Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR

MANUSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI

Disusun Oleh :
Nama : Kurnilam Nur Ciptaningsih
NIM : P1337420616016

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN


SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KESEHATAN
SEMARANG TA 2016/2017
A. KONSEP DASAR TENTANG GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI

1. Pengertian
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O 2 ruangan setiap kali bernafas.
Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan oksigen. (EGC,2010)
Pemenuhan kebutuhan Oksigenisasi adalah bagian dari kebutuhan fisiologis
(Hurarki Maslow). Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan, oksigen
sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh, kebutuhan oksigen dalam tubuh
harus dipenuhi karena apabila kebutuhan dalam tubuh berkurang, maka terjadi
kerusakan pada jaringan otak. (EGC,2010)
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan
mengalami hypoxia(oksigenasi yang tidak adekuat pada jaringan) dan akan terjadi
kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang menghalangi
masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat
berfungsi normal kembali. (EGC,2010)
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat
dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan Nasal kanul, Masker dan
Kateter nasal.
Nilai-Nilai Normal Pernafasan

Parameter Nilai
normal
Tidal Volume (TV) 500 cc
Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml
Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml
Volume Residu 1200 ml
Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml
Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml
Kapasitas Vital 4600 ml
Kapasitas Total Paru 5800 ml

2. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma
bronchial, meliputi :
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut
contoh: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
c. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
d. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu
diberi nasgehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
e. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
f. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
(EGC, 2004)

3. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih
berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi karena peningkatan tekanan
dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus
sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma
akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest. (EGC,2010)

4. Perubahan Fungsi Pernafasan


a. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena:
1. Kecemasan
2. Infeksi / sepsis
3. Keracunan obat-obatan
4. Kertidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik
Selain itu ada tanda-tanda dan gejala hiperventilasi, meliputi :
1. Takikardia
2. Napas pendek
3. Nyeri dada (chest pain)
4. Menurunnya konsentrasi
5. Disorientasi
6. Tinnitus.
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup,
biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah :
1. nyeri kepala
2. penurunan kesadaran
3. disorientasi
4. kardiakdistritma
5. ketidakseimbangan elektrolit
6. kejang
7. kardiak arrest.

c. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat disebabkan oleh :
1. Menurunya hemoglobin
2. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
3. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida
4. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia
5. Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
6. Kerusakan / gangguan ventilasi

5. Tanda dan Gejala


a. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjoladalah :
- Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
- Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
- Whezing belum ada
- Belum ada kelainan bentuk thorak
- Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan yang meliputi :
- Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
- Whezing
- Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
- Penurunan tekanan parsial O2

b. Stadium Lanjut/Kronik
- Batuk, ronchi
- Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
- Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
- Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
- Thorak seperti barel chest
- Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
- Sianosis
- BGA Pa O2 kurang dari 80%
- Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

Adapun Tanda dan Gejala yang lain :


1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop
2. Batuk produktif, sering pada malam hari
3. Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang
4. Sesak napas
5. Sesak dada
6. Batuk berlebihan atau batuk yang membuat terjaga di malam hari
(EGC,2004)
6. Klasifikasi

Klarifikasi gangguan kebutuhan oksigen terbagi menjadi beberapa tingkat,


yaitu :

a. Tingkat I :

1. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
2. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.

b. Tingkat II :

1. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
2. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

c. Tingkat III :

1. Tanpa keluhan.
2. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.
3. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali

d. Tingkat IV :

1. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.


2. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan

nafas (EGC,2010)
B. PATHWAY GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI

C. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Masalah keperawatan yang pernah dialami :
- Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
- Pernah mengalami batuk dengan sputum.
- Pernah mengalami nyeri dada.
- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
b. Riwayat penyakit pernapasan
- Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?
- Bagaimana frekuensi setiap kejadian?
c. Riwayat kardiovaskuler
- Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll)
atau peredaran darah.
d. Gaya hidup
-Merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
(EGC, 2005)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
- konjungtiva pucat (karena anemia)
- konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
- konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
b. Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
- Edema.
- Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
- Sianosis
- Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
- membrane mukosa sianosis
- bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
- pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
- adanya distensi / bendungan.
g. Dada
- retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas
pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
- pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernapasan)
- Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
- Sara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural
friction)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)

D. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
a. Gangguan batuk
b. Penurunan tingkat kesadaran
2. Gangguan pertukaran gas b.d
a. Penurunan ekspansi paru
b. Adanya sekresi paru
c. Pemasukan oksigen yang tidak adekuat
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d
a. Imobilitas
b. Depresi ventilasi akibat penggunaan narkotik
c. Kerusakan neuromuskular
d. Obstruksi jalan napas
4. Penurunan curah jantung b.d
a. Peningkatan beban kerja ventrikel.
b. Irama jantung yang tidak teratur
c. Denyut jantung yang cepat
5. Gangguan pertukaran gas b.d
a. Ketidakseimbangan perfusi ventilasi
b. Perubahan membran kapiler alveolar
(EGC, 2005)
E. RENCANA KEPERAWATAN
 Tujuan intervensi : mengembalikan pola pernafasan pasien yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Kriteria hasil :

- Klien dapat bernafas dengan baik dengan jeda waktu yang stabil (tidak sesak
nafas).
- Klien melaporkan perasaan segar (lebih nyaman) saat terpasangnya oksigen.
- Klien tampak segar dengan bantuan oksigen.

 Intervensi :
- Kaji tanda-tanda vital, sianosis, status pernafasan dan status mental.
Rasional : agar dapat memantau perkembangan pernafasan pasien.
- Kaji toleransi aktivitas : mulainya nafas pendek , nyeri, palpitasi dan pusing.

Rasional : agar dapat mempermudah penanganan pertolongan pertama yang


diberikan.

- Monitor denyut jantung irama, nadi dan efektifitas pemberian oksigen..


Rasional : agar dapat memantau perkembangan kebutuhan pernafasan pasien.
- Monitor status mental : gelisah dan cemas.
Rasional : kegelisahan dan kecemasan dapat meningkatkan ketidak stabilan
pernafasan (sesak nafas).
- Atur posisi tidur sesuai kondidi kllien.
Rasional : dengan posisi semi fowler – fowler dapat meringankan sesak nafas.
- Hindari Valsafa manuver : mengejan, bersin, menahan bowel, menahan
BAB/BAK.
Rasional : valsafa mannuver dapat menyebabkan pemberhentian nafas sebentar
dan dapat mengakibatkan sesak nafas.
- Memberikan informasi meliputi pembatasan aktifitas, perubahan diagnosa
kepada klien dan keluhannya.
Rasional : agar dapat memonitori tingkat kebutuhan oksigen yang dibutuhkan.
- Kolaborasi : medis (untuk pemberian terapi antiaritiarimia, nitrogliserin,
vasodilator, anti koagula, terapi cairan dan oksigenasi) sosial pastoral ahli gizi.

(EGC, 2005)

F. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi terhadap kebutuhan oksigenasi dapat dinilai dari :
1. Gambaran ECG normal
2. Tidak ada edema paru, perifer acites, distensi vena jugularis.
3. Dapat mentoleransi aktifitas, tidak ada kelelahan.
4. Pengukuran tanda-tanda vital normal.

(EGC, 2005)

G. REFERENSI
 Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia/ penulis, A. Aziz Alimul
HIdayat,Musrifutul Uliyah : editor, Monica Ester. – Jakarta : EGC, 2004
 Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011 / editor, T. Heather
Herdman ;alih bahasa, Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar ; editor edisi
bahasa Indonesia, Monica Ester. – Jakarta : EGC, 2010
 http://raninursing.blogspot.com/
 Potter, Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahasa, Renata Komalasari..
(et al) ; editor edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester, Devi Yulianti, Intan
Parulian. –Ed.4.- Jakarta: EGC,2005

Anda mungkin juga menyukai