1.2 Tujuan
Umum : Mewujudkankan kesehatan reproduksiremaja dan anak sekolah secara
optimal sebagai upaya meningkatkan sumber daya manusia.
Khusus : 1. Meningkatkan komitmen dari petugas kesehatan terhadap program KRR
(Kesehatan Reproduksi Remaja) dan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
2. Meningkatkan kemitraan dan kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam
program KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
3. Memberdayakan masyarakat kususnya remaja,anak sekolah, guru dan lingkungan
sekitar sekolah untuk secara mandiri dapat mengatasi permasalahan kesehatannya.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan KRR dan UKS di puskesmas Karangan
4. Meningkatkan pendidikan kesehatan bagi remaja dan anak sekolah
BENTUK KEGIATAN
Manfaat:
• Baik puskesmas maupun sekolah memiliki dasar dalam melaksanakan kerjasama
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan anak sekolah/remaja. Dengan MOU,
masing-masing akan berusaha mematuhi kesepakatan yang sudah dibuat dan siap
dengan konsekuensi sangsi yang harus diterima jika melanggar kerjasama.
Manfaat:
• Terciptanya poli KRR yang nyaman,aman dan rahasia yang bisa bermanfaat sebagai
tempat untuk pelayanan medis dan konseling yang sesuai dengan jiwa remaja.
• Poli KRR yang sesuai dengan jiwa remaja dapat menjadi tempat yang menarik minat
remaja termasuk komunitas remaja di sekolah, untuk datang dan memanfaatkan poli
KRR.
5. Sosialisasi buku KARA dan KAREM kepada kepala sekolah dan petugas UKS,
utamanya yang sudah ada MOU dengan Puskesmas Karangan. Juga pengenalan dan
pelatihan mengisi KMS yang terdapat pada buku KARA bagi kader kesehatan remaja
dan kader tiwisada di sekolah.
Manfaat :
• Tersosialisasikannya buku KARA dan KAREM.
6. Seminar KRR
Manfaat:
• Meningkatnya pengetahuan remaja tentang KRR
PENUTUP
KOMPAK DAN AMPUH (Komitmen dan Kesepakatan,Demi Anak Negeri Agar Meraih
Prestasi Uks Hebat) adalah gebrakan yang dilakukan oleh tim P2KRR (Program
Pembangunan Kesehatan Reproduksi Remaja) yang ada di Puskesmas Karangan,
yang bertujuan mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Gebrakan ini diawali dengan tercapainya sebuah komitmen dan kesepakatan yang
dibingkai dalam MOU. MOU antara kepala Puskesmas Karangan dan kepala Sekolah di
wilayah kecamatan Karangan ini, berisi tentang kesepakatan dalam hal pelayanan
kesehatan anak sekolah, baik promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif serta
pembiayaan pelayanannya. Dalam hal ini, masing-masing pihak berkomitmen dalam
tujuan meningkatkan kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan anak sekolah secara
optimal guna mewujudkan tercapainya sumber daya manusia yang berkualitas.
Gebrakan ini berjalan selaras dengan fungsi puskesmas sebagai penggerak
pembangunan berwawasan masyarakat, promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif juga
dalam pemberdayaan masyarakat untuk menjadi masyarakat yang sehat secara
mandiri.
Kami sangat berharap program ini bisa bermanfaat bagi masyarakat sesuai dengan
tujuannya. Semoga Allah SWT memudahkan langkah kami, dan kami atas nama tim
kerja program pembangunan kesehatan reproduksi remaja berharap saran,kritik juga
bantuan yang mendukung agar gebrakan ini berjalan lancar dan lebih baik lagi
sehingga lebih bermanfaat lagi masyarakat.
PANDUAN PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
secara dinamis dan pesat meliputi aspek fisik, psikologis, intelektual, sosial serta
perilaku social yang erat kaitannya dengan pubertas. Masa peralihan dari kanak-kanak
berpotensi dalam berperilaku beresiko. Remaja adalah perempuan dan laki-laki berusia
10-19 tahun (WHO) dan 10-18 tahun merujuk Undang-Undang Perlindungan Anak
serta sosial yang memungkinkan remaja tersebut untuk hidup produktif. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan remaja yakni perilaku beresiko remaja yang sering
ditemui yaitu injury, rokok, alcohol dan obat-obatan, perilaku seksual, perilaku diet tidak
sebagai upaya untuk mengatasi masalah kesehatan remaja, baik promotif, preventi,
kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima
remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan
kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.
a. Tujuan Umum:
Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas.
b. Tujuan Khusus:
kesehatan.
PEMBAHASAN
3) Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, rentang usia dan status.
pelayanan.
3) Dapat berkunjung sewaktu-waktu dengan atau tanpa perjanjian terlebih dahulu. Bila
petugas PKPR masih merangkap tugas lain, berkunjung dengan perjanjian akan lebih
baik, mencegah kekecewaan remaja yang datang tanpa bisa bertemu dengan
petugasyang dikehendaki.
bahwa persentase klien yang mengatakan bahwa klinik yang dapat diakses dengan
mudah lebih tinggi, waktu menunggu untuk melihat petugas kesehatan di klinik itu lebih
2009).
1) Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi dan penuh pengertian, bersahabat,
menyenangkan.
8) Memberikan informasi dan dukungan cukup hingga remaja dapat memutuskan pilihan
Bagi petugas lain yang berhubungan pula dengan remaja, misalnya petugas loket,
laboratorium dan unit pelayanan lain juga perlu menunjukkan sikap menghargai kepada
1) Lingkungan yang aman. Lingkungan aman disini berarti bebas dari ancaman dan
2) tekanan dari orang lain terhadap kunjungannya sehingga menimbulkan rasa tenang
3) Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai. Lokasi ruang konseling tersendiri,
mudah dicapai tanpa perlu melalui ruang tunggu umum atau ruang-ruang lain sehingga
buruk tentang kunjungannya (stigma). Fasilitas yang baik, menjamin privasi dan
kerahasiaan. Suasana semarak berselera muda dan bukan muram, dari depan gedung
sampai ke lingkungan ruang pelayanan, merupakan daya tarik tersendiri bagi remaja
agar berkunjung. Hal lain adalah adanya kebebasan pribadi (privasi) di ruang
pemeriksaan, ruang konsultasi dan ruang tunggu, di pintu masuk dan keluar, serta
jaminan kerahasiaan. Pintu dalam keadaan tertutup pada waktu pelayanan dan tidak
ada orang lain bebas keluar masuk ruangan. Kerahasiaan dijamin pula melalui
penyimpanan kartu status dan catatan konseling di lemari yang terkunci, ruangan yang
kedap suara, pintu masuk keluar tersendiri, ruang tunggu tersendiri, petugas tidak
4) Jam kerja yang nyaman. Umumnya waktu pelayanan yang sama dengan jam sekolah
menjadi salah satu faktor penghambat terhadap akses pelayanan. Jam pelayanan yang
6) Tersedia materi KIE. Materi KIE perlu disediakan baik di ruang tunggu maupun di
ruang konseling. Perlu disediakan leaflet yang boleh dibawa pulang tentang berbagai
tips atau informasi kesehatan remaja. Hal ini selain berguna untuk memberikan
pengetahuanmelalui bahan bacaan juga merupakan promosi tentang adanya PKPR
Menurut hasil penelitian di India tahun 2015 bahwa dalam memberikan pelayanan
tunggu yang tidak sesuai sebagaimana mestinya untuk membuat layanan yang ramah.
Jika kerahasiaan dan privasi tidak terjamin maka remaja akan ragu untuk
memanfaatkan layanan. Kriteria utama untuk fungsi efektif dari klinik PKRR adalah
f. Partisipasi/keterlibatan remaja.
1) Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara mendapatkan
luaskan keberadaannya.
2) Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pelayanan. Ide dan tindak nyata mereka akan lebih mengena dalam perencanaan dan
mereka, serta mengerti bagaimana memotivasi sebaya mereka. Sebagai contoh ide
tentang interior design dari ruang konseling yang sesuai dengan selera remaja, ide
tentang cara penyampaian kegiatan pelayanan luar gedung hingga diminati remaja,
g. Keterlibatan masyarakat.
Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR ini hingga masyarakat:
pelayanan sebaya.
sebaya adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman sebayanya yang
terlatih menjadi pendidik sebaya (peer educator). atau konselor sebaya (peer
counselor).
1) Meliputi kebutuhan tumbuh kembang dan kesehatan fisik, psikologis dan sosial.
rujukan tidak efektif. Sebaliknya kemitraan yang kuat dengan pemberi layanan
kesehatan dan sosial lainnya akan melancarkan proses rujukan timbal balik.
1) Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
Mempunyai SIM (Sistem Informasi Manajemen) termasuk informasi tentang biaya dan
hambatan untuk dapat memenuhi elemen karakteristik tersebut diatas, maka perlu
sebagai berikut:
luasnya masalah kesehatan remaja, kemitraan merupakan suatu hal yang esensial
dengan advokasi kebijakan publik, sehingga adanya PKPR di puskesmas dapat pula
dipromosikan oleh pihak lain, dan selanjutnya dikenal dan didukung oleh masyarakat.
Selain itu, kegiatan di luar gedung, yang menjadi bagian dari kegiatan PKPR, amat
memerlukan kemitraan dengan pihak di luar kesehatan. Kegiatan berupa KIE, serta
ceramah, diskusi, role play, seperti halnya konseling, dapat dilakukan oleh petugas
prasarana.
dipilih kelompok remaja laki-laki dan perempuan yang dapat “bersuara“ mewakili
dengan penyediaan pelayanan. Selain itu dengan keterlibatan remaja ini, informasi
pelayanan dapat cepat meluas, menjangkau baik remaja laki-laki maupun perempuan,
laboratorium dan rujukan, harus lengkap dilaksanaan secara bersamaan dari sejak awal
sesuai dengan hasil kajian sederhana sebelum pelayanan dimulai. Sasaran ini misalnya
remaja sekolah, anak jalanan, karang taruna, buruh pabrik, pekerja seks komersial
Discussion) diskusi kelompok terarah diantara remaja tentang seks pra-nikah didukung
dengan penyebarluasan slogan dan keterampilan “bagaimana bilang tidak” untuk seks-
pranikah.
Monitoring dan evaluasi secara periodik yang dilakukan oleh tim jaminan mutu
puskesmas merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan kualitas PKPR.
b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan tata-nilai berhubungan dengan
perilaku berisiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui, dan pelayanan apa yang
dikehendaki.
tentangkesehatan remaja. Metoda kajian adalah dengan mengambil data sekunder dari
berbagai sumber, pemerintah dan swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung
(remaja) atau tidak langsung (orang tua, guru, pengurus asrama remaja dan
sebagainya).
Hasil kajian ini diperlukan sebagai bahan perencanaan lanjutan untuk menentukan:
1) Materi KIE yang digunakan untuk remaja sesuai dengan tingkat pendidikan dan
2) Penekanan materi dalam pelatihan petugas sesuai besaran masalah remaja di wilayah
akan menghasilkan tim atau jejaring kerjasama di wilayah kerja untuk mendapatkan
1) Dukungan dari pemerintah daerah setempat dan pengadaan dana untuk pelaksanaan
PKPR (antara lain pengadakan poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujukan,
3) Pembentukan jaringan khusus melalui peran politis untuk memperkuat sistem rujukan,
berupa:
a. rujukan sosial, antara lain penyaluran pelatihan keterampilan remaja pasca rehabilitasi
b. rujukan medis, untuk kelanjutan bantuan medis bagi remaja yang memerlukannya.
a. Sosialisasi internal:
Syarat utama petugas PKPR harus mempunyai minat untuk membantu remaja, yang
tentu diikuti dengan minat untuk mempelajari teknik berkomunikasi, teknik konseling
dan materi penunjang lain dalam melaksanakan PKPR. Sedapat mungkin dipilih
c. Pembentukan Tim.
Tim terdiri dari dokter Puskesmas, paramedis (bidan dan perawat), petugas UKS,
Agar dapat melaksanakan PKPR dengan baik perlu ditunjuk petugas tambahan yang
bekerja dalam tim, atau sebagai petugas pengganti. Petugas ini dapat dilatih tersendiri
pelatihan resmi.
e. Penentuan jenis kegiatan dan pelayanan serta sasaran.
Selain ketiga kegiatan yang dipersyaratkan yaitu KIE, konseling dan pelayanan klinis
memperluas jenis kegiatannya baik di dalam atau di luar gedung serta menentukan
sasaran berdasarkan kondisi dan situasi wilayah serta kebutuhan remaja setempat.
Kegiatan ini strategis untuk meningkatkan akses di kemudian hari. Beberapa contoh
Kegiatan ini selain menjawab kebutuhan remaja juga akan menjadi sarana promosi
melalui media cetak dan elektronik atau juga dilakukan oleh klien yang puas atas
layanan hot-line tersebut.
3) Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang tinggi pada sasaran anak jalanan.
Melalui kegiatan ini jejaring kerja terkait masalah remaja akan lebih terbina sehingga
mengungkit dukungan dari institusi atau sektor lain seminat dan pada akhirnya
PKHS melalui UKS di sekolah yang belum terpapar PKHS. Kegiatan-kegiatan ini
bervariasi dan dapat menjadi terobosan untuk meningkatkan PKPR di kemudian hari.
Pemenuhan sarana dan prasarana ini selain memberikan kenyamanan, menjaga privasi
serta menjamin kerahasiaan bagi klien, juga mempermudah bagi pemberi layanan.
Melihat rata-rata kondisi dan kemampuan Puskesmas saat ini, pemenuhan sarana ini
memerlukan upaya khusus. Privasi, kenyamanan, suasana yang menarik dan fasilitas
yang baik saling terkait satu sama lain. Menunggu hal tersebut terealisasi, (misalnya
untuk menjaga privasi dan kerahasiaan harus ada ruang konseling tersendiri yang
nyaman, mempunyai pintu masuk dan keluar tersendiri), PKPR mulai dilaksanakan
mendekati criteria PKPR. Untuk Puskesmas dimana seringkali tidak lagi mempunyai
ruang tersisa, upaya pengadaan ruang khusus ini dapat diusahakan bertahap. Ruang
konseling dapat disiasati dengan memanfaatkan ruang dokter, ruang KIA atau ruang
lain seusai jam kerja, atau membuat sekat tersendiri/merubah tata letak ruangan dan
menyisihkan ruang untuk konsultasi dengan memilih lokasi yang kirakira diminati
remaja: tidak mencolok, dan ada kesan privasi serta bernuansa remaja. Bila kerjasama
forum yang dibina oleh Camat berjalan dengan baik, diharapkan masyarakat dapat aktif
efisiensi juga merupakan bagian penting. Prosedur pelayanan menjadi bagian kritis dan
menjadi salah satu penentu apakah remaja tersebut akan datang atau tertarik untuk
terhadap pelayanan akan menjadi pelanggan yang puas dan dengan sukarela
6. Sosialisasi eksternal
baik dalam forum resmi ataupun tidak resmi. Pelibatan pers setempat dari media cetak
karang taruna, sanggar seni atau gelanggang remaja dalam bentuk pampangan poster,
selebaran, leaflet atau informasi verbal di sela-sela ceramah / KIE berkaitan dengan
masalah remaja.
7. Pelaksanaan PKPR
dalam dan di luar gedung perlu ditingkatkan dengan tidak melupakan pelayanan medis
dan konseling.
melekat pada pemikiran dan tindakan dari petugas. Tahapan pelayanan pada klien
2) Anamnesa
a) Identitas
Tentang KRR
3) Pemeriksaan Fisik
4) Pelayanan Konseling
dalam gedung atau di luar gedung, untuk sasaran perorangan atau kelompok,
dilaksanakan oleh petugas Puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat,
berkelompok.
b) Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah atau dari
puskesmas.
c) Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, FGD (Focus Group Discussion), diskusi
interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media elektronik (radio,
d) Menggunakan sarana KIE yang lengkap, dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa
sasaran (remaja, orang tua, guru ) dan mudah dimengerti. Khusus untuk remaja perlu
Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang smas adalah:
a. Bagi klien yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan mengacu pada
b. Petugas dari BP umum, BP gigi, KIA dll dalam menghadapi klien remaja yang datang,
diharapkan dapat menggali masalah psikososial atau yang berpotensi menjadi masalah
khusus remaja, untuk kemudian bila ada, menyalurkannya ke ruang konseling bila
diperlukan.
c. Petugas yang menjaring remaja dari ruang lain tersebut dan juga petugas penunjang
seperti loket dan laboratorium seperti halnya petugas khusus PKPS juga harus menjaga
d. Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan mencatat hasil rujukan
3) Konseling
Konseling adalah hubungan yang saling membantu antara konselor dan klien
hingga tercapai komunikasi yang baik, dan pada saatnya konselor dapat menawarkan
mengerti dan mengenali dirinya sendiri serta permasalahan yang dihadapinya dengan
lebih baik dan selanjutnya menolong dirinya sendiri dengan bantuan beberapa aspek
dari kehidupannya.
mengambil keputusan dengan mantap tentang apa yang harus dilakukannya untuk
2) Meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi pada dirinya.
Konseling merupakan kegiatan yang dapat mewakili PKPR. Sebab itu langkah
Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme bahwa bila
remaja dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja akan sanggup
Keterampilan ini mempunyai peran penting dalam promosi kesehatan dalam lingkup
yang luas yaitu kesehatan fisik, mental dan sosial. Contoh yang jelas bahwa
peningkatan keterampilan psikososial ini dapat member kontribusi yang berarti dalam
dengan ketidak sanggupan mengatasi stres dan tekanan dalam hidup dengan baik.
a) Pengambilan keputusan
1) Pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan konstruktif dalam
menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang
2) Pemecahan masalah
4) Berpikir kreatif
terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan
mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski tanpa
ada keputusan, berpikir kreatif akan membantu cara merespons segala situasi dalam
6) Berpikir kritis
objektif, dengan demikian akan membantu mengenali dan menilai faktor yang
danmedia.
8) Komunikasi efektif
nonverbal, sesuai dengan budaya dan situasi dalam cara menyampaikan keinginan,
pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk
c) Hubungan interpersonal.
d) Membantu berhubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga dapat
untuk mendapatkan dukungan sosial. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil dalam
pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan
kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi.
Kesadaran diri ini harus dipunyai untuk menciptakan komunikasi dengan Tuhan dan
mengatasi masalah secara efektif dan hubungan interpersonal yang baik, serta
f) Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja
mampu membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati melatih remaja untuk
mengerti dan menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga
g) Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi
dengan benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi
kemarahan atau kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
h) Mengatasi stress
di lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle), diajarkan pula bagaimana
bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stress yang tak terhindarkan tidak
berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius. PKHS dapat dilaksanakan dalam
bentuk drama, main-peran (role play), diskusi dll. Contoh aplikasi keterampilan ini
dalam kehidupan sehari-hari adalah cara menolak ajakan atau tekanan teman sebaya
menolak ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya menolak ajakan tersebut,
berpikir kreatif untuk mencari cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan
keterampilan hidup sehat dapat juga menimbulkan rasa gembira bagi remaja sehingga
dapat menjadi daya tarik untuk berkunjung kali berikut, serta mendorong melakukan
promosi tentang adanya PKPR di Puskesmas kepada temannya dan menjadi sumber
Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja sebagai
salah satu syarat keberhasilan PKPR. Dengan melatih remaja menjadi kader kesehatan
remaja yang lazim disebut pendidik sebaya, beberapa keuntungan diperoleh yaitu
pendidik sebaya ini akan berperan sebagai agen pengubah sebayanya untuk
berperilaku sehat, sebagai agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok
yang siap membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik
sebaya yang berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat “curhat” bagi teman yang
6) Pelayanan rujukan
melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi. Rujukan sosial juga
kerja untuk remaja pasca penyalah-guna napza, atau penyaluran kepada lembaga
memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam menindaklanjuti
suatu kasus. Tentu saja kerjasama ini harus diawali dengan komitmen antar institusi
tahun 2008, dilakukan oleh pihak lain di luar puskesmas perlu dilakukan oleh
secara dini hingga koreksi yang akan dilakukan tidak memerlukan biaya dan waktu
1. Monitoring oleh tatanan administrasi yang lebih tinggi dilakukan melalui analisa
secara teratur dari seperangkat indikator. Sistem akan menyuguhkan data yang dapat
3. Apakah input dan proses yang dilakukan menghasilkan perbaikan ke arah target yang
direncanakan.
dll) dan faktor internal (provider, saran, dll) yang mempengaruhi pelaksanaan PKPR.
lingkup fokus sasarannya. Evaluasi fokusnya luas namun waktunya terbatas. Monitoring
suatu waktu dapat dibandingkan dengan hasil yang ditemukan pada kali berikut.
Monitoring terhadap akses dan kualitas PKPR diawali dengan melihat kepatuhan
terhadap standar PKPR yang diwakili oleh pelaksanaan konseling dan kelengkapan
sarana, berlanjut dengan melihat jangkauan pelayanan dari jumlah kunjungan dan
kasus yang ditangani baik di dalam maupun di luar gedung. Meskipun demikian
kegiatan PKPR lainnya seperti PKHS dan pelatihan calon pendidik sebaya harus
Standar dan indikator terpilih yang diperlukan untuk mengevaluasi kualitas dan
akses PKPR :
Kualitas:
standar.
kenyamanan klien.
Akses
a. Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah kunjungan
klien, klien lama dan baru, di dalam gedung dan di luar gedung.
remaja.
untuk dilaporkan ke tingkat pusat, tetap perlu dilakukan untuk mencatat hal-hal
puskesmas. Selain itu data juga digunakan untuk kepentingan perencanaan dan
disimpan khusus di ruang pelayanan remaja, demikian juga status kesehatan serta
contoh rekapitulasi catatan konseling terlampir. Buku catatan kegiatan dan kunjungan
sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat diperlukan dapat diketahui data
kegiatan PKPR dengan segera. Format standar pencatatan kegiatan PKPR dan
secara bersama antara pihak Dinas Kesehatan Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta
oleh propinsi atau kabupaten, beserta dengan pelaku pelayanan, menggunakan sistem
pihak Puskesmas untuk mengingatkan kembali unsur yang harus diperhatikan dalam
meningkatan akses dan kualitas PKPR. Wawancara pasca pelayanan (exit interview)
pada klien yang akan meninggalkan Puskesmas dilakukan oleh petugas lain,
Komentar yang lebih jujur, kritik, saran dapat diperoleh melalui kotak saran yang
pelayanan).
1. Input:
Berupa sumber daya meliputi sarana, dana dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan dan
2. Proses
Berupa data kegiatan yang dilakukan agar tujuan PKPR dapat tercapai. Data yang
3. Output
manfaat kecil pada praktek petugas kesehatan dan pengetahuan, sedangkan penelitian
akses dan pelaksaanaan pelayanan tentu harus diimbangi dengan mutu pelaksaannya
acuan bagi penanggung jawab program baik di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota
2014).
Standar Nasional PKPR mengatur lima aspek yang di dalamnya memiliki tiga
kriteria yaitu kriteria input, proses dan output yang berkaitan dengan pelaksanaan
PKPR, yaitu :
a. SDM Kesehatan
Terbentuk dan berfungsinya tim PKPR yang kompeten (mempunyai pengetahuan, sikap
yang berlaku.
b) Pengelola program terlatih dan mampu memberikan konseling yang peduli, peka,
bersahabat dan tidak menghakimi remaja sesuai dengan standard an pedoman yang
berlaku.
2) Kriteria proses
standard an pedoman yang berlaku dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK)
dan tidak menghakimi remaja sesuai dengan standard an pedoman yang berlaku.
b. Fasilitas kesehatan
pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhan remaja, prosedur dan tata laksana yang
ramah remaja, serta didukung sarana dan prasarana, termasuk peralatan dan obat-
remaja, tanpa membedakan karakteristik social dan ekonomi pada setiap jenjang
b) Tersedianya prasarana dan sarana yang diperlukan sesuai standard pedoman untuk
c) Tersedianya prosedur, tata laksana dan alur pelayanan yang mampu mencegah
2) Kriteria Proses
remaja tanpa membedakan karakterisik sosial dan ekonomi, baik di dalam dan luar
gedung.
menjamin kerahasiaan, privasi, kenyaman dan kecepatan, baik di dalam dan luar
gedung.
pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhan remaja, serta didukung sarana prasarana,
c. Remaja
Remaja memperoleh informasi yang dibutuhkan sehingga memahami kebutuhan
mereka untuk hidup sehat dan produktif, dan dapat memanfaatkan berbagai jenis dan
pemberian informasi / pelayanan KIE yang memenuhi selera dan kebutuhan berbagai
c) Adanya pedoman tentang peran hak, tanggung jawab, dan ruang lingkup kegiatan
2) Kriteria Proses
kewenangan masing-masing.
kebutuhan untuk hidup sehat dan produktif, serta dapat memanfaatkan berbagai jenis
d. Jejaring
Terbentuk dan berfungsinya jejaring antar remaja, kelompok masyarakat, lintas
program, lintas sector terkait dan lembaga swadaya masyarakat, dalam penyediaan
a) Tersedianya metode dan instrument untuk pemetaan peran, kegiatan dan produk
analysis)
kejelasan peran, tanggung jawab, dan fungsi pembinaan dari setiap organisasi dalam
kesehatan remaja
2) Kriteria proses
a) Terlaksananya pemetaan dan tersedianya peta peran, kegiatan dan produk berbagai
kejelasan peran, tanggung jawab, dan fungsi pembinaan dari setiap organisasi dalam
program, lintas sector terkait dan lemabaga swadaya masyarakat dalam oenyediaan
e. Manajemen kesehatan
Adanya kebijakan dan sistem manajemen yang mampu menjamin dan meningkatkan
kualitas PKPR
e) Adanya sistem rujukan medik untuk pelayanan kesehatan remaja, yang terintegrasi
2) Kriteria proses
pelaksanaan PKPR.
penyelenggaraan PKPR
e) Terlaksananya layanan rujukan dan rujukan baik medic untuk pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA