Anda di halaman 1dari 3

Nama: Muhammad Hilman Ramadhan

NIM: 20190102276
Mata Kuliah: Pemeriksaan Akuntansi 2

Jawab

1. Hutang Jangka Panjang Pengertian hutang jangka panjang adalah perjanjian yang
menimbulkan kewajiban antara peminjam. Dengan syarat, antara peminjam dan kreditor
bersepakat bahwa pihak kreditor bersedia memberi pinjaman dalam jumlah tertentu dan
peminjam bersedia membayar hutang secara periodik (berjangka, kredit atau angsur).

2. Jenis-Jenis Hutang Jangka Panjang


a) Hipotek: Hipotek menjadi salah satu hutang jangka panjang dengan menggunakan jaminan
aset tetap dan barang berharga tidak bergerak. Aset yang dimaksud bisa berupa tanah, bangunan,
gedung, perlengkapan kantor, mesin, hak cipta, sampai sertifikat tanah. Semua jaminan yang
sudah disebutkan itu bisa disita pihak penyedia dane ketika peminjam tidak bisa melunasi semua
hutang sesuai dengan kesepakatan waktu yang sudah ditentukan. Nanti aset tersebut akan
dilelang dan hasil dari pelelangan digunakan untuk melunasi hutang.
b) Utang Obligasi: Hutang obligasi merupakan hutang jangka panjang yang cara pemberian
pinjamannya melalui atau menggunakan surat-surat berharga obligasi. Hutang ini umumnya
dilakukan berdasarkan perjanjian beserta dengan nominal hutang yang dicantumkan dalam surat
obligasi. Sebelum membuat perjanjian atau kesepakatan, nominal yang ada di dalam surat
obligasi harus diperlihatkan dulu. Jika nominal yang tertera di dalam surat obligasi sudah sesuai,
pinjaman uang akan diberikan dengan jumlah yang sesuai dengan nominal tadi.
c) Wesel Bayar Jangka Panjang: Jenis hutang jangka panjang selanjutnya adalah long term notes
atau wesel bayar jangka panjang. Wesel yang diterbitkan untuk mendapatkan pinjaman uang.
Konsepnya tidak jauh berbeda dengan wesel jangka pendek. Namun wesel jenis ini memiliki
jangka waktu lebih panjang. Pada wesel ini juga angsurannya ada angsuran bunga dan pokok
pinjaman dengan nilai yang tidak sama.
d) Kewajiban Lease: Merupakan sebuah kesepakatan sewa, dimana pihak penyewa sudah
sepakat dengan pihak lessor untuk membayar sewa atas penggunaan aset. Ini masuk pada jenis
hutang jangka panjang karena memang periodenya lebih dari 12 bulan atau satu tahun.
e) Pasca Pensiun: Kewajiban pensiun masuk pada hutang jangka panjang karena dana pensiun ini
diberikan secara berkala. Sudah menjadi kewajiban bagi pemberi kerja untuk mendanai program
pensiun. Jadi ada iuran yang perlu disetorkan secara berkala ke dana pensiun yang ada, sehingga
ini masuk menjadi salah satu hutang panjang.
f) Perjanjian dengan Pembayaran Angsuran: Hutang jangka panjang yang terakhir adalah semua
perjanjian yang menggunakan sistem pembayaran angsuran. Periode atau jangka waktu angsuran
yang membuat perjanjian tersebut disebut sebagai hutang jangka panjang. Biasanya untuk
membeli rumah maupun kendaraan bermotor tidak cukup melakukan angsuran kurang dari 12
bulan, oleh karena itu perjanjian apa saja yang menggunakan pembayaran angsuran dengan
jangka waktu lebih dari satu tahun masuk juga pada jenis hutang jangka panjang.

3. Hutang jangka pendek adalah hutang yang memiliki jatuh tempo singkat atau paling lambat 1
tahun. Sedangkan hutang jangka panjang adalah hutang yang memiliki waktu jatuh tempo cukup
lama sesuai dengan perjanjian. Hutang jangka panjang biasanya memiliki jangka waktu mulai
dari 5 tahun hingga lebih dari 10 tahun.

4. Tujuan audit dari perkiraan hutang jangka Panjang adalah mendapatkan saldo sebenarnya dari
hutang yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dalam bidang investasi.
Keuntungan dan kerugian dari selisih kurs ketika melakukan pinjaman dalam mata uang asing
menjadikan perusahaan harus dilindungi melalui program off-shore load.
Contoh audit hutang jangka panjang akan memberikan pemahaman bahwa perusahaan harus
merepresentasikan hutang yang akan dibayarkannya pada tahun depan. Pinjaman jangka pendek
dapat berubah menjadi liabilitas jangka panjang ketika terjadi perjanjian pembayaran baru dari
klien.

5. Audit prosedur pemeriksaan kewajiban jangka panjang yang disarankan oleh akuntan publik
sebagai berikut.
a) Mempelajari pengendalian internal perusahaan.
b) Memeriksa adanya perubahan terhadap hutang jangka panjang terutama terjadinya diskon
dan premium.
c) Apabila terdapat pinjaman bank, maka dapat mengirimkan surat konfirmasi adanya
plafon hutang, saldo per tanggal laporan keuangan dan tingkat bunga yang dibebankan.
d) Carilah perjanjian kredit yang digunakan.
e) Lakukan pengujian analitik terhadap beban bunga tahun lalu dengan beban bunga tahun
berjalan.

6. Test complateness atas hutang jangka panjang:


Untuk membuktikan bahwa hutang jangka panjang yang dicantumkan di neraca mencakup
semua kepentingan kreditur terhadap aktiva entitas pada tanggal neraca dan mencakup semua
transaksi yang berkaitan dengan hutang jangka panjang dalam tahun yang diaudit, auditor
melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini :
Pengujian analitik, Pemeriksaan bukti transaksi yang berkaitan dengan hutang jangka panjang &
biaya bunga, Review terhadap perjanjian hutang jangka panjang & pelajari pasal - pasal yang
terdapat di dalamnya, dan Konfirmasi dari kreditur & bond trustee

7.

8. Tujuan audit dari perkiraan ekuitas:


a) Untuk memeriksa apakah terdapat internal kontrol yang baik atas permodalan, termasuk
internal kontrol atas transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham.
Beberapa ciri dari internal kontrol yang baik atas permodalan adalah:
a) Setiap perubahan modal (penambahan atau pengurangan) harus diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah.
b) Pembagian dan pembayaran dividen harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.
c) Digunakannya Biro Administrasi Efek (stock transfer agent) untuk mengurus
pengadministrasian saham dan pembayaran dividen, terutama untuk perusahaan yang
sudah go public.
d) Setiap perubahan (adjustment) Retained Earnings/ deficit diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan didukung oleh bukti-bukti yang lengkap.
b) Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di neraca sudah sesuai dengan
apa yang tercantum di akte pendirian perusahaan, maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal
ditempatkan dan modal disetor, baik dalam jumlah lembar saham maupun nilai nominal yang
tercantum di akte pendirian harus sesuai dengan yang tercantum di neraca. Selain itu auditor
harus memeriksa dan yakin bahwa modal disetor betul-betul sudah disetor oleh para pemegang
saham.
c) Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari pemerintah yang menyangkut
permodalan (misalkan dari departemen kehakiman, BKPM, BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK
Presiden RI) telah dimiliki oleh perusahaan.
d) Untuk memeriksa apakah setiap perubahan pada Retained Earnings atau Accumulated Losses
didukung oleh bukti-bukti yang sah.
e) Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum (SAK) dan hal-hal yang penting sudah diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
f) Untuk memeriksa apakah apakah penyajian permodalan di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan SAK.

Anda mungkin juga menyukai