Kesehatan lingkungan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 adalah upaya pencegahan penyakit dan/ atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial yang diselenggarakan melalui upaya penyehatan, pengamanan dan pengendalian faktor risiko lingkungan. Selain mengatur tentang kesehatan lingkungan masyarakat, pemerintah juga mengatur kesehatan lingkungan sekolah.1 Sekolah adalah suatu lembaga yang mempunyai peran strategis terutama mendidik dan menyiapkan sumber daya manusia. Keberadaan sekolah sebagai suatu sub sistem tatanan dan kehidupan sosial, mempatkan sekolah sebagai bagian dari sistem sosial. Sekolah diharapkan dapat menjalankan fungsinya yaitu sebagai lembaga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang optimal dan mengamankan dari pengaruh negatif lingkungan sekitar. Kebijakan dalam penyelenggaraan sanitasi dan fisik sekolah sejalan dengan kebijakan program Lingkungan Sehat.Bangunan dan halaman sekolah adalah semua ruang dan halaman yang ada di dalam batas pagar sekolah yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan sekolah.2 Menurut Kepmenkes Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah, terdapat 8 persyaratan kesehatan lingkungan sekolah yang harus dipenuhi antara lain: lokasi, konstruksi bangunan, ruang bangunan, kualitas udara ruang, pencahayaan, ventilasi, kebisingan, fasilitas sanitasi sekolah. 1.1 Ruang Bangunan3 Setiap sekolah harus memiliki beberapa Ruang Kelas, Ruang Bimbingan & konseling, Ruang UKS, Ruang Laboratorium, Kantin/ Warung Sekolah, Toilet, Ruang Ibadah, dan Gudang. 1. Ruang kelas, kepadatan ruang kelas minimal 1,75 m2/murid, Jarak papan tulis dengan meja siswa paling depan minimal 2,5 m dan jarak papan tulis dengan meja siswa paling belakang maksimal 9 m. Lantai di depan papan tulis ditinggikan 40 cm dari lantai sekitarnya. Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir di depan ruang kelas, minimal 1 tempat cuci tangan untuk 2 (dua) kelas. Tingkat kebisingan tidak melebihi 35 - 45 db(A) 2. Ruang bimbingan dan konseling harus terpisah dengan ruang lainnya.(untuk SMP dan SMA) 3. Ruang UKS dilengkapi dengan tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir. Luas minimal 27 m2. 4. Ruang Laboratorium, tersedia tempat cuci peralatan laboratorium yang dilengkapi dengan air bersih yang mengalir. Untuk laboratorium kimia harus dilengkapi lemari asam dan shower/ pancuran air dengan kualitas dan kuantitas air yang cukup. Kepadatan ruang laboratorium minimal 4m2/murid. 5. Kantin/ warung sekolah tersedia tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air yang mengalir. Tersedia tempat cuci tangan bagi pengunjung kantin/warung sekolah. Tersedia tempat untuk penyimpanan makanan jadi/siap saji yang tertutup. Tersedia tempat untuk menyimpan peralatan makan dan minum. Lokasi kantin/warung sekolah minimal berjarak 20 m dengan TPS (tempat pengumpulan sampah sementara). 6. Kualitas udara Ruang Udara ruang sekolah tidak berbau (terutama gas H2S dan NH3). Konsentrasi debu tersuspensi maksimum 150 mikrogram/m3 dengan rata- rata pengukuran selama 8 jam dan tidak mengandung debu berserat. 7. Penetapan sekolah sebagai kawasan bebas rokok.
1.2 PENCAHAYAAN3 1. Pencahayaan di setiap ruang tidak silau. 2. Pencahayaan di setiap ruang disesuaikan dengan tujuannya seperti tabel 1 berikut.
Tabel 1. Intensitas pencahayaan ruang disesuaikan dengan jenis ruang dan
peruntukannya3 II. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) 2.1 Definisi Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menenngah Kejuruan/Madrasah Aliyah. Usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik- baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setingi-tingginya. Pengertian ini mengandung batasan bahwa usaha kesehatan sekolah adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas uskesmas, yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak yang sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya. 2.2 Tujuan 2.2.1 Tujuan umum Tujuan diselenggarakannya program UKS, secara umum untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. 2.2.2 Tujuan khusus Memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup : a. Penurunan angka kesakitan anak sekolah. b. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, sosial) c. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah. d. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah. e. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol dan obat-obatan berbahaya lainnya. 2.3 Sasaran Sasaran program UKS meliputi seluruh peserta baik pada tingkat sekolah taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus (sekolah luar biasa). Sementara pada tingkat Sekolah Dasar program UKS lebih diprioritaskan pada kelas 1, 3, 6, antara lain dengan pertimbangan, pada kelas 1, merupakan fase penyesuaian pada lingkungan sekolah baru, juga terkait imunisasi ulangan. dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar, saat yang baik untuk diimunisasi ulangan. Pada kelas 3, dengan tujuan evaluasi hasil pelaksanaan UKS pada kelas, sementara pada kelas 6 sebagai persiapan kesehatan pada peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya. Sasaran Pembinaan UKS : peserta didik, pembina teknis (guru dan petugas kesehatan), pembina non teknis (pengelola pendidikan dan karyawan sekolah), sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan, lingkungan (lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat).
2.4 Program pokok UKS
Tiga program pokok UKSatau TRIAS UKSyakni pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. 2.4.1 Pendidikan kesehatan Merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, mental, sosial dan lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa yang akan datang. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. 2.4.2 Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan di sekolah adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya. Di bawah koordinasi guru Pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat. 2.4.3 Pembinaan sekolah sehat Pembinaan sekolahsehatyakni mencakup lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar. Program pembinaan lingkungan sekolah terdiri dari: a. Lingkungan fisik sekolah Meliputi penyediaan air bersih, pemeliharaan tempat penampungan air bersih, pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah, pengadaan dan pemeliharaan air limbah, pemeliharaan WC, pemeliharaan kamar mandi, ruang kelas, laboratorium, kantin , kebun sekolah dan lain- lain. b. Lingkungan mental dan social Meliputi konseling kesehatan, bakti sosial, darmawisata, karnaval, dan lain-lain. Program pembinaan keluarga dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah oleh pelaksana UKS dan ceramah kesehatan.Sedangkan program pembinaan sekolah sehat mengenai masyarakat yakni meliputi pembinaan dengan cara pendekatan kemasyarakatan oleh kepala sekolah, guru atau pembina UKS dengan cara membina hubungan baik atau kerjasama dengan masyarakat atau lembaga masyarakat dan penyuluhan massa baik secara tatap muka maupun melalui media cetak dan audio visual. 2.5 Sarana dan prasarana UKS Sarana dan prasarana Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) meliputi: a. Ruang UKS atau Klinik Sekolah Sarana yang ada diruang UKS adalah seperti meja obat/ meja alat kedokteran, bed pemeriksa, Mejadan kursi petugas UKS, sekat pembatas/ gurden, Lemari obat atau kotak obat, Alat pengukur tinggi badan, Wastafel atau waskop, Ember plastik untuk menampung kotoran bekas, pembalut dan lain-lain. b. Gedung - Bersih tidak ada kotoran dan sampah - Lantai, meja, dinding dan langit-langit bersih - Dinding dan sarana belajar tidak dicoret-coret. - Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab. - Cahaya penerangan cukup yaitu dapat untuk membaca dan menulis tanpa bantuan penerangan lain bila cuaca terang - Sinar datang dari arah kanan dan kiri. - Langit-langi dan dinding kuat dan rapi. - Penataan ruangan rapi. c. Sumber air bersih dan air minum - Jarak tempat pembuangan sampah, air limbah dan kakus minimal 10 meter. - Air memenuhi syarat kesehatan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dll. - Tersedia air minum yang sudah dimasak dalam jumlah yang cukup. d. Tempatcucitangan - Bersih, tidak kotor dan tidak berlendir. - Terbuat dari bahan anti karat dan mudah diberihkan. - Dilengkapi dengan sabun dan lap tangan. - Jumlah sesuia dengan kebutuhan( 1 tempat cuci tangan tiap kelas). e. Kamar mandi, jamban dan peturasan - Bersih, tidak nampak kotoran. - Lantai tidak tergenang air dan tidak licin. - Tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. - Dinding kamar mandi bersih tidak dicoret-coret. - Bak penampungan air bersih, tidak kotor dan tidak berlumut, tidak ada jentik nyamuk. - Jamban, peturasan tidak tersumbat dan dapat dipakai dengan baik. - Ventilasi baik, tidak pengap, tidak lembab. - Cahaya dan penerangan cukup sehingga semua yang ada diruangan dapat dilihat jelas. - Langit-langit, dinding dan pintu kuat dan rapi. - Persediaan air bersih yang mencukupi kebutuhan. - Tersedia perlengkapan yang terawat baik, bersih dan tidak membahayakan (gayung tidak terbuat dari kaleng yang tajam dan berkarat). - Jumlah memadai 1 WC untuk 20 sisiwa. - Tersedia alat dan bahan pembersih. f. Pembuangan sampah - Tersedia tempat pembuangan sampah di setiap ruangan. - Tersedia bak / tempat penampungan sampah yang memenuhi syarat kesehatan antara lain : bebas lalat dan serangga, dapat menampung sampah dengan bak, tidak menimbulkan bau letaknya jauh dari gedung sekolah (kelas, warung sekolah). - Tempat pembuangan sampah dan air limbah tidak dekat dengan sumber air bersih (jarak minimal 10 meter). g. Pembuangan air limbah - Ada saluran air hujan dan air limbah yang lancar dan tidak tergenang. - Air limbah tidak mencemari sumber air bersih. - Tempat penampungan air limbah tidak menimbulkan bau, tidak menjadi sarang nyamuk dan letaknta jauh dari sumber air bersih( jarak minimal 10 meter) dari gedung sekolah. h. Halaman - Tidak ada genangan air dan tidak berdebu. - Bebas dari bangunan, benda, tanaman yang berbahaya. - Ada tanaman perindang penghijauan dan tanaman hias. - Halaman ditata dengan baik, bersih indah dan serasi. - Ada bagian yang dipergunakan untuk upacara bendera, senam dan bermain. - Ada saluran pembuangan air yang berfungsi baik. III. Pencahayaan Cahaya adalah gelombang elektro magnetik yang mempunyai panjang antara 380 nm - 700nm. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya. Dengan urutan warna : ultra ungu, ungu, nila, biru, hijau, kuning, jinga, merah, infra merah. Ultra ungu dan infra merah hanya dapat dilihat dengan bantuan alat optic khusus. Ultra ungu mempunyai panjang gelombang 290-380 nm berdaya kimia sedangkan inframerah mempunyai panjang gelombang 70-2300 nm berdaya panas seperti yang ditunjukkan pada Gambar (2.3). Kecepatan cahaya adalah 3x108m/dtk (Prasasto, 2008). Cahaya tampak adalah menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan.Oleh karena itu penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak (Arisetyo,2010). Mangun wijaya (2000) berpendapat bahwa penerangan yang baik adalah apabila mata kita dapat melihat apa yang ada di sekitar kita dengan jelas dan nyaman, atau dengan kata lain penerangan harus dapat memenuhi persyaratan fungsional dan persyaratan keamanan. Kurangnya cahaya yang diterima atau cahaya yang berlebih ditangkap oleh mata merupakan penyimpangan terhadap pencahayaan.Cahaya adalah bagian mutlak dari hidup kita, karena kehidupan manusia sangat bergantung padacahaya.Penyelidikan menunjukkan bahwa sekitar 80% dari semuainformasi yang diterima oleh otak kita ternyata melalui mata. Proses ini hanya dapat terjadi bila ada cahaya, baik cahaya alami yaitu cahaya matahari langsung (day light) / cahayamatahari yang dipantulkan oleh bulan (moon light) maupun cahaya buatan (artificial light) (Darmasetiawan&Puspakesuma, 1991). Menurut Ronny (1998), penerangan yang memadai bisa mencegah terjadinya astenopia (WHO: keluhan atau kelelahan visual subjektif atau keluhan-keluhan yang dialami seseorang akibat menggunakan matanya) dan mempertinggi kecepatan dan efisiensi membaca. Penerangan yang kurang tidak menyebabkan penyakit mata, tetapi menyebabkan kelelahanmata. Arah datang cahaya yang tidak tepat pada posisi membaca atau menulisakan menyebabkan silau. 1. Pencahayaan alami Bersumber dari sumber cahaya alami yaitu cahaya matahari. Ritme siang dan dinamika pencahayaan alami memiliki dampak yang mendasar pada cara kita hidup. Pencahayaan alami dalam ruang terbukti menyenangkan dan lebih banyak pencahayaan alami yang dimanfaatkan lebih baik. Pencahayaan alami siang hari dimaksudkan untuk memperoleh pencahayaan di dalam bangunan pada siang hari dari cahaya alami. Manfaat pencahayaan alami dapat memberikan lingkungan visual yang menyenangkan dan nyaman dengan kualitas cahaya yang mirip kondisi alami di luar bangunan. Selain itu juga dapat mengurangi atau bahkan meniadakan pencahayaan buatan sehingga dapat mengurangi penggunaan listrik (Soegijanto,1998). Menurut Mangun wijaya (2000), cahaya siang hari terdiri dari banyak macam unsur, yaitu: 1. Unsur penerangan yang datang langsung dari langit, termasuk pantulan-pantulan awan, 2. Unsur refleksi luar, yaitu pemantulan cahaya daribenda- benda yang berdiri di luar ruangan dan masuk melalui jendela, 3. Unsur refleksi dalam, yaitu cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang terletak rendah dan masuk melalui jendela dan lubang-lubang lain serta menerangi langit-langit atau bagian atas ruangan, kemudian terpantul lagi dan menerangi bidang kerja, 4. Unsur bahan jendela, misalnya jeniskaca, kemudian tingkat kebersihan kaca dan sebagainya. 2. Pencahayaan buatan Bersumber dari sumber cahaya buatan yaitu lampu.Tujuan utama dari pencaayaan buatan adalah untuk membantu penglihatan. Selain pada penglihatan, pencahayaan mempengaruhi kesan seseorang dari sebuah ruang. Meskipun kinerja visual akan meningkat dengan bertambahnya tingkat cahaya, tingkatcahaya dapat menjadi berlebihan jika ruang terlalu terang. Permukaan dengan luminasi tinggi tampak lebih jauh daripada permukaan luminasirendah. Langit-langit terang dan dinding gelap memberikan kesan formalitas dan kekakuan, sedangkan dinding terang dan langit-langit gelap menciptakan suasana informal dan santai. a. Lampu Lampu merujuk ke sumber cahaya rekayasa buatan yaitu lampupijar, lampu neon, dll. Lampu adalah mekanisme yang mengubah listrik menjadi cahaya melalui filament lampu pijar atau gas. Juga digunakan sebagai istilah biasa untuk perangkat pencahayaan. b. Lampu Pijar Lampu pijar memancarkan warna cahaya putih hangat dengan sifat rendering warna yang baik. Lampu pija tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Lampu pijar digunakan dalam aplikasi dimana rendering warna sangat penting. Lampu pijar memiliki indek srendering warna (CRI) mendekati 100. c. Lampu Neon Lampu neon tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran.Ada dua jenis fosfor yang digunakan dalamlampu neon. Fosfor yang pertama adalah jenis halophosphate. Fosfor ini digunakan untuk menciptakanlampu “warm white” dan “cool white”. CRI dari lampu halophosphate antara 50 dan 60.Peningkatan yang digunakan untuk fosfor lampu neon adalah triphosphor atau sistem fosfortanah- jarang. Lampu triphosphor memiliki CRI sangat tinggi yaitu antara 70 dan 90. Disbanding dengan lampu pijar, lampu neon relative difus dan luminasi rendah. 3. Kualitas Pencahayaan Kualitas pencahayaan dibagi menjadidua yaitu Brightness Distribution dan Glare. a. Brightness Distribution Brightness Distribution menunjukkan jangkauan dari luminansi dalam daerah penglihatan. Suatu ratio kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tetapi variasi yang berlebihan dari luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat terang sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat obyek-obyek yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang. Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1. Untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang. b. Glare Cahaya yang menyilaukan ini terjadi jika cahaya yang berlebihan mencapai mata. Hal ini akan dibagi menjadi duakategori: 1. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discomfort Glare) Cahaya ini mengganggu tetapi tidak seberapa mengganggu kegiatan visual. Akan tetapi, cahaya ini dapat meningkatkan kelelahan dan menyebabkan sakitkepala. 2. Cahaya meyilaukan yang mengganggu (Disability Glare) Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam lensa mata. Orang-orang yang lanjut usia kurang dapat menerima cahaya ini. Sumber-sumber glare antara lain yaitu: Lampu-lampu tanpa pelindung yang dipasang terlalu rendah, Jendela-jendela besar pada permukaan tepat pada mata, Lampu atau cahaya dengan terang yang berlebihan, Pantulan dari permukaan terang suatu dinding. Discomfort Glare dapat dideteksi dengan membayangi mata dari sumber yang terang yang ada di daerah periphery. Standart Australia AS 1680 memberikan tingkat-tingkat maksimum luminansi untuk berbagai sudut yang berbeda dari garis vertikal yang sangat rapat dibawah luminare.Biasanya tingkat luminare harus dibatasi dalamdaerah 450-900. Permukaan kerja yang mengkilap dan lantai mengkilap juga perlu untuk menghindari adanya glare. IV. MATA Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia yang secara konstan menyesuaikan pada jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera di hantarkan pada otak. Penglihatan pada manusia melibatkan deteksi gelombang cahaya yang sangat sempit dengan panjang gelombang sekitar 400 sampai 750 nm. Panjang gelombang terpendek dipersepsi sebagai warna biru, dan panjang gelombang terpanjang dipersepsi sebagai warna merah. Mata memiliki fotoreseptor yang mampu mendeteksi cahaya, tetapi, sebelum cahaya mengenai reseptor yang bertanggung jawab untuk deteksi ini, cahaya harus difokuskan ke retina (ketebalan 200 μm) oleh kornea dan lensa. 4.1 Anatomi mata a. Kelopak mata atau palpebra Mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata (Ilyas, 2010). Kelopak mata mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan, sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Pada kelopak terdapat bagian- bagian : Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin (Ilyas, 2010). Anatomi Sistem Lakrimal Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior. Anatomi Konjungtiva Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermaca-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang di hasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu : a. Konjungtiva tarsal yang menututpi tarsus, konjungtiva tarsal sukar di gerakkan dari tasus. b. Konjungtiva bulbi menututpi sklera dan mudah di gerakkan dari sklera di bawahnya. c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak (Ilyas, 2010). Anatomi Bola Mata Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu : 1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebeut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera. Universitas Sumatera Utara 2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuous humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. 3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin dan hanya menempel papil saraf optik, makula dan pars plana. Bila terdapat jaringan ikat didalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina (Ilyas, 2010). Lensa terletak dibelakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peran dan akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea (Ilyas, 2010). Terdapat 6 otot pergerakkan bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita. A. Kornea Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari atas lapis : 1. Epitel a. Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel. Universitas Sumatera Utara c. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. d. Epitel berasal dari ektoderm permukaan. 2. Membran Bowman a. Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. b. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi. 3. Stroma a. Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang. 4. Membran descement a. Merupakan membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. b. Bersifat sangat elastik dan berkembang seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm. 5. Endotel a. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 µm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden. b. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk kedalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya (Ilyas, 2010). c. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea (Ilyas, 2010). B. Uvea Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian posterior yaitu : 1. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar. 2. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil. 3. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil. Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris terdiri dari atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, badan siliar terletak antara iris dan koroid. Batas antara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm temporal dan 7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu longitudinal, radiar dan sirkular (Ilyas, 2010). Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Radang badan siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di daerah limbus, yang akan mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran karakteristik peradangan intraocular (Ilyas, 2010). Otot longitudinal badan siliar yang berinsersi di daerah baji sklera bila berkonstraksi akan membuka anyaman trabekula dan mempercepat pengaliran cairan mata melalui sudut bilik mata (Ilyas, 2010). Universitas Sumatera Utara Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan mengakibatkan mengendornya zonula Zinn sehingga terjadi pencembungan lensa (Ilyas, 2010). Kedua otot ini dipersarafi oleh saraf parasimpatik dan bereaksi baik terhadap obat parasimpatomimetik. C. Pupil Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan pada orang tua, pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis (Ilyas, 2010). Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari : 1. Berkurangnya rangsangan simpatis 2. Kurangnya rangsangan hambatan miosis Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan meningkatakan miosis. Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang diafragmanya di kecilkan (Ilyas, 2010). D. Sudut Bilik Mata Depan Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini di dapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris (Ilyas, 2010). E. Lensa Mata Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di Universitas Sumatera Utara belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi (Ilyas, 2010). Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu : a. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung. b. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan. c. Terletak di tempatnya. Keadaan patologik lensa ini dapat berupa : a. Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia, b. Keruh atau apa yang disebut katarak, c. Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi. F. Badan Kaca Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air (Ilyas, 2010). G. Retina Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya (Ilyas, 2010). Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan : 1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut. 2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi. 3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapisan nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid. 4. Lapis fleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat asinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. Universitas Sumatera Utara 5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral. 6. Lapis fleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion. 7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua. 8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju saraf optik. Di dalam lapisan- lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina. 9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca. Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam (Ilyas, 2010). Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dan koroid. Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina seperti : tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapangan pandang. Pemeriksaan obyektif adalah elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG), dan visual evoked respons (VER) (Ilyas, 2010). H. Saraf Optik Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut saraf, yaitu : saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun perbuatan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik (Ilyas, 2010). I. Sklera Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1.Anatomi Bola Mata (Sumber : Khurana, 2007) J. Rongga Orbita Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus (Ilyas, 2010). Rongga orbita yang berbentuk pyramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuki sudut 45 derajat dengan dinding medialnya. Dinding orbita terdiri atas tulang : 1. Atap atau superior : os.frontal 2. Lateral : os.frontal, os. zigomatik, ala magna os sfenoid 3. Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. palatin 4. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid. Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen (VI), dan arteri vena oftalmik. Universitas Sumatera Utara Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf infra-orbita, zigomatik dan arteri infra orbita. Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal. K. Otot Penggerak Mata Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot (Ilyas, 2010). Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu : 1. Oblik inferior mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal, berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi (Ilyas, 2010). 2. Otot Oblik Superior Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenoid di atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol balik dan kemudian berjalan di atas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian temporal belakang bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat (Ilyas, 2010). 3. Otot Rektus Inferior Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III (Ilyas, 2010). Fungsi menggerakkan mata : - Depresi - Eksoklotorsi (gerak sekunder) - Aduksi (gerak sekunder) 4. Otot Rektus Lateral Universitas Sumatera Utara Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan mata terutama abduksi (Ilyas, 2010). 5. Otot Rektus Medius Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat retrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek. Menggerakkan mata untuk aduksi (gerakan primer) (Ilyas, 2010). 6. Otot Rektus Superior Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang limbus dan dipersarafi cabang superior N.III (Ilyas, 2010).
4.2 Fisiologi mata
Proses visual mata dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang kontraksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epithelial Universitas Sumatera Utara kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoephitelial cells (Saladdin, 2006). Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya yang dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata (Saladdin, 2006). Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humor (n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina (Saladdin,2006). Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan mengisoloasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiformis luar berada diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic (Seeley, 2006). Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi dan korteks serebri (Seeley, 2006).