Anda di halaman 1dari 5

Definisi Penyakit-Penyakit Organ Pernapasan

Muhammad Rodhiyan Rijalul Wahid


26/ XI MIPA 2

1. Faringitis
Faringitis atau radang tenggorokan adalah kondisi dimana bagian belakang
tenggorokan (faring) mengalami peradangan sehingga penderita akan merasa sangat sakit
ketika menelan. Di Indonesia, istilah faringitis sering disebut dengan panas dalam. Hal ini
karena radang tenggorokan menyebabkan rasa sakit atau panas sehingga kesulitan saat makan
dan menelan. Disisi lain, radang tenggorokan menjadi salah satu gejala umum dari berbagai
penyakit berbeda, seperti flu, demam, demam kelenjar, dan masih banyak lagi. Namun,
kondisi ini dapat mereda tanpa obat dalam waktu kurang dari seminggu.
Faringitis dapat menyerang siapapun tanpa kenal usia dan jenis kelamin, termasuk
anak-anak, orang dewasa, hingga lansia. Namun, anak-anak berusia 5-15 tahun lebih sering
mengalami faringitis. Sedangkan, pada orang dewasa sebesar 10% radang tenggorokan
disebabkan oleh infeksi bakteri streptococcus. Tidak hanya bakteri, faringitis juga disebabkan
oleh infeksi virus, seperti influenza, rhinovirus, dan Epstein-Barr. Keduanya, virus dan
bakteri ini dapat menyebar dengan mudah melalui udara.
2. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Pneumonia
bisa menimbulkan gejala yang ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umumnya dialami
penderita pneumonia adalah batuk berdahak, demam, dan sesak napas.
Pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru basah. Pada kondisi ini, infeksi
menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua
paru-paru. Akibatnya, alveoli bisa dipenuhi cairan atau nanah sehingga menyebabkan
penderitanya sulit bernapas.
Pneumonia bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. SARS-CoV- 2
yang menyebabkan COVID-19 adalah salah satu jenis virus yang bisa menyebabkan
pneumonia. Pneumonia akibat COVID-19 bisa menyebabkan komplikasi berbahaya, salah
satunya adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS). Pneumonia terkadang juga bisa
muncul beserta penyakit paru-paru lain, misalnya TB paru.
3. Emfisema
Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada alveolus,
yaitu kantong udara kecil pada paru-paru. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya sesak
atau sulit bernapas.
Alveolus berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida ketika
bernapas. Pada penderita emfisema, alveolus mengalami kerusakan dan pecah, sehingga
terbentuk satu kantong udara besar.
emfisema, gejala, penyebab, cara mencegah, cara mengobati, alodokter
Terbentuknya kantong udara tersebut mengakibatkan luas area permukaan paru-paru
menjadi berkurang dan kadar oksigen yang mencapai aliran darah pun menurun.
Selain itu, rusaknya alveolus juga akan mengganggu proses keluarnya udara berisi
karbon dioksida dari paru-paru. Akibatnya, paru-paru bisa membesar secara perlahan karena
udara terperangkap dan menumpuk di dalam kantong udara.
Emfisema adalah salah satu jenis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang umum
terjadi. Penyakit jenis ini akan berkembang menjadi lebih parah seiring berjalannya waktu.
Penanganan emfisema dapat memperlambat perkembangan penyakit tersebut, tetapi tidak
bisa memulihkan alveolus yang rusak.
4. Asma
Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak
akibat peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Asma dapat diderita oleh semua
golongan usia, baik muda maupun tua.
Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif dibandingkan orang
normal. Ketika paru-paru terpapar pemicu asma, maka otot-otot di saluran pernapasan akan
kaku sehingga membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, produksi dahak juga
meningkat. Kombinasi dari kondisi tersebut membuat penderita mengalami gejala asma
5. Difteri
Difteri adalah infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan. Meski tidak selalu
menimbulkan gejala, penyakit ini biasanya ditandai oleh munculnya selaput abu-abu yang
melapisi tenggorokan dan amandel.
Bila tidak ditangani, bakteri difteri bisa mengeluarkan racun yang dapat merusak
sejumlah organ, seperti jantung, ginjal, atau otak. Difteri tergolong penyakit menular
berbahaya dan berpotensi mengancam jiwa, namun bisa dicegah melalui imunisasi.
Di Indonesia, pemberian vaksin difteri dikombinasikan dengan pertusis (batuk rejan)
dan tetanus, atau disebut juga dengan imunisasi DPT.
Difteri disebabkan oleh bakteri bernama Corynebacterium diphtheria, yang dapat
menyebar dari orang ke orang.
Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air
liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi melalui
benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita, seperti gelas atau sendok.
6. Asfiksi
Asfiksia adalah kondisi ketika kadar oksigen di dalam tubuh berkurang. Kondisi ini
bisa mengakibatkan penurunan kesadaran dan bahkan mengancam nyawa penderitanya.
Asfiksia dapat disebabkan oleh berbagai hal dan umumnya bersifat darurat sehingga
penanganan perlu segera dilakukan.
Saat menarik napas, oksigen dari udara akan masuk ke paru-paru melalui hidung dan
mulut. Selanjutnya, oksigen masuk ke dalam pembuluh darah kecil atau kapiler dan dibawa
oleh sel darah merah menuju jantung untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Apabila
proses ini terganggu, terjadilah kondisi yang disebut asfiksia.
Saat terkena asfiksia, seseorang akan mengalami sesak napas atau kesulitan untuk
menarik maupun mengembuskan napas. Kondisi ini kemudian membuat tubuh penderitanya
mengalami kekurangan oksigen.
Sementara itu, karbon dioksida, sebagai salah satu limbah sisa metabolisme, juga
tidak dapat dikeluarkan dari tubuh. Kedua kondisi tersebut merupakan hal yang berbahaya
dan berpotensi mengancam nyawa penderitanya apabila tidak segera ditangani langsung oleh
dokter.
7. TBC
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat
kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang
berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan
darah.
Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang,
usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC,
ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang
kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.
8. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan. Akibatnya, sel
dan jaringan yang ada di seluruh bagian tubuh tidak dapat berfungsi dengan normal. Hipoksia
merupakan kondisi yang perlu diwaspadai karena jika dibiarkan, kondisi ini bisa
menyebabkan kematian jaringan.
Nomalnya, oksigen yang diperoleh melalui kegiatan bernapas akan diangkut oleh
darah dari paru-paru menuju ke jantung. Jantung selanjutnya akan memompa darah yang
kaya oksigen ke seluruh sel tubuh melalui pembuluh darah. Hipoksia terjadi saat oksigen
tidak sampai ke sel dan jaringan. Akibatnya kadar oksigen di jaringan akan turun yang diikuti
dengan kemunculan keluhan dan gejala.
Hipoxia tidak sama dengan hipoksemia. Hipoksemia adalah kondisi saat kadar
oksigen di dalam darah rendah. Kondisi hipoksemia bisa berlanjut menjadi hipoksia.
9. Asidosis
Asidosis adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi.
Kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, misalnya napas pendek, linglung, atau sakit
kepala.
Normalnya, pH darah di dalam darah adalah sekitar 7,4. Asidosis terjadi saat pH
darah kurang dari 7,35 (asam). Hal ini berkebalikan dengan kondisi alkalosis yang terjadi saat
pH darah lebih dari 7,45 (basa). Perubahan pH ini akan sangat memengaruhi fungsi dan kerja
berbagai organ tubuh.
Asidosis terjadi saat keseimbangan asam-basa di dalam tubuh terganggu, sehingga
kadar asam menjadi sangat tinggi. Ada 3 mekanisme yang menyebabkan munculnya asidosis,
yaitu produksi asam yang berlebihan, pengeluaran asam yang terganggu, dan proses
keseimbangan asam-basa di dalam tubuh yang tidak normal. Hal-hal ini akan menyebabkan
terjadinya penumpukan asam di dalam tubuh.
10. Sianosis
Sianosis adalah kondisi ketika jari tangan, kuku, dan bibir tampak berwarna kebiruan
karena kurangnya oksigen dalam darah. Sianosis umumnya disebabkan oleh suatu kondisi
atau penyakit yang memerlukan penanganan segera dari dokter.
Salah satu penyebab tubuh mengalami sianosis adalah paparan suhu dingin yang
membuat suhu tubuh menurun atau hipotermia. Udara dingin bisa membuat pembuluh darah
dalam tubuh menyempit, sehingga kadar oksigen yang dialirkan ke seluruh tubuh menjadi
berkurang (hipoksia).
Selain paparan suhu yang terlalu dingin, sianosis juga bisa disebabkan oleh masalah
kesehatan atau penyakit tertentu. Sianosis ini dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada
bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir, sianosis bisa menyebabkan bibirnya menjadi hitam.
Pada bayi baru lahir, sianosis bisa disebabkan oleh penyakit jantung bawaan atau
asfiksia akibat cedera leher atau kepala saat proses persalinan atau tersedak mekonium.
11. Bronkitis
Bronkitis adalah iritasi atau peradangan di dinding saluran bronkus, yaitu pipa yang
menyalurkan udara dari tenggorokan ke paru-paru. Bronkitis bisa terjadi dalam hitungan hari,
minggu, bahkan bulan.
Bronkitis biasanya ditandai dengan batuk, yang terkadang disertai dengan keluarnya
dahak atau lendir akibat iritasi pada dinding bronkus. Bronkitis yang memburuk dan tidak
ditangani berisiko menyebabkan pneumonia, yang ditandai dengan nyeri dada, demam, dan
penurunan kesadaran.
12. Sinusitis
Sinusitis adalah peradangan di lapisan sinus, yang umumnya ditandai dengan pilek,
hidung tersumbat, dan nyeri di area wajah. Kondisi ini bisa berlangsung dalam hitungan
minggu, bulan, atau bahkan tahun.
Sinus merupakan rongga kecil yang saling terhubung melalui saluran udara di dalam
tulang tengkorak. Rongga kecil ini terletak di bagian belakang tulang dahi (frontal), bagian
dalam struktur tulang pipi (maxillary), kedua sisi batang hidung (ethmoidal), dan belakang
mata (sphenoidalis).
Sinus menghasilkan lendir yang berfungsi untuk menyaring dan membersihkan
bakteri atau partikel lain dalam udara yang dihirup. Sinus juga berfungsi untuk membantu
mengendalikan suhu dan kelembapan udara yang dihirup.
13. Rhinitis
Rhinitis merupakan radang dan iritasi yang terjadi di membran mukosa di dalam
hidung. Penyakit rhinitis dapat terbagi menjadi dua, yaitu rhinitis alergi dan rhinitis non-
alergi. Rhinitis alergi disebabkan oleh alergi dari debu, kelupasan kulit hewan tertentu dan
terkena serbuk sari. Sedangkan rhinitis nonalergi, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.
14. Pleuritis
Pleurisy atau pleuritis adalah peradangan pada selaput pembungkus organ paru-paru
atau pleura. Kondisi ini menyebabkan penderitanya merasakan nyeri dada yang menusuk,
terutama ketika bernapas.
Pleura adalah selaput tipis yang menyelimuti paru-paru dan dinding dada bagian
dalam. Pleura terdiri dari dua lapis. Kedua lapisan ini berperan menjaga paru-paru agar tidak
bergesekan dengan dinding rongga dada. Di antara kedua lapisan paru ini, terdapat cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas dan membantu mengurangi gesekan saat bernapas.
Saat terjadi peradangan, pleura akan membengkak dan menyebabkan gangguan
pernapasan. Radang pleura atau pleuritis lebih rentan dialami oleh perokok.
15. Laringitis
Laryngitis atau penyakit laringitis adalah peradangan yang terjadi pada laring, yaitu
bagian dari saluran pernapasan di mana pita suara berada. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
penggunaan laring yang berlebihan, iritasi, atau infeksi.
Laringitis biasanya ditandai dengan gejala berupa sakit tenggorokan, batuk, demam,
suara serak, atau bahkan kehilangan suara. Pada anak-anak, karena struktur saluran
pernapasannya lebih kecil, dapat terjadi kesulitan bernapas. Namun, hal tersebut jarang
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai