BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua 99,7 % kanker leher rahim secara langsung berkaitan dengan
infeksi sebelumnya dari salah satu atau lebih virus Human papilloma, Salah Satu
IMS yang paling sering terjadi didunia. Dari 50 jenis HPV yang menginfeksi
saluran repruduksi, 15 sampai 20 jenis terkait dengan kanker leher rahim.
Diperkirakan dari setiap 1 juta wanita yang terinfeksi, 10% akan
berkembang menjadi prakanker leher rahim.perubahan prakanker ini diamati
seringkali terjadi pada wanita berusia 30-40.
Sekitar 8 % wanita yang mengalami perubahan tersebut akan menjadi
prakanker yang terbatas pada lapisan luar dari epitel leher rahim( carcinoma in
situ(CIS), dan sekitar 1.6%akan berkembang menjadi kanker ganas bila lesi
prakanker atau CIA tersebut tidak terdeteksi dan diobati.
B. TUJUAN
1. Umum
Dengan terselenggaranya Pelayanan Kesehatan IVA di Puskesmas diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotif, dan
kuratif yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan. Serta menekan angka
kematian ibu
Diseluruh Indonesia.
2. Khusus
a. Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
Faktor Risiko
b. Untuk mendeteksi gejala awal penyakit Kanker leher rahim
c. Merupakan program pendamping kesehatan Ibu
d. Sebagai langkah awal pengobatan pra kanker
1. Ruang lingkup
Kegiatan Pelayanan Kesehatan IVA dilakukan dalam bentuk:
a. Konseling;
1
b. Inspeksi dengan asam asetat ( Pemeriksaan IVA )
c. Intervensi kegiatan/ pelaporan pemeriksaan IVA Kesehatan
1. Konseling
a. Konseling dilakukan terhadap Pasien.
b. Konseling sebagaimana dimaksud di atas dilakukan oleh Tenagakesehatan.
c. Konseling terhadap Pasien yang menderita penyakit dan/atau gangguan kesehatan
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan.
d. Konseling dapat dilakukan terhadap keluarga atau pihak yang mendampingi.
e. Konseling dapat menggunakan alat peraga, percontohan, dan media informasi
cetak atau elektronik.
f. Konseling diharapkan untuk menentukan iya tidaknya /Kesanggupan dilakukan
pemeriksaan IVA
b. Pelayanan Pemeriksaan IVA dengan Asam asetat
Untuk melakukan IVA, Petugas mengoleskan larutan asam asetat pada
servik.Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi
service ( Sel-sel Epitel) dengan menghasilkan reaksi “acetowhite”.Pertama- tama
petugas melakukan menggunakan speculum untuk memeriksa servik, Lalu
servik dibersihkan untuk menghilangkan cairan keputihan ( discharge) kemudian
asam asetat dioleskan seara merata pada servik. Setelah minimal 1 menit serviks
dan seluruh SSK, diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan acetowhite.
Hasil tes ( Positif atau Negatif ).Klasifikasi iva:
Hasil positif : Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite, bias dekat SCJ
Hasil Tes Negatif : Permukaan Polos dan Halus, berwarna merah jambu,
ektropin, polip, servitisitis, inflamasi, kista nabotian
Kanker : Massa mirip kembang kola tau ulkus
B. Batasan Opersional
1. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun
tidak langsung di Puskesmas.
2. Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan
dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah
kesehatan lingkungan yang dihadapi.
3. Pemeriksaan IVA Adalah pemeriksaan kesehatan ibu dengan cara inspeksi Vagina
menggunakan asam asetat sebagai deteksi Dini kanker leher rahim
4. Inspeksi visual asam asetat (IVA) merupakan sebuah metode untuk
mengidentifikasi lesi pra-kanker, yaitu dengan mengusapkan pada leher
rahim asam asetat 3-5% dengan aplikator kapas lesi pra-kanker, lalu hasilnya
dapat diamati dengan mata telanjang selama 20-30 detik (Laila, 2009).
2
5. Pemerikasaan IVA adalah pemeriksaan dengan cara melihat langsung leher
rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%. Bila
setelah pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna yaitu tampak bercak
putih,maka kemungkinan ada kelainan tahap pra-kanker serviks (Romauli,
2009).
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063 )
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Denah ruang Pelayanan Pemeriksaan IVA dalam gedung Puskesmas Purwosari
sebagaimana terlampir (lampiran 1)
B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas peralatan medis dan perbekalan kesehatan yang mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 79 tahun 2014 .
5
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
6
menginginkan pengobatan segera, letakkan speculum pada nampan atau wadah agar dapat
digunakan pada saat krioterapi
n. Lakukan pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rectovaginal.periksa kelembutan
gerakan servik, ukuran, bentuk dan posisi uterus, kehamilan atau abnormalitas dan
pembesaran uterus atau kepekaan adneksia.
7
BAB V
PENYEDIAAN LOGISTIK
8
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
9
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Penyehatan dan keselamatan kerja mempunyai tugas yang sangat berkaitan erat. Pekerjaan
yang terorganisir dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang terjamin dan aman,
istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dapat dicegah terjadi dengan tibab-tiba
dan tentunya tidak direncanakan atau diharapkan oleh pegawai yang dapat menyebabkan
kerusakan pada alat-alat dan melukai petugas/karyawan (pedoman PGRS, 2008)
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka
menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian/kesengajaan.
B. Tujuan
1. Mencegah dan mengurngi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah,mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi keselamtan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian
lainyang berbahaya
5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis,
keracunan, infeksi dan penularan.
8. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
9. Memelihara kesehatan, kebersihan dan ketertiban
10. Memperoleh kebersihan antara tenaga kera, alat kerja, lingkungan dan cara proses
kerjanya.
11. Mengamankan cara pengangkutan barang
12. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
13. Mencegah terkena aliran listrik
C. Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai
1. Pengendalian Teknis mencakup :
a. Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat
yang telah ditentukan
b. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis.
c. Ventilasi yang memenuhi syarat
d. Tersedia ruang istirahat untuk pegawai
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai.
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai.
10
4. Volume kerja hendaknya harus sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan, dan
pegawai diberi wakt istirahat setelah 3 jam bekerja, karena kecelakaan kerja sering terjadi
setelah pegawai bekerja > 3 jam.
5. Perawatan alat dilakukan secara kontinyu agar alat tetap dalam kondisi yang layak pakai.
6. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai.
7. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup.
8. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
D. Prosedur Keselamatan Kerja
1. Di dalam gedung
a. Tidak diperkenankan merokok di dalam ruangan
b.Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunkan/diperlukan.
c. Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
d.Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat membahayakan badan
dan kualitas barang.
e. Membersihkan barang yang tumpah atau keadaan licin di dalam ruangan.
f. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik.
g.Menggunakan alat sesuai degan petunjuk penggunaan.
h.Berhati-hati saat membuka dan menutup, menyalakan dan mematikan mesin, lampu,
listrik dll.
i. Meneliti semua alat sebelum digunakan.
j. Meletakan alat menurut tempatnya dan diatur secara rapi.
k.Adanya alat pelindung kerja seperti menggunkan sandal yang tidak licin, tersedianya
alat sanitasi seperti washtafel, sabun cuci tangan, alat pengering, dll, tersedianya alat
pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang aman dan mudah dijangkau.
2. Di luar gedung
a. Meneliti sarana dan prasaran yang digunakan
b.Menggunakan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan
c. Berhati-hati dalam menggunakan alat
d.Mengangkat barang sesuai dengan kemampuan.
e. Menggunakan APD
11
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
12
BAB IX
PENUTUP
13