Anda di halaman 1dari 19

Penggunaan Val IT Framework 2.

0 Untuk Menilai Investasi Teknologi Informasi


(Studi Kasus Pada Investasi Aplikasi SIA di UT)
Diovanny Lukman Ariza
Dr. Sumiyana, M.Si., Ak., CA.

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menilai investasi Teknologi Informasi (TI) pada aplikasi Sistem
Informasi Akademik (SIA) di Universitas Terbuka (UT) menggunakan framework val IT 2.0.
Penelitian ini menjadi penting karena implementasi TI saat ini tidak hanya digunakan sebagai alat
penunjang operasional organisasi, tetapi juga dapat dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan
strategis organisasi. Studi ini menemukan hasil analisis yang berbasis pada framework val IT 2.0
pada UT yang menunjukkan bahwa pada proses value governance sudah memiliki prosedur tata
kelola investasi yang telah distandarisasi, namun pada saat implementasinya masih belum
maksimal. Proses portofolio management telah memiliki portofolio investasi namun pendefinisian
permulaan investasi TI masih belum konsisten, dan proses investment management sudah memiliki
pemahaman untuk mengelola investasi TI, namun kesadaran untuk mengelola perubahan masih
belum menyeluruh. Dapat disimpulkan bahwa, secara komprehensif UT berada pada level business
process design/reengineering karena UT sudah memiliki kapabilitas yang tinggi dalam hal
operasional system TI, namun belum memaksimalkan penggunaan TI untuk mengambil keputusan
di level strategis. Hal ini berimplikasi terhadap pimpinan dan manajemen UT untuk membuat
suatu paradigma baru atas aplikasi SIA, dimana aplikasi SIA tidak hanya digunakan sebagai alat
operasional melainkan juga untuk penentuan arah kebijakan strategis organisasi.
Kata Kunci: framework val IT 2.0, value governance, portofolio management, investment
management, business process
1. Pendahuluan tahap proses, dan mengalami kegagalan
Penelitian ini bertemakan information dalam pengembalian manfaat bagi
technology governance atau tentang tata perusahaan. Pada tahun 2002 survei yang
kelola teknologi informasi (TI) organisasi dilakukan oleh Gartner mengindikasikan
terutama yang berkaitan dengan investasi TI. 20% dari pengeluaran TI terbuang sia- sia.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang Studi lainnya yang dilakukan oleh The
khusus, karena saat ini implementasi TI Standish Group (2006) menemukan hanya
sudah menjadi kebutuhan utama perusahaan 35% dari seluruh proyek TI sukses.
agar memiliki keunggulan dalam bersaing. Tata kelola TI telah mengalami banyak
Hal ini menjadi perhatian khusus karena perubahan yang signifikan. Saat ini tata
masih banyak perusahaan yang investasi TI- kelola TI menjadi salah satu critical success
nya gagal atau terbuang sia-sia tanpa factor (CSF) untuk mencapai tujuan, visi dan
mendapatkan value dari hasil investasi TI. misi perusahaan. Sehubungan dengan
Penelitian Information Technology perubahan tersebut, peran TI saat ini tidak
Governance Institute (ITGI) (2008) lagi menjadi peran penunjang saja dalam
menunjukkan 20 sampai 70 persen investasi memperoleh data dengan menitikberatkan
TI dengan skala besar sia-sia, masih dalam pada efisiensi biaya operasional dan
meminimalisir risiko operasi dari berbagai investasi teknologi informasi, serta
fungsi perusahaan, tetapi saat ini peran TI membantu board level dan stakeholder
telah berubah menjadi alat strategik dalam mengetahui manfaat yang diperoleh dari
organisasi untuk meningkatkan competitive investasi TI bagi perusahaan serta membantu
advantage bagi organisasi. Seiring dengan untuk pengambilan keputusan yang tepat atas
peningkatan tersebut, maka perusahaan investasi TI tersebut. Untuk mengembangkan
sebaiknya melakukan implementasi TI dalam business case dibutuhkan beberapa langkah,
perusahaannya. Dengan implementasi TI yaitu menjabarkan lembar fakta dengan
diharapkan dapat memberikan value seperti semua data yang relevan; analisis
membantu kinerja perusahaan dan keselarasan; manfaat finansial dan non-
diharapkan memberikan manfaat tangible finansial; analisis risiko; penilaian dan
dan intangible bagi perusahaan. Oleh karena optimasi risiko; dokumentasi Business case;
itu diperlukan sebuah perencanaan yang penilaian business case selama pelaksanaan
matang dalam implementasi TI agar investasi TI (ITGI,2008). Kemudian untuk mengukur
yang dikeluarkan tidak hanya sekedar proses tingkat kematangan dari ke tiga domain Val
burning money melainkan dapat IT framework 2.0 dilakukan proses
menghasilkan value bagi organisasi. benchmarking dengan menggunakan skala
Val IT framework 2.0 ialah suatu pengukuran tambahan. Terdapat 5 tingkat
framework yang dapat membantu board level kematangan, yaitu 0-non-existent, 1-intial, 2-
dan stakeholder dalam mendukung repeatable, 3-defined, 4-managed, dan 5-
kebutuhan pencapaian tujuan perusahaan dari optimised.
penerapan perangkat TI beserta investasinya Objek pada penelitian ini ialah Pusat
dengan biaya dan risiko seminimal mungkin. Komputer Universitas Terbuka (PUSKOM
Val IT framework 2.0 merupakan konsep UT). Universitas Terbuka (UT) adalah
yang dikeluarkan oleh ITGI sebagai Perguruan Tinggi Negeri ke-45 di Indonesia
framework yang dapat melengkapi yang diresmikan pada tanggal 4 September
framework tata kelola TI yaitu COBIT. Val IT 1984, berdasarkan Keputusan Presiden RI
framework 2.0 membantu excecutive untuk Nomor 41 Tahun 1984. Pada tahun 2016 UT
fokus pada strategic question “apakah kita menyelenggarakan 35 program studi yang
melakukan hal yang benar?” dan value terdiri dari 25 Program Sarjana Non-Pendas,
question “apakah kita mendapatkan 3 Program Diploma Non-Pendas, 2 Program
keuntugan?” (Kozina & Popovic, 2010). Val Sarjana Pendas, dan 5 Program Magister. UT
IT framework 2.0 memiliki 3 (tiga) domain menerapkan sistem belajar jarak jauh dan
utama untuk mengukur manfaat investasi TI, terbuka. Istilah jarak jauh berarti
yaitu value governance (VG), portofolio pembelajaran tidak dilakukan secara tatap
management (PM), investment management muka, melainkan menggunakan media, baik
(IM). Untuk membantu penerapan val IT media cetak (modul) maupun non-cetak
framework 2.0 pada organisasi dibutuhkan (audio/video, komputer/internet, siaran radio,
business case untuk membantu dan televisi). Salah satu sistem informasi
merencanakan, mengukur, dan memonitor yang digunakan oleh UT untuk mendukung
kelancaran operasional akademik dan memberikan value kepada perusahaan, tidak
admistrasi pendidikan adalah Sistem hanya sekedar burning money bahkan dapat
Informasi Akademik (SIA). SIA merupakan menyebabkan kegagalan. Val IT framework
sistem informasi yang menjadi inti dari 2.0 diperlukan sebagai guidance bagi board
proses operasional akademik institusi, karena level dan stakeholder untuk mengambil
SIA memfasilitasi kurang lebih 300-400 ribu keputusan dengan mempertimbangkan biaya
mahasiswa UT. Aplikasi SIA digunakan dan risiko seminimal mungkin dalam
untuk menyimpan data- data mahasiswa, investasi TI.
data- data matakuliah dan data- data bahan Berdasarkan permasalahan sebelumnya,
ajar dosen. penulis menyusun dua pertanyaan penelitian,
SIA diterapkan oleh UT sejak awal yaitu Bagaimana tingkat kematangan
berdirinya UT. Seiring waktu berjalan (maturity level) investasi TI pada aplikasi
aplikasi SIA berkembang secara bertahap SIA di Universitas Terbuka? Dan, Mengapa
sesuai dengan kebutuhan dan teknologi manfaat investasi TI pada aplikasi SIA yang
terkini. Aplikasi ini awalnya menggunakan belum optimal dapat membantu board level
basis mainframe, kemudian berkembang dan stakeholder membuat keputusan?
berbasis desktop dan yang paling baru saat ini
menggunakan basis web. Dengan terus 2. Landasan Teori
mengikuti perkembangan teknologi yang ada
Tata Kelola TI
saat ini, menjadikan pelayanan bagi
mahasiswa menjadi lebih baik, karena IT Governance Institute (ITGI)
seluruh operasional yang berkaitan dengan mendefinisikan IT Governance (tata kelola
akademik sudah terintegrasi melalui TI) sebagai tanggung jawab dewan direksi
teknologi informasi yang diterapkan. dan executive management. Tata kelola TI
Asumsi yang melandasi penelitian ini tersebut merupakan bagian dari Corporate
ialah saat ini minat publik atas investasi TI Governance (tata kelola korporat) yang
meningkat, ditandai dengan adanya terdiri dari leadership (kepemimpinan),
peningkatan investasi TI diseluruh dunia struktur-struktur organisasi dan proses-
sebesar 3% pada tahun 2016 dibandingkan proses yang menjamin bahwa organisasi
pada tahun 2015 (Gartner, 2016). Namun mendukung dan memperluas strategi dan
terdapat fenomena yang kontradiktif atas tujuan organisasi (ITGI, 2008).
investasi TI tersebut, yaitu terdapat investasi
Van Grembergen (2009) dalam Budianto
yang berhasil dan ada pula investasi yang
(2014) mendefinisikan tata kelola TI sedikit
gagal. Investasi TI yang memberikan
berbeda, menurutnya tata kelola TI adalah
feedback yang positif (berhasil) bagi
kapasitas organisasi yang harus dikelola oleh
perusahaan sebesar 70% (Press, 2014), tetapi
direksi, executive management dan pengelola
terdapat pula investasi TI yang memberikan
TI untuk mengendalikan formulasi dan
feedback negatif (gagal) bagi perusahaan
implementasi strategi TI agar perpaduan
sebesar 30%. Oleh karena itu, guidance
bisnis dan TI terjamin. Weill and Ross (2004)
dibutuhkan agar investasi TI dapat
dalam Budianto (2014) mempunyai definisi
yang lain terkait dengan tata kelola TI, yaitu “apakah kita melakukan dengan cara yang
menentukan hak dalam pengambilan benar?” dan delivery question “apakah kita
keputusan serta kerangka kerja yang dapat menyelesaikannya?”(Kozina &
akuntabel untuk mendorong perilaku yang Popović, 2010).
diharapkan dalam penggunaan TI. Weill and
Ross menyebutkan bahwa tata kelola TI
berpegang pada 3 pertanyaan dasar, yaitu
what, who, dan how.

Framework Val IT 2.0


Framework val IT 2.0 dibuat oleh
Information Technology Governance
Institute (ITGI) melalui sekumpulan tim yang
terdiri dari para, praktisi, akademisi, dan
beberapa metodologi dan penelitian yang
digunakan untuk mengembangkan
Gambar 1 The Val IT Intiative (ITGI, 2008)
framework val IT 2.0. Framework val IT 2.0
adalah sebuah kerangka tata kelola yang Berdasarkan Gambar 1, Val IT memberikan
meliputi prinsip dan proses pendukung yang pedoman proses- proses dan best practice
berhubungan dengan evaluasi dan seleksi untuk membantu board level dan stakeholder
investasi teknologi informasi dalam bisnis, dalam memahami dan melaksanakan peran
melakukan realisasi dari manfaat dan yang sesuai dalam merencanakan investasi
memberikan nilai dari investasi (ITGI,2008). TI. Organisasi dapat menggunakan prinsip-
prinsip, proses- proses, dan hal- hal praktis
Framework val IT 2.0 membantu
yang terdapat pada val IT untuk memperoleh
perusahaan untuk meningkatkan pemilihan
manfaat strategis dan menciptakan level
investasi TI yang memiliki potensial tertinggi
bisnis nyata yang lebih berarti.
dalam menciptakan nilai, mengurangi risiko
kegagalan dan perubahan yang berhubungan Domain dan Proses Framework Val IT 2.0
dengan biaya teknologi informasi,
Untuk melengkapi value management goal
mengurangi biaya investasi yang sia- sia dan
pada framework val IT 2.0 yang berfungsi
membantu memastikan bahwa pembuat
untuk mewujudkan nilai dengan biaya yang
keputusan tidak salah dalam mengambil
terjangkau dan tingkat resiko yang
keputusan investasi.
memungkinkan adanya investasi teknologi
Val IT membantu executive untuk fokus informasi, maka prinsip- prinsip dasar
pada strategic question “apakah kita Framework val IT 2.0 perlu diterapkan
melakukan hal yang benar?” dan value kedalam tiga domain (ITGI, 2008):
question “apakah kita mendapatkan
keuntungan?”. Di sisi lain COBIT
mempertimbangkan architecture question
A. Value Governance (VG) VG6. Peningkatan
Tujuan Value Governance (VG) ialah praktek manajemen
pengoptimalan nilai dari sebuah investasi nilai yang terus
menerus
berbasis teknologi informasi dengan cara
B. Portofolio Management (PM)
menetapkan arahan strategis untuk
Tujuan Portfolio Management (PM)
keputusan investasi teknologi informasi,
adalah memastikan bahwa perusahaan
membangun kerangka tata kelola,
aman dalam mengoptimalkan nilai
pemantauan dan pengontrolan dari
investasi teknologi informasi dalam
manajemen nilai bagi keseluruhan
portofolionya dengan cara membangun
perusahaan, mendefinisikan portofolio
dan mengelola sumber daya,
yang dibutuhkan untuk mendukung
mendefinisikan permulaan investasi
investasi baru dan menghasilkan layanan,
teknologi informasi, memilih dan menolak
aset dan sumber daya teknologi informasi,
investasi teknologi informasi baru, serta
serta meningkatkan manfaat berdasarkan
mengelola, mengoptimalkan, mengawasi
pengalaman yang telah dilakukan. Proses-
dan melaporkan keseluruhan kinerja
proses yang terdapat pada domain Value
portofolio investasi teknologi informasi.
Governance (VG), sebagai berikut:
Proses-proses yang terdapat pada domain
Tabel 1 Proses Domain Value
Portfolio Management (PM), sebagai
Governance
berikut:
Deskripsi Proses Proses
Tabel 2 Proses Domain Portofolio
 Pembangunan VG1. Memastikan
keseluruhan sudah Management
kerangka tata kelola diinformasikan Deskripsi Proses Proses
termasuk dan dilaksanakannya  Pembangunan arah PM1. Membangun
mendefinisikan kepemimpinan strategik untuk arahan strategik dan
portfolio yang VG2. investasi, menggabung target
diperlukan untuk Mendefinisikan karakteristik yang investasi
mengelola investasi dan diharapkan dari PM2. Menentukan
dan menghasilkan mengimplementasi portofolio investasi ketersediaan dan
layanan TI, asset proses-proses dan mendesak sumber dana
dan sumber daya. VG3. sumber daya serta PM3. Mengelola
 Pengawasan Mendefinisikan pendanaan di ketersediaan
keefektifan karakteristik dalam memutuskan sumber daya
keseluruhan portofolio yang manusia
portofolio
kerangka tata kelola harus dibuat.
VG4. Keselarasan PM4. Mengevaluasi
dan mendukung  Pengevaluasian dan dan memilih
dan integrasi
proses serta program prioritas
manajemen nilai program yang akan
merekomendasikan dalam mendesak
dengan didanai
perbaikan yang sumber daya dan
perencanaan PM5. Memonitor
tepat. pendanaan,
keuangan institusi dan melaporkan
berdasarkan pada
VG5. Membangun keselarasan dengan
kinerja portofolio
pemantauan tata investasi
kelola yang efektif
tujuan strategi, PM6. business case untuk IM3. Membangun
bisnis dan risiko, Mengoptimalkan kandidat program perencanaan
dan menempatkan kinerja portofolio investasi. program
program yang investasi  Meluncurkan dan IM4. Membangun
dipilih dalam mengelola siklus hidup biaya
portfolio yang aktif pelaksanaan dan manfaat
untuk dilaksanakan. program yang aktif IM5. Membangun
 Pengawasan kinerja dan melaporkan business case
dari keseluruhan kinerja dari secara lengkap
portofolio, manajemen dari kandidat
memperbaikinya portofolio. program
dalam merespon  Menggunakan IM6. Mengadakan
kinerja program layanan TI, aset, dan dan mengelola
atau perubahan sumber daya untuk
program
prioritas bisnis. operasional
IM7. Mengupdate
C. Investment Management (IM) portofolio TI yang
portfolio
Tujuan Investment Management (IM) tepat dan terus
operasional
adalah memastikan bahwa setiap investasi memonitor
kontribusinya bagi
Teknologi
perusahaan sudah optimal dengan cara nilai bisnis. Informasi
mengidentifikasi kebutuhan dan  Penghentian IM8.
membangun pemahaman yang jelas dari program ketika Memperbaharui
kandidat program investasi, terdapat business case
persetujuan bahwa IM9. Pengawasan
mendefinisikan setiap program dan
hasil bisnis yang dan laporan
dokumen serta menetapkan business case program
diharapkan telah
dan manfaat yang lengkap, menetapkan direalisasikan, atau IM10. Penghentian
akuntanbilitas yang jelas untuk ketika penghentian program
merealisasikan manfaat, serta memonitor dipertimbangkan
dan melaporkan setiap kinerja program. untuk alasan lain
Proses-proses yang terdapat pada domain yang tepat.
 Memonitor kinerja
Investment Management (IM), sebagai
dari layanan TI, aset,
berikut: sumber daya untuk
Tabel 3 Proses Domain Investment menentukan apakah
Management investasi tambahan
Deskripsi Proses Proses dibutuhkan untuk
 Mendefinisikan IM1. Membangun pemeliharaan atau
program potensial dan mengevaluasi penghentian
berdasarkan pada program layanan,aset atau
kebutuhan bisnis, inisialisasi sumber daya untuk
menentukan apakah business case mempertahankan
masih berfaedah jika atau meningkatkan
IM2. Memahami
diperhatikan kontribusinya pada
program kandidat
kemudian, dan nilai bisnis.
dan pilihan
membangun implementasi
Business Case kesuksesan dalam menciptakan nilai
yang optimal.
Dalam menerapkan val IT framework 2.0
Business case harus dapat menjawab
perusahaan harus membangun business case.
empat area yang menjadi pertimbangan
Business case merupakan kumpulan asumsi
investasi (ITGI, 2008), yaitu:
atau pemahaman tentang bagaimana suatu
nilai diciptakan, bagaimana cara memastikan a. Are we doing the right things? Apa
dan mendeskripsikan hasil bisnis yang akan yang diusulkan, hasil apa yang
diukur dalam mencapai manfaat yang diharapkan dan bagaimana proyek
diharapkan serta dapat memperkuat asumsi dalam program tersebut akan
dan memberikan dukungan bagi pengambil memberikan kontribusi atas
keputusan dalam menetapkan investasi untuk pencapaian hasil tersebut.
selanjutnya (ITGI, 2008). Business case b. Are we doing them the right way?
minimal harus memiliki beberapa hal, yaitu: Seberapa baik proses tersebut
berlangsung dan apa yang akan
a. Manfaat bisnis yang ditargetkan
dilakukan untuk menjamin bahwa
apakah selaras dengan strategi bisnis
semua investasi tersebut akan sesuai
dalam fungsi bisnis perusahaan yang
dengan kapabilitas saat ini dan di masa
akan dipertanggungjawabkan.
mendatang.
b. Perubahan bisnis diperlukan untuk
c. Are we getting them done well? Apakah
menciptakan value, investasi dapat
kita memiliki rencana untuk
mengubah atau menambah layanan dan
mengerjakan hal tersebut, dan apakah
infrastruktur teknologi informasi yang
sumber daya dan dananya tersedia.
baru.
d. Are we getting the benefits? Bagaimana
c. Memperhatikan risiko yang terdapat
manfaatnya dapat dirasakan dan apa
pada perencanaan investasi teknologi
value yang di dapatkan dari program
informasi dan menentukan siapa yang
tersebut.
akan bertanggung jawab untuk

Gambar 2 Four Ares Business Case


Langkah- Langkah Pengembangan melihat apakah kesempatan dapat
Business Case ditingkatkan. Semua investasi
berbasis teknologi informasi harus
Langkah- langkah pengembangan business
berkontribusi pada tujuan atau
case terdiri dari delapan langkah, yaitu:
sasaran strategis perusahaan.
Terdapat dua tipe kontribusi yaitu
kontribusi pada sasaran dan prioritas
saat ini dan kontribusi untuk
mencapai tujuan di masa depan atau
visi bisnis yang diharapkan.
2. Memastikan bahwa investasi berbasis
teknologi informasi disesuaikan
Gambar 3 Steps of Business Case dengan target rencana strategis
Development perusahaan. Hal ini bertujuan untuk
Langkah 1: Membangun Daftar Fakta melihat hubungan antara proses,
(Fact Sheet) orang (people), dan teknologi yang
berkerjasama untuk menciptakan
Daftar fakta (fact sheet) business case layanan yang baik. Rencana strategis
terdiri dari semua data yang diperlukan untuk diatur agar menjadi terciptanya
menganalisa keselarasan strategi, manfaat efisiensi dan efektivitas bagi bisnis
finansial, non-finansial dan risiko dari sebuah perusahaan secara keseluruhan.
proses perencanaan investasi teknologi Target rencana strategis adalah
informasi. Dalam tahap ini meliputi beberapa blueprint yang mencerminkan apa
tahap yaoti untuk membangun, yang diinginkan oleh perusahaan.
mengimplementasi, mengoperasikan dan Keselarasan dengan rencana strategis
menghentikan skenario terbaik dan terburuk perusahaan harus dapat mengevaluasi
untuk investasi berbasis teknologi informasi. hal- hal yang tidak terduga dalam
perubahan investasi teknologi
informasi untuk mencapai target
Langkah 2: Analisis Keselarasan rencana strategis.
Melakukan analisa keselarasan berarti Langkah 3: Analisa Manfaat Finansial
memastikan efektivitas dan efisiensi Menyatakan manfaat dalam bentuk
penggunaan sumber daya yang jarang finansial adalah tujuan utama dalam
digunakan. Terdapat dua jenis keselarasan membangun sebuah business case. Penilaian
yang relevan dalam konteks investasi sebuah investasi bisnis TI tidak berbeda
teknologi informasi, yaitu: dengan keputusan investasi individu. Berikut
1. Memastikan bahwa investasi berbasis merupakan tahapan yang harus dilakukan,
teknologi informasi dioptimalkan yaitu:
untuk mendukung sasaran atau tujuan
dari strategi bisnis. Hal ini untuk
1. Mengestimasi dan menghitung nilai memberikan kontrol terhadap realisasi
untuk cashflow yang diharapkan keuntungan perusahaan.
2. Menilai risiko dan menentukan
Langkah 5: Analisa Risiko
tingkat pengembalian yang
dibutuhkan (biaya atau risiko) untuk Pada langkah analisa risiko ini
cashflow yang diharapkan. memerlukan suatu pendekatan terstruktur
3. Menentukan dan membandingkan yang dapat direkomendasikan ke dalam suatu
biaya perencanaan investasi TI untuk rencana manajemen risiko yang terintegrasi
mengetahui apakah perencanaan dengan business case. Analisa dan evaluasi
investasi TI sudah cukup baik. Jika risiko dilakukan untuk mengetahui sejak
perencanaan investasi TI baik dan awal risiko apa saja yang akan dihadapi oleh
NPVnya positif maka layak perusahaan, apakah risiko tersebut
dikerjakan berdampak besar sehingga perlu di
Langkah 4: Analisa Manfaat Non- minimalisir atau dihilangkan serta risiko
Finansial yang berdampak kecil yang bahkan tidak
mempengaruhi operasional perusahaan
Manfaat non-finansial sering diabaikan
sehingga risiko tersebut dapat diabaikan oleh
dalam business case atau kontribusinya
perusahaan.
dihilangkan karena sulitnya untuk
Langkah 6: Mengoptimalkan Risiko dan
menyatakan manfaat tersebut dalam bentuk
Pengembalian
manfaat finansial. Berdasarkan keuntungan
Keputusan dan penilaian dari suatu
non-finansial, perusahaan perlu
perencanaan investasi teknologi informasi
mengembangkan pengertian tentang nilai
perusahaan yaitu keselarasan strategis,
untuk perusahaan dan bagaimana nilai
keuntungan finansial, keuntungan non-
diciptakan seperti menunjukkan bagaimana
finansial dan risiko dikombinasikan untuk
keuntungan ini dapat berkontribusi dalam
mengoptimalkan risiko dan pengembalian.
menciptakan nilai. Saat tidak ada kontribusi
Pada Tabel 4 merupakan matrik keputusan
yang jelas dari hasil keuangan, pembuatan
dalam mengoptimalkan risiko dan
keputusan dapat didasarkan pada tingkat
pengembalian yang menyediakan suatu
penyesuaian strategi. Keuntungan non-
matrik keputusan yang diusulkan untuk
finansial dan model analisa dipilih untuk
penilaian mengenai hasil analisa data fakta
memfasilitasi suatu identifikasi dari sebuah
dari perencanaan investasi teknologi
indikator yang dapat dipantau yang dapat
informasi perusahaan.
Tabel 4 Decision Matrix Business Case
Hasil Analisa Data Daftar Fakta (Fact Sheet) Keputusan Pada Level Program
Individual
Risiko Yang Apakah Manfaat Keselarasan
Dihitung Target Non- Strategik
Layak Finansial Finansial (Langkah 2)
Diterima Terpenuhi Yang Jelas
(Langkah 5) (Langkah 3) (Langkah 4)
N - - - Ditolak

Y Y - Y Dimasukkan dalam prioritas portofolio.


Y Y - Y Dimasukkan dalam prioritas portofolio jika
hambatannya melebihi nilai risiko yang
diterima.
Y Y - N Ditolak karena manfaat kurang dapat
direalisasikan dalam waktu singkat tanpa
adanya dampak negatif dari keselarasan
strategi dengan investasi.
Y N Y Y Dimasukkan dalam prioritas portofolio jika
nilai dari manfaat non-finansial yang
dipertimbangkan berharga (pada kondisi
minimum) untuk memenuhi target finansial.
Kualifikasi dari manfaat non-finansial harus
dilakukan sebaik mungkin
Y N Y N Ditolak
Y N N Y Ditolak

Langkah 7: Mendokumentasikan Business berkelanjutan. Langkah ini dilaksanakan


Case ketika keuntungan perusahaan berubah,
Pada langkah ini, dilakukan risiko berubah, dan persiapan peninjauan
pendokumentasian dari mulai analisa ulang. Peninjauan business case penerapan
keselarasan, analisa manfaat finansial, investasi TI didukung untuk proses
analisa manfaat non-finansial, analisa risiko pembelajaran dari kesuksesan dan kegagalan
serta analisa optimalisasi risiko dan serta jika dilakukan secara terus menerus
pengembalian sebagai dasar dalam maka dapat meningkatkan kualitas dari
perencanaan investasi teknologi informasi portofolio perusahaan itu sendiri dan proses
perusahaan. peninjauan business case pengelolaannya
Langkah 8: Peninjauan Business Case harus selalu aktif.
Business case adalah alat operasional yang
Maturity Model Framework Val IT 2.0
harus secara terus menerus diperbaharui
sepanjang perjalanan bisnis dari investasi TI, Maturity model bertujuan untuk membantu
yang berfungsi untuk mendukung perusahaan dalam meningkatkan
pelaksanaan perencanaan investasi TI yang kapabilitasnya agar mampu secara konsisten
menghantarkan produk atau jasa kepada perbandingan benchmarking. Berikut ini
pelanggan, dan melihat sejauh mana maturity model yang terdiri dari level 0
efektivitas sebuah perusahaan dalam hingga level 5, dari mulai manajemen proses
menciptakan nilai dengan dilakukannya
yang belum optimal sampai manajemen mengukur ketaatan pada prosedur
proses optimal (ITGI, 2006). sehingga dengan mudah diambil
1. Level 0 (Non-Existent): Proses belum tindakan apabila proses yang ada
dikenali secara utuh. Organisasi tidak berjalan secara efektif.
belum mengenal adanya isu atau Perbaikan proses dilakukan secara
permasalahan yang harus kontinyu dan memberikan best
diselesaikan. practice. Otomatisasi dan peralatan
2. Level 1 (initial): Organisasi telah yang digunakan masih terbatas.
mengenal isu atau masalah yang ada 6. Level 5 (Optimized): Proses telah di
dan perlu diarahkan. Tidak ada proses seleksi pada tingkat best practice
standarasasi, tetapi sekurang- berdasarkan hasil perbaikan yang
kurangnya ada pendekatan khusus (ad terus menerus dan pengukuran model
hoc) yang cenderung diterapkan pada maturity dengan organisasi lain. IT
individu atau dasar kasus demi kasus. digunakan secara terintegrasi untuk
Pendekatan terhadap keseluruhan mengotomatisasi arus kerja,
manajemen tidak terorganisir. menyediakan alat untuk
3. Level 2 (Repeatable): Proses telah meningkatkan kualitas dan efektifitas
berkembang pada tahap di mana dan membuat perusahaan mudah
prosedur yang sama diikuti oleh untuk beradaptasi.
orang yang berbeda dalam
menjalankan tugas yang sama, tetapi 3. Desain Penelitian
tidak ada pelatihan formal atau Metode yang digunakan untuk mencapai
prosedur komunikasi standar. tujuan penelitian ini ialah metode deskriptif.
Tanggung jawab diserahkan kepada Menurut Nasution (1988) metode deskriptif
setiap individu. Kepercayaan adalah dilakukan dengan mengumpulkan
terhadap pengetahuan individu sangat data deskriptif yang banyak dan dituangkan
tinggi sehingga seringkali terjadi dalam bentuk laporan dan uraian, penelitian
kesalahan. ini tidak mengutamakan angka dan statistik,
4. Level 3 (Defined): Prosedur telah walaupun tidak menolak data kuantitatif,
distandarisasi, didokumentasikan dan karakteristik dari penelitian kualitatif
dikomunikasikan melalui pelatihan, ditandai oleh kegiatan untuk mengamati
tetapi implementasinya masih orang dalam situasi nyata baik dalam
bergantung pada individu dalam hal berinteraksi dengan lingkungan, maupun
ketaatan terhadap prosedur. Prosedur untuk memahami perilaku orang yang
dikembangkan sebagai bentuk diamati. Penelitian ini tidak mencari atau
formalisasi dari praktek yang ada. menjelaskan hubungan, tidak menguji
5. Level 4 (Managed): Proses telah hipotesis atau membuat prediksi.
memungkinkan untuk memantau dan
Metode pengumpulan data dilakukan diinterpretasikan (Suryabrata, 2005). Data
melalui observasi, penyebaran kuesioner, yang diperoleh dari penelitian adalah data
studi kepustakaan dan wawancara. dari kuesioner tanggapan yang berupa
Sedangkan instrumen (alat) penelitiannya interpretasi karyawan atau subyek penelitian
adalah mencatat hasil observasi, melakukan yang disusun melalui indikator- indikator
analisis kuesioner tanggapan individu, dalam framework val IT 2.0 dan wawancara
melakukan colecting data kepustakaan (buku, tentang business case perusahaan. Kemudian
teks, dokumentasi, file, jurnal, artikel data dianalisis dengan analisis deskripsi yang
dimedia massa cetak) dan melakukan menggambarkan sejumlah variabel yang
wawancara terhadap individu perusahaan. diteliti tanpa melakukan pengujian jalinan
(hubungan) antar variabel yang diteliti.
Analisis data bertujuan untuk membuat
Adapun langkah- langkah penelitian
proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
dilakukan seperti pada gambar 3.
yang lebih mudah dibaca dan

Gambar 3 Langkah- langkah Penelitian


4. Pembahasan dan Implikasi Manajerial mengakibatkan keterlambatan jadwal
implmentasi aplikasi SIA.
Pembahasan
Tingkat kematangan manajemen
Jika dilihat dari hasil identifikasi
portofolio aplikasi SIA pada PUSOM UT
framework val IT 2.0, tingkat kematangan
untuk domain portofolio management,
untuk masing-masing domain, yaitu pada
berdasarkan hasil identifikasi pada level 2
level 2 (repeatable) dan 3 (defined). Hasil
(repeatable). ITGI (2008) menggambarkan
penelitian ini dapat dijadikan gambaran
kondisi pada saat organisasi memiliki
dalam pengukuran tingkat maturitas tata
peningkatan kesadaran akan kebutuhan
kelola investasi TI pada aplikasi SIA. Berikut
mengelola investasi TI sebagai portofolio.
penjelasan dari masing- masing domain val
PUSKOM UT telah memiliki blueprint
IT.
sebagai portofolio untuk menunjang
Tingkat kematangan tata kelola investasi pengelolaan investasi aplikasi SIA. Namun,
aplikasi SIA pada PUSKOM UT untuk pendefinisian permulaan investasi aplikasi
domain value governance, berdasarkan hasil SIA masih belum konsisten. Hal ini
identifikasi pada level 3 (defined). ITGI disebabkan oleh perubahan kebijakan
(2008) menggambarkan kondisi pada saat manajemen pusat tentang arah pengunaan
organisasi telah menyadari kebutuhan tata pada aplikasi SIA. Contoh pada kasus ini
kelola dalam proses pemilihan dan ialah adanya perubahan kebijakan pimpinan
pelaksanaan investasi baru, memberikan mengenai penambahan fitur dalam aplikasi
layanan TI yang efisien, dan menjamin SIA, padahal sebelumnya tidak direncanakan
alokasi sumber daya TI yang optimal. pada blueprint. Hal ini sesuai dengan temuan
PUSKOM UT sudah memiliki prosedur Tepper (2006) yang mengisyaratkan bahwa
kerangka tata kelola investasi SIA yang telah pengambilan keputusan yang tidak sesuai
distandarisasi, didokumentasikan dan dengan perencanaan akan memberikan
dikomunikasikan melalui pelatihan. Namun, dampak yang merugikan pada pencapaian
implementasinya masih belum maksimal. target organisasi.
Hal tersebut disebabkan oleh kualitas dan
Tingkat kematangan manajemen investasi
kuantitas sumber daya manusia pada
aplikasi SIA pada PUSKOM UT untuk
PUSKOM UT. Contohnya, minimnya jumlah
domain investment management,
karyawan PUSKOM UT mengakibatkan
berdasarkan hasil identifikasi pada level 3
institusi harus merekrut dan melatih
(defined). ITGI (2008) menggambarkan
karyawan baru karena belum maksimalnya
kondisi pada saat organisasi memiliki
pengelolaan SDM. Sedangkan, Yasmin
pemahaman kebutuhan untuk mengelola
(2008) mengisyaratkan bahwa pengaturan
investasi TI sebagai kesatuan utuh program
dalam praktik manajemen SDM memberikan
dan adanya peningkatan kesadaran terhadap
dampak positif yang signifikan pada kinerja
pentingnya mengelola perubahan dalam
organisasi. Pengelolaan SDM pada
organisasi. PUSKOM UT saat ini sudah
PUSKOM UT yang belum maksimal ini
memiliki pemahaman untuk mengelola
investasi aplikasi SIA dalam bentuk master Pemanfatan aplikasi SIA oleh PUSKOM
plan. Namun, peningkatan kesadaran untuk UT saat ini dianggap sebagai penggerak
mengolola perubahan masih belum utama bagi proses bisnis institusi untuk
menyeluruh. Hal ini disebabkan oleh meminimalisir biaya dan waktu serta
penyampaian kebermanfaatan investasi meningkatkan kinerja operasional
aplikasi SIA. Contoh pada penelitian ini perusahaan. Hal tersebut didukungan oleh
adanya pembaharuan investasi SIA saat ini, infrastruktur yang besar serta dukungan dari
tidak disampaikan secara rinci ke pihak pimpinan dan manajemen untuk
manajemen tingkat bawah, sehingga mereka menyediakan sumber daya TI yang
hanya mengikuti arahan dari atasan. Hal ini dibutuhkan. Namun, PUSKOM UT belum
sesuai dengan Khatri (2009) yang memaksimalkan pengunaan aplikasi SIA
mengisyaratkan bahwa karena rendahnya dalam menentukan arah strategis mereka.
partisipasi dari manajemen level bawah serta Dengan hal ini, investasi TI pada aplikasi SIA
buruknya penyampaian informasi dan dapat dikategorikan sebagai business proses
komunikasi mengakibatkan kualitas design/reengenering dalam dampak dari
keputusan yang rendah. Pada PUSKOM UT, pemanfaatan TI mereka. Hal tersebut sesuai
manajemen level bawah tidak dilibatkan dengan Applegate, Austin dan Soule (2009)
dalam pengambilan keputusan investasi yang menggambarkan bahwa organisasi telah
aplikasi SIA, sehingga mereka tidak memaksimalkan kapabilitis TI yang mereka
mengetahui kebermanfaatan yang miliki untuk menjalankan operasional
komprehensif dari aplikasi SIA yang organisasi, tetapi belum mengarah pada level
dilakukan. strategis.

Secara komprehensif, val IT menilai


dampak dari investasi aplikasi SIA pada
PUSKOM UT berada di posisi business High Business Process Business
process design/reengenering seperti pada Design/Reengeneer Transformation
Proses Pencapaian yang
gambar 4. Menurut Applegate, Austin, dan Diinginkan
Reengenering
Soule (2009), menggambarkan business IT Impact PUSKOM UT PUSKOM UT
process design/reengenering sebagai on Core
Capabilitie
keadaan dimana organisasi sudah memiliki s Memunculkan
kapabilitas TI yang maksimal termasuk Pemangkasan Business
Biaya PUSKOM Oportunity
proses dan infrastruktur TI, individu yang UT PUSKOM UT
memiliki pemahaman TI, budaya yang Low Emergin Oportunity
Incremental Improvement
mendukung adanya TI, dan tata kelola TI
Low IT Impact High
yang baik. Keadaan selanjutnya
on Core
menggambarkan bahwa organisasi belum Strategy
memaksimalkan dampak TI yang mengarah
pada level strategis (Applegate, Austin, dan Gambar 4 Peta Implikasi TI
Soule, 2009).
Implikasi Manajerial analisis perekrutan hingga peningkatan
kualitas SDM. Manajemen SDM ini dapat
Penelitian ini menjelaskan penilaian
menjadi solusi atas ketidaktepatan waktu
investasi aplikasi SIA menggunakan
perekrutan yang berakibat pada
framework val IT 2.0 di PUSKOM UT. Dari
keterlambatan implementasi SIA. Hal ini
hasil rekapitulasi kuesioner sebesar 83%
didukung oleh Shapiro, dkk (2013) yang
responden menyatakan YA dengan rata- rata
mengisyaratkan perekrutan dan seleksi SDM
tingkat maturitas cukup (defined). Penilaian
sangat penting untuk memastikan organisasi
framework val IT 2.0 memberikan gambaran
mendapatkan individu yang dibutuhkan.
bagi institusi dalam mengembangkan
investasi TI yang efektif, evisien, dan Pada domain portofolio management
meminimalisir biaya dan risiko (ITGI,2008). perlu ditingkatkan. PUSKOM UT sebaiknya
Tujuan dari penerapan framework ini ialah melakukan peningkatan integrasi kompetensi
untuk menjadi solusi bagi institusi dan organisasi baik internal (PUSKOM UT)
stakeholder dalam pengambilan keputusan maupun eksternal (divisi lain), dalam hal ini
investasi TI. Penelitian ini juga berhasil merespon perubahan dengan cepat.
mengidentifikasi tingkat maturitas dari setiap Peningkatan integrasi kompetensi tersebut
sub-dimensi framework val IT 2.0. Sehingga, dapat menjadi solusi apabila terjadi
implikasi manajerial dari penilaian investasi perubahan kebijakan- kebijakan fitur pada
TI aplikasi SIA menggunakan framework val aplikasi SIA. Hal ini didukung oleh dynamic
IT 2.0 pada PUSKOM UT ialah bagaimana capabilities theory (Teece, Pisano, dan
meningkatkan tingkat maturitas dari setiap Shuen, 1997) yang mengisyaratkan
sub-domain framework val IT 2.0. kemampuan organisasi untuk
mengintegrasikan, membangun, dan
Menurut ITGI (2008), framework val IT
mengkonfiguraasi ulang kompetensi internal
adalah sebuah kerangka tata kelola yang
dan eksternal dalam mengatasi lingkungan
berhubungan dengan evaluasi dan seleksi
yang berubah dengan cepat.
investasi teknologi informasi dalam bisnis,
melakukan realisasi dari manfaat dan Pada domain investment management
memberikan nilai dari investasi. Sub-dimensi perlu ditingkatkan. PUSKOM UT sebaiknya
dari framework val IT 2.0 terdiri dari value melakukan komunikasi dengan saluran
governance (VG), portofolio management tertentu kepada seluruh pihak- pihak yang
(PM), dan Investment Management (IM). terkait tentang strategi dan goal dari investasi
Untuk membantu organisasi dalam aplikasi SIA. Komunikasi tersebut
meningkatkan kapabilitas investasi TI dibutuhkan PUSKOM UT untuk
dilakukan benchmarking pada tiap- tiap sub- meningkatkan kesadaran pihak- pihak terkait
domain framework val IT 2.0 menggunakan untuk mengelola perubahan dalam
maturity level (ITGI,2006). organisasi. Hal ini didukung oleh teori
diffusion of innovation (Rogers, 1962) yang
Pada domain value governance perlu
menjelaskan difusi ialah proses sebuah
ditingkatkan. PUSKOM UT sebaiknya
inovasi dikomunikasikan melalui saluran
melakukan manjemen SDM, mulai dari
tertentu dari waktu ke waktu di antara paradigma baru atas penggunaan aplikasi
anggota sistem sosial yang berfokus pada SIA yang bukan hanya untuk operasional
penyebaran pesan yang berisi ide baru. melainkan juga untuk penentuan arah
kebijakan strategis organisasi.
Pencapaian organisasi yang baik harus
memaksimalkan keselarasan antara Kesimpulan
kapabilitas yang dimiliki dan strategi
Berdasarkan hasil analisis yang telah
perusahaan yang ingin dicapai. Applegate,
dilakukan pada penelitian ini dapat
Austin dan Soule (2009) menggambarkan hal
disimpulkan bahwa:
tersebut sebagai business transformation,
organisasi yang menggunakan TI sebagai 1. Berdasarkan hasil dari framework val IT
penunjang operasional dan kebijakan strategi 2.0 pada PUSKOM UT terutama pada
organisasi. Organisasi menentukan arah investasi aplikasi SIA, sebagai berikut:
kebijakan strategi mereka dengan A. Value Governance memiliki tingkat
menggunakan TI lebih memiliki keunggulan kematangan pada level 3 (defined).
di industri mereka (Applegate, dkk, 2009). Tingkat tersebut mengisyaratkan bahwa
Selanjutnya, organisasi menggunakan TI PUSKOM UT sudah memiliki prosedur
sebagai pendukung operasional dapat tata kelola investasi aplikasi SIA yang
memberikan nilai tambah pada proses bisnis telah distandarisasi namun pada saat
organisasi (Applegate, dkk, 2009). Oleh implementasi masih belum maksimal. Hal
karena itu, TI dapat memberikan manfaat tersebut mengakibatkan keterlambatan
yang besar, jika digunakan dengan jadwal implementasi aplikasi SIA.
lingkungan kontrol yang baik dan B. Portofolio Management memiliki tingkat
terintegrasi. kematangan pada level 2 (repeatable).
Tingkat tersebut mengisyaratkan bahwa
PUSKOM UT saat ini belum dapat
PUSKOM UT telah memiliki portofolio
dikategorikan sebagai business
investasi pada aplikasi SIA namun
transformation. Keadaan tersebut disebabkan
pendefinisian permulaan investasi aplikasi
oleh PUSKOM UT kurang memaksimalkan
SIA masih belum konsisten. Hal tersebut
pemanfaatan investasi aplikasi SIA dalam
mengakibatkan perubahan kebijakan
menentukan arah kebijakan strategis
pimpinan dan manajemen tentang arah
organisasi. Hal ini berbanding terbalik oleh
penggunaan aplikasi SIA.
Applegate, dkk (2009). Mereka
C. Investment Management memiliki tingkat
mengisyaratkan bahwa organisasi yang
kematangan pada level 3 (defined).
melibatkan TI dalam penentuan arah
Tingkat tersebut mengisyaratkan bahwa
kebijakan strategis dan operasional dapat
PUSKOM UT sudah memiliki pemaham
memberikan peluang berkembang yang
untuk mengelola investasi TI namun
tinggi bagi organisasi. Keadaan inilah yang
kesadaran untuk mengelola perubahan
disebut dengan business transformation
masih belum menyeluruh. Hal tersebut
(Applegate, dkk, 2009). Oleh karena itu
menyebabkan penyampaian manfaat
PUSKOM UT memerlukan adanya
investasi aplikasi SIA tidak tersampaikan dan mengurangi proses burning money
menyeluruh. yang sia- sia pada institusi.
3. PUSKOM UT diharapkan dapat
Secara komprehensif penerapan aplikasi
memaksimalkan investasi SIA tidak hanya
SIA pada UT berada pada level business
fokus sebagai alat operasional institusi,
process design/reengineering, dimana
tetapi dapat memaksimalkan aplikasi SIA
PUSKOM UT sudah memiliki kapabilitas TI
untuk mengambil keputusan pada level
yang maksimal, tetapi belum
strategis.
memaksimalkan dampak TI yang mengarah
pada level strategis. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menghadapi keterbatasan-
2. Berdasarkan hasil analisis business case
keterbatasan tertentu dalam pelaksanaan,
investasi TI aplikasi SIA yang diterapkan
yaitu ketidakperolehannya data dokumentasi.
pada PUSKOM UT, dapat disimpulkan
Lalu, penelitian ini hanya menyoroti dari
bahwa aplikasi SIA dimasukkan kedalam
aplikasi SIA pada UT, bukan dari
prioritas portofolio dengan fokus pada
keseluruhan investasi TI di UT. Hal ini dapat
mendapatkan manfaat non-finansial dari
dilakukan pada penelitian selanjutnya.
investasi TI aplikasi SIA.

Saran
6. Referensi
Berdasarkan hasil analisis yang telah
Applegate. Lynda M, Austin. Robert D,
dilakukan pada penelitian ini diajukan Soule. Deborah L. (2009). Corporate
beberapa saran dalam penerapan investasi TI, Information Strategy and Management.
sebagai berikut: McGraw. Hill International Edition.
Eight Edition.
1. PUSKOM UT disarankan untuk
menerapkan langka- langkah perencanaan Budianto, T. (2014). Kajian Penerapan
investasi TI tidak hanya pada aplikasi SIA Proses Tata Kelola Teknologi
Informasi Pada Proses Pengelolaan
tetapi juga pada seluruh investasi TI
Investasi Dalam Transformasi
institusi. Kemudian hal tersebut perlu Kelembagaan: Studi Kasus
diukur secara periodik agar dapat Kementerian Keuangan. Fasikom, UI.
mengambarkan value dari investasi TI
Cahyono dan Nugroho, (2014). Belajar Dari
secara realtime supaya cepat mengambil
Kegagalan Proyek- Proyek Teknologi
tindakan apabila terjadi perubahan- Informasi. Seminar Nasional
perubahan kebijakan pada institusi. Informatika 2014 (semnasIF 2014).
2. Diperlukan perbaikan dan peningkatan
Cook, Rick. (2007). How to Spot a Failing
pelaksanaan dari setiap proses framework
Project.
val IT 2.0 dan keterlibatan pimpinan dan http://www.cio.com/article/2438424/p
manajemen yang proaktif dalam roject-management/how-to-spot-a-
mengawasi seluruh proses investasi TI. failing-project.html. Diakses tanggal
Hal tersebut diperlukan untuk dapat 12 Februari 2017.
memahami manajemen bisnis investasi TI
Conn, Stamford (2016). Gartner Survey Kozina,M., & Popovic,D. (2010). VAL IT
Reveals Investment in Big Data is UP Framework and ICT benefits, 221-228.
but Fewer Organizations Plan to
Invest. Moleong, L.J. (2012). Metodologi Penelitian
http://www.gartner.com/newsroom/id/ Kualitatif. Bandung : PT Remaja
3466117. Diakses tanggal 20 Mei 2017. Rosdakarya.

Cooper, D.R. dan P.S. Schindler. (2014). Nasution, S. (1988). Metode Penelitian
Business Reasearch Methods. New Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
York. 12th Edition. MCGraw Hill Press, Gil. (2014). Gartner Predicts Top
International Edition 2015 and Beyond Trend for
Creswell, John. (2016). Research Design Technology, IT Organization, and
Quantitative, Qualitative and Mixed Consumers.
Method Approach. California: Sage https://www.forbes.com/sites/gilpress/
Publication Inc. 2014/10/09/gartner-predicts-top-
trends-for-technology-it-organizations-
Ghozali, Imam. (2003). Aplikasi Multivariate and-consumers-for-2015-and-
Dengan Program SPSS. Badan beyond/#31a27ff010d2. Diakses
Penerbit Universitas Diponegoro: tanggal 20 Mei 2017.
Semarang.
Robina, Yasmin. (2008). A Study on the
Huber, Nick. (2002). Gartner:firms waste Effects of Strategic HRM System on
€351bn each year on ill-conceived IT Performance: The Case of Pakistani
projects. Manufacturing Companies. Japanese
http://www.computerweekly.com/new Journal of Administrative Science.
s/2240044713/Gartner-firms-waste- Volume 21. No.1. 2008. 47-60
351bn-each-year-on-ill-conceived-IT-
projects. Diakses tanggal 12 Februari Roger, E.M. (1962). Diffusion Of Innovations
2017. Third Edition. New York, NY: The
Free Press.
ITGI. (2006). IT Governance Global Status
Report. USA: IT Governance Institute.
Ross, Jeanne W. and Cynthia M. Beath.
ITGI. (2007). Control Objectives for (2002). Beyond the Business Case:
Information and Related Technology New Approaches to IT Investment. MIT
(COBIT4.1). USA: IT Governance Sloan Management Review.
Institute.
Santoso, Singgih. (2003). SPSS Statistik
ITGI. (2008). Enterprise Value: Governance Multivariat. PT Elex Media
of IT Investments, The Val IT Komputindo. Jakarta.
Framework 2.0. USA: IT Governance
Sumardi Suryabrata. (2005). Metodologi
Institute.
Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Khatri, Naraseh. (2009). Consequence of Persada.
Power Distance Orientation in
Organisations. The Journal of Business Teece, D.J., Pisano, G. and Shuen, A. (1997).
Perspective. Vol 13. Dynamic Capabilities And Strategic
Management. Strategic Management
Journal, pp.509-533.
Tepper. J. Bennett, Duffy. Michelle K, Henle. Yin, R.K. (2013). Case Study Design and
Christine A, Lambert. Lisa Schurer. Method. Cetakan 13. PT Rajawali Pers.
(2006). Procedural Injustice, Victim
Precipitation, and Abusive
Supervision. Personnel Psychology,
2006, 59, 101-123.
Yanti. (2008). Keputusan Investasi Teknologi
Informasi. Binus journal vol.1 no.1,
(9), 65-72.

Anda mungkin juga menyukai