Oleh :
DEWA SATRIA BUDI WIGUNA
05 / 1915124025
VA D4 MPK
HALAMAN JUDUL
Puja dan Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat dan harmat-Nyalah Laporan survey pendahuluan “ Perencanaan
Penggantian Jembatan Tukad Buleleng, Ruas Jalan Bakung – Sari Mekar – Padang Bulia” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan survey pendahuluan ini penulis banyak mendapat dukungan,
bimbingan, dan bantuan, serta semangat dari banyak pihak. Untuk itulah dengan penuh rasa
hormat penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak tersebut yang tidak bisa penulis
tuliskan satu persatu.
Penulis sadar betul bahwa laporan survey pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis menerima dengan tangan terbuka segala jenis kritik dan saran yang sekiranya membantu
pengembangan kedepannya.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan survey pendahuluan ini dapat membantu
semua pihak yang membutuhkan.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................................................2
1.3 Sasaran Proyek.......................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
METODE SURVEI.........................................................................................................................4
2.1 Survei Lokasi.........................................................................................................................4
2.2 Survei Topografi....................................................................................................................5
2.3 Survey Geologi....................................................................................................................12
2.4 Survey Hidrologi..................................................................................................................13
2.5 Survey Hidrolika..................................................................................................................14
2.6 Sumber Material...................................................................................................................14
BAB III..........................................................................................................................................20
ANALISIS.....................................................................................................................................20
3.1 Lebar Lantai Kendaraan dan Trotoar...................................................................................20
3.2 Kondisi Eksisting Jembatan.................................................................................................21
3.3 Jalan Pendekat......................................................................................................................21
3.4 Potensi Scouring dan Landslide...........................................................................................22
BAB IV..........................................................................................................................................23
SARAN TINDAK LANJUT.........................................................................................................23
4.1 Survey Topografi.................................................................................................................23
4.2 penyelidikan Tanah..............................................................................................................24
4.3 Perhitungan Banjir Scouring................................................................................................27
BAB V...........................................................................................................................................28
JADWAL KEGIATAN BERIKUTNYA......................................................................................28
5.1 Penyusunan Laporan................................................................................................................28
iii
5.2 Perencanaan Detail...............................................................................................................28
5.3 Konsep Detail Perencanaan.................................................................................................29
BAB VI..........................................................................................................................................34
KESIMPULAN..........................................................................................................................34
6.1 Kesimpulan.....................................................................................................................34
LAMPIRAN PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN.........................................................36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jembatan sebagai salah satu prasarana penghubung pada hakikatnya merupakan unsur
penting dalam usaha pengembangan kehidupan bangsa. Keberadaan jembatan akan
memberikan dampat pada beberapa bidang seperti bidang sosial, ekonomi, pertahanan dan
keamanan. Prasarana public memegang perencanaan dalam kemajuan dan perkembangan
suatu daerah, hal ini disebabkan karena prasaranan tersebut berhubungan langsung dengan
kebutuhan masyarakat. Jembatan sebagai salah satu prasaranan publik yang berfungsi
menghubungkan daerah-daerah yang terisolir dan akan membuka akses transportasi pada
daerah tersebut.
Salah satu contohnya yang sedang terjadi di Desa Bakung Kec. Sukasada, Kab.
Buleleng. Arus lalu lintas di desa ini cukup ramai karena merupakan jalur alternative
menuju kota singaraja, namun tidak di dukung dengan insfrastruktur yang memadai. Di
desa Bakung memiliki jembatan yang sudah terlihat kurang layak dan lebarnya pun hanya
mencukupi sutu kendaraan. Dimana jembatan lama selain kecil dan sudah tidak memenuhi
kapasitas jalan yang dibutuhkan untuk dilalui. Jembatan lama yang hanya dapat dilalui
kendaran roda dua hanya satu arah. Untuk menampung kapasitas dan beban lalu lintas
yang lebih besar maka dibuat perencanaan jembatan baru yang lebih kuat. Alasan lain yang
melandasi perlunya pembangunan jembatan ini adalah adanya keinginan pemerintah
daerah untuk lebih menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dan industry daerah sekitar
sehingga diharapkan dapat dicapai pemerataan hasil pembangunan.
1
Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Pekerja Umum dan Penataan Ruang
(PUPR) telah membangun sebuah jembatan baru yakni Jembatan Bakung yang terletak di
daerah Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Pembangunan jembatan ini, dengan
maksud untuk menggantikan Jembatn Bakung yang sebelumnya, karena jembatan
sebelumnya sudah terlihat rusak atau kurang layak.
Dengan demikian, dapat di capai kelancaran distribusi barang dan jasa atau kegiatan
masyarakat dari kota ke desa sekitarnya maupun sebaliknya. Dengan kata lain penyaluran
barang dan jasa atau kegiatan masyarakat menjadi lancar. pembangunan jembatan ini
diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif permasalahan yang ada.
Secara umum bertujuan untuk menciptakan sarana infrastruktur jalan yang memadai
antar desa, serta optimalisasi fungsionalitas ruas jalan tersebut diatas sehingga dapat
mendukung perkembangan kawasan wisata di wilayah tersebut. Sementara Tujuan Khusus
dari hasil survei ini adalah tersedianya dokumen perencanaan teknis untuk ruas jalan
tersebut diatas, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan pembangunan
fisik untuk ruas jalan tersebut.
Adapun tujuan dari proyek Penggantian Jembatan Tukad Buleleng Ruas Jalan Bakung
– Sari Mekar – Padang Bulia Ini Adalah :
1. Untuk mengganti jembatan lama yang telah rusak serta memperoleh struktur bangunan
bawah dan struktur bangunan atas yang kuat, serta realisasi waktu dan biaya
pengerjaan yang sesuai dengan jadwal rencana.
2. Dapat menghubungkan jalan desa Bakung ke jalan desa Sari Mekar, dengan adanya
jembatan ini diharapkan jarak tempuh menjadi lebih singkat, dapat menjadi jalan
alternatif, memberikan kelancaran dan kemudahan untuk berlalu lintas dengan rasa
aman dan nyaman.
2
3. Serta membuat arus perekonomian dari dan ke daerah yang dihubungkan oleh jembatan
tersebut lebih lancar, sehingga hal ini dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Sasaran dari kegiatan ini yaitu sasaran yang akan diperoleh hasil dari layanan
konsultansi ini, yaitu sebagai berikut :
a. Jembatan yang akan disediakan untuk dapat disediakan oleh arus lalu lintas.
3
BAB II
METODE SURVEI
2.1 Survei Lokasi
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai proyek yang menjadi sasaran
dalam penyajian laporan survei pendahuluan ini, maka perlu menyajikan secara singkat
mengenai data-data secara umum dari proyek tersebut :
Nama Proyek : Penggantian Jembatan Tukad Buleleng Ruas Jalan Bakung – Sari Mekar –
Padang Bulia
Lokasi Proyek : Pada Ruas Jalan Bakung – Sari Mekar – Padang Bulia
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek Penggantian Jembatan Tukad Buleleng Ruas
Jalan Bakung – Sari Mekar – Padang Bulia
Sumber : CV. GANESHA TEKNIKA
4
Pada pelaksanaan survey jembatan tukad Buleleng ini meliputi pencatatan seluruh data
fisik jembatan lama dan kondisi sungai sebagai berikut :
1. Mengumpulkan dan mereview data-data lokasi pekerjaan dan situasinya antara lain
rencana as jembatan , jalan pendekat, jembatan existing, kondisi hulu dan hilir sungai
serta informasi lainnya secara umum dari segi geografis, tata guna lahan, sosial
ekonomi.
2. Menyiapkan peta dasar yang berupa peta topografi dan peta-peta pendukung lainnya
(peta geologi, tata guna tanah, hidrologi, dan sebagainya) yang dipakai untuk
menentukan lokasi jembatan yang sesuai.
3. Mengumpulkan dan mereview data lalu lintas.
4. Mempelajari dan menganalisa data curah hujan pada daerah rencana jembatan melalui
station-station pengamatan cuaca yang telah ada ataupun pada Jawatan Meteorologi
setempat, termasuk data banjir, erosi dan lain sebagainya.
5. Menganalisa secara visual keadaan tanah dasar pada daerah rencana jembatan.
6. Mengumpulkan informasi lokasi sumber material (quarry) dan kemungkinan
pemanfaatan material setempat.
7. Mengumpulkan data harga satuan material, upah buruh, biaya pembebasan lahan dan
sebagainya yang berkaitan dengan rencana pekerjaan.
8. Membuat foto-foto dokumentasi mengenai kondisi lapangan yang bersangkutan dan
khusus untuk kepentingan desain jembatan.
9. Memperhatikan usulan lainnya dari pihak-pihak terkait
10. Menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
11. Mengumpulkan data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting
5
a. Jenis kegiatan
Pekerjaan pengukuran topografi untuk perencanaan jembatan secara umum terdiri
dari 4 bagian pekerjaan :
Pekerjaan pengukuran lapangan
Pengolahan data
Penggambaran
Pelaporan
Selain itu pemetaan topografi ini adalah untuk memperoleh gambaran bentuk dan
tinggi rendahnya relief muka tanah termasuk data situasi dari semua unsur yang ada di
atasnya, seperti alur sungai, tegalan, sawah, kampung, bangunan-bangunan prasarana
umum dan lain-lain.
Untuk pemetaan topografi pada daerah yang relatif kecil (pemetaan situasi) dapat
dilakukan dengan cara tachymetri. Pengambilan data dari setiap obyek yang dipilih akan
berupa data posisi dalam sistem koordinat polar. Kemudian untuk keperluan
penggambaran peta situasi dan untuk keperluan perencanaan teknis selanjutnya, data
dalam sistem polar ini harus di konversi menjadi data posisi dalam koordinat katersian
(x,y,z).
6
Alat ukur jarak elektronis EDM untuk pengukuran jarak pada daerah yang lurus atau
datar (apabila dibutuhkan).
Kontrol pengukuran sudut dengan GPS
Roll meter (50 meter) untuk pengukuran jarak pada daerah yang berbukit dan
menikung Untuk komunikasi digunakan handy talkie.
Pengolahan data dan penggambaran menggunakan komputer, printer serta plotter.
7
Patok Poligon adalah patok yang merupakan titik poligon di lapangan.
Patok poligon terbuat dari kayu dengan ukuran (4 x 6 x 60) cm, dan ditanam
sedemikian rupa
sehingga bagian patok yang muncul diatas tanah 10 cm. Patok poligon dipasang
dengan interval maksimum 100 meter.
Untuk keperluan orientasi arah Utara dilakukan pengamatan matahari disalah satu
sisi jaring poligon. Pengamatan dilakukan 2 seri. Sistem koordinat kartesian
menggunakan sistem nasional, jika memungkinkan dengan melakukan pengikatan
terhadap titik triangulasi terdekat. Jika tidak memungkinkan dapat dilakukan koordinat
lokal.
8
Kesalahan pengukuran sudut yang diperbolehkan adalah 10”√n, dimana n adalah
banyaknya titik sudut poligon. Pengukuran KDH pada awal dan akhir pekerjaan di-
overlapkan 200 meter dengan team pengukuran lain searah dengan pelaksanaan
pengukuran
Datum adalah titik lengkap, seperti TTG, peil pelabuhan, peil jembatan atau titik
referensi lainnya. Jika tidak memungkinkan dapat digunakan koordinat lokal. Alat
ukur yang digunakan adalah Waterpass (sejenis WILD NAK-2) dengan rambu ukur
yang dilengkapi nivo rambu.
9
e). Pengukuran Profil
Untuk keperluan pekerjaan tanah (earth-work), seperti penggalian dan
penimbunan tanah, diperlukan data profil memanjang dan melintang guna mengetahui
besarnya volume tanah yang akan digali maupun di timbun. Profil memanjang
bertujuan untuk menentukan ketinggian titik sepanjang garis rencana jalan, sedangkan
profil melintang diperlukan untuk mengetahui profil lapangan pada arah tegak lurus
garis rencana jalan.
100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan rencana. Pengukuran dilakukan
untuk memperkirakan ketinggian air tertinggi daerah sungai, profil sungai dan
rencana bentang jembatan atau jembatan yang akan di-desain. ii).
Perpotongan dengan jalan eksisting Daerah sekitar jalan eksisting yang
diukur meliputi :
100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan rencana. Pengukuran meliputi
situasi jalan eksisting, dan profil jalan eksisting. iii). Perpotongan dengan
proyek pembangunan jalan Daerah sekitar jalan sedang dalam pembangunan,
yang di ukur meliputi :
100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan rencana. Pengukuran meliputi
situasi jalan eksisting dan profil jalan proyek.
a. Pengolahan Data
10
Perhitungan koordinat KDH dan KDV untuk tiap loop menggunakan “Hitung
Perataan Bowditch”. Perhitungan elevasi titik profil dan koordinat titik detail dapat
menggunakan bantuan spread sheet.
b. Penggambaran
Perhitungan koordinat KDH dan KDV untuk tiap loop menggunakan “Hitung Perataan
Bowditch”. Perhitungan elevasi titik profil dan koordinat titik detail dapat menggunakan
bantuan spread sheet.
Perhitungan koordinat KDH dan KDV untuk tiap loop menggunakan “Hitung Perataan
Bowditch”. Perhitungan elevasi titik profil dan koordinat titik detail dapat menggunakan
bantuan spread sheet.
c. Pelaporan Pengukuran
Pelaksana pekerjaan akan membuat dan menyerahkan laporan pada Pemberi Tugas
(Pengguna Jasa), yang terdiri dari :
a. Data ukur beserta sketsa lapangan dan potongan melintang.
b. Hasil perhitungan titik kerangka dan data lainnya.
c. Deskripsi BM beserta foto BM.
d. Gambar situasi dan potongan memanjang.
e. Gambar potongan melintang.
f. Gambar situasi khusus jembatan.
g. Gambar situasi khusus perpotongan dengan jalan eksisting.
h. Gambar situasi khusus perpotongan dengan proyek pekerjaan jalan (jika ada).
i. File hitungan koordinat (x, y, z) beserta deskripsinya dalam spread sheet (format excel).
Kota Singaraja terletak di utara Pulau Bali, selain merupakan Daerah Tingkat II, juga
merupakan sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, ekonomi. Letak yang sangat strategis
ini menguntungkan, baik dari segi keuangan maupun dari kepariwisataan karena
merupakan titik pusat berbagai kegiatan sekaligus sebagai penghubung dengan kabupaten
lain.
11
Dari survei topografi yang didapatkan situasi medan Kota Singaraja umumnya
miring kearah utara dengan ketinggian antara 0-75m di atas permukaan laut. Morfologi
landai dengan kemiringan tanah sebagian besar antara 0-5% namun dibagian tepi
kemiringannya bisa mencapai 15%.
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan secara detail dengan peta dasar
topografi skala 1 : 250.000 s/d skala 1 : 100.000. Pencatatan kondisi geoteknik di sepanjang
rencana trase jalan untuk setiap jarak 500 - 1000 meter dan pada lokasi jembatan. Lingkup
dari pekerjaan ini meliputi :
Penyelidikan lapangan
Meneliti pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan prosentase
butiran kasar / halus) sesuai dengan Metode USCS.
Yang dilakukan sebagai berikut:
- Mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data tanah dan material yang
ada dan selanjutnya mengadakan penyelidikan tanah dan material sepanjang
proyek jembatan tersebut, yang akan dilakukan berdasarkan survai langsung di
lapangan maupun di laboratorium.
- Pada lokasi rencana pondasi jembatan dan bangunan lain yang besar harus
diadakan Penyelidikan kondisi surfacenya.
- Menyelediki lokasi sumber material yang ada disekitar proyek beserta perkiraan
jumlahnya untuk pembuatan jalan pendekat jembatan, semua ini harus dibuat
petanya.
Pemetaan
Jenis batuan yang ada di sepanjang trase jalan dipetakan, batas-batasnya
ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untuk selanjutnya diplot dalam
12
gambar rencana dengan skala 1 : 2.000 ukuran A3. Pemetaan mencakup jenis struktur
geologi yang ada antara lain sesar / patahan, kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.
2. Mencatat lokasi – lokasi yang akan dilakukan pengeboran maupun lokasi untuk
test pit.
Tujuan survai hidrologi dan hidrolika yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah
untuk mengumpulkan data hidrologi dan karakter / perilaku aliran air pada bangunan air
yang ada (sekitar jembatan maupun jalan), guna keperluan analisa hidrologi, penentuan
debit banjir rencana (elevasi muka air banjir), pemeriksaan terhadap gerusan, pengarah arus
yang diperlukan.
Penyelidikan hidrologi adalah untuk memperoleh data karakterstik sungai dan cuaca /
iklim yang meliputi :
1. Mangamati muka air banjir yang pernah terjadi, muka air normal dan kecepatan air.
2. Mengamati sifat aliran dan benda hanyut yang terbawah air
3. Mengamati kondisi lereng dan stabilisasinya termasuk vegetasi yang ada pada lereng.
13
Tujuan analisa hidrologi adalah :
Menghitung debit banjir rencana selama periode 50 tahun
Menghitung tinggi muka air banjir dan dibandingkan dengan data banjir lapangan
Menghitung scouring/penggerusan akibat kecepatan air
Untuk menentukan elevasi perletakan jembatan dan rencana bentang
Persyaratan pada survey hidrolika, yaitu proses analisa perhitungan yang harus
mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No.: 03-3424-1994 atau Standar Nasional
Indonesia (SNI) No.: 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1087 tentang Tata Caea Perencanaan
Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan Sungai.
Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacau pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No:
03-3424-1994 atau Standar Nasional Indonesia (SNI) No 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1087 (Tata
Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai). Dan jika masih
diperlukan lain, dapat menggunakan referensi atau literatur-literatur yang terkait dan telah baku.
14
2.6 Sumber Material
Bahan utama dalam konstruksi yang digunakan pada proyek pembangunan Jembatan
Sendang antara lain :
a. Tanah
Tanah pada pekerjaan pembangunan jembtan sendang digunakan pada saat tahap
pekerjaan penimbunan. Tanah di peroleh dari metode cut and fill dan ada juga yang
tanah yang di datangkan dari tambang Karangasem Kubu dengan agregat tanah kelas
A . Beberapa fungsi tanah pada pada proyek:
Untuk menutupi bagian footing agar kontruksi lebih stabil. Footing pada pilar timur
dan barat, dan juga footing pada abuttment timur dan barat semuaya ditimbun oleh
tanah yang di perolah dari metode cut and fill.
b. Air
Kebutuhan air yang digunakan berasal dari sungai tukad Buleleng , yang terdapat
pada lokasi proyek, air pada pembangunan jembatan tukad Buleleng yang berfungsi
sebagai berikut :
Air sungai digunakan untuk perawatan beton agar suhu tetap terjaga dan juga
menjaga kadar air agar tetap stabil , air di sedot dengan pompa kemudian disiramkan
ke area beton.
Air sungai juga digunakan untuk membersihkan peralatan yang digunakan, misalnya
membersihkan bucket excavator yang selesai digunakan untuk mengeruk tanah.
c. Ready Mix
Ready mix merupakan beton jadi yang sudah siap untuk di aplikasikan kedalam
pekerjaan yang berada di lapangan, pada pekerjaan pembangunan Jembatan Tukad
Buleleng sub kontraktor yang ditunjuk oleh kontraktor adalah CV. Ganesha Teknik
15
sebagai penyuplai kebutuhan ready mix pada proyek. Fungsi ready mix pada pekerjaan
pembangunan jembatan sendang digunakan untuk semua pekerjaan pengecoran.
d. Besi Baja
Besi baja yang digunakan harus memenuhi Standart Nasional (SNI) sesuai dengan
peraturan SNI 03-2487-2002. Besi baja digunakan untuk penulangan Dinding Penahan
Tanah, pondasi bore pile, abutment, pilar, balok gelagar, dan balok diafragma. Proyek
Jembatan Tukad Buleleng menggunakan besi dan baja produksi dari Lingkungan
Industri Kaligawe. Besi baja yang digunakan di Proyek Jembatan Tukad Buleleng
adalah jenis ulir denganbeberapa ukuran ,sebagai berikut :
Beton yang digukana proyek Jembatan Tukad Buleleng ini diproduksi oleh PT Tri
Asa Citra Abadi Ready Mix dan PT Sri Ganesh, spesifikasi agregat Ready Mix dari PT
JKB sebagai berikut :
Agregate halus : pasir ex. Gunung Merapi dari batuan yang dihasilkan alat pemecah
batu sebagai bahan utama beton
Semen : type OPC produksi dari PT Semen Gresik Indonesia mempunyai fungsi
sebagai pengikat butiran dalam suatu campuran beton.
16
Air : Tidak boleh mengandung lebih dar 0,1% ion klorida . Air yang digunakan tidak
boleh mengandung zat lain seperti minyak atau zat lain yang dapat merusak mutu.
f. Additives Admixtures
h. Bekisting Multiplek
Bekisting yang digunakan pada terbuat dari bahan multiplek yang mempunyai
ukuran 2,2 m x 1 m. Bekisting disangga dan direkatkan agar kuat sehingga hasil
pengecoran baik.
i. Pengujian Material yang akan Digunakan pada Konstruksi Jalan dan Jembatan
Bilamana bahan aspal, semen, baja dan bahan-bahan fabrikasi lainnya akan
digunakan, maka sertifikat pabrik (mill certificate) bahan tersebut harus diserah-kan
17
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan awal. Direksi Pekerjaan akan
memberikan persetujuan tertulis kepada kontraktor untuk melakukan pemesanan bahan.
Selanjutnya bahan yang sudah sampai di lapangan masih harus diuji ulang.
1. Sumber bahan
Kontraktor harus menentukan sendiri jumlah serta jenis peralatan dan pekerja
yang dibutuhkan untuk menghasilkan bahan yang memenuhi spesifikasi. Kontraktor
harus menyadari bahwa contoh-contoh bahan tersebut tidak mungkin dapat
menentukan batas-batas mutu bahan dengan tepat pada seluruh deposit, dan variasi
mutu bahan harus dipandang sebagai hal yang biasa dan sudah diperkirakan. Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan kontraktor untuk melakukan pengadaan bahan dari
setiap tempat pada suatu deposit dan dapat menolak tempat-tempat tertentu pada
suatu deposit yang tidak dapat diterima.
3. Persetujuan
Jika mutu bahan yang dikirim ke lapangan tidak sesuai dengan mutu bahan yang
sebelumnya telah diperiksa dan diuji, maka bahan tersebut harus ditolak, dan
harus disingkirkan dari lapangan dalam waktu 48 jam, kecuali terdapat
persetujuan lain dari Direksi Pekerjaan.
18
1. Umum yaitu bahan harus disimpan sedemikian rupa sehingga mutunya terjamin dan
terpelihara serta siap dipergunakan untuk pekerjaan. Bahan yang disimpan harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga selalu siap pakai, dan mudah diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan. Tanah dan bangunan (property) orang lain tidak boleh dipakai
tanpa ijin tertulis dari pemilik atau penyewanya.
2. Tempat penyimpanan di lapangan yaitu harus bebas dari tanaman dan sampah, bebas
dari genangan air dan permukaannya harus lebih tinggi dari sekitarnya. Bahan yang
langsung ditempatkan diatas tanah tidak boleh digunakan untuk pekerjaan, kecuali
jika permukaan tanah tersebut telah disiapkan sebelumnya dan diberi lapis
permukaan yang terbuat dari pasir atau kerikil setebal 10 cm.
Tumpukan agregat untuk untuk lapis pondasi atas dan bawah harus dilindungi dari
hujan untuk mencegah terjadinya kejenuhan agregat yang akan mengurangi mutu
bahan yang dihampar atau paling tidak mempengaruhi penghamparan bahan.
19
BAB III
ANALISIS
A. Persyaratan
Adapun standard pengambilan perhitungan harus merujuk Manual Kapasitas Jalan
Indonesia, 1997 (MKJI) dan Pedoman pencacahan survey lalu lintas secara manual Pd T-
19-2004-B
B. Lingkup Pekerjaan
20
1. Survey Volume Kendaraan
2. Survey Lalu-lintas di Persimpangan :
Survey Penghitungan Kendaraan
Survey Traffic Signal
Survey Road & Bridge Inventory
3. Survey Kecepatan Perjalanan Tujuan
3.4 Clearn
21
Clearn pada Jembatan Tukad Bulelng dibuat cukup tinggi dari sungai, untuk mencegah
jembatan tersebut roboh saat terjadinya banjir. Karena jika terjadi hujan yang cukup deras
kemudian air sungai membawa material seperti pohon, material bekas bahan bagunan dan
lain – lain , kemudian material tersebut menumpuk pada clearn jembatan sehingga arus
sungai tidak lacar, hal tersebut bisa menyebabkan jembatan roboh.
Struktur jembatan umumnya terdiri dari dua bagian penting yaitu struktur bagian atas
dan struktur bagian bawah berupa pilar dan abutment. Abutment adalah bagian konstruksi
jembatan yang terletak ditepi sungai yang merupakan pangkal jembatan yang berfungsi
sebagai tumpuan beban jembatan. Walaupun terletak ditepi sungai, namun sebagaimana
halnya pilar jembatan, dasar sungai di sekitar abutment dapat pula mengalami gerusan
yang diakibatkan oleh perubahan pola aliran, karena struktur abutment selalu berhubungan
langsung dengan aliran sungai. Jembatan yang melintas di atas suatu sungai mempengaruhi
karakteristik aliran, utamanya aliran balik (back water) yang diakibatkan terhambatnya
aliran akibat abutment jembatan.
Peningkatan arus yang melintas di bawah jembatan dan aliran turbulen yang
terbentuk adanya tebing sungai menghasilkan gerusan lokal (local scouring) yang
membahayakan struktur jembatan. Abutment jembatan yang berada dalam aliran air
menyebabkan terhambatnya aliran selain juga akibat adanya abutmen jembatan. Perubahan
aliran akibat adanya abutment jembatan mengakibatkan peningkatan arus disekitar pilar.
Peningkatan ini membawa dampak tergerusnya sedimen ataupun material yang
terendapkan di sekitar abutment.
22
dalam beberapa ruas gosongan-gosongan pasir dan kerikil. Disamping rendahnya curah
hujan yang turun juga mempengaruhi besarnya debit yang mengalir, mengakibatkan
material yang terbawa aliran dengan mudah terendapkan di daerah sebelah hilir jembatan.
Hal inilah yang mengakibatkan kecilnya gerusan lokal yang terjadi di sekitar abutment.
BAB IV
Pengukuran topografi yang diperlukan dalam Analisa gerusan lokal jembatan meliputi
pengukuran penampang sungai tiap jarak 5 m dengan batas pengukuran minimal 1 km dari lokasi
jembatan, sampai 1 km di hilir lokasi jembatan. Hasil pengukuran topografi ini selanjutnya
diolah untuk disiapkan sebagai data masukan pada tahapan Analisa berikutnya. Langkah
pengolahan data topografi sungai adalah sebagai berikut:
Siapkan patok- patok rencana pengukuran penampang melintang sungai tiap jarak 5 m.
Ukur koordinat dan elevasi masing- masing patok ukur, minimal mengacu pada
koordinat lokal.
23
Gambar 1.2 Contoh Layout Exixting jembatan dari pengukuran topografi
Adapun beberapa langkah pekerjaan yang harus dilakukan dalam penyelidikan tanah
ini, yaitu sebagai berikut :
24
Bor Mesin
Boring akan dikerjakan dengan alat Bor yang digerakkan dengan mesin yang
mampu mencapai kedalaman yang ditentukan. Mata bor akan mempunyai diameter
cukup besar sehingga undisturbed sample yang diinginkan dapat diambil dengan baik,
dengan diameter core 54,70 mm.
Untuk tanah clay, slit atau tanah lainnya yang tidak terlalu padat, dapat dipakai
steelbit sebagai mata bor, bor intan (diamond bit) atau mata bor tungsten sehingga juga
dapat diambil undisturbed samplenya dari lapisan tanah tersebut.
Pada setiap interval kedalaman 1,5 meter akan dilakukan Standard Penetration
Test (SPT). Standard Penetration Test dilakukan sesuai ketentuan sebagai berikut :
Pada setiap kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lain, maka rata-rata
kedalaman diambil kurang lebih 3,0 meter) pada tanah lunak akan diambil undisturbed
sample untuk test di laboratorium guna mendapatkan harga index dan engineering
properties lapisan tanah. Undisturbed sample akan diambil dengan cara sebagai berikut :
- Tabung sample (yang dibuat dari baja tipis tetapi keras dan berbentuk silinder
dengan diameter rata-rata 7,0 cm, panjang minimal 50 cm) dimasukkan ke dalam
tanah pada kedalaman dimana undisturbed sample akan diambil kemudian ditekan
perlahan-lahan sehingga tabung tersebut dapat penuh terisi tanah.
- Tanah tersebut akan tetap berada dalam tabung sample tersebut samapi saatnya
untuk ditest di laboratorium.
- Tabung yang berisi contoh tanah tersebut akan segera ditutup dengan paraffin
setelah dikeluarkan dari dalam lubang bor.
Sebagai hasil boring, akan dibuat bor log yang paling sedikit dilengkapi dengan
lithologi (geological description) harga SPT, letak muka air tanah dan sebagainya
beserta letak kedalaman lapisan tanah yang bersangkutan.
Penamaan dari masing-masing tanah akan dilakukan pada saat itu juga sesuai
dengan kedalaman maupun sifat-sifat tanah tersebut yang dapat dilihat secara visual.
Apabila tanah yang dibor dalam hal ini cenderung untuk mudah runtuh, maka persiapan
untuk itu (casing) akan segera dilakukan.
25
Pekerjaan pengambilan tanah dimaksud digunakan untuk penyelidikan lebih lanjut
di laboratorium. Penyelidikan tanah dengan membor lubang bor akan diatur sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan data maksimal pada tanah dasar penampang sungai.
Sebagai hasil penelitian lapangan yang memerlukan pemboran, letak lubang bor,
jumlah dan kedalamannya akan sesuai dengan keperluannya. Pelaksanaan pemboran
dilaksanakan sebanyak 2 titik, masing-masing pada kedua tepi rencana abutment.
Penyelidikan lapangan yang dilakukan pada daerah lokasi Quarry berupa test pits,
bertujuan untuk mengetahui lebih jelas mengenai jenis, sifat dan ketebalan lapisan tanah
yang dapat digunakan sebagai material timbunan. Ketentuan pelaksanaan pekerjaan test
pits adalah sebagai berikut :
- Ukuran test pits adalah 1,00 – 1,50 m2 dengan kedalaman maksimum 3,00 meter.
- Penamaan dan deskripsi masing-masing jenis tanah, warna dan tebalnya sesuai
dengan kedalamannya dilakukan pada pelaksanaan pekerjaan test pits.
Pada setiap daerah yang diperhitungkan dapat berfungsi sebagai sumber quarry,
perlu dianalisa dan diplot pada peta Geologi. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Jenis Quarry
- Dan sebagainya
Untuk bahan berbutir kasar akan dilakukan pengambilan contoh sirtu di daerah-
daerah penggalian atau penambangan batu yang ada di sekitar proyek yang kemudian
dianalisa di laboratorium.
Pengujian Laboratorium
Pengujian laboratorium terhadap contoh tanah adalah untuk menentukan Index
dan Engineering Properties tanah, yaitu sebagai berikut :
1. Kadar air
2. Unit Weight
3. Specific gravity
4. Atterberg limits
3. Consolidation test
27
1) Pelaksanaan test sondir/test pit
2) Pelaksanaan test boring untuk mengambil contoh tanah dan uji SPT
3) Pengamatan struktur tanah, karakteristik, warna dan tipe tanah
4) Anlisa Lab untuk mengetahui index properties tanah dan kharakteristik tanah
BAB V
Dalam phase Perencanaan Detail dan Laporan Akhir, Konsultan wajib melaksanakan
proses sebagai berikut:
1. Perhitungan Rencana
28
a. Bridge Management System (BMS) 1992 bagian BDC (Bridge Design Code) dengan
revisi pada:
- Bagian 7 dengan Perencanaan struktur baja untuk jembatan (SKSNI T-03- 2005).
sesuai Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
b. Bridge Management System (BMS) 1992 bagian BDM (Bridge Design Manual).
c. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya SK.SNI Laporan
Pendahuluan T-14-1990-0.3).
d. Perencanaan geometric jalan raya yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga
No. 13/70.
- Jenis dan Kelas jembatan fermasuk pembebanan (BM) yang digunakan terhadap lalu
lintas jembatan yang ada akan ditetapkan kemudian oleh Project Officer dan PPK
a. Proses ini konsultan menentukan semua kesimpulan hasil survai lapangan dari semua
bagian proyek, antara lain menyangkut:
5 Penetapan lokasi jembatan baru harus berdasarkan peta topografi dan evaluasi hasil
survai Ppendahuluan pada jembatan yang direlokasikan dengan memperhatikan
standard perencanaan yang telah ditetapkan. Untuk realinyemet harus dicantum kan
sepanjang as jalan baru, tangen point, titik-titik pada jarak tiap 50 meter sc, sc dan
beberapa titik lainnya yang perlu, rencana bangunan- bangunan drainase harus
ditetapkan konsultan berdasarkan pertimbangan yang sesuai dengan keadaan
setempat.
29
6 Untuk perhitungan konstruksi pondasi serta bangunan bawah harus disesuaikan
dengan hasilhasil penyelidikan tanah maupun keadaan bahan bangunan.
7 Untuk jumlah serta panjang bentang, harus sesuai dengan keadaan topografi setempat
dengan memperhatikan standard bangunan atau yang akan ditentukan Laporan
Pendahuluan aleh pemberi tugas.
Untuk konstruksi bangunan atas harus digunakan standard Bina Marga yang akan
ditentukan oleh Project Offiser kecuali ditentukan lain.
Konsultan wajib membuat dan menyampaikan kepada pemberi tugas laporan yang
berisi kesimpulan dan saran atas semua bagian perencanaan untuk setiap jembatan,
terutama yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:
Plan di atas peta situasi dengan letak jembatan lama dan baru pada daerah cukup
lebar sehingga jelas kedudukan jembatan tersebut.
Patok-patok pengukuran
Potongan Memanjang
Digambar di bawah plan tersebut pada butir 1 di atas, dengan skala horizontal 1 : 500
dan vertikal 1: 100 yang berisi hal-hal sebagai berikut:
30
Tinggi muka tanah asli, muka air normal, muka air banjir serta elevasi
jembatan
Gambar potongan melintang dibuat menurut letak topografis sesuai dengan keadaan
lokasi yang ditentukan di atas kertas dengan skala horisontal 1:100 dan vertikal 1:
100, dan seterusnya dari kepala jembatan.
Bangunan Jembatan
31
Jadwal pelaksaan dan perkiraan kuantitas.
Dan lain-lain.
Standard - standard dari bangunan pengaman lainnya (bangunan penahan erosi dan
lain-lain).
Perhitungan Volume
Untuk tiap jembatan harus dihitung jumlah pekerjaan untuk tiap bagian dengan
masing - masing kontrak pelaksanaannya dan diringkas dalam beberapa pekerjaan
sebagai berikut :
Mobilisasi
Pekerjaan tanah
Pekerjaan beton
Lain-lain
Perkiraan Biaya
Supaya didapat perkiraan biaya yang tetap dan sesuai, maka konsultan harus
menyiapkan analisa harga satuan dari setiap jenis pekerjaan berdasar kan faktor-
faktor: material, peralatan, sosial, pajak, over head, keuntungan dan pengawasan
yang didapat dari keterangan-keterangan daerah setempat.
32
maka harus dicari penyebabnya dan diadakan penelitian kembali sehingga
didapatkan harga yang sesuai untuk pekerjaan tersebut.
Perkiraan biaya pembebasan tanah (ROW) harus dibuat berdasar kan harga
satuan yang ditentukan oleh pemerintah untuk setiap jenis penggunaan tanah.
Konsultan harus mengumpulkan data dari kontraktor dalam negeri sehingga dapat
memperkirakan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan tersebut dan
selanjutnya memberikan saran bagai mana cara melaksanakan pekerjaan phisik
tersebut.
Laporan
2. Perencanaan Akhir
b. Cetakan perncanaan akhir pada kertas standard Bina Marga harus diserahkan
oleh konsultan kepada pemberi tugas dalam waktu yang telah ditetapkan.
33
c. Semua catatan dan perhitungan pada survei lapangan dan semua kalkir
perncanaan proyek ini harus dimasukkan ke dalam Final Design.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil survey dan perencanaan yang telah dilakukan pada pekerjaan ini makan
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
i. Adanya peningkatan jalan yang sudah ada dikarenakan kondisi jembatan tersebut
sudah tidak memungkinkan untuk melayani lalu lintas yang ada saat ini.
ii. Perlu adanya pembatasan beban kendaraan yang lewat, dimana kenyataan di
lapangan masih ada kendaraan memuat muatan yang melebihi dari yang diijinkan.
34
35
36
LAMPIRAN PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN
PERENCANAAN JEMBATAN PRATEGANG
Data Teknis Perencanaan Jembatan
a. Jembatan
Kelas jalan : Kelas 1
Jumlah jalur : 2 jalur
Panjang jembatan : 40 meter
Lebar jembatan : 9 meter
Lebar lantai kendaraan : 7 meter
Tipe gelagar : Balok I
Tebal Perkerasan : 5 cm
37
b. Trotoir
Jenis konstruksi : Beton bertulang
Pipa sandaran : Circular Hollow Sections D 60.5 mm
Dimensi tiang sandaran : 20/15 cm
Jarak antar tiang :2m
Mutu beton, f’c : 30 Mpa
Mutu baja tulangan, fy : 240 Mpa (polos)
Mutu baja pipa sandaran : 1600 Mpa
Lebar trotoir : 100 cm
Tebal trotoir : 25 cm
Balok kerb : 20/25 cm
Jenis plat trotoir : Beton tumbuk
d. Gelagar
Jenis konstruksi : Beton prategang tipe balok I
Mutu beton, f’c : 50 Mpa
Mutu baja tulangan, fy : 350 Mpa (ulir)
Tipe tendon & angkur : Angker hidup VSL tipe Sc
e. Abutment
Tinggi Abutment : 6 meter
Lebar Abutment : 11.6 meter
Tipe Abutment : Type Kantilever
Mutu beton, f’c : 30 Mpa
Mutu baja tulangan, fy : 240 Mpa (polos)
Mutu baja tulangan, fy : 350 Mpa (ulir)
Gambar Abutment
38
Tegangan Yang Diijinkan (SNI 03 – 2847 – 2002)
1. ft = ¼ ft’ = ¼
=¼ x
=¼ x
39
= 22.5 Mpa = 13.5 Mpa
b. Tegangan serat tarik terluar
~Untuk Gelagar ~Untuk Plat
ft = ½ ft’ = ½
=½ x
=½ x
Ec = 4700
=4700 x
= 33234.02 Mpa
b. Beton konvensional f’c’ = 30 Mpa
Ec’ = 4700
=4700 x
= 25742.96 Mpa
40
Beban putus minimum = 18.75 ton
= 18750 kg
= (18750 x 9.81) N
= 183937.5 N
Beban leleh (20%) = 18750 x 0.8
= 15000 kg
= (15000 x 9.81) N
= 147150 N
3. Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera setelah penyaluran gaya
fp = 0.70 fpu
= 0.70 x 1863.6
= 1304.52 Mpa
41
Perencanaan Trotoir dan Plat Lantai
Perencanaan Trotoir
t( tebal) = 3.2 mm
Pembebanan:
42
Gambar Pembebanan & Statika Pada Sandaran
Dari hasi analisa statika dengan mengunakan program STAAD PRO, diperoleh momen
maksimum , yaitu sebesar 0.642 kNm.
Mmax = 0.642 kNm
= 6420 kgcm
σ =
=
= 818.878
Kg/cm < σ = 1600 kg/cm2
2
Tiang sandaran direncanakan menerima beban terpusat dari sandaran sebesar w x L, yang bekerja
horisontal pada ketinggian 0.9 m dari permukaan trotoir. Direncanakan dimensi tiang sandaran
dengan lebar 15 cm, dan tinggi 20 cm, dengan asumsi tiang sandaran sebagai balok kantilever.
43
Pembebanan
Mmax = pd1u
x X2 – pd2u
x X1 + pd3u
x X2 + plu
x 90 + plu
x 45
= 0.6084 x 5
– 0.3562 x 3.6
+ (2 x 0.0995) x 5
+ 1.5 x 90 + 1.5 x 45
= 205.255 kNcm
Vu = 2 x plu
= 2 x 1.5 kN = 3000 N
Perhitungan penulangan
Data perencanaan:
b = 150 mm
h = 200 mm
f’c = 30 Mpa
fy = 240 Mpa
Direncanakan tulangan pokok Ø 10, sengkang Ø 6
d = h – selimut beton – Ø
sengkang – (½ x Ø Tul. Tarik)
= 200 – 20 – 6 – (½ x 10)
= 169 mm
Penulangan lentur
44
Mu = 205.255 kNcm = 205.255 x 104 Nmm
Mn = = 256.569 x 104 Nmm
m = = 9.412
Rasio penulangan keseimbangan (ρb);
ρb =
=
= 0.0645
ρ max = 0.75 x ρb
= 0.75 x 0.0645 = 0.048375
ρ =
=
= 0.002525
ρ < ρ min 0.002525 < 0.005834 (digunakan ρ min)
As perlu = ρ min
x b x d
= 0.005834 x 150 x 150
= 131.265 mm2
Digunakan tulangan tarik 2 Ø 10
As ada = 2 x ( ¼ x π x Ø 2 )
= 2 x ( ¼ x π x 102 )
= 157.08 mm2 > As perlu = 131.265 mm2 ………….( O.K )
b min = 2 x selimut beton + 2 x Ø sengkang + n x D Tul. Tarik + (n – 1) x 25
= 2 x 40 + 2 x 6 + 2 x 10 + ( 2 – 1 ) x 25
= 137 mm < b = 150 mm ………….( O.K )
45
As’ tekan = 20 % x As perlu
= 0.2 x 131.265 = 26.253 mm2
Dipakai tulangan 2 Ø 10 mm
B. Penulangan geser
Vc = 1/6 x
x b x d
= 1/6 x
x 150 x 149
= 20402.67 N
½ ø Vc = ½ x 0.6 x 20402.67
= 6120.8 N > Vu = 1500 N (tidak diperlukan tulangan geser)
Cukup dipasang sengkang praktis. Digunakan Ø 6 – 150 mm yang dipasang disepanjang tiang.
Perencanaan Kerb
46
Kerb direncanakan untuk menahan beban tumbukan arah menyilang sebesar 100 kN, yang
bekerja sebagai beban titik. Direncanakan kerb terbuat dari beton bertulang, dengan dimensi
lebar 20 cm dan tinggi 25 cm, menggunakan beton dengan mutu f’c 30 Mpa, tulangan baja mutu
fy 240 Mpa, yang dipasang 2 Ø 10 pada masing-masing sisinya, dan sengkang Ø 6 – 200 mm
sepanjang kerb.
Plat lantai direncanakan dengan tebal 20 cm yang menumpu pada 5 tumpuan yang menerima
beban mati dan terpusat.
Pembebanan
Beban mati
1. Beban pada plat trotoir
Beban merata
47
1. Beban mati tambahan
Beban mati tambahan berupa pelapisan ulang lapisan aspal dengan tebal 50 mm
~ berat aspal = 0.05 x 1 x 22 = 1.1 kN/m
beban ultimate qd3u = 1.1 x 2 = 2.2 kN/m
Beban hidup
Pu =
= = 260 kN
Skema pembebanan
Kondisi I
Gambar Skema Pembebanan Kondisi I
Kondisi II
48
Gambar Skema Pembebanan Kondisi II
Kondisi III
Gambar Skema Pembebanan Kondisi III
Kondisi IV
Kondisi V
Gambar Skema Pembebanan Kondisi V
Kondisi VI
49
o Mmax lapangan = 71.471 kNm
Data perencanaan:
f’c = 30 Mpa
fy = 350 Mpa
Tebal plat (h) = 200 mm
Direncanakan tulangan pokok D 16 dan tulangan bagi Ø 10
Selimut beton = 20 mm
dx = h – selimut beton – (1/2 Ø)
= 200 – 20 – (1/2 x 16)
= 172 mm
Untuk perhitungan penulangan, diambil momen
termaksimum
Mn = = 97.47 x 106 Nmm
m = = 13.7255
Rasio penulangan keseimbangan (ρb);
ρb =
=
= 0.0391128
ρ max = 0.75 x ρb
= 0.75 x 0.0391128 = 0.02933459
ρ =
50
=
= 0.010115
ρ > ρ min 0.010115 > 0.004 (digunakan ρ)
As perlu = ρ x b x d
= 0.010115 x 1000 x 172
= 1739.78 mm2
Digunakan tulangan pokok D 16 mm
Perhitungan jarak (S) dan As ada
o As = ¼ x π x D2
= ¼ x π x 162
= 201.06 mm2
51
Diperoleh As ada > As perlu , maka dipakai tulangan bagi Ø 10 – 200
52
Desain Penampang Balok
Perencanaan awal dari dimensi penampang balok dengan suatu rumus
Perhitungan Section Properties
o Sebelum komposit
53
Tabel Perhitungan Section Properties Balok Tengah Sebelum Komposit
A y A x y Momen Inersia ‘I’
o = = 82.5 cm
o = = 35.05 cm
o = = 35.05 cm
o Setelah komposit
Jarak efektif antar gelagar sebesar 175 cm. Karena mutu beton plat dan balok
berbeda, maka lebar efektif plat komposit dengan balok prategang adalah:
beff
x n (n adalah rasio perbandingan antara mutu beton, n = 0.77)
175 x 0.77 = 134.75 cm
54
Tabel Perhitungan Section Properties Balok Tengah Setelah Komposit
A y A x y Momen Inersia ‘I’
o = = 103.46 cm
o = = 36.19 cm
o = = 45.91 cm
55
Penampang Balok Ujung
1. Sebelum komposit
= = 82.5 cm
= = 98.18 cm
56
Beban Tetap
Akibat berat sendiri balok
Bj beton = 25 kN/m3
Luas penampang (Ap) = 9200 cm2 = 0.92 m2
qd1 = Bj x Ap
= 25 x 0.92
= 23 kN/m
Akibat beban mati (plat lantai, lapisan aspal & air hujan)
Bj beton = 24 kN/m3
Bj aspal = 22 kN/m3
Bj air = 10 kN/m3
Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m
Tebal plat = 20 cm = 0.2 m
Tebal aspal = 5 cm = 0.05 m
Tebal air = 10 cm = 0.1 m
Luas penampang plat (A1) = 1.75 x 0.2 = 0.35 m2
Luas penampang aspal (A2) = 1.75 x 0.05 = 0.0875 m2
Luas penampang air (A3) = 1.75 x 0.1 = 0.175 m2
qd2 = Bj beton x A3 + Bj aspal x A2 + Bj air x A3
= 24 x 0.35 + 22 x 0.0875 + 10 x 0.175
= 12.075 kN/m
Akibat diafragma
Bj beton = 25 kN/m3
Tebal diafragma (t) = 15 cm = 0.15 m
57
1. Beban lajur “D”
2.
a. Besarnya beban terbagi rata (UDL) tergantung pada panjang total yang dibebani (L).
L = 40 m > 30 m, maka:
q =
=
= 7 kPa
Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m, maka beban merata yang bekerja di sepanjang
gelagar adalah:
ql1 = 1.75 x q
= 1.75 x 7
= 12.25 kNm
b. Beban terpusat P yang ditempatkan tegak lurus arah lalu lintas pada jembatan adalah
sebesarnya 44.0 kN/m.
Faktor Beban Dinamik untuk “KEL” lajur “D”, untuk bentang (LE) = 40 m, nilai DLA = 0.4.
Maka: K = 1 + DLA
K = 1 + 0.4 = 1.4
Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m, maka beban terpusat yang bekerja pada gelagar
adalah:
pl1 = 1.75 x P x K
58
= 1.75 x 44 x 1.4
= 107.8 kN
1. Beban Rem
Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya
dalam arah memanjang, dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan.
Besarnya gaya rem tersebut tergantung dari panjang struktur (L), yaitu untuk L =
40 m ≤ 80 m, gaya rem = 250 kN.
Beban angin
Kendaraan yang sedang berada di atas jembatan, beban garis merata tambahan
arah horizontal diterapkan pada permukaan lantai sebesar:
TEW = 0.0012CW(VW)2 kN/m
Dimana: Vw = kecepatan angin rencana = 30 m/det
Cw = koefisien Seret = 1.2
TEW = 0.0012 x 1.2 x 302
= 1.296 kN/m
Analisa Statika
Beban Tetap
59
Reaksi tumpuan:
RA = RB = ½ x q x L
= ½ x 23 x 40
= 460 kN
Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:
Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Mx =(RAx X) – (½ x q x X2)
Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Vx = RA – (q x X)
Maka:
Titik A, X = 0 m MA = 0 kNm
VA = 460 kN
Titik 1, X = 2 m M1 = 874 kNm
V1 = 414 kN
Titik 2, X = 4 m M2 = 1656 kNm
V2 = 368 kN
Titik 3, X = 6 m M3 = 2346 kNm
V3 = 322 kN
Titik 4, X = 8 m M4 = 2944 kNm
V4 = 276 kN
Titik 5, X = 10 m M5 = 3450 kNm
V5 = 230 kN
Titik 6, X = 12 m M6 = 2864 kNm
V6 = 184 kN
Titik 7, X = 14 m M7 = 4186 kNm
V7 = 138 kN
Titik 8, X = 16 m M8 = 4416 kNm
V8 = 92 kN
Titik 9, X = 18 m M9 = 4554 kNm
V9 = 46 kN
Titik 10, X = 20 m M10 = 4600 kNm
V10 = 0 kN
2. Akibat beban mati
60
Reaksi tumpuan:
RA = RB = ½ x q x L
= ½ x 12.075 x 40
= 241.5 kN
Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:
Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Mx =(RAx X) – (½ x q x X2)
Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Vx = RA – (q x X)
Maka:
Titik A, X = 0 m MA = 0 kNm
VA = 241.5 kN
Titik 1, X = 2 m M1 = 458.85 kNm
V1 = 217.35 kN
Titik 2, X = 4 m M2 = 869.4 kNm
V2 = 193.2 kN
Titik 3, X = 6 m M3 = 1231.65 kNm
V3 = 169.05 kN
Titik 4, X = 8 m M4 = 1545.6 kNm
V4 = 144.9 kN
Titik 5, X = 10 m M5 = 1811.25 kNm
V5 = 120.75 kN
Titik 6, X = 12 m M6 = 2028.6 kNm
V6 = 96.6 kN
Titik 7, X = 14 m M7 = 2197.65 kNm
V7 = 72.45 kN
Titik 8, X = 16 m M8 = 2318.4 kNm
V8 = 48.3 kN
Titik 9, X = 18 m M9 = 2390.85 kNm
V9 = 24.15 kN
Titik 10, X = 20 m M10 = 2415 kNm
V10 = 0 kN
1. Akibat diafragma
61
Reaksi tumpuan:
RA = RB = ½ x ∑ P
= ½ x 5.24 x 11
= 28.823 kN
Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:
Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Mx =(RAx X) – (p x X)
Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Vx = VA – p
Maka:
Titik A, X = 0 m
MA = 0 kNm
VA = RA = 28.823 kN
Titik 1, X = 2 m
M1 = (28.823 x 2) – (5.24 x 2)
= 47.166 kNm
V1 = VA = 28.823 kN
Titik 2, X = 4 m
M2 = (28. 823 x 4) – (5.24 x 4)
= 94.331 kNm
V2 = 28.823 – 5.24
= 23.583 kN
Titik 3, X = 6 m
M3 = (28. 823 x 6) – (5.24 x 6) – (5.24 x 2)
= 131.016 kNm
V3 = V2 = 23.583 kN
Titik 4, X = 8 m
M4 = (28. 823 x 8) – (5.24 x 8) – (5.24 x 4)
= 167.7 kNm
V4 = 23.583 – 5.24
= 18.342 kN
Titik 5, X = 10 m
M5 = (28. 823 x 10) – (5.24 x 10) – (5.24 x 6) – (5.24 x 2)
= 193.903 kNm
V5 = V4 = 18.342 kN
Titik 6, X = 12 m
M6 = (28. 823 x 12) – (5.24 x 12) – (5.24 x 8) – (5.24 x 4)
= 220.106 kNm
V6 = 18.342 – 5.24
= 13.102 kN
Titik 7, X = 14 m
M7 = (28. 823 x 14) – (5.24 x 14) – (5.24 x 10) – (5.24 x 6) – (5.24 x 2)
= 235.828 kNm
V7 = V6 = 13.102 kN
Titik 8, X = 16 m
M8 = (28. 823 x 16) – (5.24 x 16) – (5.24 x 12) – (5.24 x 8) – (5.24 x 4)
62
= 251.55 kNm
V8 = 13.102– 5.24
= 7.861 kN
Titik 9, X = 18 m
M9 = (28. 823 x 18) – (5.24 x 18) – (5.24 x 14) – (5.24 x 10) – (5.24 x 6) – (5.21 x 2)
= 256.791 kNm
V9 = V8 = 7.861 kN
Titik 10, X = 20 m
M10 = (28. 823 x 20) – (5.24 x 20) – (5.24 x 16) – (5.24 x 12) – (5.24 x 8) – (5.21 x 4)
= 262.031 kNm
V10 = 7.861 – 5.24
= 2.62 kN
63
Gambar Diagram Garis Pengaruh Momen dan Gaya Lintang Akibat Beban Lajur
Reaksi tumpuan:
Reaksi tumpuan terbesar terjadi pada saat beban p berada di atas tumpuan.
RA = RB = (½ x q x L) + P
= (½ x 12.25 x 40) + 107.8
= 352.8 kN
Mencari ordinat max (Y) & luas garis pengaruh (A):
Titik A, X = 0 m YA = 0 m
AA = 0 m2
64
Mx =(Yxx P)+(Axx q)
Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Vx = RA – (q x X)
Maka:
Titik A, X = 0 m MA = 0 kNm
VA = 352.8 kN
Titik 1, X = 2 m M1 = 670.32 kNm
V1 = 328.3 kN
Titik 2, X = 4 m M2 = 1270.08 kNm
V2 = 303.8 kN
Titik 3, X = 6 m M3 = 1799.28 kNm
V3 = 279.3 kN
Titik 4, X = 8 m M4 = 2257.92 kNm
V4 = 254.8 kN
Titik 5, X = 10 m M5 = 2646 kNm
V5 = 230.3 kN
Titik 6, X = 12 m M6 = 2963.52 kNm
V6 = 205.8 kN
Titik 7, X = 14 m M7 = 3210.48 kNm
V7 = 181.3 kN
Titik 8, X = 16 m M8 = 3386.88 kNm
V8 = 156.8 kN
Titik 9, X = 18 m M9 = 3492.72 kNm
V9 = 132.3 kN
Titik 10, X = 20 m M10 = 3528 kNm
V10 = 107.8 kN
Beban Rem
RA = RB =
=
= 16.5 kN
65
Momen pada setiap titik:
Momen pada semua titik adalah sama sepanjang jalur
Mr = Gaya Rem x (titik tangkap + ya‘)
= 250 x (1.8 + 0.8154)
= 653.857 kNm
Aksi Lingkungan
1. Beban Angin
Reaksi tumpuan:
RA = RB = ½ x q x L
= ½ x 1.296 x 40
= 25.92 kN
Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:
Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Mx =(RAx X) – (½ x q x X2)
Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
Vx = RA – (q x X)
Maka:
Titik A, X = 0 m MA = 0 kNm
VA = 25.92 kN
Titik 1, X = 2 m M1 = 49.248 kNm
V1 = 23.328 kN
Titik 2, X = 4 m M2 = 93.312 kNm
V2 = 20.736 kN
Titik 3, X = 6 m M3 = 132.192 kNm
V3 = 18.144 kN
Titik 4, X = 8 m M4 = 165.888 kNm
V4 = 15.552 kN
66
Titik 5, X = 10 m M5 = 194.4 kNm
V5 = 12.96 kN
Titik 6, X = 12 m M6 = 217.728 kNm
V6 = 10.368 kN
Titik 7, X = 14 m M7 = 235.872 kNm
V7 = 7.776 kN
Titik 8, X = 16 m M8 = 248.832 kNm
V8 = 5.184 kN
Titik 9, X = 18 m M9 = 256.608 kNm
V9 = 2.592 kN
Titik 10, X = 20 m M10 = 259.2 kNm
V10 = 0 kN
Dengan menggunakan tabel perkiraan berdasarkan pengalaman, yang tertera pada BMS 1992
bagian 7, direncanakan perletakan elestomer dengan bentuk persegi dan ukuran denah 810 x 810
mm, karena lebar gelagar (b) = 800 mm. Karakteristik dari Elastomer adalah sebagai berikut:
68
Gambar Bentuk Denah Perletakan
69
Gambar Tampak Melintang Jembatan
Perhitungan Pembebanan
Perhitungan Gaya-gaya Akibat Struktur Atas
Beban mati
1. Beban sandaran
Panjang bentang jembatan = 40 m
Berat pipa sandaran = 4.52 kg/m
Bj Aspal = 22 kN/m3
Tebal plat kendaraan = 20 cm = 0.2 m
Lebar plat kendaraan = 7 m
Tebal lapisan aspal = 5 cm = 0.05 m
~ berat lapisan aspal = 40 x 7 x 0.05 x 22 = 308 kN
~ berat plat kendaraan = 40 x 7 x 0.2 x 24 = 1344 kN +
Pd3
= 1652 kN
2. Beban gelaga
Panjang bentang jembatan = 40 m
Bj beton prategang = 25 kN/m3
70
Ap = 9200 cm2 = 0.92 m2
A = 1.3975 m2
t = 0.15 m
Rd =
=
= 3648.218 kN
Beban hidup
Beban sandaran
Panjang bentang jembatan = 40 m
Beban hidup = 0.75 kN/m
71
Lebar plat kendaraan = 7 m
a. Besarnya beban terbagi rata (UDL) tergantung pada panjang total yang dibebani (L).
L = 40 m > 30 m, maka:
q =
=
= 7 kPa
~ beban hidup (UDL) = (40 x 5.5 x 7) x 100% + (40 x 1.5 x 7) x 50%
Pl3 = 1750 kN
b. Beban terpusat P yang ditempatkan tegak lurus arah lalu lintas pada jembatan adalah
sebesarnya 44.0 kN/m.
Faktor Beban Dinamik untuk “KEL” lajur “D”, untuk bentang (LE) = 40 m, nilai DLA = 0.4.
Maka: K = 1 + DLA
K = 1 + 0.4 = 1.4
~ beban hidup (KEL) = 7 x 44 x 1.4 Pl4 = 431.2 kN
Beban air hujan
Panjang bentang jembatan = 40 m
Bj air = 10 kN/m3
72
Lebar plat kendaraan = 7 m
Lebar plat trotoir = 2 x 1 m
Tebal air pada plat kendaraan = 10 cm = 0.1 m
Tebal air pada trotoir = 5 cm = 0.05 m
~ berat air hujan = (40 x 7 x 0.1 x 10) + (40 x 2 x 0.05 x 10)
Pl5 = 320 kN
Beban angin
Panjang bentang jembatan = 40 m
Kendaraan yang sedang berada di atas jembatan, beban garis merata tambahan
arah horizontal diterapkan pada permukaan lantai sebesar:
TEW = 0.0012CW(VW)2 kN/m
Dimana: Vw = kecepatan angin rencana = 30 m/det
Cw = koefisien Seret = 1.2
TEW = 0.0012 x 1.2 x 302
= 1.296 kN/m
~ berat angin = 40 x 1.296 Pl6 = 51.84 kN
Beban rem
Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya
dalam arah memanjang. Besarnya gaya rem tersebut tergantung dari panjang
struktur (L), yaitu untuk L = 40 m ≤ 80 m, gaya rem (Hr = 250 kN).
73
Gambar Beban Lalu Lintas Pada Plat Injak
Lebar plat kendaraan = 7 m
Panjang plat injak = 2 m
q = 1 t/m2 = 100 kN/m2
Rl =
=
= 1722.12 kN
Hs = Hr + Hg
= 250 + 547.2327
= 797.2327 kN
74