Hand Hygiene Tugas Arum
Hand Hygiene Tugas Arum
Oleh :
Arum Setyaningsih., S.Kep., Ns.
NIP : 199404052022032005
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDRAL PELAYANAN KESEHATAN
RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
2022
i
KATA PENGANTAR
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan bermanfaat untuk bahan
evaluasi komite PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) di RSUP dr Soeradji
Tirtonegoro.
Arum Setyaningsih,S.Kep.,Ns.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan.................................................................................................... 3
D. Manfaat.................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hand Hygiene ........................................................................... 5
B. Macam-macam Hand Hygiene ............................................................... 5
C. Tujuan Hand Hygiene............................................................................. 6
D. Tata Laksana Hand Hygiene................................................................... 6
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Hand Hygiene .......................... 7
F. Prinsip-prinsip Hand Hygiene ................................................................ 8
G. Fasilitas Hand Hygiene........................................................................... 8
H. Prosedur Hand Hygiene .......................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil survey yang dilakukan World Health Organozations (WHO) pada tahun
2016, menyatakan bahwa prevalensi kejadian Infeksi nosokomial di Eropa lebih dari 4
juta- 4,5 juta pasien terkena setiap tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 1,7
juta pasien yang terkena infeksi nosokomial setiap tahun, ini mewakili prevalensi 4,5%
untuk 99.000 kematian (WHO, 2016). Tingkat infeksi nosokomial yang terjadi di
beberapa negara Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu sekitar 1% dibandingkan dengan
kejadian di negera-negara Asia, Amerika Latin dan Sub- Sahara Afrika yang tinggi hingga
mencapai lebih dari 40% dan menurut data WHO, angka kejadian infeksi di RS sekitar 3
– 21% (rata-rata 9%) (Lynch dkk 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan di dua kota besar Indonesia didapatkan angka
kejadian infeksi nosokomial sekitar 39%-60% (Kasmad, 2010). Infeksi nosokomial di
negara-negara berkembang tinggi karena kurangnya pengawasan, praktek pencegahan
yang buruk, pemakaian sumber terbatas yang tidak tepat dan rumah sakit yang penuh
sesak oleh pasien (Kasmad, 2010).
1
Healthcare Associated Infections (HAIs) terjadi melalui dari pasien ke petugas,
dari pasien ke pasien yang lain, dari pasien ke pengunjung atau keluarga, ataupun dari
petugas ke pasien, melalui kontak langsung peralatan atau bahan yang sudah
terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh lainnya (Depkes, 2010).
2
Laporan audit hand hygiene di Unit Pelayanan RSUP dr Soeradji Tirtonegoro
Klaten pada tahun 2018 dari bulan Januari-Desember diperoleh rerata kepatuhan petugas
Kesehatan dalam melakukan hand hygiene adalah sebesar 89,01 % (Komite PPI RSUP
dr Soeradji Tirtonegoro). Kepatuhan petugas dalam pelaksaan hand hygiene di ruang Lily
Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dilakukan monitor evaluasi. Hasil monitor
evaluasi di online kan setiap hari atau real time. Hasil monitor evaluasi terkait kepatuhan
petugas dalam melaksanakan 5 momen dan 6 langkah mencuci tangan pada bulan
Februari 2022 di Ruang Lily dari 20 petugas kesehatan menunjukkan hasil 93 % untuk
kepatuhan 5 momen mencuci tangan dan 86,5 % untuk kepatuhan 6 langkah mencuci
tangan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Mengetahui Implementasi kepatuhan Ketersediaan Fasilitas Sarana Hand Hygiene
serta Kepatuhan Petugas, Pasien dan Penunggu dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di
Ruang Lily RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Rumah Sakit, laporan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
dan bahan evaluasi terkait dengan ketersediaan fasilitas dan penerapan kepatuhan
5 momen dan 6 langkah cuci tangan di lingkungan rumah sakit.
2. Manfaat bagi Perawat dan Petugas Kesehatan lain di Ruang Lily, laporan ini dapat
digunakan untuk meningkatkan wawasan perawat dan tenaga kesehatan lain
tentang pencegahan infeksi nosocomial dengan penerapan kepatuhan 5 momen
dan 6 langkah.
3
3. Manfaat bagi Pasien dan Penunggu pasien di Ruang Lily, sebagai sumber
informasi cara mencuci tangan 6 langkah yang benar menurut WHO untuk
memutus rantai infeksi selama perawatan di Ruang Lily.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
menggunakan antiseptik.
3. Hand hygiene bedah (surgical handscrub): sebelum melakukan tindakan
bedah dengan cara aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.
6
meninggalkan pasien walaupun tidak menyentuh pasien, untuk melindungi
petugas kesehatan dan area sekelilingnya bebas dari bakteri patogen yang
berasal dari pasien.
7
menggunakan pencuci tangan berbahan dasar alkohol;
3. Jangan gunakan air panas untuk membilas tangan;
4. Setelah handrub atau handwash, biarkan tangan benar-benar kering sebelum
memakai sarung tangan;
5. Jangan memakai kuku buatan atau ekstender ketika kontak langsung dengan
pasien;
6. Sebaiknya menjaga kuku tetap pendek.
8
semakin berkurang dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun sisi
lain, sabun atau detergen dapat membuat kulit menjadi kering dan pecah-
pecah.
3. Larutan antiseptik
Larutan antiseptik atau antimikroba topikal dipakai untuk menghambat
aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Antiseptik memiliki
keragaman efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa pada kulit setelah dipakai
sesuai dengan keragaman jenis antiseptik tersebut dan reaksi kulit masing-
masing individu. Kriteria memilih antiseptik menurut adalah sebagai berikut:
a. Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme
secara luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan
tuberkulosis, fungi, endospora);
b. Efektivitas;
c. Kecepatan aktivitas awal;
d. Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam
e. Pertumbuhan;
f. Tidak mengakibatkan iritasi kulit;
g. Tidak menyebabkan alergi;
h. Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang;
i. Dapat diterima secara visual maupun estetik.
4. Tissue
10
Pelaksanaan handwash diakhiri dengan mengambil kertas tisu atau kain
lap sekali pakai, mengeringkan kedua tangan dan menutup kran dengan siku atau
bekas kertas tisu yang masih di tangan.
11
BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN
12
3. Larutan Antiseptik / Hand Menur 31 Di troli
Rub tindaka, di
nurse station,
di dinding
pemisah antar
pasien dan di
bed pasien
Kenanga 18 Di nurse
station, di troli
Tindakan, di
dinding dan di
masing-masing
bed pasien
Thalasemia 10 Di nurse
&VIP station, di troli
Tindakan dan
di masing-
masing bed
pasien
4. Tissue Menur 1 Di wastafel
nurse station
Kenanga 1 Di wastafel
nurse station
Thalasemia & 4 Di wastafel
VIP nurse station
dan di wastafel
VIP Anak
13
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, ketersediaan fasilitas hand hygiene
di ruang menur sudah baik dan tersedia dengan lengkap, namun untuk
ketersediaan wastafel masih kurang karena wastafel hanya tersedia di dalam area
nurse station dan wastafel di dekat kamar mandi pasien. Hal ini menyebabkan
perawat yang sedang melakukan tindakan di pasien akan memiliki jangkauan
lebih jauh untuk melakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Sehingga
perawat hanya melakukan hand hygiene menggunakan handrub lebih dari 5x. Hal
ini tentu akan memicu kemungkinan terjadinya infeksi HAIs karena mencuci
tangan pakai sabun dan air bersih akan memberi manfaat yang berbeda dari cairan
pembersih tangan berbasis alkohol. Sabun dan air bersih dapat menghilangkan
semua jenis kuman dari tangan, sedangkan cairan pembersih tangan berbasis
alkohol hanya bisa mengurangi jumlah kuman tertentu di kulit. Selain itu, cairan
pembersih tangan hanya dapat digunakan bila tangan kita tidak kotor dan
berminyak. Cairan pembersih tangan berbasis alkohol juga tidak bisa
menghilangkan jenis kuman norovirus, Cryptosporidium, dan Clostridioides
difficile, serta bahan kimia berbahaya seperti pestisida dan logam berat (Kesmas
Kemkes,2020).
Ruang Kenanga (bangsal anak kelas I & II ) memiliki kapasitas bed
sebanyak 12 dimana 6 bed untuk kelas I dan 6 bed untuk kelas II. Ketersediaan
fasilitas hand hygiene di Ruang Kenanga terdiri dari 1 wastafel, 1 handwash dan
tissue yang terdapat di nurse station. Terdapat 1 wastafel dan handwash di ruang
terapi bermain namun tidak tersedia tissue. Untuk fasilitas handrub di ruang
kenanga diletakkan 1 di nurse station, 1 di troli tindakan, 4 di dinding luar ruang
pasien serta 12 handrub yang diletakan pada masing-masing bed pasien.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, ketersediaan fasilitas hand hygiene di ruang
kenanga sudah baik dan tersedia dengan lengkap, namun untuk ketersediaan
fasilitas berupa tissue pada wastafel yang terletak di ruang terapi bermain belum
disediakan. Hal ini tentu belum sesuai dengan fasilitas hand hygiene menurut
Depkes RI (2011) dimana salah satu fasilitas hand hygiene harus terdapat tissue
untuk mengeringkan tangan setelah cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
14
Ruang Thalasemia memiliki kapasitas bed sebanyak 5 bed dan ruang VIP
anak berkapasitas 3 bed. Ketersediaan fasilitas hand hygiene di Ruang Thalasemia
dan VIP terdiri dari 5 wastafel, 1 wastafel di ruang pasien thalassemia, 1 wastafel
di ruang obat, dan 3 wastafel di masing-masing ruang vip anak. Pada masing-
masing wastafel sudah tersedia tissue untuk mengeringkan tangan setelah cuci
tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Untuk fasilitas handrub di ruang
Thalasemia dan VIP diletakkan 1 di nurse station, 1 di troli tindakan, 8 handrub
yang diletakan pada masing-masing bed pasien.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, ketersediaan fasilitas hand hygiene
di ruang thalassemia dan VIP sudah baik dan tersedia dengan lengkap dan sudah
sesuai dengan fasilitas hand hygiene menurut Depkes RI (2011).
15
B. Kepatuhan Hand Hygiene Petugas Di Ruang Lily
16
kembali pada hari berikutnya meskipun. Berdasarkan hasil pengamatan tentang
kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan di ruang Lily didapatkan data bahwa
petugas kesehatan di ruang Lily untuk kepatuhan 5 Momen cuci tangan
memperoleh presentase sebanyak 81.8 % dan untuk kepatuhan 6 langkah cuci
tangan memperoleh presentase 90,9%. Kepatuhan 6 langkah cuci tangan di ruang
Lily lebih tinggi dibandingkan kepatuhan 5 momen cuci tangan. Di dalam
pengamatan 5 Momen cuci tangan terdapat 2 petugas yang tidak melakukan hand
hygine sebelum kontak dengan pasien. Hal ini beresiko akan menyebabkan bakteri
atau pathogen yang terdapat di tangan petugas tertransfer ke pasien sehingga
rantai infeksi dari petugas ke pasien belum terputus (Five Moment Hand Hygiene
WHO,2019). Untuk kepatuhan 6 langkah cuci tangan pada petugas kesehatan
terdapat 1 petugas yang belum melakukan 6 langkah hand hygiene dengan benar.
Petugas hanya melakukan 3 langkah yaitu menggosok telapak tangan, punggung
tangan dan sela-sela jari. Hal ini tentu akan beresiko masih tertinggalnya kuman
pada bagian tangan yang belum digosok, yang akan menyebabkan tidak
terputusnya rantai infeksi.
17
C. Ketepatan Hand Hygiene Pasien dan Penunggu Pasien
a. Sebelum di Edukasi
b. Setelah di edukasi
Tanggal Pasien 6 Langkah Penunggu 6
Pengamatan Langkah
22 Maret 2022- A Ya B Ya
24 Maret 2022 C Ya D Ya
Di Ruang E Ya F Ya
Thalasemia, G Ya - -
Ruang Menur dan H Tidak I Ya
Ruang Kenanga J Tidak K Tidak
L Tidak M Ya
N Ya - -
Jumlah 8 pasien 5 Ya 6 Penunggu 5 Ya
3 Tidak 1 Tidak
% Ketepatan 62,5% 83.3%
18
Penulis melakukan pengamatan hand hygiene yang dipraktekan oleh
pasien dan penunggu pasien di Ruang Lily pada tanggal 22 Maret -24 Maret 2022.
Penulis pada tanggal 22 Maret melakukan pengamatan di Ruang Thalasemia dan
Ruang Menur. Di Ruang Thalasemia penulis mengambil sampel dengan cara total
sampling yaitu seluruh pasien thalassemia beserta penunggu. Namun ada satu
pasien tanpa penunggu. Untuk di Ruang Menur penulis mengambil sampel
dengan cara random sampling yaitu memilih secara acak pasien dan penunggu
pasien sebanyak 3 sampel dengan memilih pasien yang kooperatif. Untuk Ruang
Kenanga penulis mengambil 2 sampel dan ada 1 pasien tanpa penunggu.
Penulis pertama melakukan simple interview kepada para pasien dan
penunggu tentang hand hygiene. Di dapatkan hasil bahwa semua pasien sudah
diberikan edukasi oleh perawat ruang lily tentang cuci tangan 6 langkah yang
benar. Namun untuk implementasi cuci tangan 6 langkah para penunggu dan
pasien belum bisa mempraktekan dengan tepat. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai
macam factor salah satunya yaitu tingkat pengetahuan pasien maupun penunggu.
Penulis kemudian melakukan edukasi ulang kepada pasien dan penunggu
tentang cuci tangan 6 langkah yang benar dengan cara mempraktekan cuci tangan
6 langkah di depan pasien dan penunggu. Setalah diedukasi, penulis langsung
mengevaluasi dengan cara meminta mempraktekan kembali gerakan cuci tangan
6 langkah yang benar kepada pasien dan penunggu.
Sebelum diedukasi, dari 8 pasien diperoleh cuci tangan 6 langkah dengan
tepat yaitu 37,5 % atau 3 dari 8 pasien yang bisa mempraktekkan cuci tangan 6
langkah dengan benar. Untuk penunggu pasien diperoleh kepatuhan cuci tangan
6 langkah sebesar 66,6 % atau 4 dari 6 penunggu bisa mempraktekkan cuci tangan
6 langkah dengan benar. Setelah dilakukan edukasi cuci tangan 6 langkah
diperoleh 62,5 % atau 5 dari 8 pasien bisa mempraktekan cuci tangan 6 langkah
dengan benar. Sedangkan untuk penunggu setelah diedukasi memperoleh
presentase 83,3 % atau 5 dari 6 penunggu bisa mempraktekan 6 langkah cuci
tangan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepatuhan
dan ketepatan cuci tangan 6 langkah setelah pasien dan penunggu pasien diberikan
edukasi. Hal ini ssesuai dengan salah satu factor-faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku yaitu pengetahuan. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku
19
baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007). Sehingga perawat harus terus mengedukasi dan
mengingatkan pasien maupun penunggu pasien untuk mengaplikasikan cuci
tangan 6 langkah dalam kehidupan sehari-hari.
20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan tentang ketersediaan fasilitas hand hygiene
dan kepatuhan petugas, pasien dan penunggu dalam melakukan hand hygiene di
Ruang Lily dapat disimpulkan :
1. Ketersediaan Fasilitas Hand Hygiene di Ruang Lily sudah cukup lengkap
dimana setiap bangsal terdapat wastafel, handwash, handrub dan tissue.
2. Kepatuhan petugas Ruang Lily dalam melaksanakan 5 momen cuci tangan
diperoleh presentase 81,8 % dan untuk 6 langkah cuci tangan diperoleh
presentase patuh sebesar 90.9 %.
3. Ketepatan cuci tangan 6 langkah yang dilakukan pasien sebelum edukasi
diperoleh presentase 37,5 % sedangkan setelah edukasi diperoleh ketepatan
sebesar 62,5 %. Ketepatan cuci tangan 6 langkah yang dilakukan penunggu
sebelum edukasi diperoleh presentase sebesar 66,6 % sedangkan setelah
diedukasi diperoleh presentase 83,3 %.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dengan hasil pengamatan ini antara lain:
1. Bagi Kepala Ruang Lily untuk terus memantau dan mengingatkan kepada
perawat pelaksana (AN) dalam melakukan 5 momen dan 6 langkah cuci
tangan.
2. Bagi Perawat di Ruang Lily untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan
dalam melakukan 5 momen dan 6 langkah cuci tangan serta untuk terus
memberikan edukasi hand hygiene secara terus menerus kepada pasien dan
penunggu.
3. Bagi Tim PPI RSUP dr Soeradji Tirtonegoro untuk monitoring supervise hand
hygiene secara periodik di setiap bangsal atau ruang perawatan serta
berkoordinasi dengan petugas sanitasi dalam penambahan jumlah wastafel di
Ruang Lily.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
23