oleh :
2022
Apa yang terjadi jika dalam tubuh kita kekurangan oksigen ?
Hal yang akan terjadi jika tubuh kita kekurangan oksigen adalah resiko terjadinya
Hipoksia. Hipoksia adalah kondisi rendahnya kadar oksigen di dalam sel-sel tubuh.
Akibatnya, sel-sel di seluruh bagian tubuh tidak dapat berfungsi dengan normal. Hipoksia
perlu diwaspadai, karena jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan kematian jaringan dan
kerusakan organ tubuh. Nomalnya, oksigen yang diperoleh dari proses bernapas akan
diangkut oleh darah dari paru-paru menuju ke jantung. Selanjutnya, jantung akan memompa
darah yang kaya oksigen ke seluruh sel tubuh melalui pembuluh darah. Hipoksia terjadi saat
oksigen tidak sampai ke sel-sel yang ada di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan kadar
oksigen di dalam organ tubuh menurun dan diikuti dengan kemunculan berbagai keluhan dan
gejala. Meski terdengar serupa, hipoksia tidak sama dengan hipoksemia. Hipoksemia adalah
kondisi ketika kadar oksigen di dalam darah rendah. Kondisi hipoksemia bisa berlanjut
menjadi hipoksia.
Penyebab Hipoksia
Hipoksia dapat disebabkan oleh beragam kondisi. Berikut ini adalah penyakit dan kondisi
medis yang dapat menyebabkan hipoksia:
Tipe-Tipe Hipoksia
Berdasarkan penyebab kurangnya oksigen di tubuh, hipoksia dapat dibagi menjadi beberapa
tipe, yaitu:
Gejala Hipoksia
Setiap penderita hipoksia dapat mengalami gejala yang berbeda. Gejala tersebut bisa muncul
tiba-tiba dan memburuk dengan cepat (akut) atau berkembang secara perlahan (kronis).
1. EMFISEMA
Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada alveolus,
yaitu kantong udara kecil pada paru-paru. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya sesak
atau sulit bernapas. Alveolus berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon
dioksida ketika bernapas. Pada penderita emfisema, alveolus mengalami kerusakan dan
pecah, sehingga terbentuk satu kantong udara besar. Terbentuknya kantong udara tersebut
mengakibatkan luas area permukaan paru-paru menjadi berkurang dan kadar oksigen yang
mencapai aliran darah pun menurun.
Selain itu, rusaknya alveolus juga akan mengganggu proses keluarnya udara berisi karbon
dioksida dari paru-paru. Akibatnya, paru-paru bisa membesar secara perlahan karena udara
terperangkap dan menumpuk di dalam kantong udara.
Emfisema adalah salah satu jenis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang umum
terjadi. Penyakit jenis ini akan berkembang menjadi lebih parah seiring berjalannya waktu.
Penanganan emfisema dapat memperlambat perkembangan penyakit tersebut, tetapi tidak
bisa memulihkan alveolus yang rusak.
Penyebab Emfisema
Penyebab utama terjadinya emfisema adalah paparan jangka panjang zat yang dapat
mengiritasi paru-paru, seperti:
1. Asap rokok
2. Polusi udara
3. Asap atau debu bahan kimia dari lingkungan
Meski jarang terjadi, emfisema juga dapat disebabkan oleh kelainan genetik, yaitu defisiensi
alfa-1 antitripsin. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan protein alfa-1 antitripsin, yaitu protein
yang berfungsi untuk melindungi jaringan elastis pada paru-paru.
Emfisema dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, beberapa kondisi di bawah ini dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita emfisema:
1. Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok pasif)
2. Menetap atau bekerja di lingkungan yang mudah terpapar polusi udara, seperti
lingkungan pabrik atau industri
3. Berusia 40 tahun ke atas
4. Memiliki riwayat defisiensi alfa-1 antitripsin atau penyakit paru obstruktif (PPOK)
dalam keluarga
Gejala Emfisema
Pada tahap awal, biasanya emfisema tidak menimbulkan gejala khusus. Akan tetapi,
emfisema berkembang secara perlahan dan dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, ketika
kerusakan menjadi semakin parah.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang umum dialami penderita emfisema:
Jika emfisema sudah semakin parah, gejala yang dapat ditimbulkan, yaitu:
2. ASMA
Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak akibat
peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Asma dapat diderita oleh semua golongan
usia, baik muda maupun tua. Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif
dibandingkan orang normal. Ketika paru-paru terpapar pemicu asma, maka otot-otot di
saluran pernapasan akan kaku sehingga membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu,
produksi dahak juga meningkat. Kombinasi dari kondisi tersebut membuat penderita
mengalami gejala asma.
Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa hal yang kerap menjadi
pemicu asma, yaitu:
1. Asap rokok
2. Debu
3. Bulu hewan
4. Udara dingin
5. Infeksi virus
6. Paparan zat kimia
Sejumlah pemicu tersebut dapat menimbulkan keluhan pada penderita asma, seperti sulit
bernapas, batuk, mengi, dan rasa nyeri atau sesak di dada.
Patofisiologi
Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada saluran napas yang
kemudian dapat meningkatkan kontraksi otot polos.di sekeliling saluran napas. Hal ini,
bersama dengan faktor lain menyebabkan penyempitan saluran napas sehingga menimbulkan
gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran napas biasanya dapat pulih dengan atau
tanpa pemberian terapi. Adakalanya saluran napas itu sendiri yang berubah. Biasanya
terjadinya perubahan di saluran napas, termasuk meningkatnya eosinofil dan penebalan
lamina retikularis. Dalam jangka waktu lama, otot polos saluran napas bisa bertambah
ukurannya bersamaan dengan bertambahnya jumlah kelenjar lendir.Jenis sel lain yang terlibat
yaitu: Limfosit T, makrofag, dan neutrofil. Kemungkinan ada juga keterkaitan komponen lain
sistem imun yaitu: antara lain sitokin, kemokin, histamin, and leukotrien.
3. LARINGITIS
Laryngitis atau laringitis adalah peradangan yang terjadi pada laring, yaitu bagian dari
saluran pernapasan tempat pita suara berada. Kondisi ini dapat disebabkan oleh iritasi,
infeksi, atau penggunaan laring yang berlebihan. Laringitis biasanya ditandai dengan sakit
tenggorokan, batuk, demam, suara serak, bahkan kehilangan suara. Pada anak-anak, laringitis
dapat menyebabkan kesulitan bernapas, karena struktur saluran pernapasan anak-anak lebih
kecil. Namun, hal tersebut jarang terjadi.
Penyebab Laringitis
Laringitis dibagi menjadi dua jenis, yaitu laringitis akut dan laringitis kronis, yang masing-
masingnya disebabkan oleh kondisi berbeda. Berikut adalah penjelasannya:
a. Laringitis akut
Laringitis akut adalah jenis laringitis yang berlangsung selama beberapa hari sampai minggu.
Pada sebagian kasus, laringitis akut bahkan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Biasanya, kondisi ini akan membaik setelah penyebabnya ditangani.
b. Laringitis kronis
Laringitis disebut kronis jika berlangsung lebih dari 3 minggu. Umumnya, laringitis jenis ini
terjadi akibat adanya paparan dari penyebab secara terus-menerus dalam waktu yang lama.
Penyebab dari laringitis kronis adalah:
Seseorang dengan daya tahan tubuh lemah lebih berisiko menderita laringitis. Misalnya,
penderita HIV/AIDS, pasien yang sedang menjalani kemoterapi, atau orang yang
menggunakan obat-obatan kortikosteroid jangka panjang.
Gejala Laringitis
Laringitis bisa ditandai dengan gejala ringan dan sementara (akut), hingga gejala yang lebih
serius dan berlangsung lebih lama (kronis). Gejala yang biasa terjadi pada penderita laringitis
meliputi:
1. Rasa tidak nyaman pada tenggorokan
2. Tenggorokan kering
3. Sakit tenggorokan
4. Batuk
5. Demam
6. Suara menjadi serak atau bahkan hilang
Penderita laringitis juga dapat mengalami peradangan di hidung, tenggorokan, atau amandel.
Gejala yang bisa muncul adalah sakit kepala, pilek, lemas dan pegal linu, dan pembengkakan
kelenjar getah bening.