Anda di halaman 1dari 26

PENGKAJIAN KETERSEDIAAN FASILITAS SARANA HAND HYGIENE

SERTA KEPATUHAN PETUGAS, PASIEN DAN PENUNGGU DALAM


PELAKSANAAN HAND HYGIENE DI RUANG LILY
RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Orientasi CPNS

Oleh :
Arum Setyaningsih., S.Kep., Ns.
NIP : 199404052022032005

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDRAL PELAYANAN KESEHATAN
RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Pengkajian Ketersediaan Fasilitas Sarana Hand Hygiene serta Kepatuhan Petugas,
Pasien dan Penunggu Dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Ruang Lily RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten” dengan lancar.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak


terhingga kepada Kepala Ruang Lily RSUP dr Soeradji Tirtonegoro yang telah
membimbing dalam penyusunan laporan ini serta tenaga kesehatan yang bertugas di
Ruang Lily yang sudah berbagi informasi dalam proses penyusunan laporan ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan bermanfaat untuk bahan
evaluasi komite PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) di RSUP dr Soeradji
Tirtonegoro.

Wassaamualaikum Wr. Wb.

Klaten, Maret 2022

Arum Setyaningsih,S.Kep.,Ns.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan.................................................................................................... 3
D. Manfaat.................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hand Hygiene ........................................................................... 5
B. Macam-macam Hand Hygiene ............................................................... 5
C. Tujuan Hand Hygiene............................................................................. 6
D. Tata Laksana Hand Hygiene................................................................... 6
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Hand Hygiene .......................... 7
F. Prinsip-prinsip Hand Hygiene ................................................................ 8
G. Fasilitas Hand Hygiene........................................................................... 8
H. Prosedur Hand Hygiene .......................................................................... 9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Ketersediaan Fasilitas Hand Hygiene Ruang Lily .................................. 12
B. Kepatuhan Hand Hygiene Petugas Ruang Lily ...................................... 16
C. Ketepatan Hand Hygiene Pasien dan Penunggu di Ruang Lily ............. 18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .............................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi atau menular masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia.


Ini terjadi karena adanya interaksi antara mikrooganisme dengan tubuh yang rentan. Pada
umumnya di Indonesia pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan lemah
atau parah. Oleh karena itu sering diperlukan tindakan “invasive” dan tindakan medis
yang dapat memudahkan masuknya mikroorgnisme penyebab infeksi ke dalam tubuh
pasien. Keadaan ini akan semakin memperparah penyakit yang diderita dan bahkan dapat
menyebabkan kematian (Depkes, 2010).

Infeksi terkait perawatan kesehatan atau Healthcare Associated Infections (HAIs),


yang juga disebut sebagai infeksi "Nosokomial" atau "Rumah Sakit", adalah infeksi yang
terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit atau fasilitas perawatan kesehatan
lainnya setelah pasien masuk rumah sakit dalam kurun waktu 48 – 72 jam (WHO, 2016).

Hasil survey yang dilakukan World Health Organozations (WHO) pada tahun
2016, menyatakan bahwa prevalensi kejadian Infeksi nosokomial di Eropa lebih dari 4
juta- 4,5 juta pasien terkena setiap tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 1,7
juta pasien yang terkena infeksi nosokomial setiap tahun, ini mewakili prevalensi 4,5%
untuk 99.000 kematian (WHO, 2016). Tingkat infeksi nosokomial yang terjadi di
beberapa negara Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu sekitar 1% dibandingkan dengan
kejadian di negera-negara Asia, Amerika Latin dan Sub- Sahara Afrika yang tinggi hingga
mencapai lebih dari 40% dan menurut data WHO, angka kejadian infeksi di RS sekitar 3
– 21% (rata-rata 9%) (Lynch dkk 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan di dua kota besar Indonesia didapatkan angka
kejadian infeksi nosokomial sekitar 39%-60% (Kasmad, 2010). Infeksi nosokomial di
negara-negara berkembang tinggi karena kurangnya pengawasan, praktek pencegahan
yang buruk, pemakaian sumber terbatas yang tidak tepat dan rumah sakit yang penuh
sesak oleh pasien (Kasmad, 2010).

1
Healthcare Associated Infections (HAIs) terjadi melalui dari pasien ke petugas,
dari pasien ke pasien yang lain, dari pasien ke pengunjung atau keluarga, ataupun dari
petugas ke pasien, melalui kontak langsung peralatan atau bahan yang sudah
terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh lainnya (Depkes, 2010).

Perawat memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap terjadinya infeksi


nosokomial karena perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling banyak melakukan
kontak dengan pasien dan berinteraksi secara langsung dengan pasien selama 24 jam.
Upaya pencegahan infeksi nosokomial yang dapat dilakukan perawat adalah dengan
meningkatkan kemampuan dalam menerapkan kewaspadaan standar (standar precaution)
dengan komponen utamanya yang merupakan salah satu metode paling efektif untuk
mencegah penularan patogen berkaitan dengan pelayanan kesehatan adalah dengan
melakukan praktek kebersihan tangan (hand hygiene) (WHO, 2009). Mencuci tangan
yang tepat merupakan upaya pengendalian infeksi terdepan (Komisi Akreditasi Rumah
Sakit, 2012). Cuci tangan untuk pengendalian infeksi tersebut wajib dilakukan oleh
semua orang yang ada di lingkungan rumah sakit, seperti tenaga medis, tenaga kesehatan,
pasien maupun penunggu pasien.

Program untuk meningkatkan hand hygiene petugas kesehatan telah


dideklarasikan oleh WHO melalui program keselamatan pasien yang mencetuskan
Global Patient Safety Challenge “clean care is safe care”. WHO juga meluncurkan Save
Lives: Clean Your Hands dengan strategi 5 momen hand hygiene (My Five Moments for
Hand hygiene) yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan prosedur
aseptik, setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien,
setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien” (WHO, 2009).

Studi di Amerika Serikat menunjukkan tingkat kepatuhan perawat melakukan


hand hygiene masih sekitar 50% dan di Australia masih sekitar 65%. Program hand
hygiene di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang sudah sejak tahun 2008
tetapi sampai saat ini kepatuhan perawat melakukan cuci tangan hanya sekitar 60%. Hal
ini merupakan tantangan yang cukup besar bagi tim pengendali infeksi 5 rumah sakit
untuk mempromosikan program cuci tangan ini (Perdalin, 2010 dalam Utami, 2016).

2
Laporan audit hand hygiene di Unit Pelayanan RSUP dr Soeradji Tirtonegoro
Klaten pada tahun 2018 dari bulan Januari-Desember diperoleh rerata kepatuhan petugas
Kesehatan dalam melakukan hand hygiene adalah sebesar 89,01 % (Komite PPI RSUP
dr Soeradji Tirtonegoro). Kepatuhan petugas dalam pelaksaan hand hygiene di ruang Lily
Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dilakukan monitor evaluasi. Hasil monitor
evaluasi di online kan setiap hari atau real time. Hasil monitor evaluasi terkait kepatuhan
petugas dalam melaksanakan 5 momen dan 6 langkah mencuci tangan pada bulan
Februari 2022 di Ruang Lily dari 20 petugas kesehatan menunjukkan hasil 93 % untuk
kepatuhan 5 momen mencuci tangan dan 86,5 % untuk kepatuhan 6 langkah mencuci
tangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tentang pentingnya pencegahan HAIs


Healthcare Associated Infections di Rumah Sakit maka dapat dirumuskan pertanyaan
“Bagaimana Ketersediaan Fasilitas Sarana Hand Hygiene serta Kepatuhan Petugas,
Pasien dan Penunggu dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Ruang Lily RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten ?”

C. Tujuan
Mengetahui Implementasi kepatuhan Ketersediaan Fasilitas Sarana Hand Hygiene
serta Kepatuhan Petugas, Pasien dan Penunggu dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di
Ruang Lily RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

D. Manfaat
1. Manfaat bagi Rumah Sakit, laporan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
dan bahan evaluasi terkait dengan ketersediaan fasilitas dan penerapan kepatuhan
5 momen dan 6 langkah cuci tangan di lingkungan rumah sakit.
2. Manfaat bagi Perawat dan Petugas Kesehatan lain di Ruang Lily, laporan ini dapat
digunakan untuk meningkatkan wawasan perawat dan tenaga kesehatan lain
tentang pencegahan infeksi nosocomial dengan penerapan kepatuhan 5 momen
dan 6 langkah.

3
3. Manfaat bagi Pasien dan Penunggu pasien di Ruang Lily, sebagai sumber
informasi cara mencuci tangan 6 langkah yang benar menurut WHO untuk
memutus rantai infeksi selama perawatan di Ruang Lily.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hand Hygiene


Hand hygiene merupakan istilah umum yang berlaku baik untuk hand
hygiene dengan sabun antiseptik, maupun handrub antiseptik. Pada tahun 1988
dan 1995, pedoman hand hygiene dan antisepsis tangan diterbitkan oleh
Association for Professionals in Infection Controls (APIC) (Boyce dan Pitted,
2002 dalam WHO 2009). Tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety
challenge dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi
kepatuhan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan My five moments for
Hand hygiene (WHO, 2009).
Hand hygiene adalah suatu upaya atau tindakan membersihkan tangan,
baik dengan menggunakan sabun antiseptik di bawah air mengalir (hand washing)
atau dengan menggunakan handrub berbasis alkohol (hand rubbing) dengan
langkah-langkah yang sistematik sesuai urutan, sehingga dapat mengurangi
jumlah bakteri yang berada pada tangan (WHO, 2009).
Hand washing (mencuci tangan) adalah proses menggosok kedua
permukaan tangan dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih
yang sesuai dan dibilas dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan
mikroorganisme sebanyak mungkin. Hand rubbing adalah tindakan menggosok
tangan dengan berbahan dasar alkohol tanpa air, penggosokkan tangan ini
dilakukan dengan menggunakan senyawa berbahan dasar alkohol (misalnya,
etanol, n-propanol atau isopropanol) yang digunakan dengan cara bilas (rinse) dan
gosok (rub) untuk tangan (Keevil, 2011 dalam Ardana 2016).

B. Macam-macam Hand Hygiene


Menurut Departeman Kesehatan RI (2010), ada tiga cara Hand hygiene yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, yaitu :
1. Hand hygiene hygienik atau rutin: mengurangi kotoran dan flora yang ada
ditangan dengan menggunakan sabun atau detergen.
2. Hand hygiene aseptik: sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan

5
menggunakan antiseptik.
3. Hand hygiene bedah (surgical handscrub): sebelum melakukan tindakan
bedah dengan cara aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.

C. Tujuan Hand Hygiene


Menurut WHO (2007) dalam Anggraini dan Maryana (2021) tujuan hand
hygiene yaitu :
1. Menghilangkan atau meminimalisisr bakteri di tangan.
2. Mencegah perpindahan bakteri dari lingkungan ke pasien, dari pasien ke
pasien dan dari pasien ke petugas kesehatan.
3. Tindakan utama dalam pencegahan dan pengendalian infeksi

D. Tata Laksana Hand Hygiene


World Health Organization (2009), mensyaratkan five moment of Hand
hygiene (5 waktu hand hygiene), yang merupakan petunjuk waktu kapan petugas
harus melakukan cuci tangan , yaitu :
1. Sebelum kontak dengan pasien
Hand hygiene sebelum kontak dengan pasien, untuk melindungi pasien dari
bakteri patogen yang ada pada tangan petugas.
2. Sebelum melakukan prosedur aseptik
Hand hygiene segera sebelum melakukan tindakan aseptik, untuk melindungi
pasien dari bakteri patogen, termasuk yang berasal dari permukaan tubuh
pasien sendiri.
3. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
Hand hygiene setelah kontak atau resiko kontak dengan cairan tubuh pasien
(dan setelah melepas sarung tangan), untuk melindungi petugas kesehatan dari
bakteri patogen yang berasal dari pasien.
4. Setelah kontak dengan pasien
Hand hygiene setelah menyentuh pasien, untuk melindungi para petugas
kesehatan dari bakteri patogen yang berasal dari pasien.
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Hand hygiene setelah menyentuh objek yang ada di sekitar pasien pada saat

6
meninggalkan pasien walaupun tidak menyentuh pasien, untuk melindungi
petugas kesehatan dan area sekelilingnya bebas dari bakteri patogen yang
berasal dari pasien.

Gambar 2.1. Five Moment Hand hygiene


Sumber: WHO (2009)

E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Hand Hygiene


Menurut Departemen Kesehatan RI (2011) hal-hal yang perlu diperhatikan
saat hand hygiene adalah sebagai berikut:
1. Bila tangan jelas terlihat kotor atau terkontaminasi oleh bahan yang
mengandung protein, tangan harus dicuci dengan sabun dan air mengalir.
2. Bila tangan TIDAK jelas terlihat kotor atau terkontaminasi, harus digunakan
antiseptik berbasis alkohol untuk dekontaminasi secara rutin.
3. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan
Menurut World Health Organization (2009), hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam hand hygiene adalah:
1. Rawatlah tangan secara teratur menggunakan krim tangan pelindung atau
lotion, minimal satu kali per hari;
2. Jangan rutin hand hygiene dengan sabun dan air segera sebelum atau setelah

7
menggunakan pencuci tangan berbahan dasar alkohol;
3. Jangan gunakan air panas untuk membilas tangan;
4. Setelah handrub atau handwash, biarkan tangan benar-benar kering sebelum
memakai sarung tangan;
5. Jangan memakai kuku buatan atau ekstender ketika kontak langsung dengan
pasien;
6. Sebaiknya menjaga kuku tetap pendek.

F. Prinsip Hand Hygiene


Menurut Liana (2012), dalam hand hygiene terdapat beberapa prinsip,
antara lain :
1. Anggap bahwa semua alat terkontaminasi
2. Jangan memakai perhiasan
3. Gunakan air hangat yang mengalir
4. Cegah terjadinya percikan air, terutama ke baju
5. Gunakan sabun yang tepat dan gunakan sampai muncul busa
6. Gunakan gerakan memutar, menggosok dan bergeser
7. Gunakan handuk atau tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan

G. Fasilitas Hand Hygiene


Fasilitas hand hygiene harus tersedia untuk membantu petugas kesehatan
dalam melaksanaan prosedur kebersihan tangan. Menurut Depkes RI (2011)
fasilitas tersebut meliputi:
1. Air mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampung yang memadai. Guyuran air mengalir
dapat melepaskan mikroorganisme karena gesekan mekanis atau kimiawi
saat Hand hygiene dan tidak menempel lagi dipermukaan kulit.
2. Sabun antiseptik
Sabun tidak membunuh mikroorganisme, tetapi menghambat dan
mengurangi jumlah mikroorganisme sehingga mikroorganisme terlepas dari
permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme

8
semakin berkurang dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun sisi
lain, sabun atau detergen dapat membuat kulit menjadi kering dan pecah-
pecah.
3. Larutan antiseptik
Larutan antiseptik atau antimikroba topikal dipakai untuk menghambat
aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Antiseptik memiliki
keragaman efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa pada kulit setelah dipakai
sesuai dengan keragaman jenis antiseptik tersebut dan reaksi kulit masing-
masing individu. Kriteria memilih antiseptik menurut adalah sebagai berikut:
a. Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme
secara luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan
tuberkulosis, fungi, endospora);
b. Efektivitas;
c. Kecepatan aktivitas awal;
d. Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam
e. Pertumbuhan;
f. Tidak mengakibatkan iritasi kulit;
g. Tidak menyebabkan alergi;
h. Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang;
i. Dapat diterima secara visual maupun estetik.
4. Tissue

H. Prosedur Hand Hygiene


Prosedur hand hygiene berdasarkan World Health Organization (2009)
terdiri dari 6 langkah hand hygiene. Prinsip dari 6 langkah hand hygiene antara
lain :
1. Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik
(handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik (handwash).
2. Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.
3. 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash
Pelaksanaan handwash dimulai dengan membuka kran dan membasahi
kedua telapak tangan, menuangkan sabun cair 3-5 cc untuk menyabuni seluruh
permukaan tangan. Pelaksanaan handrub dimulai dengan menuangkan antiseptik
berbasis alkohol 3-5 cc ke seluruh permukaan tangan, gosok kedua telapak tangan
hingga merata dengan urutan TE-PUNG–SELA-CI-PU-PUT yaitu TELAPAK,
PUNGGUNG, SELA-SELA, KUNCI, PUTAR-PUTAR sebagai berikut :

Gambar 2.2. 6 Langkah Hand Hygiene


Sumber: WHO (2009)

1. Telapak tangan; gosok kedua telapak tangan


2. Punggung tangan; gosok punggung dan sela-sela jari sisi luar tangan kiri dan
sebaliknya.
3. Sela-sela jari, gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi dalam.
4. KunCi; jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
5. Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya
6. Putar; rapatkan ujung jari tangan kanan dan gosokkan pada telapak tangan kiri
dengan cara memutar mutar terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari
tangan sebaliknya.

10
Pelaksanaan handwash diakhiri dengan mengambil kertas tisu atau kain
lap sekali pakai, mengeringkan kedua tangan dan menutup kran dengan siku atau
bekas kertas tisu yang masih di tangan.

11
BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN

A. Ketersediaan Fasilitas Hand Hygiene di Ruang Lily

No Fasilitas Nama Ruangan Jumlah Keterangan


1. Wastafel Menur 1 Hanya tersedia
di Nurse
Station Menur
Kenanga 2 Tersedia di
Nurse Station
dan Ruang
Terapi
Bermain
Thalasemia & 5 1 di Ruang
VIP Obat, 1 di
Ruang
Thalasemia, 3
di masing-
masing ruang
VIP
2. Sabun Antiseptik / Hand Menur 1 Hanya tersedia
Wash di Nurse
Station Menur
Kenanga 2 Di Nurse
station dan
ruang terapi
bermain
Thalasemia & 5 Di ruang obat,
VIP di ruang
thalassemia
dan 3
dimasing-
masing ruang
VIP Anak

12
3. Larutan Antiseptik / Hand Menur 31 Di troli
Rub tindaka, di
nurse station,
di dinding
pemisah antar
pasien dan di
bed pasien
Kenanga 18 Di nurse
station, di troli
Tindakan, di
dinding dan di
masing-masing
bed pasien
Thalasemia 10 Di nurse
&VIP station, di troli
Tindakan dan
di masing-
masing bed
pasien
4. Tissue Menur 1 Di wastafel
nurse station
Kenanga 1 Di wastafel
nurse station
Thalasemia & 4 Di wastafel
VIP nurse station
dan di wastafel
VIP Anak

Penulis melakukan pengkajian terhadap ketersediaan fasilitas hand


hygiene di Ruang Lily yang terdiri dari Ruang Menur atau bangsal anak kelas III,
Ruang Kenanga atau bangsal anak kelas I & II, serta 5 Ruang Thalasemia, dan 3
Ruang VIP Anak.
Ruang Menur (bangsal anak kelas III) memiliki kapasitas bed sebanyak
19. Ketersediaan fasilitas hand hygiene di Ruang menur terdiri dari 2 wastafel, 1
handwash dan tissue yang terdapat di nurse station. Untuk fasilitas handrub di
ruang menur diletakkan 1 di nurse station, 1 di troli tindakan, 10 handrub yang
diletakan diantara dinding sekat pembatas dan 19 handrub di masing-masing bed
pasien.

13
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, ketersediaan fasilitas hand hygiene
di ruang menur sudah baik dan tersedia dengan lengkap, namun untuk
ketersediaan wastafel masih kurang karena wastafel hanya tersedia di dalam area
nurse station dan wastafel di dekat kamar mandi pasien. Hal ini menyebabkan
perawat yang sedang melakukan tindakan di pasien akan memiliki jangkauan
lebih jauh untuk melakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Sehingga
perawat hanya melakukan hand hygiene menggunakan handrub lebih dari 5x. Hal
ini tentu akan memicu kemungkinan terjadinya infeksi HAIs karena mencuci
tangan pakai sabun dan air bersih akan memberi manfaat yang berbeda dari cairan
pembersih tangan berbasis alkohol. Sabun dan air bersih dapat menghilangkan
semua jenis kuman dari tangan, sedangkan cairan pembersih tangan berbasis
alkohol hanya bisa mengurangi jumlah kuman tertentu di kulit. Selain itu, cairan
pembersih tangan hanya dapat digunakan bila tangan kita tidak kotor dan
berminyak. Cairan pembersih tangan berbasis alkohol juga tidak bisa
menghilangkan jenis kuman norovirus, Cryptosporidium, dan Clostridioides
difficile, serta bahan kimia berbahaya seperti pestisida dan logam berat (Kesmas
Kemkes,2020).
Ruang Kenanga (bangsal anak kelas I & II ) memiliki kapasitas bed
sebanyak 12 dimana 6 bed untuk kelas I dan 6 bed untuk kelas II. Ketersediaan
fasilitas hand hygiene di Ruang Kenanga terdiri dari 1 wastafel, 1 handwash dan
tissue yang terdapat di nurse station. Terdapat 1 wastafel dan handwash di ruang
terapi bermain namun tidak tersedia tissue. Untuk fasilitas handrub di ruang
kenanga diletakkan 1 di nurse station, 1 di troli tindakan, 4 di dinding luar ruang
pasien serta 12 handrub yang diletakan pada masing-masing bed pasien.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, ketersediaan fasilitas hand hygiene di ruang
kenanga sudah baik dan tersedia dengan lengkap, namun untuk ketersediaan
fasilitas berupa tissue pada wastafel yang terletak di ruang terapi bermain belum
disediakan. Hal ini tentu belum sesuai dengan fasilitas hand hygiene menurut
Depkes RI (2011) dimana salah satu fasilitas hand hygiene harus terdapat tissue
untuk mengeringkan tangan setelah cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

14
Ruang Thalasemia memiliki kapasitas bed sebanyak 5 bed dan ruang VIP
anak berkapasitas 3 bed. Ketersediaan fasilitas hand hygiene di Ruang Thalasemia
dan VIP terdiri dari 5 wastafel, 1 wastafel di ruang pasien thalassemia, 1 wastafel
di ruang obat, dan 3 wastafel di masing-masing ruang vip anak. Pada masing-
masing wastafel sudah tersedia tissue untuk mengeringkan tangan setelah cuci
tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Untuk fasilitas handrub di ruang
Thalasemia dan VIP diletakkan 1 di nurse station, 1 di troli tindakan, 8 handrub
yang diletakan pada masing-masing bed pasien.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, ketersediaan fasilitas hand hygiene
di ruang thalassemia dan VIP sudah baik dan tersedia dengan lengkap dan sudah
sesuai dengan fasilitas hand hygiene menurut Depkes RI (2011).

15
B. Kepatuhan Hand Hygiene Petugas Di Ruang Lily

Tanggal Pengamatan No Petugas 5 Momen 6 Langkah


21 Maret 2022 1. RM Ya Ya
(Shif pagi 07.00-14.00) di
Ruang Thalasemia, VIP
dan Kenanga
2. SW Ya Ya
22 Maret 2022 3. RA Ya Ya
(Shif pagi 07.00-14.00) di
Ruang Menur
4. CN Ya Ya
5. SY Tidak Ya
23 Maret 2022 (Shif Sore 6. ES Ya Tidak
14.00-20.00) di Ruang
Kenanga
24 Maret 2022 7. DP Ya Ya
(Shif Pagi 07.00-14.00) di 8. DS Ya Ya
Ruang Menur 9. NP Ya Ya

25 Maret 2022 10. MS Ya Ya


(Shif Pagi 07.00-14.00) di 11. EG Tidak Ya
Ruang Kenanga
Jumlah Total 11 sampel 9 Ya 2 Tidak 10 Ya 1 Tidak
%Presentase Kepatuhan 81,8 % 90,9 %
% Presentase Tidak Patuh 18,1 % 9.9 %

Penulis melakukan pengamatan pada petugas kesehatan khususnya


perawat yang sedang berjaga atau shif di ruang Lily (Bangsal Menur, Kenanga,
Thalasemia, VIP) selama 5 hari dimulai tanggal 21-25 Maret 2022. Penulis
melakukan sampling perawat berdasarkan dengan dinas penulis di ruangan yang
ditugaskan. Untuk perawat yang sudah diobservasi tidak dilakukan observasi

16
kembali pada hari berikutnya meskipun. Berdasarkan hasil pengamatan tentang
kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan di ruang Lily didapatkan data bahwa
petugas kesehatan di ruang Lily untuk kepatuhan 5 Momen cuci tangan
memperoleh presentase sebanyak 81.8 % dan untuk kepatuhan 6 langkah cuci
tangan memperoleh presentase 90,9%. Kepatuhan 6 langkah cuci tangan di ruang
Lily lebih tinggi dibandingkan kepatuhan 5 momen cuci tangan. Di dalam
pengamatan 5 Momen cuci tangan terdapat 2 petugas yang tidak melakukan hand
hygine sebelum kontak dengan pasien. Hal ini beresiko akan menyebabkan bakteri
atau pathogen yang terdapat di tangan petugas tertransfer ke pasien sehingga
rantai infeksi dari petugas ke pasien belum terputus (Five Moment Hand Hygiene
WHO,2019). Untuk kepatuhan 6 langkah cuci tangan pada petugas kesehatan
terdapat 1 petugas yang belum melakukan 6 langkah hand hygiene dengan benar.
Petugas hanya melakukan 3 langkah yaitu menggosok telapak tangan, punggung
tangan dan sela-sela jari. Hal ini tentu akan beresiko masih tertinggalnya kuman
pada bagian tangan yang belum digosok, yang akan menyebabkan tidak
terputusnya rantai infeksi.

17
C. Ketepatan Hand Hygiene Pasien dan Penunggu Pasien
a. Sebelum di Edukasi

Tanggal Pasien 6 Langkah Penunggu 6


Pengamatan Langkah
22 Maret 2022- A Tidak B Ya
24 Maret 2022 C Tidak D Ya
Di Ruang E Ya F Ya
Thalasemia, G Ya - -
Ruang Menur dan H Tidak I Ya
Ruang Kenanga J Tidak K Tidak
L Tidak M Tidak
N Ya - -
Jumlah 8 pasien 3 Ya 6 Penunggu 4 Ya
5 Tidak 2 Tidak
% Ketepatan 37,5 % 66,6%

b. Setelah di edukasi
Tanggal Pasien 6 Langkah Penunggu 6
Pengamatan Langkah
22 Maret 2022- A Ya B Ya
24 Maret 2022 C Ya D Ya
Di Ruang E Ya F Ya
Thalasemia, G Ya - -
Ruang Menur dan H Tidak I Ya
Ruang Kenanga J Tidak K Tidak
L Tidak M Ya
N Ya - -
Jumlah 8 pasien 5 Ya 6 Penunggu 5 Ya
3 Tidak 1 Tidak
% Ketepatan 62,5% 83.3%

18
Penulis melakukan pengamatan hand hygiene yang dipraktekan oleh
pasien dan penunggu pasien di Ruang Lily pada tanggal 22 Maret -24 Maret 2022.
Penulis pada tanggal 22 Maret melakukan pengamatan di Ruang Thalasemia dan
Ruang Menur. Di Ruang Thalasemia penulis mengambil sampel dengan cara total
sampling yaitu seluruh pasien thalassemia beserta penunggu. Namun ada satu
pasien tanpa penunggu. Untuk di Ruang Menur penulis mengambil sampel
dengan cara random sampling yaitu memilih secara acak pasien dan penunggu
pasien sebanyak 3 sampel dengan memilih pasien yang kooperatif. Untuk Ruang
Kenanga penulis mengambil 2 sampel dan ada 1 pasien tanpa penunggu.
Penulis pertama melakukan simple interview kepada para pasien dan
penunggu tentang hand hygiene. Di dapatkan hasil bahwa semua pasien sudah
diberikan edukasi oleh perawat ruang lily tentang cuci tangan 6 langkah yang
benar. Namun untuk implementasi cuci tangan 6 langkah para penunggu dan
pasien belum bisa mempraktekan dengan tepat. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai
macam factor salah satunya yaitu tingkat pengetahuan pasien maupun penunggu.
Penulis kemudian melakukan edukasi ulang kepada pasien dan penunggu
tentang cuci tangan 6 langkah yang benar dengan cara mempraktekan cuci tangan
6 langkah di depan pasien dan penunggu. Setalah diedukasi, penulis langsung
mengevaluasi dengan cara meminta mempraktekan kembali gerakan cuci tangan
6 langkah yang benar kepada pasien dan penunggu.
Sebelum diedukasi, dari 8 pasien diperoleh cuci tangan 6 langkah dengan
tepat yaitu 37,5 % atau 3 dari 8 pasien yang bisa mempraktekkan cuci tangan 6
langkah dengan benar. Untuk penunggu pasien diperoleh kepatuhan cuci tangan
6 langkah sebesar 66,6 % atau 4 dari 6 penunggu bisa mempraktekkan cuci tangan
6 langkah dengan benar. Setelah dilakukan edukasi cuci tangan 6 langkah
diperoleh 62,5 % atau 5 dari 8 pasien bisa mempraktekan cuci tangan 6 langkah
dengan benar. Sedangkan untuk penunggu setelah diedukasi memperoleh
presentase 83,3 % atau 5 dari 6 penunggu bisa mempraktekan 6 langkah cuci
tangan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepatuhan
dan ketepatan cuci tangan 6 langkah setelah pasien dan penunggu pasien diberikan
edukasi. Hal ini ssesuai dengan salah satu factor-faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku yaitu pengetahuan. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku

19
baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007). Sehingga perawat harus terus mengedukasi dan
mengingatkan pasien maupun penunggu pasien untuk mengaplikasikan cuci
tangan 6 langkah dalam kehidupan sehari-hari.

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan tentang ketersediaan fasilitas hand hygiene
dan kepatuhan petugas, pasien dan penunggu dalam melakukan hand hygiene di
Ruang Lily dapat disimpulkan :
1. Ketersediaan Fasilitas Hand Hygiene di Ruang Lily sudah cukup lengkap
dimana setiap bangsal terdapat wastafel, handwash, handrub dan tissue.
2. Kepatuhan petugas Ruang Lily dalam melaksanakan 5 momen cuci tangan
diperoleh presentase 81,8 % dan untuk 6 langkah cuci tangan diperoleh
presentase patuh sebesar 90.9 %.
3. Ketepatan cuci tangan 6 langkah yang dilakukan pasien sebelum edukasi
diperoleh presentase 37,5 % sedangkan setelah edukasi diperoleh ketepatan
sebesar 62,5 %. Ketepatan cuci tangan 6 langkah yang dilakukan penunggu
sebelum edukasi diperoleh presentase sebesar 66,6 % sedangkan setelah
diedukasi diperoleh presentase 83,3 %.

B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dengan hasil pengamatan ini antara lain:
1. Bagi Kepala Ruang Lily untuk terus memantau dan mengingatkan kepada
perawat pelaksana (AN) dalam melakukan 5 momen dan 6 langkah cuci
tangan.
2. Bagi Perawat di Ruang Lily untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan
dalam melakukan 5 momen dan 6 langkah cuci tangan serta untuk terus
memberikan edukasi hand hygiene secara terus menerus kepada pasien dan
penunggu.
3. Bagi Tim PPI RSUP dr Soeradji Tirtonegoro untuk monitoring supervise hand
hygiene secara periodik di setiap bangsal atau ruang perawatan serta
berkoordinasi dengan petugas sanitasi dalam penambahan jumlah wastafel di
Ruang Lily.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R. R. K. Faktor Determinan Kepatuhan Perawat dalam Melakukan Praktik Cuci


Tangan di RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Khatulistiwa. 2017: 4(3), 232–237.
Kemenkes RI. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik. Jakarta; 2013.
Kemenkes. (2020). Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun. Diakses pada 12 Maret 2022 dari
: https: //kesmas.kemkes.go.id/ assets/upload/ dir_519d41d8cd98f00/files/
Panduan_CTPS2020_1636.pdf
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Panduan Penilaian Survei Akreditasi Rumah
Sakit. Jakarta; 2012.
http://rsupsoeradji.id/wp-content/uploads/2017/04/Terlampir-6.pdf
https://slideplayer.info/amp/18117232/
https://rsupsoeradji.id/hand-hygiene-etika-batuk-dan-bersin/
http://repository.unmuhpnk.ac.id/620/1/SKRIPSI%20SYAMSULASTRI%20NIM%201
41510791.pdf
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Panduan_CTPS2
020_1636.pdf

22
LAMPIRAN

Gb.1 Dokumentasi Pemberian Edukasi kepada pasien dan penunggu


(Pengambilan gambar sudah dengan izin pasien dan keluarga)

23

Anda mungkin juga menyukai