Anda di halaman 1dari 11

Gangguan pada Sistem Pernapasan Manusia

Kelompok 4

Ahmad Haris
Balqis Moza
Farras Aryantaqi

SMP NEGERI 1 GENTENG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur kita panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan ridho nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang "Gangguan pada Sistem
Pernapasan Manusia".

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam, selain itu juga untuk memberikan info mengenai Gangguan pada Sistem
Pernapasan Manusia kepada pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan, kemampuan dan
pengalaman penulis. Saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis untuk memperbaiki
penulisan selanjutnya.

Wassalmualaikum wr.wb

Banyuwangi, 13 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
Penyakit pada Sistem Pernapasan Manusia
1. Asma
2. Bronkitis
3. Tuberkulosis
4. Pneumonia
5. Asfiksia
6. Adenoid
7. Emfisema
8. Difteri

iii
Gangguan pada Sistem Pernapasan Manusia

1. Asma

Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak akibat
peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Asma dapat diderita oleh semua
golongan usia, baik muda maupun tua.

Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif dibandingkan orang
normal. Ketika paru-paru terpapar pemicu asma, maka otot-otot di saluran pernapasan
akan kaku sehingga membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, produksi dahak
juga meningkat. Kombinasi dari kondisi tersebut membuat penderita mengalami gejala
asma.

Asma biasanya dapat ditangani dengan inhaler penyelamatan untuk mengobati gejala dan
pengendali inhaler yang mencegah gejala. Kasus yang parah mungkin membutuhkan
inhaler yang berefek lebih lama yang menjaga saluran udara terbuka, serta steroid oral.

2. Bronkitis
1
Bronkitis adalah iritasi atau peradangan di dinding saluran bronkus, yaitu pipa yang
menyalurkan udara dari tenggorokan ke paru-paru. Bronkitis bisa terjadi dalam hitungan
hari, minggu, bahkan bulan. Bronkitis biasanya ditandai dengan batuk, yang terkadang
disertai dengan keluarnya dahak atau lendir akibat iritasi pada dinding bronkus.
Bronkitis yang memburuk dan tidak ditangani berisiko menyebabkan pneumonia.

Penanganan bronkitis tergantung keparahan dan kondisi pasien. Pada bronkitis akut
ringan, gejala umumnya mereda dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Namun,
dokter dapat meresepkan obat untuk meredakan gejala seperti parasetamol atau
ibuprofen. Obat antitusif atau ekspektoran untuk meredakan batuk, seperti codeine,
dextromethorphan, guaifenesin, dan erdosteine. Sedangkan untuk mengatasi bronkitis
berat, dokter akan meresepkan obat-obatan lain yang meliputi antibiotik, kortiosteroid,
dan bronkodilator. Pasien juga dapat melakukan upaya mandiri untuk meredakan gejala.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah: Minum air putih 8–12 gelas per hari,
beristirahat yang cukup, menghirup uap air hangat, untuk meredakan batuk dan
mengencerkan lendir di saluran pernapasan agar lebih mudah dibuang, menghindari asap
rokok dan tidak merokok, memakai masker saat beraktivitas di luar rumah, untuk
menghindari paparan zat berbahaya.

3. Tuberkulosis (TBC)

2
Tuberkulosis (TBC) atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri M.
tuberculosis. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ
tubuh lain, seperti kelenjar getah bening, ginjal, tulang belakang, dan otak. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak menyebabkan kematian.
Penyakit ini merupakan penyakit yang banyak menyerang negara-negara berkembang
degan tingkat sosioekonomi yang rendah. Kondisi-kondisi yang dapat menngkatkan
risiko terjangkitnya penyakit TBC meliputi kurangnya ventilasi udara dan cahaya.

Pengobatan TBC adalah dengan mengonsumsi obat kombinasi antibiotik sesuai dosis dan
anjuran dari dokter. Jenis obat yang diresepkan untuk mengatasi TBC antara
lain rifampicin, ethambutol, isoniazid, dan pirzinamid yang harus dikonsumsi paling
cepat 6 bulan dan harus diminum rutin untuk mencegah resistensi kuman.

TBC dapat dicegah dengan vaksin BCG. Pemberian vaksin ini disarankan sebelum bayi
berusia 2 bulan. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan
orang yang sedang sakit dan memakai masker saat berada di tempat ramai.

4. Pneumonia

3
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Pneumonia bisa
menimbulkan gejala yang ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umumnya dialami
penderita pneumonia adalah batuk berdahak, demam, dan sesak napas.

Pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru basah. Pada kondisi ini, infeksi
menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua
paru-paru. Akibatnya, alveoli bisa dipenuhi cairan atau nanah sehingga menyebabkan
penderitanya sulit bernapas.

Pengobatan pneumonia akan disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan dari
kondisi yang dialami. Pneumonia akibat infeksi bakteri akan ditangani dengan pemberian
antibiotik. Selain itu, dokter juga dapat memberikan beberapa obat pneumonia lainnya
untuk meredakan gejala yang muncul, seperti obat batuk, obat penurun demam, atau obat
pereda nyeri.

5. Asfiksi

4
Asfiksi adalah gangguan pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh jaringan akibat
tenggelam, pneumonia, tersendak makanan keracunan CO. Dilansir Encyclopaedia
Britannica asfiksi merupakan kegagalan atau proses pernapasan yang disebabkan oleh
kekurangan oksigen di otak. Asfiksi bisa disebabkan oleh cidera atau terhambatnya jalur
pernapasan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dengan cepat dan efesien dengan
Cardiopulmonary resuscitation (CPR).

Pengobatan harus segera dilakukan jika Asfiksia parah sebab bisa menyebabkan
kematian. Yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi Asfiksia adalah membebaskan
jalan nafas atau saluran pernafasan di saluran pernafasan yang hanya bisa dilakukan oleh
dokter.

6. Adenoid

5
Penyakit itu terjadi adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar
limfa dan pembengkakan di tekak (amandel).

Adenoid bagian dari sistem limfati, seperti amandel yang bertugas untuk membersihkan
infeksi dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.

Adenoid biasanya membesar di awal masa kecil. Infeksi pada anak-anak dapat
menyebabkan pembengkakan dan peradangan kelenjar gondok dan bisa membesar
permanen.

Jika adenoid membesar akan menghambat pernapasan melalui hidung dan menganggu
saluran sinus.

Pengobatan adenoiditis dilakukan dengan cara terapi awal dengan menggunakan


antibiotik atau anti-virus untuk membunuh virus atau bakteri. Terapi pembedahan untuk
mengangkat adenoid (adenoidektomi) mungkin akan disarankan pada beberapa keadaan.

7. Emfisema

6
Emfisema adalah menggelumbungnya paru-paru akibat perluasan alveolus berlebihan.
Akibatnya permukaan yang tersedia untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara
yang dihurup dan darah yang melintas paru-paru berkurang.

Gejala emfisema biasanya sesak napas, batuk. Jika menderita emfisema berat akan
kesulitan bernapas. Itu menyebabkan penurunan asupan oksigen.

Emfisema tidak bisa diobati sepenuhnya. Namun, beberapa penanganan dapat meredakan
gejala, memperlampat perkembangan penyakit, dan meningkatkan kemampuan pasien
untuk dapat beraktivitas dengan normal.

8. Difteri

7
Difteri merupakan penyumbatan faring atau laring oleh lendir akibat infeksi bakteri
Corynebacterium diphteriae. Biasanya di saluran pernapasan atas, dan gejala yang lebih
umum akibat penyebaran bakteri toksin ke seluurh tubuh. Difteri merupakan penyakit
menular disebagian besar dunia hingga akhir abad ke-19.

Gejala-gejala disteri biasanya, demam, kelelehan, kedinginan, dan sakit tenggorokan


ringan. Difteri dapat dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu pemberian vaksin difteri yang
dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis). Imunisasi DPT
termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini
dilakukan pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta pada usia 5 tahun.

Guna memberikan perlindungan yang optimal, vaksin sejenis DPT (Tdap atau Td) akan
diberikan pada rentang usia 10-12 tahun dan 18 tahun. Khusus untuk vaksin Td,
pemberian dilakukan setiap 10 tahun.

Anda mungkin juga menyukai