Anda di halaman 1dari 43

JOBSHEET PRAKTIKUM DASAR II

Laboratorium Elektronika

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PERCOBAAN I

KARAKTERISTIK SINYAL AC

Tujuan :
 Mengetahui bentuk sinyal sinusoida, persegi ataupun segitiga
 Memahami karakteristik sinyal sinusoida, persegi ataupun segitiga
 Mengetahui perbedaan tegangan puncak (Vmaks), tegangan rata-rata, dan tegangan
efektif (Vrms)

 Function Generator
 Osciloscope
 AVO meter

Dasar Teori :
Arus listrik searah atau biasa disebut DC (Direct Current) adalah sebuah bentuk
arus atau tegangan yang mengalir pada rangkaian listrik dalam satu arah saja. Pada
umumnya, baik arus maupun tegangan listrik DC dihasilkan oleh pembangkit
daya, baterai, dinamo, dan sel surya. Tegangan atau arus listrik DC memiliki
besaran nilai (amplitudo) yang tetap dan arah mengalirnya arus yang telah
ditentukan. Sebagai contoh, +12V menyatakan 12 volt pada arah positif, atau -5V
menyatakan 5 volt pada arah negatif.
Telah kita ketahui bahwa power supply DC tidak mengubah nilainya berdasarkan
waktu, listrik DC menyatakan arus yang mengalir pada nilai konstan secara terus-
menerus pada arah yang tetap. Dengan kata lain, listrik DC selalu mempertahankan
nilai yang tetap dan aliran listrik yang satu arah. Listrik DC tidak pernah berubah atau
arahnya menjadi negatif kecuali apabila dihubungkan terbalik secara fisik. Contoh
rangkaian DC sederhana dapat digambarkan seperti ilustrasi di bawah.

Rangkaian dan Bentuk Gelombang DC


Di sisi lain, fungsi bolak-balik atau gelombang AC didefinisikan sebagai
gelombang yang bervariasi dalam hal baik besarnya daya dan arah arus dengan
cara yang kurang lebih berdasarkan waktu. Hal tersebut menjadikan AC sebagai
gelombang “Bi-directional” atau dua arah. Fungsi gelombang AC dapat digunakan
pada catu daya maupun sumber sinyal dalam bentuk gelombang AC yang pada
umumnya mengikuti bentuk sinusoidal pada persamaan matematika yang
ditentukan sebagai:A= Amax x sin(2πƒt)
Istilah AC (Alternative Current), pada umumnya mengacu kepada gelombang yang
berubah terhadap waktu dengan bentuk yang umumnya menyerupai sinusoidal
yang lebih dikenal sebagai gelombang sinusoidal (sinus). Gelombang sinus adalah
bentuk gelombang listrik AC yang paling sering digunakan dalam elektronika.
Bentuk gelombang sinus terbentuk dengan menggambarkan nilai-nilai ordinat
sesaat tegangan atau arus terhadap waktu. Gelombang AC mengubah polarisasi
secara konstan pada setiap setengah lingkaran menyeberangi garis normal di antara
nilai maximum positif dan nilai maximum negatif terhadap waktu.
Dengan kata lain gelombang listrik AC adalah sinyal yang bergantung pada waktu,
jenis gelombang seperti ini secara umum disebut sebagai gelombang periodik.
Gelombang periodik atau listrik AC adalah hasil dari perputaran generator
elektrik. Secara umum, bentuk dari gelombang periodik apapun dapat dibuat
menggunakan sebuah frekuensi sebagai dasar dan menggambungkannya dengan
sinyal harmoni dari berbagai macam frekuensi dan amplitudo.
Tegangan dan arus bolak-balik tidak dapat disimpan dalam baterai atau sel seperti
arus searah, karena listrik AC lebih mudah dan murah dibangkitkan (dibuat)
menggunakan alternator (pembalik) dan generator (penghasil) gelombang jika
diperlukan. Bentuk dan jenis gelombang listrik AC bergantung pada generator atau
perangkat yang digunakan, tetapi semua gelombang listrik AC terdiri dari sebuah
garis nol volt yang membagi gelombang ke dalam dua bagian yang simetris. Ciri
utama gelombang listrik AC dinyatakan sebagai berikut :
Karakteristik Gelombang AC
 Periode (T) adalah lamanya waktu dalam detik yang dibutuhkan gelombang
untuk mengulang (pembentukan satu gelombang, satu bukit dan satu
lembah) dari awal hingga akhir. Pada gelombang kotak, periode disebut
juga sebagai Lebar Pulsa.
 Frekuensi (f) adalah besaran yang menyatakan berapa kali gelombang
berulang selama satu detik. Dengan kata lain banyaknya gelombang yang
terbentuk dalam satu detik. Frekuensi adalah kebalikan dari periode
waktu, (f = 1/T) dengan besaran standar Hertz (Hz).
 Amplitudo adalah nilai besaran atau intensitas gelombang sinyal yang
diukur dalam satuan volt atau ampere.
Gelombang secara mendasar merupakan gambaran visual dari perubahan tegangan
atau arus yang disesuaikan terhadap waktu. Secara umum, garis tengah horizontal
menyatakan kondisi “nol” baik pada tegangan maupun arus. Bagian di atas axis
(sumbu x) menyatakan tegangan atau arus yang mengalir pada suatu arah. Dan
bagian di bawah axis menyatakan tegangan atau arus yang mengalir pada arah
kebalikannya. Pada umumnya untuk gelombang sinusoidal yang ideal bentuk
bagian atas dan bawahnya equivalen (sama). Akan tetapi pada sebagian besar
sinyal listrik non-AC termasuk gelombang audio hal ini tidak selalu terjadi.
Bentuk sinyal gelombang yang paling sering digunakan dalam ilmu listrik dan
elektronika adalah gelombang sinusoidal. Meskipun begitu, gelombang AC tidak
selalu memiliki bentuk yang halus seperti fungsi sinus dan cosinus pada
matematika. Gelombang AC juga bisa berbentuk Gelombang Kompleks,
Gelombang Persegi, dan Gelombang Segitiga seperti pada gambar di bawah ini.

Jenis-Jenis Gelombang Periodik


Waktu yang diperlukan gelombang AC untuk menyelesaikan sebuah gelombang (satu
bukit dan satu lembah) dari setengah lingkaran positif dan setengah lingkaran
negatif. Waktu yang dibutuhkan bagi gelombang untuk menyelesaikan satu
lingkaran disebut Waktu Periode, disimbolkan sebagai T. Jumlah lingkaran yang
terbentuk dalam satu detik (putaran/detik) disebut frekuensi, disimbolkan f.
Frekuensi diukur dalam satuan Hertz (Hz), yang berasal dari nama seorang ahli
fisika JermanHeinrich Hertz.
Hubungan Antara Frekuensi dan Periode Waktu

atau
Langkah Kerja
 Hubungkan Function Generator (G), Osciloscope dan AVO meter seperti gambar
berikut :
 Aturlah frekuensi, offset dan amplitudo yang dihasilkan oleh function generator
(lihat tabel pengujian)
 Amati dan gambarlahlah sinyal yang ditampilkan oleh osciloscope
 Aturlah AVO meter pada posisi Voltmeter AC, kemudian ukur dan catatlah
tegangan keluaran dari function generator.
 Hitung tegangan rata-rata dan tegangan RMS pada masing-masing sinyal.
 Analisa hasil percobaan dengan membandingkan antara pengukuran AVO dengan
perhitungan tegangan rata-rata dan tegangan RMS

Data Hasil Percobaan :

Gambar sinyal pada Osciloscope untuk masing-masing pengukuran dan isilah tabel
pengukuran di bawah:

Tabel Hasil Pengukuran

No Bentuk Frek (f) VOffset Vmaks VAC (AVO VAC (AVO Vrata-rata V rms
analog) digital)
Sinyal
1 Sinusoida 50 Hz 0V 2V
2 Sinusoida 100Hz 0V 2V
3 Sinusoida 50 Hz 1V 2V
4 Sinusoida 100 Hz 1V 2V
5 Segitiga 50 Hz 0V 2V
6 Segitiga 100 Hz 0V 2V
7 Segitiga 50 Hz 1V 2V
8 Segitiga 100 Hz 1V 2V
9 Persegi 50 Hz 0V 2V
10 Persegi 100 Hz 0V 2V
11 Persegi 50 Hz 1V 2V
12 Persegi 100 Hz 1V 2V

PERCOBAAN II
PENGUKURAN BEDA FASA
Tujuan :
Mengetahui cara mengukur beda fasa dari dua sinyal.

Alat yang digunakan :


 1 buah Function Generator
 Osciloscope
 AVO meter

Dasar Teori :
Buat laporan pendahuluan dengan menulis kembali jobsheet dikertas HVS ukuran folio
dengan tinta biru. Untuk Dasar teori carilah di buku referensi tentang: - Metode pengukuran
beda fasa dua sinyal.

Langkah Kerja
Percobaan 1 (Tegangan VR1 dan VR2 sebesar 1 volt)
 Rangkai seperti gambar di bawah:

OSCILOSCOP
VR1
+ 1 kΩ
G _
R ch A ch B
C 330 Ω
10 µF

 Atur function generator G pada frekuensi 50 Hz, amplitudonya 5 V.


 Aturlah tampilan osciloscope pada posisi Y/T (amplitudo sebagai fungsi waktu)
 Atur tegangan pada VR1 dan VR2 sama dengan 1 volt dengan memutar potensio VR1
dan VR2.
 Amati dan gambarlah sinyal yang ditampilkan pada osciloscope
 Hitunglah beda fasa dari kedua sinyal dengan cara berikut:
0
θ = (t1*360 )/T
o
dimana: θ = beda fasa (dalam )
t1 = selisih waktu antara dua buah sinyal
← = periode sinyal
 Aturlah tampilan osciloscope pada posisi A/B (sinyal 1 sebagai fungsi dari sinyal 2)
 Amati dan gambarlahlah sinyal yang ditampilkan oleh osciloscope pada kertas
milimeter.
 Hitunglah beda fasa dari kedua sinyal dengan metode lissayous seperti berikut ini:

-1
 = sin (Y0/Ymaks)

Percobaan 2 (Tegangan VR1 dan VR2 sebesar 2 volt)


 Ulangi percobaan dari awal dengan merubah tegangan VR1 dan VR2 sebesar 2 volt
dengan mengatur potensio VR1 dan VR2

Percobaan 3 (Tegangan VR1 dan VR2 sebesar 3 volt)


 Ulangi percobaan sekali lagi dari awal dengan merubah tegangan VR1 dan VR2
sebesar 3 volt dengan mengatur potensio VR1 dan VR2.

Data Hasil Percobaan :

Tabel Percobaan 1 (Tegangan VR1 dan VR2 sebesar 1 volt)

Tabel (menggunakan t1 dan T) (Metode lissayous)


T1 = ................... Y0 = ..............................
T = ....................... Ymaks = ...........................

0 -1
Θ = (t1*360 )/T θ = sin (Y0/Ymaks)
Θ = .................... θ = .........................

Tabel Percobaan 2 (Tegangan VR1 dan VR2 sebesar 2 volt)

(menggunakan t1 dan T) (Metode lissayous)


T1 = ................... Y0 = ..............................
T = ....................... Ymaks = ...........................

0 -1
Θ = (t1*360 )/T θ = sin (Y0/Ymaks)
Θ = .................... θ = .........................

Tabel Percobaan 3 (Tegangan VR1 dan VR2 sebesar 3 volt)

(menggunakan t1 dan T) (Metode lissayous)


T1 = ................... Y0 = ..............................
T = ....................... Ymaks = ...........................

0 -1
Θ = (t1*360 )/T θ = sin (Y0/Ymaks)
Θ = .................... θ = .........................
PERCOBAAN III
BEBAN RLC PADA RANGKAIAN AC

Tujuan :
Mengetahui perilaku tegangan pada resistor, induktor, dan kapasitor pada rangkaian AC.

Alat dan bahan :


 Function Generator
 Osciloscope
 AVO meter
 Resistor
 Kapasitor
 Induktor

Dasar Teori :
Buat laporan pendahuluan dengan menulis kembali jobsheet dikertas HVS ukuran folio
dengan tinta biru. Untuk Dasar teori carilah di buku referensi tentang:
 Resistor, Kapasitor, Induktor pada rangkaian AC.

Langkah percobaan :
A. Beban Resistor
1. Buat rangkaian seperti gambar di bawah: OSCILOSCOP

ch A ch B

R2=33Ω

G _
+ R1=5Ω

Gb A1 pengukuran VG dan VR1

 Atur generator V=5 volt, f=50 Hz


 Ukur tegangan VG dan VR1 seperti tampak pada gb. A1 kemudian gambarlah pada
satu kertas grafik dan isilah tabel A1 di bawah. OSCILOSCOP

ch A ch B
R1=5Ω

G _
+ R2=33 Ω

Gb A2 pengukuran VG dan VR2


 Baliklah posisi R1 dan R2 seperti tampak pada gb. A2, ukurlah tegangan VG dan
VR2 kemudian gambarlah sinyal tegangan pada satu kertas grafik dan isilah tabel
A2 di bawah.
 Buat laporan dan gambar diagram phasor untuk menunjukan bahwa V G = VR1 + VR2

B. Beban Kapasitor
1. Buat rangkaian seperti pada gambar di bawah:
OSCILOSCOP

ch A ch B

C=100 µF

G _
+ R=5 Ω

Gb. B1 Pengukuran VG dan VR

 Atur generator V=5 volt, f=50 Hz


 Ukur tegangan VG dan VR seperti tampak pada gb B1 kemudian gambarlah pada satu
kertas grafik dan isilah tabel B1.
OSCILOSCOP

ch A ch B

R=5Ω

+ C=100µF
G _

Gb. B2 Pengukuran VG dan VC

 Baliklah posisi R dan C seperti tampak pada gb. B2 ukurlah tegangan VG dan VC
kemudian gambarlah sinyal tegangan pada satu kertas grafik dan isilah tabel B2
di bawah.
 Buat laporan dan gambar diagram phasor untuk menunjukan bahwa V G = VR + VC
C. Beban Induktor
OSCILOSCOP
1. Buat rangkaian seperti pada gambar di bawah:

ch A ch B

L= 30 mH

G _
+ R=5Ω

Gb. C1 Pengukuran VG dan VR

 Atur generator V=5 volt, f=50 Hz


 Ukur tegangan VG dan VR seperti tampak pada gb. C1 kemudian gambar sinyal
pada satu kertas grafik dan isilah tabel C1 di bawah.
OSCILOSCOP

ch A ch B

R=5Ω

G
_
+ L = 30 mH

Gb. C2 Pengukuran VG dan VL

8. Baliklah posisi R dan L seperti tampak pada gb C2, ukurlah tegangan VG dan VL
kemudian gambarlah sinyal tegangan pada satu kertas grafik dan isilah tabel C2
di bawah.
9. Buat laporan dan gambar diagram phasor untuk menunjukan bahwa V G = VR + VL
Data Percobaan :
Data Percobaan A
Tabel A1
VG(puncak) VR1(puncak) Beda fasa antara VG dan VR1

Tabel A2
VG(puncak) VR2(puncak) Beda fasa antara VG dan VR2

Data Percobaan B
Tabel B1
VG(puncak) VR(puncak) Beda fasa antara VG dan VR

Tabel B2
VG(puncak) VC(puncak) Beda fasa antara VG dan VC

Data Percobaan C
Tabel C1
VG(puncak) VR(puncak) Beda fasa antara VG dan VR

Tabel C2
VG(puncak)
VL(puncak)
PERCOBAAN IV
SERI PARALEL RANGKAIAN RLC

Tujuan :
Mengetahui prilaku tegangan pada rangkaian RLC

Alat dan bahan :


 Function Generator
 Osciloscope
 AVO meter
 Resistor
 Kapasitor
 Induktor

Dasar Teori :
Buat laporan pendahuluan dengan menulis kembali jobsheet dikertas HVS ukuran folio
dengan tinta biru. Untuk Dasar teori carilah di buku referensi tentang:
 RLC seri paralel pada rangkaian AC.

Langkah percobaan :
OSCILOSCOP

A. RANGKAIAN SERI

ch A ch B

C=100µF L2=10 mH

+
G _

R2=5Ω

Gb A1 Pengukuran VG dan VR

 Buat rangkaian seperti pada gambar A1.


 Atur generator Vg =5 volt, f=50 Hz
 Ukur tegangan VG pada chanel A dan VR pada chanel B.
 Gambar VG dan VR pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel A1 (VG
o
sebagai referensi jadi dianggap fasa VG adalah 0 )!
OSCILOSCOP

ch A ch B

C=100µF R2=5Ω

+
G _

L=10 mH

Gb A2 Pengukuran VG dan VL
 Rubahlah rangkaian gb A1 seperti pada gb A2 (untuk mengukur VG dan VL secara
bersama grounding Generator dan Induktor harus pada posisi sama).
 Ukur tegangan VG pada chanel A dan VL pada chanel B.
 Gambar VG dan VL pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel A2 !
OSCILOSCOP

ch A ch B

R2= 5 Ω L = 10 mH

+
G _

C= 100 µF

Gb A3 Pengukuran VG dan VC

 Rubahlah rangkaian gb A2 seperti pada gb A3 (untuk mengukur VG dan VC


secara bersama grounding Generator dan kapasitor harus pada posisi sama).
 Ukur tegangan VG pada chanel A dan VC pada chanel B.
 Gambar VG dan VC pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel A3 !
 Dari data didapatkan VG, VR, VL, dan VC . Representasikan tegangan-tegangan tersebut
dalam bentuk persamaan sinusoida, Rectangular, dan dalam bentuk Polar. Gambarkan juga
diagram phasor dari keempat tegangan tersebut. Cek diagram phasor apakah sudah
memenuhi hukum kirchoff VG = VR + VL + VC. Bandingkan dengan hasil perhitungan.
B. RANGKAIAN PARALEL

 Buat rangkaian seperti pada gambar B1.


 Atur generator VG =5 volt, f=50 Hz dan Rs = R1 = R2 = R3 = 5 Ω
 Ukur tegangan VR1 pada chanel A dan VR2 pada chanel B.
 Gambar VR1 dan VR2 pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel B1. (VR1 sebagai
0
referensi sefasa dengan VG dimana sudut fasanya 0 )

OSCILOSCOP

ch A ch B

IT

R4=33Ω L = 10 mH C= 100 µF

+ I3
G _

I1 I2

R1=5 Ω R2=5Ω R3=5Ω

+ RS=5Ω
-
Gb B1 Pengukuran VR1 dan VR2
 Rubah probe B pada posisi seperti gb B2.
 Ukur tegangan VR1 pada chanel A dan VR3 pada chanel B.
 Gambar VR1 dan VR3 pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel B2. (VR1 sebagai
0
referensi sefasa dengan VG dimana sudut fasanya 0 )
OSCILOSC

ch ch

IT

R=33Ω L=10 C= 100 µF


mH
+
I1 I2 I3
G _

R1 R2 R3

+ RS

Gb B2 Pengukuran VR1 dan


10. Rubah probe B pada posisi seperti gb B3.
11. Ukur tegangan VR1 pada chanel A dan VRS pada chanel B.
12. Gambar VR1 dan VRS pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel B3. (VR1
0
sebagai referensi sefasa dengan VG dimana sudut fasanya 0 )

OSCILOSCOP

ch A ch B

IT

R=33Ω L = 10 mH C= 100 µF

+
G _

I1 I2 I3

R1 R2 R3

+ RS -
Ground

Gb B3 Pengukuran VR1 dan VRS

11. Dari data didapatkan VR1, VR2, VR3, dan VRS . Representasikan tegangan-tegangan
tersebut dalam bentuk persamaan sinusoida, Rectangular, dan dalam bentuk Polar. Karena
I1, I2 , I3 dan IT tidak dapat diukur dengan asciloscope hitung arus-arus tersebut dengan
rumus :
I1= VR1 / R1
I2=VR2/R2 I3 =
VR3/ R3 IT=-
VRS/RS
12. Representasikan I1, I2 , I3 dan IT dalam bentuk sinusoida, rectangular, dan dalam bentuk
polar. Gambar diagram phasor arus-arus tersebut dan cek apakah diagram phasor sudah
sesuai dengan hukum kirchoff IT = I1 + I2 + I3. Bandingkan dengan perhitungan anda.

Data Percobaan:

PERCOBAAN A (Rangkaian Seri):

Tabel A1
Beda fasa VG
VG (puncak) VR (puncak) VG (polar) VR (polar)
dan VR
0 o ..............<
.................volt .................. volt ................. ...............< 0 0
....... .
Tabel A2
Beda fasa VG
VG (puncak) VL (puncak) VG (polar) VL (polar)
dan VL
0 o
............... volt ............... volt .................. ...............< 0 ..............< .........

Tabel A3
Beda fasa VG
VG (puncak) VC (puncak) VG (polar) VC (polar)
dan VC
0 o
............... volt ............... volt .................. ...............< 0 ..............< .........

PERCOBAAN B (Rangkaian Paralel):

Tabel B1
Beda fasa VR1
VR1 (puncak) VR2 (puncak) VR1 (polar) VR2 (polar)
dan VR2
0 o
............... volt ............... volt .................. ...............< 0 ..............< .........

Tabel B2
Beda fasa VR1
VR1 (puncak) VR3 (puncak) VR1 (polar) VR3 (polar)
dan VR3
0 o
............... volt ............... volt .................. ...............< 0 ..............< .........

Tabel B3
Beda fasa VR1
VR1 (puncak) VRS (puncak) VR1 (polar) VRS (polar)
dan VRS
0 o
............... volt ............... volt .................. ...............< 0 ..............< .........

PERCOBAAN V
DIODA CLIPPER DAN CLAMPER

 TUJUAN
← Mahasiswa dapat menguji karakteristik dioda clipper dan clamper
← Mahasiswa dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i dioda
← Mahasiswa dapat menguji rangkaian clipper dan clamper

 Teori rangkaian clipper dan clamper

Rangkaian clipper

Rangkaian clipper adalah rangkaian pembentuk gelombang (wave-shaping) yang


berfungsi memotong bentuk gelombang pada level dc tertentu. Ada beberapa konfigurasi
dari rangkaian clipper, yaitu rangkaian clipper positif, clipper negative, clipper dengan
bias tegangan positif dan clipper dengan bias tegangan negative.

Rangkaian Clipper Positif

Rangkaian clipper positif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc


positif dari suatu bentuk gelombang, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.1.
Ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang positif, maka
dioda dibias forward, sehingga arus mengalir pada diode, sehingga tegangan
output adalah sebesar 0,7 Volt, yaitu merupakan tegangan barier dari diode.

Gambar 1 : Rangkaian Clipper Positif

Rangkaian Clipper Negatif


Rangkaian clipper negatif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc
negatif dari suatu bentuk gelombang, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.2.
Ketika tegangan input sinusoida (Vin) setengah gelombang negatif, maka
dioda dibias reverse, sehingga arus mengalir ke beban, sehingga tegangan output
adalah sebesar tegangan input.
Gambar 2 : Rangkaian Clipper Negatif
Rangkaian Clipper dengan Bias Positif

Rangkaian clipper bias positif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc
positif pada level tertentu sesuai dengan tegangan bias positif yang diberikan,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.3. Ketika tegangan input sinusoida (V in)
setengah gelombang positif, maka dioda akan dibias forward
jika Vin = VBIAS + 0,7 Volt.

Gambar 3 : Rangkaian Clipper dengan Bias Positif

Rangkaian Clipper dengan Bias Negatif

Rangkaian clipper bias negatif adalah rangkaian clipper yang memotong level dc
negatif pada level tertentu sesuai dengan tegangan bias negatif yang diberikan,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.4. Ketika tegangan input sinusoida (V in)
setengah gelombang negative, maka dioda akan dibias reverse
jika Vin = -VBIAS - 0,7 Volt.
Gambar 4 : Rangkaian Clipper dengan Bias Positif

C. ALAT/ BAHAN
Percobaan ini membutuhkan alat/bahan sebagai berikut,
No Nama Jumlah
1. Diode 1N4001 4
2. Resistor 5kohm 2
3. Osilioskop 2
4. DC Power Supply 1
5. Signal generator 1
6. projectboard 1
7. Potensiometer 1
8. Kapasitor 33μF 1
 Kabel jumper

Prosedur Percobaan :

a) Clipper forward bias b) clipper reserve bias

Gambar 5 : Rangkaian Percobaan Clipper

 Dengan menggunakan projectboard, rangkaikan clipper positif seperti pada gambar


5.A
 Sebelum Signal generator dinyalakan, set-lah channel 1 dan 2 dari Oscilloscope pada
skala 1 Volt / division, dc coupling dan time base = 2 ms / division.
 Sebelum Signal generator dinyalakan, nyalakan terlebih dahulu oscilloscope set-lah
posisi garis sinyal channel 1 dan 2 pada level yang sama yaitu zero volts.
 Nyalakan signal generator dan aturlah amplitudo sinyal sebesar 6 V peak-to-peak,
pada frekuensi 200 Hz.
 Dari display oscilloscope, gambarkan tegangan input dan output (input CH1 dan
output CH2) pada kertas grafik/millimeter.
 Matikan signal generator dan oscilloscope, kemudian balikkan polaritas dari diode
sehingga menjadi rangkaian clipper negative seperti yang ditunjukkan pada gambar
5 B.
 Nyalakan kembali oscilloscope dan signal generator kemudian aturlah amplitudo
sinyal tetap sebesar 6 V peak-to-peak, pada frekuensi 200 Hz.
 Dari display oscilloscope, gambarkan tegangan input dan output (input CH1 dan
output CH2) pada kertas grafik/millimeter.
← Matikan signal generator dan oscilloscope,

RANGKAIAN CLAMPER

Gambar 6 : Rangkaian Percobaan Clamper

← Amati dengan menggunakan Osiloskop sinyal output yang diperoleh dan


gambarkan bentuk sinyalnya.
← Berilah analisis terhadap hasil yang anda peroleh.

 Tugas
← Gambarlah Grafik display oscilloscop pada kertas grafik
← Lakukan analisa secara teori terhadap percobaan yang telah dilakukan. Kemudian
bandingkan hasilnya dengan hasil percobaan.
← Buatlah kesimpulan dari hasil analisa yang saudara lakukan.

 Pertanyaan Pengembangan
Simulasikan dengan salah satu program simulasi masing-masing rangkaian percobaan s
PERCOBAAN VI
TRANSISTOR

 Tujuan:
 Mahasiswa dapat membuat kurva karakterteristik luar Ic = f(VCE) berdasarkan data percobaan
 Mahasiswa dapat menggambarkan garis beban pada karakteristik luar transistor
 Mahasiswa dapat membuat rangkaian transistor sebagai penguat kelas A
 Mahasiswa dapat menentukan penguatan tegangan pada penguat kelas A
 Mahasiswa dapat menggambar kurva sinyal input dan sinyal output rangkaian penguat kelas A
berdasarkan data percobaan

 Kajian Teori
dirangkum dari Ch17 Transistor and Aplications
siapkan juga datasheet transistor BC107/BC108

 Rangkaian Percobaan
 Rangkaian percobaan karaktersitik transistor : gambar 17.9 R C =
100 /0,5Watt
RB = 1 k
VCC = 0 – 12 Volt
VBB = 0 – 12 Volt
Transistor BC108 atau BC 107
 Rangkaian percobaan penguat kelas A : gambar 17.15 V CC =
12 Volt
DC = 125

4. Alat dan Bahan


1. Osciloscop 1 buah
2. Multimeter 2 buah
3. Function Generator 1 buah
4. Transistor BC107 atau BC108
5. Resistor (sesuai dengan gambar)
6. Kapasitor (sesuai dengan gambar)
7. Project Board 1 buah
8. Power supply 2 buah
E. Langkah percobaan 1: Karakteristik Transistor
1. Buat rangkaian seperti gambar 17.9, VCC dan VBB posisi Off
2. Pasang Amper meter pada basis dan colektor
3. Pasang Voltmeter pada Kolektor-emitor
4. Atur VBB supaya Ib = 100 uA, Atur VCC = 0 Volt.
5. Naikkan VCC sehingga VCE = 0,5 Volt, atur kembali supaya Ib tetap 100 uA. Catat IC
6. Ulangi percobaan (5) dengan menaikkan VCE secara bertahap.
7. Ulangi percobaan (5) dan (6) untuk Ib = 0,01 mA, 0,05 muA dan 0,1 mA

0,25mA VCC 12 V 250mA

Power 100 /0,5W


supply Power
BC 107
+ supply
+
1k /0,5W

10V
Langkah percobaan 2: Pengujian penguat kelas A
1. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 17.15
2. Hubungkan Vin ke GND, ukur VB dan VC
3. Pasang Function generator pada Vin, atur untuk menghasilkan sinyal sinus 1mV, 1 kHz
4. Pasang Osc,
Ch1 pada Basis dan Ch2 pada Colector
Time/Div ...... (?)
Volt/Div …… (?)
Mode dual, AC
5. Gambarkan kurva Vin dan Vout berdasarkan penunjukkan Osc
6. Naikkan amplitudo sinyal input menjadi 10 mV, catat Vo dan hitung penguatan tegangan.
7. Ulangi langkah 6 dengan menaikkan Vin secara bertahap, sampai diperoleh tegangan output cacat
(saturasi).
8. Ulangi pengukuran dengan mode DC
9. Naikkan amplitudo Vin sampai Vout maksimum mulai cacat, tentukan berapa penguatan tegangan.
10. Pasang Elco pada Emitor, berikan input 10mV/1 kHz, berapa Vo dan penguatan tegangan?
11. Pasang RL ke kolektor melalui kapasitor kopling (lihat gambar), berikan input 10mV/1 kHz, berapa
Vo dan penguatan tegangan?
12. Naikkan frekuensi input secara bertahap menjadi 2 kHz, 4 kHs dst, berapa Vo dan penguatan
tegangan? Berapa frekuensi cutoff penguat tersebut?

Tabel Hasil pengukuran penguat kelas A


No Vin-pp Vo-pp Gain Keterangan
1 1 mV
2 10 mV
… 20 mV

… 100 mV
… 200 mV
… … Output catat, saturasi

No frekuensi Vo-pp Gain Keterangan


1 1 kHz
2 2 kHz
… 4 kHz
… 10 kHz
Langkah percobaan 3: Pengujian penguat kelas B Rangkaian Common Colector (Teori baca
Handount Gambar 17.22)
è
1. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 3 di bawah ini. rangkaian ini sama dengan rangkaian penguat
kelas A sebelumnya, hanya RC dibuang, kapsitor by pass dibuang, output diambil dari emitor)
2. Hubungkan Vin ke GND, ukur VB dan VC
3. Pasang Function generator pada Vin, atur untuk menghasilkan sinyal sinus 1mV, 1 kHz
4. Pasang Osc,
5. Ch1 pada Basis dan Ch2 pada Colector
6. Time/Div ...... (?)
7. Volt/Div …… (?)
8. Mode dual, AC
9. Gambarkan kurva Vin dan Vout berdasarkan penunjukkan Osc
10. Naikkan amplitudo sinyal input menjadi 10 mV, catat Vo dan hitung penguatan tegangan.
11. Ulangi langkah 6 dengan menaikkan Vin secara bertahap, sampai diperoleh tegangan output cacat
(saturasi).
12. Ulangi pengukuran dengan mode DC
13. Naikkan amplitudo Vin sampai Vout maksimum mulai cacat, tentukan berapa penguatan tegangan.
14. Pasang Elco pada Emitor, berikan input 10mV/1 kHz, berapa Vo dan penguatan tegangan?
15. Pasang RL ke kolektor melalui kapasitor kopling (lihat gambar), berikan input 10mV/1 kHz, berapa Vo dan
penguatan tegangan?
16. Naikkan frekuensi input secara bertahap menjadi 2 kHz, 4 kHs dst, berapa Vo dan penguatan tegangan?
Berapa frekuensi cutoff penguat tersebut?
17. Lepas resistor pembagi tegangan pada basis (47k dan 4k7). Berikan input 1Vpp, berapa outputnya?
Mengapa?

VCC 12 V

47 k

DC=125

4,7 k 1k

RL

Gambar 3

F. Pertanyaan:
1. Jika RE diparalel dengan kapasitor Bypass, bagaimana sinyal outputnya?
2. Buat perbenadingan (perbedaan) antara rangkaian commond emitor dan common colector!
a. perbedaan rangkaian
b. penguatan tegangan
c. penguatan arus
d. polaritas sinyal input dan output
G.
PERCOBAAN VII
PENGUAT KELAS B & AB

A.Tujuan:
← Mahasiswa mengatahui dan menjelaskan karakteristik penguat kelas B dan AB
← Mahasiswa dapat merancang penguat kelas B dan AB
← Mahasiswa dapat melakukan analisa rangkaian penguat kelas B dan AB
← Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan kegunaan penguat kelas B dan AB

 Kajian Teori
← dirangkum dari Ch17 Transistor and Aplications
← siapkan juga datasheet transistor 2N3019, 2N2907, 2N3055 dan 2N2905

 Alat dan Bahan


1. Osciloscop 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Function Generator 1 buah
4. Trainer penguat kelas A dan kelas AB
5. Power supply 1 buah

D. Langkah kerja simulasi


← Buatlah rangkaian penguat sesuai dengan gambar kerja dengan software multisim
← Pasang function generator pada input 1 Vp-p dan frekuensi 50 Hz
← Ubah-ubah nilai tegangan pada input dari sampai mencapai nilai tegangan saturasi.
← Ukur hasil keluaran dengan oscilloscope dan amati tampilannya
← Print screen hasil pembacaan oscilloscope
← Catat hasil percobaan dari penguat tersebut
← Buat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut dari pertanyaan yang sudah diajukan di bawah

 Langkah kerja trainer


← Rangkai trainer seperti Gambar 5.2 , kemudian lakukan langkah 2-7

 Pertanyaan
← Jelaskan tentang penguatan kelas B dan AB
← Apa fungsi penguat kelas B dan AB pada rangkaian
← Apa kegunaan dioda pada penguat kelas AB? Apa yang terjadi jika dioda ditiadakan? (pada
Gambar 5.1)
← Apa kegunaan hambatan R2 dan R3 pada trainer penguat ? Apa yang terjadi jika hambatan
ditiadakan? (pada Gambar 5.2)
← Termasuk jenis common apakah kedua penguat ersebut ?
← Tuliskan penurunan rumus penguatan tegangan dan penguatan arusnya
← Hitung effisiensi masing-masing penguat
← Sebutkan perbedaan penguat kelas B dan penguat kelas AB
XSC1

Ext Trig
+
_
A B
+ _ + _

V1
XFG1 12V
Q1
C3

10µF
D1 2N3055A
1N4001 C1

D2 10µF
1N4001 Q2
C2

10µF
2N2905

V2
12V

Gambar 5.1

XSC1

Ext Trig
+
_
A B
+ _ + _

R1 V1
XFG1 1kΩ 12V
Q1
C3

100µF R2
1kΩ 2N3055A
C1

R3 100µF
1kΩ
C2 Q2

100µF
R4 2N2905
1kΩ
Gambar 5.2

PERCOBAAN VIII
DAYA PADA RANGKAIAN AC

Tujuan :
Mengetahui macm-macam daya pada rangkaian AC.

Alat dan bahan :


 Function Generator
 Osciloscope
 AVO meter
 Resistor 100 Ohm 5 buah
 Kapasitor 100 nF
 Induktor 10 mH

Dasar Teori :
Buat laporan pendahuluan dengan menulis kembali jobsheet dikertas HVS ukuran folio
dengan tinta biru. Untuk Dasar teori carilah di buku referensi tentang:
 Daya sesaat
 Daya rata-rata
 Daya kompleks (daya aktif/P, daya reaktif/Q, daya tampak / S=P+Q, faktor
daya, segitiga daya)

Langkah percobaan :

A. Daya kompleks
 Buat rangkaian seperti pada gambar A1.
 Atur generator VG =3 volt, f=50 Hz.
 Ukur tegangan VG pada chanel A dan VR pada chanel B.
 Gambar VG dan VR pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel A1. (VG
0
sebagai referensi dianggap sudut fasanya 0 )
 Buat rangkaian seperti pada gambar A2.
 Ukur tegangan VG pada chanel A dan VL pada chanel B.
 Gambar VG dan VL pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel A2. (VG
0
sebagai referensi dianggap sudut fasanya 0 )
 Jika VR di tabel A1 sudah didapatkan, arus yang mengalir pada rangkaian bisa
dihitung I=VR/R .(I tidak bisa diukur dengan osiloscope).
 Tulis VG, VR, VL dan I dalam bentuk persamaan sinusoida dan dalam bentuk polar.
 Hitung daya sesaat pada t=5 detik.
 Hitung daya rata-rata yang diserap oleh rangkaian LR.
Hitung daya kompleks S = P+jQ, dimana P = VG.I. cos θ dan Q = VG.I.sin θ. (sudut θ
merupakan beda fasa antara VG dan I atau VG dan VR).
Hitung juga : P = VR . I dan Q = VL . I, bandingkan hasilnya dengan rumus di atas.
 Gambar segitiga dayanya!
OSCILOSCOP

G _
+
ch A ch B

R=100 Ω

Gb A1 Pengukuran VG dan VR

OSCILOSCOP

R=100 Ω

+
G
_ ch A ch B

Gb A2 Pengukuran VG dan VL

B. Perbaikan Power Faktor.

 Buat rangkaian seperti pada gambar B1.


 Seting generator tetap VG =3 volt, f=50 Hz.
 Ukur tegangan VG pada chanel a dan VR pada chanel b.
 Gambar VG dan VR pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel B1.1. (VG sebagai
0
referensi dianggap sudut fasanya 0 )
 Hitung I=VR/R, amati beda fasa antara VG dan I.
 Hitung daya kompleks S = P+jQ, dimana P = VG.I. cos θ dan Q = VG.I.sin θ. (sudut θ
merupakan beda fasa antara VG dan I atau VG dan VR). Gambar segitiga dayanya!
 Tambahkan kapasitor diparalel dengan resistor kemudian ukur lagi tegangan VG pada
chanel a dan VR pada chanel b.
 Gambar lagi VG dan VR pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel B1.2. (VG
0
sebagai referensi dianggap sudut fasanya 0 )
 Hitung I=VR/R, amati beda fasa antara VG dan I.
 Hitung daya kompleks S = P+jQ, dimana P = VG.I. cos θ dan Q = VG.I.sin θ. (sudut θ
merupakan beda fasa antara VG dan I atau VG dan VR). Gambar segitiga dayanya!

G _

Gb B1 Pengukuran VG dan VR
OSCILOSCOP
C
L

+
G ch A ch B
_
R=100 Ω

Gb B2 Pengukuran VG dan VR

 Buat rangkaian seperti pada gambar B2.


 Seting generator tetap VG =3 volt, f=50 Hz.
 Ukur tegangan VG pada chanel a dan VR pada chanel b.
 Gambar VG dan VR pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel B2.1. (VG sebagai
0
referensi dianggap sudut fasanya 0 )
 Hitung I=VR/R, amati beda fasa antara VG dan I.
 Hitung daya kompleks S = P+jQ, dimana P = VG.I. cos θ dan Q = VG.I.sin θ. (sudut θ
merupakan beda fasa antara VG dan I atau VG dan VR). Gambar segitiga dayanya!
 Tambahkan kapasitor diparalel dengan resistor kemudian ukur lagi tegangan VG
pada chanel a dan VR pada chanel b.
 Gambar lagi VG dan VR pada satu sumbu kertas grafik dan isilah tabel B2.2. (VG
0
sebagai referensi dianggap sudut fasanya 0 )
 Hitung I=VR/R, amati beda fasa antara VG dan I.
 Hitung daya kompleks S = P+jQ, dimana P = VG.I. cos θ dan Q = VG.I.sin θ. (sudut θ
merupakan beda fasa antara VG dan I atau VG dan VR). Gambar segitiga dayanya!
 Dari percobaan di atas bandingkan pengaruh penambahan kapasitor terhadap besarnya
I dan besarnya power faktor.
 Juga bandingkan pengaruh letak kapasitor antara percobaan gb B1 dan gb B2
terhadap besarnya I dan besarnya power faktor.

Data Percobaan:
Percobaan A.
Tabel A1
Beda fasa VG
VG (puncak) VR (puncak) VG (polar) VR (polar)
dan VR
0 o
..............<
.................volt .................. volt ................. ...............< 0 0
....... .
Tabel A2
Beda fasa VG
VG (puncak) VL (puncak) VG (polar) VL (polar)
dan VL
0 o
..............<
.................volt .................. volt ................. ...............< 0 0
....... .

Percobaan B.
Tabel B1.1
Beda fasa VG
VG (puncak) VR (puncak) VG (polar) VR (polar)
dan VR
0 o
..............<
.................volt .................. volt ................. ...............< 0 0
....... .

Tabel B1.2
Beda fasa VG
VG (puncak) VR (puncak) VG (polar) VR (polar)
dan VR
0 o
..............<
.................volt .................. volt ................. ...............< 0 0
....... .

Tabel B2.1
Beda fasa VG
VG (puncak) VR (puncak) VG (polar) VR (polar)
dan VR
0 o
..............<
.................volt .................. volt ................. ...............< 0 0
....... .

Tabel B2.2
Beda fasa VG
VG (puncak) VR (puncak) VG (polar) VR (polar)
dan VR
0 o
..............<
.................volt .................. volt ................. ...............< 0 0
....... .
PERCOBAAN IX
RESPON FREKUENSI

Tujuan :
Mempelajari perilaku sinyal AC pada rangkaian RLC dengan berbagai frekuensi.

Alat dan bahan :


 Function Generator
 Osciloscope
 AVO meter
 Resistor 100 Ω & 100 KΩ
 Kapasitor 100 nF
 Induktor 0,1 mH

Dasar Teori :
Buat laporan pendahuluan dengan menulis kembali jobsheet dikertas HVS ukuran folio
dengan tinta biru. Untuk Dasar teori carilah di buku referensi tentang:
 Rangkaian LPF
 Rangkaian HPF

Langkah percobaan :

A. Rangkaian LPF (Low Pass Filter)

OSCIL
OSCOP
L=0,1 mH

+
Vin
G
_

ch A ch
B
Vout
R=100 Ω

Gb A1. LPF dengan rangkaian RL

 Buat rangkaian seperti pada gambar A1, G (sinyal generator) dihubungkan ke


rangkaian LPF dimana R=100Ω dan L=0,1 mH.
 Atur sinyal generator sehingga Vin =5 volt, f= berubah naik 10 Hz dari 10 Hz s/d 500
Hz seperti table A1.
 Ukur tegangan Vin pada chanel A dan Vout pada chanel B.
 Analisa hasil pengukuran pada tabel A1dan buat grafik amplitudo Vout fungsi
frekuensi Vin.
Gb A2. Rangkaian LPF dengan RC

Tabel A1
Vin Vout
Amplitudo (volt) Frekuensi (Hz) Amplitudo (volt) Frekuensi (Hz)
5 10
5 20
5 30
5 40
5 50
5 -
5 -
5 -
5 500

_
 Buat rangkaian seperti pada gambar A2, sinyal generator dihubungkan dengan
rangkaian LPF dimana R=100 KΩ dan C=100nF.
 Atur sinyal generator Vin =5 volt, f= berubah-ubah 10 Hz s/d 500 Hz seperti table A2.
 Ukur tegangan Vin pada chanel A dan Vout pada chanel B.
 Analisa hasil pengukuran pada tabel A2 dan buat grafik amplitudo Vout fungsi
frekuensi Vin.

Tabel A2
Vin Vout
Amplitudo (volt) Frekuensi (Hz) Amplitudo (volt) Frekuensi (Hz)
5 10
5 20
5 30
5 40
5 50
5 -
5 -
5 -
5 500
B. Rangkaian HPF (High Pass Filter)

R=100Ω

+
Vin
G
_

Vout

L=0,1 mH
ch A ch
B

Gb B1. Rangkaian HPF dengan RL

 Buat rangkaian seperti pada gambar B1, R 100Ω dan L=0,1 mH.
 Atur sinyal generator Vin =5 volt, f= berubah-ubah seperti table B1.
 Ukur tegangan Vin pada chanel A dan Vout pada chanel B.
 Analisa hasil pengukuran pada tabel B1 dan buat grafik amplitudo Vout fungsi
frekuensi Vin.

Tabel B1
Vin Vout
Amplitudo (volt) Frekuensi (Hz) Amplitudo (volt) Frekuensi (Hz)
5 10
5 20
5 30
5 40
5 50
5 -
5 -
5 -
5 500

OSCILOSCOP
C=100nF

G + Vin ch A ch B
_
Vout
R=100 KΩ

 Buat rangkaian seperti pada gambar B2, R=100 KΩ dan C=100nF. Gb


B2. Rangkaian HPF dengan RC
 Atur generator VG =5 volt, f= berubah-ubah seperti table A2.
 Ukur tegangan Vin pada chanel A dan Vout pada chanel B.
 Analisa hasil pengukuran pada tabel B2 dan buat grafik amplitudo Vout fungsi
frekuensi Vin.

Tabel B2
Vin Vout
Amplitudo (volt) Frekuensi (Hz) Amplitudo (volt) Frekuensi (Hz)
5 10
5 20
5 30
5 40
5 50
5 -
5 -
5 -
5 500

Anda mungkin juga menyukai