Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan kendaraan di Indonesia setiap hari mengalami peningkatan. Dan
peningkatan itu merata sampai ke desa. Dengan meninggkatnya jumlah penduduk,
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta didukung oleh potensi daerah yang cukup
baik menyebabkan arus lalu lintas akan semakin ramai.

Jembatan sebagai salah satu prasarana penghubung pada hakikatnya merupakan unsur
penting dalam usaha pengembangan kehidupan bangsa. Keberadaan jembatan akan
memberikan dampat pada beberapa bidang seperti bidang sosial, ekonomi, pertahanan dan
keamanan. Prasarana public memegang perencanaan dalam kemajuan dan perkembangan
suatu daerah, hal ini disebabkan karena prasaranan tersebut berhubungan langsung dengan
kebutuhan masyarakat. Jembatan sebagai salah satu prasaranan publik yang berfungsi
menghubungkan daerah-daerah yang terisolir dan akan membuka akses transportasi pada
daerah tersebut.

Salah satu contohnya yang sedang terjadi di Desa Bakung Kec. Sukasada, Kab.
Buleleng. Arus lalu lintas di desa ini cukup ramai karena merupakan jalur alternative
menuju kota singaraja, namun tidak di dukung dengan insfrastruktur yang memadai. Di
desa Bakung memiliki jembatan yang sudah terlihat kurang layak dan lebarnya pun hanya
menvukupi sutu kendaraan. Dimana jembatan lama selain kecil dan sudah tidak memenuhi
kapasitas jalan yang dibutuhkan untuk dilalui. Jembatan lama yang hanya dapat dilalui
kendaran roda dua hanya satu arah. Untuk menampung kapasitas dan beban lalu lintas
yang lebih besar maka dibuat perencanaan jembatan baru yang lebih kuat. Alasan lain yang
melandasi perlunya pembangunan jembatan ini adalah adanya keinginan pemerintah
daerah untuk lebih menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dan industry daerah sekitar
sehingga diharapkan dapat dicapai pemerataan hasil pembangunan.

Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Pekerja Umum dan Penataan Ruang
(PUPR) telah membangun sebuah jembatan baru yakni Jembatan Bakung yang terletak di
daerah Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Pembangunan jembatan ini, dengan
maksud untuk menggantikan Jembatn Bakung yang sebelumnya, karena jembatan
sebelumnya sudah terlihat rusak atau kurang layak.
Dengan demikian, dapat di capai kelancaran distribusi barang dan jasa atau kegiatan
masyarakat dari kota ke desa sekitarnya maupun sebaliknya. Dengan kata lain penyaluran
barang dan jasa atau kegiatan masyarakat menjadi lancar. pembangunan jembatan ini
diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif permasalahan yang ada.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan Penggantian Jembatan ini dalam rangka memelihara/memperbaiki
jembatan yang saat ini dalam keadaan rusak menjadi kondisi mantap sehingga dapat
meningkatkan pelayanan terhadap lalu lintas pemakai jalan.

Secara umum bertujuan untuk menciptakan sarana infrastruktur jalan yang memadai
antar desa, serta optimalisasi fungsionalitas ruas jalan tersebut diatas sehingga dapat
mendukung perkembangan kawasan wisata di wilayah tersebut. Sementara Tujuan Khusus
dari hasil survei ini adalah tersedianya dokumen perencanaan teknis untuk ruas jalan
tersebut diatas, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan pembangunan
fisik untuk ruas jalan tersebut.

Adapun tujuan dari proyek Penggantian Jembatan Tukad Buleleng Ruas Jalan Bakung
– Sari Mekar – Padang Bulia Ini Adalah :
1. Untuk mengganti jembatan lama yang telah rusak serta memperoleh struktur bangunan
bawah dan struktur bangunan atas yang kuat, serta realisasi waktu dan biaya
pengerjaan yang sesuai dengan jadwal rencana.
2. Dapat menghubungkan jalan desa Bakung ke jalan desa Sari Mekar, dengan adanya
jembatan ini diharapkan jarak tempuh menjadi lebih singkat, dapat menjadi jalan
alternatif, memberikan kelancaran dan kemudahan untuk berlalu lintas dengan rasa
aman dan nyaman.
3. Serta membuat arus perekonomian dari dan ke daerah yang dihubungkan oleh jembatan
tersebut lebih lancar, sehingga hal ini dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
BAB II
METODE SURVEI
2.1 Survei Lokasi
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai proyek yang menjadi sasaran
dalam penyajian laporan survei pendahuluan ini, maka perlu menyajikan secara singkat
mengenai data-data secara umum dari proyek tersebut :
Nama Proyek : Penggantian Jembatan Tukad Buleleng Ruas Jalan Bakung – Sari Mekar –
Padang Bulia
Lokasi Proyek : Pada Ruas Jalan Bakung – Sari Mekar – Padang Bulia

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek Penggantian Jembatan Tukad Buleleng Ruas
Jalan Bakung – Sari Mekar – Padang Bulia
Sumber : CV. GANESHA TEKNIKA

Pada pelaksanaan survey jembatan tukad Buleleng ini meliputi pencatatan seluruh data
fisik jembatan lama dan kondisi sungai sebagai berikut :
a) Mengumpulkan dan mereview data-data lokasi pekerjaan dan situasinya antara lain
rencana as jembatan , jalan pendekat, jembatan existing, kondisi hulu dan hilir sungai serta
informasi lainnya secara umum dari segi geografis, tata guna lahan, sosial ekonomi.
b) Menyiapkan peta dasar yang berupa peta topografi dan peta-peta pendukung
lainnya (peta geologi, tata guna tanah, hidrologi, dan sebagainya) yang dipakai untuk
menentukan lokasi jembatan yang sesuai.
c) Mengumpulkan dan mereview data lalu lintas.
d) Mempelajari dan menganalisa data curah hujan pada daerah rencana jembatan
melalui station-station pengamatan cuaca yang telah ada ataupun pada Jawatan
Meteorologi setempat, termasuk data banjir, erosi dan lain sebagainya.
e) Menganalisa secara visual keadaan tanah dasar pada daerah rencana jembatan.
f) Mengumpulkan informasi lokasi sumber material (quarry) dan kemungkinan
pemanfaatan material setempat.
g) Mengumpulkan data harga satuan material, upah buruh, biaya pembebasan
lahan dan sebagainya yang berkaitan dengan rencana pekerjaan.
h) Membuat foto-foto dokumentasi mengenai kondisi lapangan yang bersangkutan dan
khusus untuk kepentingan desain jembatan.
i) Memperhatikan usulan lainnya dari pihak-pihak terkait
j) Menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
k) Mengumpulkan data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting

2.2 Survei Topografi


2.2.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pada Pengukuran Topografi ini digunakan untuk perencanaan jalan
yang terdiri dari beberapa bagian yaitu :

a. Jenis kegiatan
Pekerjaan pengukuran topografi untuk perencanaan jembatan secara umum
terdiri dari 4 bagian pekerjaan :
 Pekerjaan pengukuran lapangan
 Pengolahan data
 Penggambaran
 Pelaporan

Tujuan pekerjaan pengukuran topografi ini adalah mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan jembatan di dalam koridor
yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 1000 yang akan digunakan
untuk perencanaan geometri, serta 1 : 500 untuk perencanaan jembatan.

Selain itu pemetaan topografi ini adalah untuk memperoleh gambaran bentuk dan
tinggi rendahnya relief muka tanah termasuk data situasi dari semua unsur yang ada di
atasnya, seperti alur sungai, tegalan, sawah, kampung, bangunan-bangunan prasarana umum
dan lain-lain.

Untuk pemetaan topografi pada daerah yang relatif kecil (pemetaan situasi) dapat
dilakukan dengan cara tachymetri. Pengambilan data dari setiap obyek yang dipilih akan
berupa data posisi dalam sistem koordinat polar. Kemudian untuk keperluan penggambaran
peta situasi dan untuk keperluan perencanaan teknis selanjutnya, data dalam sistem polar ini
harus di konversi menjadi data posisi dalam koordinat katersian (x,y,z).

b. Peralatan yang digunakan


 Pada pengukuran lapangan peralatan yang digunakan pada umumnya adalah :
 Theodolite WILD T–2 (atau sejenis) untuk pengukuran sudut.
 Pengukuran situasi detail menggunakan Theodolite WILD T-0
 Pengukuran elevasi dengan Waterpass (sejenis WILD NAK-2) dan rambu ukur yang
dilengkapi nivo rambu
 Alat ukur jarak elektronis EDM untuk pengukuran jarak pada daerah yang lurus atau
datar (apabila dibutuhkan).
 Kontrol pengukuran sudut dengan GPS
 Roll meter (50 meter) untuk pengukuran jarak pada daerah yang berbukit dan
menikung Untuk komunikasi digunakan handy talkie.
 Pengolahan data dan penggambaran menggunakan komputer, printer serta plotter.
c. Pekerjaan pengukuran lapangan
Secara umum pengukuran lapangan terdiri dari :

 Pemasangan Patok
 Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal (KDH)
 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)
 Pengukuran Situasi/Detail
 Pengukuran Profil
 Pengukuran Situasi Khusus

a). Pemasangan patok


Pada pemetaan situasi untuk perencanaan jalan dan jembatan, ada patok yang
harus dipasang. Patok tersebut ditempatkan pada tempat yang aman dan mudah terlihat.
Patok-patok tersebut adalah Patok Bench Mark, Patok Poligon dan Patok Profil.

i. Patok Bench Mark


Patok Bench Mark Patok Bench Mark adalah titik kerangka dasar
pemetaan di lapangan, dipasang 2 patok Bench Mark pada masing-masing titik
pemasangan. BM bulat terbuat dari pipa PVC berukuran (8” x 100 cm) yang
diisi dengan beton dan ditanam sedemikian rupa sehingga bagian patok yang
muncul diatas tanah 15 cm, patok BM bulat ditanam berpasangan dengan
interval 1.000 meter dan di cat kuning serta hitam untuk penomoran. Penamaan
disesuaikan dengan singkatan nama Kabupaten yang disurvey.
ii. Patok Poligon
Patok Poligon adalah patok yang merupakan titik poligon di lapangan.
Patok poligon terbuat dari kayu dengan ukuran (4 x 6 x 60) cm, dan ditanam
sedemikian rupa
sehingga bagian patok yang muncul diatas tanah 10 cm. Patok poligon
dipasang dengan interval maksimum 100 meter.
iii. Patok Profile
Patok Profil adalah patok yang merupakan titik pengukuran potongan
memanjang di lapangan. Patok profil dapat terbuat seperti patok poligon dapat
juga berupa paku yang ditanam pada aspal jalan dan dilingkari dengan cat
merah sebagai tanda. Patok BM harus di cat warna kuning dengan penamaan
warna hitam, sedangkan Patok Poligon dan Patok Profil diberi cat merah dan
diletakkan di sebelah kiri kearah jalannya pengukuran.

b). Kerangka Dasar Horizontal (KDH)


Titik KDH di lapangan berfungsi sebagai titik ikat pada pengukuran detail, dan
sebagai titik tetap/referensi untuk keperluan pekerjaan perencanaan selanjutnya,
misalnya untuk pekerjaan stake out. Setiap titik KDH akan mempunyai harga
koordinat (x,y).

Pengukuran KDH dilakukan menggunakan metode Poligon dengan bentuk jaring


mengikuti bentuk trase jalan. Pada setiap titik poligon dilakukan pengukuran sudut,
dan pada setiap sisi poligon dilakukan pengukuran jarak.

Untuk keperluan orientasi arah Utara dilakukan pengamatan matahari disalah satu
sisi jaring poligon. Pengamatan dilakukan 2 seri. Sistem koordinat kartesian
menggunakan sistem nasional, jika memungkinkan dengan melakukan pengikatan
terhadap titik triangulasi terdekat. Jika tidak memungkinkan dapat dilakukan koordinat
lokal.

Sebagai kontrol pengukuran dilakukan pengamatan matahari dengan interval 5


km, dan pada awal dan akhir pengukuran di kontrol dengan pengukuran handy GPS.

Kesalahan pengukuran sudut yang diperbolehkan adalah 10”√n, dimana n adalah


banyaknya titik sudut poligon. Pengukuran KDH pada awal dan akhir pekerjaan di-
overlapkan 200 meter dengan team pengukuran lain searah dengan pelaksanaan
pengukuran

c). Kerangka Dasar Vertikal (KDV)


Seperti halnya KDH, pengukuran KDV juga harus dilakukan sebagai dasar
pekerjaan pemetaan. Kalau KDH merupakan sistem kerangka dasar kearah horisontal,
maka KDV berfungsi sebagai titik ikat ke arah vertikal. Titik KDV adalah juga
merupakan KDH, sehingga dengan demikian kerangka dasar pemetaan selain
mempunyai koordinat (x, y) juga akan memiliki elevasi (z) atau secara lengkap
menjadi koordinat (x, y, z).

Datum adalah titik lengkap, seperti TTG, peil pelabuhan, peil jembatan atau titik
referensi lainnya. Jika tidak memungkinkan dapat digunakan koordinat lokal. Alat
ukur yang digunakan adalah Waterpass (sejenis WILD NAK-2) dengan rambu ukur
yang dilengkapi nivo rambu.

Jaring KDV merupakan jaring tertutup, dengan toleransi {10 mm √D (km)}


dimana D adalah panjang jalur pengukuran. Pengukuran KDV pada awal dan akhir
pekerjaan di-overlapkan 200 meter dengan team pengukuran lain searah dengan
pelaksanaan pengukuran.

d). Pengukuran situasi detail


Pengukuran situasi adalah pengukuran setiap obyek yang dipilih untuk di petakan.
Pengukuran dilakukan dari setiap titik kerangka yang telah ada sebelumnya (hasil
pengukuran KDH dan KDV).

Pengukuran situasi menggunakan metode tachymetri. Setiap data yang diambil,


diberi kode (deskripsi) yang berbeda untuk memudahkan dalam tahap selanjutnya
(pengolahan data dan penggambaran). Alat ukur yang digunakan adalah Theodolite
WILD T-0 yang dilengkapi dengan rambu ukur.
e). Pengukuran Profil
Untuk keperluan pekerjaan tanah (earth-work), seperti penggalian dan
penimbunan tanah, diperlukan data profil memanjang dan melintang guna mengetahui
besarnya volume tanah yang akan digali maupun di timbun. Profil memanjang
bertujuan untuk menentukan ketinggian titik sepanjang garis rencana jalan, sedangkan
profil melintang diperlukan untuk mengetahui profil lapangan pada arah tegak lurus
garis rencana jalan.

f). Pengukuran Situasi Khusus


Pengukuran situasi khusus
i). Perpotongan dengan sungai Daerah sekitar sungai yang diukur meliputi :

 200 meter kiri dan kanan dari sumbu sungai.

 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan rencana. Pengukuran dilakukan
untuk memperkirakan ketinggian air tertinggi daerah sungai, profil sungai dan
rencana bentang jembatan atau jembatan yang akan di-desain. ii).
Perpotongan dengan jalan eksisting Daerah sekitar jalan eksisting yang
diukur meliputi :

 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan eksisting.

 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan rencana. Pengukuran meliputi
situasi jalan eksisting, dan profil jalan eksisting. iii). Perpotongan dengan
proyek pembangunan jalan Daerah sekitar jalan sedang dalam pembangunan,
yang di ukur meliputi :

 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan proyek.

 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan rencana. Pengukuran meliputi
situasi jalan eksisting dan profil jalan proyek.

a. Pengolahan Data
Perhitungan koordinat KDH dan KDV untuk tiap loop menggunakan “Hitung
Perataan Bowditch”. Perhitungan elevasi titik profil dan koordinat titik detail dapat
menggunakan bantuan spread sheet.

b. Penggambaran
Perhitungan koordinat KDH dan KDV untuk tiap loop menggunakan
“Hitung Perataan Bowditch”. Perhitungan elevasi titik profil dan koordinat titik detail
dapat menggunakan bantuan spread sheet.
Perhitungan koordinat KDH dan KDV untuk tiap loop menggunakan
“Hitung Perataan Bowditch”. Perhitungan elevasi titik profil dan koordinat titik detail
dapat menggunakan bantuan spread sheet.

c. Pelaporan Pengukuran
Pelaksana pekerjaan akan membuat dan menyerahkan laporan pada Pemberi Tugas
(Pengguna Jasa), yang terdiri dari :
a. Data ukur beserta sketsa lapangan dan potongan melintang.
b. Hasil perhitungan titik kerangka dan data lainnya.
c. Deskripsi BM beserta foto BM.
d. Gambar situasi dan potongan memanjang.
e. Gambar potongan melintang.
f. Gambar situasi khusus jembatan.
g. Gambar situasi khusus perpotongan dengan jalan eksisting.
h. Gambar situasi khusus perpotongan dengan proyek pekerjaan jalan (jika ada).
i. File hitungan koordinat (x, y, z) beserta deskripsinya dalam spread sheet (format
excel).

2.3 Survey Geologi


Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan secara detail dengan peta dasar
topografi skala 1 : 250.000 s/d skala 1 : 100.000. Pencatatan kondisi geoteknik di sepanjang
rencana trase jalan untuk setiap jarak 500 - 1000 meter dan pada lokasi jembatan. Lingkup
dari pekerjaan ini meliputi :
 Penyelidikan lapangan
Meneliti pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan
prosentase butiran kasar / halus) sesuai dengan Metode USCS.

 Pemetaan
Jenis batuan yang ada di sepanjang trase jalan dipetakan, batas-batasnya
ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untuk selanjutnya diplot dalam
gambar rencana dengan skala 1 : 2.000 ukuran A3. Pemetaan mencakup jenis struktur
geologi yang ada antara lain sesar / patahan, kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.

Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik / kimia, kemudian


hasilnya diplot di atas peta geologi teknik termasuk didalamnya pengamatan tentang
gerakan tanah, tebal pelapukan tanah dasar, kondisi drainase alami, pola aliran air
permukaan dan tinggi muka air tanah, tata guna lahan, kedalaman rawa (apabila rencana
trase jalan tersebut harus melewati daerah rawa).

2.4 Survey Hidrologi


Tujuan survai hidrologi dan hidrolika yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah
untuk mengumpulkan data hidrologi dan karakter / perilaku aliran air pada bangunan air
yang ada (sekitar jembatan maupun jalan), guna keperluan analisa hidrologi, penentuan
debit banjir rencana (elevasi muka air banjir), pemeriksaan terhadap gerusan, pengarah arus
yang diperlukan.

Penyelidikan hidrologi adalah untuk memperoleh data karakterstik sungai dan cuaca / iklim yang
meliputi :
1. Mangamati muka air banjir yang pernah terjadi, muka air normal dan kecepatan air.
2. Mengamati sifat aliran dan benda hanyut yang terbawah air
3. Mengamati kondisi lereng dan stabilisasinya termasuk vegetasi yang ada pada lereng.
Tujuan analisa hidrologi adalah :
 Menghitung debit banjir rencana selama periode 50 tahun
 Menghitung tinggi muka air banjir dan dibandingkan dengan data banjir lapangan
 Menghitung scouring/penggerusan akibat kecepatan air
 Untuk menentukan elevasi perletakan jembatan dan rencana bentang

2.5 Survey Hidrolika


 Mengumpulkan informasi sumber perolehan data curah hujan.
 Menganalisa awal luas daerah tangkapan (catchment area)
 Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan bentuk dan
kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran.
 Mengamati karakter aliran sungai / morfologi yang mungkin berpengaruh terhadap
konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan dalam
perencanaan berikut.
 Mengamati tata guna lahan
 Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.

Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacau pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-3424-
1994 atau Standar Nasional Indonesia (SNI) No 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1087 (Tata Cara
Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai). Dan jika masih diperlukan
lain, dapat menggunakan referensi atau literatur-literatur yang terkait dan telah baku.

2.6 Sumber Material


Mengumpulkan informasi lokasi sumber material (quarry) dan kemungkinan
pemanfaatan material setempat. Serta mengumpulkan data harga satuan material, upah buruh,
biaya pembebasan lahan dan sebagainya yang berkaitan dengan rencana pekerjaan.
BAB III
ANALISIS

3.1 Lebar Lantai Kendaraan dan Trotoar


Lebar lantai kendaraan dan trotoar masuk ke dalam survey lalu lintas yang
bertujuan untuk mengetahui jumlah satuan motor penumpang (SMP) dari lalu lintas
harian rata-rata (LHR) yang melintas pada ruas jalan lokasi rencana jembatan di bangun.
Selain itu data lalu lintas dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan estimasi atau
prediksi jenis kendaraan yang sesuai dalam penentuan klas jembatan dan pembebanan
jembatan serta lebar lantai jembatan.

Survey lalu-lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi lalu-lintas, kecepatan


kendaraan rata-rata, menginventarisasi jenis / golongan kendaraan yang ada, serta
menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati jembatan tertentu dalam
satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu-lintas harian rata-rata sebagai dasar
perencanaan jembatan, khususnya survai ini untuk penentuan jumlah lajur lalu-lintas
pada jembatan.

A. Persyaratan
Adapun standard pengambilan perhitungan harus merujuk Manual
Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 (MKJI) dan Pedoman pencacahan survey lalu lintas
secara manual Pd T-19-2004-B

B. Lingkup Pekerjaan
1. Survey Volume Kendaraan
2. Survey Lalu-lintas di Persimpangan :
 Survey Penghitungan Kendaraan
 Survey Traffic Signal
 Survey Road & Bridge Inventory
3. Survey Kecepatan Perjalanan Tujuan

3.2 Kondisi Eksisting Jembatan


Nama Jembatan : Jembatan Tukad Buleleng
Alamat : Jl. Bukit Lempuyang, Desa Bakung, Kec. Sukasada,
Kabupaten
Buleleng, Bali 81119
Provinsi : Bali
Kabupaten : Buleleng
Kecamatan : Sukasada
Bentang Jembatan : 40 meter
Lebar Plat : 6 meter
Lebar Trotoar : 1 meter
Abutment : Abutment Tipe Gravitasi
Pilar :-
Plat Lantai : Tebal Plat Lantai 20 cm, dengan tebal lapisan aspal 10 cm
Jenis Jembatan : Grider Bridge/Gelagar Beton Pratekan

3.3 Jalan Pendekat


Timbunan jalan pendekat jembatan (oprit) yang menghubungkan konstruksi
perkerasan dengan kepala jembatan, permasalahan utama pada jalan pendekat ini tidak
lain yaitu sering terjadinya penurunan atau deformasi pada ujung pertemuan antara
struktur perkerasan jalan terhadap ujung kepala jembatan. Sehingga perlu diberikan
perkuatan agar timbunan tanah tersebut cukup stabil.

3.4 Clearn
Clearence / jagaan untuk banjir 50 tahunan :
 0,5 m : sungai pengairan
 1,0 m : sungai alam yang tidak membawa hanyutan
 1,5 m : sungai alam yang membawa hanyutan
 2,5 m : sungai alam yang tidak diketahui kondisinya
 5,0 m : bersilangan dengan jalan raya
 5,1 m : bersilangan dengan jalan tol
 >15 m : bersilangan dengan laut atau sungai yang dilewati kapal

3.5 Potensi Scouring dan Landslide


Untuk menghindari scouring maka penempatan kepala jembatan diusahakan tidak
ditempatkan pada belokan sungai. Jika terpaksa harus dilakukan perbaikan dinding
sungai dan dasar sungai pada bagian yang akan terkena scouring.
BAB IV
SARAN TINDAK LANJUT

4.1 Survey Topografi

Gambar 1.2 Contoh Layout Exixting jembatan dari pengukuran topografi

4.2 penyelidikan Tanah


Penyelidikan tanah di lapangan dan laboratorium dilakukan untuk memperoleh kondisi
tanah pada rencana telapak pondasi dan pilar jembatan berupa kedalaman tanah keras, jenis dan
tekstur tanah, kekuatan struktur/daya dukung melalui kegiatan sebagai berikut : 1) Pelaksanaan
test sondir/test pit 2) Pelaksanaan test boring untuk mengambil contoh tanah dan uji SPT 3)
Pengamatan struktur tanah, karakteristik, warna dan tipe tanah 4) Anlisa Lab untuk mengetahui
index properties tanah dan kharakteristik tanah

4.3 Perhitungan Banjir Scouring


Penyelidikan tanah di lapangan dan laboratorium dilakukan untuk memperoleh kondisi tanah
pada rencana telapak pondasi dan pilar jembatan berupa kedalaman tanah keras, jenis dan tekstur
tanah, kekuatan struktur/daya dukung melalui kegiatan sebagai berikut :
1) Pelaksanaan test sondir/test pit
2) Pelaksanaan test boring untuk mengambil contoh tanah dan uji SPT
3) Pengamatan struktur tanah, karakteristik, warna dan tipe tanah
4) Anlisa Lab untuk mengetahui index properties tanah dan kharakteristik tanah
BAB V
JADWAL KEGIATAN BERIKUTNYA

1. Pekerjaan pengukuran lapangan


2. Pengelolaan data
3. Pengambran
4. Pelaporan

Anda mungkin juga menyukai