RANGKUMAN HOTS, TPACK, DLL

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

PEMBELAJARAN HOTS

Pembelajaran berorientasi HOTS merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan


berpikir siswa dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan
membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar.

Pembelajaran seperti apa yang berorientasi HOTs?

Pembelajaran berbasis HOTS merupakan pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berfikir kritis.


Mengembangkan pemikiran kritis menuntut latihan menemukan pola, menyusun penjelasan, membuat hipotesis,
melakukan generalisasi, dan mendokumentasikan temuan-temuan dengan bukti (Eggen, 2012: 261).

Apa itu HOTs dalam pendidikan?

Guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran. Higher Order of Thinking Skill
(HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Apa maksud dari pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS?

Pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu adalah pembelajaran yang melibatkan


3 aspek yaitu; Transfer of knowledge, Critical and Creative, dan Problem Solving. Keterampilan yang memiliki
keinginan kuat untuk dapat memecahkan masalah muncul pada kehidupan sehari-hari.

Mengapa pembelajaran HOTs perlu diterapkan?

Pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran dengan memberdayakan untuk berfikir tingkat tinggi (high


order thinking skill). Soal HOTS bukan hanya mengingatkan ataupun menghitung, tetapi juga soal yang dapat
mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis siswa.

Bagaimana langkah-langka penyusunan soal HOTs?

langkah-langkah dalam menyusun soal HOTS diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis KD yang dapat


dibuatkan soal HOTS. 2. Menyusun kisi-kisi soal. 3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual; 4. Menulis
butir pertanyaan pada kartu soal sesuai dengan kisi-kisi soal.

Apa maksud soal HOTs?

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk
tanpa melakukan pengolahan (recite).

Apa saja yang diperlukan untuk mengembangkan evaluasi pembelajaran yang berorientasi HOTs?

Dalam menyusun instrumen evaluasi berbasis HOTS diperlukan langkah berikut: 1) Menganalisis kompetensi dasar


(KD). 2) Menyusun kisi-kisi soal. 3) Memillih stimulus yang tepat dan kontekstual. 4) Menulis butir pertanyaan
yang sesuai dengan kisi-kisi soal. 5) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

Apakah soal HOTs arus ada stimulus?

Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat


pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik.

Apa yang harus diperhatikan guru ketika menyusun soal HOTs?

Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan soal HOTS diantaranya guru


harus kreatif, tanggap terhadap isu-isu global, mampu memilih stimulus soal, dan mampu memilih kompetensi yang
diuji.

Apa Yang Dimaksud Level Kognitif ?
 Dimensi proses kognitif Bloom dikelompokkan ke dalam tiga level kognitif, yaitu:
 Level 1: mengingat (C1) dan memahami (C2),
 Level 2: mengaplikasikan (C3),
 Level 3: menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6)
Salah satu kemampuan guru yang ditekankan untuk ditingkatkan oleh guru adalah kemampuan melakukan penilaian
hasil belajar yang berorientasi kepada kemampuan berpikir tingkat tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS) yang meliputi C-4 (analisis), C-5 (evaluasi), dan C-6 (mencipta/mengkreasi).

Apakah soal Hots berarti soal yang sulit?

Soal HOTS tidak identik dengan soal yang sulit. Sebaliknya, soal yang mudah tidak selamanya soal LOTS. Dengan
kata lain, tingkat kesulitan soal dan HOTS adalah dua sisi yang berbeda sudut pandangnya.

Apa perbedaan soal HOTs dengan soal biasa (LOTS)?

Soal LOTS umumnya mengandalkan kemampuan hafalan, sedangkan soal HOTS lebih banyak mengandalkan


kemampuan berpikir kritis. Soal HOTS Banyak Menanyakan Fenomena Sehari-hari.

Bagaimana penilaian berbasis HOTs?

Penilaian berorientasi HOTS bukanlah sebuah bentuk penilaian yang baru bagi guru dalam melakukan penilaian.
Tetapi penilaian berorientasi HOTS ini memaksimalkan keterampilan guru dalam
melakukan penilaian. ... Penilaian belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik yang meliputi aspek: sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

Apa arti soal HOTs?

HOTS merupakan salah satu tuntutan keterampilan dalam pembelajaran abad 21, yaitu berpikir kritis, kreatif,
kolaboratif, dan komunikatif. Soal HOTS memungkinkan untuk membuat jenis soal yang sama, namun dengan
pertanyaan yang berbeda.

Soal HOTS adalah model evaluasi pendidikan yang menguji kemampuan berpikir tingkat tinggi. Ketimbang ditanya
fakta atau definisi, siswa ditanya bagaimana sebuah sistem bekerja. Soal HOTS akan mengasah logika, pola pikir
kritis, dan kreativitas siswa.

Kapan penilaian HOTs dilakukan?

Penilaian HOTs biasanya dilakukan untuk menilai kemampuan siswa pada ranah menganalisis (C4), mengevaluasi
(C5), dan mengkreasi (C6)(Kemdikbud, 2017). ... Bahkan kata kerja „menentukan‟ dapat digolongkan C6
(mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru.

Bagaimana RPP dikatakan HOTs?

RPP HOTS adalah bagaimana seorang guru dapat merancang proses pembelajaran hingga peserta didiknya dapat
belajar dengan tingkatan berfikir dalam tahapan C4, C5 dan C6 dalam jenjang materi konseptual, procedural dan
metakognitif.

Mengapa kurikulum K-13 diarahkan untuk membuat soal evaluasi berbasis HOTs?

Pada penilaian Kurikulum 2013, guru diharapkan mampu membuat soal-soal HOTS agar peserta didik tidak hanya
menjawab pada level C-1 (mengingat), C-2 (memahami), dan C-3 (mengaplikasikan) saja, tetapi juga pada level C-4
(menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mencipta).

PEMBELAJARAN ABAD 21

Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi penerus menjadi generasi yang


memiliki kemampuan kecakapan abad 21.

Aspek apa saja yang dinilai dalam Pembelajaran abad 21?

Terdapat tiga aspek dalam evaluasi pembelajaran, yang oleh Benjamin S. Bloom dinamkan Taksonomi Bloom, yakni
kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif memiliki enam tingkatan, yakni pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

Pembelajaran abad 21 menekankan kepada hal-hal apa saja?

Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mampu


menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi.
Uraikan apa saja yang termasuk pembelajaran abad 21?

Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21 kepada


peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication (2) Collaboration, (3) Critical Thinking and problem
solving, dan (4) Creative and Innovative.

ARTI 4C (COMMUNICATION, COLLABORATIVE, CRITICAL THINKING, DAN CREATIVITY)

Keterampilan abad ke-21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and
Problem Solving, dan Creativity and Innovation) merupakan kemampuan sesungguhnya ingin dituju dengan
Kurikulum 2013.
Berikut penjelasan 4C.

1.   Communication (komunikasi)
Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara lisan maupun tulisan. Namun, tidak
semua orang mampu melakukan komunikasi dengan baik. Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan semua
informasi secara lisan tetapi tidak secara tulisan ataupun sebaliknya.

2.   Collaborative (kolaborasi)


Adalah kemampuan berkolaborasi atau bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam berbagai peran dan
tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati
perspektif berbeda. Kolaborasi juga memiliki arti mampu menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibitas secara
pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi
untuk diri sendiri dan orang lain; memaklumi kerancuan.

3.    Critical thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah).


Adalah kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi satu dengan informasi
lain, sehingga akhirnya muncul berbagai perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan. Critical
thinking dimaknai juga kemampuan menalar, memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi
antara sistem, menyusun, mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah.

4.   Creativity and Innovation (Kreativitas dan inovasi)


Adalah kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang
lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan penggabungan baru. Kreativitas
akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang, yakni proses akal budi seseorang dalam menciptakan
gagasan baru. Kreativitas yang bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru (dan biasanya bernilai secara
ekonomis) sering disebut sebagai inovasi.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah dalam Pembelajaran Abad 21


1. Melakukan pengamatan terhadap suatu fenomena untuk menemukan masalah. ...
2. Merumuskan pertanyaan. ...
3. Mencoba/mengumpulkan data/informasi dengan berbagai teknik. ...
4. Mengasosiasi/menganalisis data atau informasi untuk menarik kesimpulan. ...
5. Mengkomunikasikan kesimpulan. ...
6. Mencipta.

Bagaimana karakteristik pembelajaran abad 21?


Dalam abad 21 menuntut karakteristik siswa yang memiliki keterampilan belajar dan inovasi, yaitu yang berkait
dengan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan ini menuntut kebebasan berpikir dalam suatu
proses pembelajaran. ... Dalam era berkemajuan seperti sekarang ini, maka siswa harus memiliki karakter kreatif dan
inovatif.

Kompetensi apa saja yang perlu dimiliki guru dan siswa di abad 21?

Hal itu sesuai dengan empat kompetensi yang harus dimiliki siswa di abad 21 yang disebut 4C, yaitu Critical
Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication
Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja.

Di Era Digital, Guru Wajib Miliki Keterampilan Abad 21


 Memahami perkembangan iptek. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat, hal ini berlaku secara
global. ...
 Berpikir kreatif. Seorang guru yang berpikir kreatif akan mampu menemukan inovasi baru dalam pembelajaran. ...
 Manajemen dunia maya.

Elemen-elemen apa saja yang perlu dimunculkan untuk meningkatkan keterampilan pembelajaran abad 21?

Tiga keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran abad 21 adalah : kreativitas, komunikasi, dan
kolaborasi. Siswa harus mampu menunjukkan keaksaraan digital, melek teknologi, yang mana harus juga diimbangi
dengan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik.

Kenapa keterampilan abad 21 dibutuhkan?

Pendidikan memegang peranan sangat penting dan strategis dalam membangun masyarakat berpengetahuan yang
memiliki keterampilan: (1) melek teknologi dan media; (2) melakukan komunikasi efektif; (3) berpikir kritis; (4)
memecahkan masalah; dan (5) berkolaborasi.

PEMBELAJARAN STEAM

Pembelajaran STEAM adalah suatu pembelajaran secara terintegrasi antara sains, teknologi, teknik, dan


matematika untuk mengembangkan kreativitas siswa melalui proses pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-
hari.

Apa yang dimaksud pembelajaran model STEAM?

Science, Technology, Engineering, Arts dan Mathematics (STEAM) merupakan salah satu pendekatan pendidikan
yang menggunakan kelima ilmu (pengetahuan, teknologi, teknik, seni dan matematika) secara komprehensif sebagai
pola pemecahan masalah.

Apa tujuan yang ingin dicapaidalam pembelajaran STEAM?

Melalui pembelajaran STEAM guru akan mengajak anak untuk mengeksplorasi dan menemukan pengetahuan baru,


mengajak anak untuk memecahkan masalah dan mencari solusi dari permasalahan tersebut, sehingga kemampuan
berfikir kritis anak dan keterlibatan anak dalam proses pembelajaran dapat meningkat.

Mengapa pendekatan STEAM penting dalam pembelajaran?

Kenapa STEAM begitu penting diterapkan dalam pembelajaran? Karena pendekatan ini memberikan kesempatan


kepada peserta didik untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang sebenarnya mereka
temukan dalam kehidupan sehari-hari, dan diminta untuk memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan
tersebut.

Apa manfaat STEAM dalam kehidupan sehari-hari?


Seperti STEAM, yang mengasah keterampilan berkomunikasi dan daya pikir kritis anak. STEAM sangat penting,
karena kehadirannya tidak bisa terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Siswa yang melek STEAM, akan menjadi
seorang inovator dan pemikir kritis.

PEMBELAJARAN TPACK

Pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan materi (technological, pedagogical, content knowledge/TPCK) yaitu
pengetahuan tentang teknologi digital, pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran, pengetahuan tentang
bidang studi atau materi pembelajaran.

Pada dasarnya, konsep pendekatan pembelajaran TPACK melibatkan 7 domain pengetahuan.

Pertama, domain pengetahuan materi (content knowledge/CK). Domain ini merupakan penguasaan yang harus
dimiliki guru terkait bidang studi atau materi pembelajaran yang diampu. Seorang guru matematika harus memahami
dengan baik materi-materi pembelajaran yang ada di Matematika.

Kedua, domain pengetahuan pedagogis (pedagogical knowledge/PK). Pengetahuan ini merupakan pengetahuan dasar
guru terkait proses dan strategi pembelajaran. Secara sederhana, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha
guru untuk menerapkan dan mengelola berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Ketiga, domain pengetahuan teknologi (technological knowledge/TK). Domain ini terkait pengetahuan guru dalam
menggunakan teknologi digital baik hardware maupun software.

Pengetahuan teknologi tidak hanya soal bisa mengoperasikan komputer saja. Pengetahuan tentang software atau
aplikasi terbaru juga sangat diperlukan seperti aplikasi-aplikasi web meeting dan software-software video editor.

Keempat, domain pengetahuan pedagogi dan materi (pedagogical content knowledge/PCK). Ini merupakan
gabungan pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran dengan proses dan strategi pembelajaran.

Materi pembelajaran tertentu akan dapat dicapai dengan baik jika guru menerapkan strategi pembelajaran tertentu
pula. Dan satu strategi pembelajaran, belum tentu cocok diterapkan untuk semua materi pembelajaran.

Kelima, domain pengetahuan teknologi dan materi (technological content knowledge/TCK). Domain ini terkait
pengetahuan guru tentang teknologi digital dan pengetahuan bidang studi atau materi pembelajaran.

Pada materi menggambar grafik di mata pelajaran matematika misalnya, penggunaan Geogebra akan sangat
menolong guru untuk memvisualisasikan grafik secara digital dalam proses pembelajaran. Keenam, domain
pengetahuan tentang teknologi dan pedagogi (technological paedagogical knowledge/TPK). Domain ini terkait
pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan mengenai proses dan strategi pembelajaran.

Untuk keperluan proses evaluasi pembelajaran secara daring misalnya, dimana guru tidak mungkin melaksanakan
penilaian secara langsung. Penggunaan Google Form akan sangat menolong guru untuk memberikan asesmen secara
daring kepada siswa.

Ketujuh, domain pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan materi (technological, pedagogical, content
knowledge/TPCK).

Domain inilah yang sangat diharapkan terjadi, dimana guru memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang
teknologi digital, pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran, serta pengetahuan tentang bidang studi atau
materi pembelajaran.

Domain terakhir inilah yang merupakan kerangka pengembangan penerapan TPACK. Dimana guru dapat
mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran yang melibatkan paket-paket pengatahuan tentang
teknologi, materi, dan proses atau strategi pembelajaran.

PEMBELAJARAN ABCD

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan harus
memuat beberapa hal yang biasa dikenal dengan istilah ABCD.

A = Audience, B = Behavior, C = Condition, D = Degree.

• Audience
Pengertian Audience yaitu pendengar atau peserta, nah yang dimaksud Audience dalam tujuan pembelajaran adalah
peserta didik.

Dalam hal ini, peserta didik merupakan pihak peserta yang berperan sebagai subjek dan objek dalam pembelajaran.

Maka dari itu, ketika merumuskan tujuan pembelajaran, tempatkan peserta didik sebagai subjek sekaligus objek yang
diharapkan.

Contoh : “… peserta didik dapat…”

• Behavior

Behavior adalah kemampuan yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.

Penulisan Behavior dalam tujuan pembelajaran biasanya ditulis dalam bentuk kata kerja. Misalnya menyusun,
menyajikan, menyebutkan, menjelaskan, menyimak dan lain sebagainya.

Contoh : “… mendeskripsikan pengertian dinamika, menyusun dan menyajikan hasil telaah tentang dinamika
perwujudan Pancasila sebagai dasar Negara…”

• Condition

Condition adalah sebuah keadaan atau kondisi yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Dalam perumusannya, condition memuat aktivitas yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh
perubahan perilaku yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Contoh : “Melalui penggunaan model PaIIM SEHATI, …”

• Degree

Degree adalah sebuah tingkatan pencapaian peserta didik yang diharapkan setelah mengikuti serangkaian proses
pembelajaran. Tingkatan ini bergantung pada bobot minimal dari materi yang disampaikan.

Contoh : “… dengan benar.”

JENIS-JENIS TEORI BELAJAR

A) TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara
stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada
tingkah lakunya.

B. TEORI BELAJAR KOGNITIF

Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan belajarnya.

Beberapa pandangan tentang teori kognitif, diantaranya:


1. Teori perkembangan Piaget
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:

- Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)

Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah demi selangkah.

- Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan symbol atau tanda bahasa, dan mulai
berkembangnya konsep-konsep intuitif.

- Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan
logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.

- Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan
menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.

2. Teori belajar menurut Bruner

Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku
seseorang.
Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.
Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk emmahami lingkungan
sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi
verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan
Simbolik yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika). Model
pemahaman dan penemuan konsep
Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan memlalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning). Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui
aktivitas menemukan (discovery)

3. Teori belajar bermakna Ausubel

Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari
diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif.
Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru
merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

Hakikat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan
informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal.

C. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam
menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan
keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya
sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

D. TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia
itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam
bentuk yang paling ideal.

E. TEORI BELAJAR SIBERNETIK

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori yang sudah
dibahas sebelumnya. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar memang penting
dalam teori ini, namun yang lebih penting adalah system informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa.
Asumsi lain adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk
semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Macam Macam Model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Inquiry


Model inquiry (inkuiri) menggunakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara
kritis serta analitis kepada peserta didik agar mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan secara mandiri melalui penyelidikan ilmiah.

Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut :


-Merumuskan masalah
-Mengamati atau melakukan observasi
-Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya
-Mengkomunikasikan atau mnyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lainnya

2. Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)


Merupakan model dengan konsep belajar yang membuat guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas peserta didik, peserta didik
melakukan dan mengalami, tidak hanya monoton dan mencatat.
Model mengajar ini juga dapat mengembangkan kemampuan sosial peserta didik karena dihadapkan pada situasi
dunia nyata.

Langkah-langkah pada penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning):
1.Guru mengarahkan siswa untuk sedemikian rupa dapat mengembangkan pemikirannya untuk melakukan
kegiatan belajar yang bermakna, berkesan, baik dengan cara meminta siswa untuk bekerja sendiri dan mencari
serta menemukan sendiri jawabannya, kemudian memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dan keterampilannya yang baru saja ditemuinya.
2.Dengan bimbingan guru, siswa di ajak untuk menemukan suatu fakta dari permasalahan yang disajikan
guru/dari materi yang diberikan guru.
3.Memancing reaksi siswa untuk melakukan pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan untuk mengembangkan rasa
ingin tahu siswa.
4.Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok umtuk melakukan diskusi, dan tanya jawab.
5.Guru mendemonstrasikan ilustrasi/gambaran materi dengan model atau media yang sebenarnya.
6.Guru bersama siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang telah dilakukan.
7.Guru melakukan evaluasi, yaitu menilai kemampuan siswa yang sebenarnya.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PROBLEM-BASED LEARNING)


Nama lainnya dalam bahasa inggris adalah Problem based learning yang dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan para proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Pemecahan masalah menjadi langkah utama dalam model ini.

Langkah-langkah pembelajaran problem based learning:


•Orientasi terhadap masalah
•Organisasi belajar
•Penyelidikan individual maupun kelompok
•Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah
•Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah

4. Model Pembelajaran Ekspositori


Ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada kelompok peserta didik supaya peserta didik dapat menguasai materi secara optimal.
Dalam model pengajaran ekspositori seorang pendidik harus memberikan penjelasan atau menerangkan kepada
peserta didik dengan cara berceramah. Sehingga menyebabkan arah pembelajarannya monoton karena sangat
ditentukan oleh kepiawaian ceramah guru.

5. Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah kerangka konseptual rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Kelompok-
kelompok tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

6. Model Pembelajaran Project Based Learning


Model pembelajaran project based learning atau pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang
menggunakan proyek atau kegiatan nyata sebagai inti pembelajaran. Dalam pembelajaran project based
learning peserta didik akan melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintetis, dan pengolahan informasi
lainnya untuk menghasilkan berbagai bentuk belajar yang beragam.
Project based learning adalah salah satu model pembelajaran yang paling kuat, karena akan meningkatkan
kompetensi siswa secara holistik, baik dari sikap, pengetahuan, maupun keterampilan, melalui pendekatan
kontekstual yang dekat dengan pekerjaan nyata di lapangan.

7. Model Pembelajaran PAIKEM


Merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Pembelajaran ini dirancang
agar membuat anak lebih aktif mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara
efektif, optimal, dan pada akhirnya terasa lebih menyenangkan.

8. Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)


Kerangka perencanaan dalam pembelajaran kuantum adalah TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Komponen utama pembelajaran kuantum dapat berupa:
1. peta konsep sebagai teknik belajar efektif;
2. teknik memori, adalah teknik memasukkan informasi ke dalam otak sesuai dengan cara kerja otak;
3. sistem pasak lokasi;
4. teknik akrostik, teknik menghafal dengan cara mengambil huruf depan dari materi yang ingin diingat
kemudian menggabungkannya. Intinya metode pembelajaran ini menggunakan berbagai cara untuk membuat
pembelajaran menerap dan dipahami dengan mudah oleh peserta didik. Caranya bisa sangat interaktif dan
melibatkan peserta didik dalam kegiatan langsung untuk mendemonstrasikan materi diiringi perayaan seperti
yel motivasi.

9. Model Pembelajaran Terpadu


Merupakan model yang dapat melibatkan beberapa mata pelajaran sekaligus agar memberikan pengalaman
belajar yang lebih bermakna pada peserta didik.

10. Model Pembelajaran Kelas Rangkap


Pembelajaran kelas rangkap menekankan dua hal utama, yakni penggabungan kelas secara integrative dan
pembelajaran terpusat pada peserta didik, sehingga Guru tidak harus mengulang kembali untuk mengajar pada
dua kelas yang berbeda dengan program yang berbeda pula.
Efisiensi adalah kunci dari model pembelajaran ini. Merangkapkan beberapa rombongan belajar dapat
meningkan efisiensi pembelajaran.
Macam-macam model pembelajaran kelas rangkap atau biasa disingkat PKR meliputi:
1. Model PKR 221: dua kelas, dua mata pelajaran, satu ruangan;
2. Model PKR 222 : berarti memiliki dua kelas dan dua mata pelajaran, pada dua ruangan;
3. Model PKR 333 : tiga kelas, tiga mata pelajaran, tiga ruangan.

11. Model Pembelajaran Tugas Terstruktur


Pembelajaran ini menekankan pada penyusunan tugas terstruktur yang wajib diselesaikan oleh peserta didik
guna mendalami dan memperluas penguasaan materi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sudah
dikaji.
Bentuk tugas terstruktur meliputi laporan ilmiah, portofolio (produk ciptaan peserta didik), makalah individu,
makalah kelompok, dsb.

12. Model Pembelajaran Portofolio


Model pembelajaran portofolio menitikberatkan pada pengumpulan karya terpilih dari satu kelas secara
keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk memecahkan masalah.
Prinsip dasar model pembelajaran portofolio, yaitu prinsip belajar peserta didik aktif dan kelompok belajar
kooperatif untuk menghasilkan produk portofolio secara bersama.

13. Model Pembelajaran Tematik


Merupakan pembelajaran dengan suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa
pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan sesuai dengan kebutuhan lingkungan peserta didik yang akan
menjadi lahan dunia nyata bagi dirinya.
Pembelajaran tematik mempunyai beberapa prinsip dasar, yaitu:
1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan;
2. Bentuk belajar dirancang agar peserta didik menemukan tema;
3. Efisiensi (terdiri dari beberapa pelajaran sekaligus).

14. Model pembelajaran Picture and Picture


Suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Model
pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.

Langkah-langkah Pembelajaran Picture and picture.


- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai .
- Menyajikan materi sebagai pengantar.
- Guru menunjukan / memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
- Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi
urutan yang logis.
- Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai.
- Kesimpulan / rangkuman

Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis untuk melaksanakan
pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran
merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut pada tujuan khusus.

CIRI CIRI MODEL PEMBELAJARAN

Menurut Kardi & Nur dalam Ngalimun (2016, hlm. 7-8) model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang
membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain:

1. Model pembelajaran merupakan rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2. Berupa landasan pemikiran mengenai apa dan bagaimana peserta didik akan belajar (memiliki tujuan belajar dan
pembelajaran yang ingin dicapai).
3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

FUNGSI MODEL PEMBELAJARAN

Fungsi model pembelajaran adalah pedoman dalam perancangan hingga pelaksanaan pembelajaran. Pernyataan
tersebut sejalan dengan pendapat Trianto (2015, hlm. 53) yang mengemukakan bahwa fungsi model pembelajaran
adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Perbedaan Model, Strategi dan Metode Pembelajaran yaitu;

• Model merupakan bagian terluas dari praktek pembelajaran dan merupakan orientasi filosofi dari pembelajaran.
• Dalam masing-masing model, terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan
• Metode digunakan guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan menentukan kegiatan dimana siswa dan guru
akan dilibatkan selama pembelajaran.
• Keterampilan merupakan perilaku pembelajaran yang paling spesifik.

INDIKATOR PENCAPAIAN KOPETENSI dan TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Apa yang dimaksud dengan indikator pencapaian kompetensi?

Menurut Standar Proses pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007,
indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ini berarti indikator pencapaian kompetensi merupakan rumusan
kemampuan yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi
dasar (KD). Dengan demikian indikator pencapaian kompetensi merupakan tolok ukur ketercapaian suatu KD.
Hal ini sesuai dengan maksud bahwa indikator pencapaian kompetensi menjadi acuan penilaian mata pelajaran.

2. Apa yang dimaksud dengan tujuan pembelajaran?

Menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses
dan hasil belajara yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berarti
kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama
proses belajar dan hasil akhir belajar pada suatu KD.

3. Apa persamaan indikator pencapaian kompetensi dengan tujuan pembelajaran?

Merujuk pada pengertiannya, tujuan pembelajaran mencerminkan arah yang akan dituju selama pembelajaran
berlangsung. Dengan demikian arah proses pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran. Namun perlu
diingat pula bahwa proses pembelajaran dikelola dalam rangka memfasilitasi siswa agar dapat mencapai
kompetensi dasar. Pencapaian itu diukur dengan tolok ukur kemampuan yang dirumuskan dalam indikator
pencapaian kompetensi. Agar kegiatan memfasilitasi berhasil optimal maka arah pembelajaran hendaknya
mengacu pada indikator pencapaian kompetensi. Dengan demikian persamaan dari indikator pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran adalah pada fungsi keduanya sebagai acuan arah proses dan hasil
pembelajaran.

4. Apa perbedaan indikator pencapaian kompetensi dengan tujuan pembelajaran?

Dalam pembelajaran, setiap siswa akan diukur pencapaian kompetensinya. Bagi siswa yang pencapaian
kompetensinya belum mencapai kriteria yang ditetapkan (kriteria itu populer dengan nama KKM atau Kriteria
Ketuntasan Belajar Minimal) maka ia akan mendapat pelayanan pembelajaran remidi untuk memperbaiki
kemampuannya yang didahului dengan analisis kesulitan atau kelemahannya dan diakhiri dengan penilaian
kemajuan belajarnya. Mengingat bahwa tolok ukur yang digunakan dalam pengukuran itu adalah kemampuan
pada indikator pencapaian kompetensi maka dapat diartikan bahwa indikator pencapaian kompetensi merupakan
target kemampuan yang harus dikuasai siswa secara individu atau dengan kata lain bahwa indikator pencapaian
kompetensi adalah target pencapaian kemampuan individu siswa.

Merujuk pada pengertiannya, maka tujuan pembelajaran adalah gambaran dari proses dan hasil belajar yang akan
diraih selama pembelajaran berlangsung. Ini berarti tujuan pembelajaran adalah target kemampuan yang akan
dicapai oleh seluruh siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbedaan dari indikator pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran adalah bahwa kemampuan yang dirumuskan pada indikator pencapaian
kompetensi merupakan target pencapaian kemampuan individu siswa sedangkan kemampuan yang dirumuskan
pada tujuan pembelajaran merupakan target pencapaian kemampuan siswa secara kolektif.

5. Apakah rumusan kemampuan pada tujuan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi selalu sama
ataukah dapat berbeda?

Dengan mencermati persamaan dan perbedaan dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran,
dapat terjadi keseluruhan rumusan kemampuan pada tujuan pembelajaran sama dengan keseluruhan rumusan
kemampuan pada indikator pencapaian kompetensi. Namun dapat pula terjadi sebagian rumusan tujuan
pembelajaran tidak sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Mengapa?.

Merujuk pada pengertian indikator pencapaian kompetensi sebagai tolok ukur dalam penilaian dan tujuan
pembelajaran yang menggambarkan proses dan hasil belajar, maka dapat terjadi kemampuan yang akan diraih
siswa selama pembelajaran berlangsung targetnya sama dengan kemampuan tolok ukur. Jika ini yang terjadi
berarti keseluruhan rumusan tujuan pembelajaran sama dengan keseluruhan rumusan indikator pencapaian
kompetensi. Dapat pula terjadi target pencapaian kemampuan selama pembelajaran berlangsung tidak sama persis
dengan kemampuan tolok ukur. Hal itu disebabkan antara lain diperlukannya proses belajar pendukung agar
siswa dapat mencapai kemampuan tolok ukur dengan baik. Dalam hal ini maka keseluruhan rumusan tujuan
pembelajaran tidak sama persis dengan keseluruhan rumusan indikator pencapaian kompetensi, karena ada tujuan
pembelajaran lain yang mendukung.
Untuk melengkapi pembahasan di atas, berikut ini diberikan ilustrasi persamaan dan perbedaan indikator
pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran.

Misalkan dipilih KD 3.1 Kelas VIII, yaitu ”menggunakan teorema Pythagoras untuk menghitung panjang sisi-sisi
segitiga siku-siku”. Misalkan dikembangkan 2 indikator pencapaian kompetensi pada KD 3.1, yaitu siswa
mampu: (a) menuliskan teorema Pythagoras, (b) menentukan panjang sisi-sisi segitiga siku-siku dengan Teorema
Pythagoras. Posisi indikator (a) adalah indikator pendukung atau jembatan yaitu indikator yang tuntutan
kemampuannya harus ditunjukkan sebelum kemampun yang dituntut KD-nya dicapai. Posisi indikator (b) adalah
sebagai indikator kunci. Indikator kunci adalah penanda pencapaian suatu KD dengan target minimal. Tuntutan
kemampuan pada indikator kunci mewakili tuntutan kemampuan KD-nya.

Untuk mengukur pencapaian kemampuan dengan tolok ukur indikator (a) maka perlu dilakukan penilaian dengan
cara antara lain memberikan kepada siswa beberapa gambar segitiga siku-siku kemudian meminta siswa
menuliskan Teorema Pythagoras yang berlaku pada gambar segitiga-segitiga tersebut. Untuk mengukur
pencapaian kemampuan melalui indikator (b) maka perlu dilakukan penilaian dengan cara antara lain
memberikan kepada siswa beberapa segitiga siku-siku yang sebagian sisinya sudah diketahui panjangnya,
selanjutnya siswa diminta menghitung panjang sisi segitiga siku-siku yang panjangnya belum diketahui. Penilaian
dilakukan setelah guru memfasilitasi pembelajaran yang relevan.

Pada proses pembelajaran, mengingat bahwa di Kelas VII maupun di Sekolah Dasar (SD) siswa belum pernah
belajar tentang Teorema Pythagoras maka guru perlu memfasilitasi siswa agar terlebih dahulu belajar
’menemukan’ Teorema Pythagoras. Setelah itu siswa diminta menjelaskan apa yang ditemukan, diikuti dengan
berlatih menuliskan Teorema Pythagoras pada beberapa segitiga siku-siku. Nama dan posisi gambar segitiga-
segitiga siku-siku yang diberikan kepada siswa hendaknya bervariasi. Berikutnya siswa berlatih menerapkan
Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga siku-siku. Segitiga siku-
siku yang diberikan kepada siswa hendaknya dengan berbagai nama dan posisi gambar, dikemas sendiri-sendiri
dan terintegrasi dalam gambar segitiga lancip atau segitiga tumpul. Untuk kepentingan itu maka perlu dirumuskan
3 tujuan pembelajaran yaitu setelah mengikuti pembelajaran diharapkan siswa mampu: (a) menemukan Teorema
Pythagoras , (b) menuliskan teorema Pythagoras dan (c) menentukan panjang sisi segitiga siku-siku dengan
Teorema Pythagoras.

Untuk mencapai tujuan (a) dan (b) guru antara lain dapat meminta siswa agar bekerja dalam kelompok yang
difasilitasi alat peraga atau LKS dan mempresentasikan hasil ’temuannya’ kemudian berlatih menuliskan
Teorema Pythagoras yang berlaku pada segitiga-segitiga siku-siku dalam berbagai nama dan posisi gambar.
Untuk mencapai tujuan (c) siswa dapat difasilitasi belajarnya secara individual, kelompok atau klasikal,
tergantung strategi pembelajaran yang dipilih guru.

Mengapa rumusan tujuan (a) tidak ada pada rumusan indikator pencapaian kompetensi? Menemukan Teorema
Pythagoras adalah target pencapaian kemampuan secara kolektif, bukan individu. Kecuali itu kemampuan
menemukan Teorema Pythagoras itu mencerminkan kemampuan dalam proses, belum sebagai hasil belajar,
sehingga walaupun dikembangkan tujuan pembelajaran (a) namun tidak perlu tujuan pembelajaran (a) itu
tercermin pada indikator pencapaian kompetensi.

Mengapa rumusan tujuan pembelajaran (b) sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi (a)? Target
hasil belajar sesuai KD 3.1 adalah siswa mampu menggunakan Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang
sisi-sisi segitiga siku-siku. Kemampuan itu akan dicapai dengan baik oleh siswa bila mereka benar-benar paham
apa yang dimaksud dengan Teorema Pythagoras yang ditunjukkan dengan mampu menuliskan Teorema
Pythagoras pada berbagai nama dan posisi gambar segitiga siku-siku. Jadi, menuliskan Teorema Pythagoras pada
berbagai nama dan posisi gambar segitiga siku-siku merupakan hasil belajar yang seharusnya dikuasai setiap
siswa. Bila kita tidak yakin bahwa secara individu sebagian besar siswa mampu memahami maksud Teorema
Pythagoras, sehingga mampu menuliskan Teorema Pythagoras pada berbagai nama dan posisi gambar segitiga
siku-siku, maka kita perlu menuliskannya sebagai indikator pencapaian kompetensi. Posisi indikator tersebut
sebagai indikator pendukung atau jembatan. Karena dirumuskan sebagai indikator, berarti menjadi tolok ukur
pencapaian kemampuan siswa secara individu, sehingga setiap siswa harus diukur pencapaian kemampuannya
pada indikator itu. Dalam hal ini maka perlu dikembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai atau searah dengan
indikatornya. Oleh karenanya tujuan pembelajaran (b) sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi
(a).

Mengapa rumusan tujuan pembelajaran (c) sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi (b)? Karena
target hasil belajar pada KD 3.1 adalah siswa mampu menggunakan Teorema Pythagoras untuk menghitung
panjang sisi-sisi segitiga siku-siku maka pada indikator pencapaian kompetensi harus dirumuskan kemampuan
itu. Dalam hal ini maka perlu dikembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai atau searah dengan indikatornya.
Oleh karenanya tujuan pembelajaran (c) sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi (b).

6. Bagaimana ruang lingkup kemampuan yang dirumuskan pada tujuan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi?

Mengingat tujuan pembelajaran merupakan target pencapaian kolektif, maka rumusannya dapat dipengaruhi oleh
desain kegiatan dan strategi pembelajaran yang disusun guru untuk siswanya. Sementara rumusan indikator
pencapaian kompetensi tidak terpengaruh oleh apapun desain atau strategi kegiatan pembelajaran yang disusun
guru karena rumusannya lebih bergantung kepada karakteristik KD yang akan dicapai siswa. Perlu diingat pula
bahwa indikator pencapaian kompetensi menjadi acuan penilaian, yaitu sebagai tolok ukur pencapaian KD,
sehingga tujuan pembelajaran harus searah dengan tolok ukurnya dan hendaknya dapat memfasilitasi siswa agar
dapat mencapai kemampuan yang dirumuskan oleh tolok ukurnya. Dengan demikian berarti ruang lingkup
kemampuan pada tujuan pembelajaran dapat lebih luas atau sama dengan ruang lingkup kemampuan pada
indikator pencapaian kompetensi. Hal itu sesuai dengan target kemampuan yang akan dicapai pada tujuan
pembelajaran, yaitu mencakup proses dan hasil belajar, sementara target kemampuan pada indikator pencapaian
kompetensi adalah target hasil belajar. Dan tidak logis bila ruang lingkup kemampuan pada tujuan pembelajaran
lebih sempit dari ruang lingkup kemampuan pada indikator pencapaian kompetensi. Mengapa? Bila ruang lingkup
kemampuan pada tujuan pembelajaran lebih sempit dari ruang lingkup kemampuan pada indikator pencapaian
kompetensi, maka proses fasilitasi pembelajaran cenderung tidak lengkap atau tidak memadai untuk
mengantarkan siswa mampu mencapai kemampuan sesuai tolok ukur.

7. Bagaimana cara merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)?

Langkah-langkah merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK):


- Tentukan kedudukan KD dari KI-3 dan KD dari KI-4 berdasarkan gradasinya dan tuntutan KI.
- Tentukan dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, metakognitif).
- Tentukan bentuk keterampilan, apakah keterampilan abstrak atau keterampilan konkret.

 8. Mengapa menggunakan IPK pada proses pembelajaran?

Karena dirumuskan sebagai indikator, berarti menjadi tolok ukur pencapaian kemampuan siswa secara
individu, sehingga setiap siswa harus diukur pencapaian kemampuannya pada indikator itu. Dalam hal ini maka
perlu dikembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai atau searah dengan indikatornya.

Penilaian Autentik, Penilaian Sikap, Penilaian Pengetahuan dan Penilaian Keterampilan

1. Pengertian Penilaian Autentik


Penilaian Autentik adalah pengukuran atas proses dan hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap (afektif),
keterampilan (psikomotor), dan Pengetahuan (kognitif).
Penilaian autentik adalah istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang
memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara
mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Ketika menerapkan
penilaian Autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

2. Penilaian Sikap
Pendidik melakukan penilaian sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation)
oleh peserta didik.

a. Observasi
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengn menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku
yang diamati.

b. Penilaian diri
Merupakan teknik menilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c. Penilaian antar peserta didik atau teman


Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik.

d. Jurnal atau catatan guru


Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan
dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

3. Penilaian Pengetahuan

a. Instrumen tes tertulis


Berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian
dilengkapi pedoman penskoran dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

b. Instrumen tes lisan


Berupa daftar pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ucap atau lisan, sehungga peserta didik merespon
pertanyaan tersebut, sehingga menimbulkan keberanian dari siswa.(Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat atau
paragraf yang di ucapkan).

c. Instrumen Penugasan
Berupa pekerjaan rumah atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas.

4. Penilaian Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta
didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian porto
polio. Instrumen yang digunakan merupakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

a. Tes praktik atau kinerja atau performance.


Yaitu penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktifitas atau perilaku sesuatu
tuntutan kompetensi.

b. Penilaian projek.
Yaitu tugas-tugas belajar (learning task) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan
secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

c. Penilaian porto folio.


Yaitu penilaian yang dilakukan dengan cara penilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang
tertentu yang bersifat reflektif integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreatifitas
peserta didik dalam kurun waktu tertentu. karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan
kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.

SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai