Laporan IS Sekolah Dasar 2021 SDN Lewokukung - Baulangu
Laporan IS Sekolah Dasar 2021 SDN Lewokukung - Baulangu
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan institusi formal dan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang sehat
secara fisik, mental, social, dan produktif. Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar
di sekolah adalah status kesehatan dan kondisi lingkungan sekolah.
Masalah kesehatan disekolah menjadi kompleks dan bervariasi terkait dengan kesehatan peserta didik
yang dipengaruhi ole berbagai factor diantaranya kondisi lingkungan sekolah dan perilaku hidup bersih. Sekolah
menjadi salah satu tempat penyebaran penyakit seperti demam berdarah. Menurut Rois (2012) 3 sampai 4 anak
dalam setiap 1000 anak berusia 7-12 tahun berresiko menderita demam berdarah. Dari penderita itu , 33,8 %
adalah kelompok usia sekolah. 2/3 penderita tertular di luar lingkungan tempat tinggalnya, salah satunya di
sekolah. Hal tersebut membuktikan bahwa kebersihan lingkungan sekolah merupakan factor penting yang perlu
diperhatikan.
Untuk mencegah dan mengurangi berbagai permasalahan disekolah perlu perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) melalui pengembangan pola hidup bersih dan sehat disekolah. Upaya tersebut tidak hanya
mengandalkan proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, tetapi perlu didukung oleh
kebijakan, sarana dan prasarana, serta program yang tepat sehingga perilaku hidup bersih akan menjadi budaa
dikalangan warga sekolah.
Sanitasi dasar sekolah adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus dimiliki setiap sekolah
untuk memenuhi kebutuhan siswa dan siswi yang meliputi; Sarana penyediaan air bersih; sarana jamban;
sarana pembuangan sampah; dan sarana pembuangan air limbah.
Hygiene dan snitasi sekolah adalah perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah dalam rangka meningkatkan
kualitas kesehatan lingkungan guna terwujudnya lingkungan sekolah yang sehat, bersih, nyaman , dan terbebas
dari ancaman penyakit.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. KEPMENKES RI Nomor 1429/ MENKES/ SK/ XII/ 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkunga Sekolah.
3. PERMENKES RI Nomor 2269/ MENKES/ PER/ XI/2011 tentang pedoman Pembinaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mewujudkan Sekolah Dasar yang bersih, sehat, dalam belajar dan Ber-PHBS.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan akses sanitasi sekolah dasar.
b. Membiasakan warga sekolah dasar untuk ber-PHBS
c. Mencegah terjadinya sakit dan penyakit akibat factor lingkungan sekolah yang tidak sehat.
D. Syarat dan Ketentuan
Sekolah Dasar harus memiliki syarat-syarat kesehatan tidak saja banguna fisik tetapi masyarakat
sekolah terutama peserta didik. Salah satu bagian yang memegang peranan penting dalam menciptakan
kesehatan peserta didik adalah lingkungan sekolah yang memenuhi persyaratan kesehatan. Kebijakan
dalam penyelenggaran sanitasi dan hygiene sekolah sejalan dengan kebijakan program Lingkunga Sehat,
KEpmenkes Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
di Sekolah, Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) berbasis masyarakat dan
Kepmenkes Nomor 582/ Menkes/SK/IX/2009 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM).
Hygiene dan sanitasi sekolah pelaksanaannya dimotori oleh Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Tujuan
UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidkan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan
PHBS dan derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang
sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya. Pembinaan dan pengembangan UKS
dilaksanakan melalui program:
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembinaan Lingkunga Kehidupan Sekolah Sehat.
Lingkungan sekolah adalah salah satu kesatuan lingkungan fisik, mental, dan social dari sekolah yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar denga baik dan
menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan murid secara optimal.
Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, juga kesehatan warga sekolah.
Kondisi dan komponen lingkungan sekolah tertentu dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan.
Factor resiko Lingkungan Sekolah tersebut antara lain ; kondisi atap, dinding, lantai dan aspek lainnya
sebagai berikut:
1. Kondisi Atap dan Talang Air:
Atap dan talang air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk dan tikus; kondisi ini mendukung terjadinya penyebaran dan penularan penyakit demam
berdarah dan leptospirosis.
2. Kondisi Dinding:
Dinding yang tidak bersih dan berdebuh selain mengurangi nilai estetika juga berpotensi
merangsang timbulnya gangguan pernafasan seperti astma atau gangguan saluran pernafasan.
3. Kondisi Lantai:
Lantai yang tidak rata , licin dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, sedangkan lantai yang
kotor dapat mengurangi kenyamanan dan estetika. Lantai yang tidak kedap air dapat
menyebabkan kelembapan. Kondisi ini mengakibatkan dapat berkembangbiaknya bakteri dan
jamur yang dapat menigkatkan resiko penularan penyakit seperti TBC, ISPA, dan lainnya.
4. Kondisi Tangga:
Tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti kemiringan; lebar anak tangga; pegangan
tangga; berpotensi menimbulkan kecelakaan bagipeserta didik. Tangga yang memenuhi syarat
kesehatan adalah lebar injakan > 30 cm, tinggi anak tangga max: 20 cm, lebar tangga > 150 cm
serta mempunyai pegangan tangan.
5. Pencahayaan:
Pencahayaan alami di ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan mendukung
berkembangbiaknya organism seperti bakteri dan jamur. Kondisi ini berpotensi menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan. Selain itu pencahayaan yang kurang menyebabkan ruangan
menjadi gelap sehingga disenangi oleh nyamuk untuk beristirahat (rasting habit).
6. Ventilasi:
Ventilasi di ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menyebabkan proses pertukaran
udara tidak lancer, sehingga menjadi pengap dan lembab. Kondisi ini mengakibatkan
berkembangbiaknya bakteri, virus, dan jamur yang berpotensi menimbulkan ganguan penyakit
seperti TBC, ISPA, Cacar, dan lainnya.
7. Kepadatan Kelas:
Perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang kelas yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menyebabkan menurunnya posentase ketersediaan oksigen yang dibutuhkan oleh
peserta didik. Hal ini akan menimbulkan rasa kantunk, menurunnya konsentrasi belajar dan resiko
penularan penyakit. Perbandingan ideal adalah 1 orang menempati luas ruang 2 m².
8. Jarak Papan Tulis:
Jarak papan tulis dengan murid terdepan < 2,5 m; akan mengakibatkan debuh kapur atau spidol
beterbangan dan terhirup ketika menghapus papan tulis, sehingga untuk jangka waktu yang lama
akan berpengaruh terhadap fungsi paru-paru. Bila jarak papan tulis dengan murid paling belakang
> 9 m, akan mengakibatkan gangguan konsentrasi belajar.
9. Ketersediaan CTPS:
Ta ngan yang kotor berpotensi menularkan penyakit.kebiasaan mencuci tangan dengan sabun di
air mengalir mampu menurunkan kejadian penyakit diare 30 %. Tersedianya media CTPS
bertujuan menjaga diri dan melatih kebiasaan cuci tangan sebelum makan atau sesudah buang
air besar merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Berdasarkan
ketentuan kemenkes setiap ruang kelas harus memiliki 1 Media CTPS.
10. Kebisingan:
Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, biasa berasal dari luar sekolah maupun dari dalam
lingkungan sekolah itu sendiri.suara bising dapat menimbulkan gangguan komunikasi sehingga
mengurangi konsentrasi belajar dan dapat menimbulkan stress.
11. Air Bersih:
Ketersediaan Air Bersih baik secara kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan untuk menjaga
hygiene dan sanitasi perorangan maupun lingkungan.beberapa penyakit yang ditularkan melalui
air antara lain; Diare; Cholera; Hepatitis; penyakit Kulit; mata; dan lainnya. Idealnya ketersediaan
air bersih adalah 15 liter/ orang/ hari.
12. Toilet (WC,KM,Urinoir)
Kamar mandi ; bak penampung air dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, demikian
juga kamar mandi yang pencahayaannya kurang memenuhi syarat kesehatan akan menjadi
tempat bersarang dan beristirahtnya nyamuk.
WC dan Urinoir; tinja dan urin merupakan sumber penularan penyakit perut (diare,cacingan,
hepatitis) penyakit ini ditularkan melalui air, tangan , makana, dan lalat. Untuk perlu diperhatikan
ketersediaan WC dalam hal jumlah adalah: 1 WC/ 25 siswi dan 1 WC/40 Siswa; (lebih bagus lagi
adalah 1 WC/ 20 murid).
13. Pengelolaan Sampah
Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat berkembang
biaknya vector penyakit seperti; lalat, tikus, kecoak. Selain itu juga dapat mencemari tanah dan
menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika. Untuk itu disetiap ruang kelas harus terdapat
1 buah tempat sampah (1:1) dan disekolah tersebut harus tersedia tempat pembuangan sampah
sementara (TPS).
14. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan atau tidak dipelihara
dengan baik akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan menjadi tempat nersarangnya
vector penyakit seperti tikus, nyamuk. Kondisi ini dapat memungkinkan terjadinya penularan
penyakit seperti leptospirosis dan filariasis (kaki gajah).
15. Pengendalian Vektor: (Tikus & Nyamuk):
Tikus merupakan vector penyakit pes, leptospirosis. Selain sebagai vector penyakit tikus juga
dapat merusak bangunan dan instalasi listrik. Hal ini menimbulkan penularan penyakit dan juga
terjadinya arus pendek pada aliran listrik.
Nyamuk merupakan vector penyakit, jenis nyamuk tertentu menularkan jenis penyakit yang
berbeda. Nyamuk Aedes Aegepty dapat menyebabkan demam berdarah. Anak-anak usia sekoalh
merupakan kelompok risiko tinggi terjangkit demam berdarah. Nyamuk demam berdarah senang
berkembang biak pada penampungan air maupun non penampungan air. Beberapa tempat
perindukan nyamuk yang harus diwaspadai antara lain bak air, saluran air, talang air, barang-
barang bekas dan lainnya.
16. Kantin/ Warung Sekolah:
Kanti / warung sekolah sangat dibutuhkan peserta didik untuk tetap memenuhi kebutuhan
makanan jajanan pada saat istirahat. Makanan jajanan yang disajikan tersebut harus memenuhi
syarat kesehatan karena pengelolaan makanan jajanan yang tidak baik dapat menimbulkan
penyakit bawaan makanan dan berpengaruh terhadap kesehatan sehingga akan mempengaruhi
proses belajar mengajar.
17. Kondisi Halaman Sekolah
Kondisi halaman sekolah pada musim kemarau akan berdebu, sehingga menimbulkan penyakit
ISPA dan pada musim hujan akan menimbulkan becek sehingga berpotensi terjadi kecelakaan.
Salah satu pembinaan dan pengembangan sekolah sehat adalah melalui pembinaan dan penilaian
lingkungan fisik sekolah,peserta didik dan tenaga pendidikkan, serta pada berbagai kegiatan, manajemen /
organisasi serta pengaruh timbale balik antara sekolah dan masyarakat sekitarnya dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yang optimal.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Petugas Pemeriksa,
B. Pembahasan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal
pula (Soekidjo, 2011). Definisi lain dikemukakan oleh WHO (World Health Organization)
yaitu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia. Dari Undang Undang Kes RI Nomor 36 Tahun
2009 pasal 162: Upaya Kesehatan Lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas yang
sehat, baik fisik, kimia dan biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai kesehatan yang setinggi tingginya maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan
lingkungan yang berkualitas adalah kesehatan lingkungan yang telah memenuhi kaidah
standar yang telah ditetapkan sehingga setiap orang dapat mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Kebijakan dalam penyelenggaraan sanitasi dan hygiene sekolah (Kepmenkes RI
Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah). Menurut H. L. Blum Faktor Lingkungan sangat besar pengaruhnya
terhadap status keshatan. (60 – 100 %).
Hasil pengamatan / inspeksi Kesehatan lingkungan dan hygiene sanitasi sekolah
di SDN Lewokukung terdapat upaya kesehatan lingkungan sekolah yang sudah memenuhi syarat
(Lokasi 100%, Konstruksi 80 %, Ruang & Bangunan 76 %, Penyediaan Air Bersih 100 %,
Pengelolaan Limbah 50 %), dan ada juga yang belum memenuhi syarat kesehatan (Kantin Sekolah
0 %, Halaman & Parkir 20 %).
Namun demikian ada hal-hal ditemukan (Faktor Lingkungan sekolah ) yang perlu adanya perbaikan
atau pengembangan antara lain :
a. Pagar Sekolah belum ada;
b. WC 4 ( Ratio 1: 25) Perlu penambahan 2 bh wc disuaikan dengan warga sekolah setempat;
c. Kondisi tembok ada yang pecah;
d. Kondisi Kayu sebagian sudah lapuk;
e. Tidak ada Tempat Sampah Sementara (TPS Permanen);
f. Tidak ada Kantin Sekolah
g. Kebersihan lingkungan sekolah harus diperhatikan.
PENUTUP
A. Kesimpulan:
Bahwa hasil inspeksi hygiene sanitasi sekolah di SDN Namaweka pada upaya kesehatan
lingkungan sekolah secara umum sebagian besar sudah memenuhi syarat kesehatan namun perlu
adanya perbaikan / pengembangan pada faktor lingkungan sekolah yang belum memenuhi syarat
kesehatan. Selain itu perbaikan / pengembangan juga pada faktor lingkungan sekolah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan
B. Saran:
1. Untuk pihak sekolah :
Agar membuat perbaikan / pengembangan / tindaklanjut terhadap factor kesehatan lingkungan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
2. Kepada pihak puskesmas:
Agar selalu memberikan informasi kesehatan secara berkala terkait hygiene sanitasi sekolah.
Tanggal, 06 – 10 - 2021
Petugas Pemeriksa,
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Lewoleba, PJ. Program Kesling