُ َ
ٍ‫ك ح ِمي ٌد م ِجيد‬ َّ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ِإ‬ ِ َ ‫َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد َك َمابَ َارْك‬
ٍ
ْ َ ْ َ َ ‫لى آل َسيِّدنَا ْب َراه ْي َم فى ال َْعالَم ْي َن ن‬ َ ‫لى َسيَّدنَا ْب َراه ْي َم َو َع‬
َ ‫ت َع‬
 Mendo’akan orang-orang Islam setelah membaca sholawat, seperti :
ِ َ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِفر لِلْمْؤ ِمنِْين واْلمْؤ ِمن‬
‫ات‬ ُ ََ ُ ْ
 Ketika salam, sunat membaca:
ِ ُ‫لسالَم َعلَْي ُكم ور ْحمة‬
ُ‫اهلل َوَب َرَكاتُه‬ َ ََ ْ ُ َّ َ‫ا‬

 SHOLAT MAYIT GHOIB
 Sah mensholati mayit ghoib ( tidak berada di desannya), apabila sudah memenuhi beberapa
syarat, yaitu:
1. Mayit berada di tempat yang sudah boleh memulai qhosor sholat bagi orang yang bepergian
jauh ( berada diluar batas desa) atau berada dalam satu desa, tetapi untuk menuju ketempat
mayit masyaqot (berat) seperti sakit.
2. Mayit sudah disucikan ( Ket. Kitab Qulyubi Juz 1, Hal 335)

 Catatan : Kesunatan mensholati mayit hadir
 Jika mayitnya laki-laki maka posisi kepala mayit berada di sebelah selatan, sedangkan posisi
imam atau orang yang shalat sendirian lurus dengan kepala mayit.
 Jika mayitnya perempuan, maka posisi kepala mayit berada di utara, sedangkan posisi imam atau
orang yang shalat sendirian lurus dengan pantat mayit. (ket. Al Bujairomi Juz 1, Hal 484)

IV. PEMAKAMAN JENAZAH


Sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman, liang kubur harus sudah siap, termasuk semua
peralatan pemakaman, seperti papan, batu nisan dan lain-lain.
Sedangkan ukuran liang kubur adalah:
Panjang: Sepanjang jenazah ditambah kira-kira 0,5 m.
Lebar : +1 m
Dalam : Setinggi postur tubuh manusia ditambah satu hasta (+ 60 cm)
Dalam kitab I’ânah al-Thôlibin disebutkan bahwa panjang dan lebar liang kubur sebaiknya
seukuran jenazah ditambah tempat yang cukup digunakan untuk orang yang menaruh mayit di
dalam kubur.
Proses pemberangkatan Jenazah.
21. Pelepasan jenazah.
Setelah selesai disholati, keranda jenazah diangkat, kemudian salah satu wakil keluarga
memberikan kata sambutan pelepasan jenazah, yang isinya:
 Permintaan maaf kepada para hadirin dan handai taulan, atas kesalahan yang pernah diperbuat
mayit.
7
 Pemberitahuan tentang pengalihan urusan hutang piutang kepada ahli waris.
 Persaksian baik dan buruknya amal perbuatan mayit.
 Sekedar mau’idhah hasanah.
22. Cara mengantar jenazah.
 Pada dasarnya, dalam mengusung jenazah diperbolehkan dengan berbagai cara. Namun
disunatkan meletakkan jenazah di keranda, dengan diusung oleh tiga atau empat orang, yakni
satu orang di depan dan dua yang lain di belakang atau masing-masing dua orang. Sedangkan
pengusung sebaiknya dilakukan oleh orang laki-laki.
 Dalam mengusung, kepala jenazah berada di depan.
 Pengiring jenazah lebih baik berada di depan dan dekat dengan jenazah.
 Mengiring dengan berjalan kaki lebih baik dari pada berkendaraan.
 Bagi orang yang mengusung jenazah disunatkan berjalan agak cepat.
23.

24. Proses Pemakaman Jenazah.


Dalam penguburan mayit dikenal 2 jenis liang kubur. Pertama, liang cempuri, yaitu liang
kuburan yang tengahnya digali (seperti menggali sungai), hal ini diperuntukkan bagi tanah yang
gembur. Kedua, liang landak, yaitu liang kuburan yang sisi sebelah baratnya digali sekira cukup
untuk mayit, hal ini diperuntukkan bagi tanah yang keras.
Kemudian dilakukan proses pemakaman sebagaimana berikut:
 Setelah jenazah sampai di pemakaman, keranda diletakkan di arah posisi peletakkan kaki mayit
(untuk Indonesia pada arah selatan kubur).
 Lalu jenazah dikeluarkan dari keranda dimulai dari kepalanya lalu diangkat dalam posisi agak
miring dan kepala menghadap kiblat.
 Kemudian diserahkan pada orang yang ada di dalam kubur yang sudah siap-siap untuk
menguburkannya. Ini bisa dilakukan oleh 3 orang: yang pertama bertugas menerima bagian
kepala, orang kedua bagian lambung dan orang ketiga bagian kaki. Orang yang menyerahkan
jenazah sunah membaca do’a :
ِ ِ ِ ِ َّ ‫اَللَّه َّم ا ْفتح َأبواب‬
َ ‫ فِى َق ْب ِره‬/‫ها‬/
/‫ها‬/ َ ُ‫ َوَو ِّس ْع لَه‬/‫ها‬/ َ ‫الس َماء ل ُرْوح ِه‬
َ ُ‫ َوَأ ْك ِرْم َم ْنـ ِزلَه‬/‫ها‬/ َ َْ ْ َ ُ
Dan bagi yang menerima dan meletakkan sunah membaca do’a
. ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ِِ ِ
َ ‫بِ ْس ِم اهلل َو َعلَى ملَّة َر ُس ْو ِل اهلل‬
Untuk lebih sempurnanya ditambah dengan do’a :
ُّ ‫ َوفَ َار َق َم ْن َكا َن يُ ِح‬/‫ها‬/ ِ ِ ِ ِ ‫ك اْالَ ْش َخ‬ ِ ‫اَللَّه َّم‬
/‫ها‬/ َ ُ‫ب ُق ْربَه‬ َ ‫ َوِإ ْخ َوانِِه‬/‫ها‬/
َ ‫ َو َْأهل ِه َو َق َرابَتِ ِه‬/‫ها‬/ َ ‫اص م ْن َوال ِده‬ َ َ ‫ ِإل َْي‬/‫ها‬/
َ ُ‫َأسل ْمه‬ْ ُ
/‫ها‬/ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ب‬ ‫ق‬
َ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫إ‬‫و‬ /‫ا‬ ‫ه‬/ ِ
‫ه‬ ِ
‫ب‬ ‫ل‬ٍ ‫و‬‫ز‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫خ‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫َأ‬
‫و‬ ‫ك‬ ِ
‫ب‬ / ‫ت‬/ ‫ل‬َ ‫ز‬ ‫ن‬‫و‬ ِ
‫ه‬ ِ
‫ق‬ ‫ي‬ ‫ض‬ ‫و‬ ِ
‫ر‬ ‫ب‬ ‫ق‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ة‬ِ ‫ْم‬‫ل‬‫ظ‬
ُ ‫َى‬‫ل‬‫ِإ‬ ِ
‫اة‬ ‫ي‬ ‫ْح‬
‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ُّ
‫الد‬ ِ
‫ة‬ ‫ع‬
َّ ‫س‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ / ‫ت‬/
ْ ‫َو َخ َر َج‬
َ ُ َْ َ ْ َ َ ْ ُ َْ ُ ْ َ َ ْ َ َ ْ َََ َْ َ َْ ْ َ َ َ َ َْ َ
‫ يَا َْأر َح َم‬. ‫ك‬ َ ِ‫ ِإلَى َر ْح َمت‬/ٌ‫ة‬/ ‫ فَِق ْي ٌر‬/‫ها‬/ َ ‫ت غَنِ ٌّي َع ْن َع َذابِ ِه‬
َ ‫ َو ُه َو‬/‫ها‬/ َ ْ‫ت َْأه ُل اْ َلع ْف ِو َأن‬َ ْ‫ فََأن‬/‫ها‬/
َ ُ‫ت َع ْنه‬ َ ‫فَبِ َذنْبِ ِه‬
َ ‫ َوِإ ْن َع َف ْو‬/‫ها‬/
ِ ‫الر‬
‫اح ِم ْي َن‬َّ

 Dalam memasukkan jenazah hendaknya diserahkan kepada orang-orang yang sudah ahli
tentang tata cara pemakaman.
 Kemudian jenazah diletakkan pada tempat tersebut (dasar makam) dengan posisi
menghadap (miring) ke arah kiblat serta kepala di arah utara, semua ikatan dilepas, kepala
diganjal bata, pipi dibuka kemudian ditempelkan pada tanah.
 Agar mayit tidak terlentang atau tengkurep maka hendaklah wajah dan kaki mayit
disandarkan kedinding kubur sementara punggung diberi penyangga batu atau bata.

Catatan :
 Pada saat proses pemakaman ini, setelah liang kubur ditutup dan sebelum ditimbun tanah, bagi
para hadirin (orang sekeliling) disunatkan dengan kedua tangannya untuk mengambil segenggam
8
‫‪tanah bekas penggalian kubur kemudian dibacakan surat Al-Qodr sebanyak tujuh kali, lalu‬‬
‫‪ditiupkan ke tanah, lantas dilemparkan ke dalam kubur. Rahasianya supaya mayit tidak‬‬
‫‪mendapatkan siksa di dalam kubur. Dan disunnahkan juga bagi para hadirin mengambil tiga kali‬‬
‫»ِم ْن َها َخلَ ْقنَا ُك ْم« ‪segenggam tanah lalu dilemparkan ke dalam kubur, pelemparan pertama membaca‬‬
‫ارةً ُأ ْخ َرى« ‪َ » dan ketiga membaca‬وفِ ْي َها نُِع ْي ُد ُك ْم« ‪kedua membaca‬‬ ‫‪ِ .‬‬
‫»وم ْن َها نُ ْخ ِر ُج ُك ْم تَ َ‬
‫َ‬
‫‪ Dan setelah itu salah satu diantara pengiring membaca adzan dan iqomah di dalam qubur.‬‬
‫‪Sedangkan lafadznya sama dengan adzan dan iqomah dalam shalat.‬‬
‫‪ Dan perlu diketahui bahwa menurut pendapat yang Mu’tamad Adzan dan Iqomah‬‬
‫‪sebenarnya tidak disunnahkan secara khusus, akan tetapi dari sisi dzikir tetap mendapat pahala‬‬
‫‪selama tidak diyakini kesunnahannya secara khusus.‬‬
‫‪ Kemudian di atas mayit ditutup dengan papan dan lubang-lubangnya ditutup dengan bata / tanah.‬‬
‫‪Khusus untuk liang landak, lubang yang ada di samping bagian dalam kubur ditutup dengan‬‬
‫‪tanah dan bata.‬‬
‫‪ Kemudian liang kubur ditimbun dengan tanah sampai lebih sedikit dari permukaan tanah (sak‬‬
‫‪kilan: jawa).‬‬
‫‪ Disunatkan memasang dua nisan (satu lurus diatas kepala dan yang satunya lurus diatas kaki ).‬‬
‫‪ Juga disunatkan menabur bunga, memberi minyak wangi, meletakkan kerikil serta memercikkan‬‬
‫‪air di atas makam.‬‬
‫‪ Selanjutnya salah satu wakil dari fihak keluarga atau orang yang ahli ibadah mentalqin mayit.‬‬
‫‪Bagi yang mentalqin duduk dengan posisi menghadap ke timur lurus dengan kepala mayat. Dan‬‬
‫‪bagi penta’ziah sebaiknya berdiri.‬‬
‫‪‬‬
‫ِ‬ ‫ك ِإاَّل و ْج َههُ لَهُ الْحكْم وِإل َْي ِه ُترجعو َن ُك ُّل َن ْف ٍ ِئ‬ ‫ٍ ِ‬ ‫الرحم ِن َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫س ذَا َقةُ ال َْم ْوت َوِإنَّ َما ُت َو َّف ْو َن ُ‬
‫ُأج ْوَرُك ْم َي ْوَم‬ ‫ُ ُ َ ْ َ ُْ‬ ‫الرح ْي ِم ُك ُّل َش ْيء َهال ٌ َ‬ ‫ب ْس ِم اهلل َّ ْ َ‬
‫الد ْنيَا ِإاَّل َمتَاعُ الْغُ ُرْوِر ِم ْن َها َخلَ ْقنَا ُك ْم َوفِ ْي َها نُِع ْي ُد ُك ْم َوِم ْن َها‬
‫ْحيَاةُ ُّ‬ ‫ِ‬
‫ِح َع ِن النَّا ِر َوُأ ْدخ َل ال َ‬
‫ْجنَّةَ َف َق ْد فَ َاز ‪َ .‬وَما ال َ‬
‫ِ ِ‬
‫الْقيَ َامة فَ َم ْن ُز ْحز َ‬
‫اس ِم ِ‬ ‫اب وِم ْنها نُ ْخ ِرج ُكم لِلْعر ِ ِ‬ ‫اب وفِيها نُِعي ُد ُكم لِلد ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اهلل‬ ‫اب بِ ْ‬ ‫ْحس ِ‬
‫ض َوال َ‬ ‫ُ ْ َْ‬ ‫ُّر ِ َ َ‬ ‫ُّود َوالت َ‬ ‫َأْلج ِر َوالث ََّو ِ َ ْ َ ْ ْ ْ‬ ‫نُ ْخ ِر ُج ُك ْم تَ َارةً ُأ ْخ َرى م ْن َها َخلَ ْقنَا ُك ْم ل ْ‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َه َذا َما َو َع َد َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫اهلل وِإ ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬
‫ص ْي َحةً‬‫ت ِإاَّل َ‬ ‫ص َد َق ال ُْم ْر َسلُ ْو َن ِإ ْن َكانَ ْ‬ ‫الر ْح َم ُن َو َ‬ ‫لى اهلل َو َعلَى ملَّة َر ُس ْو ِل اهلل َ‬ ‫َوباهلل َوم َن َ َ‬
‫وِ‬
‫اح َدةً فَِإ ذَا ُه ْم َج ِم ْي ٌع لَ َد ْينَا ُم ْح َ‬
‫ض ُرْو َن‬ ‫َ‬
‫َه ْى فالن سأإيكى سيرا ووس عاليه ماراع عاالم قبور ياإيكو عاالم برزح‪ .‬سيرا أجا عانتى اللى فركارا كاع سيرا أوكمى ناليكا‬
‫سيرا فيساه كاروكيطا كابيه إييا إ يكو نكسنى يين تمن اورا أنا فعران كاع حق كجابا كوستى اهلل تعالى‪ .‬لن نكسنى كوستى‬
‫كنجع محمد إيكو أوتوسانى اهلل تعالى‪ .‬هى فالن‪ .‬سيع عاتى‪-‬عاتي يين سيرا دى تكانى مالئكة لورو كاع دى فاسراهى يوبا‬
‫ماراع سيرا‪ .‬سيرا أجا كاكت لن أجاكومتر‪ .‬عرتييا ‪ :‬سأتمنى كاع باكال نكانى ماراع سيرا إيكو إييا فدا‪-‬فدا مخلوقى اهلل‪ .‬هى‬
‫فالن‪ .‬يين مالئكة لورو معكو تاكون ماراع سيرا معكنى‪ :‬سفا فعيران مو؟ أفا أكامامو ؟ سفا نبى مو؟ أفا إعتفادمو؟ لن أفاكاع‬
‫سيرا سوعكمى ناليكا سيراماتى؟ يين سيرا دى تاكونى كايا معكونو جوابا‪:‬فعيران كو كوستى اهلل‪ ،‬يين دى كافيع فيندونى‬
‫تاكونى جوابا مانيه‪ :‬كوستى اهلل إيكو فعيرانكو‪ ،‬يين دى كافيع تلونى تاكونى إياإيكو فيتاكون فوعكاسان‪ ،‬سيرا جاوابا تكاس‪،‬‬
‫أجا كومتر لن أجا كواتير ‪ :‬كوستى اهلل إيكو فعيرانكو‪ ،‬أكاما إسالم إيكو أكاماكو‪ ،‬كوستى محمد إيكو نبى كو‪ ،‬كتاب القرآن‬
‫إيكو فانوتان كو‪ ،‬صالة سمباهياع إيكو كواجيبان كو‪ ،‬ووع إسالم كابيه إيكو سدولوركو‪ ،‬نبى إبراهيم إيكو فرساسات بفاء كو‪،‬‬
‫اكو اوريف لن ماتى نتفى اوجافان‬
‫الإله إال اهلل محمد رسول اهلل‬
‫هى فالن حجة‪-‬حجة كاع إعسون واراهاكى ماراع سيرا إيكى جكالنا كاع تمن عرتييا يين سيرا باكال ماعكون إع عالم قبور‬
‫عانتى بيسوك دينا قيامة إياإيكو دينا نى ووع‪-‬ووع اهل قبور فادا دين تاعيئاكى‪ .‬هى فالن‪ .‬يين فاتى إيكو حق‪ ،‬ماعكون إع‬
‫قيور‪ ،‬فيتاكونى منكر نكيراناإع قبور‪ ،‬دينانى تاعى سكيع قبور‪ ،‬انانى حساب‪ ،‬تراجو‪/‬تيمباعان‪ ،‬ووط صراط المستقيم‪ ،‬نراكا‬
‫لن سواركا ايكو كابيه حق مسطى انانى‪ .‬ستوهونى كوستى اهلل إيكو باكل ناعيئاكن وعكع اناإع عالم قبور‪.‬‬
‫(نولى ماجاها)‬

‫‪9‬‬
َ‫س َو ْح َدَتنَا َوَو ْح َدتَهُ َو ْار َح ْم غُ ْرَبَتنَا َوغُ ْرَبتَهُ َول َِّق ْنهُ ُح َّجتَهُ َوال‬ ِ ‫اضر ل َْيس ي ِغ ْي‬ِ ِ ِ ‫ك يَااهلل اَللَّ ُه َّم يَاَأنِْي‬ َ ُ‫َونَ ْسَت ْوِدع‬
ْ ‫ب آن‬
ُ َ َ ُ ‫س ُك ِّل َوح ْيد َويَا َح‬ َ
‫ب‬ ِ ‫ والْحم ُد‬.‫ص ُفو َن وسالَ ٌم َعلَى الْمرسلِ ْين‬
ِّ ‫ِهلل َر‬ ِ ِ ِ ِّ ‫ك ر‬ ِ َّ ‫َت ْفتِنَّا َب ْع َدهُ َوا ْغ ِف ْرلَنَا َولَهُ يَااهلل يَ َار‬
ْ َ َ َ َ ُْ َ َ ْ َ‫ب الْع َّزة َع َّما ي‬ َ َ ِّ‫ ُس ْب َحا َن َرب‬.‫ب ال َْعالَم ْي َن‬
.‫ َِأم ْي َن‬.‫ال َْعال َِم ْي َن‬

 Selesai pentalqinan pihak keluarga dan para penta’ziah sebaiknya tidak bergegas untuk pulang,
akan tetapi tinggal dulu sebentar untuk mendo’akan mayit agar dipermudah oleh Allah swt.
untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir.
 Setelah berdo’a secukupnya para penta’ziah sudah diperbolehkan untuk pulang dengan segala
cara.

‫واهلل أعلم بالصواب‬

10

Anda mungkin juga menyukai