Anda di halaman 1dari 23

Adab Malam Pengantin (Malam Pertama) Menurut Kaidah Syara'

23 Oktober 2010 pukul 22:00


Oleh Aep Saepulloh Darusmanwiati***
 
Adab Malam Pengantin
 
Islam mengatur persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hubungan suami isteri
bukan saja dalam tataran umum, akan tetapi sampai persoalan-persoalan yang
dipandang sangat pribadi. Hal ini tiada lain demi kebahagiaan suami isteri tersebut
dalam kehidupan rumah tangga kelak. Terlebih, masalah malam pengantin atau
hubungan badan ini, termasuk yang sangat penting, mengingat dengan jima' akan
menghasilkan keturunan. Dan keturunan ini tentunya sebagai simpanan dan tabungan
abadi kelak manakala keturunan tersebut shaleh dan shalehah. Di antara upaya untuk
menghasilkan keturunan yang shaleh itulah, salah satunya dengan jalan melakukan
hubungan badan secara benar berdasarkan tuntunan ajaran Islam. Untuk itulah,
pembahasan kali ini kita akan melihat bagaimana dan seperti apa hubungan badan plus
adab malam pengantin menurut tuntunan Islam itu. Apabila kedua mempelai laki-laki
dan perempuan sudah masuk ke dalam kamar, maka sebelum melakukan hubungan
badan, mempelai laki-laki disunnahkan terlebih dahulu untuk melakukan hal-hal berikut
ini:
 
1. Ucapkanlah salam terlebih dahulu kepada mempelai wanita.
 
Sebelum melakukan hubungan badan, disunnahkan seorang mempelai laki-laki untuk
mengucapkan salam kepada mempelai wanita. Hal ini untuk menenangkan hati dan
pikiran si mempelai wanita sekaligus menghilangkan rasa was-was dan segan. Di
samping untuk lebih mengakrabkan dan lebih mesra. Hal ini didasarkan kepada hadits
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ ‫ ﻞﺥﺪﻳ‬, ‫ ﺎﻬﺟوﺰﺗ ﺎﻤﻟ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا نأ‬: )) ‫ﻲﺽر ﺔﻤﻠﺱ مأ ﻦﻋ‬
‫ ﻢﻠﺱ ] (( ﻦﺴﺣ ﺪﻨﺴﺑ ﺦﻴﺵ ﻮﺑأ ﻪﺟﺮﺥأ‬, ‫[ نأ دارﺄﻓ ﺎﻬﻴﻠﻋ‬
 
Artinya: "Ummu Salamah berkata, bahwasannya ketika Rasulullah saw menikahinya
dan beliau hendak menggaulinya, beliau mengucapkan salam terlebih dahulu" (HR. Abu
Shaikh dengan sanad Hasan).
 
2. Berikanlah sesuatu makanan, minuman atau apa saja demi lebih
mengakrabkan dan lebih menghangatkan suasana.
 
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits berikut ini:
 
‫ ﻪﺗﻮﻋﺪﻓ‬, ‫ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱﺮﻟ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﺖﻨﻴﻗ ﻰﻥإ‬: )) ‫ﺖﺎﻟﻗ ﺪﻳﺰﻳ ﺖﻨﺑ ءﺎﻤﺱأ ﻦﻋ‬
‫ ﺖﻴﺤﺘﺱاو ﺎﻬﺱأر ﺖﻀﻔﺨﻓ‬, ‫ ﻦﺒﻟ ﻪﻴﻓ ﺲﻌﺑ ﻰﺗﺄﻓ‬, ‫ ﺎﻬﺒﻨﺟ ﻰﻟإ ﺲﻠﺠﻓ ءﺎﺠﻓ‬, ‫ﻪﺘﺌﺟ ﻢﺛ ﺎﻬﺗﻮﻠﺠﻟ‬
‫ ﺖﺑﺮﺸﻓ تﺬﺥﺄﻓ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ‬: ‫ ﺎﻬﻟ ﺖﻠﻗو ﺎﻬﺗﺮﻬﺘﻥﺎﻓ‬: ‫ ءﺎﻤﺱأ ﺖﺎﻟﻗ‬, ‫ﺎﻬﻟوﺎﻥ ﻢﺛ بﺮﺸﻓ‬
[ ‫ﷲا لﻮﺱر ﺪﻳ ﻦﻣ ىﺬﺥ ﻴﺵ ﺎﺌ ] (( ﺪﻤﺣأ ﻩاور‬
 
Artinya: "Asma binti Yazid berkata: "Saya adalah orang yang merias Siti Aisyah ketika
menikah dengan Rasulullah saw. Begitu selesai meriasnya, saya kemudian menemui
Rasulullah dan mempersilahkan beliau untuk melihat mempelai wanita (Siti Aisyah)
lengkap dengan dandanannya. Rasulullah kemudian menemuinya, lalu duduk di
sampingnya. Tidak lama kemudian Rasulullah saw mengambil cangkir besar berisi
susu. Beliau meminumnya sedikit kemudian memberikannya kepada Siti Aisyah. Siti
AIsyah kemudian tertunduk tanda malu. Asma kemudian berkata: "Aku lalu
mendekatinya sambil berkata kepadanya: "Ambilah wahai Aisyah, ini langsung dari
tangan Rasulullah saw". Siti Aisyah kemudian mengambilnya dan meminumnya sedikit"
(HR. Ahmad).
 
3. Letakkan tangan anda di kepala bagian depan (kening, jidat) isteri anda,
kecuplah sedikit kemudian doakanlah kebaikan sebagaimana tertera dalam hadits
berikut ini:
 
‫ ﺎﻬﺘﻴﺹﺎﻨﺑ ﺬﺥﺄﻴﻠﻓ ﺎﻣدﺎﺥ ىﺮﺘﺵا وأ ةأﺮﻣا ﻢآﺪﺣأ جوﺰﺗ‬: )) ‫ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر لﺎﻗ‬
, ‫اذإ‬
, ‫ ﻪﻴﻠﻋ ﺎﻬﺘﻠﺒﺟ ﺎﻣﺮﻴﺥو ﺎهﺮﻴﺥ ﻦﻣ ﻚﺄﻟﺱأ ﻰﻥإ ﻢﻬﻠﻟا‬: ‫ ﻞﻘﻴﻟو‬, ‫ ﺮﺒﺎﻟﺑ عﺪﻴﻟو ﺔآ‬, ‫ﻞﺟو ﺰﻋ ﷲا ﻢﺴﻴﻟو‬
[ ‫ﻪﻴﻠﻋ ﺎﻬﺘﻠﺒﺟ ﺎﻣ ﺮﺵو ﺎﻬﻴﻓ ﺎﻣ ﺮﺵو ﺎهﺮﺵ ﻦﻣ ﻚﺑذﻮﻋأو ] (( ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑاو ﻰﺋﺎﺴﻨﻟاو دواد ﻮﺑأ ﻩاور‬
 
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian menikahi
seorang wanita atau membeli seorang pembantu (hamba), peganglah terlebih dahulu
keningnya, sebutlah nama Allah dan berdoalah untuk keberkahan serata ucapkanlah
doa berikut ini: "Allahumma inni as'aluka min khairiha wa khairi ma jabaltuha 'alaih, wa
a'udzubika min syarriha wa syarri ma fiha wa syarri ma jabaltuha 'alaih (Ya Allah
sesungguhnya aku memohon kepada mu kebaikannya (isteri) dan kebaikan apa yang
saya ambil dari padanya, serta aku berlindung kepadaMu dari kejahatannya dan
kejahatan apa yang ada di dalamnya juga dari kejahatan dari apa yang aku ambil
daripadanya" (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ibn Majah).
 
4. Shalat sunnahlah dua rakaat bersama mempelai wanita.
 
Shalat sunnat malam pengantin ini sunnah hukumnya. Hal ini didasarkan kepada
riwayat berikut ini:
 
‫ ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا بﺎﺤﺹأ ﻦﻣ اﺮﻔﻥ‬, ‫ كﻮﻠﻤﻣ ﺎﻥأو ﺖﺟوﺰﺗ‬: )) ‫لﺎﻗ ﺪﻴﺱأ ﻲﺑأ ﻰﻟﻮﻣ ﺪﻴﻌﺱ ﻲﺑأ ﻦﻋ‬
‫تﻮﻋﺪﻓ‬
‫ اﻮﺎﻟﻘﻓ مﺪﻘﺘﻴﻟ رذ ﻮﺑأ ﺐهﺬﻓ ةﻼﺼﻟا‬: ‫ لﺎﻗ‬, ‫ﺔﻔﻳﺬﺣو رذ ﻮﺑأو دﻮﻌﺴﻣ ﻦﺑا ﻢﻬﻴﻓ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا‬
‫ اﻮﺎﻟﻘﻓ‬, ‫ كﻮﻠﻤﻣ ﺪﺒﻋ ﺎﻥأو ﻢﻬﺑ ﺖﻣﺪﻘﺘﻓ‬: ‫ لﺎﻗ‬. ‫ ﻢﻌﻥ‬: ‫ اﻮﺎﻟﻗ ؟ﻚﻟﺬآ وأ‬: ‫ لﺎﻗ‬, ‫ ﻚﻴﻟإ‬: ‫ﺖﻤﻴﻗأو‬
‫ ﻚﻴﻠﻋ ﻞﺥد اذإ ا ﻞﺱ ﻢﺛ ﻦﻴﺘﻌآر ﻞﺼﻓ ﻚﻠهأ ﻩﺮﺵ ﻦﻣ ﻪﺑ ذﻮﻌﺗو ﻚﻴﻠﻋ ﻞﺥد ﺎﻣ ﺮﻴﺥ ﻦﻣ‬: ‫ﻰﻥﻮﻤﻠﻋو‬
[ ‫ ﻚﻠهأ نﺄﺵو ﻚﻥﺄﺵ ﻢﺛ (( ] ﺢﻴﺤﺹ ﺪﻨﺴﺑ ﺔﺒﻴﺵ ﻲﺑأ ﻦﺑا ﻩاور‬, ‫ﷲ‬
 
Artinya: Dari Abu Said mantan budak Abu Usaid berkata: "Saya menikah ketika masih
menjadi hamba sahaya, lalu saya mengundang sekelompok sahabat Rasulullah saw di
antaranya ada Ibnu Mas'ud dan Abu Dzar juga Hudzaifah. Abu Said berkata: "Lalu
dibacakan iqamat untuk shalat. Abu Dzar kemudian berangkat untuk maju ke depan,
para sahabat lainnya kemudian berkata: "Kamu juga ikut". Abu Said berkata: "Apakah
harus demikian?" Mereka menjawab: "Ya". Aku lalu maju ke depan sedangkan saya
saat itu masih seorang budak belian. Mereka mengajariku dan mereka berkata:
"Apabila kamu hendak menggauli isteri kamu (baru pengantin), shalatlah terlebih dahulu
dua rakaat, kemudian berdoalah kepada Allah untuk kebaikan apa yang telah kamu
gauli, juga berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya dan kejahatan diri kamu juga
diri keluargamu" (HR. Ibn Abi Syaibah dengan sanad Shahih).
 
5. Bersihkan mulut anda terlebih dahulu dan pakailah penyegar nafas atau
wewangian untuk mulut anda sebelum anda menggaulinya.
 
Hal ini didasarkan kepada hadits berikut ini:
 
‫ ﻞﺥد اذإ أﺪﺒﻳ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا نﺎآ‬: ‫ ﺔﺸﺋﺎﻌﻟ ﺖﻠﻗ‬: )) ‫لﺎﻗ ﺊﻥﺎه ﻦﺑ ﺢﻳﺮﺵ ﻦﻋ‬
[ ‫ كاﻮﺴﺎﻟﺑ ] (( ﻢﻠﺴﻣ ﻪﺟﺮﺥأ‬: ‫ﺊﻴﺵ يﺄﺑ ﺖﺎﻟﻗ ؟ﻪﺘﻴﺑ‬
 
Artinya: "Syuraih bin Hani berkata: " Saya pernah bertanya kepada Siti Aisyah, dengan
apa Rasulullah saw memulai sebelum beliau menggauli isteri-isterinya?" Siti AIsyah
berkata: "Dengan siwak (pembersih mulut dan gigi)" (HR. Muslim).
 
6. Sebutlah nama Allah dan berdoalah dengan do'a Jima berikut ini sebelum anda
menggaulinya.
 
Hal ini didasarkan kepada hadits berikut ini:
 
‫ ﻪﻠهأ ﻰﺗﺄﻳ ﻦﻴﺣ لﻮﻘﻳ ﻢهﺪﺣأ نأ ﻮﻟ ﺎﻣأ‬: )) ‫ ا لﺎﻗ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟ‬: ‫لﺎﻗ سﺎﺒﻋ ﻦﺑا ﻦﻋ‬
‫ ﻚﻟذ ﻰﻓ ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ رﺪﻗ ﻢﺛ — ﺪﻟو‬, ‫ ﺎﻨﺘﻗزر ﺎﻣ نﺎﻄﻴﺸﻟا ﺐﻨﺟو‬, ‫ ﻢﺴﺑ نﺎﻄﻴﺸﻟا ﻰﻨﺒﻨﺟ ﻢﻬﻠﻟا ﷲا‬:
[ ‫ﻰﻀﻗ وأ — ﻢﻟ اﺪﺑأ نﺎﻄﻴﺵ ﻩﺮﻀﻳ ] (( ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور‬
 
Artinya: "Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw bersabda: "Apabila seseorang membaca
doa berikut ini sebelum menggauli isterinya: "bismillah allahumma jannibnis syaithan wa
jannibis syaithan ma razaqtana" (Dengan menyebut nama Allah, ya Allah, jauhkanlah
syetan dari saya, dan jauhkanlah ia dari apa yang akan Eukau rizkikan kepada kami
(anak, keturunan), kemudian dari hubungan tersebut ditakdirkan menghasilkan seorang
anak, maka ia tidak akan diganggu oleh setan selamanya" (HR. Bukhari Muslim).
 
Adab dan etika bersenggama dalam ajaran Islam
 
1. Disunnahkan mencumbunya terlebih dahulu (pemanasan) sebelum melakukan
hubungan badan.
 
Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak sudah betul-betul siap untuk melakukan
hubungan badan sehingga kenikmatan yang akan dirasakannya betul-betul maksimal.
Hal ini didasarkan kepada hadits berikut ini:
 
‫ تﺎﻨﺑ ﻊﺴﺗ وأ تﺎﻨﺑ ﻊﺒﺱ كﺮﺗو ﻰﺑأ‬: ‫لﺎﻗ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا نأ ﷲاﺪﺒﻋ ﻦﺑ ﺮﺑﺎﺟ ﻦﻋ‬
, ‫ﻚﻠه‬
: ‫ ؟ﺮﺑﺎﺟ ﺎﻳ ﺖﺟوﺰﺗ (( ﺖﻠﻘﻓ‬: )) ‫ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر ﻰﻟ لﺎﻘﻓ‬, ‫ﺎﺒﻴﺛ ةأﺮﻣا ﺖﺟوﺰﺘﻓ‬
‫ ﺎﻬﺒﻋﻼﺗ اﺮﻜﺑ ﺖﺟوﺰﺗ ﻼﻬﻓ‬: ‫ لﺎﻗ‬, ‫ ﺎﺒﻴﺛ ﺖﺟوﺰﺗ‬: ‫ ؟ﺎﺒﻴﺛ مأ اﺮﻜﺑ ﺖﺟوﺰﺗ ﻞه (( ﺖﻠﻘﻓ‬: )) ‫ لﺎﻘﻓ‬. ‫ﻢﻌﻥ‬
( ‫ﺗو ؟ﻚﺒﻋﻼ ) ىرﺎﺨﺒﻟا ﻪﺟﺮﺥأ‬
 
Artinya: "Jabir bin Abdillah berkata: "Bapak saya baru saja meninggal dan
meninggalkan tujuh atau sembilan putri perempuan. Lalu saya menikah dengan
seorang janda. Rasulullah saw lalu bertanya kepada saya: "Apakah kamu sudah
menikah wahai Jabir?" Saya menjawab: "Ya, sudah ya Rasulullah". Rasulullah saw
bersabda kembali: "Apakah kamu menikahi gadis atau janda?" Saya menjawab:
"Janda". Rasulullah bersabda kembali: "Mengapa kamu tidak menikahi gadis sehingga
kamu dapat bercanda-canda dengannya (bercumbu) dan dia pun dapat mencandai
(mencumbui) kamu?" (HR. Bukhari).
 
Dalam riwayat lain dikatakan:
 
‫ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا لﺎﻘﻓ ﺐﻴﺛ ﺎﻬﻥﺄﺑ ﻪﺑﺎﺟأو ؟ﺎﺒﻴﺛ وأ اﺮﻜﺑ‬: ‫ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا ﻪﺄﻟﺴﻓ‬
[ ‫ ﺎﻬﺑﺎﻌﻟو ىراﺬﻌﻠﻟو ﻚﻟ ﺎﻣ ] (( ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور‬: )) ‫ﺖﺟوﺰﺗ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ‬
 
Artinya: Rasulullah saw kemudian bertanya: "Apakah kamu wahai Jabir menikahi janda
atau gadis?" Jabir menjawab: " Janda". Rasulullah saw kemudian bersabda kembali:
"Mengapa bukan gadis dan air liurnya?" (HR. Bukhari).
 
Para ulama mengatakan bahwa yang dengan kata wa lu'abiha di atas dimaksudkan
sebagai isyarat untuk menghisap lidah dan mengisap air liur pasangannya. Hal ini tentu
dapat dilakukan dalam bercumbu / pemanasan tersebut. Di samping itu, para ulama
juga sepakat untuk mengatakan bahwa apabila seorang laki-laki telah mencapai
kepuasan, maka ia tidak boleh—maaf—segera "mencabutnya" sebelum pasangannya
tersebut juga betul-betul telah mencapai kenikmatan yang sama.
Bahkan, dalam hadits yang lain, Rasulullah saw melarang ummatnya untuk melakukan
hubungan badan tanpa pemanasan dan bercumbu terlebih dahulu:
 
‫ ﻦﻜﻴﻟو‬, ‫ ﺎﻤآ ﻪﻠهأ ﻰﻠﻋ ﻢآﺪﺣأ ﻊﻘﻳ ﻻ ﺔﻤﻴﻬﺒﻟا ﻊﻘﺗ‬: )) ‫ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر لﺎﻗ‬
[ ‫ مﻼﻜﻟاو ﺔﻠﺒﻘﻟا ] (( ىﺬﻣﺮﺘﻟا ﻩاور‬: ‫لﻮﺱر ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ‬
 
Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Janganlah salah seorang di antara kalian
menggauli isterinya sebagaimana hewan menggauli sesamanya. Hendaklah ia
mengadakan pemanasan (perantara) terlebih dahulu dengan jalan ciuman dan kata-
kata mesra" (HR. Turmudzi).
 
Perhatikan juga hadits berikut yang menerangkan bahwa Rasulullah saw pun
mencumbunya terlebih dahulu:
 
( ‫ﻩءﺎﺴﻥ ﻞﺒﻘﻳ نﺎآ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻪﻥأ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ ) ﻰﻥاﺮﺒﻄﻟا ﻩاور‬
 
Artinya: "Dari Siti Aisyah bahwasannya Rasulullah saw suka mencium isteri-isterinya"
(HR. Thabrani)
 
Demikian juga dengan hadits berikut ini:
 
( ‫ﺔﺸﺋﺎﻋ نﺎﺴﻟ ﺺﻤﻳ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻪﻥأ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ ) ﻰﻥاﺮﺒﻄﻟا ﻩاور‬
 
Artinya: "Dari Siti Aisyah, bahwasannya Rasulullah saw menghisap lidah Siti Aisyah"
(HR. Thabrany).
 
2. Mempelai laki-laki diperbolehkan menggauli isterinya dengan gaya dan model
apa saja selama itu di dalam kemaluan (farj).
 
 Hal ini didasarkan kepada hadits berikut ini:
 
, ‫ ﺟ لﻮﺣأ ﺎهﺪﻟو ءﺎ‬, ‫ ةﺮﺑﺪﻣ ﻲهو ةأﺮﻣا ﻰﺗأ ﻦﻣ‬: )) ‫ ﻦﻴﻤﻠﺴﻤﻠﻟ اﻮﺎﻟﻗ دﻮﻬﻴﻟا نإ‬: )) ‫لﺎﻗ ﺮﺑﺎﺟ ﻦﻋ‬
‫ [ ﻰﻠﺹ‬223 : ‫ ﻢﺘﺌﺵ ﻰﻥأ ﻢﻜﺛﺮﺣ اﻮﺗﺄﻓ ﻢﻜﻟ ثﺮﺣ ﻢآؤﺎﺴﻥ ] (( ةﺮﻘﺒﻟا‬: )) ‫لﺰﻥﺄﻓ ﻞﺟو ﺰﻋ ﷲا‬
[ ‫ جﺮﻔﻟا ﻰﻓ نﺎآ ﺎﻣ ] (( ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور‬, ‫ ةﺮﺑﺪﻣو ﺔﻠﺒﻘﻣ‬: )) ‫ﷲا لﻮﺱر لﺎﻘﻓ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا‬
 
Artinya: "Jabir berkata: "Sesungguhnya orang-orang Yahudi berkata kepada orang-
orang muslim: "Barangsiapa yang menggauli isterinya dari arah belakang (tapi tetap di
qubul, kemaluan depan), maka anaknya akan juling". Allah lalu menurunkan ayat
berikut ini: "Isteri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu dengan cara bagaimana saja kamu
kehendaki (selama itu di kemaluan depan)", Rasulullah saw kemudian bersabda:
"(boleh kamu gauli isteri kamu itu) baik dengan gaya dari arah depan maupun dari arah
belakang selama di dalam kemaluan, bukan di pantat" (HR. Bukhari Muslim).
 
Sebagian penerjemah seringkali salah dalam menerjemahkan kata mudabbarah dalam
hadits di atas. Penulis mendapatkan beberapa penerjemah Indonesia ketika
menerjemahkan kata mudabbarah tersebut dengan kata: "di dubur, pantat", sehingga
orang-orang akan beranggapan bahwa menyetubuhi isteri di pantat itu boleh. Hal ini
jelas sangat salah, karena kata mudabbarah dalam bahasa Arab berbeda dengan
kata dubur.Mudabbarah lebih bersifat kepada gaya atau cara mendatangi yakni dari
arah belakang namun tetap ke dalam kemaluan. Sedangkan kata dubur, lebih bersifat
ke tempat, yakni pantat. Oleh karena itu, hadits ini merupakan salah satu dalil
bahwamenyetubuhi isteri ke dubur, pantatnya, adalah haram.
 
3. Seorang suami boleh menyetubuhi seluruh tubuh isterinya kecuali dubur,
pantat.
 
‫ ﺎهﺮﺑد ﻰﻓ ةأﺮﻣا وأ ﺔﻤﻴﻬﺑ ﻰﺗأ ﻞﺟر ﻰﻟإ ﺔﻣﺎﻴﻘﻟا مﻮﻳ ﷲا ﺮﻈﻨﻳ ﻻ ] (( ﻩاور ﻦﺴﺣ‬: )) ‫سﺎﺒﻋ ﻦﺑا لﺎﻗ‬
[ ‫ﺪﻨﺴﺑ ﻲﺋﺎﺴﻨﻟا‬
 
Artinya: "Ibnu Abbas berkata: "Allah tidak akan melihat pada hari kiamat kelak seorang
laki-laki yang menyetubuhi binatang, atau menyetubuhi isterinya di duburnya" (HR.
Imam Nasai dengan sanad Hasan).
 
: ‫ لﺎﻗ ؟ﺖﺌﺵ ﻒﻴآو ﺖﺌﺵ ﺚﻴﺣو‬, ‫ ﺖﺌﺵ ﻰﻥأ ﻰﺗأﺮﻣا ﻰﺗﺁ‬: ‫ﻪﻟ لﺎﻗ ﻼﺟر نأ دﻮﻌﺴﻣ ﻦﺑا ﻦﻋ‬
‫ ﻢﻜﻴﻠﻋ ماﺮﺣ ءﺎﺴﻨﻟا شﺎﺤﻣ ] (( ﺔﺒﻴﺵ‬: ‫ ﷲا ﺪﺒﻋ لﺎﻗ ﺮﺑﺪﻟا ﺪﻳﺮﻳ ﻪﻥإ‬: ‫ ﺮﻈﻨﻓ ﻪﻟ لﺎﻘﻓ ﻞﺟر ﻪﻟ‬, ‫ﻢﻌﻥ‬
[ ‫ﻲﺑأ ﻦﺑا ﻩاور ﺢﻴﺤﺹ ﺪﻨﺴﺑ ﻰﻣراﺪﻟاو‬
 
Artinya: "Ibnu Mas'ud pernah ditanya seorang laki-laki: "Bukankah anda pernah berkata,
silahkan setubuhi isteri saya sekehendak saya, kapan saja dan dengan gaya apa saja
sekehendak saya?" Ibnu Masud menjawab: "Ya". Lalu laki-laki itu menatap Ibnu Mas'ud
sambil berkata: "Sesungguhnya laki-laki itu mau menggaulinya di duburnya". Ibnu
Mas'ud berkata: "Dubur wanita itu haram buat kalian" (HR. Ibn Abi Syaibah dan Imam
ad-Darimy dengan sanad shahih).
 
Sehungungan dengan hal ini para ulama mengatakan, bahwa yang dilarang itu adalah
menyetubuhinya di dalam dubur (memasukan kemaluan laki-laki ke dalam dubur
wanita), sedangkan mencumbui atau menyentu-nyentuhkan ke dubur isterinya, tanpa
dimasukkan ke dalamnya, menurut para ulama boleh-boleh saja. Apabila anda ditanya
seseorang, bukankah Allah dalam al-Qur'an mengatakan:
 
ْ223 : ‫ٌثﺮَﺣ ْﻢُُآؤﺎَﺴِﻥ ) ةﺮﻘﺒﻟا‬
ْ ‫( ﻢُﺘْﺌِﺵ ﻰﱠ َﻥأ ْﻢُﻜ َْﺛﺮَﺣ اﻮُ ْﺗﺄَﻓ ْﻢُﻜَﻟ‬
 
Artinya: "Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki (al-
Baqarah: 223).
 
Dalam ayat ini Allah menyuruh untuk menggauli isteri kita anna syi'tum, bagaimana saja
atau di mana saja yang dikehendaki, berarti kalau kita menginginkan menggauli,
maksudnya, maaf, memasukkan ke pantatnya, boleh-boleh saja, karena termasuk
dalam keumuman ayat di atas?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita lihat dari sisi Ushul Fiqh. Kata anna,
dalam Ilmu Ushul Fiqh disebut dengan kata al-musykil yang artinya satu kata yang
maknanya tidak dapat diketahui dengan mudah kecuali dibantu dengan keterangan lain
atau dengan pengkajian yang mendalam. Kata anna, dapat berarti "dari mana" (min
aina), sebagaimana firman Allah berikut ini:
 
( 37 : ‫اﺬه ﻚﻟ ﻰﻥأ ﻢﻳﺮﻣ ﺎﻳ ) ناﺮﻤﻋ أل‬
 
Artinya: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" (QS. Ali Imran: 37
 
Dalam ayat ini, kata anna berarti "dari mana". Apabila kata anna dalam surat al-
Baqarah di atas diartikan dengan "dari mana", maka pemahaman bahwa menggauli
isteri dari duburnya sahsah saja. Hanya saja, apa keterangannya sehingga kata anna
dalam ayat 223 surat al-Baqarah di atas diartikan dengan "dari mana"? Kini perhatikan
makna lain dari kata anna. Dalam ayat berikut, anna juga berarti "bagaimana" (kaifa).
Perhatikan ayat di bawah ini:
 
ٌ40 : ‫( مﺎ َﻠ ُﻏ ﻲِﻟ ُنﻮُﻜَﻳ ﻰﱠ َﻥأ ﱢ َبر َلﺎَﻗ ) ناﺮﻤﻋ ال‬
 
Artinya: "Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak" (QS. Ali
Imran: 40).
 
Apabila makna anna dalam surat al-Baqarah di atas berarti bagaimana, maka harus
dipahami bahwa kita boleh menggauli isteri kita bagaimana saja cara dan gayanya
selama di dalam farj (vagina). Persoalannya kini, makna mana yang harus dipakai
dalam mengartikan kata anna dalam suat al-Baqarah ayat 223 di atas? Untuk melihat
makna mana yang harus dipakai, tentu harus melihat kepada keterangan lain terutama
hadits Nabi. Ternyata Rasulullah saw di antaranya pernah bersabda:
 
‫ ﺎهﺮﺑد ﻰﻓ ةأﺮﻣا وأ ﺔﻤﻴﻬﺑ ﻰﺗأ ﻞﺟر ﻰﻟإ ﺔﻣﺎﻴﻘﻟا مﻮﻳ ﷲا ﺮﻈﻨﻳ ﻻ ] (( ﻩاور ﻦﺴﺣ‬: )) ‫سﺎﺒﻋ ﻦﺑا لﺎﻗ‬
[ ‫ﺪﻨﺴﺑ ﻲﺋﺎﺴﻨﻟا‬
 
Artinya: "Ibnu Abbas berkata: "Allah tidak akan melihat pada hari kiamat kelak seorang
laki-laki yang menyetubuhi binatang, atau menyetubuhi isterinya di duburnya" (HR.
Imam Nasai dengan sanad Hasan).
 
: ‫ لﺎﻗ ؟ﺖﺌﺵ ﻒﻴآو ﺖﺌﺵ ﺚﻴﺣو‬, ‫ ﺖﺌﺵ ﻰﻥأ ﻰﺗأﺮﻣا ﻰﺗﺁ‬: ‫ﻪﻟ لﺎﻗ ﻼﺟر نأ دﻮﻌﺴﻣ ﻦﺑا ﻦﻋ‬
‫ ﻢﻜﻴﻠﻋ ماﺮﺣ ءﺎﺴﻨﻟا شﺎﺤﻣ ] (( ﺔﺒﻴﺵ‬: ‫ ﷲا ﺪﺒﻋ لﺎﻗ ﺮﺑﺪﻟا ﺪﻳﺮﻳ ﻪﻥإ‬: ‫ ﺮﻈﻨﻓ ﻪﻟ لﺎﻘﻓ ﻞﺟر ﻪﻟ‬, ‫ﻢﻌﻥ‬
[ ‫ﻲﺑأ ﻦﺑا ﻩاور ﺢﻴﺤﺹ ﺪﻨﺴﺑ ﻰﻣراﺪﻟاو‬
 
Artinya: "Ibnu Mas'ud pernah ditanya seorang laki-laki: "Bukankah anda pernah berkata,
silahkan setubuhi isteri saya sekehendak saya, kapan saja dan dengan gaya apa saja
sekehendak saya?" Ibnu Masud menjawab: "Ya". Lalu laki-laki itu menatap Ibnu Mas'ud
sambil berkata: "Sesungguhnya laki-laki itu mau menggaulinya di duburnya". Ibnu
Mas'ud berkata: "Dubur wanita itu haram buat kalian" (HR. Ibn Abi Syaibah dan Imam
ad-Darimy dengan sanad shahih).
 
Keterangan inilah yang kemudian menjadi penjelas, bahwa kata anna dalam surat al-
Baqarah tersebut harus diartikan dengan "bagaimana" (kaifa), bukan "dari mana" (min
aina). Karena kalau diartikan "dari mana", tentu dibolehkan menggauli isteri di
duburnya, sementara dalam hadits di atas jelas sangat dilarang. Kini,
makna anna dalam surat al-Baqarah harus diartikan dengan "bagaimana" sehingga
maknanya seorang suami dibolehkan menggauli isterinya dengan gaya dan model apa
saja, selama di dalam vaginanya, bukan di dalam duburnya.
 
4. Tidak boleh menyetubuhi isterinya yang sedang haidh.
 
Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah berikut ini:
 
َ ْ ‫ﻚﻥ ُﻮﺄَﻟ‬
‫ﺴﻳَو ﱠﻠﻟا ﱠنِإ ُﻪ ﱠﻠ ﻟ‬ َ َ ‫ِﻦﻋ‬ َ ‫ﻤﻟا‬ َ ِ‫ﻲﻓ َءﺎَﺴ ﱢﻨﻟا ا ُﻮﻟِ َﺰ ْﺘﻋﺎ َﻓ ًىذَأ َﻮ ُه ْﻞ ُﻗ ِﺾﻴ‬
ْ ‫ﺤ‬ ِ ‫ﻤﻟا‬ ْ ‫ﺤ‬َ ِ ‫ﱠﻦهﻮ ُﺑَ ْﺮﻘَﺗ ﺎ َﻟَو ِﺾﻴ‬
ُ ‫ﻰ َﺘﺣ‬ ‫ﱠ‬
( 222 : ‫ﻤﻟا ) ةﺮﻘﺒﻟا‬ َ
ْ ‫ﺤﻳ َﻪ َﻦﻳِ ﱢﺮ َﻬﻄ ُﺘ‬
ُ ‫ﺐ‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫ﺤﻳَو َﻦﻴِﺑا ﱠﻮﺘﻟا ﱡ‬ َ َ َ َ
ُ ِ ‫ﱠﻦه ُﻮ ْﺗﺄ َﻓ َنْ ﺮ ﱠ َﻬﻄﺗ ا ِذﺈﻓ َنْ ُﺮ ْﻬﻄﻳ ﱡﺐ‬
ُ ‫ْﻦﻣ‬ ‫َآ‬
ِ ‫ُﻢ ﺮ َ َﻣأ ُﺚْ ﻴَﺣ‬ُ ‫ا‬
 
Artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah
suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci . Apabila mereka
telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang menyucikan diri" (QS. Al-Baqarah: 222).
 
Menurut ahli kesehatan, darah haidh itu apabila disemburkan atau disiramkan ke
tanaman, maka tidak berapa lama setelah itu, tanaman tersebut akan mati. Hal ini
karena sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an di atas bahwa ia adalah darah
penyakit. Apabila ke tanaman saja membuatnya mati, apalagi kalau mengenai
kemaluan laki-laki. Lalu, bagaimana dan apa yang harus dilakukan seandainya suami
hendak melakukan hubungan badan sementara si isterinya sedang haid?
Rasulullah saw dalam hal ini menerangkan silahkan melakukan apa saja, bercumbu
apa saja dan bagaimana saja selama tidak melakukan hubungan badan. Perhatikan
hadits berikut ini dimana ketika ditanyakan kepada Rasulullah saw, apa yang harus
dilakukan ketika si isteri sedang haid, Rasulullah saw menjawab:
 
(( ‫ حﺎﻜﻨﻟا ﻻإ ءﻲﺵ ﻞآ اﻮﻌﻨﺹاو‬: ... ‫ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر لﺎﻗ لﺎﻗ ﺲﻥأ ﻦﻋ‬
[ ‫] ﻢﻠﻤﺴﻣ ﻩاور‬
 
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Lakukan apa saja selain berhubungan badan" (HR.
Muslim).
 
‫ ﺎﻥاﺪﺣأ ﺮﻣﺄﻳ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر نﺎآ ﺖﻥﺎآ اذإ‬: )) ‫ﺖﺎﻟﻗ ﺎﻬﻥأ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ‬
[ ‫ ﺎﻬﻌﺟﺎﻀﻳ ﻢﺛ ] (( ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور‬, ‫رﺰﺘﺗ نأ ﺎﻀﺋﺎﺣ‬
 
Artinya: Dari Siti Aisyah, bahwasannya Rasulullah saw memerintahkan kami isteri-
isterinya untuk memakai kain (sarungan), manakala kami sedang haid. Lalu beliau
mencumbui kami" (HR. Bukhari Muslim).
 
Dalam hadits lain:
 
‫ﻊﻨﺹ ﻢﺛ ﺎﺑﻮﺛ ﺎﻬﺟﺮﻓ ﻰﻠﻋ ﻰﻘﻟأ ﺎﺌﻴﺵ ﺾﺋﺎﺤﻟا ﻦﻣ دارأ اذإ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا نﺎآ دارأ ﺎﻣ‬
( ‫) ﻰﻘﻬﻴﺒﻟا ﻩاور‬
 
Artinya: "Rasulullah saw apabila beliau menghendaki sesuatu dari isteri-isterinya yang
sedang haid, beliau meletakkan kain di atas kemaluan isteri-isterinya tersebut, lalu
melakukan apa saja yang beliau kehendaki" (HR. Baihaki).
 
5. Apabila si suami orang yang sangat kuat dalam berhubungan badan sehingga
ia ingin mengulangi hubungan badannya yang kedua, ketiga atau seterusnya,
maka disunnahkan untuk berwudhu terlebih dahulu.
 
‫ ﺄﺽﻮﺘﻴﻠﻓ دﻮﻌﻳ نأ دارأ ﻢﺛ ﻪﻠهأ ﻢآﺪﺣأ ﻰﺗأ اذإ ] (( ﻢﻠﺴﻣ‬: )) ‫ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا لﺎﻗ‬
[ ‫ﻩاور‬
 
Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Apabila seseorang menggauli isterinya kemudian ia
hendak menambahnya untuk yang kedua kali, maka berwudhulah terlebih dahulu" (HR.
Muslim).
 
6. Seorang isteri tidak boleh menolak apabila suaminya meminta untuk
berhubungan badan.
 
Hal ini berdasarkan hadits berikut ini:
 
‫ ﻰﻟإ ﻪﺗأﺮﻣا ﻞﺟﺮﻟا ﺎﻋد اذإ‬: )) ‫لﺎﻗ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا نأ ﻪﻨﻋ ﷲا ﻲﺽر ةﺮﻳﺮه ﻲﺑأ ﻦﻋ‬
[ ‫ﺣ ﺔﻜﺋﻼﻤﻟا ﺎﻬﺘﻨﻌﻟ ءﻲﺠﺗ نأ ﺖﺑﺄﻓ ﻪﺵاﺮﻓ ﺢﺒﺼﺗ ﻰﺘ ] (( ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور‬
 
Artinya: "Dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: "Apabila seorang
suami mengajak isterinya untuk melakukan hubungan badan, lalu isterinya itu
menolaknya, maka ia akan dilaknat oleh para malaikat sehingga waktu pagi tiba" (HR.
Bukhari Muslim).
 
7. Apabila seorang suami merasa tertarik oleh wanita lain, maka segeralah gauli
isterinya, karena hal itu akan menghilangkan pikiran kotornya terhadap wanita
tersebut.
 
Hal ini didasarkan kepada hadits berikut ini:
 
‫ ﻰﻓ‬, ‫ نﺎﻄﻴﺵ ةرﻮﺹ ﻰﻓ ﻞﺒﻘﺗ ةأﺮﻤﻟا نإ‬: )) ‫ﻳﺮه ﻲﺑأ ﻦﻋ لﺎﻗ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا نأ ةﺮ‬
‫ ﻪﺴﻔﻥ ﻰﻓ ﺎﻣ دﺮﻳ ﻚﻟذ نﺈﻓ‬, ‫ ﻪﻠهأ تﺄﻴﻠﻓ‬, ‫ ﻪﺒﺠﻌﻳ ﺎﻣ ةأﺮﻣا ﻦﻣ ﻢآﺪﺣأ ىأر اذﺈﻓ‬, ‫ﺮﺑﺪﺗو نﺎﻄﻴﺵ ةرﻮﺹ‬
[ ‫] (( ﻩاور ﻢﻠﺴﻣ‬
 
Artinya: "Dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya
wanita itu baik ketika menghadap ataupun membelakangi dalam bentuk syaithan
(menggoda). Apabila salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan
dari wanita, maka segeralah datangi keluarganya, karena dengan demikian dapat
menolak apa yang sedang bergejolak di dalam dirinya" (HR. Muslim).
 
8. Masing-masing suami atau isteri tidak boleh menceritakan rahasia-rahasia
ketika
berhubungan badan apabila dinilai tidak ada maslahahnya, tidak ada manfaatnya.
 
Hal ini didasarkan kepada hadits berikut ini:
 
‫ ةأﺮﻤﻟا ﻰﻟإ ﻰﻀﻔﻳ‬, ‫ ﺔﻣﺎﻴﻘﻟا مﻮﻳ ﷲا ﺪﻨﻋ سﺎﻨﻟا ﺮﺵأ ﻦﻣ نإ‬: )) ‫ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا لﺎﻗ‬
‫ﻞﺟﺮﻟا‬
[ ‫ﺎهﺮﺱ ﺮﺸﻨﻳ ﻢﺛ ﻪﻴﻟإ ﻰﻀﻔﺗو ] (( ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور‬
 
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya sejahat-jahat manusia di sisi Allah
kelak pada hari Kiamat adalah seorang laki-laki yang menggauli isterinya atau isteri
yang menggauli suaminya kemudian ia menyebarkan rahasia-rahasia hubungan
badannya itu" (HR. Muslim).
 
Namun, apabila dinilai ada manfaat dan ada kemaslahatan misalnya ketika hendak
menerangkan seputar itu, maka tidak mengapa sedikit menerangkannya. Hal ini
sebagaimana dilakukan oleh isteri-isteri Rasulullah saw. Namun, apabila yang
diceritakan itu adalah aib, atau kelemahan suaminya atau tidak ada manfaat sedikitpun,
maka haram hukumnya.
 
9. Perhatikan kepuasan dan kenikmatan isteri / tidak boleh egois.
 
Dalam ajaran Islam juga diatur bahwasannya seorang suami tidak boleh egois, asal
enak dan nikmat sendiri ketika berhubungan badan. Si suami juga harus
memperhatikan apakah si isteri sudah mencapai kenikmatan yang maksimal ketika
berhubungan badan atau tidak. Apabila si suami, maaf, hendak orgasme dan mencapai
kenikmatan puncak, sementara si isteri belum, maka Rasulullah saw mengajarkan agar
si suami bersabar dan menahan orgasmenya sampai si isteri betul-betul merasakan
kenikmatan yang sama. Dalil larangan egoisme suami dalam "bercinta" ini
sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
 
‫ ﻪﻠهأ ﻢآﺪﺣأ ﻊﻣﺎﺟ اذإ‬: )) ‫ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر لﺎﻗ لﺎﻗ ﻚﺎﻟﻣ ﻦﺑ ﺲﻥأ ﻦﻋ‬
‫ ﺗ ﻰﺘﺣ ﺎﻬﺘﺟﺎﺣ ﻰﻀﻘ (( ] ﻰﻠﻌﻳ‬, ‫ ﺎﻬﻠﺠﻌﻳ ﻼﻓ‬, ‫ ﺎﻬﺘﺟﺎﺣ ﻰﻀﻘﺗ نأ ﻞﺒﻗ ﻪﺘﺟﺎﺣ ﻰﻀﻗ اذﺈﻓ‬, ‫ﺎﻬﻗﺪﺼﻴﻠﻓ‬
[ ‫ﻮﺑأ ﻩاور‬
 
Artinya: "Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw bersabda: "Apabila seorang suami
menggauli isterinya, maka jujurlah kepadanya (maksudnya, mungkin terus teranglah).
Apabila si suami akan segera mencapai kenikmatan (orgasme) sementara si isterinya
belum akan orgasme, maka si suami tidak boleh menyegerakan orgasmenya
(maksudnya tahanlah sebentar), sampai si isteri betul-betul merasakan kenikmatannya
(orgasme)" (HR. Abu Ya'la).
 
10. Suami diperbolehkan menggauli isterinya yang sedang menyusui (al-ghilah).
 
Dalam istilah fiqih, wanita yang sedang menyusui bayinya baik bayi tersebut sudah lahir
maupun masih di dalam kandungan, disebut dengan al-ghilah. Apabila isteri sedang
hamil besar atau sedang menyusui bayinya yang masih kecil, kemudian si suami
sangat ingin menggauli isterinya tersebut, maka hal itu boleh-boleh saja. Hal ini
didasarkan kepada keterangan berikut ini:
 
‫ ﺔﻠﻴﻐﻟا ﻦﻋ ﻰﻬﻥأ نأ‬: )) ‫لﻮﻘﻳ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر ﺖﻌﻤﺱ ﺎﻬﻥأ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ‬
[ ‫ ﻼﻓ ﻚﻟذ نﻮﻌﻨﺼﻳ سرﺎﻓو موﺮﻟا نأ تﺮآذ ﻰﺘﺣ ﻢهدﻻوأ ﺮﻀﻳ ] (( ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور‬, ‫ﺖﻤﻤه ﺪﻘﻟ‬
 
Artinya: "Dari Siti Aisyah, bahwasannya ia pernah mendengar Rasulullah saw
bersabda: ((Sungguh saya ingin sekali melarang suami menggauli isterinya yang
sedang menyusui. Hanya saja, saya teringat bahwa orang-orang Rum dan Persia
melakukan hal itu juga dan ternyata tidak menyebabkan madarat kepada anak-
anaknya" (HR. Muslim).
 
11. Makruh melakukan 'Azl (mengeluarkan air mani di luar vagina).
 
'Azl adalah seorang suami mengeluarkan air maninya tidak di dalam kemaluan isteri
akan tetapi di luarnya. 'Azl biasanya dilakukan untuk menghindari agar si isteri tidak
hamil. Hal ini jelas dibenci dalam ajaran Islam, karena dinilai sebagai upaya
pembunuhan kecil; air mani yang boleh jadi akan menjadi seorang anak, tapi karena
ditumpahkan di luar vagina, akhirnya tidak membuahkan anak. Dalam ajaran islam,
seorang suami atau isteri tidak boleh mencegah terjadinya kehamilan, semata-mata
karena takut tidak dapat memberikan makan, karena Allah yang akan memberikan
makannya. Oleh karena itu, sebaiknya praktek 'azl ini dihindari baik oleh suami maupun
isteri. Apabila hendak mengurangi terjadinya kehamilan, maka sebaiknya dilakukan
upaya alami berupa KB Kalender. Di mana si suami hanya menggauli isterinya ketika
tidak masa subur yakni masamasa seminggu setelah wanita haid (masa subur bagi
wanita adalah seminggu setelah haid). Ini tentu lebih aman dan lebih halal dari pada
praktek 'azl di atas. Dalil makruhnya praktek 'azl ini adalah hadits berikut ini:
 
‫ﻤﻟا‬
ْ ‫ ﻚﻟذ ﻲﻔﺨﻟا دأﻮﻟا )) (( ُةَد ُو ْء َﻮ‬: )) ‫ لﺎﻘﻓ‬, ‫لﺰﻌﻟا ﻦﻋ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا ﻞﺌﺱ ﺪﻘﻓ‬
َ ‫اَ ِذَإو‬
[ ‫ْﺖﻠِ ُﺌﺱ ] (( ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور‬
 
Artinya: "Rasulullah saw pernah ditanya tentang 'azl, beliau menjawab: "Sesungguhnya
'azl itu adalah pembunuhan tersembunyi"Dan apabila bayi-bayi perempuan yang
dikubur hidup-hidup ditanya" (QS. At.Takwir: 8)" (HR. Muslim).
 
Hadits di atas jelas sangat melarang praktek 'azl. Akan tetapi mengapa hukumnya
hanya makruh (dibenci saja dan kalau pun dilakukan praktek 'azl ini tidak mengapa)
dan bukan haram? Karena terdapat hadits-hadits lain yang membolehkan
praktek 'azl ini. Oleh karena terdapat hadits lain yang membolehkan praktek 'azl ini,
maka hokum 'azl menjadi makruh saja bukan haram. Hadits yang membolehkan
dimaksud adalah sebagai berikut:
 
‫ ﺎﻬﻨﻋ لﺰﻋأ ﺎﻥأو ﻲﻟ ﺔﻳرﺎﺟ ىﺪﻨﻋ نإ‬: )) ‫لﺎﻘﻓ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﻲﺒﻨﻟا لﺄﺱ ﻼﺟر نأ ﺮﺑﺎﺟ ﻦﻋ‬
,
[ ‫ ﷲا ﻩدارأ ﺎﺌﻴﺵ ﻊﻨﻤﻳ ﻦﻟ ﻚﻟذ نإ ] (( ﻢﻠﺴﻣ ﻪﺟﺮﺥأ‬: )) ‫ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر لﺎﻘﻓ‬
 
Artinya: Dari Jabir, bahwasannya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw:
"Sesungguhnya saya mempunyai seorang budak perempuan, dan saya biasa
melakukan 'azl kepadanya". Rasulullah saw menjawab: "Sesungguhnya hal itu tidak
akan menghalangi sesuatu apapun yang telah dikehendaki oleh Allah (maksudnya,
dengan azl tidak akan menyebabkan tidak punya anak, karena kalau Allah sudah
menentukan dia harus mempunyai anak dengan 'azl itu, tentu akan mempunyai anak
juga)" (HR. Muslim).
 
(( ‫ ﺎﻬﻟ رﺪﻗ ﺎﻣ ﺎﻬﻴﺗﺄﻴﺱ ﻪﻥﺈﻓ‬, ‫ ﺖﺌﺵ نإ لﺰﻋا‬: )) ‫ﺔﻳاور ﻰﻓو‬
 
Artinya: Dalam riwayat lain dikatakan: "Lakukanlah 'azl sekehendak kamu, karena ia
tetap akan menyebabkan datangnya apa yang telah ditakdirkan oleh Allah"
 
‫ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر ﺪﻬﻋ ﻰﻠﻋ لﺰﻌﻥ ﺎﻨآ لﺰﻨﻳ نﺁﺮﻘﻟاو ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ] (( ﻪﺟﺮﺥأ‬: )) ‫لﺎﻗ ﺮﺑﺎﺟ ﻦﻋ‬
[ ‫ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا‬
 
Artinya: Jabir berkata: "Kami biasa melakukan 'azl pada masa Rasulullah saw,
sementara al-Qur'an tetap turun (dan tidak melarang kami satu ayat pun)" (HR. Bukhari
Muslim).
 
Bolehkan melihat aurat isteri atau suami dan menyentuh / memegangnya?
 
Persoalan melihat aurat isteri atau suami terutama aurat besar
(farj atau dzakar, kemaluan perempuan dan laki-laki) masih menjadi bahan perdebatan
di antara para ulama. Hal ini terjadi karena terdapat banyak hadits antara yang
membolehkan dan yang melarang. Untuk lebih jelas mengupas masalah ini, marilah kita
bahas dimulai dengan dalil-dalil yang melarang melihat kemaluan pasangannya.
 
[ ‫ ﻂﻗ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر ةرﻮﻋ ﺖﻳأر ﺎﻣ ] (( ﻰﻥاﺮﺒﻄﻟا ﻩاور‬: )) ‫ﺖﺎﻟﻗ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ‬
 
Artinya: "Siti Aisyah berkata: "Saya tidak pernah melihat sekalipun aurat Rasulullah
saw" (HR. Thabrany).
 
Hadits ini dinilai oleh Ibn Hajr al-Asqalany sebagai hadits Dhaif (lemah), karena dalam
sanadnya ada seorang rawi yang bernama Barakah bin Muhammad al-Halaby,
bahwasannya ia seorang pembohong. Demikian juga dengan rawi-rawi lainnya seperti
Abu Shalih Bazim dan Muhammad bin al-Qasim al- Asady bahwa keduanya tukang
bohong.
 
‫ ثرﻮﻳ ﻪﻥﺈﻓ ﺎﻬﺟﺮﻓ ﻰﻟإ ﺮﻈﻨﻳ ﻼﻓ ﻪﺘﺟوز ﻢآﺪﺣأ ﻊﻣﺎﺟ اذإ‬: ‫لﺎﻗ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر‬
(( ‫ﻰﻤﻌﻟا‬
 
Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Apabila seorang laki-laki menggauli isterinya, maka
janganlah melihat kemaluannya, karena hal itu akan menyebabkan buta
(keturunannya)".
 
Hadits ini adalah hadits Maudhu' (hadits dibuat-buat) sebagaimana yang dikemukakan
oleh Ibn al-Jauzi dan Abu Hatim ar-Razi. Sedangkan hadits-hadits yang membolehkan
melihat kemaluan pasangan adalah:
 
‫ﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر ﻰﻟإ ﺎﻜﺵ ﻦﻴﺣ نﻮﻌﻈﻣ ﻦﺑ نﺎﻤﺜﻋ ﻦﻋ ﻰﻟإ ﺮﻈﻨﻟا ﻦﻣ ﻩءﺎﻴﺣ ﻢﻠﺱو ﻪﻴ‬
‫ لﺎﻗ‬, ‫ ﺎﺱﺎﺒﻟ ﻚﻟ ﷲا ﺎﻬﻠﻌﺟ ﺪﻗو ﻒﻴآ‬: )) ‫ لﻮﺱر ﻪﻟ لﺎﻘﻓ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا‬, ‫ﻪﺘﺟوز ةرﻮﻋ‬
(( ‫ ﻪﻨﻠﻌﻔﻳ ﻦهو‬, ‫ ﻪﻠﻌﻓأ ﻰﻥﺈﻓ‬: ‫ لﺎﻗ‬. ‫ ﻚﻟذ ﻦﻣ ﻲﻴﺤﺘﺱأ ﻰﻥأ‬: ‫؟ﺎﺱﺎﺒﻟ ﺎﻬﻟ ﻚﻠﻌﺟو‬
 
Artinya: "Dari Utsman bin Madh'un ketika mengadu kepada Rasulullah saw mengenai
rasa malunya ketika melihat aurat isterinya, Rasulullah saw menjawab: "Bagaimana
tidak, bukankah Allah telah menjadikan isterimu itu sebagai pakaian dan kamu sebagai
pakaiannya juga?" Utsman menjawab: "Saya justru malu dengan hal itu". Rasulullah
saw menjawab: "Saya juga melakukannya dan mereka isteri-isteri saya pun
melakukannya juga".
 
‫ ﺪﺣاو ﻪﻨﻴﺑو ﻰﻨﻴﺑ ءﺎﻥإ ﻦﻣ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱرو ﺎﻥأ ﻞﺴﺘﻏأ‬: ‫ﺖﺎﻟﻗ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ‬
[ ‫ نﺎﺒﻨﺟ ﺎﻤهو ] (( ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور‬, ‫ ﻲﻟ عدو‬, ‫ ﻰﻟ عد‬: ‫ﺖﻨآ ﻪﻟ لﻮﻗأ ﻰﺘﺣ ﻰﻥردﺎﺒﻴﻓ‬
 
Artinya: Siti Aisyah berkata: "Saya dengan Rasulullah saw mandi bersama dalam satu
bejana. Beliau lalu mencandaiku sehingga saya berkata kepadanya: "Lepaskan aku,
lepaskan aku", dan keduanya dalam keadaan junub" (HR. Bukhari Muslim).
 
Hadits inilah yang dijadikan hujjah oleh sementara ulama mengenai bolehnya suami
atau isteri melihat aurat besar pasangannya. Sulaiman bin Musa pernah ditanya
tentang hokum seorang suami melihat aurat pasangannya. Ia menjawab: "Saya
bertanya kepada Atha dan Atha bertanya kepada Siti Aisyah, dan Siti Aisyah
menyebutkan hadits ini (artinya boleh). Bagaimana dengan hadits yang mengatakan
bahwa seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat lakilaki lainnya demikian juga dengan
wanita tidak boleh melihat aurat wanita lainnya? Hal ini, hemat penulis, dapat dijawab
dengan mengatakan bahwa hal itu tidak termasuk untuk suami isteri. Sedangkan untuk
suami isteri diperbolehkan berdasarkan hadits-hadits di atas. Mengakhiri pembahasan
seputar ini, penulis akan ketengahkan pendapat Ibn Urwah al-Hanbali dalam bukunya
al-Kawakib ad-Darary sebagaimana dikutip oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-
Albany berikut ini:
 
‫ جﺮﻔﻟا نﻷو ﻪﺑ‬, ‫ جﺮﻔﻟا ﻰﺘﺣ‬, ‫ﻪﺴﻤﻟو ﻪﺒﺣﺎﺹ نﺪﺑ ﻊﻴﻤﺟ ﻰﻟإ ﺮﻈﻨﻟا ﻦﻴﺟوﺰﻟا ﻦﻣ ﺪﺣاو ﻞﻜﻟ حﺎﺒﻣو‬
. ‫ ﻩﺮﻴﻏو ﻚﺎﻟﻣ ﺐهﺬﻣ اﺬهو‬. ‫ نﺪﺒﻟا ﺔﻴﻘﺒآ ﻪﺴﻤﻟو ﻪﻴﻟإ ﺮﻈﻨﻟا زﺎﺠﻓ‬, ‫عﺎﺘﻤﺘﺱﻻا ﻪﻟ ﻞﺤﻳ‬
 
Artinya: "Bagi masing-masing suami isteri dibolehkan melihat seluruh badan
pasangannya, termasuk dibolehkan juga memegang dan menyentuhnya termasuk
kemaluannya. Karena kemaluan ini dihalalkan untuk digauli, maka tentu dilihat atau
dipegang jauh lebih dibolehkan sebagaimana dibolehkannya melihat dan menyentuh
anggota badan lainnya. Ini juga merupakan pendapatnya Imam Malik dan yang
lainnya".
 
Penulis juga sependapat untuk mengatakan bahwa suami isteri di samping boleh
melihat kemaluan dan aurat pasangannya, juga dibolehkan untuk menyentuh atau
memegangnya selama hal itu diperlukan atau dapat menambah kenikmatan dalam
berhubungan badan.
 
Bolehkah berhubungan badan sambil telanjang bulat?
 
Persoalan kedua yang tidak kalah pentingnya dan sering kali menjadi bahan
perdebatan di kalangan masyarakat adalah, bolehkah suami isteri ketika berhubungan
badan telanjang bulat, tanpa busana? Dalam hal ini, juga terjadi silang pendapat, antara
yang membolehkan dengan yang tidak. Untuk lebih memperjelas sebab persoalan,
berikut ini penulis sodorkan di antara hadits yang dijadikan dalil oleh kelompok yang
mentidakbolehkan suami isteri berhubungan badan dengan telanjang bulat.
 
‫ ﻪﻠهأ ﻢآﺪﺣأ ﻰﺗأ اذإ‬: )) ‫ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر لﺎﻗ‬: ‫لﺎﻗ ﻰﻤﻠﺴﻟا ﺪﺒﻋ ﻦﺑ ﺔﺒﺘﻋ ﻦﻋ‬
[ ‫ ﻦﻳﺮﻴﻌﻟا دﺮﺠﺗ دﺮﺠﺘﻳ ﻻو ] (( ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑا ﻩاور‬, ‫ﺮﺘﺘﺴﻴﻠﻓ‬
 
Artinya: Utbah bin Abd as-Silmi berkata, Rasulullah saw bersabda: "Apabila salah
seorang dari kalian menggauli isterinya, maka hendaklah memakai penghalang, dan
janganlah ia telanjang bulat sebagaimana dua himar yang sedang berhubungan badan"
(HR. Ibn Majah).
 
Hanya saja, hadits ini Dhaif dan karenanya tidak dapat dijadikan sebagai hujjah,
sebagaimana yang diutarakan oleh Syaikh Nashiruddin al-Albany. Menurutnya, dalam
hadits tersebut ada seorang rawi yang bernama al-Ahwash bin Hakim dan dia itu
orangnya dhaif, lemah. Demikian juga dalam hadits tersebut ada rawi yang bernama al-
Walid bin al-Qasim al-Hamdany yang dilemahkan oleh Ibn Mu'in dan yang lainnya. Oleh
karena itu, hadits tersebut tidak dapat dijadikan hujjah. Ustadz Sayyid Sabiq dalam hal
ini juga berpendapat bahwa seorang suami isteri ketika melakukan hubungan badan
dilarang telanjang bulat. Di antara hadis yang dikemukakannya selain hadits di atas,
juga hadits berikut ini:
 
( ‫ ﻪﻨﻣ رأ ﻢﻟو ﻰﻨﻣ ﻢﻠﺱو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ ﷲا لﻮﺱر ﺮﻳ ﻢﻟ ) ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑا ﻪﺟﺮﺥأ‬: ‫ﺔﺸﺋﺎﻋ ﺖﺎﻟﻗ‬
 
Artinya: "Siti Aisyah berkata: "Rasulullah saw tidak pernah melihat (kemaluan)saya,
demikian juga saya tidak pernah melihat kemaluannya" (HR. Ibn Majah).
 
Hanya saja, lagi-lagi hadits ini dhaif sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Bushairy.
Karena hadits tersebut dhaif, maka tidak dapat dijadikan dalil. Penulis juga melihat,
dalil-dalil yang mengatakan tidak bolehnya suami isteri berhubungan badan dengan
telanjang, adalah dhaif dan tidak dapat dijadikan dalil. Kini, beralih kepada kelompok
yang mengatakan bahwa suami isteri boleh mengadakan hubungan badan dengan
kondisi telanjang bulat.
 
ْ223 : ‫ٌثﺮَﺣ ْﻢُُآؤﺎَﺴِﻥ ) ةﺮﻘﺒﻟا‬
ْ ‫( ﻢُﺘْﺌِﺵ ﻰﱠ َﻥأ ْﻢُﻜ َْﺛﺮَﺣ اﻮُ ْﺗﺄَﻓ ْﻢُﻜَﻟ‬
 
Artinya: "Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki (al-
Baqarah: 223).
 
Ayat ini secara tegas mengatakan bahwa suami boleh menggauli isterinya dengan cara
dan gaya bagaimana saja selama di dalam farjinya. Tentu untuk dapat melakukan hal
demikian, umumnya dibutuhkan kondisi tidak berpakaian sama sekali. Karena itu,
telanjang bulat dalam berhubungan badan dibolehkan karena termasuk keumuman dari
ayat di atas. Dalil lain yang dikemukakan kelompok ini adalah, hadits dari Siti Aisyah
yang mengatakan bahwa ia seringkali mandi bersama Rasulullah saw dalam satu
bijana. Hal ini, menurut kelompok ini, lebih tegas mengatakan bahwa bertelanjang bulat
bagi suami isteri sangat dibolehkan. Dari kedua pendapat di atas, penulis lebih
cenderung untuk memahami, bahwa kelompok yang melarang suami isteri telanjang
bulat ketika melakukan hubungan badan, hanya sebatas muru'ah saja. Artinya, hanya
etika dan lebih bagusnya, bukan sesuatu yang haram. Jadi mereka hendak
mengatakan, kalau memungkinkan, sebaiknya tidak telanjang bulat sama sekali. Tapi
kalau tidak, ya silahkan.
Untuk itu, penulis cenderung untuk mengatakan, bahwa seorang suami isteri boleh-
boleh saja telanjang bulat ketika berhubungan badan karena hal ini jelas sudah halal
bagi mereka, apabila hal demikian dipandang perlu. Namun demikian, ketika keduanya
melakukan hubungan badan dengan telanjang bulat, sebaiknya ditutup dengan kain
atau selimut. Hal ini agar lebih menjaga boleh jadi "kenikmatan" dari berhubungan
badan, juga dari muru'ah, atau etikanya. Wallahu 'alam.
 

Suka · Komentari · 
Bagikan
Menikah hukumnya adalah Sunnah. Karena RasulullahShallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda,“Menikah itu adalah sunnah ku. Akan tetapi apabila kalian
enggan untuk menikah, maka kalian bukan dari golonganku.”.Dan dalam hadits yang
lain, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallambersabda,“Barangsiapa yang membenci
sunnah ku, maka ia bukan termasuk dalam golonganku.”
 
Menikah mempunyai banyak manfaat, diantaranya untuk menghindarkan manusia dari
perbuatan zina. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Wahai generasi
muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia menikah,
karena ia (menikah) dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan.
Barangsiapa belum mampu (menikah) hendaknya ia berpuasa, sebab ia (puasa) dapat
mengendalikan (hawa nafsu) mu.”
Indahnya pernikahan, apabila dilakukan sesuai sunnah RasulullahShallahu ‘Alaihi
Wasallam. Berikut ini ringkasan dari kitab Adab Zifaf (Etika Pernikahan), karya Syaikh
Muhammad Nashirudin Al-Albani, yaitu :
1.        Hendaklah dua sejoli yang akan merajut tali suci pernikahan untuk meniatkan
pernikahan yang ia lakukan adalah untuk mencari ridha Allah , untuk membersihkan
jiwanya dan menjaga dirinya dari segala yang diharamkan Allah. Karena dengan
begitu, pergaulan antar keduanya dicatat sebagai amal ibadah di hadapan Allah.
2.    Saat pertama kali akan melakukan hubungan suami istri, hendaknya suami
meletakkan tangannya pada kepala istrinya, seraya membaca basmalah dan doa untuk
keberkahan, yaitu  َّ‫اركْ لَ َها فِي‬v ِ v‫ َو َب‬،‫ا‬vv‫اركْ لِيْ فِيْه‬vِ v‫اللَّ ُه َّم َب‬  (Ya Allah berkahilah dia untukku, dan
berkahilah aku untuknya), dan doa berikut   ْ‫ك مِن‬ ُ ‫ك َخي َْر َها َو َخي َْر َما َج َب ْل َت َها َعلَ ْي ِه َوَأع‬
َ ‫ُوذ ِب‬ َ ُ‫اللَّ ُه َّم ِإ ِّني َأسْ َأل‬
‫ َشرِّ َها َومِنْ َشرِّ َما َج َب ْل َت َها َعلَيْ ِه‬  (Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah sungguh aku mohon
pada-Mu kebaikan wanita ini, dan kebaikan tabiatnya. Dan aku memohon
perlindungan-Mu dari keburukannya dan keburukan tabiatnya)
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam, “Jika kalian telah menikahi
wanita atau membeli budak, maka peganglah bagian depan kepalanya, ucapkanlah
basmalah, berdoalah untuk keberkahannya, dan hendaklah ia mengucapkan… (Dengan
menyebut nama Allah. Ya Allah sungguh aku mohon pada-Mu kebaikan wanita ini, dan
kebaikan tabiatnya. Dan aku memohon perlindungan-Mu dari keburukannya dan
keburukan tabiatnya)”.
 3.        Shalat Sunnah dua raka’at bersama. Shalat sunnah ini dilakukan ketika akan
melakukan hubungan suami istri untuk pertama kali. Kemudian berdo’a,
‫ َوارْ ُز ْقنِيْ ِم ْن ُه ْم‬، ْ‫ اللَّ ُه َّم ارْ ُز ْق ُه ْم ِم ِّني‬، َّ‫اركْ َِألهْ لِيْ فِي‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
ِ ‫ َو َب‬، ْ‫اركْ لِيْ فِيْ َأهْ لِي‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
ِ ‫اللَّ ُه َّم َب‬
‫يْر‬
ٍ ‫ت فِيْ َخ‬ َ ‫رَّ ْق‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvv‫رِّ ْق َب ْي َن َنا ِإ َذا َف‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvv‫ َو َف‬،‫يْر‬ٍ ‫ت فِيْ َخ‬ َ ْ‫عْ َب ْي َن َنا َما َج َمع‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvv‫اللَّ ُه َّم اجْ َم‬
(Ya Allah, berilah aku berkah dari istriku, (begitu pula sebaliknya) berilah istriku
berkah dariku. Ya Allah, berilah mereka rizki dariku, (begitu pula sebaliknya) berilah
aku rizki dari mereka. Ya Allah, kumpulkanlah kami jika itu baik bagi kami, dan
pisahkanlah kami jika itu baik bagi kami).
Syaqiq bin Salamah mengatakan, “Suatu hari datang lelaki, nama nya Abu Huraiz, ia
mengatakan: “Aku telah menikahi wanita muda dan perawan, tapi aku khawatir ia akan membuatku
cekcok”, maka Abdullah bin Mas’ud r.a mengatakan, “Sesungguhnya kerukunan itu dari Allah, sedang
percekcokan itu dari setan, ia (setan) ingin membuatmu benci dengan apa yang Allah halalkan bagimu.
Jika kamu nanti menemuinya, maka suruh istrimu shalat dua rokaat dibelakangmu dan bacalah  (Ya
Allah, berilah aku berkah dari istriku, (begitu pula sebaliknya) berilah istriku berkah dariku. Ya Allah,
berilah mereka rizki dariku, (begitu pula sebaliknya) berilah aku rizki dari mereka. Ya Allah,
kumpulkanlah kami jika itu baik bagi kami, dan pisahkanlah kami jika itu baik bagi kami)“.
4.        Bermesraan dengan istri, sebelum berhubungan suami istri, misalnya dengan menyuguhkan
minuman, atau yang lainnya.
5.        Hendaklah (suami) berdo’a ketika menggauli istri. Do’a nya adalah,
َ ‫ي‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv‫ اللَّ ُه َّم جَ ِّن ْب َنا ال َّش‬،ِ ‫ ِم هَّللا‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv‫ِب ْس‬
َ ‫ي‬vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv‫ َوجَ ِّنبْ ال َّش‬، َ‫ْطان‬
‫ْطانَ مَا رَ َز ْق َت َنا‬
(Dengan nama Allah. Ya Alloh jauhkanlah kami dari setan, dan jauhkanlah setan dari anak yang engkau
karuniakan pada kami).
Rasulullah  bersabda, “(Dengan nama Allah. Ya Alloh jauhkanlah kami dari setan, dan jauhkanlah setan
dari anak yang engkau karuniakan pada kami). Do’a itu, apabila Allah berkehendak memberikan anak,
niscaya setan tidak akan mampu membahayakan anak (itu) selamanya”.
6.       Suami boleh menggauli istrinya di vagina sang istri, dari arah manapun si suami sukai, baik dari
depan atau belakang. Sebagaimana firman Allah SWT, “Istri-istri kalian adalah ladang bagi kalian,
maka datangilah ladang kalian itu dari mana saja kalian kehendaki” (QS. Al- Baqarah : 223)
7.        Haram hukumnya bagi suami apabila (suami) menggauli istrinya di dubur istrinya. Hal itu
merupakan dosa besar. Karena Rasulullah  bersabda,  “Terlaknat orang (suami) yang menggauli para
wanita (yaitu istrinya) di dubur nya (yakni lubang anus)”. Syaikh Masyhur mengatakan,“Adapun orang
yang menggauli istrinya di duburnya, maka ia telah melakukan tindakan yang melanggar syariat, baik
asalnya maupun sifatnya, sehingga ia wajib bertaubat kepada Allah , dan tidak ada kaffarat (tebusan)
baginya kecuali bertaubat kepada Allah “.
8.     Berwudhu antara dua sesi berhubungan, dan lebih afdholnya mandi. Sebagaimana sabda
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam, “Jika salah seorang dari kalian selesai menggauli istrinya, dan
ingin menambah (melakukannya) lagi, maka hendaklah ia wudhu, karena itu lebih menggiatkannya
untuk melakukannya lagi”.
Mandi lebih afdhol, karena hadits riwayat Abu Rofi’ , “Suatu hari Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi
Wasallam  keliling mendatangi istri-istrinya, beliau mandi di istrinya yang ini, dan mandi lagi di istrinya
yang ini. Lalu aku menanyakan hal itu kepada beliau Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi
Wasallam, “Wahai Rasulullah, mengapa tidak mandi sekali saja?”. Beliau Nabi Muhammad Shallahu
‘Alaihi Wasallam menjawab, “Karena (mandi berkali-kali) itu, lebih bersih, lebih baik, dan lebih
suci”. (HR. Abu Dawud dan yang lainnya, sanadnya hasan).
9.     Suami istri diperbolehkan mandi bersama dalam satu tempat, meski saling melihat aurat masing-
masing. Ada banyak hadits yang menerangkan hal ini, diantaranya,
Aisyah r.a mengatakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dari satu tempat air, tangan kami
saling berebut, dan beliau mendahuluiku, hingga aku mengatakan, “Biarkan itu untukku, biarkan itu
untukku”, ketika itu kami berdua sedang junub.” .
10.    Usai berhubungan, hendaklah berwudhu sebelum tidur, dan lebih afdholnya mandi. Karena hadits
riwayat Abdulloah bin Qais , ia mengatakan: Aku pernah menanyakan kepada Aisyah , “Bagaimana Nabi
Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam dahulu ketika junub, apakah mandi sebelum tidur, atau
sebaliknya tidur sebelum mandi?”. Ia (Aisyah)  menjawab, “Semuanya pernah beliau lakukan, kadang
beliau mandi lalu tidur, dan kadang beliau wudhu lalu tidur”.  Aku menambahi, “Segala puji bagi Allah
yang telah menjadikan perkara ini mudah”.
11.  Jika istri sedang haid, suami tetap boleh melakukan apa saja dengannya, kecuali jima’.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam,  “Lakukan apa saja (dengan istri kalian)
kecuali jima’.”
Kaffarat (tebusan) bagi orang yang menjima’ istrinya ketika istrinya sedang haid, sebagaimana
diterangkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas , Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam  pernah ditanya
tentang suami yang mendatangi istrinya ketika haid, maka Rasulullah Shallahu ‘Alaihi
Wasallam menjawab, “Hendaklah ia bersedekah dengan satu dinar atau setengah dinar”. Syaikh
Masyhur mengatakan, “Yang dimaksud dengan dinar dalam hadits itu adalah dinar emas, dan 1 dinar
emas itu sama dengan 1 mitsqol, sedang 1 mitsqol itu sama dengan 4 ,24 gram emas murni”.
12.    ‘Azl (mengeluarkan sperma di luar vagina) diperbolehkan, meski lebih baik ditinggalkan.
Karena perkataan Jabir, “Dulu kami (para sahabat) melakukan ‘azl, di saat Alqur’an masih
turun”.  Dalam riwayat lain, “Kami (para sahabat) dulu melakukan ‘azl di masa Rasulullah Shallahu
‘Alaihi Wasallam (masih hidup),  lalu kabar itu sampai kepada beliau Nabi Muhammad ,  akan tetapi
beliau Nabi Muhammad  tidak melarang kami (melakukan ‘azl)”.
Namun, lebih baik meninggalkannya sebagaimana sabda Rasulullah , “Azl itu pembunuhan yang
samar”.
13.    Setelah malam pertama menggauli istrinya, disunnahkan pada pagi harinya untuk silaturrahim
mengunjungi para kerabatnya yang sebelumnya telah datang ke rumahnya, mengucapkan salam kepada
mereka, mendoakan mereka, dan membalas kebaikan mereka dengan yang semestinya.
Sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Anas r.a, ia mengatakan,“Rasulullah Shallahu ‘Alaihi
Wasallam pernah mengadakan walimah (resepsi) saat malam pertama beliau menggauli Zainab. Beliau
Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam mengenyangkan kaum muslimin dengan roti dan daging,
lalu keluar mengunjungi para ibunda mukminin (isteri-isteri beliau yang lain), untuk mengucapkan
salam dan mendoakan mereka, sebaliknya mereka juga memberikan salam dan mendoakan
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau melakukan hal itu, pada pagi hari setelah malam
pertamanya”. (HR. Bukhari).
14.    Keduanya (suami dan istri) wajib menggunakan kamar mandi yang ada di rumahnya, dan tidak
boleh masuk kamar mandi umum, berdasarkan hadits Jabir r.a, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi
Wasallambersabda,  “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan memasukkan
istrinya ke dalam kamar mandi umum”. (HR. Tirmidzi, sanadnya hasan).
Juga hadits riwayat Ummu Darda’, ia mengatakan, “Suatu hari, aku keluar dari kamar mandi umum,
lalu Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam berpapasan denganku, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi
Wasallambertanya, “Wahai Ummu Darda’, dari mana?”. Ummu Darda’   menjawab, “Dari kamar mandi
umum”. Maka beliau Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh, demi dzat yang
jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah seorang wanita menanggalkan pakaiannya di selain rumah salah
satu ibunya, melainkan ia telah merusak tabir yang ada antara dia dan Tuhannya Yang Maha
Penyayang”.(HR. Ahmad).
15.    Kedua (suami dan istri) diharamkan menyebarkan rahasia kehidupan ranjangnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam , “Sungguh, orang yang paling buruk
kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat nanti, adalah orang yang membuka (aurat) istrinya dan
istrinya membuka (aurat)nya, lalu ia menyebarkannya”.  Imam Nawawi mengatakan,“Hadits ini
menunjukkan haramnya menyebarkan cerita hubungan suami istri, dan merinci apa yang terjadi pada
istrinya, seperti ucapan, perbuatan dan semisalnya.”
Adapun sekedar menyebutkan jima’ (secara global) tanpa ada manfaat dan tujuan, maka hukumnya
makruh, karena itu tidak sesuai dengan muru’ah (akhlaq), padahal Rasulullah Shallahu ‘Alaihi
Wasallam  telah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang
baik atau (jika tidak), maka hendaklah ia diam”.
Tapi jika ia menyebutkan hal itu, karena adanya tujuan dan manfaat, seperti mengingkari ketidak-
sukaannya pada istrinya, atau istrinya menuduh suaminya impoten, atau semisalnya, maka itu tidak
makruh, sebagaimana sabda Rasulullah, “Sungguh aku akan melakukannya, aku dan istriku ini” . Begitu
pula pertanyaan Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Abu Tholhah, “Apa malam tadi, kalian
telah menjalani malam pertama?” . Dan pesan Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallamkepada
Jabir , “Semangat dan semangatlah”.
16.    Mengadakan walimah (resepsi) wajib hukumnya setelah menjima’ istri, dengan dasar hadits
Buraidah bin Hushoib r.a, bahwa ketika Ali bin Abi Thalib menikahi Fatimah Az-Zahra, Rasulullah  
mengatakan,“Pernikahan itu harus ada walimahnya (resepsi)”. Juga sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi
Wasallam kepada Abdurrahman bin Auf,“Adakanlah walimah, walau hanya dengan (menyembelih)
seekor kambing”.
Beberapa sunnah (tuntunan) dalam walimah (resepsi), diantaranya:
Ø  Diadakan selama tiga hari, setelah menjima’ istri. Sebagaimana diterangkan dalam hadits Anas,
ia mengatakan, “Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam dulu menikahi Shofiyah r.a, beliau menjadikan
anugerah kemerdekaannya sebagai maharnya, dan menjadikan walimah (resepsi) berlangsung tiga
hari”.
Ø  Mengundang para sholihin (orang-orang shalih), baik yang kaya maupun yang
miskin.Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam,  “Janganlah berteman kecuali
dengan orang mukmin, dan janganlah menyantap makananmu kecuali orang yang bertakwa”.
Ø  Menyembelih lebih dari satu kambing jika mampu.
Ø  Dianjurkan dalam pengadaan walimah, orang yang mempunyai harta lebih untuk membantu
orang yang kurang mampu.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Anas, yang menceritakan kisah menikahnya
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam dengan Shofiyah Anas r.a berkata, “…Hingga ketika
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam di tengah perjalanan pulang, Ummu Sulaim  mempersiapkan
Shofiyah  dan menyerahkannya kepada Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallampada malamnya, hingga
paginya Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam berstatus arus (pengantin baru). Lalu Rasulullah Shallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa mempunyai sesuatu, maka hendaklah ia bawa
kemari” . Dalam riwayat lain, “Barangsiapa punya makanan lebih, maka hendaklah dia
mendatangkannya kepada kami”. Anas  berkata, “Beliau pun menggelar karpet kulitnya, maka
mulailah ada orang yang datang dengan keju, ada yang datang dengan kurma, ada juga yang datang
dengan lemak, hingga bisa mereka jadikan hais. Kemudian mereka memakannya dan meminum air dari
tadahan hujan yang ada di dekat mereka.Begitulah pelaksanaan walimahnya RasulullahShallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Ø  Tidak boleh hanya mengundang orang yang kaya, dan tidak menyertakan orang yang miskin.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam, “Seburuk-buruk makanan adalah hidangan
walimah yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang kaya, sedang orang-orang miskin dilarang untuk
mendatanginya” .
Ø  Wajib bagi yang diundang untuk menghadirinya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam, “Jika salah seorang dari kalian diundang
walimah, maka hendaklah ia menghadirinya”. Juga sabda beliau Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi
Wasallam, “Jika salah seorang dari kalian diundang, maka hendaklah ia menghadirinya, baik itu acara
walimah atau pun acara lainnya”. Juga sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam yang lainnya,
“Barangsiapa tidak menghadiri udangan, berarti ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya”.
Jika orang yang diundang sedang tidak berpuasa, maka hendaklah orang itu memakan hidangan yang
ada. Sedang jika orang itu sedang berpuasa, maka hendaklah ia tetap hadir dan mendoakan yang
mengundangnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam, “Jika yang diundang itu tidak puasa, maka
makanlah (hidangan yang ada) Sedang jika ia puasa, maka berdoalah untuknya” Jika yang diundang
sedang puasa sunnah, ia boleh membatalkan puasanya untuk makan hidangan walimah, sebagaimana
diceritakan oleh Abu Sa’id Al-Khudri, “Aku pernah membuatkan hidangan untuk Rasulullah Shallahu
‘Alaihi Wasallam,  lalu Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya mendatangi
undanganku. Ketika hidangan disajikan, ada salah seorang berkata, “Aku sedang berpuasa”. Maka
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam  mengatakan, “Saudara kalian ini telah mengundang dan
mengeluarkan biaya untuk kalian”, lalu Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan pada
sahabat yang sedang berpuasa itu, “Batalkanlah puasamu, dan qodho’lah di hari lain jika kau
menghendakinya”.
Ø  Tidak boleh menghadiri undangan walimah, jika ada kemaksiatan dalam acara walimah
tersebut, kecuali bila menghadirinya  dengan maksud mengingkarinya dan berusaha menghilangkan
kemaksiatan itu. Akan tetapi, apabila kemaksiatan itu tidak bisa hilang, maka orang yang diundang itu
harus pulang meninggalkan acara walimah itu.
Sebagaimana kisah sahabat Ali berikut, “Aku pernah membuat makanan, lalu aku mengundang
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam dan beliau pun datang. Tetapi, ketika melihat ada gambar-
gambar di rumah, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam langsung kembali. Aku bertanya, “Wahai
Rasulullah, bapak dan ibuku ku relakan untuk menebusmu apa yang membuatmu pulang lagi?”.
Rasulullah  menjawab, “Karena di rumah itu, ada banyak gambar, padahal para malaikat tidak sudi
masuk rumah yang ada gambar-gambarnya”.
17.    Untuk orang yang diundang disunnahkan melakukan dua hal :
Ø  Mendoakan orang yang mengadakan walimah.
Sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin Busr, bahwa bapaknya pernah membuatkan makanan untuk
Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallamdan mengundangnya, maka beliau pun datang. Selesai
makan, beliau mendoakan,
ْ ‫َاركْ لَ ُه ْم فِي مَا رَ َز ْق َت ُه ْم َو‬
‫اغفِرْ َل ُه ْم َوارْ حَ مْ ُه ْم‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم ب‬
(Ya Allah, berkahilah rizki yang kau berikan pada mereka, serta ampuni dan rahmatilah mereka).
Ø  Mendoakan kedua mempelai dengan kebaikan dan keberkahan.
Ada banyak hadits yang  menerangkan hal ini, diantaranya,
Doa Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Jabir r.a,
  َ‫بَارَ كَ هللا ُ لَك‬
(semoga Alloh memberkahimu), atau mengatakan kepadanya,
‫َخيْرً ا‬
(semoga engkau diberi limpahan kebaikan).
Doa Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Ali r.a,
ِ ‫َاركْ َل ُهمَا فِيْ ِب َن‬
‫اِئهمَا‬ ِ ‫ َوب‬,‫َاركْ فِي ِْهمَا‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم ب‬
 (Ya Alloh, berkahilah keduanya, dan berkahilah hubungan keduanya).
Doa kaum wanita Anshar kepada Aisyah,
ٍ ‫ َوعَ لَى َخي ِْر َط‬,‫عَ لَى ْال َخي ِْر َو ْالبَرَ َك ِة‬
‫اِئر‬
(selamat atas kebaikan, keberkahan, dan keberuntungan yang besar.
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam  jika mendoakan orang yang
menikah mengatakan,
‫ َوجَ مَعَ َب ْي َن ُكمَا فِيْ َخي ٍْر‬, َ‫ َوبَارَ كَ عَ لَ ْيك‬, َ‫بَارَ كَ هللا ُ لَك‬
(semoga Alloh memberikan keberkahan padamu, menurunkannya atasmu, dan mengumpulkan kalian
berdua dalam kebaikan).
18.    Pengantin wanita boleh melayani tamu laki- laki, jika tidak menimbulkan fitnah dan mengenakan
hijab syar’i.
Sebagaimana hadits Sahl bin Sa’d, ia mengatakan, “Ketika Abu Usaid telah mengumpuli istrinya, ia
mengundang Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya, maka tidak ada yang
membuat dan menyodorkan hidangan, melainkan istrinya, yaitu Ummu Usaid. Pada hari itu, istrinya lah
yang melayani tamu laki- laki.
19.    Boleh juga mengijinkan para wanita untuk mengumumkan pernikahan dengan menabuh duff
(rebana) saja, dan melantunkan nyanyian yang dibolehkan (asal baitnya tidak bercerita kecantikan,
kata-kata kotor, kemaksiatan dan yang tidak diridhai Allah).
Rubayyi’ binti Mu’awwidz mengatakan, Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menemuiku
di pagi hari malam pertamaku, lalu Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam duduk di atas ranjangku
seperti posisimu denganku (sekarang ini), di saat itu ada banyak anak kecil wanita menabuh duff
(rebana), mengenang bapak-bapak mereka yang gugur di perang badr, hingga salah seorang anak
wanita itu ada yang mengatakan: “Di sisi kita ada Nabi yang tahu hari esok”. Maka Nabi
Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam menegur wanita itu, “Jangan berkata seperti itu, tapi
katakanlah apa yang kau ucapkan sebelumnya”.
20.    Hendaklah meninggalkan hal yang dilarang syariat , terutama ketika acara pernikahan, misalnya:
Ø  Memajang gambar makhluk yang bernyawa di dinding.
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh, rumah yang ada gambarnya tidak dimasuki
para malaikat “.
Aisyah mengatakan, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam pernah masuk menemuiku, saat itu aku
menutupi lemari kecil dengan kain tipis yang bergambar, (dalam riwayat lain, “yang bergambar kuda
bersayap”). Melihat itu, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam langsung merobeknya, dan berubah raut
wajahnya. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallammengatakan, “Sesungguhnya orang yang paling pedih
adzabnya di hari kiamat adalah, mereka yang menyaingi ciptaan Allah” . Aisyah mengatakan, Akhirnya
kain itu ku potong dan kujadikan satu atau dua bantal.”
Syaikh Muhammad Nasirudin al-Albani berpendapat, “haram menutup dinding rumah dengan kain,
meski bukan dengan sutra, karena itu termasuk isrof dan hiasan yang tidak sesuai syariat.”
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh kita untuk
menutupi batu dan tanah”.
Imam Nawawi mengatakan, “Para ulama memakai hadits itu sebagai dalil larangan menutup dinding
dan lantai dengan kain, larangan itu adalah karohah tanzih, bukan larangan yang mengharamkan, dan
inilah pendapat yang benar.”
Syaikh Abul Fath Nashr Al-Maqdisi (madzhab syafi’i) berpendapat, “haramnya hal itu. Tapi, dalam
hadits ini tidak ada yang menunjukkan keharamannya, karena hakekat lafalnya, “Allah tidak menyuruh
kita melakukan itu”, ini berarti bahwa hal itu tidak wajib dan tidak sunnah, dan tidak menunjukkan
pengharaman sesuatu”.
Ø  Mencabut alis dan lainnya.
Karena Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam melaknat orang yang berbuat demikian (mencabut alis dan
lainnya).
Ø  Mewarnai kuku dengan cat (sehingga menutupi jalannya air wudhu).
Adapun sunnahnya adalah mewarnainya dengan hinna’.
Ø  Memanjangkan kuku.
Karena memanjangkan kuku bertentangan dengan fitrah. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda, “Lima hal (yang) termasuk fitrah: “Khitan, mengerik bulu kemaluan, mencukur
kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak”. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam juga
melarang kita membiarkan kuku lebih dari 40 malam, sebagaimana perkataan Anas bin Malik
r.a,  “Kami diberi batasan waktu untuk: Mencukur kumis, memotong kuku, mencabuti bulu ketiak, dan
mengerik bulu sekitar kemaluan, (yakni) agar kami tak membiarkannya lebih dari 40 malam”.
Ø  Mencukur jenggot.
Karena memelihara jenggot itu wajib hukumnya bukan sunnah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu
‘Alaihi Wasallam,  “cukur-tipislah kumis dan panjangkanlah jenggot, selisilah kaum majusi”. Jadi,
orang yang dengan sengaja enggan untuk memelihara jenggot, maka ia adalah kaum Majusi.
Ø  Mempelai pria mengenakan cincin tunangan dari emas.
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Pakaian sutra dan emas diharamkan untuk ummatku
yang laki-laki, dan dihalalkan untuk mereka yang wanita.”
21.  Wajib hukumnya memperlakukan istri dengan baik, dan menuntunnya kepada hal-hal yang halal
dan diridhai Allah, khususnya bila istrinya masih muda.
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sebaik-baik kalian, adalah yang paling baik terhadap
istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadap istriku” . Rasulullah Shallahu
‘Alaihi Wasallam juga bersabda, “Berilah nasehat baik pada wanita (istri), karena mereka itu
tawananmu”.  Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallamjuga bersabda, “Janganlah lelaki mukmin
membenci wanita mukminah (istrinya), karena jika dia benci salah satu tabiatnya, pasti ada hal lain
yang ia sukai”.
Aisyah r.a mengisahkan, “Suatu hari Rasulullah  pulang dari perang tabuk atau perang khaibar. (Saat
itu) lemari kecil Aisyah tertutup tirai, lalu berhembuslah angin, yang menyingkap tirai itu, sehingga
terlihatlah banyak mainan boneka wanita milik Aisyah r.a. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi
Wasallam bertanya, “Apa ini, wahai Aisyah?”, ia menjawab, “Anak-anak perempuanku”. Diantara
mainannya itu beliau juga melihat ada boneka kuda bersayap dua yang terbuat dari kain, lalu
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, “Kalau yang di tengah ini apa?”, Aisyah  menjawab:
“itu kuda”. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam menimpali, “terus apa yang di atasnya?”, Aisyah
menjawab, “dua sayapnya”, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan,“kuda mempunyai dua
sayap?”, Aisyah menjawab, “bukankah engkau pernah mendengar bahwa Nabi Sulaiman  memiliki kuda
bersayap?!”. (Mendengar itu) Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallamlangsung tersenyum hingga kulihat
gigi-gigi gerahamnya.
22. Sebaiknya suami membantu pekerjaan rumah, bila ada waktu senggang dan tidak sedang lelah.
Sebagaimana disebutkan ‘Aisyah,“Dahulu Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam biasa membantu
istrinya, dan beliau pergi untuk sholat bila tiba waktunya”. Aisyah  juga mengatakan, “Beliau itu
manusia seperti yang lainnya, mencuci pakaiannya, memerah kambingnya, dan membantu istrinya”.
23.    Pesan untuk kedua mempelai,
Ø  Hendaklah keduanya ta’at kepada Allah  dan saling mengingatkan untuk ta’at.
Ø  Hendaklah keduanya menjalankan syariat Allah yang terdapat di dalam Qur’an dan Sunnah, dan
tidak meninggalkannya hanya karena taklid, atau adat masyarakat, atau madzhab tertentu, Allah 
berfirman,
‫ص هَّللا َ َورَ سُولَ ُه َف َق ْد ضَ َّل ضَ اَل اًل م ُِبي ًنا‬ ِ ْ‫ِن َواَل مُْؤ ِم َن ٍة ِإ َذا َقضَى هَّللا ُ َورَ سُولُ ُه َأمْ رً ا َأنْ َي ُكونَ لَ ُه ُم ْال ِخيَرَ ةُ مِنْ َأمْ ِر ِه ْم َو َمنْ َيع‬ ٍ ‫َومَا َكانَ لِمُْؤ م‬
Dan tidaklah pantas bagi mukmin dan mukminah, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu
hukum dalam urusan mereka, untuk memilih (pilihan lainnya), karena barangsiapa mendurhakai Alloh
dan Rosul-Nya, sungguh ia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata. (Al-Ahzab: 36).
Ø  Hendaklah keduanya menjaga hak dan kewajiban masing- masing. Maka janganlah istri banyak
menuntut suaminya. Sebaliknya, janganlah suami memanfaatkan harta dan posisinya sebagai kepala
rumah tangga, untuk menzholimi istrinya, seperti memukulnya tanpa ada sebab yang syar’i. Allah SWT
berfirman,
‫ال عَ لَي ِْهنَّ دَ رَ جَ ٌة َوهَّللا ُ عَ ِزي ٌز حَ كِي ٌم‬ ِ َ‫َولَهُنَّ م ِْث ُل الَّذِي عَ لَي ِْهنَّ ِب ْال َمعْ رُوفِ َولِلرِّ ج‬
Para istri itu memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut, dan para
suami itu memiliki kelebihan di atas mereka. Dan Allah adalah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-
Baqoroh: 228)
Mu’awiyah bin Haidah bertanya, “Wahai Rasulullah, apa hak istri atas suaminya?” Rasulullah Shallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda, “Yaitu, memberinya makan dan sandang jika memintanya, tidak
mengatakan ‘Qobbahakilloh’ (semoga Alloh menjadikanmu buruk) (kepada istrinya), tidak memukul
wajahnya, (tidak mendiamkannya kecuali di dalam rumahnya)”. 
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda, “Orang yang adil akan menduduki singgasana dari
cahaya diatas tangan kanan Allah Yang Maha Penyayang, dan kedua tangan- Nya itu kanan, yaitu
mereka yang adil dalam mengatur kekuasaannya, keluarganya, dan tanggung jawab yang (di) serahkan
padanya.”
Bila keduanya (suami dan istri) tahu akan hal ini dan menerapkannya dengan baik, niscaya Allah
akan menjadikan hidup keduanya baik, tentram, bahagia. Allah berfirman,
َ‫َمنْ عَ ِم َل صَ الِحً ا مِنْ َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْن َثى َوه َُو مُْؤ مِنٌ َفلَ ُنحْ ِي َي َّن ُه حَ يَا ًة َط ِّيب ًَة َولَ َنجْ ِز َي َّن ُه ْم َأجْ رَ ُه ْم ِبَأحْ سَ ِن مَا َكا ُنوا َيعْ مَلُون‬
Barangsiapa melakukan kebajikan dalam keimanan, baik laki-laki maupun perempuan, pasti Kami
berikan padanya kehidupan yang baik, dan Kami pasti membalas mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 97)
Sabda Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam khusus untuk sang istri,“Bila perempuan mendirikan
sholatnya, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya, ia pasti masuk surga dari pintu manapun
ia kehendaki.”
Abu Hurairah mengatakan, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam pernah ditanya, “Siapa wanita yang
paling baik?”, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Yaitu wanita yang menyenangkan bila
suaminya memandangnya, mentaati bila diperintah, dan ia tidak menyelisihi suaminya karena sesuatu
yang dibencinya, baik dengan diri maupun hartanya”
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallambersabda, “Seluruh dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik- baik
perhiasan adalah wanita yang sholihah”.
Dari Hushain bin Mihshon, bahwa bibinya pernah menemui Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam karena
suatu keperluan. Setelah (keperluan itu) selesai, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya,“Apa
anda bersuami?”. “Ya”, jawabku. “Bagaimana sikapmu terhadapnya?” tanya RasulullahShallahu ‘Alaihi
Wasallam. “Aku bersungguh-sungguh di dalam (menaati dan melayani) nya, kecuali pada hal yang tidak
ku mampui”, jawabku. Maka Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Lihatlah bagaimana
hubunganmu dengannya. Karena suamimu itu surga dan nerakamu”.
Ø  “Janganlah istri berpuasa selain Puasa Ramadhan saat suaminya bersamanya, kecuali dengan
izinnya (suaminy). Dan janganlah istri mengijinkan orang lain masuk rumah saat suaminya bersamanya,
kecuali dengan izinnya (suaminya).”

“Jika suami mengajak istrinya ke ranjang, tapi ia tidak menurutinya hingga suaminya marah, maka
para malaikat melaknatnya hingga pagi tiba “  (dalam riwayat lain, “hingga ia kembali
(menurutinya)” ).
(dalam riwayat lain, “hingga si suami merelakannya”).
“Seandainya aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, tentu aku sudah menyuruh
istri untuk sujud kepada suaminya.”
“Dan seorang istri tidak akan memenuhi hak Allah atasnya dengan sempurna, hingga ia memenuhi hak
suaminya dengan sempurna, hingga seandainya si suami meminta dirinya saat di pelana, maka ia tidak
(boleh) menolak ajakannya.”
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya ketika di dunia, kecuali istrinya dari kalangan bidadari (di
surga) mengatakan padanya, “Janganlah engkau menyakitinya, qootalakillah, karena suamimu itu
sebenarnya tamu, yang sebentar lagi meninggalkanmu untuk menemui kami”.

Anda mungkin juga menyukai