Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “CYBER SEX”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bangko, 7 November 2023

Penyusun.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................1

Daftar Isi.................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................5

2.1 Pengertian Cyber Crime Menurut Para Ahli......................................................5

2.2 Pengertian Cyber Sex Menurut Para Ahli.........................................................5

2.3 Contoh Kasus Kejahatan Cyber Sex di Media Sosial Indonesia .......................6

2.4 Cara Menghindari Kejahatan Cyber Sex............................................................7

BAB III PENUTUP ...............................................................................................9

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................9

3.2 Saran...................................................................................................................9

Daftar Pustaka........................................................................................................10

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teknologi internet adalah salah satu teknologi informasi yang dewasa ini semakin
berkembang pesat bahkan dianggap sebagai media yang sangat penting dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, perluasan usaha maupun hiburan. Internet sendiri
berasal dari kata interconnection networking yang berarti jaringan yang saling
berhubungan. Menurut Akbar (dalam Marlenan & sasongko, 2012), disebut demikian
karena internet merupakan jaringan komputer-komputer diseluruh dunia yang saling
berhubungan dengan bantuan jalur telekomunikasi. Internet saat ini menjadi sumber
informasi yang paling banyak digunakan orang untuk mencari informasi yang
dibutuhkan, tak terkecuali remaja. Penggunaan internet untuk memenuhi kebutuhan
sebagai sumber informasi dikarenakan mudah, cepat, tepat, murah dan akurat. Melalui
internet remaja dapat mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan sesuai dengan
kebutuhan yang relevan sesuai dengan kepentingan akademik mereka. Menurut
Kemenkominfo, jumlah pengguna internet di indonesia sudah mencapai 45 juta orang.
Jumlah tersebut mencangkup pengguna internet diwarnet, komputer rumah, kantor dan
telepon genggam (Amrullah, 2010).

Salah satu isi dari internet yaitu Internet Sexuality atau OSA (Online Sexual Activities)
yang mengacu pada pengamatan konten dan kegiatan seksual melalui internet (Döring,
2009). Hal ini merujuk pada variasi fenomena seksual seperti, dalam konteks yang positif
terdapat istilah pendidikan seksual di internet (internet sex education) konten yang
ditampilkan berkaitan dengan kesehatan alat reproduksi, pemilihan alat kontrasepsi,
perilaku seksual pada remaja, jenis-jenis penyakit menular seksual dan lain-lain (Whitty
& Fisher, 2008).

Dalam konteks yang negatif terdapat fenomena seksual seperti, pornografi (dalam bentuk
video, audio, dan gambar), kontak seks yang terkait dalam layanan online luas melalui
aplikasi (website, Komunikasi online). Layanan seks online dikenal dengan sejumlah
istilah, antara lain, computer sex, internetsex, netsex atau dalam bahasa sehari-hari yang
informal dikenal dengan istilah cyber atau cybering, yaitu perjumpaan seksual yang
bersifat virtual di mana dua orang atau lebih yang terpisah jauh terhubung lewat jaringan
komputer saling bertukar pesan yang bermuatan seks eksplisit untuk menggambarkan
pengalaman seksualnya. Salah satu yang dilansir dari cybersex adalah fantasi seks yang
dilakukan oleh partisipan dengan melukiskan tindakannya dan menanggapi lawan
berbincang yang kebanyakan dalam bentuk tertulis dan dirancang untuk stimulasi seks
maupun fantasi (Harley dalam Budi Irawanto, 2017). Salah satu pengguna cybersex
terbanyak adalah remaja.

3
Penggunaan internet di indonesia Sejak tahun 2005 sampai 2011 masuk dalam 10 negara
yang paling banyak mengakses situs porno. Pada tahun 2005, Indonesia berada di posisi
ke-7, tahun 2007 di posisi ke-5, dan tahun 2009 berada di posisi ke-3. Peringkat Indonesia
cenderung meningkat seiring dengan pesatnya pengguna internet yang mencapai 55,2 juta
orang (Golberg, PD. 2014). Menurut Asosiasi Penyedia Jasa internet indonesia (APJII
dalam puskakom, 2014), menyebutkan bahwa pada saat ini pengguna internet telah
mencapai angka 88,1 juta. Pengguna internet di indonesia mengalami pertumbuhan 16,2
juta jiwa dari total 71,9 juta pengguna pada tahun 2013. Akses internet melalui
smartphone mencapai 85% sedangkan ditahun 2013 lalu mencapai 65% (APJII dalam
puskakom, 2014). Berdasarkan riset terbaru yang dirilis oleh aosiasi peyelenggara jasa
internet indonesia (APJII) pada tahun 2016, terdapat 132,7 juta pengguan internet dari
256,2 juta populasi penduduk indonesia. Generasi muda berusia 10-24 tahun memiliki
angka penetrasi sebesar 75,5% pengguna internet di indonesia. Sementara itu berdasarkan
pekerjaannya mahasiswa memiliki angka penetrasi sebesar 89,7% pengguna internet di
indonesia, tertinggi dibandingkan pelajar, pekerja, dan ibu rumah tangga (survai internet
APJII, 2016). Remaja menjadi salah satu pengguna cybersex terbanyak karena remaja
berada dalam fase perkembangan emosi yang belum stabil, dimana mereka adalah satu
kesatuan antara fisik dan fsikis, jasmani dengan rohani yang sedang mengalami
perkembangan dan perubahan menuju tahap kematangan diri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Cyber Crime


2. Apa Pengertian Cyber Sex
3. Apa Saja Contoh Kasus Kejahatan Pornografi di Media Sosial Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Cyber Crime
2. Untuk Mengetahui Pengertian Cyber Sex
3. Untuk Mengetahui contoh Kasus Kejahatan Pornografi di Media Sosial Indonesia
4. Untuk Mengetahui Cara Menghindari Kejahatn Pornografi di Media Sosial

4
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Cybe Crime Menurut Para Ahli

1. Menurut brenda nawawi (2001) kejahatan cyber merupakan bentuk fenomena baru dalam
tindak kejahatan sebagai dampak langsung dari perkembangan teknologi informasi beberapa
sebutan diberikan pada jenis kejahatan baru ini di dalam berbagai tulisan, antara lain: sebagai
“ kejahatan dunia maya” (cyberspace/virtual-space offence), dimensi baru dari “hi-tech
crime”, dimensi baru dari “transnational crime”, dan dimensi baru dari “white collar crime”.

2. Menurut Andi Hamzah (1989) cybercrime adalah kejahatan dibidang komputer secara
umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara ilegal. Cybercrime adalah tindak
kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer sebagai alat kejahatan
utama.

3. Menurut Murti (2005) cyber crime adalah sebuah istilah yang digunakan secara luas untuk
menggambarkan tindakan kejahatan dengan menggunakan media komputer ataupun internet.
Gregory (2015) menggemukan cyber crime adalah bentuk kejahatan virtual dengan
memanfaatkan media komputer yang terhubung melalui internet.

2.2 Pengertian Cyber Sex Menurut Para Ahli

1. Carnes, Delmonico dan Griffin (2001) mengatakan bahwa cybersex adalah suatu kegiatan
mengakses pornografi di internet baik dalam bentuk video, gambar, teks cerita, film dan
game yang berbau seksual, terlibat dalam real-time yaitu percakapan tentang seksual online
dengan orang lain.

2. Chooper (2002) bahwa cybersex didefinisikan sebagai penggunaan internet untuk terlibat
dalam aktivitas kesenangan seksual, seperti melihat gambar-gambar erotis, berpartisipasi
dalam obrolan tentang seks, saling tukar menukar gambar atau email tentang seks, yang
terkadang diikuti oleh masturbasi. Cybersex meliputi kegiatan melakukan online sexual
activity untuk tujuan seksual (menonton pornografi, pencarian materi mengenai seksualitas
digunakan untuk pengetahuan maupun hiburan/ masturbasi, jual beli terkait seksual,
komunikasi seksual dengan mencari pasangan melalui situs tertentu di internet (Goldberg,
2004).

3. Maheu (2001) mendefinisikan cybersex terjadi dimana ketika orang menggunakan


komputer yang berisi tentang teks, suara dan gambar yang didapatkan dari software atau
internet untuk stimulus 12 seksual dan secara khusus mencakup dua atau lebih orang
berinteraksi diinternet yang membangkitkan gairah seksual satu dengan yang lainnya.

5
4. Dolores (2008) dalam penelitiannya mendefenisikan cybersex sebagai sebuah ekspresi
seksual atau akses interaksi yang menggunakan komputer.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan bahwa cybersex


merupakan suatu kegiatan mengakses, mendownload pornografi di internet baik dalam
bentuk video, gambar, teks cerita, film dan game yang berbau seksual, dan terlibat dalam
real-time yaitu percakapan tentang seksual online dengan orang lain (berfantasi seksual
dengan pasangan di internet).

2.3 Contoh Kasus Kejahatan Pornografi di Media Sosial Indonesia

1. Cynthiara Alona
Polisi menangkap Cynthiara Alona karena hotel miliknya dijadikan lokasi prostitusi online.
Setidaknya ada 15 anak di bawah umur yang menjadi korban dan mendapat pemulihan.
Ditangkap pada Maret lalu, 30 kamar yang ada di hotel itu sudah diisi oleh anak-anak dan
pria yang menyewa jasa tersebut.
Cynthiara Alona tidak sendiri. Dia ditangkap bersama pengelola hotel dan mucikari yang ikut
membuat bisnis ini. Mereka menyebut prostitusi online dibuat untuk menutupi biaya
operasional hotel selama pandemi COVID-19.
Cynthiara Alona dinyatakan melanggar Pasal 296 KUHP tentang perbuatan cabul dan
dipenjara 10 bulan.

2. Cassandra Angelie
Cassandra Angelie terlibat kasus prostitusi online dan ditangkap di Hotel Aston, Jakarta Pusat
pada akhir tahun 2021. Artis sinetron ini dalam keadaan bugil bersama seorang pria hidung
belang saat ditangkap.
Dalam rangkaian kasus itu, kepolisian juga meringkus tiga orang pria berinisial KK (24),
kemudian R (25), UA (26). Mereka merupakan muncikari dalam kasus prostitusi online
tersebut.
Dari hasil pemeriksaan terungkap tarif Cassandra Angelie untuk sekali berkencan seorang
pria hidung belang sebesar Rp30 juta.

3. Selebgram TE
Selebgram berinisial TE ditangkap polisi terkait prostitusi online di sebuah hotel di kawasan
Semarang pada bulan Desember.
Muncikari yang menjual TE dilaporkan menawarkan jasanya dengan tarif Rp25 juta. Dari
bisnis tersebut, dia mendapat keuntungan sebesar Rp13 juta.

4. Hesti Klepek Klepek


Hesti Klepek Klepek terjerat kasus prostitusi online pada 2016 lalu. Dia ditangkap pihak
kepolisian Lampung bersama empat orang lainnya, termasuk seorang mucikari.
Dalam pengakuannya, perempuan bernama asli Hesti Aryasutra ini mematok harga hingga
Rp100 juta untuk melayani pria hidung belang hingga pagi hari.

5. Amel Alvi
Amel Alvi ditangkap bersama Robby Abbas di sebuah hotel di kawasan Jakarta Selatan pada
tahun 2015 atas kasus prostitusi online.
DJ kelahiran 1992 itu mengaku mendapatkan Rp80 juta untuk sekali kencan.

6
2.4 Cara Menghindari Kejahatan CyberSex

Untuk menghindari kejahatan Cyber Sex, pertama-tama, penting untuk :

1. Pendidikan dan Kesadaran


Pahami risiko yang terlibat dan edukasikan diri tentang praktik yang aman secara
online.
2. Privasi dan Keamanan
Pastikan akun media sosial dan informasi pribadi hanya terbuka bagi orang yang
dapat dipercaya. Gunakan pengaturan privasi yang kuat.
3. Penggunaan Kata Sandi yang Kuat
Gunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun online dan perbarui secara
teratur.
4. Jangan Mengungkapkan Informasi Pribadi
Hindari memberikan informasi pribadi atau sensitif kepada orang yang tidak dikenal
secara online.
5. Hati-hati dalam Berkomunikasi
Waspadai upaya peretasan atau penipuan online yang mungkin dimulai melalui
percakapan atau hubungan daring.
6. Perangkat Lunak Keamanan
Pastikan perangkat lunak keamanan seperti antivirus dan firewall terus diperbarui.

Selalu pertahankan sikap waspada dan kritis saat berinteraksi online untuk melindungi dari
kejahatan Cyber Sex.

Oleh karena itu, kita kembali kepada peran penting dan yang utama dari orang tua. Sebagai
yang mengawasi dan menjaga buah hati mereka agar tidak terlibat seperti dalam kasus di
atas. Misalnya, ketika pembelian dalam proses pemilihan barang yang super canggih zaman
sekarang, seperti laptop, i-phone dsb. Saya sarankan untuk para orang tua, untuk mengerti
dan memahami cara kerja barang yang telah dipilih dan dibeli. Jangan serahkan sepenuhnya
hak penggunaan barang tersebut kepada sang anak. Ini untuk mencegah terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan. Selain itu, orang tua juga harus sering-sering melihat dan memantau
situs-situs apa yang dibuka oleh buah hatinya. Agar, tidak membuka situs-situs yang dinilai
berbahaya dan tidak layak untuk si buah hati. Tentu para orang tua tidak ingin jika buah hati
mereka hancur masa depannya sebab masalah-masalah seperti yang di atas. Meskipun,
kebutuhan biologis manusia yakni seks adalah hal yang lumrah. Tapi, ada saatnya di mana
anak-anak harus mengerti tentang seks.

Selanjutnya, ada beberapa edukasi yang dapat diberikan pada anak tentang cybersex dan
sexing yaitu :

1. Komunikasi yang terbuka

Lakukan komunikasi terbuka dengan anak, mulai dari menanyakan kegiatannya untuk
mengetahui kesehariannya. Kemudian, lakukan kegiatan yang berkualitas dengan anak. Baru
setelah itu secara perlahan membuka topik mengenai cybersex untuk mengetahui sejauh
mana anak mengengetahui hal tersebut.

7
2. Memberikan pemahaman mengenai cybersex dengan contoh kasus

Contohnya menanyakan bagaimana opini mereka mengenai foto tidak sronoh yang beredar di
media sosial. Beri tahu tentang konsekuensi dari perilaku cybersex ataupun sexting.
Kemudian mencari solusi yang terbaik akan kasus tersebut dan bagaimana jika kasus tersebut
terjadi pada mereka. Ini bertujuan untuk membuka mata mereka akan bahaya sexting pada
cybersex hingga mereka akan berpikir ratusan kali untuk melakukannya.

3. Berikan batasan

Memberikan remaja kebebasan untuk memiliki gadget dan mengakses internet itu boleh saja.
Apalagi, di masa pandemi ini gadget sangat penting untuk melakukan kegiiatan mereka. Tepi,
orang tua berhak membatasi penggunaan media sosial sesuai dengan usianya.

4. Monitor

Gunakan aplikasi penyadap untuk mengetahui apa saja yang diakses oleh anak dan juga bisa
mengontrol aplikasi yang tidak pantas digunakan oleh mereka. Selain itu, Anda juga bisa
mengecek lokasi keberadaan remaja dengan GPS.

Lalu bagaimana dengan remaja yang sudah terlanjur terjerumus dalam cybersex? Lagi-lagi
komunikasikan dengan baik, tanyakan mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Cari tahu apakah yang mereka lakukan itu keinginan pribadi atau tekanan dari orang lain?
Jika itu adalah keinginan pribadi, maka Anda harus kembali merunutkan langkah-langkah di
atas dan jelaskan bahwa cybersex tak boleh dilakukan secara tidak bertanggung jawab apalagi
untuk anak usia remaja (belum menikah).
Namun, jika itu adalah paksaan orang luar, maka Anda berhak mencari tahu siapa dan
seberapa besar pengaruhnya pada anak.

8
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Cybersex menurut para ahli adalah bentuk ekspresi atau kepuasaan seksual oleh para pelaku.
Sehingga, Bella dikabarkan diminta sejumlah uang untuk tebusan pada hacker untuk tidak
mengunggah foto pribadinya. Namun, didukung beberapa kalangan artis lainnya, Bella
akhirnya meng-upload foto dengan sendirinya. Alasannya adalah ia tidak ingin terkena
tebusan dan menjadikan hal tersebut sebuah perlawanan.

Beberapa waktu lalu, Bella Thorne penyanyi Amerika sekaligus model menjadi salah satu
korban cybersex, di mana akun Twitter perempuan 21 tahun itu di-hack dan dicuri foto
telanjangnya untuk disebarluaskan di dunia maya.

Saat mengunggah sesuatu di media sosial, Perlu di ingat bahwa informasi tersebut akan dapat
tersebar dengan luas. Sebaiknya, tidak sembarangan ya, untuk menghindari peretasan data
pribadi seperti nomor telepon, alamat dan lain-lain.

3.2 Saran

Langkah penanganan yang bisa dilakukan guru BK adalah pencegahan (preventif),


penanganan (kuratif) dan pemeliharaan (presevatif). Layanan BK yang bersifat pencegahan
dapat berupa layanan dasar dengan pemberian informasi mengenai bahaya cybersex. Selain
itu kolaborasi dengan orang tua peserta didik dirumah juga perlu dilakukan agar mereka
senantiasa memantau aktivitas penggunaan HP peserta didik selama dirumah.

Apabila kedapatan siswa yang melakukan aktivitas penyalahgunaan HP Android yang


mengarah ke kegiatan cybersex, maka yang perlu dilakukan guru BK adalah memberikan
layanan konseling (kurafif) dengan pendekatan yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah kontrak perilaku, dimana konseli dibantu untuk
menyadari kesalahan selanjutnya membuat komitmen mengubah perilaku maladaptifnya.

Selanjutnya guru BK perlu melakukan pemantauan secara berkala terhadap perubahan pada
diri konseli. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara rutin berkomunikasi dengan peserta
didik (konseli). Selain itu guru BK juga menjalin komunikasi dengan orang tua konseli
menanyakan perkembangan perubahan perilaku yang sudah dialami anaknya. Dengan tiga
rangkaian layanan BK ini diharapkan dapat mengurangi kecenderungan berperilaku
penyalahgunaan HP khususnya cybersex di media sosial.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sari, Noni N. & Purba, Ridhoi M. (2012). Gambaran perilaku cybersex pada remaja pelaku
cybersex di kota medan. Jurnal.

Abrori, S., Utin S., & Seravina, U. (2016). Cybersex dan prestasi belajar pada pelajar SMA
Negeri 10 Ngabang Kabupaten Landak. Jurnal Vokasi Kesehatan, 11(1), 240-244.

Aprilia.K., Maryanti.S., & Safitri. (2009). Sikap Mahasiswa Universitas indonesia Esa
unggul terhadap cybersex. Jurnal Psikologi, 7(2), 48- 52.

Arnal, G., Llario, C. (2015). Net generation: online sexual activities among Spanish
adolescent. Journal Computers in Human Behavior 57(2016), 261-266.

Asrila, A.K., Anggreyni, N., & Sartana. (2015). Hubungan pola komunikasi seksual dengan
perilaku seksual pranikah remaja akhir yang indekos. Jurnal RAP UNP, 6(2), 104-113.

Astrid. (2015). Hubungan peran orang tua dan pengaruh teman sebaya dengan perilaku
seksual remaja yang terpapar media pornografi kelas XI di SMK Citra Mutiara. Jurnal
Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang, 5(1), 57-63. Azwar, S. (2015).

Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Beyens, I. & Eggermont, S.


(2014). Prevalence and predictors of text-based and visually explicit cybersex among
adolescents. Journal Psychology, 22(1), 43–65.

10

Anda mungkin juga menyukai