NASIONAL KESEHATAN
DALAM RANGKA
DIES NATALIS KE-50 DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
DAN IKAAKPER DEPKESPALEMBANG
PROFESIONALISME PERAWAT
DALAM MENCAPAI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
(SUSTAINABLE DEVELOPMENT )
i
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KESEHATAN
ISBN:978-602-8491-48-8
ii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
“PROFESIONALISME PERAWAT DALAM MENCAPAI PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT )”
Auditorium Rumah Sakit Mata Provinsi Sumatera Selatan, 01 – 02 Maret 2018
Editor Pelaksana :
Reviewer :
iii
PRAKATA
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas nikmat dan
rahmat-Nya sehingga kita dapat menyelenggarakan Seminar Nasional dengan Tema “
Profesionalisme Perawat dalam Upaya Mencapai Pembangunan Berkelanjutan” pada
tanggal 01-2 Maret 2018 di Gedung RS Mata Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan ini
diselenggarakan oleh Prodi DIII Keperawatan Palembang bekerjasama dengan Ikatan
Alumni Akper Palembang dalam rangka Dies Natalis DIII Keperawatan dan IKA Akper
Depkes Palembang yang ke – 50 tahun dan diharapkan dapat menjadi kegiatan rutin
tahunan.
Salah satu luaran dalam kegiatan seminar nasional ini adalah Prosiding ber ISBN
yang memuat hasil karya ilmiah dari peserta yang dipresentasikan dalam kegiatan ini.
Materi seminar yang ditampilkan dalam Prosiding ini mencakup bidang ilmu kesehatan
masyarakat, keperawatandan kesehatan lainnya, sehingga dapat membangun kerjasama
antar peserta dengan keilmuan yang multidisiplin yang berasal dari beberapa daerah di
Indonesia.
Pada kesempatan ini atas nama panitia penyelenggara kegiatan, kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pembicara, pemakalah, para peserta yang
telah meluangkan waktunya untuk menulis dan menghadiri acara Seminar Nasional
Kesehatan ini. Kepada seluruh pihak yang berperan aktif dalam kepanitiaan dan telah
mendukung untuk kesuksesan acara ini, kami mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga apa yang kita kerjakan dan hasilnya
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
iv
SUSUNAN PANITIA
v
PEMBICARA
vi
JADWAL KEGIATAN
vii
DAFTAR ISI
ARTIKEL PRESENTATOR
1. Spiritual Fulfillment By Hospital Patient Care Nurse
Mardiani, Hermansyah, Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan
Keperawatan……………………………………………………………………… 18
3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pasangan Usia Subur dengan Penggunaan
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Akdr) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu
Kabupaten Deli SerdangTahun 2017
Honglianta R. Saragih,UPT Pelatihan Kesehatan Provinsi Sumatera Utara…… 28
4. Hubungan Karakteristik, Pola Asuh Ibu Dan Teman Sebaya Dengan Insiden
Bullying Pada Anak Di Madrasah Ibtidaiyah Azhariyah
Suzanna, STIKes Muhammadiyah Palembang………………………………… 38
viii
7. Edukasi Kesehatan Terstruktur Dan Stigma Masyarakat Pada Klien Tb Paru
Verra Widhi Astuti, Astuti Yuni Nursasi, Sukihananto, Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia…………………………….. 59
10.Daya Saing Perawat Indonesia Pada Era Pasar Bebas Sektor Jasa di Asia
Tenggara
Masdalina Pane, Badan Litbang Kementerian Kesehatan……………………… 78
12.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemberian Obat Penurun Panas
Pada Anak Umur 0 - 9 Bulan Setelah Diimunisasi DPTdan Campak di Poli Anak
Rumah Sakit Tingkat IIDr. AK Gani Palembang Tahun 2017
Arly Febrianti, Akper Kesdam II / Sriwijaya……………………………………. 94
15.Pebedaan Waktu Lama Proses Persalinan Antara Ibu Yang Didampingi Dan
Tidak Didampingi Keluarga Di RS. Tk IIDr. A.K. Gani Palembang
Ismar Agustin1, Azwaldi, Maliha Amin, Poltekkes Kemenkes Palembang…… 114
18.Efektifitas Massase Rolling (Punggung) Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Post
Operasi Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Palembang
Maliha Amin, Rehana, Rosnani, Herawati Jaya,Poltekkes Kemenkes
Palembang, Prodi DIII Keperawatan Palembang……………………………….. 131
ix
19.Pengaruh Relaksasi Hipnosis Terhadap Respon Nyeri Dan Frekuensi
Kekambuhan Nyeri Pada Lanjut Usia Dengan Gastritis Di Wilayah Kerja
Puskesmas Merdeka Palembang
Budi Santoso, Sulaiman, Intan Kumalasari, Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurusan Keperawatan……………………………………………………………. 137
29.Pengaruh Massage Pasca Latihan Fisk Anaerobik Terhadap Kadar Asam Laktat
Pada Orang Yang Tidak Terlatih
Sri Martini, Sulaiman, Nilai Utami Nurhasanah, Poltekkes Kemenkes
Palembang…………………………………………………………………. 208
x
Pembedahan Di Ruang Pemulihan Rs Bari Palembang
Yunike1, Een Puriyati,Poltekkes Kemenkes Palembang……………………….. 217
xi
MATERI PEMBICARA
PROFESIONALISME TENAGA KESEHATAN UNTUK INDONESIA SEHAT
Amar Muntaha
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan PP Medan
ABSTRAK
Untuk mencapai pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat program pemerintah dipri-
oritaskan pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta upaya kesehatan, khususnya
upaya promotif dan preventif, yang ditunjang oleh pengembangan dan pemberdayaan profesio-
nalisme tenaga kesehatan. Untuk mengantisipasi tantangan global perdagangan bebas kom-
petensi tenaga kesehatan Indonesia masih harus menghadapi tantangan di lingkup sendiri. Me-
lihat data Kemenristek Dikti RI, dari total 24.500 program studi di 4.500 perguruan tinggi In-
donesia, terdapat sekitar 3,195 prodi kelompok kesehatan dengan jumlah mahasiswanya seba-
nyak 449 ribu orang. Maka, perkiraan jumlah lulusan yang dihasilkan per tahunnya, mencapai
sekitar 125 ribu lulusan. Meski memiliki jumlah lulusan yang banyak, kompetensi setiap lulusan
akan berbeda. Disparitas mutu kelembagaan pendidikan di sektor kesehatan antar wilayah di
Indonesia masih sangat tinggi. Ini menjadi masalah penting yang harus diantisipasi melalui uji
kompetensi tenaga kesehatan.Keberhasilan upaya pelayanan kesehatan yang baik juga tidak
terlepas dari perilaku profesional tenaga kesehatan. Untuk mencapai terwujudnya visi dan misi
Indonesia sehat dan antisipaai perdagangan bebas AFTA perlu adanya peningkatan kompeten-
si tenaga kesehatan yang humanis dengan meningkatkan mutu pendidikan, pengetahuan, me-
lek media dan informasi, serta uji kompetensi tenaga kesehatan.
Kata Kunci: KompetensiTenaga Kesehatan , Institusi Pendidikan Kesehatan, Indonesia sehat
Maksuk
Poltekkes Kemenkes Palembang
Email: maksuk@poltekkespalembang.ac.id
Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu pendidikan yang berkualitas, kaitan tujuan
tersebut dengan penyelenggaraan pendidikan vokasi keperawatan yaitu menghasilkan lulusan
yang perawat yang kompeten dan berkualitas. Dalam rangka penguatan salah satu tujuan pem-
bangunan berkelanjutan tersebut dan untuk menghasilkan lulusan perawat yang kompeten dan
berkualitas tentunya diperlukan beberapa strategi dalam rangka penguatan pendidikan vokasi
keperawatan. Saat ini pendidikan vokasi keperawatan dihadapkan dengan masalah distribusi
jumlah lulusan yang melebihi jumlah kebutuhan yang dialokasikan oleh kementerian kesehatan.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan strategi untuk meningkatkan kua-
litas lulusan yang dapat bersaing secara nasional maupun internasional dan ini menjadi tantan-
gan bagi pendidikan vokasi perawat untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan berkualia-
tas. Adapun strategi untuk menguatkan tujuan tersebut yaitu memberikan ilmu pengetahuan dan
teknologi sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, meningkatkan kompe-
tensi pendidik melalui pendidikan dan pelatihan sesuai keilmuan mengembangan laboratorium
bahasa, menyediakan sarana dan prasarana labotarorium yang memadai sebagai tempat praktik,
mengembangan kurikulum yang diakui oleh negara lain (berstandar internasional) sehingga lu-
lusan dapat diterima bekerja di luar negeri dan mengembangkan kelas internasional.
Kata kunci: Pendidikan Vokasi Keperawatan, SDGs
Pitri Noviadi
Poltekkes Kemenkes Palembang
Mardiani1, Hermansyah1
1
Health Polytechnic Bengkulu Ministry of Health, Department of Nursing,
Indragiri No. 03 Jalan Padang Hope Bengkulu
mardiani21daud@gmail.com
ABSTRACT
Nurses who have the ability to identify and understand the spiritual aspects of the patient, will
be Able to carry out spiritual fulfillment and knowing how spiritual beliefs can Affect the life of
every individual. The purpose of this study is the perception of nurses correlation with the ful-
fillment of the spiritual care of Patients in inpatient hospitals Dr.M. Yunus Bengkulu. The Type
of research is analytics with cross sectional design. The The Research sample is nurses inpatient
ward of Hospital Dr. M. Yunus Bengkulu who numbered 83 nurses taken with total sampling
technique. Research done at eight hospitals wards Dr. M Yunus Bengkulu for two months. Col-
lecting the data using a questionnaire. Quantitative Data analysis is univariate and bivariate with
chi-square test at α 5%. The results Showed that there was a significant relationship between the
perception of nurses and spiritual fulfillment of inpatient care in hospitals Dr. M.Yunus Bengku-
lu (p: 0.022) with OR 3.107 (95% CI: 1.265 to 7.630), the which means nurses have perception-
less chance three times to apply the spiritual care that is less favorable than that good percep-
tion. To the Hospital Dr. M. Yunus Bengkulu expected for the provision of facilities and addi-
tional skills for nurses in the inpatient room about the importance of spiritual fulfillment as well
as The Necessary care program to improve the perception of nursing care, especially for inpa-
tients spiritual fulfillment. the which means nurses have perceptionless chance three times to
apply the spiritual care that is less favorable than that good perception. To the Hospital Dr. M.
Yunus Bengkulu expected for the provision of facilities and additional skills for nurses in the
inpatient room about the importance of spiritual fulfillment as well as The Necessary care pro-
gram to improve the perception of nursing care, especially for inpatients spiritual fulfillment.
the which means nurses have perceptionless chance three times to apply the spiritual care that is
less favorable than that good perception. To the Hospital Dr. M. Yunus Bengkulu expected for
the provision of facilities and additional skills for nurses in the inpatient room about the impor-
tance of spiritual fulfillment as well as The Necessary care program to improve the perception
of nursing care, especially for inpatients spiritual fulfillment.
Keywords: Perception, nurses, spiritual care
INTRODUCTION
Nurses as health workers pofesional life related to health (Mc Sherry, 1998;
have the greatest opportunity to deliver a Monod et al, 2012; Rajinkan, 2006).
comprehensive nursing care to help clients to The need for the spiritual aspect is
meet basic needs, namely a holistic bio- especially important during periods of
psycho-social and spiritual (Potter & Perry, illness, because when sick, a person's energy
2009). The spiritual aspect is one of the will be reduced and the spirit of these people
components in the overall nursing (Holistic will be affected, therefore the spiritual needs
Nursing) on the individual that can of patients need to be met (Potter & Perry,
harmonize the physical aspect (body), mind / 2005). Patients revealed that their spiritual
psychology (mind), and spirit (spirit) needs is the need for meaning, purpose and
(Dossey, 2005). The spiritual aspect can hope in life, his relationship with God,
encourage someone to do their best when spiritual practices, religious obligations,
facing a stressful, emotional, illness, or even relationships and the relationship with the
dying, so patients can achieve the quality of nurse (Hodge et al, 2011).
Table 1 shows that the majority of married, more than the majority of
nurses (88.0%) with the female gender, more respondents (61 , 4%) were aged over 34
than a majority (68.7%) and professional years and the majority of respondents (53%)
education, and almost all (95.2%) were work more than 10 years.
Table 2.Persepsi respondents about Spiritual Care
perceptions of Frequency Percentage
spiritual Care (f) (%)
Less 40 48.2
Good 43 51.8
Total 83 100.0
According to the table 2. dapat in mind that the majority of respondents (51.8%) have a
good perception of spiritual care.
Table 3. Fulfillment of Spiritual Care Patients
Fulfillment of Spi- Frequency Percentage
ritual Care Pa- (f) (%)
Less
tients 38 45.8
Good 45 54.2
Total 83 100.0
Based on the results in Table 4 it can be This study is in line with the opinions
seen that out of 40 respondents to the unfa- Wiwindaryati (2006), which conducts
vorable perception there are 24 people (60%) research on the perception of nurses on the
with spiritual fulfillment care less, and of 43 spiritual aspects of nursing care in the
respondents who berpersepsi well there are hospital. Research results show that nurses
14 people (32.6%) with compliance with understand well that the client requires
good care spiritually advanced. Mneunjuk- spiritual fulfillment, nurses take the role of
kan research results p value: 0.022 <0.05, spiritual nursing care and nurses sufficiently
which means there is a significant relation- understand the spiritual nursing care.
ship between the perception of nurses with According to Paulina (2009), states the
spiritual fulfillment ways. OR value of 3.107 spiritual touch is intimate activities that the
(95% CI: 1.265 to 7.630), which means that basic needs of human beings. Without the
perception nurses have less opportunity three spiritual touch, someone will be much more
times to apply the spiritual care less favora- susceptible to depression, stress, easily
ble than that berpersepsi good nurse. agitated, loss of confidence and loss of
motivation. Spiritual touch has many
DISCUSSION meanings. Can mean something that can
Results of univariate study showed provide a sense of comfort, consolation, or
that most nurses (88.0%) with the female happy. According to Aziz (2006),
gender, more than a majority (68.7%) and Assumptions can researchers describe
professional education, and almost all that in addition to the nurse's perception
(95.2%) were married, more than the majori- family factors also play an important role in
ty of respondents ( 61.4%) were aged over the spiritual fulfillment of the patient, it is
34 years and the majority of respondents consistent with the theory according to Potter
(53%) work more than 10 years. For the per- & Perry (2009), the family was instrumental
ception of respondents most respondents in meeting the spiritual needs of patients in
(51.8%) had a good perception and in fulfil- which the family is the first place the patient
ling the spiritual needs of patients obtained gain experience and views of life. Of
more than the majority of respondents families, individuals learn about God, life
(54.2%) had a good care of spiritual fulfill- and yourself. Thus, the negative impact of
ment. After the bivariate analysis, the results non-fulfillment of spiritual needs that
showed that there was a significant relation- spiritual distress and can also will be much
ship between the perception of nurses with more susceptible to depression, stress, easily
spiritual fulfillment of inpatient care in hos- agitated, loss of confidence and loss of
pitals Dr. M.Yunus Bengkulu (p: 0.022) with motivation, which may lead to a person
OR 3.107 (95% CI: 1.265 to 7.630), feeling alone and isolated from others.
Individuals may question their spiritual
values, life purpose,
ABSTRAK
ABSTRACT
Background and aims: ASEAN Economic Community (AEC) was a form of ASEAN econom-
ic integration, including free trade on health matters such as health care facilities. Specilistic
nursing clinic was on of the healthcare facilities which was open for free trade. The study was
aimed to know position of specialistic nursing clinic in order to face free trade on health in the
frame of ASEAN Economic Community. Methods:Design of the study was descriptif study
with kuantitative and qualitative analysis. Secondary data was collected from Minstry of Health,
professionals, related association, result of researchs, and other sources. Step of the activities
were literature seeking through interview to related resources person and analysis with all re-
lated documents. Results: Specialistic nursing clinic was one of health cae fasilities whic was
open for foreign investment up to 70% in capital of eastern part of Indonesia except Makassar
and Manado, meanwhile for Medan and Surabaya up to 51%. There was no specific strategic
Honglianta R. Saragih1
UPT Pelatihan Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu alat jenis alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi adalah
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). AKDR adalah cara pencegahan kehamilan yang san-
gat efektif, aman, dan reversibel bagi wanita. AKDR merupakan kontrasepsi yang dimasukkan
melalui serviks dan dipasang di dalam uterus. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap ibu pasangan usia subur dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017.
Metode: jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu pasangan usia subur yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang sebanyak 3852 orang pada bulan Juni 2017. Sampel dalam penelitian
ini sebanyak 97 orang dengan cara purposive sampling dengan kriteria sampel. Analisis data
dengan menggunakan data univariat dan bivariat. Hasil: hasil penelitian adalah pengetahuan ibu
pasangan usia subur mayoritas terdapat pada kategori cukup yaitu 39 orang (40,2%), sikap ibu
pasangan usia subur mayoritas terdapat pada kategori negatif yaitu 49 orang (50,5%).
Kesimpulan: bahwa ada hubungan pengetahuan ibu pasangan usia subur dengan penggunaan
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dengan nilai signifikansi yaitu 0,001 < 0,05 dan ada
hubungan sikap ibu pasangan usia subur dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) dengan nilai signifikansi yaitu 0,003 < 0,05. Saran adalah diharapkan kepada petugas
kesehatan agar meningkatkan promosi kesehatan tentang sosial demografi terkhususnya pada
efek samping pemakaian AKDR sehingga akseptor AKDR mendapat informasi yang lengkap
tentang AKDR dan cara penanggulangan efek samping yang berlebihan sehingga akseptor
AKDR tetap menggunakan AKDR sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan
efesien
HASIL
Umur
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Umur Ibu Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
No. Umur Frekuensi Persentase (%)
1. < 20 tahun 8 8,2
2. 21-35 tahun 30 30,9
3. > 36 tahun 59 60,8
Jumlah 97 100,0
Dari tabel 1. diatas bahwa umur ibu (60,8%) dan minoritas pada kategori < 20
pasangan usia subur mayoritas terdapat pa- tahun yaitu 8 orang (8,2%).
da kategori > 36 tahun yaitu 59 orang
Pendidikan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1. Dasar 12 12,4
2. Menengah 55 56,7
3. Tinggi 30 30,9
Jumlah 97 100,0
Dari tabel 2. diatas bahwa pendidikan (56,7%) dan minoritas pada kategori dasar
ibu pasangan usia subur mayoritas terdapat yaitu 12 orang (12,4%).
pada kategori menengah yaitu 55 orang
Dari tabel 3. diatas bahwa jumlah orang (64,9%) dan minoritas pada kategori
anak ibu pasangan usia subur mayoritas ≤ 2 anak yaitu 34 orang (35,1%).
terdapat pada kategori > 2 anak yaitu 63
Pengetahuan Ibu Pasangan Usia Subur
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1. Kurang 33 34,0
2. Cukup 39 40,2
3. Baik 25 25,8
Jumlah 97 100,0
Dari tabel 4. diatas bahwa pengeta- (40,2%) dan minoritas pada kategori baik
huan ibu pasangan usia subur mayoritas yaitu 25 orang (25,8%).
terdapat pada kategori cukup yaitu 39 orang
Jawaban Pengetahuan Ibu Pasangan Usia Subur
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan Ibu Pasangan Usia Subur di Wilayah
Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
No Materi Salah Benar
f % f %
1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat 50 51,5 47 48,5
kontrasepsi yang dimasukkan dalam rahim
2. Kontrasepsi AKDR dapat mencegah terjadinya 31 32,0 66 68,0
kehamilan
3. AKDR dapat digunakan ibu yang mengalami penyakit 36 37,1 61 62,9
kelamin atau infeksi dalam rahim
4. AKDR dapat dipasang kapan saja ibu inginkan 56 57,7 41 42,3
5. Ibu yang sudah mempunyai cukup anak dan tidak mau 62 63,9 35 36,1
hamil lagi diperbolehkan menggunakan kontrasepsi
AKDR
6. Ibu yang tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal 34 35,1 63 64,9
(suntik, pil, dan implant) boleh menggunakan
kontrasepsi AKDR
7. Segera setelah AKDR dilepas, maka ibu dapat hamil 51 52,6 46 47,4
kembali
8. Efek samping pemakaian AKDR adalah merasa sakit 50 51,5 47 48,5
dan kejang selam 2 minggu
9. Rasa nyeri saat haid pada pemakaian kontrasepsi AKDR 41 42,3 56 57,7
akan hilang setelah 3 bulan
10. Pemasangan kontrasepsi AKDR sewaktu ibu sedang 53 54,6 44 45,4
haid menyebabkan rasa nyeri
Dari tabel 6. diatas bahwa sikap ibu dan minoritas pada kategori positif yaitu 48
pasangan usia subur mayoritas terdapat pa- orang (49,5%).
da kategori negatif yaitu 49 orang (50,5%)
Jawaban Sikap Ibu Pasangan Usia Subur
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Jawaban Sikap Ibu Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
No Materi Sangat tidak Tidak setuju Setuju Sangat setu-
setuju ju
f % f % f % f %
1. AKDR merupakan alat 12 12,4 21 21,6 26 26,8 38 39,2
kontrasepsi yang aman dan
efektif
2. AKDR lebih praktis dari 17 17,5 27 27,8 24 24,7 29 29,9
pada alat kontrasepsi
lainnya
3. AKDR dapat menjarangkan 20 20,6 14 14,4 25 25,8 38 39,2
kelahiran
4. AKDR merupakan alat 32 33,0 23 237 9 9,3 33 34,0
kontrasepsi jangka panjang
5. Pencabutan AKDR tidak 31 32,0 12 12,4 15 15,5 39 40,2
mempengaruhi tingkat
kesuburan ibu
6. Ibu tidak perlu malu saat 23 23,7 15 15,5 11 11,3 48 49,5
pemasangan AKDR
7. AKDR tidak menggangu 31 32,0 13 13,4 16 16,5 37 38,1
hubungan seksual
8. Pemasangan AKDR dapat 27 27,8 17 17,5 11 11,3 42 43,3
menyebabkan timbulnya
penyakit lain
9. Pemasangan AKDR 23 23,7 20 20,6 20 20,6 34 35,1
memerlukan waktu relatif
cepat
10. Biaya pemasangan AKDR 24 24,7 11 11,3 27 27,8 35 36,1
terjangkau oleh masyarakat
Dari tabel 7. diatas bahwa sikap ibu sangat tidak setuju tentang AKDR merupa-
pasangan usia subur mayoritas menjawab kan alat kontrasepsi jangka panjang yaitu
Dari tabel 9. diatas bahwa penggu- nakan AKDR yaitu 80 orang (82,5%) dan
naan AKDR ibu pasangan usia subur mayo- minoritas pada kategori menggunakan
ritas terdapat pada kategori tidak menggu- AKDR yaitu 17 orang (17,5%).
Hubungan Pengetahuan Ibu Pasangan Usia Subur Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR)
Tabel 10. Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Ibu Pasangan Usia Subur
Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskes-
mas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
Penggunaan AKDR Jumlah p value
Pengetahuan Tidak menggu- Menggunakan
No
Ibu PUS nakan AKDR AKDR
f % f % f % 0,001
1 Kurang 32 33,0 1 1,0 33 34,0
2 Cukup 33 34,0 6 6,2 39 40,2
3 Baik 15 15,5 10 10,3 25 25,8
Jumlah 80 82,5 17 17,5 97 100
Hubungan Sikap Ibu Pasangan Usia Subur Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)
Tabel 11. Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Sikap Ibu Pasangan Usia Subur Dengan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pan-
cur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
Penggunaan AKDR Jumlah p value
Dari tabel 11. diatas bahwa sikap ibu orang (6,2%). Berdasarkan hasil uji chi
pasangan usia subur mayoritas dengan ka- square dengan nilai signifikansi yaitu 0,001
tegori negatif yaitu 49 orang (50,5%) den- < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
gan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Kesimpulannya ada hubungan pengetahuan
Rahim (AKDR) kategori tidak mengguna- ibu pasangan usia subur dengan
kan AKDR yaitu 46 orang (47,4%) dan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
menggunakan AKDR yaitu 3 orang (3,1%). (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas
Berdasarkan hasil uji chi square dengan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun
nilai signifikansi yaitu 0,003 < 0,05, maka 2017
Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya Penelitian Henry (2013) bahwa ada
ada hubungan sikap ibu pasangan usia sub- hubungan pengetahuan dengan pemilihan
ur dengan penggunaan Alat Kontrasepsi kontrasepsi IUD pada wanita usia subur di
Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Desa Sepanjang Wilayah Kerja Puskesmas
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Sepanjang Kecamatan Glenmore
Serdang Tahun 2017. Kabupaten Banyuwangi. Responden dengan
pengetahuan baik sebanyak 66 orang,
PEMBAHASAN sebagian besar tidak memilih kontra sepsi
IUD. Untuk responden dengan tingkat
Hubungan Pengetahuan Ibu Pasangan
pengetahuan cukup sebanyak 106 orang,
Usia Subur Dengan Penggunaan Alat
sebagian besar tidak memilih kontra sepsi
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
IUD. Sementara itu untuk responden
Hasil penelitian bahwa pengetahuan dengan tingkat pengetahuan kurang
ibu pasangan usia subur mayoritas dengan sebanyak 106 orang, sebagian besar
kategori cukup yaitu 33 orang (34,0%) memilih kontrasepsi IUD.14
dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Rendahnya penggunaan AKDR salah
Dalam Rahim (AKDR) kategori tidak satunya dipengaruhi kurangnya
menggunakan AKDR yaitu 33 orang pengetahuan aseptor tentang kelebihan dari
(34,0%) dan menggunakan AKDR yaitu 6 metode kontrasepsi AKDR dan lebih
Suzanna1
1
STIKes Muhammadiyah Palembang
(Email :anna_nice84@yahoo.com, HP:+6281373759108)
ABSTRACT
Latar Belakang : Bullying adalah prilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk menye-
rang target atau korban, yang biasanya adalah orang yang lemah, mudah diejek, dan tidak bisa
membela diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar karakteristik(jenis
kelamin), pola asuh ibu dan teman sebaya dengan insiden bullying. Metode: desain penelitian
yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam peneli-
tian ini adalah siswa / siswi V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Azhariyah Palembang yang berjum-
lah 54 responden dengan menggunakan Quota Sampling, dan instrument pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil : ini menunjukkan ada
hubungan antara karakteristik (jenis kelamin), pola asuh ibu, teman sebaya dengan insiden bul-
lying. Kesimpulan : diharapkan dapat dijadikan sebagai masukkan bagi pihak sekolah untuk
lebih meningkatkan bimbingan, serta pengawasan terhadap insiden bullying. Bagi institusi pen-
didikan STIKes Muhammadiyah Palembang diharapkan untuk dapat memberikan penyuluhan
mengenai insiden bullying.
Kata Kunci : insiden bullying, karakteristik, pola asuh ibu , teman sebaya
ABSTRACT
Background:Bullying is the aggressive behavior deliberate to attack the target or victims that is
usually weak, testing and does not have self defense. The objective of this research is to know
the correlation between characteristic (gender), mother’s parenting and friends to the bullying
incident. Method:This research is a quantitative research design used analyytic survey with
cross sectional approachment. The sample is the research is the 54 students of the fifth and sixth
grade of Madrasah Ibtidaiyah Azhariyah Palembang by using the quota sampling and the in-
strument data collection is used by the questionare. Results:The result of this research is to
show the correlation between characteristic (gender), mother’s parenting, and friend to the bul-
lying incident. Conclusion: Based on this research it can be suggestion for the school to im-
prove the counseling and suppresive the bullying insident. For the isntitution of STIKes Mu-
hammadiyah Palembang it is hoped that it can give consultation about the bullying insident.
Key words : bullying incident, charateristic, mother’s parenting, friends
Insiden bullying
Tidak mela- Jumlah p
Jenis kelamin Melakukan bul- OR
kukan bully- value
lying
ing
n % n % n %
Laki-laki 9 16,7 21 38,9 30 55,6
0,013 0,214
Perempuan 16 29,6 8 14,8 24 44,4
Jumlah 25 46,3 29 53,7 54 100
Berdasarkan tabel diatas hasil anali- ti ada hubungan antara jenis kelamin den-
sis hubungan antara jenis kelamin dan insi- gan insiden bullying. Berdasarkan hasil
den bullying, sebagian besar responden la- analisis, didapatkan juga nilai OR jenis ke-
ki-laki yang pernah melakukan bullying lamin= 0,214artinya apabila anak laki-laki
yaitu sebanyak 21 responden (38,9%). Hasil berpeluang 0,214 kali berprilaku bullying
uji statistik diperoleh nilai pvalue = 0,013 dibandingkan anak perempuan.
(p value ≤ 0,05), sehingga Ho ditolak berar-
.
Berdasarkan tabel diatas hasil anali- Berdasarkan hasil analisis, didapatkan juga
sis hubungan antara pola asuh ibu dengan nilai OR perilaku kenakalan remaja tinggi =
insiden bullying, sebagian besar responden 0,235, artinya apabila anak yang mempu-
yang mempunyai pola asuh otoriterpernah nyai pola asuh ibu otoriter, berpeluang
melakukan bullying yaitu sebanyak 20 0,235 kali akan semakin mengalami prilaku
orang (37,0%). Hasil uji statistik diperoleh bullying disbanding anak yang mempunyai
nilai p value = 0,028 (p value ≤ 0,05), se- pola asuh demokratis.
hingga Ho ditolak berarti ada hubungan
antara pola asuh ibu dan insiden bullying .
Hubungan teman sebaya dengan insiden bullying
Tabel 4. Distribusi Teman Sebaya Dengan Insiden Bullying Pada Anak
Di MI Azhariyah Palembang Tahun 2016
Insiden bullying
Tidak melaku- Melakukan Jumlah P
Teman sebaya OR
kan bullying bullying Value
n % N % N %
Pengaruh positif 15 27,8 7 13,0 22 40,7
0,012 4,714
Pengaruh negatif 10 18,5 22 40,7 32 59,3
Jumlah 25 46,3 29 53,7 54 100
Asyiah Simanjorang1
1
UPT Pelkes Provinsi Sumatera Utara
asyiahsimanjorang71@yahoo.com/081361969101
ABSTRAK
Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui umur 31-45 tahun dan umur 46-65 tahun
bahwa responden paling banyak pada sebanyak 39 responden (45,3%) dan umur
Megawati1
Poltekkes Kemenkes Medan
Email : hj.megawati1963@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Kecemasan (ansietas) adalah suatu respon individu terhadap suatu keadaan
yang tidak menyenangkan yang dialamioleh makluk hidup (manusia) dalam kehidupannya seha-
ri-hari dan juga merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobsevasi secara
langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek spesifik. Metode: Penelitian ini
menggunakan metode yang bersifat deskriftif dengan desain cross sectional yang bertujuan un-
tuk memperoleh bagaimana hubungan tingkat kecemasan orang tua menghadapi anak pada ma-
sa pubertas. Dengan menggunakan kuesioner terhadap 30 responden yaitu orang tua yang mem-
punyai anak remaja pada masa pubertas di Desa Simpang Empat dusun I Kecamatan Sei Ram-
pah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 dengan berbentuk tabel distribusi. Variabel inde-
pendean meliputi umur jenis pekerjaan tingkat pendidikan dan pengetahuan. Hasil: Dari hasil
penelitian diperoleh (90%) responden dinyatakan cemas dalam menghadapi anak pada masa
pubertas. Kesimpulan: Oleh karena itu perlu ditingkatkan penyuluhan terutama pada orang tua
yang memiliki anak pada masa pubertas dalam menghadapi masa pubertas agar hubungan ting-
kat kecemasan yang dialami dapat semangkin berkurang atau dapat diatasi.
Kata kunci : Kecemasan, Orang Tua, Masa Pubertas
T
Tabel
bel 1. Distribusi Frekuensi responden
resp nden berdasarkan
berdas
berd s rk n hubungan
hubun
hubung n Tingkat
Tin
Tingkk t Kecem
Kecemasan
s n
Orangtua
Or n tu di Desa
Des Simpang
Simp n Empat
Emp t Dusun 1 Kec.
Kec Sei R
Rampah
mpah
mp h Kab.
K bb. Serdang Bed
Beda
Bedagaii
Dari tabel
ta el 1 dapat
a at dilihat bahwa
a wa yang
a se
sedang
a sebanyak
se a a 16 orang (53,3%)
( %)
ma ritas responden
mayoritas res e berdasarka
er asarkan tingkat
ti dan
a minoritas
mi ritas res
responden
e adalah
a alah kecemasan
kecemasa
kecemasan
ecemasa orangtua
ra t a aadalah
alah kecemasan
kecemasa ringan
ri a sebanyak
se a a 14 orang
ra (46,7%)
(46,7%).
Tabel
T bel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Resp nden berdasarkan
berdas rkan Umur Orangtua
Or ngtua di Desa
Desa Simp
Simpang
n
Empatt Dusun 1 Kec.
Emp Kec Sei Rampah
R mpah Kab.
K b. Serdang Bedagai
Beda i
Dari Ta
Tabel
el 2 diatas
iatas terlihat bahwa
a wa den berumur 41-45 tahun
ta yaitu 2 orang
ra
ma ritas res
mayoritas responden
e nerumur
er mur 36-40
36 tahun (7%).
yaitu
ait 16 orang
ra ((53%)%) dan
a minoritas respon-
res
54 | Seminar
emi r NNasional
si l Kese
Kesehatan
tan 2018
T bel 3. Distribusi Frekuensi Responden
Tabel Resp nden Hubungan
Hubun n Tin
Tingkat
k t Kecemasan
Kecem s n Orangtu
Or
Orangtua
n tu Men
Meng-
hadapi
h d pi An
Anak kPPada
d Masa
M s Pubert
Pubertass Berdasarkan
Berd s rk n Umur Di Desa
Des Simpang
Simp n Empat
Emp t Dusun 1
Kec. Sei Rampah
R mp h Kab. Serdang Bedagai
Dari Tabel
Ta el 3 dapat
a at dilihat bahwa
a wa orang
ra responden
res e ((33.3%)
%) dan 41
41-45 tahun
mayoritas responden 36-40 tahun
tahu memenga- minoritas
mi ritas mengalami
me alami tingkat
ti kat kecemasa
kecemasan
lami gejala
ejala kecemasan
ecemasa ri
ringan
an sebanyak
seba a 10 sedang 2 orang (6.6%).
Tabel
T bel 4 Distribusi Frekuensi Responden
Resp nden berdasarkan
berd s rk n Hubungan
Hubun n Tingkat
Tin k t Pendidik
Pendidikan
n
Orang
Or n tua
tu Simpang
Simp n Emp
Empatt Dusun 1 Kec.
Kec Sei Rampah
R mp h K
Kab.
b Serd
Serdang
n Bedagai
Beda i
Dari Tabel
Ta el 4 dapat
a at dilihat bahwa
a wa yaitu
ait 14 orang
ra (46.7%)
( %) dan
an min
minoritas
ritas re
res-
jumlah res
responden
e berdasarkan
er asar an tingkat
tin at pen-
e pondene Di
Diploma
l ma yaitu
ait 1 orang
rang (3.
(3.3%).
%)
didikan
i i a aadalah
ala ma
mayoritas
ritas responden
respo e SD
Tabel
T bel 5. Frekuensi Responden
Resp nden Hubungan
Hubun n Tingkat
Tin k t Kecemasan
Kecem s n Orangtua
Or n tu Mengh
Menghadapi
Men h d pi
An k p
Anak pada
d M Masa
s Pubert
Pubertass Berd
Berdasarkan
s rk n Tingkat
Tin k t Pendidikan
Pendidik n di Desa
Des Simpang
Simp n Emp
Empatt D
Du-
sun 1 Kec.
Kec Sei Rampah
R mp h Kab. Serdang Bedagai
Dari Tabel
Ta el 5 dapat
a at dilihat bahwa
a wa minoritas
mi ritas res
responden
e yang
a berpe
berpendidikan
i i a
ma ritas res
mayoritas responden
e yanga berpendidikan
berpe i i a perguruan
er r a tinggi
ti i yanga mengalami ti tingkat
at
SD mengalami
me alami gejala
ejala kecemasa
ecemasan sedang
s kecemasan
ecemasa ringan
ri a sejumlah
sej mla 1 oran
orang ((3.3%).
%)
sebanyak
se a a 14 orang
ra responden
res en (46.6%)
(46 %) dan
a
Seminar
emi r NNasional
si Kese atan 2018 | 55
l Kesehatan
T
Tabel
bel 6. Distribusi Frekuensi Responden
Resp nden berdasarkan
berd s rk n Jenis
enis Pekerjaan
Pekerj n Orangtua di Des
Desa
Simpang
Simp n Empat Dusun 1 Kec.
Kec Sei Rampah
R mp h Kab.
K b Serdang
Serd n Bedagai
Bed i
Dari TaTabel
el 6. dapat
a at dilihat bahwa
a wa responden (40%) dan minoritas
ritas yaitu
yait bidan
i a
ma ritas responden
mayoritas res e berdasarkan
er asarkan je
jenis
is pe- sebanyak 1 orang (3.4%).
kerjaan
erjaa yaitu
ait nelayan
ela a se
sebanyak
anyak 12 orang
ra
Tabel
T bel 7 Distribusi Frekuensi Responden
Resp nden Hubungan
Hubun n Tingkat
Tin k t Kecemasan
Kecem s n Orangtua
Oran
Or n tu
Men
Menghadapi
h d pi Anak
An k pada
p
pad
d Masa
M s Pubertas
Pubert s Berd
Berdasarkan
s rk n Jenis
enis Pekerjaan
Pekerj n
di Des
Desa Simp
Simpangn Empat Dusun 1 Kec.
Kec Sei R
Rampah
mp h Kab.
K b Serdang
Serd n Bedagai
Dari Tabel
Ta el 7 dapat
a at dilihat bahwa
a wa (36.7%)
( %) dan
a minoritas
mi ritas responden
res onden yang
a ber-e
ma ritas res
mayoritas responden
e yang
a berjenis peker-
e e jenis pekerjaan
jaa bidan
i a yang
a mengalami ti ting-
jaan nelayan
jaa ela a mengalami
me alami gejala
ejala kecemasan
kecemasa kat
at kecemasan
ecemasa ringan
ri a sejumlah 1 orang ra
sedang
se a sebanyak
se a a 11 orang rang responden
res e (3.3%).
Dari Tabel
Ta el 8 dapat
a at dilihat bahwa
a wa sebanyak
se a a 16 orangra (53.3%)
( %) dan mi
minoritas
ritas
ma ritas responden
mayoritas res e berdasarka
er asarkan tingkat
ti responden
res e adalah
a ala berpengetahuan
er e etahuan baik
ai sse-
pengetahuan
e eta a orangtua
ra t a aadalah
alah cukup
cu baik
ai banyak 4 orang (13.4%).
56 | Seminar
emi r NNasional
si l Kese
Kesehatan
tan 2018
T bel 9. Distribusi Hubungan Tingkat
Tabel Tin k t Kecemasan
Kecem s n Orangtua
Or n tu Menghadapi
Men h d pi Anak p
pada
d MMa-
ssa Pubert
Pubertass Berd
Berdasarkan
s rk n Tingkat
Tingk
Tin k t Pengetahuan
Pen et hu n di Desa
Des Simpang
Simp n Empat
Emp t Dusun 1 Kec
Kec. Sei
Rampah
Ramp h Kab. Serdang Bedagai
Dari Tabel
Ta el 9 dapata at dilihat bahwa
a wa kecemasan
ecemasa yanga terjadi
terja i pada
ada pe
pendidikan
i i a
ma ritas responden
mayoritas res e yang
a tingkat pengeta-
e et yang
a rendah
re a disebabkan
ise a a kurangn
urangnyaa iinfor-
f
huan
a kurang
ra baik ai me
mengalami
alami ggejala kece- masi yang
a didapatkan
i a at a orangrang terse
tersebutt sse-
masan se
masa sedang
a se sebanyak
a a 10 orang responden
res e hingga
i a membentuk
mem e t persepsi
erse si yang
ya me
mena-
((33.3%)
%) dan
a mi
minoritas
ritas res
responden
nden yang
a pen-e kutkan
t a bagi
a i mere
merekaa dalam
alam merespon
meres ssuatu
at
getahuan
eta a kurang ra baik
ai mengalami gejala ejala kejadian pada anaknya.
kecemasan
ecemasa ri
ringan
a sej
sejumlah
mlah 4 orang ra
Pekerjaan
(13.3%).
Pekerjaan
Pe erjaa adalah
a ala suatu
s atu kegiata
kegiatan atau
PEMBAHASAN aktifitas
a tifitas untuk
t memperoleh
mem er leh pe penghasilan
asila
gunaa memenuhi
meme i kebutuhan
e t an hidu hidup sehari-
se ari
Umur
hari.
ari Haryanto,
Har a t 2004 me
mengatakan
ata a
Um
Umurr aadalah
ala variabel
aria el yang
ya selalu
selal perubahan
er a a pada a a diri
iri seseorang iindividu
i i
diperhatikan di dalam penyelidikan-
pen eli i a merupakan
mer a a mempengaruhi
mem e ar i interaksinya
intera si a
penyelidikan
e eli i a eepidemiologi.
i emi l i. Angka-angka
Ang a dalam kehidupan sehari-hari. ari. Li
Lingkungan a
kesakitan
esa ita ma
maupun kematian
ematia didalam hampir
am ir pekerjaan dan orang-orang ra g yang
y terikat
semuaa keadaan
sem ea aa me menunjukkan
j kan hubungan a pekerjaan
e erjaa disuatu
is at tempat
tem at kerja ce cenderung
er
dengan
e a umur.
m r MeMenurut
r t N
Notoatmo
toatmodjo,
j 2003 akan
a a mengalami
me alami perubahan
er a an pa padaa stat
statuss
umur
m r mer
merupakan
a a salah
sala satu faktor
fakt r yang
a kesehatannya.
mempengaruhi
mem e ar i kecemasan
ecemasa dimana
dima a dalam
alam
Pengetahuan
perubahan pola proses
r ses polala pikir dan
a fisi
fisik
seseorang.
sese ra Ma
Makin
i ttuaa umurmur seseorang,
sese ra Menurut
Me r t Arikunto,
Ari to, 2003 ;
makaa makin
ma ma i banyak
a a pengalama
engalaman yang a pengetahuan
e eta a adalah
a ala hasil
asil dari
ari tah
tahu dana iinii
diperoleh
i er le dalam
alam kehidupan
e i a sehari-hari.
sehari terjadi
terja i setelah
setela orang
ra g mela
melakukan a
penginderaan
e i eraa terhadap
ter a a suatu
s atu objek terte
tertentu.
Pendidikan Menurut
Me r t Notoatmodjo
N t atm jo 200 2003;; bahwa
a wa
pengetahuan
e eta a itu it dipengaruhi
i e aruhi ole oleh umur,
m r
Pe
Pendidikan
i i a aadalahala ssuatu
atu proses
pr ses bela-
el
pendidikan
e i i a dan
a sumber
s m er iinformasi.
f rmasi
jar yang
a berarti
erarti dalam
alam pendidikan
e idikan ini
i i terjadi
terja i
Pengetahuan
Pe eta a orangtuara t a yang ang kura
kurang baik ai
proses pertumbuhan, perkembaner embangan a atau
ata
dengan
e a kecemasan
ecemasa sedang, dengan
e a
perubahan
er a a kee ara arah yang
a lebih
le ih dewasa,
dewasa lebih
le i
kecemasan ini orang ttuaa dapat me menjadi
ja i
baik,
ai dan a le
lebih
i mata
matang padaa a diri individu,
i i i
waspada
was a a dana memeningkatkan
i at an laha
lahan persepsi
erse si
kelompok
el m dan
a mas masyarakat
ara at (Notoatmodjo,
(Not atm j
dalam
alam menghadapi
me a a i anak a a pada usia masa
2005).
pubertas.
H
Husado
sa ((1999)) me
menyataka
yatakan bahwa
a wa
pendidikan
e i i a yang a re
rendah
a akan me mengaki-
a
batkan
at a sese
seseorang
ra stress
stress, dimana
imana stress dana
Seminar
emi r NNasional
si Kese atan 2018 | 57
l Kesehatan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI dibandingkan pengetahuan baik dalam
Dari penelitian diatas dapat dilihat menghadapi anak pada masa pubertas. Agar
bahwa responden mayoritas berumur 36-40 tingkat kecemasan yang dialami orangtua
tahun, sedangkan responden yang dalam menghadapi anak pada masa
mengalami cemas berdasarkan umur pubertas dapat berkurang atau dapat diatasi
mayoritas responden yang berumur antara maka perlu ditingkatkan penyuluhan
36-40 tahun mengalami kecemasan ringan tentang cara menghadapi anak pada masa
dan kecemasan sedang dibandingkan pubertas.
dengan responden yang berumur 30-35
tahun dalam menghadapi anak pada masa REFERENSI
pubertas. Dalam penelitian ini responden Hurlock Elizabeth, 1999, Psikologi Per-
mayoritas berpendidikan SD sedangkan kembangan, Edisi kelima, Jakarta,
tingkat kecemasan berdasarkan tingkat Aksara Pertama.
pendidikan mayoritas mengalami Arya, 2009. Penyebab Kecemasan . Diakses
kecemasan sedang dibandingkan dengan pada 15 April 2012
tamatan SMP dan Diploma. Dalam Stuart &Sudeen,1998, Keperawatan Jiwa,
penelitian ini resonden mayoritas bekerja Edisi 3,EGC,Jakarta.
sebagai nelayan sedangkan tingkat Hawari Dadang, 2004, Manajemen Stress,
kecemasan berdasarkan jenis pekerjaan Cemas, Depresi, Edisi 1, Cetakan 4.
mayoritas nelayan mengalami tingkat Jakarta, FKUI.
kecemasan sedang dibandingkan dengan Suliswati,dkk. 2005. Konsep Dasar Kepe-
Bidan dalam menghadapi anak pada masa rawatan Kesehatan Jiwa, rineka cip-
pubertas. Dalam penelitian ini mayoritas ta, Jakarta.
berpengetahuan kurang baik sedangkan Hurlock Elizabeth, 1999, Psikologi Per-
tingkat kecemasan berdasarkan kembangan, Edisi kelima, Jakarta,
pengetahuan maka mayoritas responden Aksara Pertama.
cukup baik mengalami kecemasan ringan
ABSTRAK
Latar Belakang: Stigma masyarakat merupakan salah satu penghalang keberhasilan pengenda-
lian TB paru. Stigma masyarakat muncul akibat kesalahpahaman masyarakat mengenai TB paru
dan penularannya. Hal ini mendorong tenaga kesehatanuntuk mengembangkan intervensi guna
menurunkan kesalahpahaman dan pada akhirnya akan menurunkan stigma masyarakat, salah
satunya adalah edukasi kesehatan terstruktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penga-
ruh intervensi edukasi kesehatan terstruktur terhadap stigma masyarakat pada klien TB paru di
kabupaten Bogor, Indonesia. Metode:Desain penelitian kuasi eksperimen jenis pretest and post-
test with control group. Penelitian dilakukan 41 responden untuk masing-masing kelompok.
Metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling untuk memilih wilayah dengan jumlah
kasus tertinggi dan responden dipilih dengan simple random sampling. Hasil: Hasil menunjuk-
kan bahwa edukasi terstruktur secara signifikan menurunkan stigma masyarakat (p value =
0,000). Kesimpulan: Edukasi kesehatan terstruktur menurunkan stigma masyarakat. Hasil pe-
nelitian diharapkan mampu memberikan alternatif pilihan intervensi keperawatan komunitas
yang dapat diberikan kepada masyarakat untuk mengurangi stigma pada klien TB paru..
Kata Kunci : edukasi kesehatan terstruktur, stigma masyarakat, TB paru
ABSTRACT
Background: Public stigma is one of the obstacles to successful pulmonary TB control. Com-
munity stigma arises from people's misunderstandings about pulmonary TB and its transmis-
sion. This encourages health workers to develop interventions to reduce misunderstandings and
ultimately will reduce the public stigma, one of which is structured health education. This study
aims to determine the effect of structured health education intervention on public stigma in pul-
monary tuberculosis clients in Bogor district, Indonesia. Methods :this research used quasi-
experimental design research with pretest and posttest with control group types. Research con-
ducted 41 respondents for each group. Sampling method is purposive sampling to choose the
region with the highest number of cases and respondents selected by simple random sampling.
Results: The results show that structured education significantly decrease the public stigma (p
value = 0,000). Conclusion: Structured health education decrease the public stigma. The results
are expected to provide an alternative choice of community nursing interventions that can be
given to the community to reduce stigma in lung TB clients.
Keywords: structured health education, public stigma, pulmonary TB
HASIL
Tabel 1. Distribusi Karekteristik Responden pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
di Kabupaten Bogor, 2017 (n=82)
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Karakteristik Standar Devia-
Rerata Rerata Standar Deviasi
si
Usia 36,51 12,15 36,20 10,63
Karakteristik Fre-
Persentase Frekuensi Persentase
kuensi
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 4 9,8 5 12,2
b. Perempuan 37 90,2 36 87,8
Suku
Sunda 41 100 41 100
Tingkat Pendidikan
a. Pendidikan Dasar 33 80,5 34 82,9
b. Pendidikan Menengah 8 19,5 6 14,6
c. Pendidikan Tinggi 0 0 1 2,4
Status Ekonomi
a. <UMR 40 97,6 39 95,1
b. ≥ UMR 1 2,4 2 4,9
*Upah Minimum Regional
Karakteristik responden terdiri dari al dari suku Sunda (100%), sebagian besar
usia, jenis kelamin, suku, tingkat pendidi- menyelesaikan pendidikan dasar (80.5%),
kan, dan status ekonomi. Rata-rata usia res- dan sebagian besar memiliki penghasilan di
ponden pada penelitian ini yaitu 36.51 ta- bawah UMR Kabupaten Bogor (97.6%).
hun (95% CI: 32.68-40.35) pada kelompok Hasil analisa bivariat pada variabel
intervensi dan 36.20 tahun (95% CI: 32.84- stigma masyarakat ditampilkan pada tabel 2
39.55) pada kelompok kontrol, Sebagian dan 3 berikut ini:
besar responden perempuan (90.2%), beras-
Tabel 2 Hasil Analisis Paired T-Test Stigma Masyarakat pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
di Kabupaten Bogor, 2017 (n=82)
Kelompok Intervensi
Variabel Sebelum Sesudah Beda
p value
Rerata SD Rerata SD Mean
Stigma Masyarakat 26,90 4,33 19,93 2,31 6,97 0,000
Kelompok Kontrol
Variabel Sebelum Sesudah Beda
p value
Rerata SD Rerata SD Mean
Stigma Masyarakat 26,98 3,89 25,78 1,2 1,2 0,001
*Signifikan pada α <0.05
Tabel 3 Hasil Independen T-Test Stigma Masyarakat pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di
Kabupaten Bogor, Mei 2017 (n=82)
Variabel Kelompok Rerata SD p value
Intervensi 19,93 2,32
Stigma Masyarakat 0,000
Kontrol 25,78 2,99
*Signifikan pada α <0.05
sehatan lainnya (11). Kondisi sosial eko-
Hasil analisis menunjukkan bahwa nomi juga berhubungan dengan persepsi
rerata stigma masyarakat responden seseorang terhadap penyakit. Jones, Cook,
sesudah dilakukan intervensi edukasi dan Wang menyebutkan bahwa kondisi
kesehatan terstruktur pada kelompok ekonomi lemah berhubungan dengan ting-
intervensi lebih kecil dibandingkan dengan ginya stigma masyarakat (10).
kelompok kontrol. Hasil uji menunjukkan Stigma masyarakat juga dipengaruhi
bahwa ada perbedaan yang bermakna pada oleh pendidikan seseorang, dimana seba-
stigma masyarakat sesudah diberi edukasi gian besar responden hanya tamat pendidi-
kesehatan terstruktur antara kelompok kan dasar. Pendidikan merupakan salah satu
intervensi dan kelompok kontrol (p<0,05). cara untuk meningkatkan pengetahuan se-
seorang. Orang yang berpendidikan rendah
PEMBAHASAN cenderung mempunyai pengetahuan dan
Rerata stigma masyarakat pada res- kesadaran akan penyakit yang kurang baik,
ponden baik kelompok intervensi maupun termasuk persepsi negatif terhadap penyakit
kelompok kontrol sebelum dilakukan inter- tertentu seperti TB paru. Jones, Cook, dan
vensi masih tinggi. Hal ini menunjukkan Wang mengemukakan bahwa orang dengan
bahwa di daerah penelitian stigma masya- pendidikan yang rendah mempunyai ke-
rakat pada penyakit TB masih tinggi dengan mampuan pemahaman yang kurang diban-
rerata 26,90 untuk kelompok intervensi dan dingkan dengan orang berpendidikan tinggi,
26,98 untuk kelompok kontrol. Stigma ma- hal ini berhubungan juga dengan stigma
syarakat yang tinggi dipengaruhi beberapa masyarakat yang tinggi (10).
hal, salah satunya adalah kondisi pedesaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Kondisi pedesaan erat kaitannya dengan terdapat perbedaan yang bermakna stigma
budaya lokal yang masih kental. Hal ini masyarakat responden sesudah intervensi
dapat berpengaruh terhadap cara pandang antara kelompok intervensi dan kelompok
masyarakat terhadap penyakit TB. Jones, kontrol (p value = 0,000, alpha = 0,05).
Cook, dan Wang menyatakan bahwa ma- Perbedaan bermakna rerata skor stigma
syarakat perkotaan mempunyai stigma yang masyarakat antara kelompok intervensi dan
lebih rendah dibandingkan dengan pedesaan kelompok kontrol terjadi setelah pemberian
(10). edukasi kesehatan melalui komunikasi me-
Stigma masyarakat dipengaruhi kon- dia massa (p value< 0,0001) (12). Peneli-
disi sosial ekonomi, dimana masyoritas res- tian lain juga melaporkan bahwa terdapat
ponden mempunyai penghasilan keluarga perbedaan bermakna antara kelompok in-
dibawah UMR Kabupaten Bogor. Kondisi tervensi dan kelompok kontrol setelah dibe-
ekonomi lemah berhubungan dengan keti- rikan Brief Psychoeducation tentang
dakmampuan masyarakat dalam hal peme- HIV/AIDS pada ibu rumah tangga(p value
nuhan kebutuhan nutrisi dan tempat tinggal = 0,000) (13).
yang padat serta pemenuhan kebutuhan ke-
Widya Arisandy
STIKES ‘Aisyiyah Palembang
(E-Mail : widya_arisandy@yahoo.com, HP : 0853 6822 1819
ABSTRAK
Latar Belakang: Penderita gangguan jiwa sangat mengkhawatirkan secara global, dimana seki-
tar 450 juta orang yang menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa se-
pertiganya tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu
tidak mendapatkan perawatan.Pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia biasanya sukar mengi-
kuti aturan minum obat karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil ke-
putusan. Saat dirumah sakit yang bertanggung jawab dalam pemberian dan pemantauan minum
obat adalah perawat. Pada pasien yang sudah keluar dari rumah sakit maka tugas perawat digan-
tikan oleh keluarga. Jika keluarga tidak memantau pasien saat minum obat, maka pasien mung-
kin tidak akan minum obat secara teratur. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Survey Analitik dengan menggunakan desain sampel purposivesampling berjumlah 48 respon-
den. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diisi oleh keluarga pasien skizofrenia.
Hasil: pengetahuan keluarga sebagian besar berpengetahuan baik yaitu 22 responden (45, 8%),
kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia, sebagian besar yang tidak patuh yaitu 34
responden (70.8%) serta ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien skizofrenia (p- value 0,028). Kesimpulan: dibutuhkannya pengetahuan baik
pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami skizofrenia untuk mengurangi
frekuensi kekambuhan pada pasien dirumah sehingga pasien dapat cepat sembuh.
Kata Kunci : Pengetahuan, Kepatuhan minum obat , skizofrenia
ABSTRACT
Background and aims: mental disorder patients very worrying, globally where an estimated
450 million people suffered a mental.People who experience mental disorder a third, live in the
developing world as many as 8 of 10 patients mental disorder are not receiving treat-
ment.Mental disorder patients with schizophrenia it is often difficult to follow the drink because
of a reality and the judge.When at the hospital responsible for granting and monitoring medicine
is. NurseIn patients who have released from hospital and the nurse replaced by. FamilyIf the
family does not see patients, drug while drinking they may never drink regularly. Method: is the
kind of research using analytic research survey sample design purposive sampling.Results: res-
pondents were 48Data collection using a questionnaire hosted by the patient family. The family
of mostly knowledgeable: knowledge with the good 22, ( respondents 45 8 % ), compliance,
schizophrenia medicine in patients most of which do not comply with 34 respondents ( 70.8 % )
and there was a correlation between knowledge family compliance medicine in patients schi-
zophrenia ( 0,028 ). p- value. Conclusion :need knowledge for both the who has the family
member who had schizophrenia to reduce the frequency of recurrence in patients at home so
that the patient can recover quickly.
Keywords : Knowledge, Medication adherence, schizophrenia
ABSTRAK
Latar belakang: Herbisida merupakan pestisida yang banyak digunakan untuk membantu
mengendalikan gulma di perkebunan maupun pertanian. Bahan aktif herbisida yang banyak di-
gunakan di perkebunan yaitu paraquat dan glyfosat. Kedua bahan aktif ini dapat memberikan
efek pada pekerja baik akut maupun kronik. Salah satu gejala yang dapat sering dialami pekerja
yaitu penurunan hemoglobin. Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik den-
gan desain potong lintang. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit pada bulan
Juni 2016 dengan besar sampel sebanyak 80 responden, teknik pengambilan sampel secara acak.
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan
Hb meter digital. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji mann
whitney. Hasil: Rerata kadar hemoglobin pada pekerja masih berada dalam batas normal, tetapi
pada pekerja pria yang mengalami anemia sebanyak 38,2% dan wanita sebanyak 41,3%. Se-
dangkan variabel yang berkorelasi menentukan kadar hemoglobin yaitu jenis kelamin
(pv=0,005) dan tingkat pendidikan (pv=0,001). Kesimpulan: Kadar hemoglobin pada pekerja
penyemprot herbisida di perkebunan kelapa sawit ditemukan masih berada dalam batas normal,
tetapi ada 32 pekerja yang mengalami anemia. Oleh karena itu pemeriksaan kadar hemoglobin
pada pekerja perlu dilakukan secara rutin untuk deteksi dini kejadian anemia pada pekerja. Se-
lain itu program gizi pekerja sangat penting dilakukan untuk mengurangi kejadian anemia pada
pekerja.
Kata kunci: Kadar hemoglobin, Herbisida, Penyemprot, Perkebunan Sawit
ABSTRACT
Background: Herbicides are widely used pesticides to help control weeds in plantations and
farms. Herbicide active ingredients widely used in plantations are paraquat and glyphosate.
Both of these active ingredients can be lead to acute and chronic health effects on workers. One
of the symptoms that can often be experienced by workers is the decrease of hemoglobin. Me-
thod: The research was a descriptive analytic study with cross sectional design. The study was
conducted at oil palm plantations in PT. T Banyuasin District on June 2016 with a sample size
of 80 respondents. Data were collected using questionnaires and hemoglobin levels using a digi-
tal Hb meter. The data were analyzed by univariate and bivariate using mann whitney test. Re-
sults: The mean hemoglobin level on workers were normal limits, but in the male workers who
experienced anemia were 38.2% and women were 41.3%. While the correlated variable deter-
mines the hemoglobin level ie sex (pv = 0,005) and education level (pv = 0,001). Conclusions:
Hemoglobin levels on herbicide sprayers at oil palm plantations were found to be within normal
limits, but there were 32 workers with anemia. Therefore examination of hemoglobin levels in
workers needs to be done routinely for early detection of anemia incidence in workers. In addi-
tion, workers' nutrition program is very important to reduce the incidence of anemia in workers.
Kata kunci: Haemoglobin level, Herbicide, Sprayers, Palm Oil Plantations
Tabel 1. Rerata haemoglobin pada aplikator herbisida Paraquat di Perkebunan Kelapa sawit
PT. T Kabupaten Banyuasin
Variabel Rerata Median Standar Kisaran
Deviasi (gr%)
Kadar Haemoglobin
- Pria 13,69 13,55 1,979 10,7-19
- Wanita 12,6 12,6 1,435 10,2-16
Berdasarkan Tabel 2 dijelaskan bahwa pria Hasil analisis data univariat karakteristik
yang mengalami anemia sebanyak 13 res- responden dijelaskan pada tabel dibawah ini
ponden (38,2%) dan pada wanita sebanyak :
19 rseponden ( 41,3%).
Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden, Paparan Langsung dan Perilaku Pekerja pada
Aplikator Herbisida Paraquat di Perkebunan Kelapa Sawit PT. T Kabupaten Banyuasin
Variabel Jumlah Persentase
(%)
Karakteristik Pekerja :
1. Umur
- ≥37 tahun 44 55
- ˂ 37 tahun 36 45
2. Jenis Kelamin
- Pria 34 42,5
- Wanita 46 57,5
3. Masa Kerja
- ≥3 tahun 35 43,8
- ˂ 3 tahun 45 56,2
4. Tingkat Pendidikan
- Rendah 70 87,5
- Tinggi 10 12,5
5. Indeks Masa Tubuh
- Kurang 16 20
- Normal 64 80
6. Kebiasaan Merokok
- Ya 22 27,5
- Tidak 58 72,5
Masdalina Pane1
1
Badan Litbang Kementerian Kesehatan
(E-mail : masdalina.pane@gmail.com, HP : +6281221812746)
ABSTRACT
ABSTRACT
Background and aims: The goals ofASEAN Economic Cooperationdirected to the establish-
ment of the Economic Community integration, a single production base market for a highly
competitive, equitable and integrated economic into the global economy. Therefore, free trade
of the services sector, including nursing will eliminate the barriers for service suppliers across
countries in the region with national rules in each member country. This study will illustrate the
nurse situation in Indonesia in terms of quantity and quality to anticipate and fill in the oppor-
tunities of global change. Methods: We used qualitative methods through juridical policy re-
view in legislation, study literature, in-depth interview and Focus Group Discussion. The analy-
sis used triangulation of sources and methods. Result: Based on quantity and quality, Indone-
sian nurses able to compete the fulfillment and distribution of domestic nurses, strengthening
the implementation of existing regulations related to foreign nurse workers and improving the
quality of nursing education. The existence of a surplus of the nurses in the country makes an
opportunity for the government to explore the cooperation with ASEAN countries and encour-
age the nurses to fill in the labor market in Southeast Asia and other countries Conclusion: In-
donesian nurses have a high competitiveness in regional and global area, government has duty
to push the competitiveness through legislation, curriculum harmonization and quality im-
provement of nursing education
Keywords :Competitiveness, Free Trade, Services, Nurse, Global
Lukman1
1
Poltekkes Kemenkes Palembang
(e-mail: lukman@poltekkespalembang.ac.id)
ABSTRAK
Kebutuhan Dukungan
Karakteristik Mental
p OR IK95%
Tinggi Rendah
n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 13 35 4 11
1,000 1,231 0,257 5,900
Perempuan 16 43 4 11
Pekerjaan
Bekerja 13 35 5 14
0,447 2,051 0,411 10,238
Tidak Bekerja 16 43 3 8
Pendidikan
Tinggi (>=SMA) 8 22 4 11
0,394 2,625 0,526 13,099
Rendah (<=SMP) 17 46 8 22
Hubungan keluarga
Kakek-nenek, paman-bibi 16 43 1 8
Ayah-ibu, adik-kakak, suami- 13 35 7 19 0,048 0,116 0,013 1,068
istri, anak
Tahap Perkembangan
Dewasa Muda 11 30 4 11
0,690 0,611 0,126 2,955
Dewasa Tua 18 49 4 11
Konsep Diri
Positif 9 24 2 5
0,741 0,741 0,125 4,407
Negatif 20 54 6 16
Dari semua variabel yaitu jenis jenis kelamin (Tabel 10), yang berpengaruh
kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, terhadap kebutuhan rasa nyaman, dengan
hubungan keluarga, tahap perkembangan, kekuatan hubungan 0,162.
dan konsep diri responde. Hanya variabel
Arly Febrianti1
1
Akper Kesdam II / Sriwijaya
(arlyfebrianti@gmail.com, HP 081271769627)
ABSTRAK
Latar Belakang: Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Salah satu perilaku sehat yang harus dicip-
takan untuk menuju Indonesia sehat 2014 adalah perilaku pencegahan dan penanggulangan pe-
nyakit dengan kegiatan imunisasi. Imunisasi bukanlah hal yang baru dalam dunia kesehatan di
Indonesia, namun tetap saja sampai kini banyak orang tua yang masih ragu-ragu dalam memu-
tuskan apakah anaknya akan diimunisasi atau tidak. Kebingungan tersebut sebenarnya cukup
beralasan karena banyak selentingan dan mitos yang controversial beredar, mulai dari alergi,
autis, demam, hingga kejang - kejang akibat diimunisasi. Namun, jika para orang tua mengeta-
hui informasi penting sebelum imunisasi, sebenarnya resiko - resiko tersebut bisa dihindari. Me-
tode: Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampel non probality sampling dengan
teknik accidental sampling dimana seluruh populasi diambil sebagai sampel penelitian. Sampel
dalam penelitian ini adalah semua responden yang datang ke Poli Anak RS. Tingkat II Dr. AK
Gani Palembang. Menurut asumsi peneliti kebanyakan dari responden tidak datang sendirian,
melainkan bersama suami atau anggota keluarga lain. Dapat kita lihat bahwa responden pun
mendapat dukungan morildari anggota keluarga lain, ditambah lokasi Rumah Sakit AK Gani
yang mudah dijangkau oleh masyarakat, sehingga responden merasa lebih mudah untuk
melakukan pemberian Imunisasi pada bayinya. Hasil: Berdasarkan hasil analisa bivariat dari uji
statistik Chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara variabel sikap Ibu atau
responden dalam pemberian obat penurun panas pada anak setelah diimunisasi, dimana dida-
patkan nilai p value 0,05 lebih kecil dari α = 0,05. Kesimpulan: Imunisasi merupakan salah satu
indikator Indonesia dipengaruhi oleh sikap ibu.
Kata Kunci: imunisasi, sikap dan pengetahuan, obat penurun panas anak
ABSTRACT
Backgorund: Healthy behavior is a proactive behavior to keep and improve health, prevent the
risk of disease, protect yourself from disease threats and take an active role in the public health
movement. One of the healthy behaviors that must be promoted for Healthy Indonesia 2014 is
the prevention of disease through immunization activities. Immunization is no longer a new
thing in Indonesia. However, there are still many parents who are hesitant in deciding whether
or not their child will be immunized. This is actually quite because there are many controversial
rumors regarding immunization that the children will experience allergies, autism, fever, even
seizures after they are immunized. Nevertheles, if parents know important information before
immunization, the risks can be avoided. In this study, the sampling was done using non non
probability sampling method with accidental sampling technique in which the entire population
PENDAHULUAN
METODE
Perilaku sehat adalah perilaku
Jenis penelitian yang dilakukan oleh
proaktif untuk memelihara dan
peneliti adalah kuantitatif dengan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko
menggunakan metode survei analitik
terjadinya penyakit, melindungi diri dari
melalui pendekatan cross sectional yaitu
ancaman penyakit serta berperan aktif
penelitian yang mempelajari dinamika
dalam gerakan kesehatan masyarakat. Salah
hubungan. Dimana seluruh datanya
satu perilaku sehat yang harus diciptakan
dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang
untuk menuju Indonesia sehat 2014 adalah
bersamaan dengan menggunakan variabel
perilaku pencegahan dan penanggulangan
independen dengan variabel dependen.
penyakit dengan kegiatan imunisasi
(Nursalam, 2003). Penelitian dilaksanakan
(Depkes, 2006).
pada bulan April –Mei 2017 di RS TK II
Vaksin ialah suatu perbenihan
Dr. AK Gani Palembang .
kuman-kuman yang sudah dibunuh atau
Pengambilan sampel dilakukan
dilemahkan. Imunisasi bertujuan untuk
dengan metode sampel non probality
merangsang timbulnya kekebalan dari
sampling dengan teknik accidental
dalam tubuh dengan memasukkan vaksin.
sampling dimana seluruh populasi diambil
Bila seseorang mendapat suntikan vaksin
sebagai sampel penelitian. Sampel dalam
TCD (Tifus, kolera dan Disentri), maka
penelitian ini adalah semua responden yang
tubuh orang itu akan mengadakan reaksi
datang ke Poli Anak RS. Tingkat II Dr. AK
terhadap vaksin tersebut, yakni dengan
Gani Palembang. Pengumpulan data
membuat antibodi. Setelah antibodi tersebut
dilakukan sendiri oleh peneliti dengan
terdapat dalam tubuh dalam kadar yang
wawancara dan menggunakan kuesioner
cukup, maka untuk waktu yang tertentu
kepada ibu. Bentuk kuesioner dan cheklist
orang itu akan kebal terhadap penyakit
yang diajukan adalah berupa pertanyaan
tifus, cholera dan disenteri. (Ukthi, 2010)
terstruktur secara multiple choice. Analisa
Oleh karena itu peneliti tertarik
data pada penelitian menggunakan rumus
mengetahui lebih dalam hubungan
Chi-square dengan tingkat kemaknaan 95%
pengetahuan dan sikap ibu dengan
(α = 0,05).
pemberian obat penurun panas pada anak
umur 0 – 9 bulan setelah diimunisasi DPT HASIL DAN PEMBAHASAN
dan campak di Poli Anak Rumah Sakit
Tingkat II Dr. AK Gani Palembang Tahun Analisa univariat dilakukan untuk
2017. melihat distribusi frekuensi dari masing-
masing variabel yaitu tingkat pengetahuan
dan sikap ibu. Data yang disajikan dalam
bentuk sebagai berikut ini :
Tabel 1. Karakteristik Responden Pada Anak Umur 0-9 bulan setelah Diimunisasi di Po-
liklinik Anak Rumah Sakit Tingkat II dr AK Gani Palembang Tahun 2017
Berdasarkan Tabel 5.4 di atas terda- responden dengan tingkat pengetahuan ku-
pat bahwa responden dengan tingkat penge- rang baik sebanyak 15 orang (50,0%).
tahuan baik sebanyak 15 orang (50,0%) dan
Berdasarkan Tabel 5.5 diatas terdapat pemberian obat penurun panas pada anak 0-
bahwa responden dengan tingkat sikap po- 9 bulan, dimana didapatkan nilai p value
sitif sebanyak 20 orang (66,7%) dan res- 0,05 lebih kecil dari α = 0,05.
ponden dengan tingkat sikap negatif seba-
nyak 10 orang (33,3%).Berdasarkan hasil Sikap
pengujian statistik menunjukkan bahwa Sikap adalah respons tertutup
terdapat hubungan yang bermakna antara seseorang terhadap stimulus atau objek
tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap tertentu yang sudah melibatkan faktor
pemberian obat penurun panas pada anak, pendapat dan emosi yang bersangkutan
dimana p-value = 0,05 lebih kecil dari α = (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,
0,05 baik-tidak baik, dan sebagainya)
(Notoadmodjo, 2010)
PEMBAHASAN
Menurut asumsi peneliti kebanyakan
Tingkat Pengetahuan dari responden tidak datang sendirian,
melainkan bersama suami atau anggota
Pengetahuan merupakan hasil dari
keluarga lain. Dapat kita lihat bahwa
tahu dan terjadi setelah melakukan
responden pun mendapat dukungan
penginderaan terhadap objek tertentu.
morildari anggota keluarga lain, ditambah
(Notoatmodjo, 2003). Diharapkan semakin
lokasi Rumah Sakit AK Gani yang mudah
baik tingkat pengetahuan Ibu maka semakin
dijangkau oleh masyarakat, sehingga
baik pula kesadaran Ibu dalam pemberian
responden merasa lebih mudah untuk
imunisasi dasar bayinya. Berdasarkan hasil
melakukan pemberian Imunisasi pada
penelitian diperoleh responden dengan
bayinya. Berdasarkan hasil analisa bivariat
tingkat pengetahuan sama yaitu sebanyak
dari uji statistik Chi-square menunjukkan
15 orang (50%) berpengetahuan baik dan
ada hubungan yang bermakna antara
15 orang (50%) berpengetahuan kurang
variable sikap Ibu atau responden dalam
baik.
pemberian obat penurun panas pada anak
Hasil penelitian ini searah dengan
setelah diimunisasi, dimana didapatkan
Indira (2000) dalam Fatmayati (2009) yang
nilai p value 0,05 lebih kecil dari α = 0,05
mengatakan bahwa semakin baik tingkat
pengetahuan maka semakin baik pula
KESIMPULAN
kesadaran Ibu dalam pemberian obat
penurun panas pada anaknya.Sedangkan Kesimpulan dari penelitian ini adalah
hasil analisa bivariat dari uji statistik responden yang memiliki tingkat
Chi_Square pada variabel tingkat pengetahuan baik 15 orang (50%), kurang
pengetahuan dan sikap menunjukkan bahwa baik 15 orang (50%). Serta responden yang
ada hubungan yang bermakna antara tingkat memiliki sikap positif sebanyak 20 orang
pengetahuan dan sikap Ibu dalam (66,7%), sikap negatif sebanyak 10 orang
ABSTRAK
Latar Belakang: Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan juga merupakan
danau vulkanik terbesar di dunia dan dikelilingi oleh 7 (tujuh) wilayah kabupaten yaitu
Kabupaten Simalungun, Karo, Dairi, Tapanuli Utara, Simalungun, Samosir, dan Humbang
Hasundutan. Mayoritas masyarakat di 7 kabupaten tersebut, menggunakan air Danau Toba
sebagai sumber baku minuman. Pencemaran air Danau Toba akan menyebabkan timbulnya
penyakit berpotensi KLB. Sebagaimana diketahui, pencemar-pencemar kimia bersifat
akumulatif dalam tubuh. Dampaknya tidak langsung dirasakan, tapi membutuhkan periode
waktu tertentu sehingga menimbulkan penyakit-penyakit seperti gangguan syaraf, pencernaan,
ginjal, kulit dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter- parameter
pencemar Danau Toba sebagai sumber penyakit serta melakukan analisis risiko kandungan
parameter pencemar pada perairan Danau Toba di Kecamatan Parapat Kabupaten Simalungun,
supaya dapat dirumuskan langkah-langkah pencegahan timbulnya penyakit berpotensi KLB.
Metode penelitian adalah penelitian deskriptif tentang kualitas air danau Toba dan dilanjutkan
dengan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) terhadap parameter-parameter
pencemar. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 sampel air Danau Toba yang berasal dari
Keramba Jaring Apung, Permukiman Penduduk, Hotel, Tempat Wisata, dan Pelabuhan.
Metode: Dari 30 sampel setiap kabupaten yang dianalisa dan dengan mengacu pada PP No. 82
Tahun 2001 diketahui keseluruhan (100%) sampel tidak memenuhi persyaratan. Jumlah
parameter tercemar di masing masing kabupaten adalah : Simalungun 10 parameter, Tobasa 8
parameter, Dairi 10 parameter, Samosir 9 parameter, Karo 6 parameter, Tapanuli Utara
parameter, Humbahas 6 parameter. Hasil: Dari Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan di 7
Kabupaten terhadap jenis kelamin perempuan dan laki-laki semua memiliki nilai RQ < 1 yang
menunjukkan bahwa air danau toba masih aman untuk dikonsumsi, kecuali air Danau Toba di
Kabupaten Simalungun terdapat parameter Fluorida yang memiliki nilai RQ > 1 (pada
perempuan RQ 3,125 dan RQ pada laki-laki 2,34). Kesimpulan: Fluorida mempunyai efek
kesehatan pada tulang dan gigi. Saran dalam penggunaan air Danau Toba di Kabupaten
Simalungun supaya melakukan pengolahan air terlebih dahulu dengan metoda koagulasi dan
flokulasi.
Kata Kunci : Surveilans Faktor Risiko Penyakit, Air Danau Toba
Ber
Berdasarkan
asar a hasil
asil aanalisa
alisa di atas,
atas ter-
te Beberapa
Be era a diantara
ia tara aadalah
ala adalah parameter
arameter
li at bahwa
lihat a wa sem
semuaa titi
titik tidak memenuhi
meme i Besi,
Besi Seng,
Se Kromium
Kr mi m valensi
alensi 6, Khlor
K l r
ssyarat
arat nilai
ilai baku
a m mutu
t berdasarka
er asarkan PP No.N bebas,
e as Fluorida,
Fl ri a Pospat,
P s at Sulfida
Sulfida, Nitrat
Nitrat,
82 Ta
Tahun 2001 tetentang
ta Pe Pengelolaa
gelolaan Kuali-
K al TSS dan BOD.
tas Air dan
a Pe
Pengendalian
e alia Pencemaran
Pence Air.
Gambar
G mb r 1. Jumlah
umlah Parameter
P r meter tercem
tercemarr pada
p d Air Danau
D n u Toba
T b
Seminar
emi r Nasional
N si Kese tan 22018 | 101
l Kesehatan
Besi Sumber dari khlorin tersebut
kemungkinan berasal dari limbah-limbah
Pencemaran besi yang terdapat dalam
peternakan, pertanian, kotoran manusia
perairan Danau Tobadi Kabupaten
khususnya urin, dan industri di sekitar
Simalungun disebabkan oleh kandungan
perairan Danau Toba. Selain itu Khlor dapat
besi yang memang sudah ada dalam air
berasal dari peresapan septic tank yang
tanah, dan juga kontribusi dari industri yang
berdekatan dengan perairan, dimana bahan
ada di sekitaran Danau Toba.
khlor yang dilepaskan oleh tinja dan urin
melalui proses perombakan menghasilkan
Seng
klor organik yang pada akhirnya merembes
Suatu sumber air minum yang ke dalam perairan Danau Toba. Penggunaan
mengandung Zn 26,6 mg/l tidak berbahaya pestisida juga mempunyai peranan yang
bagi manusia, tetapi untuk air minum sangat besar dalam menghasilkan limbah
dengan kadar Zn 30,8 mg/l sudah mual dan khlor karena pestisida yang mengandung
mabuk. khlor organik sangat mudah terlarutkan
Sumber cemaran logam berat Zn oleh perairan sehingga berpotensi sebagai
dapat berasal dari berbagai aktivitas sumber pencemar khlor.
manusia yang menghasilkan limbah berupa
pencemar. Bahan-bahan pencemar tersebut Pospat
diangkut oleh air hujan dan gerakan air dari
Persenyawaan pospat menimbulkan
laut dan perairan tawar menuju muara
eutrofikasi, memacu pertumbuhan eceng
sungai yang merupakan tempat bertemunya
gondok dan gulma air sehingga dapat
perairan laut dan perairan tawar. Logam Zn
mengakibatkan ledakan jumlah tanaman
dalam perairan dipekatkan melalui proses
tersebut. Ledakan jumlah tanaman tersebut
biologi dan kimia-fisika. Bioakumulasi dan
akan mengakibatkan pendangkalan dan
biomagnifikasi merupakan proses biologi
menyumbat aliran air sungai. Tanaman
yang mampu mengendapkan logam pada
yang menutupi permukaan air akan
tubuh organisme melalui rantai makanan.
menghambat masuknya sinar matahari dan
Pada proses kimia fisika, logam berat
oksigen ke air. Hal ini akan berdampak
terlarut dan terendap pada sedimen dan
pada kualitas air dan ikan-ikan menjadi
dapat pula terabsorbi pada zat tersuspensi.
sulit untuk bertahan hidup.
Apabila diketahui kadar logam Zn yang
Dari analisa yang dilakukan terhadap
telah melebihi baku mutu, maka perlu
sampel air danau toba di wilayah
dilakukan tindak lanjut dalam mencegah
Kabupaten Simalungun tingginya kadar
gangguan yang dapat disebabkan logam Zn.
pospat kemungkinan disebabkan jumlah
limbah yang berasal dari kotoran manusia
Khlorin
dan juga limbah yang berasal dari
Dalam beberapa studi, ternyata orang penggunaan deterjen dalam jumlah yang
yang meminum air yang mengandung cukup besar dari rumah tangga dan hotel di
khlorin berlebih memiliki kemungkinan sekitar kawasan Danau Toba di Kabupaten
lebih besar untuk terkena kanker kandung Simalungun.
kemih, dubur ataupun usus besar.
Sedangkan bagi wanita hamil dapat Cr+6
menyebabkan melahirkan bayi cacat
Kromium di perairan dapat berasal
dengan kelainan otak atau urat saraf tulang
dari material geokimia yang sudah ada pada
belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran
perairan tersebut. Kromium terdapat dalam
prematur atau bahkan dapat mengalami
bentuk valensi 3 dan valensi 6. Garam-
keguguran kandungan. Selain itu pada hasil
garam kromium yang masuk ke dalam
suatu studi, efek khlorin pada binatang
tubuh manusia akan segera dikeluarkan
ditemukan pula kemungkinan kerusakan
oleh tubuh, akan tetapi jika kadar kromium
ginjal dan hati.
tersebut cukup besar, akan mengakibatkan
No C (mg/L)
LOKASI PARAMETER RQ KET
Cmax (= 0.30819) 0,033 Aman
Seng Cmin(= 0.00023) 2 x 10-5 Aman
Crata-rata(= 0.21648) 0,023 Aman
Cmax (= 0.228) 0,073 Aman
1 SIMALUNGUN Chlor Bebas Cmin(= 0.118) 0,037 Aman
Crata-rata(= 0.144) 0,046 Aman
Cmax (= 4.4) 2,34 Beresiko
Fluorida (F) Cmin(= 0.3) 0,159 Aman
Crata-rata(= 2.26) 1,20 Beresiko
Besi Cmax (1.31746) 0,140 Aman
2 KARO Cmin(= 0.3022) 0,0321 Aman
Crata-rata(= 0.5736) 0,0611 Aman
Chlor Bebas Cmax (=0.100) 0,00319 Aman
Cmin(=0.054) 0,00172 Aman
Crata-rata(= 0.072) 0,00230 Aman
Cmax (= 0.55) 0,080 Aman
Cmin(= 0.52) 0,0252 Aman
Mangan Crata-rata(= 0.54) 0,0284 Aman
Cmax (=0.41285) 0,04396 Aman
3 TAPUT Seng Cmin(=0.08193) 0,0087 Aman
Crata-rata(=0.24739) 0,14653 Aman
Cmax (= 0.116) 0,0370 Aman
Cmin(= 0.063) 0,0201 Aman
Chlor Bebas Crata-rata(= 0.089) 0,0284 Aman
Cmax1.11) 0,59 Aman
Fluorida (F) Cmin(= 0.45) 0,238 Aman
Crata-rata(= 0.78) 0,415 Aman
Cmax (=0.41285) 0,04396 Aman
4 TOBASA Seng Cmin(=0.08193) 0,0087 Aman
Crata-rata(=0.24739) 0,14653 Aman
Cmax (= 0.116) 0,0370 Aman
Chlor Bebas Cmin(= 0.063) 0,0201 Aman
Crata-rata(= 0.089) 0,0284 Aman
Fluorida (F) Cmax1.11) 0,59 Aman
Cmin(= 0.45) 0,238 Aman
Crata-rata(= 0.78) 0,415 Aman
Dari hasil analisa terhadap jenis ke- RQ > 1. Artinya selain parameter tersebut
lamin laki-laki hanya parameter Fluorida di aman terhadap kesehatan.
Kabupaten Simalungun yang mempunyai
limbah yang dihasilkan dari keramba jar-
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ring apung berupa sisa pakan ikan. Reko-
Berdasarkan hasil analisa fisika dan mendasi dari penelitian ini menginformasi-
kimia pada perairan Danau Toba di 7 Ka- kan kepada masyarakat tentang kualitas dan
bupaten Kawasanan Danau Toba semua tingkat pencemaran air Danau Toba, risiko
titik sampel tidak memenuhi syarat dan ha- terhadap kesehatan dan lingkungan yang
sil analisis risiko kesehatan lingkungan dapat terjadi jika kebersihan dan kelestarian
(ARKL) yang dilakukan terhadap beberapa Danau Toba tidak dijaga bersama. Serta
parameter pencemar pada perempuan dan mempercepat dilakukannya zonasi budi-
laki-laki secara umum masih aman dikon- daya ikan sistem Keramba Jaring Apung
sumsi (RQ < 1). Sedangkan hasil analisis (KJA).
risiko kesehatan lingkungan (ARKL) yang
REFERENSI:
dilakukan terhadap parameter Fluorida (F)
di Kabupaten Simalungun didapatkan bah- Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
wa penduduk yang mengkonsumsi air Da- Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
nau Toba sudah terkena dampak kesehatan Jakarta.
akibat paparan parameter tersebut (besar Budiarto. 2001. Metodologi Penelitian
risiko, RQ > 1). Pencemaran perairan Da- Kedokteran. EGC. Jakarta.
nau Toba diduga berasal dari limbah do- Depkes RI. 2010 Pedoman Program
mestik hotel dan permukiman penduduk Pemberantasan Penyakit Infeksi
berupa tinja dan limbah deterjen, limbah Saluran Pernafasan Akut. Dirjen
pertanian yang menggunakan pupuk dan P2M. Jakarta.
pestisida, limbah industri dan transportasi Depkes RI. 2007. Bila Bayi Ingin Sehat.
air berupa tumpahan minyak, oli, cat, serta Depkes RI. Jakarta.
Masdalina Pane1
1
Badan Litbang Kementerian Kesehatan
(E-mail :masdalina.pane@gmail.com, HP : +6281221812746)
ABSTRAK
Latar belakang: Kementerian Kesehatan sejak tahun 2011 telah melakukan reformasi birokrasi
yang ditujukan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas, meningkatkan mutu pelaya-
nan kepada masyarakat, mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dalam upaya menum-
buhkan kepercayaan publik. Untuk menilai pelaksanaan reformasi di birokrasi dilakukan survei
persepsi pimpinan terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Kese-
hatan pada tahun 2016. Metode:Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kuanti-
tatif dengan desain cross sectional pada 8 area perubahan pada 5 output Kementerian Kesehatan
dengan focus pada manajemen perubahan dan sistem pengawasan. Hasil:Persepsi terhadap
sistem pengawasan tidak berbeda bermakna menurut jenis kelamin dan pendidikan, tetapi
berbeda bermakna pada usia, dimana pegawai berusia > 50 tahun merasa sistem pegawasan 3
kali lebih baik setelah reformasi birokrasi dibandingkan yang berusia lebih muda (pV = 0.04,
95% CI 1.44 – 7.13). Begitu pula pegawai yang bekerja > 20 tahun merasa sistem pengawasan
2.5 kali lebih baik setelah reformasi birokrasi dibandingkan yang baru bekerja (pV = 0.022,
95% CI 1.13 – 5.65). Kesimpulan:Persepsi tentangManajemen perubahan tidak berbeda antar
pimpinan tetapi sistem pengawasan berbeda menurut usia dan lama kerja.
Kata Kunci:Persepsi, Reformasi, Birokrasi, Pengawasan
ABSTRACT
Background and aims: The Ministry of Health since 2011 has undertaken bureaucratic reform
to improving the effectiveness of task implementation, quality of service to the community, rea-
lizing good governance as an effort to foster public trust. To assess the implementation of re-
forms in the bureaucracy, we conducted a perceptionsurvey ofimplementation the bureaucratic
reforms in the Ministry of Health by the year 2016. Methods:This assessment use quantitative
method with cross sectional design in 8 areas of change in the 5 outputs of the Ministry of
Health with a focus on change management and monitoring systems. Results: Perceptions of
supervisory systems differently significant in age, employees aged> 50 felt that the supervisory
system was 3 times better after bureaucratic reform than younger aged (pV = 0.04, 95% CI 1.44
- 7.13). Similarly, employees who work> 20 years feel the supervisory system is 2.5 times better
after bureaucracy reform than new ones (pV = 0.022, 95% CI 1.13 - 5.65). Conclusion: Percep-
tions about Change Management did not different between manager, but supervisory systems
varies by age and length of work.
Key words:Perception, Reform, Bureaucracy, Supervision
METODE
Kajian ini merupakan kajian kuanti-
tatif dengan desain cross sectional, dilaku-
kan pada beberapa pertemuan pimpinan
(rapim) pada tahun 2016 dengan populasi
6 7
United Nations Development Programme (UNDP) Report, Amirin T, Populasi dan Sample Penelitian ; Ukuran Sam-
Principles for Good Governance in the 21st Century 1 Pol- ple Rumus Slovin, Erlangga Jakarta 2011
8
icy Brief No. 15 - UNDP, Governance Principles, Institutional Capacity and
Institute On Governance, Ottawa, Canada Quality, 2011
Sebagian besar responden adalah master (69.8%) dengan lama kerja kurang
perempuan (69.8%), berusia kurang dari 50 dari 20 tahun (66.4%).
tahun (62.9%) berpendidikan minimal
Kelompok Usia
- <50 tahun 55 75.3 18 24.7 73 3.20 0.04
- >50 tahun 21 48.8 22 51.2 43 (1.438-7.128)
Lama bekerja
- <20 tahun 56 72.7 21 27.3 77 2.53 0.022
- >20 tahun 20 51.3 19 48.7 39 (1.134-5.65)
ABSTRAK
Latar Belakang : Proses persalinan menimbulkan perubahan -perubahan pada system tubuh
seorang wanita baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis yang menimbulkan ketidak-
nyaman pada ibu . Perubahan tersebut harus dapat dijalani ibu dengan adaptasi yang baik se-
hingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi ibu maupun bayi.Ada 5 P yang mempengaruhi
persalinan yaitu Power, Pasangger, Passage, penolong dan Psikologi . Perubahan psikologis
ibu dalam proses persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan menghadapi persalinan
dan dukungan yang diterima dari keluarga. tindakan pendampingan sangat berpengaruh dalam
proses persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran pendamping secara terus me-
nerus memberikan dampak positif seperti berkurangnya tindakan seksio sesaria, forcep, vacum,
dan kelahiran bayi dengan kondisi baik ( APGAR Score lebih 7) , lama persalinan menjadi lebih
cepat, ibu merasa lebih puas dan bahagia, serta mengurangi sensasi nyeri akbat kontraksi uterus
.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata waktu persalinan antara
kelompok ibu yag didampingi keluarga dan kelompok yang tidak didampingi keluarga. Metode
:Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan case control membanding-
kan kelompok ibu yang didampingi keluarga dan ibu yang tidak didampingi keluarga dalam
proses persalinan selanjutnya menganalisis rerata waktu persalinan pada kedua kelompok . Data
penelitian dianalisis menggunakan Uji Hypotesis Parametrik Uji t tidak berpasangan , apabila
tidak memenuhi syarat dilakukan Uji Wilcoxon pada alpa 0,05. Hasil : Hasil penelitian menun-
jukkan tidak ada perbedaan yang siqnifikan antara usia dengan lama persalinan, ada perbedaan
yang siqnifikan antara paritas dengan lama persalinan, serta tidak ada perbedaan yang siqnifikan
antara pendampingan keluarga dengan lama persalinan.
Kata Kunci :Asuhan Intranatal, psikologi
PENDAHULUAN
Persalinan pada dasarnya merupakan keluarga, termasuk dari mereka yang
proses natural yang dialami seorang mendampinginya, pendampingan sangat
perempuan. Proses persalinan dapat berpengaruh dalam proses persalinan
menimbulkan sejumlah perubahan (Varney, 2008)
fisiologis dan juga psikologis. Perubahan Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadi pada semua system dalam tubuh proses persalinan lazim dikenal dengan 5
seperti sistem kardiovaskuler, pernafasan, (lima) P, yaitu Power adalah kekuatan
gastrointestinal, integumen, urinaria, dan meliputi kontraksi uterus dan kekuatan
perubahan sistem sirkulasi yang mengedan dari ibu. Passage yaitu jalan
menimbulkan ketidaknyamanan yang lahir , kemudian Passager yaitu janin dan
berpengaruh terhadap psikologis ibu. placenta , Potition yaitu posisi ibu dalam
Perubahan psikologis dapat terjadi proses persalinan dan Psikologi yaitu
kecemasan, takut persaaan tidak nyaman mental ibu dalam menghadapi persalinan
(salmah,dkk, 2006). Perubahan psikologis (Simkin,2005; Manuaba, 2007; Farrer,
pada proses persalinan sangat bervariasi , 2001).
tergantung pada persiapan menghadapi Pada saat memasuki masa persalinan,
persalinan dan dukungan yang diterima dari seorang ibu akan diliputi perasaan takut,
HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Respondent berdasarkan usia dan Paritas di RS. TK. II
A.K. Gani Palembang bulan Agustus - September 2015
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia respondent
Resiko rendah 48 80
Resiko tinggi 12 20
Paritas
- Risiko rendah 40 66,7
Berdasarkan tabel 1 diatas didapatkan kategori risiko rendah ( paritas 1-2 ) lebih
dapat diketahui bahwa respondent usia besar dibandingkan risiko tinggi (paritas >
risiko rendah (usia 20-35 tahun) lebih 2 anak) dan respondent yang didampingi
besar dibandingkan usia risiko tinggi ( <20 jumlahnya sama dengan tidak didampingi
>35 tahun). Respondent yang paritas keluarga.
Tabel 2 Rerata Lama Waktu Persalinan Responden di RS. TK. II A.K. Gani Palembang bulan
Agustus – September 2015
Variabel minimum maksimum Rerata SD
Lama persalinan 10 menit 240 menit 110,67 0.309
Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa 10 menit dan maksimum 240 menit serta
minimal waktu persalinan dari mulai masuk rata-rata 110 menit.
Rumah sakit sampai selesai kala II adalah
Tabel 3 Perbedaan Lama waktu Persalinan antara Usia, Paritas dan Pendampingan oleh
Keluarga
Variabel Confidence Interval Mean SD p value
Usia -13.992- 66.701 26.354 20.156 0.196
Paritas 29.760- 91.490 60.625 15.419 0.000
Pendampingan -19.913- 45. 246 12.667 16.276 0.440
Dari tabel 3 diatas didapatkan bahwa paritas dengan lama waktu persalinan dan
tidak ada perbedaan yang siqnifikan antara tidak ada perbedaan yang siqnifikan antara
usia respondent dengan lama waktu status pendampingan responden oleh
persalinan, ada perbedaan yang siqnifikan keluarga dengan lama waktu persalinan.
PEMBAHASAN multigravida 1 jam untuk 2 cm, pembukaan
dikatakan lengkap bila pembukaan
Lama Waktu Proses Persalinan dianalogikan dengan ukuran 10 cm. Pada
Hasil penelitian menunjukkan rata- penelitian ini penulis menghitung lama
rata lama waktu persalinan sejak respondent persalinan adalah sejak pasien masuk
masuk rumah sakit sampai proses rumah sakit dengan tanda gejala inpartu
persalinan kala II adalah 110 menit atau sampai proses persalinan, tidak dihitung
sekitar 2 jam, minimum selama 10 menit sejak pasien mengeluh gejala proses
dan maksimum 240 menit atau 3,5 jam. persalinan seperti nyeri kontraksi ataupun
Menurut FK. UNPAD lama persalinan keluar blood slym sebelum dibawa ke
rata-rata primigravida 14 jam dan rumah sakit, hal ini karena penulis tidak
multigravida 8 jam. Fase atau Kala I mendampingi secara langsung proses
memerlukan waktu yang cukup panjang persalinan hanya mengumpulkan data
kala I merupakan proses pendataran dan skunder retrospektif pengalaman ibu
pembukaan cerviks yang dibutuhkan didampingi atau tidak didampingi keluarga.
unytuk pengeluaran hasil konsepsi pada
primi secara umum penambahan
pembukaan ceviks 1 jam untuk 1cm dan
Ananda*
*Mahasiswa S2 Epidemiologi Komunitas FKM UI
(Email : anandahasiana@yahoo.com, HP: +6281314011099)
ABSTRAK
Latar belakang: Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar dan penyum-
bang kematian bagi anak usia bawah lima tahun (balita). Menurut Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2015, pneumonia merupakan penyebab 15% kematian balita. Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) merupakan tatalaksana pelayanan kesehatan anak yang dipublikasikan oleh WHO
sejak tahun 1997. Puskesmas Kecamatan Kalideres merupakan salah satu layanan kesehatan
yang telah memiliki poli MTBS. Pelayanan MTBS di Puskesmas Kecamatan Kalideres diha-
rapkan dapat menekan angka kematian dan kesakitan pada balita. Belum diketahuinya gambaran
kejadian pneumonia pada balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Kalideres menjadi tujuan
dilakukannya penelitian ini. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan
desain studi potong lintang. Subjek penelitian adalah 36 balita yang berobat di Poli MTBS
Puskesmas Kecamatan Kalideres selama bulan Juni-Oktober 2017 dan memenuhi kriteria seba-
gai sampel. Hasil: Hasil distribusi frekuensi terbanyak dalam penelitian ini adalah balita umur
13 – 59 bulan sebesar 55,6%, balita berjenis kelamin perempuan sebesar 55,6%, balita yang be-
lum mendapatkan imunisasi campak sebesar 69,4%, balita dengan status gizi normal sebesar
88,9% dan balita yang sudah mendapatkn vitamin A sebesar 97,2%. Kesimpulan: Gambaran
pneumonia balita di Puskesmas Kecamatan Kalideres dengan presentase terbesar adalah balita
dengan usia 13-59 bulan, jenis kelamin perempuan, status gizi kurang, tidak mendapatkan im-
unisasi campak dan sudah mendapatkan Vitamin A. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan desain penelitian yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang menggambarkan
kejadian pneumonia balita di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Kalideres.
Kata kunci: Pneumonia, Balita
HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Balita Penderita Pneumonia di Poli MTBS Puskesmas
Kecamatan Kalideres Juni – Oktober 2017
Persentase
Penderita Pneumonia n
(%)
0 – 12 bulan 16 44,4
13 – 59 bulan 20 55,6
Jumlah 36 100
Pada tabel 1 didapatkan hasil bahwa pende- adalah di kategori usia 13 – 59 bulan, yaitu
rita pneumonia balita terbanyak di Poli sebanyak 20 orang atau sebesar 55,6 %.
MTBS Puskesmas Kecamatan Kalideres
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita Penderita Pneumonia di Poli MTBS
Puskesmas Kecamatan Kalideres Juni – Oktober 2017
Persentase
Penderita Pneumonia n
(%)
Laki-laki 16 44,4
Perempuan 20 55,6
Jumlah 36 100
Pada tabel 2, jenis kelamin balita penderita dangkan, penderita pneumonia balita jenis
pneumonia di Poli MTBS Puskesmas Ke- kelamin laki-laki adalah sebanyak 16
camatan Kalideres adalah perempuan, yaitu orang.
sebanyak 20 orang atau sebesar 55,6%. Se-
Pada tabel 3 diperoleh keterangan bahwa yang terbanyak adalah gizi normal, yaitu
status gizi penderita pneumonia di Poli sebanyak 32 orang atau sebesar 11,1%.
MTBS Puskesmas Kecamatan Kalideres
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Campak Balita Penderita Pneumonia di Poli
MTBS Puskesmas Kecamatan Kalideres Juni – Oktober 2017
Persentase
Penderita Pneumonia n
(%)
Tidak 25 69,4
Ya 11 30,6
Jumlah 36 100
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pemberian Vitamin A Campak Balita Penderita Pneumonia di Poli
MTBS Puskesmas Kecamatan Kalideres Juni – Oktober 2017
Persentase
Penderita Pneumonia n
(%)
Tidak 1 2,8
Ya 35 97,2
Jumlah 36 100
Pada tabel 5 diperoleh keterangan bahwa tugas di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan
sebanyak 35 orang atau 97,2 % balita pen- Kalideres tidak mengisi semua isian setiap
derita pneumonia sudah mendapatkan vita- pasien dengan lengkap. Sedikitnya sampel
min A. Sedangkan balita yang menderita yang memenuhi kriteria, menjadikan keter-
pneumonia dan belum mendapatkan vita- batasan dalam penelitian ini. Penelitian ini
min A adalah 1 orang. sudah mengikuti prosedur yang telah dite-
tapkan, yaitu mencari data awal balita
PEMBAHASAN pneumonia melalui register MTBS, mem-
Penelitian ini dilakukan dengan buka status penderita pneumonia balita di
menggunakan data sekunder yang ada di server SIKDA OPTIMA, mengeliminasi
Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Kali- sesuai kriteria, dan melakukan pengolahan
deres bulan Juni – Oktober 2017. Banyak- data serta analisis data yang ada.
nya data yang tidak terisi lengkap pada Kejadian Pneumonia dengan Umur Bali-
server SIKDA OPTIMA di Puskesmas Ke- ta
camatan Kalideres membuat sampel dalam
Di Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Ka-
penelitian ini menjadi sedikit. Hal ini dapat
lideres, penderita pneumonia balita terba-
terjadi karena petugas kesehatan yang ber-
Kurniawaty
STIKES ‘Aisyiyah Palembang Prodi D3 Keperawatan
(Email : cicikurniawaty78@gmail.com, HP : 085378106992)
ABSTRAK
Latar Belakang: Masa remaja merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis maupun so-
sial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masalah yang berkaitan dengan perilaku dan kese-
hatan reproduksi remaja seperti bertambahnya kasus penyakit menular seksual terutama
HIV/AIDS, kematian ibu muda yang masih sangat tinggi, merebaknya praktik aborsi karena
kehamilan yang tidak diinginkan dan kecenderungan remaja masa kini untuk melakukan hubun-
gan seksual sebelum nikah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan
Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan di
SMK ‘Aisyiyah Palembang 2018. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu
(Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah “One Group Design Pretest-Postest”.
Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. Pengambilan sample menggunakan
tehnik total sampling. Hasil: Berdasarkan hasil Penelitian terdapat 52 responden distribusi rata-
rata pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebelum penyuluhan adalah 60,08
dengan standar devisiasi 9,581. Distribusi diatas rata-rata pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi sesudah penyuluhan adalah 66,73 dengan standar devisiasi 8,619. Berdasarkan hasil
uji T P value 0,000 < 0,05 artinya ada perbedaan pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi sebelum dan sesudah penyuluhan di SMK ‘Aisyiyah Palembang 2018. Kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada SMK ‘Aisyiyah Palembang diharapkan agar
dapat menjalin kerjasama dengan Puskesmas terdekat untuk melakukan penyuluhan kesehatan
khususnya tentang kesehatan reproduksi remaja.
Kata Kunci : Remaja, Pengetahuan, Kesehatan Reproduksi
ABSTRACT
METODE HASIL
Desain penelitian ini adalah Analisa Univariat
penelitian eksperimen semu (Quasi
Analisa univariat di dapatkan dari
Experiment). Rancangan yang digunakan
distribusi frekuensi dari masing-masing
adalah “One Group Design Pretest-
kategori variabel independen (pengetahuan
Postest”. Pengetahuan diukur sebelum dan
sebelum dan pengetahuan sesudah) dan
sesudah penyuluhan. Populasi yang diambil
variabel dependen (kesehatan reproduksi
pada peneitian ini adalah SMK ‘Aisyiyah
remaja)
Palembang kelas XII yang telah terpapar
.
Tabel 1 Distribusi rata-rata pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebelum
penyuluhan di SMK ‘Aisyiyah Palembang Tahun 2018
Pengetahuan Mean Median St devisiasi
Sesudah 60,08 68,00 9,581
Latar Belakang: salah satu manfaat investasi kesehatan gizi (ASI Ekslusif) adalah
perkembangan dan pertumbuhan emosional dan intelektual anak. Kegagalan pemberian ASI
Ekslusif akibat kegagalan dalam proses menyusui, hal ini disebabkan oleh timbulnya beberapa
masalah, baik masalah ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini,
kegagalan menyusi sering dianggap problem pada anaknya saja.Masalah menyusui pada
keadaan khusus adalah ibu melahirkan dengan Sectio Caesarea (SC).Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui efektifitas massase rolling (punggung) untuk meningkat kan produksi
ASI pada ibu post SC di Rumah Sakit Palembang. Metode: Penelitian dilakukan dengan
mengkaji produksi ASI ibu post SC sebelum (pre test) dan sesudah (post test) dilakukan
massage rolling (punggung) dengan menggunakan kelompok kontrol, maka desai penelitian ini
disebut Design Quasi Experimental Pretest-Posttest with control group. Metode: Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu dengan post SC yang dirawat di ruang kebidanan RSMH Palembang
dan Rumah Sakit Muhammadyah Palembang. Sampel penelitian ini adalah ibu post SC yang
dirawat di ruang kebidanan RSMH dan Rumah Sakit Muhammadyah. Teknik pengambilan
sampel adalah purposive sampling. Hasil: terdapat perbedaan tingkat produksi ASI kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sesudah perlakukan digunakan uji beda dua mean independent
samples t test. Untuk analisis bivariat tersebut dianalisis dengan tingkat kepercayaan 95% (alpha
0,05). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara
kelompok intervensi dan kelompok control terhadap produksi ASI post section.
Kata Kunci : ASI (Air Susu Ibu), Massase Rolling, Ibu Nifas, Sectio Caesarea
PENDAHULUAN
Menurut GBHN tahun 1999 – 2004, nan kadang-kadang perlu tindakan SC, mi-
arah kebijakan pembangunan sosial budaya salnya panggul sempit, plasenta previa dan
adalah meningkatkan mutu sumber daya lain-lain. Ibu yang mengalami SC dengan
manusia dan lingkungan yang saling men- pembiusan tidak mungkin dapat menyusui
dukung dengan pendekatan paradigma se- bayinya dengan inten, karena ibu harus di-
hat, memberikan prioritas pada upaya pe- pindahkan ke ruang Recovery Room. Wa-
ningkatan kesehatan terdiri dari pencega- laupun saat ini pelaksanaan Inisiasi Menyu-
han, penyembuhan, pemulihan dan rehabili- sui Dini (IMD) dapat juga dilakukan di
tasi sejak pembuahan dalam kandungan ruang operasi, namun tidak semua rumah
sampai lanjut usia .Berdasarkan SDKI sakit yang memiliki kebijakan serupa. Pada
(2007), jumlah pemberian ASI Ekslusif di abad ke-20, persalinan SC hampir diseluruh
Indonesia masih rendah yaitu, 32% dari dunia mengalami peningkatan. Di Amerika
total kelahiran bayi. Kondisi ini sangat ber- Serikat, 23,5 perseratus kelahiran, di nega-
tentangan dengan yang terjadi diengan ra Inggris, Scotland, Sweden sekitar 10%
pemberian susu formula. Diketahui pada menjadi 12% (Old, London & Ladewiq,
tahun yang sama, bayi-bayi yang lahir di 2000). Di Indonesia jumlah kelahiran den-
fasilitas kesehatan lebih cenderung untuk gan SC tergolong tinggi. Pada 64 rumah
tidak mendapatkan ASI secara ekslusif. sakit di Jakarta didapatkan angka berkisar
Masalah menyusui pada keadaan 35,7-55,3% dari 17.665 kelahiran. Selain
khusus adalah ibu melahirkan dengan Sec- faktor prosedural yang terjadi pada ibu
tio Caesarea (SC). Pada beberapa persali- yang mengalami persalinan SC, terdapat
HASIL
Tabel . 1 Gambaran Rata-Rata Produksi ASI Ibu Post SC Sebelum Dan Setelah
Dilakukan Massage Rolling (Punggung) pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tabel 2 Pengaruh Produksi ASI Ibu Post SC Sebelum Dilakukan Tindakan Massage
Rolling (Punggung) Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Variabel Mean SD SE p value n
Produksi ASI
Intervensi 8,06 3,872 0,968 0,084 16
Kontrol 5,94 2,768 0,692 16
Dari tabel 2 diatas didapatkan rata- standar deviasi 2,768. Hasil uji statistic
rata produksi ASI pengukuran pretest pada didapatkan nilai p value=0,084, jadi tidak
kelompok intervensi adalah 8,06 dengan ada perbedaan yang bermakna rata-rata
standar deviasi 3,872, sedangkan pada produksi ASI ibu post SC sebelum
kelompok control didapatkan nilai produksi dilakukan massase rolling (pungung) pada
ASI pengukuran pretest 5,94 dengan kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
ABSTRAK
Tujuan: untuk mengetahui pengaruh relaksasi hipnosis terhadap respon nyeri dan frekuensi ke-
kambuhan nyeri lanjut usia dengan gastristis di wilayah kerja Puskesmas Merdeka Palembang.
Metode: desain penelitian ini adalah quasi experiment. Jumlah sampel sebanyak 68 orang yaitu
34 orang kelompok intervensi dan 34 orang kelompok kontrol. Hasil: dari hasil analisis dida-
patkan bahwa ada perbedaan respon nyeri lansia dengan gastritis antara sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi teknik relaksasi hipnosis (p=0,000; α=0,05). Hasil analisis juga didapatkan
bahwa pada kelompok intervensi akan mencegah terjadinya kekambuhan nyeri gastritis sebesar
0,05 kali dibandingkan kelompok kontrol (OR = 0,053; 95% CI 0,015 – 0,183). Kesimpulan:
terdapat pengaruh relaksasi hipnosis terhadap respon nyeri dan frekuensi kekambuhan nyeri pa-
da lanjut usia dengan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Merdeka Palembang. Bagi pelayanan
keperawatan disarankan agar teknik relaksasi hipnosis menjadi salah satu kompetensi perawat
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terkait manajemen nyeri.
Kata kunci: relaksasi hipnotis, nyeri gastritis, lanjut usia
ABSTRACT
Aim: The purpose of this study was to determine the effect of relaxation hypnosis on pain re-
sponse and the frequency of pain recurrence in the elderly who severe gastristis in Puskesmas
Merdeka Palembang. Method: The research design is quasi experiment. The number of samples
is 68 patients consisting of 34 patients in the intervention group and 34 patients in the control
group. Results: the result of the analysis showed that there are differences in pain responses
between the elderly who severe gastritis before and after the intervention of hypnosis relaxation
techniques (p = 0.000; α = 0.05). The analysis also showed that the intervention group will pre-
vent recurrence of pain gastritis about 0.05 times compared to the control group (OR = 0.053;
95% CI 0.015 to 0.183). Conclusion: It is concluded that there is a relaxation effect of hypnosis
on pain response and the frequency of recurrence of pain in elderly patients with gastritis in
Puskesmas Merdeka Palembang. For nursing services suggested that hypnosis relaxation tech-
niques have to be nurse's competence in the implementation of nursing care related to pain man-
agement.
Keywords: relaxation hypnosis, pain, gastritis, elderly
HASIL
Tabel 1. Univariat Analisis Disribusi Karakteristik Responden di Wilayah Puskesmas
Merdeka Palembang (n=68)
Kelompok Total
Karakteristik Intervensi Kontrol
n % n % n %
Jenis Kelamin
-Laki-laki 8 80 2 20 10 14.7
-Perempuan 26 44.8 32 55.2 58 85.3
Pola makan
-Teratur 24 64.9 13 35.1 37 54.4
-Tdk Teratur 10 32.3 21 67.7 31 45.6
Konsumsi Obat Gastristis
-Ya 16 33.3 32 66.7 48 70.6
-Tidak 18 90 2 10 20 29.4
Konsumsi OAINS
-Ya 23 67.6 11 32.4 34 50
-Tidak 11 32.4 23 67.6 34 50
Tabel 2. Analisis perbedaan respon nyeri responden pada kelompok intervensi antara se-
belum dan sesudah intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Palembang
(n1=n2=34)
Variabel n Mean Beda Mean SD P Value
Respon Nyeri
-Sebelum Intervensi 34 1.68 0.684
-Sesudah Intervensi 1.15 0.000
34 0.53 0.662
Tabel 4. Analisis perbedaan respon nyeri responden sebelum dan sesudah intervensi tek-
nik relaksasi hipnosis antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Merdeka Palembang
Respon Nyeri n Mean Beda Mean SD P Value
Kelompok Intervensi
-Sebelum
-Sesudah 34 1.68 1.15 0.684
34 0.53 0.706 0.000
Kelompok Kontrol
-Sebelum
-Sesudah 34 1.47 0.03 0.662
34 1.44 0.561
Analisis perbedaan frekuensi kekambuhan uji beda dua proporsi berpasangan (uji Mc
nyeri lansia dengan gastritis antara sebe- Nemar).
lum dan sesudah intervensi menggunakan
Tabel 5. Analisis perbedaan frekuensi kekambuhan nyeri responden antara sebelum dan
sesudah intervensi teknik relaksasi hipnosis pada kelompok intervensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Merdeka Palembang
Frekuensi Kekambuhan Frekuensi Kekambuhan
Nyeri sebelum Intervensi Nyeri sesudah Total P Value
Intervensi
Tidak Sering Sering
n % n % N %
Tidak Sering 13 92.9 1 7.1 14 100
Sering 13 65 7 35 20 100 0.002
Jumlah 26 76.5 8 23.5 34 100
Analisis perbedaan frekuensi kekambuhan hipnosis menggunakan uji beda dua propor-
nyeri lansia dengan gastritis antara kelom- si sampel tidak berpasangan (uji Chi
pok intervensi dan kelompok kontrol sebe- Square).
lum dan sesudah intervensi teknik relaksasi
Hasil analisis didapatkan bahwa pada akan berefek pada saluran pencernaan anta-
kelompok intervensi akan mencegah terja- ra lain menyebabkan luka (ulcer) pada salu-
dinya kekambuhan nyeri gastritis sebesar ran pencernaan termasuk lambung. Meka-
0,05 kali dibandingkan kelompok kontrol nisme terjadinya luka lambung akibat stres
(OR = 0,053; 95% CI 0,015 – 0,183). Hasil adalah melalui peningkatan asam lambung,
analisis lebih lanjut juga didapatkan bahwa yang mengiritasi dinding mukosa lambung
ada perbedaan yang bermakna frekuensi dan berkurangnya produksi mukus yang
kekambuhan nyeri pada lansia dengan ga- berfungsi sebagai lapisan pelindung dinding
stritis antara kelompok kontrol dan kelom- lambung4. Kerentanan wanita untuk menga-
pok intervensi setelah dilakukan intervensi lami stres sehingga berisiko tinggi menga-
teknik relaksasi hipnosis yaitu bahwa fre- lami gastritis juga telah diteliti oleh Isnarti
kuensi kekambuhan nyeri lansia dengan dan Ritandiyah (2006) yang menyatakan
gastritis pada kelompok intervensi lebih bahwa tingkat stres pada perempuan lebih
rendah daripada kelompok kontrol sesudah tinggi daripada laki laki, dan pada perem-
dilakukan teknik relaksasi hipnosis (p = puan lebih sulit untuk mengontrol dan
0,000; α = 0,05). mengendalikan emosi yang merupakan pe-
micu timbulnya stres.
PEMBAHASAN
Pola Makan
Karakteristik Lansia dengan Gastritis di
Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Hasil penelitian tentang distribusi po-
Palembang la makan lansia dengan gastritis di Wilayah
Puskesmas Merdeka Palembang dapat dike-
Jenis Kelamin
tahui bahwa dari total responden 68 orang
Hasil penelitian menunjukan bahwa lansia penderita gastritis memiliki distribusi
mayoritas lansia penderita gastritis adalah pola makan yang hampir sama yaitu 54,4%
berjenis kelamin perempuan yaitu 58 orang memiliki pola makan teratur dan 45,6%
(85,3%). Hasil ini senada dengan data na- memiliki pola makan yang tidak teratur.
sional distribusi penyakit saluran cerna pa- Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pe-
da rawat inap dan rawat jalan pada tahun nyakit gastritis yang dialami responden da-
2006 yang menunjukan bahwa penderita pat disebabkan oleh perubahan pola makan.
gastritis perempuan lebih banyak diban- Temuan ini sejalan dengan teori yang dike-
dingkan laki laki7. Hasil penelitian ini juga mukakan oleh Miller (2004) yang menyata-
sesuai dengan penelitian yang dilakukan kan bahwa pola makan yang tidak teratur
oleh Afifah (2003) yang menyatakan bahwa adalah merupakan faktor risiko terjadinya
perempuan lebih banyak menderita gastritis gastritis. Perubahan pola makan pada lansia
karena perempuan rentan secara psikologis disebabkan oleh proses degeneratif pada
untuk mengalami stres. Stres yang dialami saluran cerna antara lain meliputi penuru-
ABSTRAK
Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA saat ini sudah menjadi permaslahan dunia, terdapat
sekitar 13,2 juta pengguna narkoba di dunia. Adapun faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA
yaitu faktor kepribadian, faktor lingkungan, faktor keluarga, dan faktor teman sebaya. Metode:
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitik melalui
pendekatan Cross Sectional dengan jumlah sampel 33 pasien pengguna NAPZA, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-fator penyebab penyalahgunaan NAPZA dengan
kekambuhan pada pasien pengguna NAPZA di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2015. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan proporsi tertinggi pasien pengguna NAPZA di RS. Ernaldi Bahar Provinsi Suma-
tera Selatan adalah umur 25-44 tahun (dewasa) (57,6%), pendidikan Menengah (Sma/smk)
(48,5%), pekerjaan wiraswasta (51,5%), kepribadian introvert (57,6%), lingkungan tidak sehat
(54,5%), keluarga harmonis (54,5%), teman sebaya pecandu (51,5%), dan kekambuhan
(60,6%). Hasil uji statistik menunjukkan 2 variabel yang berhubungan dengan kekambuhan yai-
tu faktor lingkungan (p=0,003) dan faktor teman sebaya (p=0,008), sedangkan 2 variabel lain-
nya tidak berhubungan dengan kekambuhan yaitu faktor kepribadian (p=0,284) dan faktor ke-
luarga (p=0,172). Kesimpulan: Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit agar memperkuat pro-
gram yang ada di pusat rehabilitasi, yang mampu membekali pasien untuk meningkatkan moti-
vasi pasien penyalahguna NAPZA agar mereka tetap bertahan tanpa menggunakan NAPZA.
Kata Kunci : Penyalahgunaan NAPZA, Kekambuhan, NAPZA
ABSTRACT
Background: NAPZA (Narcotic, Pscychotropic, Additives) abuse has become world problem
recently there are 13,2 million of narcotic users in the world. The causes of NAPZA abuse are
personality factors, family and same age friendship. Methods:This study was quantitative with
Descriptive Analytic thorough Cross Sectional with total samples as much as 33 patients of
NAPZA users this study was aimed to know the relationship between factors related with the
cause of NAPZA abuse and the result there recurannce of NAPZA users patient in Policlinic at
Ernadi Bahar Hospital in South Sumatera in 2015. The analysis of the data was using chi square
staistic test. Results:From the result of this study showed that the highest proportion of NAPZA
users patient at RS. Ernaldi Bahar in South Sumatera was age 25-44 adult 57,6 %, middle edu-
cation level SMU 48,5%, entrepeneur 51,5%, introvert personalities 57,6 %, unhelathy enviro-
ment 54,5%, harmonic family 54,5% same age friends with drug addiction 51,5 % and reccu-
rence 60,6%. The result of statistic test showed 2 variables which related with recurennce were
enviroment factors (0,004)α and same age friends with drugs α 0,008, whereas other 2 variable
α 0,172. Conclusion:It is hoped that health officilas at the hospital are able to strengthen their
programms in rehabilition centre, which is ableto support all patients to elevate the motivation
of NAPZA abuse users so they can survive without using NAPZA anymore.
Key word : NAPZA abuse, recurennce, NAPZA
Kepribadian
Lingkungan
Dari hasil uji statistik Chi-Squarediperoleh dengan kekambuhan pasien pengguna nap-
nilai pvalue = 0,005 dimana nilai p < α za di Poliklinik RS Ernaldi Bahar Provinsi
(0,05) yang berarti H0 ditolak dan Ha dite- Sumatera Selatan Tahun 2015.
rima artinyaada hubunganantaralingkungan
Berdasarkan tabel diatas hasil uji sta- ada hubungan antarakeluarga dengan ke-
tistik Chi-Squarediperoleh nilai pvalue = kambuhan pasien pengguna napza di Polik-
0,284 dimana nilai p > α (0,05) yang berarti linik RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Ha ditolak dan H0 diterima artinya tidak Selatan Tahun 2015.
Teman-sebaya
Tabel 5. Hubungan Teman Sebaya Dengan KekambuhanPada Pasien pengguna NAPZA di
Poliklinik RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015
Kekambuhan p
Total
Teman Sebaya Tidak kambuh Kambuh value
n % n % N %
Bukan pecandu 10 62,5 6 37,5 16 100,0
Pecandu 3 17,6 14 82,4 17 100,0 0.013*
Total 13 39,4 20 60,6 33 100,0
Berdasarkan tabel diatas hasil uji sta- ZA) atau istilah yang populer dikenal ma-
tistik Chi-Squarediperoleh nilai pvalue = syarakat sebagai NARKOBA (Narkotika
0,013 dimana nilai p < α (0,05) yang berarti dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan
H0 ditolak dan Ha diterima artinya ada hu- masalah yang sangat kompleks, yang me-
bungan antarateman sebaya dengan kekam- merlukan upaya penanggulangan secara
buhan pasien pengguna napza di Poliklinik komprehensif dengan melibatkan kerja sa-
RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Sela- ma multidispliner, multisektor, dan peran
tan Tahun 2015. serta masyarakat secara aktif yang dilaksa-
nakan secara berkesinambungan, konsekuen
PEMBAHASAN dan konsisten (Lubis, 2012).
Upaya pencegahan seharusnya lebih
Hubungan Kepribadian dengan Kekam-
diutamakan,hal ini mengingat dasar kegia-
buhan pada Pengguna NAPZA
tan dalam kesejahteraan masyarakat adalah
Berdasarkan penelitian menunjukkan mencegah itu lebih baik daripada menyem-
bahwa kepribadian tidak berhubungan buhkan. Selain itu juga mengingat bahwa
dengan kekambuhan pada pengguna NAP- dalam masalah penyalahgunaan dan keter-
ZA di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Ba- gantungan terhadap NAPZA sangat sulit
har Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 untuk dapat disembuhkan dengan cepat dan
dibuktikan dari hasil analisis bivariat yang bahkan tidak ada jaminan untuk dapat sem-
diperoleh nilai p Value = 0,478 yang be- buh total. (Hawari, 1999) menyatakan bah-
rarti nilai p > α (0,05). wa tingkat kekambuhan pasien ketergan-
Masalah penyalahgunaan Narkotika, tungan NAPZA mencapai 43,9 %, artinya
Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAP- hampir semua pasien ketergantungan NAP-
Mugi Wahidin1
1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan
(E-mail : wahids.wgn@gmail.com, HP : +6281386671545)
ABSTRAK
Latar belakang: Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi permasalahan kesehatan ma-
syarakat yang semakin besar di Indonesia. Salah satu upaya promotif dan preventif PTM yang
dikembangkan Kementerian Kesehatan adalah melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
sejak tahun 2011. Tujuan studi utuk mengetahui gambaran pelaksanaan Posbindu PTM di Indo-
nesia sampai tahun 2016. Metode:Studi ini adalah studideskriptif dengan analisa secara kuanti-
tatif. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang bersumber dari Direktorat Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dan data dari berbagai
literatur yang berkaitan. Studi dilaksanakan pada September – November 2017. Langkah kegia-
tan adalah penelusuran referensi, pengumpulan dan analisis data. Hasil:Sampai tahun 2016 ter-
dapat 21.470 Posbindu di 12.349 (15,48%)desa/kelurahan di Indonesia. Puskesmas yang mem-
bina Posbindu PTM sebanyak 4.773 Puskesmas (49,3%). Pemeriksaan di Posbindu PTM seba-
nyak 436.215 orang. Hasil pemeriksaan Posbindu PTM tahun 2016 menujukkan proporsi mero-
kok sebesar 13,3%, kurang konsumsi buah dan sayur 26,6%, tekanan darah tinggi 45,1%, obesi-
tas 1 (indeks massa tubuh/IMT 25-27) pada laki-laki sebesar 11,6% dan pada perempuan 13,1%.
Sedangkan obesitas 2 (IMT ≥30) pada laki-laki 12,6% dan pada perempuan 20,3%. Obesitas
sentral sebesar 51,9%, kurang aktivitas fisik 24,7%, konsumsi minuman beralkohol 0,8%, gula
darah tinggi 28,4%, dan kolesterol tinggi 52,3%.Kesimpulan:Posbindu PTM telah dilaksanakan
pada 15,48% desa/keluaran di Indonesia dengan pembinaan dari 49,3% Puskesmas. Jumlah pe-
meriksaan di Posbindu masih sedikit. Secara umum, proporsi faktor risiko PTM hasil pemerik-
saan di Posbindu PTM lebih tinggi dari prevalensi nasional.
Key words :Posbindu PTM, Posbindu PTM Indonesia,Penyakit Tidak Menular
ABSTRACT
Background and aims: Recently, Non Communicable Diseases (NCD) became a big health
problem in Indonesia. One of promotive and preventive efforts of NCD developed since 2011
by Minstry of Health was NCD post (Posbindu). This study aimed to know overview of NCD
Post in Indonesia till 2016. Methods:Design of the study was descriptif study with kuantitative
analysis. Secondary data was collected from Directorate General of Disease Prevention and
Control, Ministry of Health,and related literatures. The study was conducted from September –
November 2017. Step of the activities were literature seeking, data collection, and data analysis.
Results:Till 2016, there were 21,470 NCD post in 12.349 (15,48%) villages in Indonesia. There
were 4.773 (49,3%) Primary health centers that coordinate the NCD Post. There were 436.215
persons examined in the NCD Post. Result of NCD Post’s activities showed the proportion of
smoking 13.3%, raised blood pressure 45,1%, obesity 1 (body mass indext/BMI 25-27) among
male 11.6% and among female 13.1%, obesity 2 (BMI ≥30) among male 12.6% and among
female 20.3%. Proportion of abdominal obesity 51.9%, lack of physical activity 24.7%. alcohol
consumption 0.8%, raised blood glucose 28.4%, and hypercholesterolemia 52,3%. Conclu-
sion:NCD Post was running in 15.48% villages in Indonesia by 49.3% Primary health centers
PENDAHULUAN
METODE
Saat ini Penyakit Tidak Menular
(PTM) menjadi permasalahan kesehatan Studi ini adalah studideskriptif den-
masyarakat yang semakin besar di Indone- gan analisa secara kuantitatif. Analisa kuan-
sia. PTM menyebabkan 59,5% kematian di titatif dilakukan untuk melihat data sebaran
Indonesia pada 20071 dan menjadi 71% Posbindu PTM dan hasil pemeriksaannya.
pada 20142. Prevalensi PTM di Indonesia Data yang dikumpulkan adalah data se-
berdasarkan Riskesdas 2013, hipertensi usia kunder yang bersumber dari Direktorat Jen-
˃ 18 tahun (25,8%), rematik (24,7%), asma deral Pencegahan dan Pengendalian Penya-
(4,5%), PPOK umur ≥ 30 tahun(3,8%), di- kit Kementerian Kesahatan dan data dari
abetes melitus (2,1%), PJK umur ≥ 15 ta- berbagai literatur yang berkaitan. Studi di-
hun (1,5%), hyperthyroid umur ≥ 15 tahun laksanakan pada September – November
(0,4%), gagal jantung (0,3%), gagal ginjal 2017. Langkah kegiatan adalah penelusuran
kronik (0,2%), stroke (12,1‰), dan kanker referensi, pengumpulan dan analisis data
(1,4‰)3. dengan berbagai dokumen terkait.
Penyakit tidak menular (PTM) terjadi
akibat berbagai faktor risiko, seperti mero- HASIL
kok, diet tidak sehat, kurang aktivits fisik, Kegiatan Posbindu PTM dilaksana-
dan konsumsi minuman beralkohol. Faktor kan di masyarakat seperti di wilayah
risiko tersebut akan menyebabkan terja- RT/RW, kelompok-kelompok masyarakat,
dinya perubahan fisiologis di dalam tubuh tempat kerja, perkantoran, terminal. Target
manusia, sehingga menjadi faktor risiko pemeriksaan adalah penduduk berusian 15
antara lain tekanan darah meningkat, gula tahun ke atas. Pemeriksaan yang dilaksana-
dara meningkat, kolesterol darah mening- kan adalah pemeriksaan faktor risiko PTM
kat, dan obesitas4. Faktor risiko tersebut baik melalui wawancara, pemeriksaan fisik,
merupakan faktor risiko bersama yang be- maupun pemeriksaan biomedis (darah).
rarti saling berhubungan satu sama lain. Pemeriksaan melalui wawancara adalah
Untuk melakukan pencegahan dan merokok, konsumsi buah dan sayur, kon-
pengendalian penyakit tidak menular diper- sumsi alkohol, aktivitas fisik, dan stress.
lukan upaya promotif, preventif, kuratif, Pemeriksaan fisik meliputi berat badan dan
dan rehabilitatif5. Salah satu upaya promotif tinggi badan (indeks massa tubuh/IMT) dan
dan preventif yang dikembangkan Kemen- tekanan darah. Sedangkan pemeriksaan da-
terian Kesehatan adalah Pos Pembinaan rah meliputi pemeriksaan gula darah sewak-
Terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu PTM tu dan kolesterol darah.
merupakan wujud peran serta masyarakat Sampai tahun 2016 terdapat 21.470
dalam deteksi dini, pemantauan,d an tindak Posbindu di 12.349 desa/keluarahan di In-
lanjut dini faktor risiko PTM secara mandi- donesia. Desa/ kelurahan yang melaksana-
ri, dan berkesinambungan6. Posbindu PTM kan Posbindu PTM tahun 2015 sebanyak
dikembangkan sejak tahun 2011 dengan 7.177 desa/kelurahan (8,83%) dari target
melibatkan kader kesehatan. Setelah Pos- seluruh desa kelurahan. Sedangkan tahun
bindu PTM dikembangkan sejak tahun 2016 sebanyak 12.349 (15,48%) de-
2011, perlu diketahui pelaksanaan dan ca- sa/keluarahan melaksanakan Posbindu
paiannya. Belum banyak diketahui bagai- PTM, tertinggi di provinsi DKI Jakarta
mana pelaksanaan Posbindu PTM tersebut. (87,27%) dan terendah di Provinsi Papua
Untuk itu dilakukan studi untuk mengetahui (1,38%)7Selengkapnya pada tabel 1.
gambaran pelaksanaan Posbindu PPTM
sampai tahun 2016.
Puskesmas yang membina Posbindu dari target 9.679 Puskesmas. Tahun 2016
PTM tahun 2015 sebanyak 3.330 (34,4%) menjadi 4.773 Puskesmas (49,3%), terting-
Hasil pemeriksaan Posbindu PTM gat pemeriksaan deteksi dini (skrining) te-
tahun 2016 menujukkan proporsi merokok lah menjadi target dalam standar pelayanan
sebesar 13,3%, kurang konsumsi buah dan minimal(SPM) bidang kesehatan, dengan
sayur 26,6%, tekanan darah tinggi 45,1%, target 100%10. Kementerian Kesehatan be-
obesitas 1 (indeks massa tubuh/IMT 25-27) kerja sama dengan Pemerintah Daerah perlu
pada laki-laki sebesar 11,6% dan pada pe- terus meningkatkan jumlah orang yang di-
rempuan 13,1%. Sedangkan obesitas 2 periksa di Posbindu PTM.
(IMT ≥30) pada laki-laki 12,6% dan pada Data hasil pemeriksaan faktor risiko
perempuan 20,3%. Obesitas sentral sebesar di Posbindu PTM relatif lebih tinggi dari
51,9%, kurang aktivitas fisik 24,7%, kon- angka Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
sumsi minuman beralkohol 0,8%, gula da- tahun 2013. Proporsi merokok (13,3%) se-
rah tinggi 28,4%, dan kolesterol tinggi dangkan prevalensi merokok hasil Riskes-
52,3%7. das tahun 2007 (34,7%) danRiskesdas
2013 (36,3%). Proporsi tekanan darah
PEMBAHASAN tinggi 45,1%, sedangkan pada Riskesdas
Posbindu PTM telah dilaksanakan di 2013 prevalensi sebesar 25,8%. Hal ini
15,48% desa/keluaran di Indonesia. Angka kemungkinan karena pengunjung Pos-
ini masih lebih rendah dari target dalam bindu PTM tidak mewakili seluruh popu-
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan lasi orang dewasa sehingga proporsi le-
2015-2019, dengan target tahun 2016 sebe- bih tinggi.
sar 20%. Dengan demikian masih diperlu- Hasil pemeriksaan Posbindu PTM
kan upaya penebarluasan Posbindu PTM di tahun 2016 juga menujukkan Proporsi
Indonesia Adapun Puskesmas yang membi- kurang konsumsi buah dan sayur 26,6%
na Posbindu PTM sebesar 49,3% telah me- sedangkan hasil Riskesdas sebesar 93,6%
lebih target dalam Rencana Strategis Ke- (2007)dan 93,5% (2013). Hal ini ke-
menterian Kesehatan 2015-2019, dengan mungkinan karena pengumpulan data
target tahun 2016 sebesar 20%9. Mesikpun melalui wawancara sehingga terdapat
target telah tercapai tetapi belum sejalan perbedaan interpretasi dalam menanya-
dengan palaksanaan di tingkat Posbindu kan.
PTM, terbukti proporsi desa/kelurahan yang Proporsi obesitas 1 ( IMT 25-27) pa-
melaksanakan Posbindu PTM masih diba- da laki-laki sebesar 11,6% dan pada perem-
wah 20%. puan 13,1%. Sedangkan obesitas 1 (IMT
Hasil pemeriksaan sampai tahun ≥30) pada laki-laki 12,6% dan pada perem-
2016, total diperiksa 436.215 orang. Angka puan 20,3%.Berdasarkan hasil Riskesdas
ini masih perlu terus ditingkatkan mengin- 2007 dan 2013, obesitas pada laki-laki
Anggi Pratiwi1
1
Sekolah Tinggi Imu Kesehatan Bina Husada
anggiardi24@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan se-
kresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Di 2013, jumlah penderita diabetes di Sumsel menca-
pai 21.418 orang, sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 7.541 penderita
dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan lagi menjadi 14.042 penderita. Self Efficacy pada
pasien DM tipe 2 berfokus pada keyakinan pasien untuk mampu melakukan prilaku yang dapat
mendukung perbaikan penyakitnya dan meningkatkan manajemen perawatan. Penelitian ini me-
rupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel 34 yang ditentukan dengan purposive sam-
pling. Metode: Penelitian ini dilakukan pada 12-26 Desember 2017 di kelurahan srimulya Pa-
lembang menggunakan instrument The Diabetes Management Self-Efficacy Scale. Hasil: Hasil
penelitian didapatkan 14 responden (41,19%) memiliki self efficacy yang baik, dan 20 respon-
den (58,81%) mempunyai self efficacy yang kurang baik. Kesimpulan: dibutuhkan penatalak-
sanaan Diabetes Self Management Education Program untuk meningkatkan self efficacy pada
pasien DM.
ABSTRACT
Arum Ambarsari*
*Mahasiswa S2 Epidemiologi Komunitas FKM UI
(Email : arum.ambarsari@ui.ac.id, HP : +6281210076776)
ABSTRAK
Latar belakang: Skrining sitologi serviks belum menjadi hal yang rutin dilakukan di layanan
rawat jalan HIV yang ada di fasilitas kesehatan primer di DKI Jakarta, padahal kondisi immu-
nosupresi pada infeksi HIV diketahui dapat menyebabkan infeksi HPV yang persisten sehingga
meningkatkan risiko mengalami lesi pra kanker dan kanker serviks pada wanita dengan HIV.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sitologi serviks pada perempuan HIV yang
mengakses layanan kesehatan di Puskesmas Kalideres Jakarta Barat. Metode: Penelitian ini
bersifat deskriptif dengan total sampling, menggunakan data sekunder berupa hasil papsmear
pada 30 perempuan dengan HIV yang mengakses layanan di Puskesmas Kalideres yang mengi-
kuti skrining kanker serviks pada bulan November 2017. Data karakteristik dan faktor risiko
didapatkan dari rekam medis pasien dan catatan anamnesa saat menjalani skrining. Hasil: Te-
muan papsmear abnormal adalah 16,7% dengan 80% berupa peradangan dan 20% berupa lesi
pra kanker serviks kategori ASCUS. Pada responden dengan keradangan faktor risiko yang ter-
lihat adalah multipara (100%), CD4 <500 sel/mm3 (100%), dan jumlah pasangan seksual lebih
dari satu (50%). Pada responden dengan hasil lesi pra kanker serviks memiliki faktor risiko hu-
bungan seks di usia < 16 tahun, multiparitas, jumlah pasangan seksual lebih dari 1, dan jumlah
CD4 < 500 sel/mm3. Kesimpulan: Prevalensi abnormalitas hapusan sitology serviks pada pe-
rempuan yang mengakses layanan di Puskesmas Kalideres cukup tinggi yaitu sebanyak 16,7%
dengan prevalensi untuk lesi pra kanker serviks berupa ASCUS sebesar 3,3%. Proporsi dari fak-
tor risiko pada kasus adalah multiparitas (100%), jumlah pasangan seksual lebih dari satu (60%)
dan kadar CD4 dibawah 500 sel/mm3 (100%).
Kata kunci: HIV, Papsmear, Kanker serviks
Pendidikan
SD 2 6,7
Data tentang status menikah 70% pe- anak 0 dimaksudkan disini peserta tersebut
serta penelitian berstatus menikah, cerai sudah menikah namun belum mempunyai
sebanyak 26,7% dan yang belum menikah keturunan. Ada satu orang peserta yang be-
sebanyak 1 orang (3,3%). lum menikah dan belum memiliki anak.
Jumlah anak yang dimiliki oleh pe- Seluruh peserta penelitian (100%)
serta penelitian adalah 1-2 anak sekitar sudah mendapatkan ARV di Puskesmas Ka-
53,3% dari keseluruhan peserta. Jumlah lideres.
Hitung CD4
< 200 8 26,7
200 – 500 19 63,3
> 500 3 10
Multipartner
Ya 12 40
Tidak 18 60
Merokok
Ya 12 40
Tidak 18 60
IMS
Ya 3 10
Tidak 27 90
Lebih dari separuh responden men- er) sebanyak 7 orang (23,3%). Risiko penu-
dapatkan infeksi HIV karena tertular pasan- laran dari peserta sendiri sebagian besar
gan yang multipartner (53,3%), menyusul adalah karena hubungan seksual multipart-
urutan kedua tertular pasangan yang meru- ner (20%) dan satu orang merupakan peng-
pakan pengguna putau (Injecting Drug Us- guna putau (IDU).
Normal 25 83,4
Sel Peradangan 4 13,3
ASCUS 1 3,3
Dari 30 sampel tes Pap, seluruhnya dangkan 1 orang responden memiliki hasil
dapat dilakukan pembacaan. Kelainan ser- abnormal kategori ASCUS (Atypical
viks yang diperiksa menggunakan sistem Squamous Cells of Undetermined Signifi-
pelaporan Bethesda. Dua puluh lima peserta cance). Total hasil papsmear abnormal di-
didapatkan hasil normal atau 83,4%. Dan 4 jumpai pada 5 peserta penelitian (16,7%).
responden ditemukan sel-sel radang, se-
ABSTRAK
Latar Belakang :Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan
keadaan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia sebagian besar kematian bayi terjadi pada
masa baru lahir (neonatal). Sebagian besar penyebab kematian pada bayi tersebut dapat dicegah
dengan melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), yang programnyatelahdiluncurkanolehW-
HO/UNICEF padatahun 2007. Data UNICEF tahun 2003 menyebutkan bahwa angka cakupan
praktik inisiasi menyusu dini di dunia sebesar 42% dalam kurun waktu 2005- 2010. Prevalensi
IMD di Indonesia lebih rendah yaitu 39%.Faktatersebutmenunjukkan program IMD di Indone-
sia belum sepenuhnya optimal terlaksana, sementara hasil Riskesdas menunjukkan kenaikan
pelaksanaan IMD dari 29,3% pada tahun 2010 menjadi 34,5 % pada tahun 2013. Data Riskesdas
tahun 2013 menyebutkan di Sumatera Selatan inisiasi menyusui dini kurang dari satu jam sete-
lah bayi lahir adalah sebesar 29,6 persen, sedikit meningkat dari tahun 2010 (29,2%).Puskesmas
Pembina merupakan salah satu puskesmas di kota palembang yang memberikan pelayanan
PONED. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan diketahui bahwa puskesmas
Pembina memiliki program pelaksanaan IMD pada ibu pasca bersalin di puskesmas. Metode :
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan desain cross sectional. Hasil penelitian :
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, pe-
kerjaan ibu dan peran ayah dalam pelaksanaan IMD. Ada hubungan yang bermakna antara pen-
getahuan ibu dengan pelaksanaan IMD. Kesimpulan :Hendaknya penggalakan program IMD
tetap dilakukan di instansi kesehatan seperti puskesmas maupun klinik bersalin.
Kata Kunci : IMD
No Karakteristik Frekuensi %
1 Usia
- < 25 Tahun 11 22
- ≥ 25 Tahun 39 78
Total 50 100
2 Tingkat Pendidikan
- Tinggi 10 20
- Sedang 39 78
- Rendah 1 2
Total 50 100
3 Pekerjaan
- Tidak Bekerja 40 80
- Bekerja 10 20
Total 50 100
4 Pengetahuan
- Baik 20 40
- Cukup 19 38
- Buruk 11 22
Total 50 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Analisis bivariat dilakukan untuk me-
ibu bersalin yang melakukan IMD lebih lihat hubungan antara variabel independen
banyak dibandingkan dengan ibu bersalin dalam hal ini variabel pendidikan, peker-
yang tidak melakukan IMD yakni sebesar jaan, pengetahuan dan peran ayah dengan
68%. variabel dependen yakni pelaksanaan IMD.
Analisis biivariat menggunakan uji Chi
Analisis Bivariat Square dengan derajat kemaknaan sebesar
95%.
Hasil analisis hubungan antara ting- kan sedang tetatpi tidak melakukan IMD.
kat pendidikan dengan pelaksanaan IMD Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.114,
diperoleh bahwa ada sebanyak 29 (74.4%) maka dapat disimpulkan tidak ada hubun-
responden memiliki tingkat pengetahuan gan yang bermakna antara tingkat pendidi-
sedang dan melaksanakan IMD dan ada 10 kan dengan pelaksanaan IMD .
(25.6%) responden dengan tingakt pendidi-
Hasil analisis hubungan antara status ponden yang tidak bekerja dan melakukan
pekerjaan dengan pelaksanaan IMD dipero- IMD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
leh bahwa ada sebanyak 11 (27.5%) res- 0.256 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ponden yang tidak bekerja dan tidak mela- ada hubungan yamg bermakna antara pe-
kukan IMD, kemudian ada 29 (72.5%) res- kerjaan dengan pelaksanaan IMD .
Hasil analisis hubungan antara ting- miliki pengetahuan buruk dan melaksana-
kat pengetahuan dengan pelaksanaan IMD kan IMD. Hasil uji statistik diperoleh nilai
diperoleh bahwa ada sebanyak 9 (56.2%) p = 0.015 maka dapat disimpulkan ada hu-
yang berpendidikan buruk dan tidak melak- bungan yang bermakna antara tingkat pen-
sanakan IMD dan ada 7 (43.8%) yang me- getahuan dengan pelaksanaan IMD.
Hasil analisis hubungan antara peran yang bermakna antara pendidikan ibu
ayah dengan pelaksanaan IMD diperoleh dengan keberhasilan IMD dengan nilai P =
bahwa ada yang berpenedidikan buruk dan 0,38.
tidak melaksanakan IMD dan ada 18 (72%) Dari gambaran pendidikan responden
respondeng dengan peran ayah baik dan diketahui bahwa responden umumnya
melakukan IMD. Hasil uji statistik dipero- memiliki tingkat pendidikan sedang yakni
leh nilai p = 0.762 maka dapat disimpulkan SMP dan SMA. Responden dengan tingkat
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna pendidikan rendah hanya 1 orang. Tetapi
antara peran ayah dengan pelaksanaan dengan pendidikan yang cukup tinggi
IMD. tersebut belum tentu mau menyerap dan
menerima informasi mengenai IMD.
PEMBAHASAN Tingkat pendidikan saja tidak cukup tanpa
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = disertai pengetahuan dan sikap yang bisa
0.114, maka dapat disimpulkan tidak ada mempengaruhi tindakan. Pendidikan formal
hubungan yang bermakna antara tingkat merupakan salah satu factor lingkungan
pendidikan dengan pelaksanaan IMD . Ha- sosial yang dapat berhubungan langsung
sil penelitian ini sesuai dengan hasil peneli- dengan perilaku kesehatan. Meskipun
tian yan dilakukan oleh Fifi Idramukti ten- pendidikan formal individu sama, belum
tang Faktor yang Berhubungan dengan tentu mempunyai kermampuan yang sama
Praktik Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada dalam mengindera materi tentang Inisiasi
Ibu Pasca Bersalin Normal Di Wilayah Ker- MenyusuDini (IMD) sampai menghasilkan
ja Puskesmas Blado I. pengetahuan tentang hal tersebut
Penelitian ini juga sejalan dengan (Notoatmodjo,2003).
penelitian Adryani Mujur dkk yang Hasil analisis hubungan antara status
berjudul Faktor Keberhasilan Inisiasi pekerjaan dengan pelaksanaan IMD dipero-
Menyusu Dini (Imd) Di Puskesmas leh bahwa tidak ada hubungan yamg ber-
Jumpandang Baru Tahun 2014. Didapat makna antara pekerjaan dengan pelaksa-
hasil bahwa bahwa tidak ada hubungan naan IMD.
ABSTRAK
ABSTRACT
Background: High quality of nursing care can be given as it puls the scientific approach for
professional of nursing care. The high quality of nursing care can be manifested if nurses re-
sources who propers in his careers basen on their roles and responsibilities. The efforts to build
up the quality of nursing services cannot be separated from the efforts to build up career devel-
opment for the nurse who often says through education to be described in this paper. Methods:
The study of literature that associated with the development of the nursing career who often
says and nursing career. Literature that it has been reviewed spesifically in the form of licensing
requirements and regulations imposed that relates to the development of nursing career and
nursing education in Indonesia. Results: A range of new regulation become the basis of reason
the importance of developing in a variety of the level of nursing career. A nurse in order of the
level of clinical setting requires to evaluate the aspect of their nursing carreer development.
This is led to a determining factor of and its associated with quality of nursing professional ser-
vices which may be obtained through education. Conclusions: The effort to improve the nursing
career through education needs to be conntinuous involving personal by the nurse, by institu-
tion, by the goverment and by the organization of profession. Need to be identified how its im-
plemented in each division of the area or scope of services as a basis of the development and
optimalized of nursing career.
Keywords: nurse, education, career level.
Subandiyah1
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Indonesia
(ikadewi54.id@gmail.com)
ABSTRACT
Background and aims: Depression is among strong psychosocial predictors of ARV treatment
adherence. Several studies in Indonesia found more than half PLHIV had depression that asso-
ciated with their adherence. This study aimed to investigate association of depression and ART
adherence in primary health center setting.Methods:The study took place in sub-district prima-
ry health center (“Puskesmas”) Setiabudi, South Jakarta, on November 2017. The study design
was cross-sectional with current patients who were on ART for at least 1 month as study popula-
tion. Individual treatment record was used for demography, ARV regiments, HIV risk factors,
HIV stadium, and side effects. Depression status was measured with Center for Epidemiologic
Studies Depression Scale questionnaire. Univariate, bivariate and multivariate analysis using
logistic regression were conducted to check for significant associations.Results:From 242
PLHIV on ART, a total of 102 patients met all inclusion criteria. The majority of them were un-
der 30 year old, male, unmarried, and had at least high school education. More than 90% of the
respondents were working, residing in Jakarta area, and had sexual risk factor. Multivariate
analysis with backward logistic regression showed that depression is significantly associated
with adherence (OR 8.36, CI 2.4 – 28, p<0.001). Conclusions:The result of this study was in
agreement with those conducted in hospital setting. Therefore, early diagnosis and treatment of
depression of PLHIV enrolled in ARV treatment is encouraged to improve their adherence to
ART.
Keywords: PLHIV, Antiretroviral, adherence, depression, CES-D
Sukma Wicaturatmashudi1
1
Poltekkes Kemenkes Palembang
(E-mail : Wicasukma@gmail.com, Hp : 081278265775)
ABSTRAK
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Mikroangiopati di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.
M. Hoesin Palembang
No. Kejadian Mikroangiopati f %
1 Ya 13 48.1
2 tidak 14 51.9
Jumlah 27 100
Tabel 2. Distribusi Statistik Status Gizi (IMT) Responden di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Hoesin Palembang
Variabel Mean Median SD Minimum – Maksimum 95% CI
Status Gizi 22.05
3,52 13.30 – 33.30 20.66 – 23.44
22.30
Tabel 2 menunjukkan bahwa bahwa dan tertinggi 33.30 Kg/m2. Dari hasil esti-
rata-rata nilai IMT (indeks massa tubuh) masi interval diyakini bahwa 95% rata-rata
adalah 22.05 Kg/m2 dengan median 22.30 nilai IMT berada pada rentang 20.66 Kg/m2
Kg/m2 dan standart deviasi 3.52 Kg/m2. dan 23.44 Kg/m2.
Nilai IMT terendah adalah 13.30 Kg/m2
Tabel 3. Distribusi Statistik Kadar Gula Darah Responden di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Hoesin Palembang
Variabel Mean Median SD Minimum – Maksimum 95% CI
Gula darah 246.19
85.76 114 - 450 212.26 – 280.11
211
Tabel 3 menunjukkan bahwa bahwa tinggi 450 mg/dl. Dari hasil estimasi inter-
rata-rata kadar gula darah adalah 246.19 val diyakini bahwa 95% rata-rata kadar gu-
mg/dl dengan median 211 mg/dl dan stan- la darah berada pada rentang 212.26 mg/dl
dart deviasi 85.76 mg/dl. Nilai kadar gula dan 280.11 mg/dl.
darah terendah adalah 114 mg/dl dan ter-
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Hoesin
Palembang
No. Jenis Kelamin f %
1 Laki-laki 12 44.4
2 Perempuan 15 55.6
Jumlah 27 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden lebih banyak dari laki-laki yaitu 15 orang
yang memiliki jenis kelamin perempuan (55.6 %).
Tabel 5. Menunjukkan bahwa bahwa rata- 132 bulan. Dari hasil estimasi interval diya-
rata lama klien menderita DM adalah 40.59 kini bahwa 95% rata-rata lama klien men-
bulan dengan median 24 bulan dan standart derita DM berada pada rentang 24.18 bulan
deviasi 41.49 bulan. Waktu terpendek klien dan 57 bulan.
menderita DM adalah 3 bulan dan terlama
Tabel 7. Distribusi Statistik Usia Responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Hoesin
Palembang
Tabel 9. Hubungan antara kadar gula darah dengan kejadian komplikasi mikroangiopati di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Hoesin Palembang
Mikroangiopati Mean SD P Value N
Ya 225.62 57.71 0.237 13
Tidak 265.29 104.01 14
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata value 0.237 yang berarti tidak ada perbe-
kadar gula darah responden yang mengala- daan kadar gula darah antara responden
mi komplikasi mikroangiopati adalah yang mengalami komplikasi mikroangiopati
225.62 mg/dl sedangkan yang tidak menga- dengan yang tidak mengalami komplikasi
lami komplikasi mikroangiopati 265.29 mikroangiopati.
mg/dl. Hasil uji statistik menunjukkan p
Tabel 11 menunjukkan bahwa rata- 35.71 bulan. Hasil uji statistic menunjukkan
rata lama responden menderita DM dan p value 0.519 yang memiliki arti tidak ada
mengalami komplikasi mikroangiopati perbedaan lama responden menderita
adalah 45.84 bulan sedangkan yang tidak Diabetes Melitus dengan kejadian
mengalami komplikasi mikroangiopati komplikasi mikroangiopati.
Tabel 12. Hubungan antara penyakit penyerta dengan kejadian komplikasi mikroangiopati di
Poliklinik Penyakit DalamRSUP Dr. M. Hoesin Palembang
No. Mikroangiopati
Total pvalue
Penyakit penyerta Ya Tidak
f % f % f %
1 Ada 9 50 9 50 18 100
1.000
2 Tidak 4 44.4 5 55.6 9 100
Jumlah 13 48.1 14 51.9 27 100
Table 13 menunjukkan bahwa rata- kan rata-rata usia responden yang tidak
rata usia responden yang mengalami kom- mengalami komplikasi mikroangiopati ada-
plikasi mikroangiopati adalah 51.62 tahun lah 46.71 tahun dengan standar deviasi 9.24
dengan standar deviasi 9.02 tahun. Sedang- tahun. Hasil uji statistic menunjukkan p
ABSTRAK
Latar Balakang: Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang sering tidak
bergejala dan tidak memiliki tanda klinis secara khusus. Hal ini menyebabkan seseorang tidak
mengetahui dan menyadari kondisi tersebut sejak awal perjalanan penyakit. Bila seseorang
sudah menyandang penyakit tidak menular, maka akan sulit diobati dan dikembalikan pada
kondisi normal dan bersifat kronis sehingga memerlukan waktu cukup panjang untuk
penyembuhannya. Saat ini, PTM menjadi penyebab kematian uatama sebesar 36 juta (63%) dari
seluruh penyebab kematian yang terjadi di seluruh dunia, dimana sekitar 29 juta (80%) justru
terjadi di negara yang sedang berkembang. Peningkatan kematian akibat PTM di masa
mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian) dengan ruang waktu
antara 2010 dan 2020. Preventif yang dilakukan seperti pencegahan penyakit tidak menular usia
produktif di wilayah 7 kabupaten kawasan Danau Toba. Metode: Berdasarkan hal tersebut di
atas maka BTKLPP Medan selaku UPT Dirjen Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan
melaksakan survei faktor risiko penyakit tidak menular di 7 Kabupaten Kawasan Danau Toba
tahun 2017. Tujuan Kegiatan Melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
pada Masyarakat di 7 Kabupaten Kawasan Danau Toba Propinsi Sumatera Utara Tahun 2017.
Melakukan wawancara dengan menggunakan instrumen untuk mengetahui gambaran tentang
karakteristik dan hasil deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular pada masyarakat di 7
Kabupaten Kawasan Danau Toba Propinsi Sumatera Utara Tahun. Metode yang di yang digu-
nakan dalam pelaksanaan kegiatan dalah analisa deskriptip dengan menampilkan hasil kegiatan
dalam bentuk grafik. Hasil : hasil kegiatan Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
adalah Tekanan darah kategori normal tertinggi terdapat pada Kabupaten Tobasa sebesar 42 %.
Tekanan darah dengan kategori pre hipertensi tertinggi pada kabupaten Dairi sebesar 45%. Te-
kanan darah dengan kategori Hipertensi tk I tertinggi pada kabupaten Simalungun sebesar 29%
dan Hipertensi Tk II tertinggi pada kabupaten Karo sebesar 15%, Kadar gula darah responden
dengan hasil pemeriksaan kadar gula darah sesuai (normal) terbanyak di kabupaten Simalun-
gun 99%. Kadar gula darah diatas nilai rujukan tertinggi adalah Kabupaten Karo sebesar 33%,
Berat badan kurang terbanyak pada kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 8%, berat badan
normal terbanyak pada responden di Kabupaten Dairi sebesar 28%, Berat Badan lebih terbanyak
pada Kabupaten Toba Samosir sebesar 21% dan obesitas Tk.I terbanyak pada Kabupaten
Simalungun sebesar 42% dan obesitas tk. II tertinggi terdapat di kabupaten Humbang
Hasundutan sebesar 27%. Kabupaten yang memiliki lingkar perut diatas rujukan terbanyak di
Kabupaten Karo sebanyak 75% dan daerah yang terbanyak memiliki lingkar perut sesuai ruju-
kan terbesar adalah Kabupaten Dairi sebesar 47%.. Kesimpulan:Total kolesterol yang sesuai
rujukan sebanyak 36% di Kabupaten Samosir serta hasil pemeriksaan total kolesterol yang be-
rada diatas rujukan sebanyak 87 % di Kabupaten Toba Samosir. Penderita asam urat terbanyak
yang sesuai dengan rujukan sebanyak 92 % di Kabupaten Simalungun dan data penderita asam
urat terbanyak yang berada diatas rujukan 75% di Kabupaten Karo.
Kata Kunci : Penyakit Tidak Menular, Tekanan Darah, Kolesterol
HASIL
Tekanan Darah
Tekanan Darah
47%
50% 42% 45% 41%
42% 39%
37% 36% 38%
40% 34% 35%
29%
30% 25%
19% 19% Normal
15%
14% 12% 13% 14%
20% 9% 12% 9% 7% Pre hipertensi
10% 4% 5% 3% 2%
0% Hipertensi I
Hipertensi II
Grafik.1. Distribusi
Distri si Res
Responden
e berdasarkan
er asar a Tekanan
Te a a Darah
Dara
Pa
Padaa masyarakat
masyara at dii 7 kawasan
awasa Danau
Da a Toba
T a Tahun
Ta 2017
Te
Tekanan
a a darah ara kategori
ate ori normal te ter- kanan
a a darahara diastolic
iast lic berada
erada pada kisaranisara
ti i ter
tinggi terdapat
a at padaa a Ka
Kabupaten aten Tobasa
T asa se- s 80 – 89 mmHg.
mmH Bila kondisi isi ini dibiarkan
i iar a
besar
esar 42 % %. Tekanan
Te a a darah ara dengan
denga kategori
ate ri maka
ma a kemudian
em ia aakan a menjadi hipertensi
i erte si
pre
re hipertensi
i erte si tertinggi
terti i pada a a kabupaten
kabupate Dai- Da tingkat
ti at 1 dimana
ima a tekanan
te a a dara darah sistolik
ri sebesar
se esar 45%. % Te Tekanan
a a darah arah dengan
de a ka- mencapai 140-159 mmHg mmH atau tekanante a a da-
tegori Hipertensi tk I tertinggi gi pada kabupa-
a rah
ra diastolic
iast lic mencapai
me ca ai kisaranisaran 90 – 99
ten Simal
te Simalungun se sebesar
esar 29% % dan Hipertensi
Hi erte si mmHg.
mmH Jika Ji a kondisiisi ini
i i tetap ti tidak
a ditin-
iti
Tk II tertinggi
T terti i pada a a kabupaten
a aten Kar Karo sebesar
se esar daklanjuti
la j ti maka
ma a seseorang
sese ra akan mas masuk pa-
15%. daa hipertensi
i erte si tingkat
ti at 2 dimana
imana tetekanan
a a da-
Kesa
Kesadaran
ara dari ari masyarakat untuk t rah
ra sistolik
sist li mencapai
me ca ai 160 mmHg ata atau lelebihi
melakukan
la a kontrol tr l tekanan
te a an darahdara masihmasi dan tekanan
a a diastolic
iast lic mencapai
me capai 1100 mmH mmHg
jauh dari
ja ari yang
a diharapkan.
i ara a Hal ini disebab- ise a atau lebih.
kan
a karena
are a tetekanan
a a darahara tinggi seringkali
seri Dari pemeriksaan
emeri saa tekanan tekana darah ara
tidak
ti a me menunjukkan
j a gejala
ejala klinis, sehingga
se i a terhadap
ter a a responden
res e tersebut kategori
ate ri
masyarakat
mas ara at titidak
a sadar
sa ar akan
a a hal ini ini. prehipertensi merupakan
mer a an kelompok
el m
Te
Tekanan
a a darah ara dikatakan
i atakan normal rmal terbanyak.
ter a a Bila tidak ti a dilakukan
ila ukan tatala
tatalaksana
sa a
aapabila
a ila te
tekanan
a a darahara sistsistolik
lik kurang
kura dari ari untuk
t pencegahan
e ce a a kondisi isi terseb
tersebutt dapata at
120 mmH
mmHg dan a tetekanan
a a darah arah diastolik
diast li ku- menjadi hipertensi. Tekanan Te a an daradarah ti tinggii
rang dari
ra ari 80 mmHmmHg. Seseorang dikatakan i ata a (hipertensi)
( i erte si) adalah
a ala salasalah satu fakt
faktorr risi
risiko
mulai terkena penyakit it darah
arah tinggi
tin i (pra-
( ra untuk
t terjadinya
terja i a penyakit
e a it tidak me menularlar
hipertensi)
i erte si) jijikaa te
tekanan
a a daraharah sistolik
sist li bera-
er seperti
se erti penyakit
e a it kardiovaskuler
ar i askuler ((penyakite a it
da pada kisaran 120 – 139 mmHg ata atau te-t jantung
ja t dan
a pembuluh
em l darah),
arah), penyakit
e a it
202 | Seminar
emi r NNasional
si l Kese
Kesehatan
atan 2018
serebrovaskuler (stroke)) dan penyakit
e a it Hipertensi
Hi erte si juga
j a dapat
a at men
menyebabkan
e a a
gangguan
a a meta
metabolik
li seperti diabetes gangguan
a a irama jantungja t dan gangguan
a a
mellitus serta gangguana a pada ginjal.
i jal irama jantung
ja t yang
a paling
ali g seri
sering terja
terjadii
Hipertensi
Hi erte si berpotensi
er te si men
menyebabkan
e a a adalah
a ala jenis
je is irama jantung
ja t yang mem
membuat at
berbagai
er a ai gangguan
a a ja jantung
t seperti penyakit
e a it serambi
seram i jantung
ja t bergetar
er etar tidak beraturan
erat ra
jantung
ja t koroner,
r er gagal a al jantung hinggai a dan
a dapat
a at memic
memicu timbulnya bekuan e a
gangguan
a a irama ja jantung.
t Hasil penelitian
e elitia (gumpalan) darah di ruang-ruang ruang jantung.
ja t
Badan
Ba a Kese
Kesehatan
ata Dunia (WHO) Bila bekuan
e a it itu terlepas
terle as dapat
apat menyumbat
me m at
menunjukkan
me j a hampir
am ir sete setengah
gah dari
d kasus pembuluh
em l darah
ara otak ta dan an men
menyebabkan
e a a
serangan
sera a jantung
ja t disebabkan
ise a an olehole tekanan
te a a stroke.
darah tinggi.
40% 33%
27% Sesuai
16% 20%
20% 7% 7% Diatas nilai rujukan
1%
0%
Grafik.2. Distri
Distribusi
si Res
Responden
nden
e berdasarkan
ber
er asar a Kadar
Ka ar Gula
G la Darah
Dara Pada
Pa a Masyarakat
Mas ara at dii 7 kawasan
awasa
Danau Toba Tahun 2017
Ber
Berdasarkan
asar a grafik
rafi kadar
adar gula
g la darah
ara kat
at kesehatan
ese ata iindividu i i dan
an mas
masyarakat.
ara at
res
responden e pemeriksaan
emeri saa kadar a ar gula dengan
e a Agar
A ar tubuh
t tetap
teta sehat
se at danan terhindar
terhi ar dari ari
nilai sesuai (normal) ter terbanyak
anyak di kabupa-
a berbagai
er a ai penyakit
e a it diabetes
ia etes atau penyakit
e a it
ten Simal
te Simalungun 99%. % Kadar gula g la darah
ara tidak
ti a menular
me lar (PTM) terkait ter ait gizi, ma
makaa pola la
diatas
iatas nilai
ilai rrujukan
j a terti
tertinggii adalah
adala Kabu-
Ka makan
ma a masyarakat
mas ara at perlu erl ditingka
itingkatkan kea-
paten Karo sebesar 33%. rah
ra konsumsi
s msi gizi
izi seimbang.
seim a . Gizi yang a baik ai
P
Pola
la ma
makan a mer
merupakan
a an perila
perilaku pal-
a membuat
mem at berat erat badan
a a normalrmal ata
atau sesehat,
at
iing penting
e ti yang a dapat
a at mempengaruhi
mempengar i kea- e tubuh
t tidak
ti a m mudaha terkena
ter e a penyakit iinfeksi,
fe si
daan
aa gizi.
izi Hal iinii disebabkan
ise a an karena
kare a kuanti-
a t produktivitas
r ti itas kerja
erja meningkat
me i kat serta terli terlin-
tas dan kualitas ma makanan
a a dan minuman
mi ma dung dari
ari penyakit
e a it diabetes
ia etes dan kematian
ematia
yang
a dikonsumsi
i s msi aakana mempengaruhi
mempengar i ting-
ti dini (Kemenkes, 2014).
Seminar
emi r NNasional
si l Kesehatan
Kese tan 2018
2 | 203
Indeks Massa Tubuh
5% 2% 2% 2% 2% 2% Obesitas Tk II
0%
Dari grafik
rafi dii atas diketah iketahuii berat
erat Indeks
I e s Massa Tubuh T (IMT), yait
yaitu ssuatu
at
badan
a a kurang ra ter
terbanyak
a a pada kabupatenka ate angka
a a yang a dii dapat
a at dari
ari hasil
asil berat badan
a a
Humbang
H m a Has
Hasundutan ta se sebesar
esar 8%,
8% Berat dalam kilogram dibagi tinggi gi badan
bada dalam
alam
badan
a a normalrmal terterbanyak
a a pada ada responden
resp e dii meter kuadrat. Peningkatan IMT berhubun-
er
Kabupaten
Ka ate Dairi se sebesar
esar 28%,%, Berat Badan
Ba a gan
a dengan
e a bertambahnya
ertam a a risiko terhadap
ter a a
Lebih
Le i terterbanyak
a a pada a a Kabupaten
Kabupate Toba T a penyakit
e a it diabetes
ia etes melitus,
melit s jantun
jantung koroner,
r er
Samosir
Sam sir sesebesar
esar 21% % dan a obesitas
ob Tk.I hipertensi,
i erte si hiperlipidemia
i erli i emia dan beberapae era a
terbanyak
ter a a pada a a Kabupaten
Ka aten Simalungun
Simal keganasan. Berat badana a normal
ormal bilaila IMT
sebesar
se esar 42% % dan a obesitas
esitas tk. II terti
tertinggii antara 18,5 – 24,9 kg// m².
m² Berat babadan
a lelebih
i
terdapat
ter a at dii kabupaten
a aten Humbang
H m a bila IMT = 25 – 27 kg/m² /m² dan obesita
obesitas bila
Hasundutan
Has ta sebesar
se esar 27%. % IMT > 27 kg/m².
/m² Berat badan
a an lebi
lebih dan
a ob-
O
Obesitas
esitas didefinisikan
i efi isi an sebagai
seba ai pe- esitas disebut
ise t obesitas
esitas umum.
m m. Berat badan a a
ningkatan
i ata berat erat badan
a a le lebih
i dari 20%
2 % berat
erat yang
a berlebih
erle i merupakan
mer a a salah sat satu fa
faktor
t r
badan normal. l Cara se sederhana
er ana untuk
unt men-
me risiko
risi berbagai
er a ai penyakit
e a it seperti DM,
DM hiper-
i e
getahui
eta i kelebihan
ele i a berat erat badan
adan adalah
adala den-e tensi
te si dan
a penyakit
e a it jantung
ja t koroner
oroner
gan
a memengukurr IIndeks e s Massa Tubuh
Tubu (IMT).
(IMT)
.
204 | Seminar
emi r NNasional
si l Kese
Kesehatan
atan 2018
Lingkar Perut
Lingkar Perut
75%
80% 56% 58%53% 50% 62% 57%
60% 44% 42% 47% 50% 38% 43%
40% 25%
20% Sesuai Rujukan
0% Diatas Rujukan
Grafik.4. Distribusi
Distri si Responden
Res e berdasarkan
er asar a Lingkar
Li ar Perut
Per t
Padaa Masyarakat
Pa Masyara at dii 7 kawasan
awasa Da
Danau
a Toba
T a Tahun
Ta 2017
Ber
Berdasarkan
asar a grafikrafi di atas menun-
me terbanyak
ter a a dii Kabupaten
Ka ate Karo se sebanyak
a a
jukkan lingkar peruter t ses
sesuai
ai rujukan
ruj a dan a 75%% dan
a daerah
aera yang
a terbanyak
ter anyak memiliki
memili i
lingkar
li ar perut
er t dii atas rujukan
r j an dan ka kabupaten
ate lingkar
li ar perut
er t sesuai
ses ai rrujukan
j a terbesar adalah
yang
a memili
memilikii li
lingkar
ar perut
er t diatas rujukan
r j a Kabupaten Dairi sebesar 47%.
Kolesterol Total
87% 86% 85%
90%
80% 72%
64% 67% 66%
70%
60%
50% 36% 33% 34%
40% 28%
30% Sesuai Rujukan
13% 14% 15%
20% Diatas Rujukan
10%
0%
Grafik.5. Distribusi
Distrib si Res
Responden
e berdasarkan
er asar a Kolesterol
K lester l Total
T tal
Padaa Masyarakat
Pa Masyara at dii 7 kawasan
awasa Da
Danau
a Toba
T a Tahun
Ta 2017
Seminar
emi r NNasional
si l Kesehatan
Kese tan 2018
2 | 205
Sese
Seseorang
ra yang
a memiliki kadar
ka ar gulala terutama
ter tama pembuluh
em l darah
arah yan
yang sudah
s a
darah, kolesterol, triglyserida
da ya
yang tinggi
ti i hampir
am ir ters
tersumbat
m at karena
are a adanya tumpukan
t m a
aakan
a memili
memilikii darah
ara yang
a g lebi
lebih kental
e tal lemak
lema pada
a a dindingnya
i i a dadan dapat
a at
sehingga
se i a bentuk
e t fisi
fisik darah
arah tersebut
terse t akan
a a menimbulkan gejala stroke.
ssulit
lit me
mengalir
alir melalui
melal i pembul
embuluh darahara
Asam Urat
Asam Urat
100% 92%
84%
90% 76% 75%
80% 66%
70% 63%
60% 52%
48%
50% 37%
40% 34%
25% Sesuai Rujukan
30% 24%
16% Diatas Rujukan
20% 8%
10%
0%
206 | Seminar
emi r NNasional
si l Kese
Kesehatan
atan 2018
pada kabupaten Humbang Hasundutan Kementerian Kesehatan R.I, 2012
sebesar 8%, Berat badan normal terbanyak Pedoman Teknis Penemuan dan
pada responden di Kabupaten Dairi sebesar Tatalaksana Penyakit Diabetes
28%, Berat Badan Lebih terbanyak pada Melitus, Jakarta.
Kabupaten Toba Samosir sebesar 21% dan _________________2012. Petunjuk Teknis
obesitas Tk.I terbanyak pada Kabupaten Pengukuran Faktor Risiko Diabetes
Simalungun sebesar 42% dan obesitas tk. II Melitus, Jakata
tertinggi terdapat di kabupaten Humbang _______________, 2010. Pedoman Pen-
Hasundutan sebesar 27%. Kabupaten yang gendalian Obesitas, Dirjen P2PL, Di-
memiliki lingkar perut diatas rujukan terba- rektorat PPTM ,Jakarta.
nyak di Kabupaten Karo sebanyak 75% dan _______________, Dirjen P2PL, 2010. Pe-
daerah yang terbanyak memiliki lingkar tunjuk Teknis Pengukuran Faktor Ri-
perut sesuai rujukan terbesar adalah Kabu- siko Diabetes Melitus, Edisi 2. Direk-
paten Dairi sebesar 47%. Total kolesterol torat Pengendalian Penyakit Tidak
yang sesuai rujukan sebanyak 36% di Ka- Menular. Jakarta.
bupaten Samosir serta hasil pemeriksaan _______________, 2010. Rencana Pro-
total kolesterol yang berada diatas rujukan gram Nasional Pencegahan dan Pe-
sebanyak 87 % di Kabupaten Toba Samosir. nanggulangan Penyakit Tidak Menu-
Penderita asam urat terbanyak yang lar Tahun 2010 – 2014, Dirjen P2PL,
sesuai dengan rujukan sebanyak 92 % di Direktorat PPTM, Jakarta.
Kabupaten Simalungun dan data penderita _______________, 2010. Deteksi Dini
asam urat terbanyak yang berada diatas ru- Faktor Risiko Penyakit Jantung dan
jukan 75% di Kabupaten Karo. Rekomen- Pembuluh Darah, Dirjen P2PL, Di-
dasi kepada Masyarakat yang ada di pinggi- rektorat PPTM, Jakarta.
ran Danau Toba agar mengikuti anjuran _______________, 2012. Buku Perlengka-
pola makanan yang sesuai dengan hasil pan Advokasi Penyakit Tidak Menu-
pemeriksaan, melakukan olah raga secara lar, Dirjen P2PL, Direktorat PPTM,
rutin (misal: jalan kaki, senam, bersepeda Jakarta.
dan lain-lain), menghindari kebiasaan dan _______________, 2012. Modul Training
perilaku yang dapat memicu faktor risiko of Trainner (ToT) Teknis Terintegra-
PTM, menganjurkan kepada masyarakat siPengendalian Penyakit Tidak Me-
yang telah memiliki faktor risiko agar rutin nular, Dirjen P2PL, Direktorat
memeriksa kesehatan ke puskesmas atau PPTM , Jakarta.
fasilitas pelayanan kesehatan. Bagi respon- _______________, 2014. Buku Saku Was-
den dengan kategori obesitas di anjurkan padai Hipertensi, Kendalikan Teka-
untuk mengikuti penatalaksanaan obesi- nan Darah, Edisi 2, Dirjen P2PL, Di-
tas.Penatalaksanaan obesitas bertujuan un- rektorat PPTM, Jakarta
tuk menurunkan berat badan serta menu- Mulyadi, SKM, 2010. Kolesterol Tinggi
runkan risiko penyakit penyerta obesitas. ....No Way!!! Kementerian Kesehatan
Dalam melakukan penatalaksanaan obesitas RI, Dirjen P2PL, Direktorat PPTM
diperlukan motivasi yang kuat dari yang Tahun 2010, Warta Pengendalian Pe-
bersangkutan, dukungan keluarga dan ling- nyakit Tidak Menular, Edisi : Kedua-
kungan sosialnya. belas, September 2010.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ISI%
REFERENSI 20LAPORAN%20PENEL%20PUGS
Julius July, 2013. Mari Mencegah Stroke, .pdf,
Volume Ilmu, Jakarta. Penerapan Pedoman Umum Gizi Seimbang
Junaidi, Iskandar, 2012. Rematik & Asam (Pugs) Dalam Pemeliharaan Keseha-
Urat. Cara mudah memahami, men- tan Jantung Pada Ibu Peserta Dan
gobati dan merawat. Bhuana Ilmu Bukan Peserta Klub Jantung Sehat Di
Populer, Jakarta, 2012 Kalurahan Pleret Bantul Yogyakarta,
posting 21 Nopember 2013.
ABTRAK
Latar belakang: Latihan fisik secara submaksimal pada orang yang tidak terlatih dapat me-
ningkatkan penggunaan sumber energi dari ATP semakin banyak sehingga pemecahan glikogen
meningkat, akibatnya piruvat semakin menumpuk dan menjadi asam laktat. Kadar asam laktat
darah dipergunakan sebagai parameter untuk mengetahui performance seseorang,kinerja atlet
dan respon aktivitas fisik berupa tingkat kelelahan dan nyeri otot (myalgia). Eliminasi kadar
asam laktat darah yang sering digunakan dengan cara massage. Tujuan penelitian untuk men-
getahui efektifitas massage terhadap kadar asam laktat. Metode: Quasi experimental telah dila-
kukan di Balai Kesehatan Olahraga dan Kebugaran, pada tanggal 3-4 Juli 2013, terdapat 34 res-
poden,yang dibagi menjadi dua kelompok. Pada masing-masing kelompok dilakuan pemerik-
saan laktat awal (pre test),kemudian lari di atas treadmill 8 kph selama 10 menit dan dilakukan
pemeriksaan kadar asam laktat (post test), kemudian pada kelompok perlakuan dilakukan mas-
sage selama 10 menit sedangkan kelompok pembanding tidak dilakukan massage terakhir dila-
kuan pemeriksaan kadar asam laktat (post massage). Hasil:Data dianalisis menggunakan La-
vene’s test dan dilanjutkan dengan paired t test. Hasil pengukuran rata-rata kadar asam laktat
kelompok perlakuan pre test 4,6 mmol/L, post test 12,7 mmol/L, post massage 9,8 mmol/L,
sedangkan kelompok pembanding pre test 4,4 mmol/L, post test 13,7 mmol/L,post non massage
13,6 mmol/L. Hasil penelitian post massage kedua kelompok didapat p=0,001 (p<0,05) menun-
jukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna terhadap penurunan kadar asam laktat sesudah di-
massage pada kelompok perlakuan. Kesimpulan: Massage dapat menurunkan kadar asam lak-
tat darah pada respoden.
Kata kunci: Latihan Fisik, kadar asam laktat, masase
ABSTRACT
Background: Submaximal physical exercise in untrained people is going to increase use energy
sources. So that more and more ATP is produced by glycogen breakdown. Accumulating pyru-
vate to lactate levels of lactic acid is used as a parameter physicalto determine a person's per-
formance, the performance of athletes and the response of physical activity in the form of fati-
gue and muscle pain (myalgia). Elimination of blood lactic acid levels are often used by way of
massage. the purpose of the study to determine the effectiveness of massage on lactic acid le-
vels. Method: Quasi experimental has been carried out in the health center and fitness gym, on
3-4 July 2013, there were 34 respondents who met the criteria inkhlusi, then divided into two
groups each group were 17 respondents where the first group and the second group received no
treatment get a massage intervention. In each group initial lactic acid level was taken (pre-test),
and then after running on treadmill of 8 kph for 10 minutes (post test). The treatment group was
given massage for 10 minute, whole the control group did not get massage. After 10 minute
massage, the blood lactic acid was taken (post massage). The blood lactid acid pre massage and
post massage were analysis using by paired t- test. Results: The result of the study initial lactid
acid in treatment 4,6 mmol/L and after exercise 12,7 mmol/L, after post massage 9,8 mmol/L
comparison group initial pre test 4,4 mmol/L, post test 13.7 mmol / L, post non-massage 13.6
mmol / L. The results of the study both groups obtained a post massage p = 0.001 (p <0.05)
Tabel 1 Karakteristik subyek dan uji homogenitas pada kelompok perlakuan dan kelompok
pembanding.
Karakteristik Kelompok
n Perlakuan Pembanding p*
rerata ± SD Rerata ± SD
Usia (tahun) 19,2 ± 0,697 19,1 ± 0,636 0,812
I M T(kg/m2) 34 19,4 ± 1,12 20,5 ± 1,49 0,285
Denyut nadi (menit) 82,4 ± 2,47 83,7 ± 3,19 0,530
Pernafasan (menit) 19,4 ±0,870 19,4 ± 0,939 0,638
p* : Levene’s test, p=0,05
Tabel 2 Rerata Kadar Asam Laktat Pre Test dan Post Latihan
Rerata Kadar Asam Laktat SD
No Kelompok N P
Pre Test Post Test
1 Perlakuan 17 4,66 1,32 12,77 4,09
2 Pembanding 17 4, 48 1,20 13,77 2,75
Uji t dependent, p = 0,05
Tabel 2. menunjukkan bahwa terjadi Rerata kadar asam laktat pada peneli-
peningkatan kadar asam laktat setelah lati- tian ini diukur sebanyak 3 kali yaitu sebe-
han fisik anaerobik pada kedua kelompok lum dan sesudah latihan anaerobik serta
penelitian. Pada kelompok perlakuan terja- setelah dilakukan massage. Adapun hasil
di peningkatan kadar asam laktat sebesar pengukuran rerata kadar asam laktat post
174,03%, sedangkan pada kelompok pem- massage pada kedua kelompok penelitian di
banding terjadi peningkatan kadar asam tampilkan pada tabel 3.
laktat sebesar 207,36%.
Tabel 4 Perbedaan rerata kadar asam laktat sebelum dan sesudah latihan fisik anaerobik
Kel. Perlakuan Kel. Pemband-
P P
ing
Variabel Pre Test Post Lati- Pre Test Post La-
han tihan
x SD x SD x SD x SD
Ka
dar 4,66 1,32 12,77 4, 88 13,64
0,001 0,001
Asam Lak 4,09 1,20 2,34
tat
Uji t dependent, p=0,05
Berdasarkan tabel diatas didapatkan tihan fisik anaerobik dan sesudah di mas-
bahwa adanya perbedaan pada kelompok sage dapat dibandingkan dengan menggu-
perlakuan, antara pre test dengan post lati- nakan uji t berpasangan. Sedangkan rerata
han, kemudian pada kelompok pembanding kadar asam laktat sesudah latihan fisik
didapat juga perbedaan antara pre test den- anaerobik dan sesudah yang tidak di mas-
gan post latihan. sage dapat dibandingkan dengan menggu-
nakan uji t tidak berpasangan. Adapun ha-
Perbandingan rerata kadar asam laktat silnya ditampilkan pada tabel berikut:
post latihan dan post massage.
Rerata kadar asam laktat sesudah la-
Berdasarkan tabel diatas menunjuk- lam kelompok status gizi normal, begitu
kan bahwa pada kelompok perlakuan rerata juga dengan rerata tanda-tanda vital subyek
kadar asam laktat post latihan dan post penelitian yang menunjukkan dalam ren-
massage (12,77 4,09 dengan 9,88 2,74) tang normal. Pengaruh indek massa tubuh
terdapat perbedaan yang bermakna berupa berat badan dan tinggi badan dapat
(p=0,007), sebaliknya pada kelompok pem- mempengaruhi adaptasi tubuh saat latihan
banding antara post latihan dengan post fisik anaerobik berupa mempercepat terja-
non massage (13,77 2,75 dengan 13,64 dinya peningkatan denyut nadi, peningkatan
2,34) tidak terdapat perbedaan yang ber- pernafasan sehingga subyek penelitian ce-
makna (p=0,777). pat terjadi kelelahan.
Kemudian pada kelompok perlakuan Hasil pengukuran rerata kadar asam
kadar asam laktat post massage (9,88 ± laktat darah pada kelompok perlakuan se-
2,74) sedangkan pada kelompok pemband- belum latihan adalah 4,66 mmol/L kemu-
ing kadar asam laktat post non massage dian setelah latihan fisik didapatkan rerata
(13,64 ± 2,34) setelah dilakukan uji t inde- kadar asam laktat adalah 12,77 mmol/L,
pendent yang membandingkan antara ke- sedangkan rerata kadar asam laktat pada
lompok perlakuan dengan kelompok pem- kelompok pembanding adalah 4,48
banding maka didapatkan nilai p=0,001, mmol/L kemudian setelah latihan fisik di-
terdapat perbedaan yang bermakna kadar dapatkan rerata kadar asam laktat 13,77
asam laktat pada kedua kelompok. mmol/L.
Menurut Bangso (1995) peningkatan
PEMBAHASAN kadar asam laktat setelah latihan dikarena-
kan pada latihan fisik dibutuhkan banyak
Berdasarkan tabel 4.1 tentang karak-
energi, sehingga terjadi pemecahan gliko-
teristik subyek dalam penelitian ini, disim-
pulkan semuanya laki-laki yang berusia 19- gen dan piruvat yang banyak, akan tetapi
tidak semua semua piruvat akan masuk ke-
21tahun dengan rerata IMT 22 kg/m2. fre-
kuensi nadi 82,47x/menit, dan frekuensi dalam siklus kreb’s melainkan sebagian
akan segera berdisosiasi menjadi asam lak-
pernapasan 19,41x/menit.
tat. Selanjutnya asam laktat akan berdifusi
Menurut Adam (2002) usia sangat
berpengaruh sekali terhadap proses latihan. keluar masuk kecairan intraselluler dan sis-
temik, sebagai kompensasinya maka kadar
Pada usia ini 19-21 tahun merupakan usia
asam laktat dalam darah akan meningkat.
pertumbuhan dan secara fisiologis laki-laki
Penelitian terkait tentang peningkatan kadar
dewasa memiliki hormon androgen yang
berpengaruh terhadap perkembangan otot asam laktat dilakukan oleh Krismadi
(2002), pelatihan maksimal yang diberikan
yang lebih besar, kekuatan dan power yang
pada subjek dengan memu-
meningkat. Hal ini sangat berpengaruh ter-
hadap prestasi, bila dilatih terus menerus kul sandsack dengan kecepatan maksimal
(anaerobic) selama 1 menit terjadi pening-
secara rutin. Rerata IMT pada subyek pe-
nelitian adalah 22 kg/m2 hal ini menunjuk- katan kadar asam laktat darah yang sangat
kan bahwa subyek penelitian termasuk da-
ABSTRAK
Latar Balakang: Permasalahan umum di berbagai rumah sakit pasca pembedahan adalah hipo-
termi, namun dengan mengikuti prosedur pembedahan yang benar hal ini dapat dicegah. Pera-
watan penderitapasca pembedahan merupakansalah satu faktoryang menentukandalamsuatu-
pembedahan,untuk mencegah atau mengatasi hipotermi pasca pembedahan antara lain adalah
pemberian cairan infus yang dihangatkan (elemen penghangat intravena).Metode: penelitian
ini adalah Pre eksperimen research dengan one-group pre-post test designdengan populasi ada-
lah semua penderita pascapembedahan di ruang pemulihan, sampel dilakukan dengan cara acci-
dental sampling sebanyak 20 orang kelompok perlakuan menggunakan elemen penghangat cai-
ran intravena. Hasil: penelitian ini menunjukkan bahwa setelah diberi perlakuan 95% respon-
den kelompok perlakuan suhu tubuhnya normal, sedangkan 5% esponden mengalami hipotermi.
Hasil uji t berpasangan menunjukkan derajat signifikansi (P)= 0,000 pascaperlakuan. Kesimpu-
lan: elemen penghangat intravena atau infus hangat dapat mengurangi gejala hipotermi pende-
rita pasca pembedahan.
Kata kunci: Elemen penghangat cairan intravena, hipotermia, pascabedah
ABSTRACT
Bacground: Postoperative hypothermia is a common problem in many hospital, but this can be
prevented by following surgical procedures. The main factor of surgery is post operative treat-
ments which can significantly reduce the incidence of complications and postoperative mortali-
ty.There are several ways that can be done to prevent or treat postoperative hypothermia, one of
them is the infusion of warmed infusion fluids (intravenous warming elements. Metode: this
research was pre experiment research with one-group pre-post test design with population was
all patient after surgery in recovery room, sample was done by accidental sampling as much as
20 patients.which the 20 respondents interventions wear blanket and using intravenousfluid-
warmer. Result of this research shows that after intervention, 95% of respondents of interven-
tion group havea normal body temperature, while in5% of respondents have hypothermia. Re-
sult of t paired testshowsthatsignificancevalue(p) is0.000,thatmean isusing intravenousfluid-
warmer pluswearingblanketis more effectivet hanonly wearing blanket for client posts urgery.
Conclussion:: intravenous fluid warmers or warm infusions could reduce the symptoms of post-
surgical hypotermic.
Keywords: intravenousf luidwarmer, hypothermia, postsurgery
Dari tabel di atas dapat diketahui nyak 18 (90%) responden mengalami hipo-
bahwa dari 20 responden sebelum diberi termi dan sebanyak 2 (10%) responden
perlakuan atau intervensi menggunakan yang mempunyai suhu tubuh normal.
elemen penghangat cairan intravena, seba-
Aguscik1, Ridwan1
1
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang
Email:hguscik1960@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan peng-
gunaan zat-zat gizi yang dapat dibedakan antara gizi buruk, kurang baik dan lebih. Status gizi
dan tingkat anemia ibu khususnya pada ibu hamil mempunyai peranan penting bagi pertumbu-
han janin dalam kandungan. Status gizi pada ibu hamil dapat dijabarkan dengan pengukuran
LILA di daerah endemik malaria, adanya malaria sering tumpang tindih dengan kejadian gizi
buruk pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
status gizi dengan tingkat anemia pada ibu hamil di Daerah endemik malaria Kota bengkulu.
Metode: Penelitian dilakukan dengan desain penelitian cross sectiona dan teknik pengambilan
sampel Accidental Sampling. Jumlah sampel 40 ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Data diuji dengan Shapiro-Wilk. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa status
gizi (LILA) ibu hamil rata-rata 21,54 ±0,884 (beresiko), ibu hamil menderita KEK 60% dan
yang tidak beresiko KEK 40% dimana pvalue 0,003. Keseimpulan: Terdapat hubungan yang
bermakna antara status gizidengan tingkat anemia pada ibu hamil di daerah endemik malaria,
kota Bengkulu.
Kata kunci : Status gizi, Anemia, Ibu hamil, Malaria.
ABTRACT
Introduction: Nutrion status was a state of the body as the result of the consumption of food
and the nutrients used which could be differentiate into poor nutrition, poorly and more. The
nutrition status and the level of maternal anemia, especially in pregnant women had an impor-
tant role for the growth of the fetus in the womb. Nutrition status in pregnant women could be
described with LILA measurements in malaria endemic areas, the presence of malaria often
overlap with the incidence of malnutrition in pregnant women. This research aim was to deter-
mine whether there was a relationship between nutrition status with the level of anemia on
pregnant women in malaria-endemic areas of the Bengkulu’s city. Methods: The study was
conducted with a cross sectional research design and accidental sampling techniques. Total
sample was 40 pregnant women who met the inclusion and exclusion criteria. Data were tested
by Shapiro - Wilk. Result: The results of this research showed that the nutrition status (LILA)
of pregnant women on average 21.54 was ± 0.884 ( risk ), pregnant women who suffering from
the KEK was 60 % and the rest 40 % were not at risk of KEK where p value was 0.003. Con-
clusion: there was a significant relationship between nutrition status and the level of anemia on
pregnant women in endemic-malaria areas of the Bengkulu’s city.
Keywords : Nutrition Status, Anemia, Pregnant Women, Malaria
Analisis Univariat
Status Anemia
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Rerata Status Anemia Pada Ibu Hamil
No Status n f (%) Mean ± SD
Anemia
1 Normal 20 50 11,53 ± 0,612
2 Ringan 20 50 9,70 ± 0,571
3 Berat 0 0 -
Total 40 100
Analisis Bivariat
Tabel 3. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Anemia Pada Ibu Hamil di Daerah Ende-
mik Malaria Kota Bengkulu
ABSTRAK
Latar Belakang : Post operative nausea vomiting(PONV) merupakan mual dan muntah seba-
gai salah satu efek samping anestesi yang paling sering dilaporkan. 20-30% pasien pembedahan
mengalami PONV. Faktor risiko PONV bisa berasal dari faktor risiko pasien, faktor risiko anes-
tesi, dan faktor risiko pembedahan. Tujuan Penelitian ini mengetahui hubungan lama anestesi
dengan kejadian post operative nausea vomiting pada pasien pasca general anestesi di RSUD
Sleman. Metode penelitian: metode penelitian menggunakan observasional analitik dengan
pendekatancross sectional. Jumlah sampel diambil dengan yang ikut berpartisipasi
padapenelitian ini sebanyak 60 orang secara consecutive samplingData dikumpulkan dengan
kuesioner dan lembar observasi di ruang pemulihan RSUD Sleman. Analisis statistic menggu-
nakan chi square Hasil penelitian:Sebanyak 23 orang (28.3%) responden mengalami PONV.
Pada pasien dengan lama anestesi <2 jam mengalami PONV 10 orang (6.6%) sedangkan pasien
dengan lama anestesi 2-4 jam 13 (21,46%) mengalami PONV.Hasil analisis statistik chi squa-
redidapatkan denganp Value 0,003. Kesimpulan: terdapat hubungan lama anestesi dengan
kejadian PONV pada pasien pasca general anestesi di RSUD Sleman.
Kata kunci: Lama anestesi, Post Operative Nausea Vomiting (PONV).
ABSTRACT
Background: Postoperative nausea vomiting (PONV) is a nausea and vomiting as one of the
most commonly reported adverse effects of anaesthesia. 20-30% of patients with surgery have
PONV. PONV risk factors may result from patient risk factors, anaesthetic risk factors, and risk
factors for surgery. The purpose of this study is to know the relationship between duration of
anaesthesia and postoperative nausea vomiting in post-general anaesthesia patients in RSUD
Sleman. Methods: Research method using observational analytic a cross-sectional approach.
The number of samples taken with who participated in this study as many as 60 people by con-
secutive sampling. Data collected by questionnaire and observation sheet in the recovery room
RSUD Sleman. Results: Statistical analysis using chi-square Results: A total of 23 participants
(28.3%) of respondents experienced PONV. In patients with <2 hours anaesthesia had PONV of
10 patients (6.6%) while patients with 2-4 hours duration of anaesthesia are 13 (21.46%) had
PONV. The result of chi-square statistic analysis was obtained with p-value 0,003. Conclusion:
There is an association between duration of anaesthesia with incidence of PONV in post gener-
al anaesthesia patients in RSUD Sleman.
Key words: Duration of anaesthesia, Post Operative Nausea Vomiting (PONV).
Berdasarkan tabel 1, umur sebagian umum 20 orang (33,3%), serta paling sedikit
besar responden paling banyak berada pada yaitu jenis pembedahan bedah mulut 2 orang
kelompok 26-35 tahun yaitu 27 orang (45%) (3,3%). Berdasarkan jenis status ASA seba-
dan paling sedikit pada kelompok umur 46- gian besar yaitu responden dengan status
55 tahun yaitu 9 orang (15%). Berdasarkan ASA I sebesar 56 orang (93,3%) dan seba-
jenis kelamin, jumlah responden sama yaitu gian kecil dengan status ASA II yaitu 4 orang
jenis kelamin laki-laki 30 orang (50%) dan (6,7%). Berdasarkan responden dengan sta-
jenis kelamin perempuan 30 orang (50%). tus merokok sebagian besar tidak merokok
Berdasarkan jenis pembedahan sebagian be- yaitu 39 (65%) dan sebagian kecil yang me-
sar responden yaitu dengan jenis pembeda- rokok 21 orang (35%).
han ortopedi 20 orang (33,3%) dan bedah
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan lama anestesi dan kejadian Post Operative Nausea
Vomiting (n=60).
No Variabel F (%)
1 Lama anestesia
a. < 2 jam 40 66,7
b. 2-4 jam 20 33,3
2 Kejadian PONV
a. Tidak PONV 37 61,7
b. PONV 23 38,3
Tabel 2 diatas memperlihatkan distri- dengan lama anestesi 2-4 jam. Distribusi ke-
busi responden berdasarkan lama anestesi jadian tidak PONV sebanyak 37 (61,7%)
sebanyak 40 (66,7%) responden dengan lama responden dan kejadian PONV sebanyak 23
anestesi < 2 jam dan 20 (33,3%) responden (38,3%) responden.
Tabel 3 menunjukkan bahwa kejadian dan kejadian PONV pada pasien dengan
PONV terjadi pada pasien dengan lama lama anestesi < 2 jam sebanyak 10 orang
anestesi 2-4 jam sebanyak 13 orang (21,6%) (16,6%) .
Pitri Noviadi
Program Studi DIII Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Palembang, Indonesia
E-mail: fit.nopit@gmail.com
ABSTRACT
Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat yang turut serta dalam pem-
berian asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan, sehingga selain dibekali kemampuan da-
lam perawatan pasien mahasiswa juga harus dibekali kemampuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) sedini mungkin karena besar bahaya dan risiko kesehatan di pelayanan kesehatan
khususnya rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menjadi
penentu perilaku K3 mahasiswa prodi DIII Keperawatan di kota Palembang. Desain yang di-
gunakan pada penelitian adalah Survei Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel
berjumlah 175 mahasiswa TK III Prodi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang,
Prodi DIII Keperawatan Stikes Muhammadiyah Palembang, Prodi DIII keperawatan Stikes
Aisiyah Palembang. Variabel Penelitian terdiri dari umur, jenis kelamin, mata kuliah K3 yang
pernah didapat, pengetahuan, sikap dan Perilaku K3. Penelitian ini mendapatkan bahwa varia-
bel determinan perilaku K3 mahasiswa adalah Jenis kelamin, dengan nilai Exp B = 9,131. Ha-
sil ini dapat dinterpretasikan bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai
risiko sebesar 9,131 kali dibandingkan perempuan untuk berperilaku K3 yang kurang baik se-
telah dikontrol variabel umur, pengetahuan dan sikap. Secara keseluruhan bahwa variabel-
variabel yang menentukan perilaku K3 mahasiswa adalah jenis kelamin, umur, pengetahuan
dan sikap mahasiswa. Rekomendasi yang dapat sampaikan terhadap hasil penelitian ini adalah
perlunya segera diterapkannya program K3 di lingkungan kampus khususnya pada Prodi DIII
Keperawatan. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswa tentang K3 me-
lalui pelatihan dan seminar K3. Bagi para tenaga pendidik dapat lebih meningkatkan perannya
sebagai role model terkait pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan peneli-
tian ini, dapat dilakukan penelitian selanjutnya dengan mengembang metode penelitian, sampel
yang lebih besar dan pelaksanaan K3 di
Kata kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, mahasiswa, perilaku
Berdasarkan tabel di atas dapat dis- kelamin laki-laki mempunyai risiko sebesar
impulkan dengan menggunakan nilai Exp 9,131 kali dibandingkan perempuan untuk
B, bahwa variabel determinan perilaku K3 berperilaku K3 yang kurang baik setelah
mahasiswa adalah Jenis kelamin, dengan dikontrol variabel umur, pengetahuan dan
nilai Exp B = 9,131. Hasil ini dapat dinter- sikap.
pretasikan bahwa mahasiswa yang berjenis
ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalensi gangguan jiwa berat di Provinsi D.I Yogyakarta sebesar 2,7 per
mil, angka nasional sebesar 1,7 per mil. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat 3.447 kasus
yang telah di tangani oleh RS Ghrasia melalui program Desa Siaga Jiwa, penanganannya
masih berorientasi pada penderita baik untuk deteksi gangguan jiwa, pemanfaatan pelayanan
kesehatan sementara keluarga sebagai bagian dari penderita tidak pernah tersentuh. Kasus di
Kecamatan Gamping tersebar: 190 kasus .Pengasuhan membutuhkan waktu, tenaga, biaya
keuangan, atau perubahan dalam peran, tanggung jawab dan hubungan keluarga. Salah satu
upaya menurunkan stressor pada keluarga caregiver dengan terapi Mindfulness-based stress.
Cara efektif mengurangi stress menggabungkan meditasi mindfulness dan yoga dalam
program pelatihan 8 minggu.Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh mindfulness-
based stress reduction terhadap penurunandistress dan beban (burden) familycaregiver yang
memiliki penderita gangguan jiwa. Metode: Jenis penelitian adalah “quasi eksperimen”
dengan desain “pre-post test with control groups design”.Penelitian dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Godean I dan Gamping II Kab Sleman bulan April - September 2017,
tehnik samplingrandomize control trial. Analisis menggunakan chi square dan Fisher’s
Exact dengan α = 5%. Hasil: Karakteristik dari pengasuh pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan semua sama, kecuali tingkat pendidikan, cara pengasuh. Hasil analisis
statistic pada Distress pre dan post di kedua kelompok yang menggunakan chi square dengan
α = 5%, menunjukkan untuk kelompok perlakuan p<0,05, dan untuk kelompok kontrol
menggunakan Fisher’s Exact Test p>0,05. Untuk kelompok perlakuan hasil signifikan,
kelompok kontrol tidak signifikan. Kesimpulan: Karakteristik keluarga semua sama kecuali
pendidikan dan cara mencegah kekambuhan. Hasil uji analisis data sebelum dan sesudah ada
pengaruh pada kelompok perlakuan terhadap penurunan beban (Burden) Family Caregiver,
namun tidak pada kelompok kontrol. Sedangkan hasil uji analisis data sebelum dan sesudah
ada pengaruh pada kelompok perlakuan dan kontrol terhadap penurunan Distress family
caregiver.
Kata kunci: Beban Keluarga, Distress, Mindfulness-Based Stress Redution
ABSTRACT
Background: the prevalence of mental disorders in the province of Yogyakarta of 2.7 per mile,
the national figure of 1.7 per mile. Area of Sleman Regency, there were 3,447 in the cases by
RSJ Ghrasia through the Desa Siaga Sehat Jiwa, handling is still oriented sufferers either for
detection of disorders of the soul, the utilization of health services while the family as the part of
the sufferer never touched. In the case of Limestone are spread: 190 cases. Parenting requires
time, energy, financial costs, or changes in the roles, responsibilities and relationships of the
family. One of the attempts of lowering the stressor on the family caregiver with Mindfulness-
based stress therapy. Effective ways to reduce the stress of combining yoga and meditation
Dari tabel 1 dapat dilihat rata–rata gasuh dan pasien didominasi oleh yang ber-
umur pengasuh kelompok kontrol 52,44 ta- sangkutan sebagai anak kandung, pada kedua
hun dan perlakuan 55 tahun, kedua kelom- kelompok tidak terdapat perbedaan.
pok menunjukkan rata-rata umur tidak sama. Lama sakit dan lama perawatan, rata-
Karakteristik jenis kelamin kedua kelompok rata pasien sudah menderita lebih dari 2 ta-
tidak menunjukkan perbedaan dan didomina- hun, pada kedua kelompok tidak terdapat
si oleh pengasuh perempuan.Status pernika- perbedaan. Lama pengasuh merawat untuk
han dari kedua kelompok tidak menunjukkan kelompok kontrol rata-rata mencapai 11,28
perbedaan, rata-rata pengasuh sudah meni- tahun dan pada kelompok perlakuan 10,61
kah, dan rata-rata mereka merawat dalam tahun, dan antara kedua kelompok tidak me-
serumah bersama dengan anggota keluarga nunjukkan perbedaan yang berarti. Kontak
lainnya.Dari segi pendidikan untuk kelom- perawatan setiap hari antara pengasuh dan
pok kontrol rata-rata SMP – SMA sedangkan pasien rata-rata perhari mencapai 9 – 12
untuk kelompok perlakuan SD – SMP, na- jam/hari, dan kedua kelompok tidak menun-
mun demikian kedua kelompok tidak me- jukkan perbedaan.
nunjukkan perbedaan yang berarti. Pekerjaan
untuk kelompok kontrol paling banyak seba- Gambaran tentang Beban (Burden) Fami-
gai buruh lain pula pada kelompok perlakuan ly Caregiver dan Distress Family Caregiv-
yang banyak berprofesi sebagai ibu rumah er
tangga.Penghasilan keluarga menunjukkan Dalam hasil uji penerapan kuesioner
bahwa untuk rata-rata kelompok kontrol Mindfulness-Based Stress Reduction terha-
Rp.600.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,- dap penurunan beban (Burden) Family Ca-
diatas rata-rata penghasilan kelompok perla- regiver dan Distress Family Caregiver pada
kuan sebesar di bawah Rp. 600.000,-, namun responden kelompok perlakuan dan kelom-
demikian menunjukkan perbedaan yang sig- pok kontrol
nifikan. Hubungan kekerabatan antara pen-
Hasil analisis statistik terlihat di tabel gangguan jiwa. Hubungan stigma dan gang-
2 adalah pada burden pre dan post di kedua guan mental dapat ditemukan di berbagai
kelompok yaitu kelompok perlakuan dan belahan dunia, namun bentuk manifestasinya
kelompok kontrol menggunakan chi square, sangat beragam, tergantung pada budaya se-
dengan α = 5%, menunjukkan, untuk kelom- tempat. Weiss dan kawan‐kawan memban-
pok perlakuan p< 0,05, dan untuk kelompok dingkan antara stigma sosial pada gangguan
kontrol p<0,05. Keduanya menunjukkan mental di masyarakat tradisional Bangalore,
pengaruh perlakuan yang signifikan terhadap India, dan di masyarakat modern di London.
penurunan burden. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada ma-
Hasil analisis statistic pada distress pre syarakat Bangalore, stigmatisasi memiliki
dan post di kedua kelompok yang menggu- kaitan erat dengan hilangnya harga diri, ter-
nakan chi square dengan α = 5%, menunjuk- ganggunya status sosial, dan kesulitan untuk
kan untuk kelompok perlakuan p<0,05, dan mendapatkan pasangan dalam pernikahan.
untuk kelompok kontrol menggunakan Fish- Di London, stigma lebih dikaitkan dengan
er’s Exact Testp>0,05. Untuk kelompok per- aspek ekonomi dimana mereka merasa kehi-
lakuan menunjukkan hasil signifikan, se- langankarena penderita dipandang tidak lagi
dangkan kontrol tidak signifikan. produktif12. Dalam pengasuhan gangguan
jiwa diperlukan kesabaran, komunikasi, dan
PEMBAHASAN kasih sayang, penerimaan anggota keluarga
Karakteristik Keluarga Pengasuh akan membantu mempercepat penyembuhan
anggota keluarga yang sedang mengalami
Karakteristik pengasuh yang memiliki gangguan jiwa.
penderita gangguan jiwa: dilihat dari usia
dari kelompok perlakuan rata-rata berusia 55 Beban (burden) Family Caregiver.
tahun dan kelompok kontrol berusia rata-rata Beban pengasuh pada kelompok kon-
52,44 tahun. Berdasarkan jenis kelamin se- trol, setelah dilakukan perlakuan dengante-
bagian besar baik pada kelompok perlakuan rapi Mindfulness-Based Stress Reduction,
maupun kelompok kontrol adalah perempuan menunjukkan beban pengasuh berkurang.
yaitu ibu dari penderita rata-rata sebagai ibu Stimulus berpengaruh positif dalam mengu-
rumah tangga untuk kelompok perlakuan dan rangi beban pengasuh dalam perawatan pa-
untuk kelompok kontrol sebagai buruh ha- sien yang menderita gangguan jiwa. Pada
rian. Jika dikaitkan dengan pendidikan dari kelompok kontrol hanya dilakukan edukasi
data yang diperoleh bahwa bagi responden pada keluarga, hasil menunjukkan beban
pada kelompok perlakuam rata-rata SD – pengasuh tidak berubah.
SMP dan bagi responden pada kelompok Faktor yang mempengaruhi beban
kontrol rata-rata SMP – SMA. Tingkat pen- keluarga dalam pendampingan pada
didikan menentukan kondisi intelektual se- penderita schizophrenia dapat diidentifikasi
seorang untuk berpikir secara kritis dalam berhubungan denganbeban keluarga adalah
mengambil keputusan sebelum bertindak program pengobatan oleh keluarga
atau memilih sesuatu untuk melakukannya12. (pemanfaatan pelayanan kesehatan),
Sehingga kesimpulannya adalah bahwa se- kelompok etnis, emosi, stresdan beban,
makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, kesibukannya dari pendamping, jenis
maka akan meningkat pula tingkat pengeta- pengasuh, jaringan sosial, dukungan sosial,
huannya. dukungan keuangan, strategi penanganan
Tingkat penghasilan keluarga penga- dan tekanan sosial 14 .Baik pasien maupun
suh mempunyai peran besar dalam aksesibi- keluarga mengalami diskriminasi akibat
litas terhadap pelayanan kesehatan. Keterkai- penyakit mental dan beban fisik dan
tan pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan pskilogis, keterbatasan akses sosial akibat
keluarga sangat mendukung perawatan diskriminasi menyebabkan keluarga
ABSTRAK
Latar belakang: Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Jawa-Bali ditemukan Annual Parasite
Incidence (API) dari 0,810/00 penduduk tahun 2000 menjadi 0,15 0/00 penduduk tahun 2004, se-
dangkan untuk luar Jawa-Bali terjadi penurunan Annual Malaria Insidence (AMI) dari 31,09 0/00
penduduk tahun 2000 menjadi 21,02 0/00 penduduk tahun 2004. Di Papua, malaria merupakan
masalah Kesehatan utama karena daerah ini adalah daerah endemis malaria dengan kategori
hiper-endemis , walaupun terjadi penurunan namun masih diatas standard nasional yaitu Annual
Malaria Insidence (AMI) <50 0/00 penduduk, hal ini dapat dilihat Annual Malaria Insidence
(AMI) dari 134 0/00 penduduk pada tahun 2003 menjadi 97 0/00 penduduk tahun 2004 (Dinas Ke-
sehatan Propinsi Papua, 2005), Sedangkan untuk Kabupaten Kepulauan Yapen tahun 2008 An-
nual Malaria Insidence (AMI) 311 0/00. Metode: Penelitian ini merupakan suatu penelitian ob-
servasional dengan rancangan Cross-Control. Penelitian ini dilaksanakan di 8 Kampung, sample
sebanyak 120 orang, Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Hasil Penelitian: Dari 5
variabel bebas yang bermakna secara analisis univariate, subyek penelitian berpendidikan ren-
dah (64%). Hasil analisis univariate mempunyai risiko 2,25 kali lebih besar dibanding yang
pendidikannya tinggi, sehingga secara statistik bermakna karena nilai p < 0,05. Jenis pekerjaan
yang berisiko (Petani) cenderung tidak beresiko terhadap kejadian malaria (OR = 1,00), dan
tidak bermakna secara statistik karena nilai p>0,05. Jenis pekerjaan tidak berhubungan terhadap
kejadian malaria di wilayah penelitian . Tingkat pengetahuan rendah mempunyai risiko 2,21kali
lebih besar dibanding dengan yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi terhadap kejadian
malaria, dan mempunyai hubungan yang bermakna. Kesimpulan: Dari hasil analisis univariate
faktor yang terbukti mempengaruhi kejadian malaria adalah pengunaan kasa nyamuk, kelambu
dan status penduduk.
Kata kunci: pengunaan kasa nyamuk, kelambu dan status penduduk, kejadian Malaria
ABSTRACT
Background and aims:. Background: Based on the report of the Health Service of Java-Bali
found Annual Parasite Incidence (API) from 0.810 / 00 population in 2000 to 0.15 0/00 popula-
tion in 2004, while for outside Java-Bali there was a decrease of Annual Malaria Insidence
(AMI) from 31.09 0/00 population 2000 to 21.02 0/00 population in 2004. In Papua, malaria is a
major health problem because this area is malaria endemic areas with hyper-endemic category,
although there is a decrease but still above the national standard that is Annual Malaria Insi-
dence (AMI) <50 0/00 population, it can be seen Annual Malaria Insidence (AMI) from 134
0/00 population in 2003 to 97 0/00 population in 2004 (Provincial Health Office of Papua,
2005), while for the District of Yapen Islands in 2008 Annual Malaria Insidence (AMI) 311
0/00. Method: This is an observational study with Cross-Control design. This research was con-
ducted in 8 villages, as many as 120 people, The research tool used was questionnaire. Results:
From 5 independent variables with significant univariate analysis, the study subjects were low
(64%). The result of univariate analysis has 2.25 times greater risk than high education, so it is
statistically significant because the value of p <0,05. The types of occupations at risk (Farmers)
tend not to be at risk of malaria incidence (OR = 1.00), and not statistically significant because
the p> 0,05. The type of work is not related to the incidence of malaria in the study area. Low
knowledge level has 2.21 times greater risk than those with high knowledge level of malaria
incidence, and has a significant relationship. Conclusion: The univariate analysis of factors that
Tabel 2. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Golongan Umur di Distrik Angkaisera Ta-
hun 2009
No Golongan Kasus Pembanding Total %
Umur (Thn) Jumlah % Jumlah %
1 15 - 44 47 78.3 54 90 101 84.2
2 45 – 64 11 18.3 6 10 17 14.2
3 > 65 2 3.3 0 0 2 1.6
TO TAL 60 100 60 100 120 100
Sumber data : Data primer yang diolah
Tabel 2 menunjukan bahwa subyek 84,2%, sedangkan sebagian kecil umur > 65
penelitian terbanyak pada golongan umur 15 tahun dengan persentase sebesar 1,6%.
– 44 tahun dengan persentase sebesar
Tabel 3. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Jenis Kelamin di Distrik Angkaisera Tahun
2009
No Jenis Kelamin Kasus Pembanding Total %
Jumlah % Jumlah %
1 Laki-laki 41 68.3 37 61.7 78 65
2 Perempuan 19 31.7 23 38.3 42 35
TO TAL 60 100 60 100 120 100
Sumber data : Data primer yang diolah
Tabel 3 menunjukan bahwa subyek penelitian terbanyak adalah laki-laki sebesar 65%,
sedangkan pada perempuan sebesar 35%.
Tabel 4. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Jenis pekerjaan di Distrik Angkaisera Ta-
hun 2009
No Jenis Pekerjaan Kasus Pembanding Total %
Jumlah % Jumlah %
1 Petani 46 76.7 46 76.7 92 76.7
2 Wiraswasta 8 13.3 8 13.3 16 13.3
3 Buruh 5 8.3 5 8.3 10 8.3
4 Pedagang 1 1.7 1 1.7 2 1.7
TO TAL 60 100 60 100 120 100
Sumber data : Data primer yang diolah
Tabel 4 menunjukan bahwa petani se- 23,3%. Subyek penelitian menurut kasus dan
bagai subyek penelitian mempunyai proporsi pembanding mempunyai proporsi yang ham-
terbesar 76,7%, sedangkan proporsi bukan pir sama.
petani (wiraswasta, PNS, pedagang) sebesar
Tabel 6. Jenis pekerjaan terhadap kejadian malaria di Distrik Angkaisera Tahun 2009
No Jenis Pekerjaan Kasus Pembanding Total %
Jumlah % Jumlah %
1 Tidak berisiko 14 23.3 14 23.3 28 23.3
2 Berisiko 46 76.7 46 76.7 92 76.7
TO TAL 60 100 60 100 120 100
Sumber data : Data primer yang diolah
Abstrak
Latar belakang: Unit yang sangat penting dari suatu rumah sakit adalah Instalasi
Gawat Darurat (IGD). Waktu tanggap (response time) merupakan salah satu indikator
peningkatan kinerja klinis pelayanan gawat darurat, yang berperan penting pada pa-
sien gawat darurat terutama penderita penyakit Sindrom Koroner Akut (SKA). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tanggap (re-
sponse time) petugas kesehatan terhadap penanganan kasus SKA di Instalasi Gawat Da-
rurat RS Muhammadiyah Palembang tahun 2017. Metode: Penelitian ini adalah peneli-
tian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel dengan
total sampling sebanyak 35 responden. Variabel independen meliputi umur, pendidikan,
pengetahuan, lama kerja dan pelatihan petugas kesehatan. Hasil: Berdasarkan hasil ana-
lisa data dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan 95% (α 0,05).
Penelitian didapatkan sebagian besar petugas kesehatan sudah memiliki Response Time
cepat yaitu < 5 menit sebanyak 26 (74.3%). Uji statistik menunjukkan tidak ada hubun-
gan antara umur (ρ 0.304), pendidikan (ρ 0.103), dan pelatihan (ρ 1.000) dengan re-
sponse time petugas kesehatan. Ada hubungan antara pengetahuan (ρ 0.002) dan lama
kerja (ρ 0.036) dengan response time petugas kesehatan. Kesimpulan: Response time
perawat dalam penanganan kasus gawat darurat di IGD RS Muhammadiyah Palemban-
grata- rata < 5 menit.
Related Factors That Influence of the Health Officers Response Time on the Han-
dling of ACS Cases (Acute Coronary Syndrome) in Emergency Departement at RS
Muhammadiyah Palembang in 2017
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian lembang, penulis juga memodifikasi kue-
kuantitatif yang menggunakan rancangan sioner berdasarkan tinjauan teoritis.
observasional analitik dengan pendeka- Analisa yang digunakan dalam
tan cross sectional. Populasi dalam pene- penlitian ini adalah analisa univariat di-
litian ini adalah seluruh seluruh petugas lakukan terhadap setiap variabel dari pe-
kesehatan yang terdiri dari dokter dan nelitian. Analisa data yang ditampilkan
perawat yang bertugas di IGD RS Mu- dalam bentuk numerik, serta hasil yang
hammadiyah Palembang tahun 2017 ber- disajikan persentase. Dan analisa bivariat
jumlah 36 orang. Lokasi penelitian dila- yaitu analisa yang dilakukan terhadap
kukan di Penelitian ini dilaksanakan di dua varabel yang diduga mempengaruhi.
Instalasi Gawat Darurat RS Muhamma- Analisa bivariat dalam penelitian ini ada-
diyah Palembang. lah respon time petugas kesehatan nor-
Instrument dalam penelitian ini adalah mal karena α ≤ 0,05. Dengan demikian
kuesioner Pengetahuan Tentang Penata- uji startistik yang digunakan yaitu, uji t
laksanaan Sindroma Koroner Akut Pair Test, dengan ketentuan jika p value
(SKA) di IGD RS Muhammadiyah Pa- ≤ 0,05 berarti ada pengaruh.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui dingkan dengan responden dewasa akhir
bahwa dari 35 responden, yang mempu- sebanyak 11 orang (31,4%)
nyai umur dewasa awal sebanyak 24 res- b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
ponden (68,6%) lebih banyak jika diban- Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petugas kesehatan di IGD
RS Muhammadiyah Palembang
Pendidikan Frekuensi Presentase
Diploma 11 31,4
Sarjana 24 68,6
Total 35 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui dengan lama kerja Lama (jika ≥ 60 bu-
bahwa dari 35 responden, yang mempu- lan) sebanyak 10 responden (28,6%).
nyai lama kerja Baru (jika < 60 bulan) e. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
sebanyak 25 orang (71,4%) lebih banyak Pelatihan
jika dibandingkan dengan responden
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pelatihan petugas kesehatan di IGD
RS Muhammadiyah Palembang
Pelatihan Frekuensi Presentase
Dasar 19 54,3
Lanjutan 16 45,7
Total 35 100
Tabel berikut ini menjelaskan hasil analisis kesehatan di IGD RS Muhammadiyah Pa-
hubungan umur dengan respon time petugas lembang
Tabel 4.7
Hubungan Umur dengan Respon Time Petugas Kesehatan di IGD
RS Muhammadiyah Palembang
Respon Time Petugas kesehatan
No Umur Cepat jika < 5 Menit Lambat > 5 menit
Jumlah ρ value
N % n % N %
1. Dewasa awal 17 48,6 7 20 24 68,6 0.304
2. Dewasa akhir 9 25,7 2 5,7 11 31,4
Jumlah 26 74,3 9 25,7 35 100
Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari nit dan 2 (5,7%) responden yang respon time
24 responden yang berumur dewasa awal, lambat > 5 menit.
sebanyak 17 (48,6%) responden dengan res- Berdasarkan hasil uji statistik dengan
pon time cepat < 5 menit dan sebanyak 7 (20 menggunakan Fisher's Exact Test diperoleh
%) responden dengan respon time lambat > 5 hasil p value = 0.304 (p > 0,05). Maka dapat
menit, sedangkan dari 11 (31,4%) responden disimpulkan bahwa tidak ada hubungan anta-
berumur dewasa akhir, sebanyak 9 (25,7%) ra umur dengan respon time petugas keseha-
responden dengan respon time cepat < 5 me- tan terhadap penanganan kasus SKA di IGD
RS Muhammadiyah Palembang.
b. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Respon Time Petugas Kesehatan
Tabel berikut ini menjelaskan hasil anali- pon time petugas kesehatan di IGD RS Mu-
sis hubungan tingkat pendidikan dengan res- hammadiyah Palembang.
Tabel 4.8
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Respon Time Petugas Kesehatan
di IGD RS Muhammadiyah Palembang
Respon Time Petu-
gas kesehatan
Cepat Lambat Jumlah ρ
No Pendidikan
jika < 5 >5 value
Menit menit
N % n % n %
1. Diploma 6 17,1 5 14,3 0.103
11 31.4
2. Sarjana 20 57,1 4 11,4 24 68.5
Pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari Berdasarkan hasil uji statistik dengan
11 responden yang berpendidikan diploma, menggunakan Fisher's Exact Test diperoleh
sebanyak 6 responden (17,2%) dengan res- hasil p value = 0,103 (p > 0,05). Maka dapat
pon time cepat < 5 menit dan sebanyak 5 disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
responden (14,3%) dengan respon time lam- tingkat pendidikan dengan respon time petu-
bat > 5 menit. Sedangkan dari 24 responden gas kesehatan terhadap penanganan kasus
yang berpendidikan sarjana sebanyak 20 res- SKA di IGD RS Muhammadiyah Palem-
ponden (57,1%) dengan respon time cepat < bang.
5 menit dan sebanyak 4 responden (11,4%)
dengan respon time lambat > 5 menit.
Pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa Berdasarkan hasil uji statistik dengan
dari 31 responden yang mempunyai pen- menggunakan Fisher's Exact Test dipero-
getahuan baik, sebanyak 26 responden leh hasil p value = 0,002 < (α = 0,05),
(74,3%) dengan respon time cepat <5 maka disimpulkan bahwa ada hubungan
menit dan sebanyak 5 responden (14,3%) pengetahuan dengan respon time petugas
dengan respon time lambat > 5 menit. kesehatan terhadap penanganan kasus
Sedangkan dari 4 responden (11,4%) SKA di IGD RS Muhammadiyah Palem-
yang berpengetahuan kurang semuanya bang
mempunyai respon time lambat > 5 me-
nit.
d. Hubungan Lama kerja dengan Respon Time Petugas Kesehatan
Tabel berikut ini menjelaskan hasil anali- petugas kesehatan di IGD RS Muhamma-
sis hubungan lama kerja dengan respon time diyah Palembang
Tabel 4.10
Hubungan Lama kerja dengan Respon Time Petugas Kesehatan di IGD
RS Muhammadiyah Palembang
Respon Time Petugas kesehatan
No Lama kerja Cepat jika < 5 Menit Lambat > 5 menit
Jumlah ρ value
n % N % N %
1. Baru 10 28,6 0 0 10 28.6 0.036
2. Lama 16 45,7 9 25.7 25 71,4
Jumlah 26 74.3 9 25.7 35 100
Pada tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari Berdasarkan hasil uji statistik dengan
10 responden (28,6%) yang lama kerjanya menggunakan Fisher's Exact Test diperoleh
kurang dari 60 bulan (baru) semuanya mem- hasil p value = 0,036 < (α = 0,05). maka dis-
punyai respon time cepat <5 menit. Sedang-
impulkan bahwa ada hubungan lama kerja
kan dari 25 responden yang lama kerjanya
dengan respon time petugas kesehatan terha-
lebih dari 60 bulan (lama) sebanyak 16 res-
ponden (45,7%) yang mempunyai respon dap penanganan kasus SKA di IGD RS Mu-
time cepat <5 menit dan sebanyak 9 respon- hammadiyah Palembang.
den (25.7%) yang respon timenya lambat >
5 menit.
Tabel 4.11
Hubungan pelatihan dengan respon time petugas kesehatan di IGD
RS Muhammadiyah Palembang
Respon Time Petugas
kesehatan
Cepat Lambat
No Pelatihan ρ
jika < 5 > 5 me- Jumlah
value
Menit nit
N % n % n %
1. Dasar 14 40 5 14.3 19 54.3
Pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa cepat < 5 menit dan sebanyak 4 respon-
dari 19 responden yang mempunyai pela- den (11.4%) dengan respon time lambat
tihan dasar, sebanyak 14 responden > 5 menit.
(40%) dengan respon time cepat < 5 me- Berdasarkan hasil uji statistik dengan
nit dan sebanyak 5 responden (14.3%) menggunakan Fisher's Exact Test diperoleh
dengan respon time lambat > 5 menit. hasil p value = 1.000 > (α = 0,05). Maka da-
pat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Sedangkan dari 16 responden yang
pelatihan dengan respon time petugas kese-
mempunyai pelatihan lanjut, sebanyak 12 hatan terhadap penanganan kasus SKA di
responden (34,3%) dengan respon time IGD RS Muhammadiyah Palembang.
A. PEMBAHASAN
1. Hubungan Umur dengan Respon Time Petugas Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dike- Menurut Haryanto (2002) umur me-
tahui bahwa dari 29 responden yang be- nunjukan waktu pertumbuhan dan per-
rumur dewasa awal, sebanyak 20 kembangan seorang individu. Umur ber-
(21.5%) responden dengan respon time korelasi dengan pengalaman, pengala-
cepat < 5 menit dan sebanyak 9 respon- man berkorelasi dengan pengetahuan,
den dengan respon time lambat > 5 me- pemahaman dan pandangan terhadap su-
nit, sedangkan dari 6 (4.5%) responden atu penyakit atau kejadian sehingga akan
berumur dewasa akhir semuanya mem- membentuk persepsi dan sikap. Sedang-
punyai respon time cepat < 5 menit. kan menurut Depkes 2011 waktu tanggap
Berdasarkan hasil uji statistik dengan meng- adalah kecepatan penanganan pasien.
gunakan Fisher's Exact Test diperoleh hasil p Semakin dewasa umur petugas keseha-
value = 0,304 > (α = 0,05). Maka dapat disim-
tan semakin banyak pengalaman dan
pulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur
dengan respon time petugas kesehatan terhadap
pengetahuan mengenanai respon time
penanganan kasus SKA di IGD RS Muhamma- kasus kegawatdaruratan.
diyah Palembang. Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Achmad (2012) ten-
Berdasarkan hasil penelitian dapat dike- pengetahuan yang berkaitan dengan ba-
tahui bahwa dari 31 responden yang gaimana melakukan tindakan di IGD.
pengetahuannya baik, sebanyak 26 res- Semakin tinggi tingkat pengetahuan se-
ponden (74,3%) yang respontimenya ce- seorang maka semakin cepat ia berespon
pat <5 menit dan sebanyak 5 responden (respon time) terhadap keadaan atau
(14,3%) yang respon time lambat > 5 kondisi pasien yang datang ke unit gawat
menit. Sedangkan dari 4 responden darurat.
(11,4%) yang berpengetahuan kurang Hasil penelitian ini sejalan dengan
semuanya mempunyai respon time lam- penelitian Hasmoko (2008), tentang ana-
bat > 5 menit. lisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan hasil uji statistik dengan kinerja klinis petugas kesehatan berda-
menggunakan Fisher's Exact Test dipero- sarkan penerapan sistem pengembangan
leh hasil p value = 0,002 < (α = 0,05). manajemen kinerja klinis rumah sakit
maka disimpulkan bahwa ada hubungan menunjukkan bahwa pengetahuan mem-
pengetahuan dengan respon time petugas pengaruhi kinerja klinis petugas keseha-
kesehatan terhadap penanganan kasus tan.
SKA di IGD RS Muhammadiyah Palem- Berdasarkan uraian di atas, peneliti
bang. berasumsi bahwa pengetahuan yang baik
Menurut Fathoni (2013), Pengetahuan yang dimiliki oleh petugas kesehatan ten-
adalah pengetahuan tentang fakta atau tang penyakit SKA mempengaruhi waktu
kumpulan fakta kondisi tanpa pemaha- tanggap (respon time) petugas kesehatan,
man yang luas dalam hal ini seperti ana- dengan pengetahuan yang baik tentang
tomi, fisiologi, patofisiologi, dan penya- penyakit SKA petugas kesehatan mampu
kit umum pada pasien yang berkunjung mengenali secara cepat penderita yang
ke Unit Gawat Darurat. Sedangkan Pen- datang dengan penyakit SKA.
getahuan prosedural adalah semacam
4. Hubungan Lama kerja dengan Respon Time Petugas Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dike- Berdasarkan hasil uji statistik dengan
tahui bahwa dari 10 responden (28,6%) menggunakan Fisher's Exact Test dipero-
yang lama kerjanya kurang dari 60 bulan leh hasil p value = 0,036 < (α = 0,05).
(baru) semuanya mempunyai respontime maka disimpulkan bahwa ada hubungan
cepat <5 menit. Sedangkan dari 25 res- lama kerja dengan respon time petugas
ponden yang lama kerjanya lebih dari 60 kesehatan terhadap penanganan kasus
bulan (lama) sebanyak 16 responden SKA di IGD RS Muhammadiyah Palem-
(45,7%) yang mempunyai respontime bang.
cepat <5 menit dan sebanyak 9 respon- Menurut Sastrohadiwiryo (2002)
den (25.7%) yang respontimenya lambat bahwa semakin lama seseorang bekerja
> 5 menit. semakin banyak kasus yang ditanganinya
sehingga semakin meningkat pengala-
Berdasarkan hasil penelitian dapat dike- lapangan atau rumah sakit, sehingga
tahui bahwa dari 19 responden yang kondisi di unit gawat darurat berbeda
mempunyai pelatihan dasar, sebanyak 14 dengan kondisi pada saat pelatihan.
responden (40%) dengan respon time ce- Hal serupa dikemukakan oleh Maatilu
pat < 5 menit dan sebanyak 5 responden (2014) tidak adanya hubungan yang
(14.3%) dengan respon time lambat > 5 bermakna antara pelatihan perawat dan
menit. Sedangkan dari 16 responden response time perawat pada penanganan
yang mempunyai pelatihan lanjut, seba- pasien gawat darurat. Hal ini bisa terjadi
nyak 12 responden (34,3%) dengan res- dikarenakan kemampuan yang didapat
pon time cepat < 5 menit dan sebanyak 4 perawat dari pelatihan tidak didukung
responden (11.4%) dengan respontime oleh sarana prasarana ataupun lingkun-
lambat > 5 menit. gan yang ada.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Hal ini juga sejalan dengan penelitian
menggunakan Fisher's Exact Test dipero- yang dilakukan oleh Maatilu et al (2014)
leh hasil p value = 1.000 > (α = 0,05). mengenai Analisis Perbedaan Response
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada Time Perawat Terhadap Pelayanan Ga-
hubungan pelatihan dengan respontime wat Darurat Di Unit Gawat Darurat Di
petugas kesehatan terhadap penanganan Rsu Gmim Pancaran Kasih Dan Di Rsu
kasus SKA di IGD RS Muhammadiyah Tk.Iii Robert Wolter Monginsidi Kota
Palembang. Manado menyebutkan bahwa tidak
Menurut Rivai (2006), ada beberapa adanya hubungan antara pelatihan den-
faktor yang perlu dipertimbangkan dan gan respon time petugas kesehatan den-
berperan dalam pelatihan antara lain ke- gan nilai p value 0,255.
tepatan dan kesesuaian fasilitas, sehingga Berdasarkan uraian di atas, peneliti
kondisi dan fasilitas yang ada pada saat berasumsi bahwa tidak adanya pengaruh
pelatihan tidak sesuai dengan kondisi di pelatihan yang telah didapat oleh petugas
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, H., Rottie, J., & Karundeng, M. Tanggap Perawat Pada Penanga-
Y. (2016). Analisis Perbedaan Re- nan Asma Di Instalasi Gawat Da-
sponse Time Perawat Terhadap Pe- rurat RSUD Panembahan Senopati
layanan Gawat Darurat Di Unit Bantul, Jurnal Keperawatan Un-
Gawat Darurat Di RSU GMIM iversitas Respati Yogyakarta
Pancaran Kasih dan di RSU TK. Ardiyani, V. M. (2015). Analisis Peran
III Robert Wolter Monginsidi Kota Perawat Triage Terhadap Waiting
Manado. Jurnal Keperawatan, 4(2). Time Dan Length Of Stay Pada
Achmad, (2012). Faktor-Faktor Yang Ruang Triage Di Instalasi Gawat
Berhubungan Dengan Lama Waktu