Anda di halaman 1dari 4

Nama: Delia Ramadanti

NPM: CG191110593
Kelas: 19-DF
Mata kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen: Bambang Sumantri Hm, S.IP, M.Si

Soal

1. Kapan dan berapa amandemen pada pasal pasal dalam UU 1945 serta jelaskan
alasannya diadakan amandemen tsb ?
2. Seperti apa tanggapan masyarakat terhadap hasil amandemen UUD 1945 ?
( Cantumkan nama tokoh masyarakat yang menanggapi baik positif maupun negatif )
3.Apa dampak yang ditimbulkan dari amandemen UUD 1945 dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara?

Jawab :

1. Amandemen UUD 1945 diadakan oleh MPR sejak tahun 1999 sebanyak empat
kali.

Hasil Amandemen UUD 1945 yakni sebagai berikut:

1. Amandemen UUD 1945 yang pertama

Amandemen UUD 1945 yang pertama dilaksanakan pada Sidang Umum MPR 1999
tanggal 14-21 Oktober 1999.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang pertama meliputi 9 pasal dan 16 ayat sebagai
berikut:

- Pasal 5 Ayat 1: Hak presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR


- Pasal 7: Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden
- Pasal 9 Ayat 1 dan 2: Sumpah presiden dan wakil presiden
- Pasal 13 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan dan penempatan duta
- Pasal 14 Ayat 1: Pemberian grasi dan rehabilitasi
- Pasal 14 Ayat 2: Pemberian amnesti dan abolisi
- Pasal 15: Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
- Pasal 17 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan menteri
- Pasal 20 Ayat 1-4: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
- Pasal 21: Hak DPR untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU)

2. Amandemen UUD 1945 yang kedua

Amandemen UUD 1945 yang kedua dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR 2000
tanggal 7-18 Agustus 2000. Perubahan kedua UUD 1945 ditetapkan pada 18 Agustus
2000.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 27 Pasal dalam 7 Bab sebagai
berikut:
- Bab VI mengenai Pemerintah Daerah
- Bab VII mengenai Dewan Perwakilan Daerah
- Bab IXA mengenai Wilayah Negara
- Bab X mengenai Warga Negara dan Penduduk
- Bab XA mengenai Hak Asasi Manusia
- Bab XII mengenai Pertahanan dan Keamanan
- Bab XV mengenai Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

3. Amandemen UUD 1945 yang ketiga

Amandemen UUD 1945 yang ketiga dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR 2001
tanggal 1-9 November 2001. Perubahan ketiga terhadap UUD 1945 ditetapkan
tanggal 9 November 2001.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 23 Pasal dalam 7 Bab sebagai
berikut:
- Bab I mengenai Bentuk dan Kedaulatan
- Bab II mengenai MPR
- Bab III mengenai Kekuasaan Pemerintahan Negara
- Bab V mengenai Kementerian Negara
- Bab VIIA mengenai DPR
- Bab VIIB mengenai Pemilihan Umum
- Bab VIIIA mengenai BPK

4. Amandemen UUD 1945 yang keempat

Amandemen UUD 1945 yang keempat dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR 2001
tanggal 1-11 Agustus 2002.
Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 19 Pasal yang terdiri atas 31 butir
ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Hasil Amandemen UUD 1945 yang keempat
menetapkan:

- UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga, dan
keempat adalah UUD 1945 yang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan
kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

- Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18


Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

- Bab IV tentang "Dewan Pertimbangan Agung" dihapuskan dan pengubahan


substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang "Kekuasaan
Pemerintahan Negara"

Alasan diadakannya Amandemen ini adalah terdapatnya tuntutan amandemen di awal


masa reformasi yang didasarkan pada suatu pemikiran bahwa UUD 1945 belum
cukup kuat untuk dijadikan landasan bagi kehidupan demokratis, penguatan populasi,
pemberdayaan rakyat, penghormatan Hak Asasi Manusia, MPR sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi negara, kewenangan dari seorang presiden yang mengatur hal-hal
penting terkait dengan undang-undang, dan rumusan semangat penyelenggara negara
yang kurang didukung oleh ketentuan konstitusi yang sesuai dengan tuntutan
reformasi. Di dalam tubuh UUD 1945 juga terdapat pasal-pasal yang terlalu luwes
sehingga dapat menyebabkan berbagai macam interpretasi atau tafsiran (multitafsir)
dan menyebabkan terbukanya kesempatan untuk menjalankan negara secara otoriter,
sentralistik, tertutup, dan peluang untuk berkembangnya perilaku KKN.
Penyelenggaraan negara yang seperti itu menyebabkan terjadinya penurunan
kehidupan nasional yang dibuktikan dengan krisis yang terjadi di berbagai bidang
kehidupan. Seiring berjalannya waktu, tuntutan perubahan UUD 1945 menjadi
kebutuhan bersama rakyat Indonesia.

2. Ketua Fraksi Partai Demokrat di MPR Benny K. Harman berpendapat bahwa


amandemen UUD 1945 tidak diperlukan untuk menghidupkan kembali haluan negara.
Menurutnya, penambahan kewenangan agar MPR mampu membangkitkan GBHN
dapat dilakukan melalui pembuatan undang-undang. Sebelumnya, wakil ketua MPR
dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid mengatakan bahwa
kebutuhan agar MPR memiliki kewenangan menetapkan GBHN tidak harus
dilakukan melalui amandemen UUD 1945. Menurutnya penambangan kewenangan
MPR dapat dilakukan melalui pembuatan undang-undang. Rencana amandemen UUD
1945 untuk menghidupkan haluan negara dikhawatirkan akan menjadi bola liar.
Menurut Mahfud, amandemen UUD 1945 tidak akan pernah bisa menyelesaikan
persoalan bangsa. Hal ini dibuktikan dengan persoalan-persoalan negara yang belum
kunjung selesai meskipun amandemen telah dilakukan beberapa kali. Ia mengatakan
bahwa yang terpenting sebenarnya adalah konsistensi menegakkan konstitusi. Namun
demikian, Mahfud mempersilakan jika parlemen periode ini ingin mengamandemen
UUD tersebut.

3. Dampaknya yaitu sebelum amandemen UUD 1945, sebagai Warganegara Indonesia


tidak bebas memilih wakil kita di DPR atau DPRD. Tetapi setelah amandemen warga
Indonesia memiliki kebebasan memilih secara langsung. Dahulu, MPR yang memilih
Presiden dan Wakil Presiden. Sekarang, kitalah sebagai Warganegara Indonesia yang
harus menggunakan hak pilih kita untuk memilih presiden secara langsung.

Dulu, memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) bisa saja mengakibatkan


pencekalan atau pemenjaraan dari pemerintah karena tuduhan melawan Negara.
Sekarang, memperjuangkan HAM adalah memperjuangkan Konstitusi Negara
sehingga pemerintah harus juga mendukungnya. Dan sebelum adanya amandemen
UUD 1945 yang berhak menjadi calon presiden dan calon wakil presiden adalah
orang Indonesia asli. Sekarang, yang berhak menjadi calon presiden dan calon wakil
presiden adalah orang Indonesia sejak kelahirannya.

Anda mungkin juga menyukai