Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

UJIAN KLINIK
PADA PASIEN NY.S DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI
POST OP NEOPLASMA OVARIUM KISTIK (NOK)
DI PAVILIUN ASTER RSU KABUPATEN TANGERANG

Disusun oleh :
Dwi Wirawaty
P27906120008

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN NEOPLASMA OVARIUM KISTIK

A. Konsep Neoplasma Ovarium Kistik


1. Pengertian
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang
berisi cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bias berupa air ,darah,
nanah, atau cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi
pada wanita usia subur atau usia reproduksi (Dewi, 2010).
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa
berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai
sebuah kapsul (Andang, 2013).
Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker
yang berisi material cairan atau setengah cair (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung
telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak
di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja
(Setyorini, 2014).

2. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014). Salah satu pemicu
kista ovarium adalah faktor hormonal. Penyebab terjadinya kista ovarium ini
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan. Beberapa faktor
resiko yang mempengaruhi terjadinya kista ovarium adalah sebagai berikut:
a. Faktor Umur
Kista sering tejadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi,
keganasan kista ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarche dan
usia di atas 45 tahun (Manuaba, 2009). Menurut penelitian Azhar (2014),
kista ovarium di Peshawar, Pakistan, penderita kista ovarium paling
banyak terjadi pada wanita umur 21- 30 tahun (46,0 %)
b. Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan
apakah seseorang wanita memiliki risiko terkena kista ovarium. Resiko
wanita terkena kista ovarium adalah sebesar 1,6%. Apabila wanita
tersebut memiliki seorang anggota keluarga yang mengindap kista,
risikonya akan meningkat menjadi 4% sampai 5% (Rasjidi, 2009). Dalam
tubuh kista ada terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker yaitu
protoonkogen. Karena faktor pemicu seperti pola hidup yang kurang
sehat, protoonkogen bisa berubah menjadi onkogen yaitu gen yang dapat
memicu timbulnya sel kanker.
c. Faktor Reproduksi
Universitas Sumatera Utara 19 Riwayat reproduksi terdahulu serta
durasi dan jarak reproduksi memiliki dampak terbesar pada penyakit kista
ovarium, paritas (ketidaksuburan) yang rendah dan infertilitas, serta
menarche dini dan menopause terlambat meningkatkan resiko untuk
berkembang menjadi kista ovarium (Rasjidi, 2009). Kista ovarium sering
terjadi pada wanita dimasa reproduksi, menstruasi di usia dini (menarche
dini) yaitu usia 11 tahun atau lebih muda (< 12 tahun) merupakan faktor
risiko berkembangnya kista ovarium, karena faktor asupan gizi yang jauh
lebih baik , rata-rata anak perempuan mulai memperoleh haid pada usia
10-11 tahun. Siklus haid yang tidak teratur juga merupakan faktor risiko
terjadinya kista ovarium (Manuaba, 2010).
Pada wanita usia subur dan sudah menikah serta memiliki anak,
biasanya mereka menggunakan alat kontrasepsi hormonal merupakan
faktor resiko kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal implant, akan tetapi pada wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung
mengurangi resiko untuk terkena kista ovarium (Henderson, 20015).
d. Faktor Hormonal
Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang
merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.
Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon gonadotropin
atau sensitivitas terhadap hormon gonadotropin yang berlebihan. Hormon
gonadotropin termasuk FSH (Folikel Stimulating) dan HCG (Human
Chorionik Gonadotropin). Individu yang mengalami kelebihan hormon
estrogen atau progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista
(Kurniawati, dkk. 2009).
e. Faktor Lingkungan
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan
pada saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus,
adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang
dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan
membantu tumbuhnya kista, Faktor makanan ; lemak berlebih atau
lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat
dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko
tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang, 2013).

3. Manifestasi Klinik
a. Gejala Kista Secara Umum
Menurut Yatim Faisal, (2005) gejala kista secara umum, antara lain :
1) Rasa nyeri di rongga panggul disertai rasa gatal.
2) Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh
bergerak.
3) Rasa nyeri saat siklus menstruasi selesai, pendarahan menstruasi tidak
seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, lebih pendek atau tidak
keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak
teratur.
4) Perut membesar.

b. Gejala Klinis Kista Ovarium


Ada pun gejala klinis kista ovarium:
1) Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan
pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm, dianggap
belum berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang menopause atau
setelah menopause. Besarnya tumor dapat menimbulkan gangguan
berkemih dan buang air besar terasa berat di bagian bawah perut, dan
teraba tumor di perut.
2) Gejala gangguan hormonal, indung telur merupakan sumber hormon
wanita yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan
tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormon
selalu berhubungan dengan pola menstruasi yang menyebabkan
gejala klinis berupa gangguan pola menstruasi dan gejala karena
tumor mengeluarkan hormone
3) Gejala klinis karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor
dapat berbentuk infeksi kista ovarium dengan gejala demam, perut
sakit, tegang dan nyeri, penderita tampak sakit. Mengalami torsi pada
tangkai dengan gejala perut mendadak sakit hebat dan keadaan umum
penderita cukup baik (Manuaba, 2009). Menurut Nugroho (2014),
gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat menstruasi, nyeri di perut
bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus menstruasi tidak
teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar. Gejalanya tidak
menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut bagian
bawah. Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan
gejala perut terasa penuh dan sering sesak nafas karena perut tertekan
oleh besarnya kista (Manuaba, 2009).

4. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium,
dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi
akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus
datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior
melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis
anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang pengeluaran
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (LutheinizingHormone),
dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan progesteron
(Nurarif, 2013). Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan
progesteron yang normal.
Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan
infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
5. Pathways
6. Komplikasi
Torsi kista ovarium biasanya terjadi saat hamil atau pascapartum.
Keluhannya nyeri perut mendadak, mual dan muntah, torsi menahun tidak
dirasakan karena perlahan-lahan sehingga tidak banyak menimbulkan
rasa nyeri abdomen, timbulnya torsi karena ada tumor dalam perut. Terapi
yang dilakukan adalah tindakan laparotomi.
a. Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada kistanya.
Keluhan seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak. Perdarahan
menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan tindakan laparotomi.
Tidak ada patokan mengenai ukuran besar kista yang berpotensi pecah.
Ada kista yang berukuran 5 cm sudah pecah, namun ada pula yang
sampai berukuran 20 cm belum pecah. Pecahnya kista menyebabkan
pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya perdarahan.
b. Infeksi kista ovarium
Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba dan
menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista ovarii yaitu
badan panas, nyeri pada abdomen, perut terasa tegang, diperlukan
pemeriksaan laparotomi dan laboratorium untuk mengetahui adanya
infeksi pada kista.
c. Ruptura kapsul kista
Ruptur kapsul kista terjadi karena akibat dari perdarahan mendadak,
infeksi kista dengan pembentukan abses membesar ruptura. Diperlukan
tindakan laparotomi untuk mengetahui terjadinya ruptura kapsul kista.
d. Degenerasi ganas
Degenerasi ganas berlangsung pelan “ silent killer” . Terdiagnosa
setelah stadium lanjut, diagnosa dini karsinoma ovarium menggunakan
pemeriksaan tumor marker CA 125 untuk mengetahui terjadinya
degenerasi ganas (Manuaba, 2010).
7. Pemeriksaan Penunjang
Kista ovarium dapat dilakukan pemeriksan lanjut yang dapat dilaksanakan
dengan :
a. Laparoskopi : pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui
apakah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan
sifat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi : dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan
batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula
antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Universitas Sumatera Utara 24
d. CA-125 : memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-
125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun
tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya
dilakukan pada perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan,
kadar normal CA-125 (0-35 u/ml).
e. Parasentensis pungsi asites : berguna untuk menentukan sebab asites.
Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
(Wiknjosastro,2008).

8. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode:
1) Terapi Hormonal Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan
estrogen- progresteron) boleh ditambahkan obat anti androgen
progesteron cyproteron asetat yang akan mengurangi ukuran besar kista.
Untuk kemandulan dan tidak terjadinya ovulasi, diberikan klomiphen
sitrat. Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada ovarium, misalnya
melakukan diatermi dengan sinar laser.
2) Terapi Pembedahan /Operasi Pengobatan dengan tindakan operasi kista
ovarium perlu mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur
penderita, ukuran kista, dan keluhan. Apabila kista kecil atau besarnya
kurang dari 5 cm dan pada pemeriksaan Ultrasonografi tidak terlihat
tanda-tanda proses keganasan, biasanya dilakukan operasi dengan
laparoskopi dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga
panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut. Universitas
Sumatera Utara 25 Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan
pengangkatan kista dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan
pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista bisa diperiksa apakah
sudah mengalami proses keganasan atau tidak. Bila sudah dalam proses
keganasan, dilakukan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran
tuba, jaringan lemak sekitar dan kelenjar limpe (Yatim, 2005).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Neoplasma Ovarium Kistik
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengkajian dengan
mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien secara
sitematis dan terus-menerus. Data yang dibutuhkan mencakup antara
lain:
1) Identitas
Nama pasien, nama panggilan, umur, riwayat perkawinan, jenis
kelamin, pendidikan, tanggal MRS, No. Rekam Medis, diagnosa
medis, alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : nyeri di sekitar area jahitan.
b. Riwayat Kesehatan sekarang: mengeluhkan ada atau tidaknya
gangguan ketidaknyamanan.
c. Riwayat Kesehatan dahulu : pernahkah menderita penyakit
seperti yang diderita sekarang, pernahkah dilakukan operasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: adakah anggota keluarga yang
menderita tumor atau kanker terutama pada organ reproduksi.
e. Riwayat obsetrikus, meliputi:
1. Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau.
2. Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia pernikahan
3. Riwayat persalinan
4. Riwayat KB
3) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
b. Tanda vital:
 Tekanan Darah : Normal, jika tidak ada riwayat hipertensi
 Nadi : Meningkat (Normal 80-100x/menit)
 RR : Meningkat (Normal 16-24x/menit)
 Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali jika
ada inflamasi
Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
Inspeksi: kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna
hitam kaji uban), distribusi normal, kaji kerontokan rambut jika
sudah dilakukan kemoterapi Palpasi: tidak ada nyeri tekan,
tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, tidak ada lesi.
2. Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor,
refleks pipil terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata
rata dan hitam Palpasi: tidak ditemukan nyeri tekan, tidak
teraba benjolan abnormal
3. Telinga
Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada
serumen, tidak ada kelainan bentuk.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
4. Hidung
Inspeksi: hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat
bantu pernafasan
5. Mulut
Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna
merah, gigi bersih tidak ada karies gigi
6. Leher
Kaji adanya pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran vena
jugularis
7. Thorak
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris
8. Paru-paru
Biasanya pasien merasakan sesak karena kista menekan organ
disekitarnya.
9. Jantung
• Inspeksi
ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi
Ictus cordis teraba
• Perkusi
Pekak
• Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal
10. Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, areola mamae hiperpigmentasi, papilla
mamae

menonjol, dan tidak ada pembengkakan


11. Abdomen
• Inspeksi
Biasanya perut tampak membuncit
• Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, teraba masa pada
abdomen
• Perkusi
Biasanya redup
• Auskultasi
Bising usus normal
12. Genitalia
Biasanya siklus menstruasi tidak teratur, nyeri yang berlangsung
lama saat menstruasi (Nugroho,2012)
13. Ekstermitas
Biasanya tekanan pada tumor dapat menyebabkan edema pada
tungkai
14. Pemeriksaan penunjang
• Hasil USG abdomen untuk menentukan sifat-sifat kista
• Hasil laparaskopi, untuk mengetahui asal tumor dan untuk

menentukan sifat-sifat tumor.


15. Hasil pemeriksaan darah untuk mengetahui penurunan atau
peningkatan hemoglobin, leukosit, eritrosit.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk
menegakkan diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan
yang muncul yaitu :
a. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. D.0075 Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
c. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
3. Intervensi
SDKI SLKI SIKI Rasional
(D.0077) (L.08066) Intervensi Utama I.08283 “Manajemen
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan I.08283 “Manajemen Nyeri”
agen cedera fisik tindakan asuhan Nyeri” Observasi
keperawatan Observasi a. Mengetahui
selama ….x…. jam a. Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat lokasi, karakteristik,
nyeri pasien karakteristik, durasi,
menurun, dengan durasi, frekuensi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas nyeri
- Kemampuan kualitas, yang dirasakan
menuntaskan intensitas nyeri pasien
aktivitas 4 b. Identifikasi b. Mengetahui
(cukup skala nyeri skala nyeri yang
meningkat) c. Identifikasi dirasakan pasien
- Keluhan nyeri respon nyeri c. Mengetahui
4 (cukup verbal dan non respon nyeri
menurun) verbal pasien
- Meringis 4 d. Identifikasi d. Mengetahu
(cukup faktor yang faktor yang
menurun) memperberat memperberat
- Gelisah 4 dan dan
(cukup memperingan memperingan
menurun) nyeri nyeri pasien
- Frekuensi nadi Terapeutik Terapeutik
4 (cukup - Kontrol lingkungan - Pasien merasa lebih
membaik) yang memperberat rileks dan nyeri
- Tekanan darah rasa nyeri (mis. sedikit berkurang
4 (cukup Suhu ruangan,
membaik) pencahayaan, I.08243 “Pemberian
- Fokus 4 (cukup kebisingan) Analgesik”
membaik) Edukasi Observasi
- Nafsu makan 4 - Jelaskan penyebab, - Mengetahui apakah
(cukup periode, dan pemicu pasien ada alergi
membaik) nyeri obata atau tidak
- Pola tidur 4 - Ajarkan teknik non - Memastikan nilai
(cukup farmakologis untuk TTV dalam batas
membaik) mengurangi rasa normal
nyeri Edukasi
- Mengetahui efek
I.08243 “Pemberian samping terapi obat
Analgesik” Kolaborasi
Observasi - Mengurangi rasa
- Identifikasi nyeri
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat
alergi obat
- Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesik (mis.
Narkotika, non-
narkotik, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
Edukasi
- Jelaskan efek
samping dan efek
terapi obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
Kode : D.0075 Kode : L.12111 Kode : I.03117
Nausea Setelah dilakukan Observasi  Untuk melakukan
berhubungan tindakan 1) Identifikasi tindakan yang
dengan efek keperawatan pengalaman mual selanjutnya
agen selama …x... menit 2) Identifikasi  Untuk mengetahui
farmakologis diharapkan antimietik untuk obat-obatan yang
perasaan tidak mencegah mual digunakan
nyaman pada 3) Monitor mual  Untuk mengetahui
bagian belakang (misalnya frekuensi, frekuensi mual
tenggorok atau durasi dan tingkat
lambung yang keparahan)  Untuk mengetahui
dapat 4) Monitor asupan asupan makanan
mengakibatkan nutrisi dan kalori yang dikonsumsi
muntah menurun. Terapeutik
Dengan kriteria 1. Berikan makanan  Agar makanan
hasil : dalam jumlah kecil dapat masuk ke
- Nafsu makan dan menarik tubuh pasien
meningkat (5) walaupun sedikit
- Keluhan mual Edukasi
menurun (5) 1. Anjurkan istirahat  Mengurangi mual
- Pucat cukup dan tidur yang dan muntah
membaik (4) cukup  Mengurangi mual
- Perasaan ingin 2. Anjurkan dan muntah
muntah penggunaan teknik
menurun (5) nonfarmakologis
untuk mengatasi
mual (misalnya
relaksasi)
Kolaborasi
1. Kolaborasi  Untuk mengurangi
pemberian mual dan muntah
antimietik, jika
perlu
D.0142 L.14128 I.14564 “Perawatan
Setelah dilakukan Luka”
Resiko infeksi
tindakan Observasi
b.d efek
keperawatan - Monitor - Untuk mengetahui
tindakan
selama ...x… jam, karakteristik luka apakah ada tanda-
invansif
diharapkan (mis. Drainase, tanda infeksi
kemampuan untuk warna, ukuran, bau)
mencegah, - Monitor tanda-tanda
mengeliminasi atau infeksi
mengurangi Terapeutik
ancaman kesehatan - Lepaskan balutan - Mengurangi rasa
yang dapat dan plester secara nyeri dan menjaga
dimodifikasi perlahan luka agar tidak
meningkat. - Cukur rambut terbuka
Dengan kriteria disekitar daerah - Mensterilkan area
hasil: luka, jika perlu luka
a. Kemampuan - Bersihkan dengan
mengubah cairan NaCl atau
perilaku 4 pembersih
(cukup nontoksik, sesuai
meningkat) kebutuhan
b. Kemampuan - Bersihkan jaringan - Mempercepat
menghindari nekrotik kesembuhan luka
faktor resiko 4 - Berikan salep yang
(cukup sesuia ke kulit/ lesi,
meningkat) jika perlu
c. Penggunaan - Pasang balutan - Luka tertutup
fasilitas sesuai jenis luka dengan sempurna
kesehatan 4 - Pertahankan teknik - Terhindar dari
(cukup steril saat infeksi saat
membaik) melakukan penggantian balutan
perawatan luka luka
- Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Jadwalkan
perubahan posisi
setiap 2 jam atau
sesuai kondisi
pasien
- Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis. Vitamin A,
vitamin C, Zinc,
asam amino), sesuai
indikasi
- Berikan terapi
TENS (stimulasi
saraf
transcutaneous), jika
perlu
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri

Kolaborasi
- Kolaborasi - Mempercepat
pemberian penyembuhan luka
antibiotik, jika perlu

4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukkan pada perawat untuk membuat klien
dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena itu rencan
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksaan
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pemulihan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berasil di capai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan
pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh
intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari
hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. S DENGAN PENYAKIT
POST OP NEOPLASMA OVARIUM KISTIK (NOK)
DI RUANG ASTER RSU KABUPATEN TANGERANG

No.Reg : 002495549
Tanggal Masuk RS : 03 November 2020
Nama Pengkaji : Dwi Wirawaty
Nomor induk Mahasiswa : P279061120008
Hari/Tanggal Pengkajian : 20 November 2020
Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Paviliun Aster

1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien : (Data Subjektif )

BIODATA ISTRI SUAMI

Nama Ny. S Tn. M

Umur 47 Tahun 48 Tahun

Suku bangsa Indonesia Indonesia

Agama Islam Islam

Pendidikan SMP SMA

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh

Golongan darah O+ AB+

No. Medrec 002495549 -

Diagnosa Medis NOK Susp Maligna, HBSAG+ -


Alamat rumah Kp. Caringin Desa Bojot Kec. Kp. Caringin Desa Bojot Kec. Jawitan
Jawitan Serang Banten Rt.009/ Serang Banten Rt.009/ Rw. 002
Rw. 002

No.Telp/Hp - -

Status Perkawinan Menikah Menikah

Alamat Rumah Kp. Caringin Desa Bojot Kec. Kp. Caringin Desa Bojot Kec. Jawitan
Jawitan Serang Banten Rt.009/ Serang Banten Rt.009/ Rw. 002
Rw. 002

B. Riwayat Kesehatan :
Keluhan utama saat pengkajian :

Pasien mengatakan nyeri pada perut post operasi, merasa sedikit gatal di
bagian luka post op karena perban luka belum di ganti semenjak setelah
operasi.

Keluhan utama saat masuk rumah sakit :

Pasien datang ke IGD RSU Kabupaten Tangerang pada tanggal 10 November


2020 pukul 14.40 WIB diantar oleh keluarga dengan keluhan perut membesar
sudah 1 tahun setengah sebelum masuk rumah sakit, perut terasa sangat nyeri,
nyeri seperti tertusuk-tusuk dan tertekan, nyeri yang di rasakan hialng timbul,
dengan skala nyeri 7, nyesak di bagian atas perut. Sebelum di bawa ke IGD
Rsu Kabupaten Tangerang. Pasien sempat di bawa ke rumah sakit Karawaci
Tangerang dan melakukan perawatan selama 1 minggu dan di rujuk ke RSU
Kabupaten Tangerang.. Pasien dipindahkan ke paviliun aster pada tanggal 10
November 2020 Pukul 16.00 WIB. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20
November 2020, klien mengatakan nyeri di bagian abdomen post op NOK,
dan merasa sedikit gatal di bagian luka post op karena perban luka belum di
ganti semenjak setelah operasi. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 80 x/menit,
RR 20 x/menit, dan suhu 36,0 oC.

C. Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu


Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menglami penyakit yang sama
dengan pasien dan pasien mengatakan keluarga pasien tidak mempunyai
riwayat penyakit menular, hipertensi, DM, HIV/AIDS, dan HBSAG
Riwayat penyakit menular :
Pasien di diagnosa dengan HBSAG+
Riwayat social ekonomi :
a. Satus perkawinan : Menikah
b. Umur istri waktu menikah : 20 tahun lama menikah : 27thn
c. Umur suami waktu menikah : 21 tahun lama menikah : 28thn
d. Untuk istri pernikahan yang ke :1
e. Untuk suami pernikahan yang ke : 1
f. Kehidupan seksual : teratur ( ) tidak teratur (√ )
g. Frekuensi : tidak menentu

Riwayat menstruasi :

 Menarchea pada usia : 14 tahun


 Siklus : 28 hari
 Lamanya : 7 hari
 Dismenorchea : ya ( ) tidak (√ )
 Keputihan : ya (√ ) tidak ( )
 Warna : ya ( ) tidak (√ )
 Gatal : ya (√ ) tidak ( )
 Berbau : ya (√ ) tidak ( )
 Dysparenia : ya ( ) tidak (√ )
 Perdarahan kontak: ya ( ) tidak (√ )

Riwayat KB terakhir
Jenis kontrasepsi : Kb Alamiah
Lamanya : 27 tahun
Alasan dilepas :-
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami

D. Riwayat Persalinan yang lalu

Anak Hidup/mati Jenis Penolong Tahun BB PB Keadaan Penyulit Ket


no. persalinan bayi

1 Hidup Normal Bidan 1991 3200g 47c Baik - -


r m

2 Hidup Normal Bidan 1993 3100g 45c Baik - -


r m

3 Hidup Normal Bidan 1995 3500g 47c Baik - -


r m

E. Pola Aktivitas Sehari-hari


1. Pola nutrisi
a. Makan
1) Frekuensi : 3 kali sehari
2) Jenis : nasi, lauk, sayur
3) Porsi/Jumlah : ½ sampai 1 porsi
4) Keluhan : Tidak ada
5) Makanan yang dipantang : Tidak ada
6) Alergi terhadap makanan : Tidak ada
7) Suplemen yang dikonsumsi: Tidak ada
b. Minum
1) Jenis : Air putih
2) Jumlah : 8 gelas /hari
2. Pola Eliminasi
a. BAB
1) Frekuensi : 1 kali sehari
2) Warna : Kuning kecoklatan
3) Konsistensi : Padat
4) Bau : Khas
b. BAK :
1) Frekuensi : 5-7 kali sehari
2) Warna : Kuning
3) Bau : Khas
3. Pola istirahat / tidur
a. Tidur siang : 1-2 jam

b. Tidur malam : 7 jam

c. Keluhan tidur : Tidak ada

4. Personal Hygiene
a. Mandi : 2 kali sehari

b. Ganti pembalut : 4-5 kali sehari

c. Jenis pakaian : Kaos atau daster

d. Perawatan gigi : 2 kali sehari

e. Perawatan payudara : 1 bulan sekali


d. Vulva hygiene : Setiap setelah BAK

5. Pola aktivitas : Mengerjakan pekerjaan ibu


rumah
tangga
6. Hubungan seksual post natal :-

C. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)


1.Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis (√ ) Somnolent (-) Soporus (-)
: Sopor komatus (-) Komatus (-)
2. Tanda-tanda Vital:
Nadi : 80 x/menit Tensi : 90/60 MmHg
Suhu : 360C Respirasi : 20 x/Menit

3. Kepala
a. Rambut : Bersih (√ ) Kotor (-) Rontok (√)

Distribusi: Merata (√) Tidak (-)


merata

b. Mata
Penglihatan : jelas (√) Kabur (-) Visus 2/2mm
Konjungtiva : tidak (-) Anemis (√)
anaemis
Sclera : icterik (√) tidak (-)
icterik
Kelopak mata : Tidak (√) Edema (-)
edema
Reaksi pupil Membesar (-) mengecil (√)
terhadap cahaya:
Gerakan bola sejajar (√) Tidak (-)
mata : sejajar

c. Telinga
Kebersihan : bersih (√) Kotor (-)
Fungsi swabah (√) Rene (√)
pendengaran :

d. Hidung
Kebersihan: bersih (√) Kotor (-)
Fungsi Mampu membedakan (√) Tidak Mampu (-)
penciuman: beberapa aroma membedakan
beberapa aroma

e. Mulut
Bibir : warna = Merah Stomatitis (-)
Gusi : Warna = Merah Perdarahan (-) Pembengkakan (-)
kecoklatan
Gigi : Jumlah = 32 buah Caries (√) Lubang : (√)
Ompong (-) Gigi Palsu (-)

4. Leher
Pembengkakan : Kelenjar Tyroid (-)
: Kelenjar Getah Bening (-)
Pergerakan leher = bebas

5. Dada
Pergerakan Nafas : Simetris
Bunyi paru-paru Reguler (√) Ronchi (-)
Whising (-)
Bunyi Jantung BJ 1(Lup) (√) BJ 2 (Dup) (√)
BJ 3 (Gallop) (-) BJ 4 (Murmur) (-)
Payudara Pembengkakan (-) Nyeri tekan (-)
Putting susu (√) Putting susu tidak (-)
menonjol menonjol
Pengeluaran (√) Pengeluaran ASI (-)
kolustrum
6. Perut
Luka bekas operasi : ada (√) tidak ( )
Luka parut : ada ( ) tidak (√ )

7. Ekstrimitas atas
Bentuk : simetris (√ ) asimetris ( )
Oedema : ada ( ) tidak ada (√ )
Kuku jari : bersih (√ ) kotor ( )

8. Ekstrimitas bawah
Bentuk : simetris (√ ) asimetris ( )
Oedema : ada ( ) tidak ada (√ )
Kuku jari : bersih (√ ) kotor ( )
Varices : ada ( ) tidak (√ )
Reflek patella : positif ( √) negative ( )

9. Pemeriksaan Genetalia
Vulva/vagina : bersih
Pembengkakan : tidak terdapat pembengkakan
Pengeluaran cairan : cairan vagina khas

G. Data Psikologis
Status emosi : Pasien mengatakan dapat mengontrol emosi ketika sedang
marah dan hanya mememndam amarahnya sendiri
Pola Koping : Pasien mengatakan jika mempunyai masalah selalu
bercerita ke suami dan orangtua untuk menyelesaikan
masalah
Pola komunikasi : Pasien mengatakan komunikasi secara baik dengan orang
lain
Gambaran diri : Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang
paling disukai dan bagian tubuh yang tidak disukai,
pasien mengatakan biasa-biasa saja.
Peran diri : Pasien mengatakan sedih karena sudah lama tidak
bekumpul dengan cucu dan keluarganya dirumah
Identitas diri : Status pasien dirumah sebagai ibu rumah tangga dan istri
yang mempunyai peran yang banyak.

H. Data Sosial :
Pasien mengatakan hubungan sosial dalam keluarga dan masyarakat sangat
baik.
I. Data Spiritual :

1. Kegiatan dalam melaksanakan ibadah


Pasien mengatakan melaksanakan ibadah sesuai waktu nya
2. Kegiatan ibadah selama dalam perawatan
Pasien mengatakan selama sakit menjalankan ibadah diatas tempat tidur

3. Keyakinan terhadap pertolongan Tuhan


Pasien mengatakan semua ini juga karena Tuhannya

4. Keyakinan terhadap perawatan dan pengobatan


Pasien mengatakan akan segera pulih

5. Keyakinan untuk penyembuhan /pemulihan kesehatannya


Pasien yakin akan segera sembuh dalam proses pemulihan

J. Data Penunjang
Hasil Laboratorium Tanggal 17 November 2020

TEST RESULT REFERENCE UNITS

HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.0 11,7-15,5 g/dl
Lekosit 13.80 3,60 – 11,00 x10^3/ul
Hematokrit 32 35-47 %
Trombosit 112 140-440 x10^3/ul

K. Teraphi
1. Cefadroxil 2 x 500 mg
2. Asamefenamat 3 x 500 mg
3. Vitamin B 2 x 1 tablet
4. Vitamin C 1 x 1 tablet
2. ANALISA DATA

No Data Interpretasi Data Masalah


. Keperawatan
1. DS : Inflamasi Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri di bagian
perut post op, nyeri hilang timbul, Luka Operasi
nyeri seperti tertusuk tusuk.
DO : Diskontinuitas
- Tampak gelisah jarigan
P : Nyeri dirasakan saat saat
beraktifitas atau berubah posisi
dan di tekan Nyeri Akut
Q : Nyeri terasa seperti di tusuk-
tusuk
R : Nyeri dibagian abdomen post
op
S : Nyeri sedang dengan skala
nyeri 3 (0-10)
T : Nyeri hlang timbul
- TTV
TD : 90/60 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,0oC

2. DS : Luka Operasi Resiko Infeksi


Pasien mengatakan merasa sedikit
gatal di bagian luka post op karena
perban luka belum di ganti semenjak Diskontinuitas
setelah operasi jarigan
DO :
- Terdapat luka post op
- Luka post op 15 cm Post D’Entri
- Tidak ada kemerahan pada luka
dan tanda infeksi pada area luka
- Leukosit : 13,80 x10^3/ul Resiko Infeksi
- S : 36,0 0C

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Luka Post
OP) di tandai dengan Pasien mengatakan nyeri di bagian perut psot op, nyeri
hilang timbul, nyeri seperti tertusuk tusuk
b. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif ditandai
dengan Pasien mengatakan merasa sedikit gatal di bagian luka post op
karena perban luka belum di ganti semenjak setelah operasi
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. D.0077 L.08066 Intervensi Utama I.08283 “Manajemen Nyeri”
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan asuhan I.08283 “Manajemen Nyeri” Observasi
berhubungan keperawatan selama 1x2 jam Observasi - Mengetahui lokasi,
dengan agen diharapkan tingkat nyeri pasien - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
pencedera fisik menurun, dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri frekuensi, kualitas nyeri yang
(Luka Post OP) - Kemampuan menuntaskan - Identifikasi skala nyeri dirasakan pasien
di tandai dengan aktivitas 4 (cukup meningkat) - Identifikasi respon nyeri verbal dan non - Mengetahui skala nyeri yang
Pasien - Keluhan nyeri 4 (cukup verbal dirasakan pasien
mengatakan menurun) - Identifikasi faktor yang memperberat dan - Mengetahui respon nyeri
nyeri di bagian - Meringis 4 (cukup menurun) memperingan nyeri pasien
perut psot op, - Gelisah 4 (cukup menurun) Terapeutik - Mengetahu faktor yang
nyeri hilang - Frekuensi nadi 4 (cukup - Berikan teknik nonfarmakologis untuk memperberat dan
timbul, nyeri membaik) mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas memperingan nyeri pasien
seperti tertusuk - Tekanan darah 4 (cukup dalam) Terapeutik
tusuk membaik) - Pasien merasa lebih rileks dan
I.08243 “Pemberian Analgesik” nyeri sedikit berkurang
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri (mis. I.08243 “Pemberian Analgesik”
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, Observasi
intensitas, frekuensi, durasi) - Mengetahui apakah pasien ada
- Identifikasi riwayat alergi obat alergi obata atau tidak
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik - Memastikan nilai TTV dalam
(mis. Narkotika, non-narkotik, atau batas normal
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri Edukasi
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan - Mengetahui efek samping
sesudah pemberian analgesik terapi obat
Edukasi Kolaborasi
- Jelaskan efek samping dan efek terapi obat - Mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

2. D.0142 L.02011 I.14564 “Perawatan Luka” “Perawatan Luka”


Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
berhubungan keperawatan selama 1x2 jam, - Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, - Untuk mengetahui apakah ada
dengan efek diharapkan kemampuan untuk warna, ukuran, bau) tanda-tanda infeksi
prosedur invasif mencegah, mengeliminasi atau - Monitor tanda-tanda infeksi
ditandai dengan mengurangi ancaman kesehatan Terapeutik
Pasien yang dapat dimodifikasi - Lepaskan balutan dan plester secara
mengatakan meningkat. Dengan kriteria hasil: perlahan
merasa sedikit - Cukur rambut disekitar daerah luka, jika - Mengurangi rasa nyeri dan
gatal di bagian a. Kemampuan mengubah perlu menjaga luka agar tidak
luka post op perilaku 4 (cukup meningkat) - Bersihkan dengan cairan NaCl atau terbuka
karena perban b. Kemampuan menghindari pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan - Mensterilkan area luka
luka belum di faktor resiko 4 (cukup - Bersihkan jaringan nekrotik
ganti semenjak meningkat) - Berikan salep yang sesuia ke kulit/ lesi, - Mempercepat kesembuhan
setelah operasi c. Penggunaan fasilitas jika perlu luka
kesehatan 4 (cukup - Pasang balutan sesuai jenis luka
membaik) - Pertahankan teknik steril saat melakukan - Terhindar dari resiko infeksi
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan - Luka tertutup dengan
drainase sempurna
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam - Terhindar dari infeksi saat
atau sesuai kondisi pasien penggantian balutan luka
- Berikan suplemen vitamin dan mineral
(mis. Vitamin A, vitamin C, Zinc, asam - Mempercepat penyembuhan
amino), sesuai indikasi luka
- Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi - Agar pasien mengetahui tanda
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi dan gejala infeksi
kalori dan protein - Mempercepat penyembuhan
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara luka
mandiri - Agar luka tetap bersih

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu Mempercepat penyembuhan luka
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Tindakan Keperawatan No. Dx Paraf


20 08.00 “Pemantauan Tanda vital” 1 dan 2
November Observasi
2020 - Monitor tekanan darah
- Monitor nadi (frekuensi,
kekuatan , irama)
- Monitor pernafasan (frekuensi)
DWI
- Monitor suhu tubuh
Dengan hasil :
TD : 90/60 mmHg
N : 80x/ menit
S : 36,0oC
RR : 20x/menit
20 09.00 I.08283 “Manajemen Nyeri” 1
November Observasi
2020 - Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri DWI
- Identifikasi respon nyeri verbal
dan non verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Dengan Hasil :
P : Nyeri dirasakan saat saat
beraktifitas atau berubah posisi dan
di tekan
Q : Nyeri terasa seperti di tusuk-
tusuk
R : Nyeri dibagian abdomen post op
S : Nyeri sedang dengan skala nyeri
3 (0-10)
T : Nyeri hlang timbul

20 09.30 “Perawatan Luka” 2


November Terapeutik
2020 - Lepaskan balutan dan plester
secara perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan
- Berikan salep yang sesuia ke
kulit/ lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
Dengan hasil :
Tidak terdapat tanda infeksi
Perban luka telah di ganti
Terpasang perban anti air
(dermafilm)
Leukosit : 13,80 x10^3/ul
20 09.45 “Manajemen Nyeri” 1 DWI
November Terapeutik
2020 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(relaksasi nafas dalam)
Dengan Hasil :
Pasien merasa lebih rileks dan nyeri
sedikit berkurang dan dapat
menerapkan teknik nonfarmakologis
yang di ajarkan
TD : 90/60 mmHg
N : 80x/menit

20 10.00 Kolaborasi 1 dan 2 DWI


November Pemberian analgetik dan vitamin
2020 (suplemen)
Dengan hasil :
Obat atas nama Ny. S Kamar 01 bed
04
Cefadroxil 2 x 500 mg (oral)
Asamefenamat 3 x 500 mg (oral)
Vitamin B 2 x 1 tablet (oral)
Vitamin C 1 x 1 tablet (oral)
6. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal No dx Catatan Perkembangan (SOAP) Tanda


tangan

12 1 S:
Novembe
- Pasien mengatakan nyeri sedikit hilang
r 2020
setelah diberikan obat. Tetapi masih nyeri
12.00 pada saat di bersihkan lukanya
WIB - Pasien dapat menerapkan teknik relaksasi
saat nyeri timbul

O:

- Pasien tampak meringis saat lukanya di


DWI
bersihkan
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,0 0C
RR : 21x/menit

A:
Masalah Teratasi Sebagian

P:
Lanjutkan Intervensi
“Manajemen Nyeri”
“Pemberian Obat”
“Pantau Tanda Vital”

12.00 2 S:
WIB
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
setelah perban di ganti
- Pasien mengatakan lega mengetahui
kondisi lukanya tampak baik dan tidak
ada tanda infeksi
- Pasien mengatakan sudah tidak gatal lagi
di area lukanya setelah di ganti

O:

- Terdapat luka di abdomen dengan


panjang 15 cm
DWI
- Tampak luka insisi vertikal pada abdomen
- Luka kering tidak ada tanda infeksi
- TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit

A:
Masalah Teratasi Sebagian

P:
Lanjutkan Intervensi
“Perawatan Luka”
“Pemerian Terapi Obat”

Anda mungkin juga menyukai