Anda di halaman 1dari 6

CYBER HARASSMENT TERHADAP PEREMPUAN di MEDIA SOSIAL TIKTOK

Artaji Rahmansyah(20100041), Aditian Alam Rizki(20100042), Dimas Joni Agustian(20100054),


Ilmu Komunikasi, Universitas Dehasen, Bengkulu

ARTICLE INFO ABSTRACT

In the wider community, of course, they are familiar with social media. Social media
is used as a means of communication as well as receiving information widely without
Keywords: time and place restrictions. Currently, the development of social media is very rapid
Social Media; and one of them is Tik Tok. The Tik Tok application is the No. 1 best application that
Tik Tok; has a purpose in entertaining through short videos and is used for business.
Online Gender-Based Influencers or Tik Tok users use this application as a business through uploaded
Violence; content. But without realizing it, the content uploaded can also cause KGBO to
Woman; happen very easily. This paper examines the OGBV that occurs in the Tik Tok
application that attacks women. This paper uses a qualitative approach, with
literature study methods as well as from primary and secondary data collection. The
result of this writing is that OGBV cases are found on Tik Tok through the
distribution of content and comments that can make someone feel intimidated and
feel uncomfortable. So that victims can also take action by reporting to the
authorities.

ABSTRAK

Dalam kalangan masyarakat luas tentu saja mengenal media sosial. Media sosial
digunakan sebagai alat komunikasi serta menerima informasi secara luas tanpa
batasan waktu dan tempat. Saat ini perkembangan media sosial sangat pesat dan
salah satunya adalah Tik Tok. Aplikasi Tik Tok menjadi aplikasi terbaik No 1 yang
memiliki tujuan dalam menghibur melalui video pendek serta serta dimanfaatkan
untuk berbisnis. Para influencer atau para pengguna Tik Tok memanfaatkan aplikasi
Kata Kunci :
ini sebagai bisnis melalu konten yang di upload. Namun tanpa disadari bahwa
Media Sosial;
konten yang di upload juga dapat menyebabkab KGBO dapat terjadi dengan sangat
Tik Tok;
mudah. Penulisan ini mengkaji tentang KBGO yang terjadi pada aplikasi Tik Tok
Kekerasan Berbasis
yang menyerang para perempuan. Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif,
Gender Online;
dengan metode studi kepustakaan serta dari pengumpulan data primer dan
Perempuan;
sekunder. Hasil dari penulisan ini bahwa ditemukan kasus KBGO di Tik Tok melalui
sebaran konten dan komentar yang dapat menyebakan seseorang merasa
terintimidasi dan merasa tidak nyaman. Sehingga para korban juga dapat
melakukan tindakan dengan melakukan pelaporan kepada pihak yang berwajib.

I. PENDAHULUAN

Penggunaan internet di Indonesia kini semakin meningkat, apalagi pasca pandemi seperti


sekarang ini.  Hal ini juga disebabkan karena adanya perubahan pola aktivitas di sebagian besar
masyarakat yang beralih menjadi serba digital. Hootsuite (We are Social) mengeluarkan data
mengenai waktu mengakses media digital orang Indonesia tahun 2021, Rata-rata setiap hari waktu
menggunakan internet melalui perangkat apa pun: 8 jam, 52 menit. Rata-rata setiap hari waktu
menggunakan media sosial melalui perangkat apa pun: 3 jam, 41 menit. Hootsuite (We are Social)
juga mengeluarkan data tren pengguna internet dan media sosial di Indonesia tahun 2021, "Total
Populasi (jumlah penduduk): 274,9 juta, pengguna Internet: 202,6 juta (73,7% dari jumlah

1
populasi di Indonesia), pengguna media sosial aktif: 170 juta (61,8% dari jumlah populasi di
Indonesia)."
Tingginya angka pengguna aktif media sosial  di Indonesia tidak menutup kemungkinan jika  
hal ini akan menyimpan efek yang luar biasa terhadap perilaku pengguna dalam bermedia
sosial. Salah satu fenomena yang muncul dari perilaku tersebut adalah kekerasan di ranah online
atau yang lebih dikenal dengan Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) merupakan salah satu
bentuk baru dalam kekerasan berbasis gender yang menjadi jawaban dari bagaimana efek dari
canggihnya perkembangan dan penyebaran informasi. Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO)
merupakan kekerasan langsung pada seseorang yang didasarkan atas seks atau gender dan
difasilitasi oleh teknologi (Kusuma & Arum, 2020).
Mengutip catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2021 melaporkan bahwa terjadi
peningkatan kasus KBGO yang semula terdapat 241 kasus di tahun 2019 naik menjadi 940 kasus
di tahun 2020. Berdasarkan studi literatur yang kami lakukan menunjukkan bahwa jenis KBGO
yang paling sering dilakukan adalah mengirim pesan di kolom komentar dalam beberapa postingan
di media sosial komentar melecehkan yang paling sering kami dapatkan berada di platform media
sosial.
Studi United Nation Entity for Gender Equality and The Empowerment of Women (UN Women)
menyebutkan bahwa selama pandemi COVID-19 di Negara Prancis ada 15% perempuan yang
mengalami pelecehan seksual secara siber, di Negara Pakistan menyatakan bahwa 40%
perempuan pernah menerima beberapa bentuk pelecehan ketika menggunakan internet.
Sedangkan di Indonesia, Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan menyatakan bahwa
terdapat peningkatan jumlah kasus KBGO sepanjang 2020, yaitu sebesar 510 kasus dari tahun
sebelumnya yang berjumlah 126 kasus.5 Komnas Perempuan menyampaikan, selain kondisi
pandemi, penegakan hukum melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pornografi
(UU Pornografi) justru berpotensi over kriminalisasi korban-korban perempuan yang menjadi objek
pornografi.
Aplikasi Tik Tok menjadi aplikasi yang sering kali digunakan oleh oknum-oknum dalam
melangsungkan tindakan kejahatannya melalui komentar yang diberikan kepada pemiliki akun.
Tanpa di sadari komentar yang diberikan dapat tergolong kasus Kekerasan Berbasis Gender Online
(KGBO) jika komentar yang dilontarkan menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman.

II. METODE PENELITIAN


Dalam penulisan ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan pendekatan yang memiliki fokus pada pengamatan yang mendalam yaitu terhadap
kasus Kekerasan Berbasis Gender Online (KGBO) yang menyerang para perempuan melalui
komentar pada aplikasi Tik Tok. Penelitian kualitatif juga menghasilkan kajian dari kasus yang
lebih komprehesit. Pada penulisan ini penulis menggunakan metode observasi dalam
memperhatikan Kekerasan Berbasis Gender Online (KGBO) yang terjadi pada perempuan melalui
komentar yang membuat seseorang tidak nyaman. Kemudian penulis juga melakukan studi
kepustakaan yang berasal dari jurnal dan sumber internet lainnya yang bersifat valid. Data dalam
penulisan ini dapatkan dari data sekunder dan data primer. Dalam menganalisis data penulis
mengumpulkan sebuah data dari hasil observasi dan pustaka yang kemudian di analisa dan di
susun menjadi sebuah tulisan yang utuh dalam penyusunannya dan sesuai dengan kasus yang
ada.

2
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
I. KBGO Dalam Aplikasi Tik Tok
Di Indonesia, popularitas media sosial semakin signifikan. Kenyataan ini berbanding lurus
dengan kemunculan berbagai macam media sosial yang menawarkan berbagai fitur menarik, salah
satunya aplikasi Tik-Tok. Aplikasi Tik Tok merupakan aplikasi yang dapat digunakan oleh para
penggunanya dalam mencari hiburan melalui sebaran video pendek serta dapat menjadi wabah
seseorang dalam mengembangan bisnisnya. Aplikasi Tik Tok selalu mengeluarkan fitur-fitur
terbaru yang menjadikan aplikasi ini semakin menarik dan digunakan oleh masyarakat luas di
dunia.
Dalam aplikasi Tik Tok seseorang dapat membuat konten dan disebarluaskan ke khalayak
umum. Aplikasi Tik Tok juga dapat mendeteksi konten-konten yang negatif dan langsung
menghapus konten tersebut ataupun memblokir akun Tik Tok dari pengguna. Dalam aplikasi Tik
Tok seseorang dapat melakukan komunikasi melalui kolom komentar, namun fitur komentar ini
menjadi fitur yang sering kali disalahgunakan oleh banyak masyarakat yang menggunakan media
sosial atau sekarang terkenal dengan sebutan netizen. Kolom komentar adalah tempat atau adah
seseorang memberikan tanggapan dari hasil konten seseorang ataupun hanya sekadar menyapa.
Namun, secara tidak langsung dengan adanya fitur komentar tersebut juga dapat menjadi fitur
atau tempat seseorang melakukan Kekerasan Berbasis Gender Online (KGBO) yang sering kali
memberikan komentar negatif sehingga dapat membuat pemilik akun merasa tidak nyaman. Fitur
komentar ini sering kali digunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk
merendahkan seseorang, berkata kasar ataupun mengadu domba seseorang. Perilaku tersebut
masuk dalam kategori cyber harassment yang jelas mengarah pada Kekerasan Berbasis Gender
Online (KBGO).

3
( Gambar 1.1 komen pelecehan seksual) (Gambar 2, hate komen).
sumber : Tiktok sumber : Tiktok

Cyber harassment yang merupakan salah satu bentuk KBGO. Fenomena cyber harassment
hadir sebagai konsekuensi perkembangan teknologi zaman sekarang ini, yang pada akhirnya
berujung Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Tik-Tok, merupakan salah satu bentuk
aplikasi media sosial tidak ramah dalam menghadirkan ruang gender yang digunakan kaum
perempuan untuk berekspresi melalui konten-konten video diaplikasi Tiktok.
Mengutip catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2021 melaporkan bahwa terjadi
peningkatan kasus KBGO yang semula terdapat 241 kasus di tahun 2019 naik menjadi 940 kasus
di tahun 2020. Berdasarkan studi literatur yang kami lakukan menunjukkan bahwa jenis KBGO
yang paling sering dilakukan adalah mengirim pesan di kolom komentar dalam beberapa postingan
di media sosial komentar melecehkan yang paling sering kami dapatkan berada di platform media
sosial.(Arianto, 2021)
Kekerasan berbasis gender online ini adalah penciptaan masyarakat dimana perempuan
tidak lagi merasa aman secara online maupun offline. Kasus KBGO yang meningkat setiap
tahunnya seharusnya tidak boleh dianggap remeh setiap elemen masyarakat seharusnya dapat
berkontribusi dalam rangka menghentikan Atau paling tidak meminimalisasir kasus tersebut

4
dapat dimulai dengan hal yang sederhana seperti sosialisasi keluarga untuk mengajarkan kepada
anggota keluarga lain supaya bijak dalam menggunakan internet. Bahkan seharusnya ada
hukuman yang kuat dalam mengatasi fenomena kekerasan berbasis gender online ini, hukum
hadir sebagai suatu alat yang dapat mengontrol tatanan kehidupan masyarakat dari segala aspek
yang menyimpang, entah itu berupa kejahatan maupun pelanggaran.
Contoh aktivitas KBGO adalah pelecehan berulang-ulang melalui pesan, ancaman langsung
kekerasan seksual, komentar kasar, ujaran kebencian dan postingan di media sosial dengan target
pada gender atau seksualitas tertentu. Perempuan yang menjadi korban mereka tidak sadar bahwa
dirinya menjadi objek atau bisa menjadi objek pornografi. Solusi dari kekerasan berbasis gender
online ini bukan hanya penegakan hukum saja, tetapi juga perlu intervensi yang mampu
mengubah cara pandang pelaku terkait gender dan seksual. Jika ditangani dengan serius dan
seksama akan dapat berpengaruh besar terhadap perubahan budaya pengguna media sosial di
Indonesia. Jika tidak ditangani dengan serius, maka kaum perempuan yang mengekspresikan
dirinya dalam konten-konten tiktok justru bisa menjadi bumerang bagi mereka, karena mendapat
cyber harassment bagian dari kekerasan berbasis gender online.

II. Tindakan Yang Dapat Korban KBGO lakukan


Kekerasan Berbasis Gender Online (KGBO) adalah tindakan yang dapat merugikan satu
pihak yang sering kali merugikan para perempuan bukan secara fisik namun juga secara mental.
Dalam menyikapi hal ini tentu saja harus ada tindakan tegas yang dapat dilakukan oleh para
korban untuk menanggulangi kasus ini. Dengan adanya tindakan yang dilakukan maka akan
dapat menurunkan angka dari peningkatan kasus KGBO ini. Adapun tindakan yang dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut : a) Korban dapat mendokumentasikan bukti-bukti yang termasuk
tindakan KGBO secara detail dan sesuai dengan faktual bukan rekayasa, dengan begitu maka
pihak yang berajib dapat membantu para korban dari hasil laporan yang berupa dokumentasi. b)
Para korban dari kasus KGBO dapat meminta bantuan kepada Komnas perempuan dalam
melaporkan permasalahan ini, yang menjadi salah satu tindakan dalam mengurangi peningkatan
kasus KGBO di Indonesia, para korban juga dapat melakukan pengaduan ke no telepon 021-
3903963 dan 021-80305399, atau juga dapat mengirimkan pesan ke email
@komnasperempuan.go.id. c) Sebagai perempuan juga dapat menentukan pilihan kepada siapa
kita dapat melakukan komunikasi dan menghindari para oknum yang memiliki niatan jahat, maka
dari itu para korban dapat melaporkan pelaku yang melakukan sebuah intimidasi atau membuat
rasa tidak nyaman yang berasal dari komentar yang menyebabkan sakit hati para korban. d)
Kemudian para perempuan juga harus bijak dalam menggunakan media sosial terutama dalam
membuat sebuah konten, pengguna media sosial harus paham mengenai keamanan digital
sehingga perlu melakukan konsultasi keamanan digital serta melakukan penghapusan konten
agar tidak beredar lebih luas lagi.

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penulisan ini bahwa aplikasi media sosial dapat menjadi ruang dalam
penyaluran kasus Kekerasan Berbasis Gender Online (KGBO). Salah satu aplikasi yang menjadi
tempat kasus tersebut berkembang adalah aplikasi Tik Tok. Aplikasi Tik Tok merupakan aplikasi
yang menyedian vidoe pendek dengan tujuan menghibur dan edukasi namun dapat dijadikan
sebagai wadah seseorang melakukan kejahatan dengan mengirimkan komentar yang menimbulkan
rasa sakit hati dan ketidaknyamanan seseorang yang menerimanya. Para korban dalam kasus ini
sering kali terjadi para perempuan. Para korban dapat melakukan tindakan dalam kasus ini
dengan melaporkan para pelaku ke pihak yang berwajib dan dapat mengambil tindakan yang tepat
dalam menghindari Kekerasan Gender Berbasis Online (KGBO).

5
Referensi
Arianto, B. (2021). Media Sosial Sebagai Ruang Baru Kekerasan Berbasis Gender Online di Indonesia. Persepsi:

Communication Journal, 4(2), Article 2. https://doi.org/10.30596/persepsi.v4i2.7628

Ahmad Hidayah. CYBER HARASSMENT: FENOMENA HATE COMMENT DI ERA PANDEMI COVID-19 PADA AKUN TIK-
TOK @y***q

Fadillah Adkiras. 2021. Konstruksi Pengaturan Kekerasan Berbasis Gender Online Di Indonesia. Jurnal Renaissasn : No.
4 Vol. 6

Panduan-KBGO-v2.pdf. (n.d.). Retrieved December 21, 2022, from

https://safenet.or.id/wp-content/uploads/2019/11/Panduan-KBGO-v2.pdf

Prameswari, J. R. C., Hehanussa, D. J. A., & Salamor, Y. B. (2021). Kekerasan Berbasis Gender Di Media Sosial. PAMALI:

Pattimura Magister Law Review, 1(1), 55–61. https://doi.org/10.47268/pamali.v1i1.484

UN Women, “Online and ICT Facilitated Violence Against Women and Girls During COVID-19”,
https://www.unwomen.org//media/headquarters/attachments/sections/library/publications/2020/briefonline-
and-ict-facilitated-violence-against-women-and-girls-during-covid-19-en.pdf?la=en&vs=2519 diakses 23
September 2021.

Anda mungkin juga menyukai