Anda di halaman 1dari 175

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR

BAWAH JEMBATAN PADA PROYEK PENGGANTIAN ATAU


DUPLIKASI JEMBATAN CITANDUY II - BANJAR

LAPORAN KP
disusun untuk memenuhi satu di antara syarat menyelesaikan pendidikan S1
Program Studi Teknik Sipil di Jurusan Teknik

Oleh:
Rd Dita Prahesti Nurjanah
NPM. 120130136

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
2024
TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR
BAWAH JEMBATAN PADA PROYEK PENGGANTIAN
ATAU DUPLIKASI JEMBATAN CITANDUY II - BANJAR

Oleh:

Rd Dita Prahesti Nurjanah


NPM. 120130136

disetujui,
Cirebon, 13 Agustus
2024

Pembimbing Utama

Shinta Novriani, ST., MT


NIP. 19630811 198803
1001

Penguji

Syahril, Dr., MT., BSCE


NIP. 19630609 199203
1001
i
PERNYATAAN PENULIS

Dengan ini kami menyatakan bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan
judul “Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Jembatan Pada
Proyek Penggantian Atau Duplikasi Jembatan Citanduy II - Banjar” ini
beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya penulis sendiri dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang diberikan kepada saya
apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya
ini.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dalam keadaan sadar
sepenuhnya.

Bandung, 5 Agustus
2023 Yang membuat
pernyataan,

Penulis 1

Fedira Tazkiyah
Shaffana
NIM. 211121043

ii
PERNYATAAN PENULIS

Dengan ini kami menyatakan bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan
judul “Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Jembatan Pada
Proyek Penggantian Atau Duplikasi Jembatan Citanduy II - Banjar” ini
beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya penulis sendiri dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang diberikan kepada saya
apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya
ini.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dalam keadaan sadar
sepenuhnya.

Bandung, 5 Agustus
2023 Yang membuat
pernyataan,

Penulis 2

Rula Sabitha
NIM.
211121062

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan
Struktur Bawah Jembatan Pada Proyek Penggantian Atau Duplikasi
Jembatan Citanduy II - Banjar”. Laporan ini disusun dengan tujuan untuk
memenuhi syarat menyelesaikan mata kuliah Praktik Kerja Lapangan pada
semester 5 Program Studi D3 Teknik Konstruksi Sipil.

Pada proses penyelesaian Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis


mengalami kesulitan dalam memperoleh referensi terkait data yang diperlukan.
Namun, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan
kesulitan yang dialami. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak.

1. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan serta doa
untuk penulis selama Praktik Kerja Lapangan;
2. Bapak Luthfi Muhammad Mauludin, SST., MSAHC., Dr.Ing. sebagai Ketua
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung;
3. Bapak Frenki sebagai koordinator Praktik Kerja Lapangan tahun 2023;
4. Ibu Shinta Novriani, ST., MT sebagai dosen pembimbing yang memberikan
bimbingan dengan ilmunya, dan koreksi dalam penyusunan Laporan Praktik
Kerja Lapangan ini;
5. Bapak Syahril, Dr., MT., BSCE sebagai dosen penguji pada seminar Praktik
Kerja Lapangan;
6. PT. Bukaka Teknik Utama Tbk yang telah memberi kesempatan untuk
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan;
7. Bapak Andwi sebagai pembimbing di lapangan yang membantu dalam
pengumpulan data untuk penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan.

Semoga laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat memberikan manfaat


bagi Penulis dan juga bagi pembaca.

Bandung, 5 Agustus 2023

Penulis
iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................................v
DAFTAR TABEL........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup..............................................................................3
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data.......................................3
1.5 Sistematika Penulisan...................................................................4
BAB II DESKRIPSI UMUM PROYEK.........................................................5
2.1 Deskripsi Proyek...........................................................................5
2.1.1 Data Umum Proyek................................................................6
2.1.2 Data Teknis Proyek................................................................7
2.1.3 Kondisi Lapangan..................................................................8
2.1.4 Struktur Organisasi.................................................................9
2.1.5 Tugas Personil Proyek..........................................................11
2.2 Kekhususan Proyek....................................................................19
BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN.....................................................26
3.1 Pepengrsiapan Pekerjaan...........................................................26
3.1.1 Metode Pelaksanaan Konstruksi Proyek..............................26
3.1.2 Rencana Detail Penjadwalan Proyek...................................36
3.1.3 Rencana Pengadaan Material, Peralatan, dan SDM............36
3.2 Pelaksanaan Pekerjaan..............................................................41
3.2.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bored Pile........................41
3.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan Abutment.......................................52
3.3 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan.........................................58
3.3.1 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bored Pile. .59
3.3.2 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Abutment..................63
3.4 Permasalahan dan Solusi...........................................................67

v
3.4.1 Permasalahan......................................................................67
3.4.2 Solusi....................................................................................70
BAB IV PENUTUP....................................................................................72
4.1 Simpulan.....................................................................................72
4.2 Saran...........................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................75

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Lokasi Proyek Jembatan Citanduy II Banjar..........................1

Gambar 2. 1 Titik Lokasi Proyek Jembatan CH di Pulau Jawa..................5


Gambar 2. 2 Timeline Pekerjaan Konstruksi..............................................6
Gambar 2. 3 Plan Profile Jembatan Citanduy II Banjar..............................7
Gambar 2. 4 Tampak Atas Kondisi Lapangan Dari Abutment 1.................8
Gambar 2. 5 Lokasi Pekerjaan...................................................................9
Gambar 2. 6 Struktur Organisasi Proyek Jembatan Citanduy II Banjar....10
Gambar 2. 7 Hubungan Kerja Proyek Jembatan Citanduy II Banjar........10
Gambar 2. 8 Excavator Kobelco SK200-8................................................20
Gambar 2. 9 Excavator Komatsu PC200..................................................20
Gambar 2. 10 Excavator Long Arm Komatsu PC200...............................21
Gambar 2. 11 Crawler Crane Hitachi 40T.................................................22
Gambar 2. 12 Crawler Crane 50T............................................................22
Gambar 2. 13 Crawler Crane 180T...........................................................23
Gambar 2. 14 Rig Bored Pile....................................................................24
Gambar 2. 15 Concrete Pump..................................................................24
Gambar 2. 16 Truk Mixer..........................................................................25

Gambar 3. 1 Pagar Area Proyek Jembatan Citanduy II............................27


Gambar 3. 2 Direksi Keet pada Proyek Jembatan Citanduy II.................28
Gambar 3. 3 Pembongkaran Jembatan Lama..........................................28
Gambar 3. 4 Denah Pekerjaan Bored Pile................................................29
Gambar 3. 5 Denah Pondasi Bored Pile...................................................29
Gambar 3. 6 Detail Penulangan Pondasi Bored Pile................................30
Gambar 3. 7 Denah Koordinat CCSP.......................................................31
Gambar 3. 8 Potongan Melintang CCSP..................................................31
Gambar 3. 9 Detail Tulangan Pile Cap Jembatan Citanduy II..................32
Gambar 3. 10 Detail Tulangan Pile Cap Jembatan Citanduy II................32
Gambar 3. 11 Detail Dimensi Abutment...................................................33
Gambar 3. 12 Detail Tulangan Abutment.................................................33
Gambar 3. 13 Detail Dimensi Backwall Abutment....................................34
Gambar 3. 14 Detail Tulangan Backwall Abutment..................................34
Gambar 3. 15 Detail Tulangan Wingwall..................................................35
Gambar 3. 16 Potongan Tulangan Wingwall............................................35
Gambar 3. 17 Kurva S..............................................................................36
Gambar 3. 18 Uraian Pekerjaan Pondasi Bored Pile................................42
Gambar 3. 19 Marking dan Setting Out Posisi Pile...................................44

vii
Gambar 3. 20 Pemasangan Casing Temporary.......................................44
Gambar 3. 21 Pengeboran Menggunakan Auger.....................................46
Gambar 3. 22 Pembesian Tulangan untuk Bored Pile di Lapangan........48
Gambar 3. 23 Pemasangan Besi ke Dalam Lubang Bor..........................48
Gambar 3. 24 Pemasangan Pipa Tremi Pada Lubang Bor......................49
Gambar 3. 25 Pekerjaan Pengecoran......................................................50
Gambar 3. 26 Bagan Alir Pekerjaan Struktur Abutment...........................53
Gambar 3. 27 Bagan Alir 3 Tahapan Pekerjaan Struktur Abutment.........53
Gambar 3. 28 Pekerjaan Pembesian untuk Abutment di Lapangan........54
Gambar 3. 29 Pemasangan Tulangan dan Beton Decking......................54
Gambar 3. 30 Pemasangan Bekisting Pada Pekerjaan Abutment...........55
Gambar 3. 31 Pekerjaan Pengecoran Abutment......................................56
Gambar 3. 32 Pengujian Kuat Tekan Beton.............................................57
Gambar 3. 33 Flowchart Pengendalian Mutu Pekerjaan Pondasi Bored Pile 59
Gambar 3. 34 Pile Drive Analyzer (PDA) Test.........................................60
Gambar 3. 35 Data Tiang pada PDA Test................................................60
Gambar 3. 36 Kesimpulan Hasil CAPWAP pada PDA Test.....................60
Gambar 3. 37 Crosshole Sonic Logging (CSL) Test................................61
Gambar 3. 38 Dokumentasi hasil pengujian CSL.....................................62
Gambar 3. 39 Kesimpulan Hasil Pengujian CSL Test..............................62
Gambar 3. 40 Kategori Hasil Pengujian CSL Test...................................62
Gambar 3. 41 Slump Test pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile...............63
Gambar 3. 42 Flowchart Pengendalian Mutu Pekerjaan Abutment.........63
Gambar 3. 43 Slump Test pada Pekerjaan Abutment..............................64
Gambar 3. 44 Pembuatan Benda Uji di Lapangan...................................65
Gambar 3. 45 Pengujian Kuat Tekan Beton.............................................66
Gambar 3. 46 Sand Cone........................................................................66

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Rencana Pengadaan Material.................................................37


Tabel 3. 2 Rencana Pengadaan Peralatan...............................................38
Tabel 3. 3 Rencana Pengadaan SDM......................................................41
Tabel 3. 4 Permasalahan..........................................................................68
Tabel 3. 5 Solusi.......................................................................................71

ix
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I
A. Surat Pengajuan Praktik Kerja Lapangan
B. Surat Penerimaan Praktik Kerja Lapangan
C. Surat Keterangan Selesai Praktik Kerja Lapangan
D. Surat Penilaian Di Lapangan

LAMPIRAN II
A. Dokumentasi saat di lapangan
B. Shop Drawing
C. Pengujian
D. Kurva S
E. Struktur Organisasi Kontraktor

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton Di Pulau
Jawa merupakan usulan dari PT. Bukaka Teknik Utama untuk mengganti atau
menduplikasi sebanyak 37 (Tiga Puluh Tujuh) jembatan di jalur utama sepanjang
Pulau Jawa. Tujuan dari pelaksanaan proyek ini adalah mitigasi terhadap
kerusakan dan risiko keruntuhan jembatan yang diakibatkan overloading. Proyek
Callender Hamilton sudah dimulai pada tahun 2022 dan diharapkan dapat selesai
pada akhir tahun 2023.

Penggantian dan duplikasi jembatan ini tersebar di seluruh provinsi di


Pulau Jawa terkecuali Provinsi Yogyakarta, salah satunya ada persebaran di
provinsi Jawa Barat yaitu Jembatan Citanduy II - Banjar. Penggantian Jembatan
Citanduy II - Banjar dilaksanakan karena Jembatan Citanduy ini sudah
mengalami penurunan kemampuan dalam menahan beban kendaraan yang
melintas di atasnya.

Gambar 1. 1 Lokasi Proyek Jembatan Citanduy II Banjar

1
Jembatan Citanduy II merupakan akses penghubung jalur utama lintas
selatan yang membentang sepanjang 61,2 m yang menghubungkan tiga
kecamatan yaitu Kecamatan Banjar, Purwaharja, dan Pataruman. Jembatan ini
dibangun di atas Sungai Citanduy yang memiliki keindahan alam dan berpotensi
sebagai objek pariwisata di Kota Banjar.

Selain kondisi jembatan yang sudah mengalami penurunan kemampuan


menahan beban, jembatan ini juga mengalami patahnya tiga tiang pancang
penyangga akibat hantaman kayu yang terseret arus Sungai Citanduy karena
debit air pada saat itu tinggi dan menyebabkan banjir di beberapa titik Kota
Banjar. Maka dari itu dilakukan pembongkaran total pada Jembatan Citanduy II.

Pekerjaan pada proyek penggantian dan duplikasi jembatan yang menjadi


tinjauan khusus pada laporan ini merupakan pekerjaan konstruksi bawah
jembatan (pondasi dalam) yang terdiri dari pekerjaan pondasi boredpile, pile cap,
badan abutment, back wall, dan wing wall. Proyek jembatan ini telah memenuhi
syarat pedoman Praktik Kerja Lapangan yang disyaratkan oleh Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Bandung, dan berdasarkan ruang lingkup yang sudah
ditentukan dengan batasan bentang jembatan minimal 30 m untuk bidang
bangunan jembatan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Pekerjaan Bangunan
Struktur Bawah Jembatan Pada Proyek Penggantian Atau Duplikasi Jembatan
Citanduy II - Banjar adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan pondasi Bored Pile di lapangan


pada Jembatan Citanduy II.
b. Mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan Abutment di lapangan pada
Jembatan Citanduy II.
c. Mengetahui permasalahan serta solusi pada proses yang terjadi di lapangan
pada saat pekerjaan pondasi Bored Pile dan pekerjaan Abutment Jembatan
Citanduy II.

2
d. Membandingkan pengetahuan yang didapat selama proses perkuliahan
dengan pekerjaan aktual di lapangan.

3
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang tercakup pada Proyek Penggantian atau Duplikasi
Jembatan Callender Hamilton Di Pulau Jawa Jembatan Citanduy II - Banjar ini
meliputi pekerjaan pondasi Bored Pile dan Abutment. Adapun rincian pekerjaan
yang ditinjau sebagai berikut:

1. Pekerjaan pondasi Bored Pile


a. Pekerjaan pengeboran
b. Pekerjaan pemasangan tulangan
c. Pekerjaan pengecoran
2. Pekerjaan Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP)
3. Pekerjaan Abutment
a. Pekerjaan pembobokan Bored Pile
b. Pekerjaan Lantai Kerja / Lean Concrete
c. Pekerjaan badan Abutment
d. Pekerjaan Back Wall
e. Pekerjaan Wing Wall

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan oleh penyusun dalam Laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini menggunakan beberapa metode sebagai
berikut:

a. Berdiskusi dengan pembimbing lapangan maupun pelaksana di lapangan


serta para mahasiswa lain yang sedang melaksanakan PKL di proyek
tersebut.
b. Mengamati dan mendokumentasikan secara langsung mengenai
pelaksanaan pekerjaan yang sedang berlangsung di lapangan.
c. Mengamati dokumen-dokumen proyek yang didapat langsung dari kontraktor
maupun konsultan pengawas, dan mempelajari data teknis mengenai
Jembatan Citanduy II.

4
1.5 Sistematika Penulisan
Pokok pembahasan yang dicantumkan pada Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini ditulis secara sistematis dan tersusun atas 4 (Empat) bab
dengan penjelasan sebagai berikut:

a. BAB I PENDAHULUAN. Membahas tentang latar belakang Proyek


Penggantian atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton Di Pulau Jawa
Jembatan Citanduy II - Banjar dengan berbagai aspek pekerjaan serta
tinjauan pada pekerjaan khusus yang diamati dan dianalisis secara langsung
di lapangan.

b. BAB II DESKRIPSI UMUM PROYEK. Membahas secara umum terkait


deskripsi Proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton Di
Pulau Jawa Jembatan Citanduy II - Banjar yang meliputi lokasi proyek, denah
proyek, data-data proyek, dan struktur organisasi kontraktor.
c. BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Membahas tahapan pelaksanaan
pekerjaan pondasi Bored Pile dan Abutment yang terdiri dari tahapan kerja,
alat, bahan, serta masalah yang dihadapi beserta solusinya.
d. BAB IV PENUTUP. Menguraikan kesimpulan dari penulisan laporan Proyek
Penggantian atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton Di Pulau Jawa
Jembatan Citanduy II - Banjar serta saran-saran yang diberikan penyusun
mengacu pada kesimpulan.

5
BAB II
DESKRIPSI UMUM PROYEK

2.1 Deskripsi Proyek


Proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton Di Pulau
Jawa merupakan proyek KPBU (Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha)
yang diusulkan oleh PT. Bukaka Teknik Utama Tbk yang dilaksanakan oleh PT.
Baja Titian Utama sebagai Badan Usaha Pelaksana dan PT. Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (Persero) sebagai penjamin. Terdapat 37 Jembatan yang
tersebar di Pulau Jawa yang akan dilakukan penggantian atau duplikasi dengan
masa konsesi proyek selama 12 tahun yang terdiri dari 2 tahun masa konstruksi
dan 10 tahun masa layanan. Jembatan yang akan digunakan nantinya
menggunakan Jembatan Steel Box Girder, Steel I Girder dengan skema
Availability Payment.

Gambar 2. 1 Titik Lokasi Proyek Jembatan CH di Pulau Jawa


Diantara 37 Jembatan yang akan dilakukan penggantian atau duplikasi di
Pulau Jawa, yang menjadi tinjauan laporan ini yaitu Jembatan Citanduy II
Banjar, Jawa Barat. Proyek ini sudah dimulai sejak 14 Mei 2023 dan
diperkirakan akan selesai pada 163 hari ke depan. yang panjangnya sekitar 178
km yang membelah tiga kabupaten yaitu Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, dan
Cilacap.

6
Gambar 2. 2 Timeline Pekerjaan Konstruksi
Semenjak berlangsungnya proyek penggantian atau duplikasi Jembatan
Citanduy II, arus lalu lintas yang biasa melintas melalui jembatan ini sementara
dialihkan melewati Jembatan Citanduy I yang menjadi jembatan penghubung
antara Kota Banjar menuju akses Jalan Nasional Jawa Barat - Jawa Tengah
yang terletak di Kecamatan Purwaharja. Sekitar sepanjang 250 meter sebelum
memasuki pintu proyek jembatan ini diberlakukannya jalur mati, dimana jalur
mati ini dapat dimanfaatkan bagi warga sekitar untuk melakukan aktivitas tanpa
kendaraan yang melintas di sekitarnya.

2.1.1 Data Umum Proyek

Nama Proyek : Proyek Penggantian atau Duplikasi


Jembatan Callender Hamilton Di Pulau Jawa
Jembatan
Citanduy II - Banjar.
Lokasi Pekerjaan : Jembatan Citanduy II Banjar, Jawa Barat
Owner : PT. Baja Titian Utama
Jenis Proyek : Penggantian atau Duplikasi Jembatan
Konsultan Perencana : PT. Maratama Cipta Mandiri
PT. Cipta Disain Indonesia
Konsultan MK : PT. Indec Internusa
PT. Ciriajasa Cipta Mandiri
Kontraktor Pelaksanaan : PT. Bukaka Teknik Utama Tbk
Sub Kontraktor : PT. Polaris Kemilau Abadi
7
PT. Aneka Jaringan Indonesia
Jangka Waktu Pekerjaan : 163 Hari Kalender
Jangka Waktu Pemeliharaan 730 Hari oleh PT. Bukaka Teknik Utama Tbk
:
2920 Hari oleh PT. Baja Titian Utama
Total 3650 Hari Kalender
Sumber Dana : Menggunakan dana pribadi dari PT.
Bukaka
Teknik Utama Tbk selama waktu
pemeliharaan berlangsung
Sistem Pembayaran : KPBU Availability Payment
Jenis Kontrak : Lump Sum
Nilai Kontrak : Rp 2.199.447.318.938 Termasuk PPN

2.1.2 Data Teknis Proyek

Gambar 2. 3 Plan Profile Jembatan Citanduy II Banjar


Nama Jembatan : Jembatan Citanduy II
Banjay Panjang Bentang Jembatan : 61,2 m
Lebar Jembatan : 13 m
Umur Rencana Jembatan : 50
tahun
Jenis Pondasi : Pondasi Bored Pile
8
Diameter Pondasi : 1000 mm = 1 m
Jumlah Pondasi : 8 titik per abutment
Panjang Pondasi : 13,44 m
Jenis Beton : Ready Mix
Mutu Beton
1. Pondasi Bored Pile : fc’ 30 MPa (Beton SCC)
2. Abutment : fc’ 30
MPa Mutu Tulangan
1. Tulangan Polos : BjTP 280 untuk < D13
2. Tulangan Sirip : BjTS 420A untuk > D13
Tebal Selimut Beton : 50 mm = 5 cm

2.1.3 Kondisi Lapangan

Gambar 2. 4 Tampak Atas Kondisi Lapangan Dari Abutment 1


Gambar 2.4 menampilkan kondisi di lapangan dari lokasi abutment 1,
pada gambar ini menunjukkan pekerjaan pengecoran lantai kerja
menggunakan alat concrete pump yang sedang berlangsung di abutment 1.
Pada gambar juga menunjukkan lokasi abutment 2 dari sudut pandang
abutment 1, terdapat pekerjaan yang sedang dilaksanakan di abutment 2
yaitu pemasangan bekisting back wall. Diantara abutment 1 dan abutment 2
terdapat Sungai Citanduy yang mengalir di bawahnya.

9
Gambar 2. 5 Lokasi Pekerjaan
Gambar 2.5 menampilkan peta lokasi Proyek Penggantian atau Duplikasi
Jembatan Callender Hamilton Citanduy II – Banjar Jawa Barat, pada gambar
juga menampilkan posisi abutment 1 dan abutment 2 dengan total bentang
sepanjang 61200 mm dengan masing-masing exsisting di abutment 1 dan
abutment 2 sebesar 9700 mm.

2.1.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi proyek merupakan susunan jabatan dalam lingkup


pekerjaan proyek sebagai sarana untuk mempermudah dalam mengatur,
mengelola, dan mengawasi jalannya pekerjaan. Adapun struktur organisasi
dalam Proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton Di
Pulau Jawa Jembatan Citanduy II - Banjar adalah sebagai berikut:

10
a. Struktur Organisasi Proyek Jembatan Citanduy II Banjar

Gambar 2. 6 Struktur Organisasi Proyek Jembatan Citanduy II Banjar

b. Hubungan Kerja dalam Proyek Konstruksi

Gambar 2. 7 Hubungan Kerja Proyek Jembatan Citanduy II Banjar


Berdasarkan struktur di atas terdapat garis lurus yang menandakan
hubungan instruktif dan garis yang putus-putus menandakan hubungan
koordinatif. Owner PT. Baja Titian Utama memiliki hubungan instruktif
dengan konsultan perencana dan konsultan manajemen konstruksi
yang berarti

11
berhubungan dengan berdasarkan perjanjian dan hak-hak yang sesuai
dalam hukum dan kontrak, selain itu owner proyek kepada konsultan
memiliki hubungan koordinatif untuk mencapai tujuan bersama.
Kemudian ada hubungan konsultan kepada kontraktor yang memiliki
hubungan koordinatif dan instruktif dimana kontraktor dapat
mengkonsultasikan masalah-masalah yang timbul di lapangan dengan
konsultan, lalu yang terakhir ada hubungan koordinatif dan instruktif
antara kontraktor dan sub kontraktor karena mereka saling membantu
dalam menyelesaikan proyek ini.

2.1.5 Tugas Personil Proyek

Uraian tugas personil proyek dari tiap jabatan yang tertera pada struktur
organisasi Proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton
Di Pulau Jawa Jembatan Citanduy II - Banjar adalah sebagai berikut:

a. Pemilik Proyek (Owner)


Owner merupakan pemilik proyek yang memberikan pekerjaan
kepada pihak penyedia jasa sekaligus yang membayar biaya pekerjaan
tersebut. Adapun tugas dan wewenang pemilik proyek adalah sebagai
berikut:
- Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang
diperlukan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan
- Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa
- Menyediakan dan membayar dana yang dibutuhkan penyedia
jasa untuk mewujudkan sebuah bangunan
- Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan
- Mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan dengan cara
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau perseorangan yang
bertindak atas nama pemilik
- Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai
12
dengan yang dikehendaki
- Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan bila terjadi
- Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada kontraktor

13
- Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi
hal-hal di luar kontrak yang telah ditetapakan
b. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah suatu badan hukum atau
perseorangan yang diberi tugas untuk merencanakan dan mendesain
bangunan sesuai 13 dengan keinginan pemilik proyek. Adapun tugas
dan wewenangnya sebagai berikut:
- Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja, syarat-syarat, dan hitungan struktur beserta
rencana anggaran biaya
- Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek,
konsultan pengawas, dan kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan
- Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan
- Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek
- Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-
hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan
syarat-syarat.
c. Konsultan Manajemen Konstruksi
Konsultan manajemen konstruksi merupakan satu tim kerja yang
bertugas untuk mengawasi, mengontrol, membantu serta ikut terlibat
dalam proses pembangunan proyek. Adapun tugas dan wewenangnya
sebagai berikut:
- Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan
- Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodic dalam
pelaksanaan pekerjaan
- Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran
informasi antar bidang agar pekerjaan berjalan lancar
- Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan biaya
- Mengatasi dan memecahkan masalah yang timbul di lapangan agar
tercapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas,

14
kuantitas, dan waktu pelaksanaan yang ditetapkan

15
- Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan
yang berlaku
- Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan)
- Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau
berkurangnya pekerjaan
d. Kontraktor
Kontraktor adalah badan hukum atau perseorangan yang
menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar
rencana, peraturan, dan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Adapun
tugas dan wewenang kontraktor sebagai berikut:
- Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana,
peraturan, syarat- syarat, dan risalah penjelasan pekerjaan yang
ditetapkan oleh pemilik proyek
- Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh
konsultan manajemen konstruksi
- Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian,
mingguna, dan bulanan kepada konsultan manajemen konstruksi
- Menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan lokasi proyek
- Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikan sesuai dengan ketetapan yang berlaku
e. Sub Kontraktor
Sub kontraktor adalah kontraktor khusus yang dipilih berdasarkan
penawaran yang diajukan dan disetujui oleh pemilik proyek.
Subkontraktor bertanggung jawab kepada kontraktor utama. Tugas dan
wewenang subkontraktor adalah sebagai berikut:
- Melaksanakan pekerjaan yang dibebankan oleh kontraktor utama
sesuai dengan gambar rencana, peraturan-peraturan, dan syarat-
syarat yang ditetapkan
- Bertanggung jawab langsung terhadap kontraktor utama mengenai
hasil pekerjaan yang telah dilaksanakannya
- Menyerahkan hasil pekerjaan kepada kontraktor utama sesuai

16
dengan batas waktu yang telah ditetapkan

17
- Menerima sejumlah biaya pelaksanaan biaya pelaksanaan
pekerjaan dari kontraktor utama berdasarkan perjanjian yang telah
disepakati

Berikut ini adalah pengertian, tugas, dan wewenang anggota kerja dari
kontraktor maupun konsultan:

a. Project Manager
Project Manager (manajer proyek) ialah orang yang telah ditunjuk
langsung oleh kantor pusat dengan tugas utama memimpin dan
menggerakan roda organisasi proyek dalam mencapai sasaran yang
telah ditentukan pada proyek tersebut. Adapun tugas dan
wewenangnya sebagai berikut:
- Mengidentifikasikan dan memilih sumber daya proyek seperti
sumber dayamanusia, material, peralatan, dan metode pelaksanaan
- Memimpin tim proyek pada setiap fase proyek
- Mengestimasi dan membuat anggaran proyek
- Mengidentifikasi dan mengelola semua isu dan risiko pada sebuah proyek.
- Membuat dan mengendalikan perencanaan proyek
- Mengelola semua perubahan yang terjadi pada sebuah proyek
- Meyakinkan bahwa semua penugasan deliverable proyek tetap berada pada
track atau jalurnya dan tidak melebihi biaya yang telah
ditetapkan
b. Construction Manager
Construction Manager adalah seorang profesional dalam industri
konstruksi yang bertanggung jawab untuk mengelola dan mengawasi
proyek konstruksi dari awal hingga selesai. Tugas utama construction
manager adalah memastikan bahwa proyek konstruksi berjalan lancar,
sesuai dengan jadwal, anggaran, dan spesifikasi yang ditentukan.
Adapun tugas dan wewenangnya sebagai berikut:
- Perencanaan Proyek: Construction Manager terlibat dalam
perencanaan awal proyek, termasuk menyusun jadwal,
mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, menetapkan

18
anggaran, dan mengevaluasi risiko yang mungkin terjadi.
- Pengadaan sumber daya: mereka bertanggung jawa untuk
mengkoordinasi dan mengatur sumber daya yang diperlukan,
termasuk tenaga kerja,

19
peralatan,dan bahanj bangunan.
- Pengawasan Konstruksi: Construction Manager mengawasi seluruh
proses konstruksi, memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi yang ditentukan.
Mereka memonitor kemajuan proyek, melakukan inspeksi, dan
memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan dan
peraturan yang berlaku.
- Majemen tim: mereka mengelola tim proyek, termasuk kontraktor,
subkontraktor, dan tenaga kerja. Construction manager
mengoordinasikan aktivitas tim, memberikan arahan, dan juga
memfasilitasi komunikasi yang efektif.
- Komunikasi dan Koordinasi: Construction Manager berinteraksi
dengan berbagai pemangku kepentingan proyek, termasuk pemilik
proyek, arsitek, insinyur, dan pihak berwenang. Mereka
menyampaikan informasi proyek, mengkoordinasikan pertemuan,
dan menangani perubahan yang mungkin terjadi selama proses
konstruksi.
- Pengendalian Anggaran: Construction Manager bertanggung jawab
untuk mengendalikan anggaran proyek, memantau pengeluaran,
dan mengidentifikasi potensi deviasi dari estimasi anggaran.
Mereka mengelola perubahan perencanaan, negosiasi biaya
tambahan, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk
memastikan efisiensi keuangan proyek.
c. Site Manager
Dalam industri konstruksi, manajer lokasi yang sering disebut
sebagai manajer konstruksi, agen lokasi atau manajer bangunan,
bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari di lokasi proyek
konstruksi. Adapun tugas dan wewenangnya sebagai berikut:
- Membuat dan mempelajari gambar kerja

- Mempelajari RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat)

- Mempelajari dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Time


Schedule yang telah ditentukan serta menghitung hasil progres
20
- Membimbing dan memberi supervisi kepala pelaksana

21
- Mencatat dan melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan
d. Quantity Surveyor
Quantity surveyor adalah individu yang memiliki keahlian untuk
perhitungan volume, penilai pekerjaan konstruksi, administrasi kontrak,
aspek kontrak konstruksi, sehingga sebuah pekerjaan dapat dijabarkan,
dijalankan dan biaya juga dapat diperkirakan, direncanakan, dianalisa,
dikendalikan dan dipercaya. Adapun tugas dan wewenangnya sebagai
berikut:
- Memberikan saran yang berkaitan dengan pengendalian biaya
pembangunan/proyek agar tidak melampaui rencana anggaran yang
ditetapkan oleh pemilik proyek (owner)
- Menangani aspek legal pelaksanaan proyek
- Membantu pekerjaan Kontraktor sebagai estimator atau manager kontrak
e. Surveyor
Surveyor adalah seseorang yang memeriksa atau mengawasi dan
mengamati suatu pekerjaan. Adapun tugas dan tanggung jawabnya
sebagai berikut:
- Mengamati pengukuran awal sampai akhir proyek yang meliputi
koordinat, elevasi, dan dimensi
- Melaporkan data-data hasil pekerjaan pengukuran pada atasan
- Mendata alat ukur yang digunakan dan menjaga serta merawat
alat ukur tersebut beserta perlengkapan lainnya
- Melakukan survey dan pemetaan lahan untuk keperluan konstruksi
- Melengkapi hasil dengan bukti survey termasuk peta hingga bukti
fisik untuk memastikan data yang dibutuhkan dari survey sudah
cukup
- Bekerja sama dengan berbagai pihak di lapangan
f. Supervisor
Supervisor adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk
mengawasi jalannya suatu pekerjaan atau proyek dalam perusahaan
sesuai target atau arahan dari manajer. Adapun tugas dan
wewenangnya sebagai berikut:

22
- Mengawasi dan mengontrol parameter capaian kinerja pelaksana
- Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan harian dalam mencapai rencana
- Membuat laporan kinerja pelaksanaan pekerjaan kepada manajemen

23
- Bertanggung jawab dalam memberi arahan tepat dan akurat kepada pekerja
- Memberikan pengarahan dan motivasi kerja kepada pelaksana
- Mengelola aktivitas pekerja secara detail seperti pengaturan jadwal shift
maupun target harian yang harus dipenuhi
g. Quality Control
Quality control (QC) atau pengendalian mutu merupakan bagian
dari manajemen mutu untuk memastikan bahwa produk atau jasa yang
digunakan sesuai dengan ketentuan. Adapun tugas dan wewenangnya
sebagai berikut:
- Menentukan standar produk yang sesuai dengan kebutuhan proyek
- Menjalankan serat memeriksa hasil uji atau evaluasi kelayakan hasil
di lapangan maupun laboratorium
- Menguji mutu material dan perlengkapan yang digunakan dalam proyek
- Mencegah risiko perbedaan ataupun penurunan mutu proyek
- Membuat dan mempersiapkan bahan laporan mengenai pengendalian mutu
- Melakukan pemeriksaan dan memastikan mutu pekerjaan terjaga
berdasarkan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan
h. Logistic
Logistic pada proyek merujuk pada perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian aliran material dan
sumber daya lainnya yang diperlukan untuk mendukung proyek
tersbeut. Adapun tugas dan wewenangnya sebagai berikut:
- Melakukan pengadaan barang dalam jumlah yang tepat pada
waktu yang ditentukan
- Mengontrol ketersediaan barang agar terhindar dari terhambatnya
proses pekerjaan
- Melakukan survey harga material dari berbagai supplier atau vendor
dengan harga yang terjangkau
- Berkoordinasi dengan pelaksana terkait jumlah, jenis, jadwal bahan,
dan alat yang diperlukan
- Mengamankan dan melaporkan material sisa dan daftar peralatan ke
business unit

24
- Membuat konsep surat perjanjian kerja sub kontraktor, pembelian
material, dan sewa alat

i. HSE (Health, Security, and Environment)


HSE adalah suatu manajemen dalam kesehatan, keselamatan, dan
lingkungan di tempat kerja. HSE sangat penting bagi sebuah organisasi
untuk menjaga kesejahteraan karyawan dalam meminimalkan risiko
kecelakaan dan cedera. Adapun tugas dan wewenangnya sebagai
berikut:
- Memonitor setiap kegiatan proyek sesuai yang disyaratkan dalam
spesifikasi kepada atasan jika ditemukan ketidaksesuaian
- Melaksanakan langkah-langkah mitigasi risiko di bidang K3LM
terhadap bidang pekerjaan terkait dan mengacu pada Manajemen
Risiko
- Menghentikan kegiatan proyek apabila terjadi keadaan bahaya atau darurat
- Membuat konsep rencana aksi dan pengukuran untuk mencapai
atau memonitor sasaran mutu dan sasaran K3
- Memastikan setiap bahan atau material yang masuk ke proyek
sesuai yang dipersyaratkan
- Menyusun biaya K3LM (Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
Lingkungan dan Mutu)
j. Site Engineering
Site Engineering adalah wakil dari project manager yang bertugas
memimpin jalannya pekerjaan di lapangan dengan memanfaatkan dan
mengoptimalkan semua sumber daya yang ada untuk dapat memenuhi
persyaratan mutu, biaya, dan waktu yang terlah ditetapkan. Adapun
tugas dan wewenangnya sebagai berikut:
- Mengawasi dan mengontrol parameter capaian kinerja pelaksana
- Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan harian dalam mencapai rencana
- Membuat laporan kinerja pelaksanaan pekerjaan kepada manajemen
- Bertanggung jawab dalam memberi arahan tepat dan akurat kepada pekerja
- Memberikan pengarahan dan motivasi kerja kepada pelaksana
- Mengelola aktivitas pekerja secara detail seperti pengaturan jadwal shift
25
maupun target harian yang harus dipenuhi

26
2.2 Kekhususan Proyek
Pada Proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan Citanduy II yang
dibangun di atas Sungai Citanduy ini memiliki pekerjaan salah satunya Pekerjaan
Pemancangan Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP) yang menjadi
kekhususan pada proyek ini. Pemancangan dilakukan untuk melindungi sisi
dalam galian abutment dari bahaya kelongsoran tanah akibat arus Sungai
Citanduy. Material yang digunakan yaitu Concrete Sheet Pile W500.
Pemancangan CCSP ini menggunakan disel hammer dengan bantuan alat berat
crawler crane. Adapun jenis alat berat lain yang digunakan pada proyek
pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

a. Excavator

Excavator adalah alat yang digunakan pada pekerjaan tanah, mempunyai


fungsi untuk menggali, memuat dan mengangkut material. Terutama
digunakan untuk menggali parit-parit saluran air atau pipa (pipe line). Dengan
penggantian kelengkapan tambahan (attachment), alat ini dapat juga dipakai
untuk memecah batu, mencabut tanggul, membongkar aspal dan lain-lain.
Konstruksi bagian atas dari alat, dimana medan berada, dapat berputar 360
derajat, sehingga memungkinkan alat ini bekerja di tempat yang relatif sempit
sekalipun.

Excavator yang digunakan pada Proyek Penggantian atau Duplikasi


Jembatan Callender Hamilton Di Pulau Jawa Jembatan Citanduy II Banjar
ada tiga jenis yaitu:

1. Excavator Kobelco SK200-8

27
Gambar 2. 8 Excavator Kobelco SK200-8
Spesifikasi Teknis

● Gross Power [KW] 114


● Max Reach/Depth [m] : 6,70
● Power Measured [rpm] 2000
● Operating Weight [kg] 20200
● Bucket Capacity [m³] : 0,9

2. Excavator Komatsu PC200

Gambar 2. 9 Excavator Komatsu PC200


Spesifikasi Teknis

● Gross Power [KW] 160


● Max Reach/Depth [m] : 6,62
● Kecepatan Swing [rpm] : 12,4

28
● Power Measured 2000
● Operating Weight [kg] 20010
● Max. Bucket Capacity [m³] : 1,3

3. Excavator Long Arm Komatsu PC200

Gambar 2. 10 Excavator Long Arm Komatsu PC200


Spesifikasi Teknis

● Net Power [HP] 257


● Kecepatan Swing [rpm] 1950
● Operating Weight [kg] : 36406.68 - 37166.45
● Bucket Capacity [m³] : 1.143

b. Crawler Crane

Crawler Crane adalah alat berat yang digunakan di pekerjaan proyek yang
memiliki area yang ekstrem dan sulit serta jangkauan yang cukup pendek
dan alat berat ini berfungsi untuk mengangkat berbagai material (beban
berat) dan memindahkannya ke area yang diinginkan. Alat berat ini
digunakan di area konstruksi dalam pembangunan skala besar. Untuk
pengangkutan material bisa dilakukan secara vertikal dan horizontal.

Crawler Crane yang digunakan pada Proyek Penggantian atau Duplikasi


Jembatan Callender Hamilton Di Pulau Jawa Jembatan Citanduy II - Banjar
ada tiga jenis yaitu:

29
1. Crawler Crane Hitachi 40T

Gambar 2. 11 Crawler Crane Hitachi 40T


Spesifikasi Teknis

● Net Power [HP] 150


● Kecepatan Angkat [m/min] 70
● Lifting Capacity [ton] 40
● Panjang Boom [m] 40

2. Crawler Crane 80T

Gambar 2. 12 Crawler Crane 50T


Spesifikasi Teknis

● Net Power [HP] 180


● Kecepatan Angkat [km/h] 11

30
● Lifting Capacity [ton] : 55
● Panjang Boom [m] : 37
● Kecepatan Swing [rpm] : 10

3. Crawler Crane 180T

Gambar 2. 13 Crawler Crane 180T


Spesifikasi Teknis

● Ground Pressure [MPa] : 0,1


● Travelig Speed [km/h] : 1,2
● Lifting Capacity [ton] 22
● Panjang Boom [m] : 47 - 71
● Kecepatan Swing [rpm] : 1,4

c. Rig Bored Pile

Rig Bored Pile adalah alat yang digunakan untuk mengebor tanah yang
akan digunakan sebagai pondasi bored pile. Rig bored pile sendiri memiliki
empat macam mata bor antara lain, soil auger, rock auger, soil cleaning
bucket, rock cleaning auger.

31
Gambar 2. 14 Rig Bored Pile
Spesifikasi Teknis

● Max Reach/Depth [m] 18000


● Kecepatan Swing [rpm] 2200
● Lifting Capacity [kg] 48000
● Traveling Speed [km/h] : 0-3

d. Concrete Pump

Concrete Pump adalah alat pompa yang digunakan untuk membantu


dalam proses pengecoran dan penyaluran beton yang sudah diolah dari truck
mixer. Menggunakan concrete pump dapat mempermudah pekerjaan karena
pekerjaan pengecoran akan lebih cepat selesai dan lebih efektif dalam
membantu pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Gambar 2. 15 Concrete Pump

32
e. Truck Mixer

Truck mixer adalah alat untuk membawa beton ready mix yang sudah
dibuat di tempat pembuatan beton ke lokasi pengecoran. Truck mixer yang
bekerja dengan memutar drum atau agitasi akan menjaga agar beton tetap
cair dan tidak mengeras selama perjalanan. Pada saat pengisian dari lokasi
pembuatan, mixer harus dalam kondisi diputar dengan kecepatan antara 10-
18 Rpm dengan waktu antara 5 menit.

Gambar 2. 16 Truk Mixer

33
BAB III
PELAKSANAAN
PEKERJAAN

3.1 Persiapan Pekerjaan


Pada Proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton Di
Pulau Jawa tepatnya Jembatan Citanduy II - Banjar yang dibangun
membentang sepanjang 61,2 m ini memiliki beberapa tahapan dalam pekerjaan
struktur bawah jembatan, pekerjaan tersebut meliputi pekerjaan pondasi bored
pile, pekerjaan pile cap, pekerjaan badan abutment, pekerjaan back wall,
pekerjaan wing wall, pekerjaan corbeel abutment, dan pekerjaan timbunan
granular.

Tahap persiapan pekerjaan dilaksanakan agar suatu pekerjaan proyek


dapat berlangsung dengan lancar tanpa adanya hambatan yang tidak
diinginkan. Pada pekerjaan struktur bawah jembatan memiliki keterkaitan satu
sama lain dengan pekerjaan lain, contohnya dalam penggunaan alat berat
seperti excavator yang dapat digunakan untuk loading-unloading material atau
tanah, ataupun untuk pekerjaan jalan dan dinding penahan tanah.

Persiapan pekerjaan pada proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan


Callender Hamilton Di Pulau Jawa tepatnya Jembatan Citanduy II - Banjar ini
meliputi pengajuan ijin, pengecekan gambar shop drawing, rencana
penjadwalan kurva S, pengadaan material dan alat, maupun pengadaan
kuantitas sumber daya yang harus diperhatikan agar ketepatan biaya, mutu,
dan waktu dapat dicapai. Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai garis
besar metode pelaksanaan yang digunakan pada proyek Penggantian atau
Duplikasi Jembatan Callender Hamilton Di Pulau Jawa tepatnya Jembatan
Citanduy II - Banjar beserta detail-detail penjadwalannya.

3.1.1 Metode Pelaksanaan Konstruksi Proyek


Metode pelaksanaan konstruksi menjadi persyaratan penting dalam
proses klarifikasi proyek yang dimana harus dikembangkan dalam upaya
34
mencapai peningkatan efisiensi dan kelancaran pelaksanaan serta
memberikan alternatif

35
yang dapat dilakukan. Pada Proyek Penggantian atau Duplikasi
Jembatan Callender Hamilton Di Pulau Jawa tepatnya Jembatan
Citanduy II - Banjar terdapat beberapa pekerjaan yang dilaksanakan,
berikut adalah beberapa tahapan pelaksanaan pekerjaan yang
dilaksanakan pada proyek ini Jembatan Citanduy II:

A. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan pada Proyek Penggantian atau Duplikasi


Jembatan Callender Hamilton Di Pulau Jawa tepatnya Jembatan
Citanduy II - Banjar yaitu meliputi:

1. Pemasangan Pagar Area Proyek

Gambar 3. 1 Pagar Area Proyek Jembatan Citanduy II


Pada pekerjaan ini biasanya bertujuan untuk keamanan bagi
lingkungan lokasi proyek dan melindungi segala sesuatu yang
berada dalam proyek agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan yang dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan
pekerjaan dalam proyek tersebut dari awal hingga selesainya
pekerjaan proyek.

Pemasangan pagar biasanya dilakukan pada tahap awal


atau pekerjaan persiapan pada proyek, oleh karena itu diperlukan
pemilihan jenis pagar yang sesuai dengan kapasitas dari proyek
yang akan dikerjakan, semakin kompleks suatu proyek maka jenis
pemasangan pagar yang dipakai akan sebanding dengan nilai

36
dari proyek tersebut. Oleh karena itu perlu diketahui pemilihan
jenis pagar yang sesuai berdasarkan

37
biaya dan waktu sehingga dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan berbagai jenis pagar, hal ini dilakukan untuk
keberlangsungan proyek agar sesuai dengan perencanaan
proyek tersebut.

2. Pekerjaan Direksi Keet dan Workshop

Gambar 3. 2 Direksi Keet pada Proyek Jembatan Citanduy II


Direksi keet merupakan suatu tempat yang terletak di dalam
proyek yang memiliki fungsi untuk melakukan kegiatan
selayaknya di dalam kantor, seperti melakukan administrasi,
tempat penyimpanan peralatan dan material lainnya, sebagai
tempat berkomunikasi antar berbagai pihak, tempat monitoring
berjalannya proyek, dan untuk tempat beristirahat bagi tenaga
kerja proyek.

3. Pekerjaan Pembongkaran Jembatan

Gambar 3. 3 Pembongkaran Jembatan Lama


38
Pada pekerjaan ini dilakukan pembongkaran struktur lama
dari Jembatan Citanduy II - Banjar karena akan dilakukan
penggantian atau duplikasi dengan struktur jembatan yang baru.
Pada pelaksanaan pembongkaran jembatan ini dilaksanakan
secara bertahap pada setiap komponen jembatannya seperti
pembongkaran pada beton lantai jembatan lama dan
pembongkaran rangka jembatan lama.

B. Pekerjaan Struktur
1. Pekerjaan Bored Pile

Gambar 3. 4 Denah Pekerjaan Bored Pile

Gambar 3. 5 Denah Pondasi Bored Pile

39
Gambar 3. 6 Detail Penulangan Pondasi Bored Pile
Pada Proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan
Callender Hamilton Di Pulau Jawa khususnya pada Jembatan
Citanduy II - Banjar dalam menentukan jenis pondasi yang dipilih
pasti bergantung pada beban yang harus didukung, dan
pemilihan jenis pondasi yang digunakan pada Jembatan Citanduy
II ini adalah pondasi bored pile. Pemasangan pondasi ini
dilakukan dengan cara mengebor tanah yang kemudian akan diisi
tulangan yang telah dirancang lalu setelahnya dilakukan
pengecoran beton.

Pekerjaan pondasi Bored Pile pada Jembatan Citanduy II


dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan pada
Shop Drawing dan Dokumen Kontrak. Beberapa item pekerjaan
yang dilaksanakan pada pondasi ini adalah:

a. Pekerjaan stalking out (penentuan titik yang akan dibor)


b. Pekerjaan pemasangan casing temporary
c. Pekerjaan pengeboran

40
d. Pekerjaan pemasangan tulangan
e. Pekerjaan pengecoran
2. Pekerjaan Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP)

Gambar 3. 7 Denah Koordinat CCSP

Gambar 3. 8 Potongan Melintang CCSP


Sebelum melakukan pemancangan, hal pertama yang
dilakukan adalah menentukan titik pemancangan. Setelah titik
didapatkan kemudian dilakukan pemasangan angkur.
Pemancangan Sheet Pile menggunakan disel hammer, dan
hydraulic hammer. Pemancangan hanya sampai elevasi

41
+1.00 m di atas level rencana, karena connecting antar sheet pile
dapat mengakibatkan sheet pile yang telah terpancang ambla
sewaktu pemancangan sheet pile sebelahnya.

3. Pekerjaan Pile Cap Abutment

Gambar 3. 9 Detail Tulangan Pile Cap Jembatan Citanduy II

Gambar 3. 10 Detail Tulangan Pile Cap Jembatan Citanduy II


Setelah proses pengecoran pada bored pile selesai maka
dilanjutkan dengan pekerjaan pile cap. Pada pekerjaan ini
memiliki fungsi untuk

42
menerima beban dari kolom yang kemudian akan disebarkan ke
tiang pancang. Perencanaan dimensi pile cap dapat berbeda-
beda tergantung jumlah tiang yang tertanam, pada proyek
Jembatan Citanduy dimensi pile cap tertera seperti pada gambar.

4. Pekerjaan Badan Abutment

Gambar 3. 11 Detail Dimensi Abutment

Gambar 3. 12 Detail Tulangan Abutment


Abutment merupakan bangunan yang dibangun pada
ujung-ujung jembatan yang memiliki fungsi untuk mendukung
bangunan atas pada

43
jembatan dan juga sebagai penahan tanah. Pada pekerjaan ini
ada beberapa tahapan pekerjaan diantaranya yaitu pembesian,
pemasangan bekisting, dan pengecoran yang terlampir pada
gambar di bawah.

5. Pekerjaan Backwall

Gambar 3. 13 Detail Dimensi Backwall Abutment

Gambar 3. 14 Detail Tulangan Backwall Abutment


Back wall merupakan bagian dari abutment yang memiliki
fungsi sebagai pembatas antara gelagar jembatan dengan tanah
di belakang abutment. Back wall ini berupa konstruksi dinding

44
yang memiliki fungsi

45
lain sebagai penahan gelagar agar tidak bergeser ke arah
belakang abutment. Berikut hasil dokumentasi yang didapat pada
saat pelaksanaan pekerjaan pembongkaran bekisting pada back
wall yang telah dilakukan pengecoran.

6. Pekerjaan Wingwall

Gambar 3. 15 Detail Tulangan Wingwall

Gambar 3. 16 Potongan Tulangan Wingwall

46
Fungsi dari wing wall pada jembatan adalah untuk menahan
longsor pada tebing sungai dan juga untuk melindungi pangkal
jembatan atau abutment.

3.1.2 Rencana Detail Penjadwalan Proyek


Pada pelaksanaan Proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan
Callender Hamilton Di Pulau Jawa tepatnya Jembatan Citanduy II –
Banjar ini dibutuhkan detail penjadwalan proyek agar proyek berjalan
dan selesai dengan tepat waktu, oleh karena itu PT. Bukaka Teknik
Utama Tbk. sebagai kontraktor membuat detail penjadwalan proyek,
yang dimana proyek ini dilaksanakan dengan 163 hari kalender. Berikut
merupakan Kurva S yang merupakan detail penjadwalan Proyek
Penggantian atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton Di Pulau Jawa
tepatnya Jembatan Citanduy II – Banjar.

Gambar 3. 17 Kurva S

3.1.3 Rencana Pengadaan Material, Peralatan, dan SDM


Perencanaan persiapan dalam pengadaan material, peralatan, dan
SDM sangat diperlukan sebagai penunjang bagi setiap pekerjaan yang
akan dikerjakan. Dalam pengadaannya harus disertai dengan

47
perencanaan agar pekerjaan tepat

48
dengan spesifikasi rencana. Maka pada subbab ini akan dijelaskan
perencana pengadaan material, peralatan dan sumber daya manusia
yang diperlukan untuk Proyek Penggantian atau Duplikasi Jembatan
Callender Hamilton Di Pulau Jawa tepatnya Jembatan Citanduy II -
Banjar.

A. Rencana Pengadaan Material


Berikut merupakan detail rencana pengadaan seluruh material yang
akan digunakan pada pelaksanaan pekerjaan.

Tabel 3. 1 Rencana Pengadaan Material

No. Material Gamba Keterangan


r
1. Beton Beton segar fc’ 30
Struktur
Mpa digunakan
untuk mengecor
lantai kerja dengan
nilai slump test tinggi
dan beton keras
dengan nilai slump
test kecil untuk
pekerjaan
perkerasan kaku.
2. Baja Besi digunakan
Tulangan
sebagai tulangan pile
cap, abutment, pier,
pier head, dan slab
yang disesuaikan
dengan ketentuan
shop
drawing.
3. Stop Cor Stop cor merupakan
metoda yang
digunakan dalam
pengecoran atau
49
bisa dikatakan
sebagai
pembatasan cor.

50
4. Beton Fungsi dari beton
Decking
decking adalah untuk
memastikan jika jarak
antara selimut beton
dan pembesian telah
sesuai dengan
perencanaan.

B. Rencana Pengadaan Peralatan


Untuk menunjang pekerjaan konstruksi, dibutuhkannya alat berat
dan perlatan lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan. Kebutuhan
alat yang akan digunakan pada lokasi tinjauan dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 3. 2 Rencana Pengadaan Peralatan

No. Alat Gamba Keterangan


r
1. Concret Concrete Pump adalah
e Pump alat yang digunakan
untuk penyalur beton
dari truk mixer ke
tempat
kerja.
2. Excavator Excavator adalah alat
yang digunakan pada
pekerjaan tanah,
mempunyai fungsi
untuk menggali,
memuat dan
mengangkut material.
3. Crawler Crawler Crane adalah
Crane
alat berat yang
berfungsi untuk
mengangkat berbagai

51
material dan
memindahkannya ke
area
yang diinginkan.

52
No. Alat Gamba Keterangan
r
4. Rig Bored Rig Bored Pile adalah
Pile
alat yang digunakan
untuk mengebor tanah
yang akan digunakan
sebagai
pondasi bored pile.
5. Truck Mixer Truck Mixer
digunakan untuk
memindahkan beton
dari bacthing plant ke
lokasi pekerjaan.
6. Pipa Tremie Pipa Tremie berfungsi
sebagai penyalur agar
beton dapat disalurkan
ke dasar pilar pier
langsung.
7. Concret Concrete Vibrator
e berfungsi sebagai
Vibrator pemadat beton yang
dituangkan ke
dalam bekisting,
bertujuan
menghilangkan
udara yang terdapat
di dalam
beton.
8. Air Air Compressor
Compress berfungsi untuk
or membersihkan dan
memastikan tidak ada
kotoran yang tertinggal.

53
No. Alat Gamba Keterangan
r
9. Bekisting Bekisting adalah
cetakan dimana beton
basah dapat
dituangkan dan
dipadatkan sehingga
akan mengalir ke
dalam
cetakan.
10. Vibro Digunakan untuk
Baby pemadatan tanah
Roller dan lapis pondasi
agregat.

11. Dump Truck Dump truk


difungsikan untuk
pengangkutan alat
dan materialdari luar
ke Iokasi konstruksi
atau pengangkutan
sampah konstruksi
dari lokasi konstruksi
ke tempat
pembuangan.
12. Bar Bender Bar bender berfungsi
membengkokkan baja
tulangan sesuai
dengan desain
perencanaan yang
diinginkan.
13. Bar Cutter Bar cutter
berfungsi untuk
pekerjaan

54
pemotongan baja
tulangan sebagai
kebutuhan dalam
konstruksi.

55
C. Rencana pengadaan SDM
Berikut adalah rancangan pengadaan sumber daya berupa tenaga
kerja untuk pekerjaan struktur bawah jembatan dat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 3. 3 Rencana Pengadaan SDM

No. Tenaga Kerja Jumlah Kebutuhan Keterangan


1. Pelaksana 2 orang
2. Operator Concrete 1 orang
Pump
3. Tim Cor 4 orang
4. Tim Pembesian 8 orang
5. Safety Officer 2 orang Bersertifikat

3.2 Pelaksanaan Pekerjaan


Pada bagian pelaksanaan pekerjaan ini dibahas secara lebih rinci tahap
pelaksanaan pekerjaan struktur bawah jembatan pada Proyek Penggantian dan
Duplikasi Jembatan Citanduy II - Banjar, Jawa Barat yang terdiri dari pekerjaan
pondasi bored pile dan abutment.

3.2.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bored Pile


Pada pelaksanaan Proyek Penggantian dan Duplikasi Jembatan Citanduy II
- Banjar, Jawa Barat pekerjaan dimulai dari pekerjaan pondasi bored pile.
Pondasi tiang bored pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya
dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored pile
dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu,
baru kemudian diisi tulangan dan dicor beton. Berikut merupakan bagan
alir yang memperlihatkan secara garis besar metode pekerjaan pondasi
bored pile.

56
Gambar 3. 18 Uraian Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Pada Gambar 3.18 merupakan uraian dari Pekerjaan bored pile


yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan desain
gambar shop drawing dan dokumen kontrak. Pekerjaan bored pile yang
ditangani adalah:

A. Pekerjaan Persiapan Pondasi Bored Pile

Pada pekerjaan pondasi bored pile perlu adanya persiapan,


berikut persiapan yang dilakukan:

1. Mengajukan izin kerja dengan lampiran method statement,


gambar kerja dan JSA
2. Pastikan bahwa peralatan, material, dan alat pelindung diri
(APD) telah tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan

57
3. Mengamankan area pekerjaan dengan memasang barikade
dan rambu-rambu informasi
4. Melakukan checklist persiapan pekerjaan
5. Perencanaan akses masuk dan keluar lokasi proyek dan
jalur truk mixer, serta perencanaan lokasi kolam sirkulasi air
dan lumpur pembuangan sementara
6. Menyiapkan mix desain beton dengan kuat tekan beton yang
disyaratkan
7. Menyiapkan denah gambar bored pile
8. Menyiapkan form monitoring dan mencatat koordinat,
kedalaman, diameter, penggunaan casing/geo gundle dan
waktu pelaksanaan
9. Menyiapkan form untuk monitoring dan pencatatan
kebersihan lubang, pemasangan besi dan pengecoran, serta
elevasi pengecoran
10. Menyiapkan form untuk monitoring pendataan dan mutu
beton ready mix sesuai spesifikasi material yang telah
ditentukan
11. Pastikan alat berat memiliki SILO (Surat Izin Layak Operasi)
dan Operator memiliki SIO (Surat Izin Operator) yang masih
berlaku, serta Operator alat berat harus menggunakan
pelindung telinga (Earmuff)
12. Semua lingkup pekerjaan harus mempersiapkan traffic
management agar tidak terjadi kepadatan di areal konstruksi
dengan membuat skema, schedule, serta symbol-simbol
safety lalu lintas

B. Pekerjaan Marking dan Setting Out Posisi Pile

58
Gambar 3. 19 Marking dan Setting Out Posisi Pile
Sebelum memulai pengeboran, harus mengajukan approval
shop drawing terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan oleh
direksi pekerjaan. Proses approval shop drawing ini bertujuan untuk
memastikan agar jangan sampai terjadi kesalahan pada denah
posisi titik-titik bored pile yang akan dibor. Setelah approval shop
drawing mendapatkan persetujuan oleh direksi pekerjaan maka
surveyor melakukan pengukuran, marking dan setting out titik pile
yang akan dibor seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.19.
Selanjutnya menyediakan lisensi surveyor dalam membuat setting
out poin/titik bored pile yang akan di bor. Kemudian 4 poin sebagai
referensi yang dipasang/offset tidak kurang dari 1 m dari titik posisi
pile.

C. Pemasangan Casing Temporary

Gambar 3. 20 Pemasangan Casing Temporary

59
Setelah pekerjaan marking dan setting out titik bored selesai
dilakukan oleh surveyor lalu dilanjutkan dengan pekerjaan
preboring yang bertujuan untuk menghancurkan lapisan tanah
keras sebelum pemasangan casing temporary. Gambar 3.20
menunjukkan Pemasangan casing temporary yang bertujuan agar
pada saat pekerjaan pengeboran dilakukan jangan sampai terjadi
keruntuhan pada permukaan tanah yang akan dibor tersebut.
Pemasangan casing temporary diawali dengan mengangkat casing
menggunakan crawler crane untuk menyesuaikan posisi casing
tersebut pada titik yang telah di bor. Temporary casing ini
dilengkapi dengan dua lubang pada kiri dan kanannya yang
berfungsi sebagai tempat pengait crane masuk. Temporary
casing yang digunakan memiliki tinggi 6 m dengan lebar 80 cm.

Ukuran temporary casing ditentukan bergantung pada


kondisi tanah pada masing-masing lubang. Biasanya casing
dengan panjang 6 meter digunakan pada lubang yang tanahnya
memiliki kelongsoran yang cukup dalam, sedangkan casing dengan
panjang 4 meter digunakan untuk lubang yang tanahnya
mengalami kelongsoran yang cukup dangkal. Kegunaan lain dari
temporary casing yaitu mempermudah operator mesin bor
menyesuaikan posisi mesin bor terhadap titik yang akan di bor.

Untuk menahan dinding tanah pada permukan dan pada


lubang yang sudah di bor agar tidak runtuh, maka selama proses
pekerjaan pengeboran, cairan bentonite secara menerus
dituangkan kedalam lubang bor. Cairan bentonite merupakan
bahan yang digunakan pada saat proses pekerjaan pondasi bored
pile berbentuk cairan kental. Cairan bentonite berperan sebagai
penstabil lubang bor dengan memastikan tekanan di dalam lubang
bor lebih besar dibanding tekanan horizontal dari tanah dan air
tanah. Jika lubang bor tidak dipakaikan cairan bentonite maka pada
proses pemasangan tulangan dan pengecoran akan terganggu
akibat tanah yang longsor.
60
Cara pemasangan casing sementara yaitu dengan menggunakan
Vibrator (Vibro Hammer) yang dipukul ke dalam tanah yang akan dibor

61
tersebut. Verticality di check dengan menggunakan 2 plum
diletakkan secara ortogonal atau spirit level jika casing kurang dari
4 m.

D. Pekerjaan Pengeboran (Boring)


Sebelum memulai pekerjaan pengeboran, alat bor disetting
pada titik bored pile yang sudah di marking dan dipasang casing
temporary tersebut. Pengeboran dilakukan dengan menggunakan
auger seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1, diameter auger dan
panjang kedalaman titik pile disesuaikan dengan gambar rencana
atau shop drawing.

Gambar 3. 21 Pengeboran Menggunakan Auger


Soil auger dan soil bucket dipakai untuk pengeboran tanah
yang halus (soft), pasir (sand) sampai tanah keras (hard layer),
Apabila dalam pengeboran di temukan batu (rock) bisa dipakai
Rock Auger atau Core Barrel. Chisel tidak diijinkan dalam
pengeboran jika tidak disetujui oleh pengawas lapangan.
Verticality Kelly Bar Mesin Bor dapat di check dengan
menggunakan 2 benang yang diposisikan sebagai plum line secara
tegak lurus sebelum pengeboran di mulai. Verticality dari lubang
bor dapat di check dengan melihat posisi dari Kelly Bar terhadap
casing. Lubang bor dalam posisi vertikal jika Kelly Bar di tengah
(center) casing.
Pengeboran pada Proyek Penggantian atau Duplikasi

62
Jembatan Callender Hamilton Jembatan Citanduy II – Banjar ini
dilakukan satu- persatu secara bertahap. Titik yang akan
dilakukan pengeboran

63
dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana. Pengeboran dimulai
dari titik 4, 5, 2, 3, 8, 1, 6, dan berakhir di titik 7. Titik yang dilakukan
pengeboran terlebih dahulu sudah dipertimbangkan faktor-faktornya
sehingga pengeboran dimulai dan diakhiri di titik-titik tersebut.
Selama proses pengeboran, akan dipakai adukan bentonite
untuk menjaga agar lubang bor tidak runtuh (collapse). Disini
Bentonite berperan untuk menstabilkan lubang bor dengan
memastikan tekanan di dalam Boredhole lebih besar daripada
tekanan horizontal dari tanah dan air tanah. Jika terjadi kehilangan
bentonite secara tiba-tiba, langkah-langkah yang perlu diambil:
1. Adukan Bentonite ditambah ke lubang bor untuk menjaga
bentonite tetap di ketinggian level yang cukup.
2. Lubang bor akan diurug (backfill) dengan tanah untuk
mencegah kehilangan bentonite, kemudian dipadatkan
(compact).
3. Setelah kehilangan bentonite (Bentonite loss) dapat di
control, baru boring dapat dilanjutkan. Dalam proses
kehilangan bentonite ini apabila tidak dapat diatasi dengan
usaha diatas maka Boredhole dapat di backfill kembali dan
masalah ini lebih baik didiskusikan dan di review dengan
konsultan dan kontraktor.
Parameter dari Bentonite akan di check dan di test setiap pile
setelah proses desanding selesai dilakukan dengan mengambil
sampel dari pile. Properti dari cairan bentonite akan di check
sebelum proses casting di mulai. Sampel tanah diambil setiap 5 m
dan akan disimpan di dalam plastic dan ditulis (marking) untuk
referensi jika dibutuhkan. Setelah mencapai design level alat bored
pile akan diganti alat dengan dasar yang flat (Cleaning Bucket).
Tanah hasil bor segera dibuang menggunakan alat excavator dan
dump truck ke lokasi yang telah disetujui.
Pengukuran kedalaman lubang bor dilakukan dengan
menurunkan measuring tape sampai ke dasar lubang bor. Di ujung

64
measuring tape di pasang plum dengan berat yang cukup agar
memastikan measuring tape sampai dasar boredhole.

65
E. Pekerjaan Pemasangan Tulangan

Gambar 3. 22 Pembesian Tulangan untuk Bored Pile di Lapangan

Pada Gambar 3.22 menunjukkan Pekerjaan Steel Cage


(tulangan besi) yang di pabrikasi di lokasi proyek. Lokasi pabrikasi
ini sudah ditentukan di dalam logistic plan kontraktor. Helical link
akan di las pada tulangan utama (main reinforcement), demikian
juga lapping akan di las secukupnya jika steel lebih dari 12 m
sehingga memungkinkan steel cage akan di bagi menjadi 3 section.
Hal ini untuk menjaga agar main reinforcement tetap tersambung
bila steel cage akan dipindahkan. Gambar
3.23 menunjukkan Steel cage yang sudah di pabrikasi kemudian
diturunkan ke lubang bor yang sudah selesai di bor sampai desain
toe level.

Gambar 3. 23 Pemasangan Besi ke Dalam Lubang Bor

Steel cage akan ditopang sementara dengan 2 (dua)


66
besi hook sampai proses casting selesai. Kapasitas besi hook
harus dihitung apakah

67
mencukupi atau tidak. Pengangkatan (Lifting) harus diusahakan
agar tidak terjadi buckling pada steel cage.

F. Setting Pipa Tremi

Gambar 3. 24 Pemasangan Pipa Tremi Pada Lubang Bor


Setelah tulangan besi (steel cage) diturunkan ke dasar
lubang, lalu dilanjutkan dengan setting pipa tremi untuk persiapan
pekerjaan pengecoran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.24.
Pemasangan pipa tremi ini bertujuan agar pada saat pengecoran
beton segar tidak bercampur dengan tanah. Penyimpanan pipa
tremi harus ditempatkan pada rak pipa tremi.

Ada dua macam pipa tremi yang digunakan pada pekerjaan


pengecoran pondasi bored pile. Yang pertama adalah pipa tremi
yang dimasukan kedalam lubang bor dan pipa tremi yang di set
dengan ditempatkan pada rak pipa tremi. Pipa tremi yang
dimasukan kedalam lubang bor dibantu dengan menggunakan alat
berat crawler crane untuk mengangkatnya, berikut dilanjutkan
dengan menyambungnya dengan corong yang diangkat
menggunakan crawler crane, yang berguna agar campuran beton
tidak mengotori area pekerjaan. Kemudian pipa tremi yang diset
dengan ditempatkan pada rak pipa tremi berguna untuk
mengalirkan campuran beton dari truck mixer ke pipa tremi yang
sudah bercorong untuk mengisi lubang bor dengan campuran beton

68
ready mix.

69
Campuran beton terdiri atas agregat kasar, agregat halus, air,
dan semen. Penggunaan pipa tremi yang dimasukan kedalam lubang
bor pada saat pengecoran berfungsi agar ketika proses pengecoran
berlangsung, beton mempunyai campuran yang utuh. Jika tidak
menggunakan pipa tremi, maka agregat kasar akan jatuh terlebih
dahulu dikarenakan beratnya yang besar dari komponen beton lainnya
dan menyebabkan agregat kasar mengendap dibagian bawah dan akan
mengakibatkan keropos pada pondasi bored pile dan pondasi tersebut
tidak akan bertahan lama.

G. Pekerjaan Pengecoran
Pada Gambar 3.25 menunjukkan bahwa Metode
casting/pengecoran adalah dengan menggunakan pipa tremi.
Ready mix dituang melalui bucket yang berbentuk pipa corong.
Sebelum ready mix dituang terlebih dahulu air dituang ke dalam
corong untuk melancarkan aliran ready mix dalam pipa tremi.
Casting akan dihentikan jika concrete sudah mencapai minimum
300 mm di atas cut off level. Pipa tremi akan dibuka secara
continue, tetapi tetap dijaga agar pipa tremi minimal 2 m tertanam
di bawah concrete level.

Gambar 3. 25 Pekerjaan Pengecoran


Selama casting, bored log dan concrete record harus
dipersiapkan yang berisi data delivery time, Volume Concrete,
Concrete level (diukur tiap satu lori concrete selesai dituang). Satu
70
sampel kubus atau silinder diambil setiap 30 m3 atau sesuai dengan
spesifikasi teknis dari konsultan.

71
Casing harus dicabut 2 jam setelah proses casting selesai.
Ika ada plunge column (I-Beam) yang akan dipasang ke dalam
bored pile. Setelah casing selesai dilakukan, casing terlebih dahulu
dicabut sampai toe level sedikit di atas concrete level. Dan casing
dicabut seutuhnya setelah 24 jam. Setelah Casing selesai, lubang
juga harus ditutup (backfill) kembali dengan pasir atau tanah
setidaknya 4 jam setelah casting.
Ada dua macam pipa tremi yang digunakan pada pekerjaan
pengecoran pondasi Bored Pile:

1. Pipa tremi yang dimasukan kedalam lubang Bored Pile


Pipa tremi yang dimasukan kedalam lubang Bored Pile
mempunyai diameter sekitar 150 – 300 mm dengan tinggi setiap
bagiannya sekitar 1m yang akan disambung sesuai dengan
kebutuhan dan berdiameter 20mm. Pemasangan pipa tremie ini
dibantu dengan menggunakan alat berat crawler crane untuk
mengangkatnya, berikut dilanjutkan dengan menyambungnya
dengan corong (hopper) yang diangkat menggunakan crawler
crane, yang berguna agar campuran beton tidak mengotori area
pekerjaan.
2. Pipa tremi yang di set dengan ditempatkan pada rak pipa tremi.
Pipa tremi yang di set dengan ditempatkan pada rak pipa tremi
berguna untuk mengalirkan campuran beton dari truck mixer ke pipa
tremi yang sudah bercorong untuk mengisi lubang bor dengan
campuran beton ready mix. Panjang pipa tremie ini disesuaikan
dengan jarak antara truck mixer dengan lubang bor. Pipa tremie ini
pun dipasang dengan cara disambung dengan beberapa bagian.

Campuran beton terdiri atas agregat kasar, agregat halus, air,


dan semen. Penggunaan pipa tremi yang dimasukan kedalam lubang
Bored Pile pada saat pengecoran berfungsi agar ketika proses
pengecoran berlangsung, beton mempunyai campuran yang utuh. Jika
tidak menggunakan pipa tremi, maka agregat kasar akan jatuh terlebih
dahulu dikarenakan beratnya yang besar dari komponen beton lainnya
72
dan menyebabkan agregat kasar mengendap dibagian bawah dan
akan mengakibatkan keropos pada pondasi Bored Pile dan pondasi

73
tersebut tidak akan bertahan lama. Pemasangan Pipa Tremi. Pipa tremi
diperlukan untuk mempertahankan tinggi jatuh beton 1,5 - 2m sehingga
tidak terjadi segregaisi beton seperti penjelasan diatas.

3.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan Abutment


Setelah pekerjaan pondasi bored pile selesai dilaksanakan,
selanjutnya maka akan dilakukan pekerjaan abutment. Pekerjaan
abutment sudah bisa dilakukan apabila sudah memenuhi syarat dan izin
dari pihak yang terkait. Berikut merupakan gambar kerja yang berkaitan
dengan pekerjaan abutment.

A. Pekerjaan Persiapan Abutment

Pada pekerjaan abutment perlu adanya persiapan, yaitu


sebelum melaksanakan pekerjaan kontraktor mengajukan ijin untuk
melakukan pekerjaan kepada pengguna jasa disertai dengan
metode kerja, kebutuhan alat, kebutuhan tenaga kerja, spesifikasi
dan rencana mutu sesuai dengan dokumen kontrak. Selanjutnya
dilakukan staking out dan pengecekan elevasi posisi. Setelah itu
akan dilakukan inspeksi, apabila masih ada yang belum tepat maka
dilakukan perbaikan sampai tepat.

B. Pekerjaan Struktur Abutment

Pekerjaan struktur abutment dilakukan dengan beberapa


tahapan pekerjaan yaitu meliputi pekerjaan pembesian pile cap,
abutment, dan wingwall. Berikut merupakan bagan alir pada
pekerjaan struktur abutment.

74
Gambar 3. 26 Bagan Alir Pekerjaan Struktur Abutment

Gambar 3. 27 Bagan Alir 3 Tahapan Pekerjaan Struktur Abutment

75
1. Pekerjaan Pembesian

Gambar 3. 28 Pekerjaan Pembesian untuk Abutment di Lapangan


Pekerjaan fabrikasi dan pemasangan besi dilakuakan sesuai
dengan gambar dan spesifikasi yang tercantum dalam dokumen
kontrak dan shop drawing. Pada saat pekerjaan fabrikasi
pembesian juga dilakukan pemasangan beton decking untuk
memastikan jika jarak antara selimut beton dan pembesian telah
sesuai dengan perencanaan. Pada saat fabrikasi membutuhkan
dua alat untuk membengkokkan besi dan untuk memotong besi
tulangan. Dua alat yang digunakan tersebut adalah bar bending
machine dan bar cutter.

Gambar 3. 29 Pemasangan Tulangan dan Beton Decking


Pada saat pemasangaan tulangan harus tetap diperhatikan
jarak antar tulangannya agar selaras dengan gambar rencana.
Hal ini dilakukan agar

76
tetap terjaganya tulangan dari posisi yang sudah direncanakan
dan menghindari terjadinya geser pada saat pengecoran
berlangsung.

2. Pekerjaan Bekisting

Gambar 3. 30 Pemasangan Bekisting Pada Pekerjaan Abutment


Pekerjaan selanjutnya yaitu pekerjaan bekisting. Bekisting
membantu untuk cetakan beton sebuah struktur bangunan dengan
design bentuk yang diinginkan. Dan setelah melewati waktu
tertentu, mengeras serta sanggup menanggung berat sendiri. Maka
akan dilepas dan dirakit kembali di bagian yang lain. Pemasangan
papan bekisting dimulai dengan melapisi papan bekisting dengan
minyak bekisting, lalu pemasangan papan bekisting dilakukan di
keempat sisi pada penulangan pile cap, abutment, dan wingwall.
Ketika papan bekisting sudah terpasang, selanjutnya dipasang
shoring dan penyokong agar ketika beton dituangkan, bekisting
tidak runtuh.

Pekerjaan bekisting meliputi penyediaan dan pemasangan


bekisting sesuai degan gambar kerja. Syarat utama dalam
pemilihan bekisting tergantung dari bentuk bekisting yang
direncanakan, harga bekisting, kemudahan dalam menyediakan
bekisting, kemudahan dalam pemasangan dan pembongkaran dan
tidak bocor.

77
3. Pekerjaan Pengecoran Beton

78
Gambar 3. 31 Pekerjaan Pengecoran Abutment
Setelah pekerjaan bekisting, selanjutnya yaitu pekerjaan
pengecoran beton. Pada pekerjaan pengecoran beton ini,
dituangkan beton segar pada struktur pile cap, abutment, dan
wingwall yang sudah diberi besi tulang dan bekisting. Beton segar
tersebut merupakan campuran dari semen, agregat, dan air. Beton
yang digunakan yaitu beton dengan mutu fc’ 30 Mpa. Pengecoran
dilakukan dengan menggunakan concrete pump dan pipa tremie
untuk mengatur tinggi jatuh beton kurang dari 1,5 meter pada saat
pengecoran. Pemadatan beton dilakukan dengan concrete vibrator
untuk menghilanngkan udara yang terdapat di dalam beton.

Pada Pengecoraan 2 atau lebih beberapa tahap, dilakukan


treatment khusus pada stop cornya sesuai dengan Memo Surat
Bukaka Nomor CH- BKK-PST-PMO-2022-IX-236 yaitu :

1. Stop Cor atau Tali Air siku 3 x 3 untuk Tahap Pengecoran


struktur vertical Pier serta antara Lantai dan Parapet. Stop
Cor siku juga digunakan sebagai Chamfer di Tepi Struktur
(Sudutan) 3 x 3.
2. Stop cor untuk tahap pengecoran struktur horizontal (slab
jembatan) yaitu:
a. Set alat cor.
b. Truck Mixer On Site.
c. Setting Concrete Pump yang sudah dituangkankan
beton Truck Mixer.
79
d. Pipa Concrete Pump diarahkan ke bagian Struktur
yang akan di cor (Sudah set pembesian).
e. Setelah Pengecoran Selesai, Perlu diadakan
Proteksi terhadap force major.

4. Pekerjaan Perawatan Beton (Curring)


Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap
dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
Perawatan beton dapat dilakukan dengan menggunakan karung
basah atau penyiraman air. Pekerjaan perawatan beton (Curring)
dimulai sejak pembongkaran bekisting yang dilakukan selama
minimal 7 hari untuk beton mutu normal dan minimal 3 hari untuk
beton mutu tinggi. Untuk Pekerjaan Lantai, curring dilakukan
setelah beton setting yaitu dalam rentan waktu 8- 12 jam.

5. Uji Kuat Tekan Beton

Gambar 3. 32 Pengujian Kuat Tekan Beton


Sesuai dengan Quality Plan, Sample beton yang sudah
diambil sebelumnya saat kedatangan material beton dilakukan

80
Uji Kuat Tekan

81
Beton sebagai dasar penerimaan dengan mengikuti acuan
keberterimaan sebagai berikut :

 Minimal sesuai kekuatan beton / umur beton. Pengendalian


mutunya di rekap per lokasi jembatan. Pengambilan Sample
beton untuk diuji adalah setiap 30 m3.
 Dilakukan pengujian core drill Ø 2” secara acak lokasi jembatan
dan pengujian dilakukan di site. Pengujian core drill dilakukan by
case, yaitu jika ada permintaan dari pihak owner atau pengawas
dan jika ada ketidaksesuaian spek mutu beton saat pengujian
sampel.
 Dilakukan Pengujian UPV secara acak lokasi jembatan dan
pengujian dilakukan di site. Pengujian UPV dilakukan by case,
yaitu jika ada permintaan dari pihak owner atau pengawas dan
jika ada ketidaksesuaian spek mutu beton saat pengujian
sampel.

Selain itu, sesuai Quality Plan, Pemeriksaan Visual juga wajib


dilakukan dengan memerhatikan beberapa hal berikut :

 Tidak terdapat honey comb (keropos) pada setiap item


pekerjaan pengecoran.
 Tidak ada besi yang terexpose pada setiap item pekerjaan pengecoran.
 Tidak ada keretakan pada bidang kerja pada setiap item
pekerjaan pengecoran.
 Tidak cacat tekstur pada setiap item pekerjaan pengecoran.

3.3 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan


Kegiatan pengawasan perlu dan harus dilakukan pada setiap pelaksanaan
pekerjaan untuk mencapai kualitas yang baik dan kuantitas sesuai dengan
rencana. Kegiatan pengawasan juga perlu dilakukan untuk tercapainya
ketepatan mutu, waktu, dan biaya karena konstruksi yang dibangun tentunya
akan digunakan untuk jangka panjang maka diharuskan adanya pengendalian

82
dan pengawasan pada setiap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan.

83
3.3.1 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bored Pile
Dalam mencapai hasil kerja yang maksimal dan profesional pada
pelaksanaan pekerjaan pondasi harus sesuai dengan rencana kerja pada
proyek, terdapat beberapa tahapan pengawasan terkait mutu material
yang digunakan, berbagai pengendalian mutu yang dilakukan antara lain
sebagai berikut:

Gambar 3. 33 Flowchart Pengendalian Mutu Pekerjaan Pondasi Bored Pile

a. Pile Drive Analyzer (PDA)


Pile Drive Analyzer (PDA) adalah suatu sistem pengujian dinamik
regangan besar dengan menggunakan data digital komputer yang
diperoleh dari strain transducer dan accelerometer untuk mengukur
gaya dan kecepatan ketika tiang dipukul menggunakan palu dengan
berat 1-2% dari kapasitas ultimit tiang. Daya dukung tiang dari hasil
PDA akan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan program

84
CAPWAP (Case Pile Wave Program). Untuk tes PDA

85
pada Proyek Penggantian Atau Duplikasi Jembatan Citanduy II –
Banjar menggunakan beban sebesar 16 ton yang dijatuhkan secara
vertikal dengan ketinggian awal sebesar 50 cm.

Gambar 3. 34 Pile Drive Analyzer (PDA) Test

Gambar 3. 35 Data Tiang pada PDA Test

Gambar 3. 36 Kesimpulan Hasil CAPWAP pada PDA Test

b. Crosshole Sonic Logging Test (CSL)


Crosshole Sonic Logging Test (CSL) merupakan metode pengujian
yang dilakukan untuk menguji jaminan kualitas atau integritas pada
pondasi bored pile. Pengujian ini dapat mengindikasi adanya
ketidaksesuaian material atau kerusakan struktur pondasi yang
biasanya diakibatkan oleh beton keropos, segregasi material beton,
metode pengecoran yang tidak baik, serta necking
86
akibat kelongsoran dinding bor. Pengujian CSL menggunakan
gelombang ultrasonik yang kemudian di komputasi oleh komputer
sonic logging system.
Pengujian yang dilakukan pada Jembatan Citanduy II pada
abutment 2 titik 2 (Leff = 31 m, D = ⌀1000 mm) menunjukkan bahwa
adanya potensi ‘soft toe’ pada dasar tiang dengan ketebalan kurang
lebih 0,6 m. Kondisi seperti ini mengindikasikan bahwa ujung tiang
masih berada pada tanah lunak, sumbatan tanah pada ujung tiang
(soft toe effect). Dari hasil pengamatan dan pembacaan data
menunjukkan terjadinya kontaminasi kecil beton yang meragukan,
yaitu hasil uji FAT meningkat 11 sampai 20% dan Energy < 9 db,
sedangkan jika dilihat dari kecepatan gelombang (impact wapespeed)
pada bagian beton yang diduga terjadi penurunan mutu, kecepatan
masih berkisar diantara 2550 - 3400 m/sec, artinya integritas beton
tidak terlalu jelek (dapat diterima). Untuk itu dikategorikan masuk
klasifikasi Questionable (Q).

Gambar 3. 37 Crosshole Sonic Logging (CSL) Test

87
Gambar 3. 38 Dokumentasi hasil pengujian CSL

Gambar 3. 39 Kesimpulan Hasil Pengujian CSL Test

Gambar 3. 40 Kategori Hasil Pengujian CSL Test

c. Slump Test
Slump test merupakan sebuah parameter yang digunakan untuk
mengetahui level kelecekan adonan beton segar, yaitu kepadatan
atau keenceran adonan yang berfungsi untuk memudahkan proses
pengerjaan adukan beton.

88
Campuran beton yang tidak mencapai syarat dan ketentuan (slump)
seperti acuan yang telah ditetapkan, maka campuran beton tersebut
tidak diperbolehkan untuk dipakai pada pekerjaan konstruksi.

Gambar 3. 41 Slump Test pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile

3.3.2 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Abutment

Gambar 3. 42 Flowchart Pengendalian Mutu Pekerjaan Abutment

89
a. Pengawasan Baja Tulangan yang Digunakan

Pengawasan terhadap baja tulangan perlu dilakukan agar ukuran


dan bentuk sesuai dengan yang sudah direncanakan. Pengawasan
terhadap baja tulangan pada pekerjaan abutment yang dilakukan
yaitu meliputi:

1. Pengecekan visual
2. Pengecekan ukuran, berat dan bentuk

b. Slump Test

Slump test merupakan sebuah parameter yang digunakan


untuk mengetahui level kelecekan adonan beton segar, yaitu
kepadatan atau keenceran adonan yang berfungsi untuk
memudahkan proses pengerjaan adukan beton. Campuran beton
yang tidak mencapai syarat dan ketentuan (slump) seperti acuan
yang telah ditetapkan, maka campuran beton tersebut tidak
diperbolehkan untuk dipakai pada pekerjaan konstruksi.

Gambar 3. 43 Slump Test pada Pekerjaan Abutment

c. Pembuatan Benda Uji

Pembuatan benda uji beton adalah beton yang dicetak menjadi


sebuah benda uji baik itu berbentuk silinder ataupun kubus yang
90
selanjutnya akan

91
digunakan untuk keperluan pengujian kuat tekan beton dan akan
didapatkan hasil apakah kekuatan beton yang digunakan sudah
sesuai dengan kebutuhan struktur yang dibangun atau tidak. Benda
uji yang dibuat yaitu berbentuk silinder.

Gambar 3. 44 Pembuatan Benda Uji di Lapangan

d. Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan beton adalah salah satu pengujian yang


dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan beton apakah
sesuai dengan kebutuhan struktur yang telah direncanakan. Sesuai
dengan Quality Plan, Sample beton yang sudah diambil sebelumnya
saat kedatangan material beton dilakukan Uji Kuat Tekan Beton
sebagai dasar penerimaan dengan mengikuti acuan keberterimaan
sebagai berikut :

 Minimal sesuai kekuatan beton / umur beton. Pengendalian


mutunya di rekap per lokasi jembatan. Pengambilan Sample
beton untuk diuji adalah setiap 30 m3.
 Dilakukan pengujian core drill Ø 2” secara acak lokasi
jembatan dan pengujian dilakukan di site. Pengujian core
drill dilakukan by case, yaitu jika ada permintaan dari pihak
owner atau pengawas dan jika ada ketidaksesuaian spek
mutu beton saat pengujian sampel.

92
 Dilakukan Pengujian UPV secara acak lokasi jembatan dan
pengujian dilakukan di site. Pengujian UPV dilakukan by
case, yaitu jika ada permintaan dari pihak owner atau
pengawas dan jika ada ketidaksesuaian spek mutu beton
saat pengujian sampel.

Gambar 3. 45 Pengujian Kuat Tekan Beton

e. Sand Cone Test


Sand Cone Test dilakukan agar dapat mengetahui kepadatan
tanah di lapangan dan nilai berat isi tanah kering dapat diperoleh dari
hasil evaluasi percobaan di lapangan yaitu perbandingan antara uji di
lapangan dengan uji laboratorium untuk nilai kepadatan tanah minimal
95% agar memenuhi sepsifikasi.

Gambar 3. 46 Sand Cone

93
f. Perawatan Beton (Curring)

Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari


pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas,dan gangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam
waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana
mestinya pada semen dan pengerasan beton. Perawatan beton dapat
dilakukan dengan menggunakan karung basah atau penyiraman air.
Pekerjaan perawatan beton (Curring) dimulai sejak pembongkaran
bekisting yang dilakukan selama minimal 7 hari untuk beton mutu
normal dan minimal 3 hari untuk beton mutu tinggi. Untuk Pekerjaan
Lantai, curring dilakukan setelah beton setting yaitu dalam rentan
waktu 8-12 jam.

g. Pengawasan K3
Untuk mengantisipasi terjadinya resiko kecelakaan kerja (Zero
Accident), maka akan diterapkan disiplin yang tinggi terhadap
pelaksanaan K3L pada saat pekerjaan struktur seperti:
1. Pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
2. Memasang rambu peringatan kerja
3. Mengikuti IK (instruksi kerja) pengoperasian alat berat
4. Pembersihan dengan peralatan yang ada. (operational control)
5. Memperhatikan keselamatan kerja di atas laut.
6. Material sesuai dengan shop drawing.

3.4 Permasalahan dan Solusi


3.4.1 Permasalahan
Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi yang dijalankan, pasti
terdapat beberapa permasalahan yang terjadi. Permasalahan tersebut
bisa disebabkan secara teknis maupun non-teknis. Kedua permasalahan
tersebut akan berpengaruh
94
terhadap perkembangan proyek yang sedang dijalankan. Berikut
beberapa permasalahan yang terjadi di Proyek Penggantian dan Duplikasi
Jembatan Citanduy II - Banjar, Jawa Barat.

Tabel 3. 4 Permasalahan

A. Permasalahan Teknis

No. Permasalahan Penyeba


b
1. Roda excavator yang lepas. Kurangnya pemeriksaan secara detail
oleh K3 terhadap alat berat sehingga
saat penggunaan berlangsung ada
masalah yang terjadi pada alat berat
yang digunakan.
Gambar:

2. Penempatan material yang cukup Penempatan material yang kurang


memakan tempat. Menyebabkan tepat dan area proyek yang tidak
akses untuk mobilisasi alat berat terlalu besar.
yang masuk kurang leluasa.
Gambar:

95
A. Permasalahan Teknis

No. Permasalahan Penyeba


b
3. Pengawasan K3 yang kurang Kurangnya ketegasan K3 dan
tegas. Karena masih ada beberapa kurangnya kesadaran diri pekerja.
pekerja yang masih tidak memakai
APD ketika melaksanakan
pekerjaan dan menyebabkan
kecelakaan pada pekerja.
Gambar:

4. Pada saat proses pemadatan Proses pemadatan yang belum selesai


granular, yang seharusnya pada tetapi sudah diminta untuk
sandcone test kepadatan dilaksanakan sandcone test.
minimalnya adalah 95% dari
kepadatan keseluruhan, tetapi
pada saat sandcone test hanya
80%, karena agregat yang ditimbun
belum compact.
Gambar:

96
B. Permasalahan Non-Teknis

No. Permasalahan Penyeba


b
1. Pengeboran lubang bored pile di Terjadi hujan cukup besar
titik 5 abutment 1 dilakukan secara semalaman dan muka air sungai
berulang. Dan menyebabkan yang naik.
pengeboran bored pile di titik lain
tertunda pekerjaannya.
Gambar:

3.4.2 Solusi
Dikarenakan terjadinya permasalahan, maka solusi dari
permasalahan tersebut pun dibutuhkan. Solusi dibutuhkan agar proses
pelaksanaan pekerjaan di proyek bisa berjalan dengan baik kembali.
Berikut beberapa solusi dari permasalahan-permasalahan di atas yang
terjadi di Proyek Penggantian dan Duplikasi Jembatan Citanduy II -
Banjar, Jawa Barat.

97
Tabel 3. 5 Solusi

A. Solusi Permasalahan Teknis

No. Permasalahan Solusi


1. Roda excavator yang copot. Roda excavator dibetulkan oleh
para pekerja dan mandor di
lapangan karena situasi yang
darurat.
2. Penempatan material yang Material dipindahkan ke tempat lain
cukup memakan tempat. yang memungkinkan sehingga ada
ruang untuk pekerja lapangan
berlalu-lalang dengan leluasa.
3. Pengawasan K3 yang kurang tegas. K3 harus lebih tegas dan
melakukan pengarahan tentang
keselamatan kerja pada saat
safety morning talk dan
melakukan tindakan yang cepat
untuk pekerja yang kecelakaan
tersebut.
4. Proses pemadatan granular yang Dilakukan pemadatan ulang
belum mencapai kepadatan sesuai sampai akhirnya memenuhi
dengan spesifikasi. spesifikasi.
B. Solusi Permasalahan Non-Teknis

No. Permasalah Solusi


an
1. Pengeboran lubang bored pile di Melakukan pengeboran ulang pada
titik 5 abutment 1 dilakukan secara lubang bored pile di titik 5 abutment 1
berulang. sampai semua lumpur yang naik
habis terangkat dan lubang bored pile
mencapai kedalaman yang
ditentukan.

98
BAB IV
PENUTU
P

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil tinjauan pelaksanaan pekerjaan Struktur Bawah Jembatan
Citanduy II – Banjar pada Pada Proyek Penggantian Atau Duplikasi Jembatan
Callender Hamilton, maka penyusun dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode pelaksanaan pekerjaan pondasi bored pile terdapat beberapa tahap


pekerjaan diantaranya, pekerjaan marking dan setting out posisi pile,
pemasangan casing temporary, pekerjaan pengeboran, pemasangan tulangan,
setting pipa tremi, dan pekerjaan pengecoran. Pengeboran dilakukan pada 8
titik per abutment dan dimulai dari titik 4, 5, 2, 3, 8, 1, 6, dan berakhir di titik 7.
2. Metode pelaksanaan pekerjaan pondasi abutment dilaksanakan dimulai dari
pekerjaan pembesian, pada saat fabrikasi pembesian juga dilakukan
pemasangan beton decking untuk memastikan jika jarak antara selimut beton
dan pembesian telah sesuai dengan perencanaan. Kemudian ada pemasangan
bekisting yang dilakukan di keempat sisi pada penulangan pile cap, abutment,
dan wingwall. Selanjutnya pekerjaan pengecoran beton yang dilakukan pada
struktur pile cap, abutment, dan wingwall dengan menggunakan mutu beton fc’
30 Mpa. Setelah itu ada pekerjaan perawatan beton (curring) dan dilanjutkan
dengan pengujian kuat tekan beton.
3. Permasalahan non teknis yang terjadi pada pekerjaan pondasi bored pile
adalah pengeboran lubang bored pile di titik 5 abutment 1 dilakukan secara
berulang akibat terjadi hujan cukup besar semalaman dan muka air sungai yang
naik sehingga dilakukan pengeboran ulang pada lubang bored pile di titik 5
abutment 1 sampai semua lumpur yang naik habis terangkat dan lubang bored
pile mencapai kedalaman yang ditentukan.
Pada pekerjaan pondasi abutment terdapat permasalahan teknis yaitu proses
pemadatan granular yang belum mencapai kepadatan sesuai dengan
spesifikasi karena proses pemadatan yang belum selesai tetapi sudah diminta
99
untuk dilaksanakan sandcone test maka dilakukan pemadatan ulang sampai
akhirnya memenuhi spesifikasi.

100
4. Pengalaman yang telah didapat selama pelaksanaan PKL sebagian tidak
didapatkan pada pembelajaran di perkuliahan, dimana pada dunia kerja lebih
banyak praktiknya sehingga penulis dapat lebih memahami apa yang terjadi di
lapangan. Dalam dunia pekerjaan khususnya pada proyek ini, penulis dapat
menyimpulkan bahwa softskill dan hardskill sangat dibutuhkan. Softskill
dibutuhkan agar kedepannya menjadi sumberdaya yang kompeten dalam
pemecahan masalah, manajemen waktu, kepemimpinan, dan kedisiplinan.
Sedangkan pada hardskill yang perlu dimiliki yaitu mampu dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan bidang keilmuannya serta sesuai dengan apa yang
sudah menjadi ketentuannya.

4.2 Saran
Menanggapi kesimpulan yang diuraikan terkait kekurangan yang ada pada
lapangan di
atas, ada beberapa saran yang dapat dilaksanakan atau diimplementasikan
kedepannya guna menghasilkan kualitas pekerjaan proyek yang lebih baik lagi.
Saran yang penyusun berikan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Toolbox Meeting sebelum pekerjaan dimulai yang membahas


pentingnya penggunaan APD pada lokasi proyek dan juga melakukan
pengawasan dengan ketat serta pemberian sanksi terhadap pekerja yang belum
menggunakan APD dengan lengkap dan benar.
2. Material dipindahkan ke tempat lain yang lebih memungkinkan dan aman, serta
memilah material yang setidaknya tidak terpakai untuk dibuang dan dikeluarkan
dari area proyek supaya terlihat lebih rapih dan akses keluar masuk pun menjadi
lebih besar.
3. Untuk mengatasi lubang bored pile yang mengalami pengeboran ulang akibat
hujan deras yang menyebabkan tanah hasil galian masuk lagi ke dalam lubang
dapat dilakukan dengan cara pengeboran secara berulang sampai semua lumpur
yang masuk habis terangkat dan mencapai kedalaman yang telah ditentukan.
4. Melakukan rencana pengadaan material yang diperiksa secara berulang agar
tidak terjadinya kekurangan pada kebutuhan material yang terjadi di lapangan.
5. Solusi di lapangan untuk masalah air sungai yang meluap adalah dengan
101
menunggu airnya surut agar menghindari kecelakaan kerja atau menggunakan
alat bantu seperti pompa air

102
atau exca bucket untuk membuang air yang sudah menggenang di area proyek.
Tindakan pencegahan untuk masalah air sungai yang meluap adalah memasang
sheet pile untuk menahan air agar tidak masuk ke area kerja abutment.

103
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Binamarga. (2018). Spesifikasi Umum Untuk Pekerjaan


Konstruksi Jalan dan Jembatan.
Katalog Alat Berat Kementrian PU. (2013). Spesifikasi Teknis Alat Berat.
PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. (2023). Metode Kerja Pekerjaan Bored Pile Proyek
Penggantian Dan/ Atau Duplikasi Jembatan Callendar Hamilton di Pulau Jawa
Jembatan Citanduy.
PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. (2023). Metode Kerja Pekerjaan Struktur Proyek
Penggantian Dan/ Atau Duplikasi Jembatan Callendar Hamilton di Pulau Jawa
Jembatan Citanduy.

104
LAMPIRAN I

A. Surat Pengajuan Praktik Kerja Lapangan

105
B. Surat Penerimaan Praktik Kerja Lapangan

106
C. Surat Keterangan Selesai Praktik Kerja Lapangan

107
D. Surat Keterangan Selesai Praktik Kerja Lapangan

108
109
LAMPIRAN II
A. Dokumentasi saat di
lapangan

110
B. Shop Drawing

111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
C. Pengujian

146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
D. Penjadwalan Proyek

163
E. Struktur Organisasi Kontraktor

164

Anda mungkin juga menyukai