Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

Dosen Pengampu : Adelina Khristiani Rahayu, M.Si

oleh :

Adi Hadiana (D1A220081)


Kelas : A18B

Program Studi Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

Universitas Al Ghifari Bandung

2022
Apa yang terjadi jika dalam tubuh kita kekurangan oksigen ?

Hal yang akan terjadi jika tubuh kita kekurangan oksigen adalah resiko terjadinya
Hipoksia. Hipoksia adalah kondisi rendahnya kadar oksigen di dalam sel-sel tubuh.
Akibatnya, sel-sel di seluruh bagian tubuh tidak dapat berfungsi dengan normal. Hipoksia
perlu diwaspadai, karena jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan kematian jaringan dan
kerusakan organ tubuh. Nomalnya, oksigen yang diperoleh dari proses bernapas akan
diangkut oleh darah dari paru-paru menuju ke jantung. Selanjutnya, jantung akan memompa
darah yang kaya oksigen ke seluruh sel tubuh melalui pembuluh darah. Hipoksia terjadi saat
oksigen tidak sampai ke sel-sel yang ada di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan kadar
oksigen di dalam organ tubuh menurun dan diikuti dengan kemunculan berbagai keluhan dan
gejala. Meski terdengar serupa, hipoksia tidak sama dengan hipoksemia. Hipoksemia adalah
kondisi ketika kadar oksigen di dalam darah rendah. Kondisi hipoksemia bisa berlanjut
menjadi hipoksia.

Penyebab Hipoksia

Hipoksia dapat disebabkan oleh beragam kondisi. Berikut ini adalah penyakit dan kondisi
medis yang dapat menyebabkan hipoksia:

1. Penyakit paru-paru, seperti bronkitis, PPOK, hipertensi pulmonal, edema paru,


emfisema, pneumonia, pneumothorax, kanker paru, dan COVID-19
2. Penyakit jantung, seperti bradikardia, ventrikel fibrilasi, gagal jantung kongestif, atau
penyakit jantung koroner
3. Kelainan darah, seperti anemia atau methemoglobinemia
4. Infeksi yang menyebabkan sepsis
5. Keracunan, seperti keracunan sianida atau keracunan CO (karbon monoksida)
6. Cedera yang menyebabkan perdarahan dalam jumlah banyak
7. Penggunaan obat, seperti fentanyl atau obat bius
8. Penyakit akibat ketinggian atau altitude sickness
9. Kekurangan oksigen akibat terjebak di kebakaran, berada di tempat dengan suhu
dingin, atau tenggelam

Tipe-Tipe Hipoksia

Berdasarkan penyebab kurangnya oksigen di tubuh, hipoksia dapat dibagi menjadi beberapa
tipe, yaitu:

1. Hipoksia hiposik (hipoksemia hipoksia), yang disebabkan oleh kurangnya oksigen


dalam darah akibat gangguan pada saluran pernapasan
2. Hipoksia histotoksik, yang terjadi ketika sel tubuh tidak dapat menggunakan oksigen
yang tersedia, salah satunya akibat keracunan sianida
3. Hipoksia metabolik, yang terjadi ketika oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh
lebih banyak daripada biasanya, salah satunya akibat sepsis
4. Hipoksia stagnan, yang disebabkan oleh kurangnya pasokan darah, misalnya karena
syok akibat perdarahan
5. Hipoksia anemik,yang disebabkan oleh kurangnya kadar hemoglobin dalam sel darah
merah, salah satunya akibat anemia
Selain penyebab dan tipe-tipe di atas, ada beberapa kondisi yang dapat membuat seseorang
lebih berisiko mengalami hipoksia, yaitu hipotensi, asma, dan ALS.

Gejala Hipoksia

Setiap penderita hipoksia dapat mengalami gejala yang berbeda. Gejala tersebut bisa muncul
tiba-tiba dan memburuk dengan cepat (akut) atau berkembang secara perlahan (kronis).

Berikut ini adalah beberapa gejala hipoksia yang umum terjadi:


1. Napas menjadi cepat
2. Sesak napas
3. Sakit kepala
4. Pandangan kabur
5. Detak jantung menjadi cepat atau menjadi lamban
6. Kulit, kuku, dan bibir berwarna kebiruan (sianosis) atau justru berwarna merah gelap
seperti ceri
7. Lemas
8. Linglung
9. Hilang kesadaran
10. Keringat berlebih
11. Batuk
12. Sulit bicara

PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN KELAINAN RESPIRASI

1. EMFISEMA

Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada alveolus,
yaitu kantong udara kecil pada paru-paru. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya sesak
atau sulit bernapas. Alveolus berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon
dioksida ketika bernapas. Pada penderita emfisema, alveolus mengalami kerusakan dan
pecah, sehingga terbentuk satu kantong udara besar. Terbentuknya kantong udara tersebut
mengakibatkan luas area permukaan paru-paru menjadi berkurang dan kadar oksigen yang
mencapai aliran darah pun menurun.
Selain itu, rusaknya alveolus juga akan mengganggu proses keluarnya udara berisi karbon
dioksida dari paru-paru. Akibatnya, paru-paru bisa membesar secara perlahan karena udara
terperangkap dan menumpuk di dalam kantong udara.
Emfisema adalah salah satu jenis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang umum
terjadi. Penyakit jenis ini akan berkembang menjadi lebih parah seiring berjalannya waktu.
Penanganan emfisema dapat memperlambat perkembangan penyakit tersebut, tetapi tidak
bisa memulihkan alveolus yang rusak.

Penyebab Emfisema

Penyebab utama terjadinya emfisema adalah paparan jangka panjang zat yang dapat
mengiritasi paru-paru, seperti:
1. Asap rokok
2. Polusi udara
3. Asap atau debu bahan kimia dari lingkungan
Meski jarang terjadi, emfisema juga dapat disebabkan oleh kelainan genetik, yaitu defisiensi
alfa-1 antitripsin. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan protein alfa-1 antitripsin, yaitu protein
yang berfungsi untuk melindungi jaringan elastis pada paru-paru.

Faktor risiko emfisema

Emfisema dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, beberapa kondisi di bawah ini dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita emfisema:

1. Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok pasif)
2. Menetap atau bekerja di lingkungan yang mudah terpapar polusi udara, seperti
lingkungan pabrik atau industri
3. Berusia 40 tahun ke atas
4. Memiliki riwayat defisiensi alfa-1 antitripsin atau penyakit paru obstruktif (PPOK)
dalam keluarga

Gejala Emfisema

Pada tahap awal, biasanya emfisema tidak menimbulkan gejala khusus. Akan tetapi,
emfisema berkembang secara perlahan dan dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, ketika
kerusakan menjadi semakin parah.

Berikut ini adalah beberapa gejala yang umum dialami penderita emfisema:

1. Sesak napas, terutama saat beraktivitas


2. Batuk yang terus-menerus dan mengeluarkan dahak
3. Mengi
4. Sesak atau nyeri di dada

Jika emfisema sudah semakin parah, gejala yang dapat ditimbulkan, yaitu:

1. Penurunan nafsu makan yang mengakibatkan berat badan berkurang


2. Infeksi paru-paru yang berulang
3. Mudah lelah
4. Sakit kepala di pagi hari
5. Jantung berdebar
6. Bibir dan kuku menjadi biru
7. Pembengkakan pada kaki
8. Kesulitan dalam berhubungan seks
9. Gangguan tidur
10. Depresi

2. ASMA

Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak akibat
peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Asma dapat diderita oleh semua golongan
usia, baik muda maupun tua. Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif
dibandingkan orang normal. Ketika paru-paru terpapar pemicu asma, maka otot-otot di
saluran pernapasan akan kaku sehingga membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu,
produksi dahak juga meningkat. Kombinasi dari kondisi tersebut membuat penderita
mengalami gejala asma.

Penyebab dan Gejala Asma

Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa hal yang kerap menjadi
pemicu asma, yaitu:

1. Asap rokok
2. Debu
3. Bulu hewan
4. Udara dingin
5. Infeksi virus
6. Paparan zat kimia

Sejumlah pemicu tersebut dapat menimbulkan keluhan pada penderita asma, seperti sulit
bernapas, batuk, mengi, dan rasa nyeri atau sesak di dada.

Patofisiologi

Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada saluran napas yang
kemudian dapat meningkatkan kontraksi otot polos.di sekeliling saluran napas. Hal ini,
bersama dengan faktor lain menyebabkan penyempitan saluran napas sehingga menimbulkan
gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran napas biasanya dapat pulih dengan atau
tanpa pemberian terapi. Adakalanya saluran napas itu sendiri yang berubah. Biasanya
terjadinya perubahan di saluran napas, termasuk meningkatnya eosinofil dan penebalan
lamina retikularis. Dalam jangka waktu lama, otot polos saluran napas bisa bertambah
ukurannya bersamaan dengan bertambahnya jumlah kelenjar lendir.Jenis sel lain yang terlibat
yaitu: Limfosit T, makrofag, dan neutrofil. Kemungkinan ada juga keterkaitan komponen lain
sistem imun yaitu: antara lain sitokin, kemokin, histamin, and leukotrien.

3. LARINGITIS

Laryngitis atau laringitis adalah peradangan yang terjadi pada laring, yaitu bagian dari
saluran pernapasan tempat pita suara berada. Kondisi ini dapat disebabkan oleh iritasi,
infeksi, atau penggunaan laring yang berlebihan. Laringitis biasanya ditandai dengan sakit
tenggorokan, batuk, demam, suara serak, bahkan kehilangan suara. Pada anak-anak, laringitis
dapat menyebabkan kesulitan bernapas, karena struktur saluran pernapasan anak-anak lebih
kecil. Namun, hal tersebut jarang terjadi.
Penyebab Laringitis

Laringitis dibagi menjadi dua jenis, yaitu laringitis akut dan laringitis kronis, yang masing-
masingnya disebabkan oleh kondisi berbeda. Berikut adalah penjelasannya:

a. Laringitis akut

Laringitis akut adalah jenis laringitis yang berlangsung selama beberapa hari sampai minggu.
Pada sebagian kasus, laringitis akut bahkan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Biasanya, kondisi ini akan membaik setelah penyebabnya ditangani.

Beberapa penyebab laringitis akut adalah:

1. Cedera pita suara


2. Cedera pita suara dapat disebabkan oleh penggunaan pita suara yang berlebihan
ketika berbicara, bernyanyi, berteriak, atau
3. Infeksi virus
Virus penyebab infeksi yang menyebabkan laringitis akut biasanya sama dengan jenis
virus penyebab infeksi saluran pernapasan
4. Infeksi bakteri
Salah satu jenis bakteri penyebab laringitis akut adalah bakteri penyebab difteri.

b. Laringitis kronis

Laringitis disebut kronis jika berlangsung lebih dari 3 minggu. Umumnya, laringitis jenis ini
terjadi akibat adanya paparan dari penyebab secara terus-menerus dalam waktu yang lama.
Penyebab dari laringitis kronis adalah:

1. Perubahan bentuk pita suara karena faktor usia


2. Kebiasaan merokok
3. Kecanduan alkohol
4. Kebiasaan menggunakan suara secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama,
seperti yang biasa dilakukan oleh penyanyi atau pemandu sorak
5. Sering terpapar bahan yang dapat menyebabkan iritasi atau reaksi alergi, seperti bahan
kimia, debu, dan asap
6. Infeksi jamur, biasanya terjadi pada penderita asma yang menggunakan obat
kortikosteroid hirup jangka panjang
7. Kelumpuhan pita suara akibat cedera atau penyakit tertentu, seperti stroke.
8. Penyakit refluks gastroesofageal (GERD).

Seseorang dengan daya tahan tubuh lemah lebih berisiko menderita laringitis. Misalnya,
penderita HIV/AIDS, pasien yang sedang menjalani kemoterapi, atau orang yang
menggunakan obat-obatan kortikosteroid jangka panjang.

Gejala Laringitis

Laringitis bisa ditandai dengan gejala ringan dan sementara (akut), hingga gejala yang lebih
serius dan berlangsung lebih lama (kronis). Gejala yang biasa terjadi pada penderita laringitis
meliputi:
1. Rasa tidak nyaman pada tenggorokan
2. Tenggorokan kering
3. Sakit tenggorokan
4. Batuk
5. Demam
6. Suara menjadi serak atau bahkan hilang

Penderita laringitis juga dapat mengalami peradangan di hidung, tenggorokan, atau amandel.
Gejala yang bisa muncul adalah sakit kepala, pilek, lemas dan pegal linu, dan pembengkakan
kelenjar getah bening.

Anda mungkin juga menyukai