Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN HIDUP SEKALIGUS DASAR PENYELENGARAAN PENDIDIKAN

(TAFSIR AL-QUR’AN SURAT AL-BAQARAH/2:1-5)

Tahta Alfina dan Ludfi Firdaus

Pendidikan Agama Islam, Universitas KH. Abdul Wahab Chasbullah

Email : talfina34@gmail.com

Abstrak

Islam mewajibkan umatnya supaya menjadi umat yang terpelajar dan berpendidikan. Diharapkan
orang yang berpendidikan di era global sekarang ini akan semakin meningkat, sedangkan orang
yang tidak berpendidikan akan berkurang sesuai dengan perkembangan zaman sekarang ini. Al-
Qur’an yang diturunkan oleh Allah Swt merupakan petunjuk dan pedoman untuk manusia. Hal
itu karena AI Quran memiliki nilai-nilai pedoman, petunjuk, dan kemuliaan pada zat-Nya yang
kesemua itu harus dipelihara dan dijaga dengan baik. Seseorang tidak boleh melupakan Al-
Qur’an apalagi membelakanginya atau meninggalkannya.Al-Qur’an mengandung beberapa
hakikat seperti kalaamullaah, mukjizat, diturunkan kepada hati nabi, disampaikan secara
mutawatir dan membacanya adalah ibadah.

Kata kunci : Al-Qur’an, Pedoman

Pendahuluan

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan
perantara malaikat Jibril yang tiada tandingannya, dia merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi dan Rasul, diriwayatkan secara
mutawatir, dimulai dari surah al-Fātiḥaḥ dan diakhiri dengan surah al-Nās. Al-Qur‟an yang
merupakan Firman Allah tentulah dapat jaminan pemeliharaan dari Allah atas keotentikan nya.
Al-Qur‟an sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia yang berisi tentang
pengajaran bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain dan memberikan solusi terhadap
permasalahan yang ada dalam masyarakat. Al-Qur‟an mengajarkan kepada manusia untuk
senantiasa selalu menebarkan kebajikan di muka bumi, tujuan utamanya adalah agar manusia
hidup damai berdampingan dan tidak saling berselisih dan bermusuhan.

Berdasarkan fakta diatas, disebutkan bahwa Al-Qur‟an sebagai petunjuk dan pedoman
hidup bagi umat manusia yang berisi tentang pengajaran bagaimana manusia berinteraksi satu
sama lain dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat. Oleh
karena itu, kita perlu rasanya mengkaji Al-qur’an sebagai pedoman hidup sekaligus
penyelenggaraan pendidikan.

Pembahasan

A. Pengertian Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup

Al-Quran berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam. Al-Quran juga


mengandung dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia, hampir dua
pertiga ayat-ayat Al-Quran mengandung motivasi kependidikan bagi umat islam. Al-
Quran sebagai minhajul hayah (pedoman hidup), konsepsi inilah yang pada
akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahayaIslam. Dari
kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dalam firman Allah
‘’Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orangorang
yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian.’’ (Al-Isra' (17): 82).

Al-Qur'an merupakan sumber hukum yang utama dari sumber-sumber hukum


yang ada, karena al-Qur'an merupakan kalam Allah Swt yang telah. diriwayatkan-Nya
kepada Nabi Muhammad Saw bagi seluruh umat manusia.1

1 Syaikh Manna al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2011), cet. 6 h. 167
B. Pengertian Dasar Penyelenggaraan Pendidikan
Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah
memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai sekaligus sebagai landasan untuk
berdirinya sesuatu.2 Ajaran itu bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW,
(sebagai landasan ideal), serta ijtihad. Tiga sumber ini harus digunakan secara hirarkis.
Al-qur’an harus didahulukan. Apabila suatu ajaran atau penjelasan tidak ditemukan di
dalam al-alqur’an maka harus dicari di dalam Sunnah, apabila tidak ditemukan juga
dalam Sunnah, barulah digunakan ijtihad. Sunnah tidak bertentangan dengan al-qur’an
dan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-qur’an dan Sunnah.
Surat al-Baqarah /2: 185 menegaskan bahwa al-Qur’an berfungsi sebagai
petunjuk (al-Huda) dan pembeda antara yang benar dan yang batil (al-Furqan). Secara
historis, kedua fungsi tersebut sudah berlaku sejak masa Rasulullah SAW hingga
kini, yaitu al-Qur’an dijadikan basis kepercayaan, peribadatan, hukum dan
perilaku. Bahkan al-Qur’an ditempatkan sebagai fondasi bagi pendidikan Islam (Untung,
2005: 65). Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal
pertumbuhan Islam menjadikan al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam, di samping al-
Sunnah (Ramayulis, 2002: 122).

C. Dasar Penyelenggaraan Pendidikan


Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya, pendidikan memerlukan acuan
pokok yang mendasarinya. Acuan yang menjadi dasar bagi pendidikan adalah nilai yang
tertinggi dari pandangan hidup suatu masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan.
Dalam menetapkan sumber pendidikan Islam, para pemikir Islam mempunyai beberapa
pendapat. Abdul Fattah Jalal, misalnya, membagi sumber pendidikan Islam kepada dua
macam, yaitu, pertama, sumber Ilahi, yang meliputi al-Qur’an al-Hadîts, dan alam
semesta sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan kembali. Kedua, sumber insaniah,
yaitu lewat proses ijtihad manusia dari fenomena yang muncul dan dari kajian lebih
lanjut terhadap sumber Ilahi yang masih bersifat global.3

2 Ibid.
3 Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali, (Bandung, CV. Dipenegoro, 1988), h. 143-155
Pakar pendidikan Islam lainnya membagi sumber atau dasar nilai yang dijadikan
acuan dalam pendidikan Islam kepada tiga, yaitu al-Quran, al-Hadîts, serta Ijtihad 4 para
ilmuan muslim yang berupaya memformulasi bentuk sistem pendidikan Islam yang
dituntut oleh perkembangan zaman, sedangkan pemecahannya tidak terdapat di dalam
kedua sumber utama di atas. Samsul Nizar membagi dasar pendidikan agama Islam
menjadi tiga sumber, yaitu sebagai berikut:
1. Al-Quran.
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dalam bahasa Arab guna menjalankan jalan hidup yang
membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmatan lil ‘alamin), baik di
dunia maupun di akhirat. Pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa
mengacu pada sumber yang termuat dalam Al Qur’an. Dengan berpegang
pada nilai-nilai tertentu dalam Al Qur’an terutama dalam pelaksanaan
pendidikan Islam umat Islam akan mampu mengarahkan dan mengantarkan
umat manusia menjadi kreatif dan dinamis serta mampu mencapai esensi
nilai-nilai ubudiyah kepada Khaliknya (Tantowi, 2009: 15-16).
2. Sunnah.
Keberadaan Sunnah Nabi tidak lain adalah sebagai penjelas dan penguat
hukum-hukum yang ada didalam Al Qur’an, sekaligus sebagai pedoman bagi
kemaslahatan hidup manusia dalam semua aspeknya. Eksistensinya
merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan dan
penjelasan Nabi dari pesan-pesan illahiyah yang tidak terdapat didalam Al
Qur’an, maupun yang terdapat didalam Al Qur’an tetapi masih memerlukan
penjelasan lebih lanjut secara terperinci (Tantowi, 2009: 17).
3. Ijtihad.
Pentingnya Ijtihad tidak lepas dari kenyataan bahwa pendidikan Islam di
satu sisi dituntut agar senantiasa sesuai dengan dinamika zaman dan IPTEK
yang berkembang dengan cepat. Sementara disisi lain, dituntut agar tetap
mempertahankan kekhasannya sebagai sebuah sistem pendidikan yang
berpijak pada nilai-nilai agama. Ini merupakan masalah yang senantiasa

4 Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 2001), h. 95.
menuntut mujtahid Muslim di bidang pendidikan untuk selalu berijtihad
sehingga teori pendidikan Islam senantiasa relevan dengan tuntutan zaman
dan kemajuan IPTEK (Tantowi, 2009: 21).5

D. Tafsir Surat Al-Baqarah/2:1-5


Dikutip dari kitab Tafsir Al-Muyassar Jilid 1, Penulis Syaikh Bakar Abu Zaid,

1. ‫الم‬
Artinya Alif laam miin
Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat
Al-Quran seperti: alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad dan sebagainya.
Di antara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena
dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya.
Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan
ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik
perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al-Quran itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa Al-Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang
tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Quran
diturunkan dari Allah dan hanya buatan Nabi Muhammad ‫ صلى هللا عليه وسلم‬semata-
mata, maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu. (Tafsir al-Mukhtashar).
Imam al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya: sesungguhnya huruf-huruf yang
ada diawal-awal surat adalah rahasia Allah yang ada dalam al-Qur’an. Dan beliau
juga berkata: sekelompok ulama berkata: kita menyukai untuk berbicara dalam hal
ini, untuk mengeluarkan faidah-faidah yang dikandung dan makna-makna yang ada
didalamnya. Dan mereka berbeda pendapat mengenai masalah ini; sebagian
berpendapat bahwa huruf-huruf ini adalah isyarat yang merujuk pada huruf-huruf
hijaiyyah yang Allah Ta’ala kabarkan kepada orang-orang Arab yang menantang
untuk menandingi al-Qur’an yang tersusun dari huruf-huruf yang merupakan dasar
dari bahasa mereka. Hal ini ditujukan agar menjadi bukti yang lebih jelas akan

5 Nur Hidayat, PERAN DAN TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA GLOBAL, Jurnal eL-Tarbawi, Volume
VIII, No.2, 2015
kelemahan mereka untuk menandingi al-Qur’an padahal al-Qur’an diturunkan
menggunakan bahasa mereka.6

2. َ ِ‫ْب فِي ِه هُدًى لِ ْل ُمتَّق‬


‫ين‬ jُ َ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫اب اَل َري‬ َ ِ‫َذل‬
Artinya : (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.
ُ‫ٰ َذلِكَ ْال ِكتَاب‬ َ ‫ ۛ اَل َري‬tidak ada keraguan
yakni al-Qur’an ini yang tinggi derajatnya ‫ْب ۛ فِي ِه‬
bahwa ia datang Allah Ta’ala َ‫دًى لِ ْل ُمتَّقِين‬j ُ‫( ه‬sebagai hidayah bagi orang-orang yang
bertaqwa). Makna dari (‫ )الهدى‬adalah dalil yang mengantarkan pada tujuan. Pendapat
dari Ibnu Abbas dalam kalimat (‫دى للمتقين‬jj‫)ه‬: yakni orang-orang yang takut pada
hukuman dari Allah karena meninggalkan hidayah yang mereka ketahui dan
mengharapkan rahmat-Nya dengan meyakini apa yang datang dari-Nya. Dari Abu
Hurairah disebutkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepadanya: apa itu taqwa? Dia
pun menjawab: apakah kamu pernah berjalan di jalan yang berduri? Lelaki itu
menjawab: Pernah. Abu Hurairah membalasnya: Lalu apa yang kau lakukan ketika
itu?. Dia menjawab: jika aku melihat duri aku berbelok, memanjangkan langkahku
agar melewatinya, atau memendekkan langkah agar tidak mengenainya. Abu
Hurairah berkata: maka demikianlah takwa. (Zubdatut Tafsir)
Tuhan menamakan Al-Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis,
sebagai isyarat bahwa Al-Quran diperintahkan untuk ditulis. Takwa yaitu memelihara
diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi
segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Tafsir ayat ke dua yaitu Al-quran ini marupakan kitab yang agung yang tidak
diragukan bahwa ia datang dari sisi Allah, maka siapa pun tidak patut meragukannya
karena ia adalah kitab yang jelas. Orang-orang yang bertakwa mengambil manfaat
darinya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Orang-orang yang bertakwa
adalah orang-orang yang takut kepada Allah dan mengikuti hukum-hukum-Nya.7

3. َ ُ‫صاَل ةَ َو ِم َّما َر َز ْقنَاهُ ْم يُ ْنفِق‬


‫ون‬ َّ ‫ون ال‬ ِ ‫ون ِب ْال َغ ْي‬
َ ‫ب َويُقِي ُم‬ َ ‫الَّ ِذ‬
َ ُ‫ين يُْؤ ِمن‬
Artinya : (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
6 Tafsir Al-Muyassar Jilid 1, Penulis Syaikh Bakar Abu Zaid, Penerbit : An-Naba’
7 Ibid
ِ ‫ الَّ ِذينَ يُْؤ ِمنُونَ بِ ْال َغ ْي‬Makna iman secara bahasa adalah meyakini; sedangkan makna ghaib
‫ب‬
adalah semua yang dikabarkan oleh Rasulullah yang tidak bisa dicerna oleh akal
seperti: tanda-tanda kiamat, azab kubur, hari kebangkitan, shirath, mizan, surga, dan
neraka. Disebutkan dalam hadist yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Umar dari
Nabi bahwa beliau bersabda: “iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk. “ َ‫اَل ة‬j ‫الص‬
َّ َ‫ون‬jj‫ َويُقِي ُم‬Iqamah ash-sholah
adalah mengerjakannya dengan memenuhi segala rukun-rukunnya, sunnah-
sunnahnya, dan hai’ah-hai’ahnya dalam waktu yang telah ditetapkan. Menurut Ibnu
Abbas dalam kalimat (‫ )ويقيمون الصالة‬yakni sholat wajib lima waktu. َ‫َو ِم َّما َر َز ْقنَاهُ ْم يُ ْنفِقُون‬
Menurut Ibnu Ibnu abbas kata infaq disini ialah zakat yang dikeluarkan dari harta
mereka; sedangkan menurut Ibnu Jarir maksud dari infaq adalah infaq dalam arti luas
yang mencakup zakat dan sedekah tanpa membedakan infaq untuk kerabat atau yang
lainnya, yang wajib maupun yang sunnah, dan inilah pendapat yang benar. (Zubdatut
Tafsir)
Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan
penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki
oleh iman itu Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya
kepada yang ghjaib yaitu, meng-itikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak
dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada
adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya. Shalat
menurut bahasa Arab: doa. Menurut istilah syara ialah ibadat yang sudah dikenal,
yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk
membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah
menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan
adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu, memperhatikan apa
yang dibaca dan sebagainya. Rezki: segala yang dapat diambil manfa’atnya.
Menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah
direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari’atkan oleh agama
memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak
yatim dan lain-lain.
Tafsir ayat ke 3 yaitu Orang-orang yang bertqwa adalah orang-orang yang
membenarkan perkara ghaib, yaitu perkara di mana akal dan indera mereka saja tidak
akan mampu mengatahui nya, karena ia hanya bisa di ketahui melalui wahyu Allah
Taala kepada para rasul-Nya, seperti iman kepada para Malaikat, Surga, Neraka dan
perkara-perkara lain nya yang telah di kabarkan oleh Allah dan di kabarkan pula oleh
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Iman adalah kata general (menyeluruh)
untuk menetapkan bagi keyakinan kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-
Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Takdir yang baik dan buruk .8

4. َ ِ‫ْك َو َما ُأ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبل‬


َ ُ‫ك َوبِاَآْل ِخ َر ِة هُ ْم يُوقِن‬
‫ون‬ َ ‫ون بِ َما ُأ ْن ِز َل ِإلَي‬ َ ‫َوالَّ ِذ‬
َ ُ‫ين يُْؤ ِمن‬
Artinya : Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin
akan adanya (kehidupan) akhirat .
َ ِ‫ك َو َما ُأ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبل‬
‫ك‬ َ ‫َ والَّ ِذينَ يُْؤ ِمنُونَ بِ َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي‬
َ Yakni orang-orang yang mempercayai apa yang
kau bawa dari Allah Ta’ala dan apa yang dibawa oleh Rasul-Rasul sebelummu tanpa
membeda-bedakan mereka dan tidak mengingkari mereka. Bukan orang-orang yang
mempercayai apa yang dibawa oleh Rasul-Rasul sebelummu kemudian mengingkari
apa yang kau bawa dari Allah Ta’ala. ‫ َوبِاآْل ِخ َر ِة هُ ْم يُوقِنُون‬Yakni mereka meyakini hari
kebangkitan, hari mereka dikumpulkan di Mahsyar, dan semua hal yang berhubungan
dengan akhirat seperti hari kiamat, surga, neraka, hisab, dan mizan tanpa keraguan
sedikitpun. (Zubdatut Tafsir)
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Nabi Muhammad Salallahu alaihi
wassalam, ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Quran seperti: Taurat,
Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al-Quran yang diturunkan
kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan
wahyu kepada Jibril aalaihissalam, lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul. Yakin
ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat
lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan
adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah
dunia berakhir.

8 Ibid.
Tafsir ayat ke 4 yaitu Orang-orang yang bertaqwa beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu wahai Rasul, yaitu Al-Quran, dan apa yang diturunkan
kepadamu berupa hikmah, yaitu sunnah. Mereka juga beriman kepada kitab-kitab
yang diturunkan kepada para Rasul sebelummu, seperti Taurat, Injil dan lainnya.
Mereka juga membenarkan alam kehidupan setelah kematian termasuk apa yang ada
disana, berupa hisab dan balasan amal perbuatan, mereka membenarkan dengan hati
mereka dengan pembenaran yang terlihat dari lisan dan perbuatan mereka. Di sisni
iman pada Hari Akhir disebut secara khusus karena iman kepadanya termasuk
pendorong terkuat untuk melakukan kebaikan-kebaikan, menjauhi larangan-larangan
dan mendorong seseorang untuk melakukan muhasabah (introspeksi) terhadap
dirinya.9

5. َ ‫ك َعلَى هُدًى ِم ْن َربِّ ِه ْم َوُأولَِئ‬


َ ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِح‬
‫ُون‬ َ ‫ُأولَِئ‬
Artinya : Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung.
َ ‫ ۖ ُأو ٰلَِئ‬Yakni Mereka yang pada diri mereka ketakwaan, iman kepada
‫ك َعلَ ٰى هُدًى ِم ْن َربِّ ِه ْم‬
hal-hal yang ghaib, dan ketaatan dalam menjalankan kewajiban-kewajiban maka
َ ‫ َوُأو ٰلَِئ‬Yakni mereka adalah
mereka berada diatas cahaya dari Rabb mereka. َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
orang-orang yang berhasil mendapatkan apa yang mereka harapkan dari Allah Ta’ala
dengan amalan-amalan dan iman mereka kepada Allah Ta’ala, kitab-kitabNya dan
rasul-rasul-Nya. (Zubdatut Tafsir)
Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah
sesudah mengusahakannya.
Tafsir ayat ke 5 yaitu Orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut berjalan di
atas cahaya dari Rabb mereka dan meraih taufik dari pencipta dan pemberi hidayah
mereka.mereka adalah orang-orang yang beruntung yang meraih apa yang mereka
cari dan selamat dari keburukan di mana mereka lari dari nya .

E. Isi Kandungan Tafsir Al-Baqarah/2:1-5


Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, menurut suatu pendapat, alif lām mīm
pada permulaan surat tersebut merupakan salah satu nama Allah SWT. Asy Sya'bi
9 Ibid
mengatakan fawatihus suwar adalah asma-asma Allah. Hal yang sama dikatakan pula
oleh Salim ibnu Abdullah dan Ismail ibnu Abdur Rahman As-Saddiyyul Kabir. Syu'bah
mengatakan dari As-Saddi, telah sampai kepadanya suatu berita bahwa Ibnu Abbas
mengatakan, "Alif lam mim merupakan salah satu asma Allah Yang Teragung."
Demikian pula yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim melalui hadis Syu'bah.
Pada ayat 2, Kemenag menafsirkan bahwa ayat tersebut menerangkan tentang
keberadaan Al Quran yang tidak dapat diragukan lagi. Al Quran merupakan wahyu Allah
SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Jibril. Al Quran
merupakan bimbingan bagi orang yang bertakwa. Mereka adalah orang yang memelihara
dan menjaga perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Di antara
orang yang bertakwa sebagaimana tersebut pada ayat-ayat berikutnya, antara lain sebagai
berikut:
1. Beriman kepada yang ghaib, termasuk di dalamnya beriman kepada Allah
SWT dengan sesungguhnya.
2. Melaksanakan sholat.
3. Menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang
yang membutuhkan.
4. Beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, yaitu Taurat, Zabur,
Injil dan sahifah-sahifah (suhuf) yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum
Nabi Muhammad SAW.
5. Beriman kepada hari kiamat.
Daftar Pustaka
https://tafsirweb.com/37561-surat-al-baqarah-ayat-1-5.html. Hari sabtu pukul 11.19
Tafsir Al-Muyassar Jilid 1, Penulis Syaikh Bakar Abu Zaid, Penerbit : An-Naba’
Nur Hidayat, PERAN DAN TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA GLOBAL,
Jurnal eL-Tarbawi, Volume VIII, No.2, 2015
Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 2001),
h. 95.
Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali, (Bandung, CV.
Dipenegoro, 1988), h. 143-155
Syaikh Manna al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2011),
cet. 6 h. 167

Anda mungkin juga menyukai