Anda di halaman 1dari 9

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEMBAJAKAN FILM MELALUI KOMUNITAS DI

TELEGRAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Hukum dan Masyarakat Kelas B

Oleh:

Annisa Nur Wijayanti 19/445103/HK/22117

Vadya Allysa Putri 19/445211/HK/22225

Atika Hapsari 19/445109/HK/22123

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GADAH MADA
YOGYAKARTA
2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki pilihan dalam menggunakan waktu luangnya
dikala sudah penat dengan aktivitas yang cukup menyita waktunya. Sebagian
besar orang menggunakan waktu luangnya untuk bersantai di kasur sekaligus
menonton serial film atau drama korea yang sedang banyak diperbincangkan.
Banyak sekali situs atau platform yang menyediakan film - film dengan kualitas
yang berbeda - beda serta mulai dari yang gratis hingga berbayar.
Tidak dapat dipungkiri, banyak orang yang berlomba - lomba menonton
serial film atau drama korea kesukaannya secara gratis. Salah satu apiikasi
media sosial yang dapat memfasilitasi keinginan setiap individu untuk menonton
secara gratis adalah Telegram. Telegram sendiri adalah sebuah aplikasi media
sosial percakapan yang fiturnnya mirip atau bahkan hampir serupa dengan
Whatsapp. Namun, perbedaannya terletak pada fitur - fitur yang ditawarkan oleh
Telegram.
Aplikasi Telegram ini menawarkan fitur - fitur seperti dapat mengunggah
file baik foto maupun video dengan kapasitas besar, serta pada aplikasi tersebut
tidak ada batasan jumlah keanggotaan dalam sebuah grup di Telegram. Hal ini
banyak dimanfaatkan masyarakat luas untuk mengunggah film - film atau
potongan series drama korea secara bebas dan tidak berbayar atau biasa
disebut dengan film bajakan. Keuntungan tersebutlah yang disenangi oleh
masyarakat luas karena jika kita menonton film secara resmi harus berbayar.
Perilaku tersebut termasuk dalam Cyber Crime, Cyber Crime adalah sebuah
akses illegal dalam suatu transmisi data1.
Hal ini menyalahi ketentuan dalam Pasal 28D ayat 1 Undang - Undang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa warga negara berhak atas sebuah
pengakuan, jaminan, perlindungan yang adil dan beradab atas kepastian dimata
hukum yang berlaku. Pembajakan film tersebut menyalahi adanya perlindungan
karya atau biasanya disebut perlidungan terkait hak kekayaan intelektual.

1
Punto Wicaksono, https://www.qubisa.com/article/pengertian-cyber-crime-dan-cara-menghindarinya ,
diakses pada 21 Juni 2022, pada pukul 17.02
Kekayaan intelektual adalah sebuah hak yang memiliki sifat eksekutif dan
bertujuan untuk mengakomodasi seluruh karya yang diciptakan insan atau
manusia. Sedangkan, hak kekayaan intelektual sendiri digunakan sebagai
wadah bagi para pencipta karya untuk mengakomodasi seluruh karyanya.
Namun, dewasa ini karya - karya tersebut seperti tidak dihargai dengan adanya
banyak kasus terkait penyebaran karya dengan illegal dan gratis. Disinilah hak
cipta hadir sebagai wadah perlindungan bagi para pencipta karya dari seluruh
ulah manusia yang tidak bertanggung jawab dengan melakukan plagiasi secara
besar - besaran.
Hak cipta sendiri ketentuannya sudah dimuat dalam Pasal 1 ayat 1
Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang menyebutkan
bahwa Hak Cipta adalah sebuah hak yang bersifat eksekutif bagi semua karya
atau ciptaan yang hadir secara otomatis yang didasari sebuah prinsip yang
bersifat deklaratif dimana seluruh karya yang sangat berwujud dalam bentuk
nyata dan tidak adanya pengurangan pembatasan sesuai dengan kaidah hukum
positif di indonesia.
Dampak dari adanya pembajakan film secara illegal tersebut yakni sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dengan kejahatan yang jika
terus dibiarkan akan menjadi kebiasaan dan berlanjut sehingga berpengaruh
pada beberapa hal, yakni: 1) pembuat karya tidak mendapatkan keuhntungan
seperti sejumlah uang yang seharusnya ia dapatkan dari karya yang dia buat
dan dapat dikomersialkan; 2) kualitas yang didapatkan oleh msyarakat rendah
sehingga menyebabkan antusiasme turun; 3) negara rugi dikarenakan sektor
yang bisa didapatkan dari penghasilan karya tersebut berupa pajak tidak dapat
didapatkan; 4) hubungan internasional dengan negara lain yang menjalin
hubungan kerja sama dibidang perfilm-an atau sektor industri film menjadi buruk
dikarenakan merasa tidak ada payung hukum yang dapat menjamin hak cipta di
Indonesia sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum berlaku terkait pelanggaran bagi komunitas penonton
film bajakan di aplikasi telegram ditinjau dari Antropologi Hukum?
2. Apa faktor penyebab dari tidak dipatuhinya hukum negara oleh komunitas
telegram ditinjau dari Sosiologi Hukum?
3. Bagaimana interaksi dalam komunitas tersebut terjadi atas aturan yang
terbentuk melalui Pendekatan Ekonomi?

PEMBAHASAN
A. Hukum Berlaku Terkait Pelanggaran bagi Komunitas Penonton Film
Bajakan Ditinjau dari Antropologi Hukum
Perkembangan teknologi semakin hari semakin berkembang pesat
tentunya menimbulkan banyak inovasi dari berbagai bidang teknologi yang
tentunya menyebabkan kemajuan teknologi informasi juga berkembang pesat
yang mengubah kehidupan manusia serta hukum yang ada. 2 Perkembangan
tersebut dapat dilihat dari penggunaan internet yang sangat membantu
kebutuhan manusia dalam memudahkan banyak hal, namun hak tersebut juga
menjadikan lahan untuk melakukan tindakan kriminal. 3 Kemudahan yang
ditawarkan membuat banyak platform untuk berkomunikasi, seperti WhatsApp,
Line, Instagram, Tiktok, Telegram dan masih banyak lagi. Akses yang ditawarkan
juga sangat mudah, salah satunya adalah bagi komunitas penonton film secara
ilegal melalui platform Telegram. Telegram merupakan salah satu aplikasi yang
dapat diundah melalui Play Store dan App Store. Melalui anggota grup dalam
platform Telegram ini menyediakan banyak sekali film atau series yang
seharusnya berbayar namun dapat diakses secara gratis dan dapat ditonton
dengan kualitas yang bagus. Tentunya hal ini merupakan salah satu tindakan
pelanggaran karena perbuatannya ilegal.
Dalam pembahasan kali ini akan melihat kasus ini dari pandangan
antropologi hukum yaitu ilmu yang melihatnya melalui pengelolaan dan
koordinasi dari kehidupan komunitas penonton film di Telegram, korelasinya
2
Sujana Donandi S. (2019), Hukum Intelektual di Indonesia (Intellectual Property Right Law In
Indonesia),Yogyakarta: Deepublish, hal 128-129
3
Abdul Rockim, Sri Ayu Lestari, (2019) Implementasi Media Visualisasi 360 Pada Platform Android Untuk
Promosi Penjualan Kendaraan Bekas, Jurnal Teknika ISSN: 2085-0859 Volume 11, No.2 , h.1127
dengan praktik yang terbukti atas aturan yang diatur dalam komunitas tersebut.
Awal mula komunitas ini terbentuk adalah disebabkan karena terdapat faktor
influential yang mendorong seseorang untuk melakukan pelanggaran
pembajakan Hak Cipta Sinematografi, hal ini disebabkan karena sulitnya
mengawasi kegiatan produksi serta perbedaan yang sangat signifikan antara
produk legal dengan ilegal. Akhirnya mendorong komunitas ini terbentuk karena
dianggap lebih menguntungkan serta akses yang mudah. Komunitas ini masuk
ke dalam tiga jenis kategori, yaitu penerima, pengirim dan operator jaringan yang
ada di internet. Hal ini sama dengan berbagi film bajakan melalui media sosial
dimana pelaku kegiatan ini merupakan pengguna media sosial yaitu si penyedia
film, penonton yang menikmati hasil karya bajakan merupakan penerima dan
pemilik media sosial. Berdasarkan wawancara yang kami lakukan, mendapat
beberapa informasi bahwa aplikasi Telegram ini sengaja dibuat untuk tujuan
mengirimkan konten bajakan, bahka pembuat channel dan komunitas grup
tersebut menyebutkan bahwa mereka saling berbagi konten bajakan melalui
akun Telegram. Grup dari komunitas ini biasanya bisa tergantung jenis-jenis
filmnya serta sangat banyak pilihannya.
Secara sosialnya mereka menilai kebijakan yang diterapkan di Telegram
tidak terlalu memantau dan tidak tegas dalam menghapus grup serta channel
yang dipakai dalam berbagi konten tersebut secara ilegal. Aturan yang berlaku
kebanyakan dari masing-masing grup ini berupa menjaga kerahasiaan grup
tersebut terhadap pihak-pihak yang berwenang dan tidak melakukan penyebaran
kembali terhadap film atau series ke platform lain. Adapula anggota atau
komunitas yang bergabung dalam grup tersebut mengaku tidak pernah
menceritakan kegiatan ilegal yang dilakukannya. Dari beberapa pernyataan ini,
pada dasarnya fitur dari Telegram ini sebenarnya sama sekali tidak melanggar
aturan hukum yang berlaku, melainkan karena terdapat pihak yang
memanfaatkan platform ini untuk membuat grup atau channel film bajakan gratis
yang seharusnya berbayar melalui Netflix, Disney Plus, Iflix dan lain-lain. Dari
aturan serta kesepakatan yang terdapat dalam grup tersebut, masih terdapat
pelanggaran aturan dalam grup tersebut dengan semakin menyebarluaskan
cuplikan film bajakan tersebut ke platform lain, seperti Instagram dan Tiktok.
Secara hukum yang berlaku di Indonesia, tentunya pihak yang terlibat telah
melakukan pelanggaran terhadap beberapa peraturan perundang-undangan,
yakni Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta jo. Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Transaksi dan Informasi Elektronik jo. Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2009 tentang perfilman.

B. Faktor Penyebab Tidak Dipatuhinya Hukum Negara Ditinjau dari Sosiologi


Hukum
Hukum erat kaitannya dengan masyarakat. Salah satu ilmu yang
mempelajari hubungan antara hukum dan masyarakat adalah sosiologi hukum.
Sosiologi hukum merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana kepatuhan
masyarakat terhadap hukum yang berlaku. Sosiologi hukum adalah suatu
cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejalan sosial dengan gejala-
gejala sosial lainnya.4 H.L.A Hart tidak pernah secara gamblang mendefinisikan
mengenai sosiologi hukum, tapi sebagai salah satu pemikir positivisme hukum, ia
tidak mengingkari kenyataan bahwa kebiasaan mempengaruhi hukum. Hal itu
menunjukan bahwa kebiasaan yang ada di masyarakat sangat berpengaruh
dengan hukum yang berlaku. Kebiasaan ini berpengaruh pada legitimasi hukum.
Sebaliknya, hukum juga berpengaruh pada kebiasaan di masyarakat di saat
masyarakat membutuhkan pengakuan dalam bentuk aturan yang diakui oleh
seluruh masyarakat.
Sosiologi hukum juga erat kaitannya dengan tingkah laku, pola, dan
interaksi sosial di masyarakat. Masyarakat merupakan makhluk sosial yang akan
selalu membutuhkan orang lain. Tiap individu memiliki kepentingan berbeda
yang hendak dicapai yang seringkali menimbulkan masalah karena adanya
ketidakserasian di masyarakat. Oleh karena itu, dibentuklah suatu aturan untuk
mengakomodasi tiap perbedaan tersebut. Dengan adanya aturan tersebut

4
Munawir, Sosiologi Hukum, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010), 1.
diharapkan tiap individu tetap bisa mencapai kepentingannya dengan tidak
mengganggu kepentingan individu lain.
Faktanya, tidak semua orang dapat mematuhi aturan yang berlaku
tersebut. Salah satu penyimpangan yang terjadi adalah fenomena pembajakan
film melalui komunitas di telegram. Sebagaimana yang kita ketahui hal tersebut
merupakan pelanggaran hukum yang mengganggu kepentingan pihak atau
individu lain. Apabila dilihat dari kacamata sosiologi hukum, fenomena tersebut
terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan hukum yang berlaku.
Masyarakat merasa hal tersebut merupakan hal biasa karena tidak hanya dirinya
sendiri yang melakukan. Seiring berjalannya waktu hal tersebut menjadi
kebiasaan di masyarakat sehingga aturan yang berlaku semakin dihiraukan.
Contohnya masih banyak masyarakat yang menyebarluaskan untuk menonton di
telegram secara ilegal melalui platform lain seperti twitter.
Sebagaimana dikatakan sebelumnya, kebiasaan di masyarakat akan
mempengaruhi legitimasi hukum yang berlaku. Kebiasaan yang dilakukan oleh
komunitas telegram inilah yang menyebabkan legitimasi hukum berkurang.
Meskipun telah diatur dengan tegas oleh pemerintah melalui peraturan
perundang-undangan, pembajakan film terus saja terjadi. Oleh karena itu,
diperlukan sosialiasi dari pemerintah kepada masyarakat terkait dengan
peraturan tersebut. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk mentaati hukum
yang berlaku juga sangat diperlukan untuk menghilangkan kebiasaan di
masyarakat yang menyimpang dari hukum yang berlaku. Hal itu dilakukan agar
legitimasi hukum meningkat. Lebih lanjut lagi, agar kepentingan tiap indvidu
dapat terpenuhi tanpa mengganggu kepentingan individu lain sehingga
keserasian di masyarakat dapat tercapai.

C. Interaksi dari Komunitas Telegram Terjadi Atas Aturan Yang Terbentuk


ditinjau dari Pendekatan Ekonomi
Ekonomi erat kaitannya dengan berbagai aspek dan sering dikaitkan
dengan berbagai pola kehidupan manusia. Dari kasus tersebut ditinjau dari
pendekatan ekonominya memiliki dampak yang cukup menguntungkan bagi
sebagian orang dan tentu juga merugikan bagi sebagian orang. Jika dilihat, dari
pelaku yang dengan sengaja dan secara sadar melakukan pembajakan film
cukup menguntungkan bagi mereka. Karena, dengan adanya film - film yang
diunggah melalui telegram dan dapat dilihat bahkan diunduh secara bebas dan
gratis, hal ini menjadi keuntungan bagi masyarakat luas yang menikmati film
bajakan tersebut.
Sedangkan, bagi pemilik atau pencipta karya akan berada dalam pihak
yang dirugikan. Hal ini dikarenakan, sudah seharusnya film tersebut dapat di
komersialkan sesuai dengan Pasal 8 Undang – Undang Nomor 28 tahun 2014
tentang Hak Cipta, dalam pasal tersebut telah diatur mengenai hak ekonomi
yang dapat diperoleh oleh pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaannya. Dalam Pasal 80 Undang –
Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta 5 juga diatur mengenai lisensi
yang mana diperjelas dalam Pasal 80 ayat 3 Undang – Undang Nomor 28 tahun
2014 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa jika diperjanjikan lain, kewajiban
penerima lisensi untuk memberikan royalti kepada pemegang hak cipta atau
pemilik hak terkait selama jangka waktu lisensi dan besaran royalti yang
diberikan diatur lebih lanjut dalam Pasal 80 ayat 3 Undang – Undang Nomor 28
tahun 2014 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa besaran royalti yang diberikan
diberikan berdasarkan perjanjian lisensi antara pemegang hak cipta atau pemilik
hak terkait selama jangka waktu lisensi.
Jika dilihat, merujuk pada Pasal 28 huruf F Undang – Undang Dasar
1945, pengunduhan dan penyebaran film seperti kasus tersebut dibenarkan
melaui jaminan terhadap kebebasan atas kelancaran dan peredaran informasi
yang dibenarkan secara konstitusional. Namun, penyebaran film seperti dalam
kasus diatas jika tidak mendapatkan ijin
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

5
Ida Ayu Putri Dita Helena, I Wayan Suardana, Legalitas Penyebarluasan Film Bioskop Pada Situs Film
Online Terkait Hak Cipta, hal 1
1. Perkembangan teknologi semakin hari semakin berkembang pesat
tentunya menimbulkan banyak inovasi. Melalui perkembangan teknologi
ini
2. Meskipun telah diatur dengan tegas dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku perbuatan ini terus saja terjadi. Hal itu
dikarenakan faktor penyebab dari fenomena pembajakan film melalui
telegram dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hukum
yang berlaku. Masyarakat menganggap perbuatan yang dilakukan
bukanlah perbuatan yang melanggar hukum karena setiap orang juga
melakukan hal yang sama sehingga perbuatan tersebut dianggap hal
yang biasa di masyarakat. Oleh karena itu, peraturan yang tegas saja
tidak cukup efektif untuk menegakan hukum di masyarakat. Diperlukan
juga sosialisasi dari pemerintah berkaitan hukum yang berlaku tersebut
agar timbul kesadaran dari masyarakat untuk mematuhi hukum tersebut.
3.

Anda mungkin juga menyukai