Anda di halaman 1dari 4

A

Penanganan
Darurat

Bencana
NonAlam

STANDAR SISTEM
PENANGANAN
DARURAT
BENCANA
NON-ALAM
BAB 5 STANDAR SISTEM PENANGANAN DARURAT BENCANA NON-ALAM
Hal

S
Sistem penanggulangan kedaruratan bencana didasarkan pada pengaturan
upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
pengurangan jumlah kerugian dan korban serta penanganan pengungsi secara
terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh pada saat terjadinya bencana.
Dengan demikian, optimalnya penyelenggaraan penanganan darurat bergantung pada
tindakan-tindakan efektif yang dilakukan untuk mengatasi masa krisis dan masa tanggap
darurat. Pada masa krisis, respon mandiri masyarakat perlu dibangun agar mampu
meningkatkan kemungkinan jiwa selamat pada saat terjadi bencana. Sementara pada
operasi tanggap darurat bencana, diperlukan suatu mekanisme dan prosedur agar
tercipta kesatuan tindak dalam penanganan darurat bencana.

STATUS TRANSISI
KEDARURATAN DARURAT

S A B C D E

PENANGANAN PENANGANAN
AWAL KRISIS PEMULIHAN

Tahapan Penanggulangan Kedaruratan Bencana. (Grafik | YPRB)

Sebagaimana terlihat pada gambar diatas, Mengacu kepada tahapan


tahapan pada sistem penanggulangan penanggulangan kedaruratan bencana,
kedaruratan bencana di Indonesia dimulai baseline penanggulangan krisis kesehatan,
dari dimulai pada saat terdeteksinya gejala serta memperhatikan hasil temuan
kejadian bencana melalui aktivasi penanganan pandemi Covid-19 dari
peringatan dini dan penangananawal pada beberapa negara, didapatkan beberapa
masa krisis, penetapan status kedaruratan, rekomendasi untuk penyempurnaan
penanganan kedaruratan, hingga sistem penanggulangan kedaruratan
pengelolaan proses transisi dari operasi bencana non alam di Indonesia, khususnya
tanggap darurat ke proses pemulihan pandemi Covid-19 sebagaimana terlihat
(rehabiltasi dan rekonstruksi). pada gambar dibawah ini.
BAB 5 STANDAR SISTEM PENANGANAN DARURAT BENCANA NON-ALAM
Hal

REKOMENDASI HARMONISASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KE DALAM


PENANGGULANGAN KEDARURATAN BENCANA

MEMASTIKAN PENYELENG-
PROGRAM GARAAN SISTEM
KESEHATAN KEWASPADAAN
BERJALAN DINI
DENGAN KLB
TERPENUHINYA
STANDAR MINIMAL
PELAYANAN RESPON AWAL
KESEHATAN PERINGATAN
PROTOKOL UPAYA PENANGGULANGAN DINI
IHR & GHSA WABAH

KEKARANTINAAN KESEHATAN TERTENTU

PENANGANAN
PENETAPAN KKM
AWAL

PENYELENGGARAAN KEKARANTINAAN KESEHATAN

PENETAPAN
KEDARURATAN
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

PENANGGULANGAN KRISIS TURUNAN

PENANGANAN
DARURAT
TRANSISI DARURAT KE PEMULIHAN BENCANA

KETERANGAN: PEMULIHAN
PEMBARUAN SISTEM
TRANSISI
DARURAT
KE PEMULIHAN

PREVENTIF DETEKSIDINI PENANGANAN PROMOTE PROTECT PEMULIHAN

Rekomendasi harmonisasi sistem penanggulangan krisis kesehatan kedalam penanggulangan kedaruratan bencana (Grafik | YPRB).

Rekomendasi penyempurnaan sistem dengan memperhitungkan klasifikasi sumber


penanganan darurat bencana non-alam wabah dari sisi karaterisitik kebaruan wabah
(pandemi) dimulai dengan kepada maupun dari sisi pintu masuknya wabah.
pengembangan orientasi pencegahan dan Dengan mempertimbangkan penyesuaian pada
promosi kesehatan serta mengakomodir bentuk klasifikasi sumber wabah, maka penting
penerapan karantina kesehatan tertentu pada untuk memberikan kemungkinan-kemungkinan
tahap operasi respon awal. Penanganan dilakukannya karantina kesehatan sebagai
Pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran upaya pemutusan rantai penyebaran secara
betapa perlunya melakukan perkuatan cepat pada tahap operasi respon awal.
terhadap sistem kewaspadaan dini pandemi
BAB 5 STANDAR SISTEM PENANGANAN DARURAT BENCANA NON-ALAM
Hal

Berdasarkan temuan penanganan Covid- Penyelenggaraan krisis kesehatan di


19 dari berbagai negara, perspektif Indonesia didasari kepada 3 (tiga) jenis
penyelenggaraan karantina kesehatan Undang-undang yang saling berkaitan.
sebagai bagian dari penanganan awal Ketiga aturan perundangan tersebut perlu
pandemi merupakan salah satu faktor dilakukan harmonisasi agar terdapat
yang mampu menekan laju penularan persepsi yang sama dalam
virus di masa-masa awal pandemi. penanggulangan kedaruratan yang terjadi.
Karantina kesehatan yang dilakukan pada Regulasi terkait Kedaruratan Kesehatan
tahap penanganan awal pandemi mungkin Masyarakat yang belum secara jelas
tidak harus dipandang sebagai karantina menyentuh tentang pembentukan SKPDB
total, namun lebih kepada mengakibatkan proses integrasi KKM
penyelenggaraan karantina kesehatan kedalam PDB menjadi tidak optimal
tertentu dengan fokus penekanan kepada sehingga mempengaruhi pola dan
pembatasan di wilayah terdampak awal komando dalam penanganan kedaruratan
dan pintu masuk negara. bencana.

Penyempurnaan pada sistem Disamping itu, penanggulangan krisis


kekarantinaan kesehatan juga perlu turunan secara keseluruhan belum
memberikan ruang untuk penerapan tersentuh di dalam sistem
karantina kesehatan pada saat status penanggulanngan krisis kesehatan di
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) Indonesia. Padahal kejadian pandemi
telah berganti menjadi Penanganan berpotensi untuk meninggalkan dampak
Darurat Bencana (PDB). Pada sistem krisis turunan pada sektor-sektor strategis.
kekarantinaan kesehatan di Indonesia saat Oleh karena itu perlu mengintegrasikan
ini, karantina baru dapat dilakukan jika upaya penanggulangan krisis turunan
status KKM telah ditetapkan. Sementara sebagai bagian dari penanggulangan krisis
untuk mendukung efektivitas penanganan kesehatan, sehingga menjadi suatu
darurat bencana, karantina kesehatan kesatuan utuh dalam payung sistem
perlu untuk tetap dilakukan pada saat nasional penanggulangan kedaruratan non
status KKM telah berganti menjadi menjadi alam. Lingkup sistem penanggulangan
PDB. krisis kesehatan sebaiknya juga
dikembangkan kepada pengelolaan
Disamping itu, sistem penanggulangan adaptasi-adaptasi yang dibutuhkan untuk
krisis kesehatan saat ini di Indonesia transisi darurat ke pemulihan serta
cenderung berorientasi pada tindakan memberikan kerangka untuk memulai
pengobatan korban. Namun demikian hal proses pemulihan secara menyeluruh.
tersebut belum dirasa cukup dalam
penanganan suatu pandemi. Oleh karena
itu sistem penanggulangan krisis
kesehatan perlu diperkuat agar tidak
hanya berorientasi kepada upaya
pengobatan, namun juga berorientasi pada
upaya pencegahan, peningkatan
pengetahuan, dan perlindungan.
Pengembangan vaksin dan anti virus perlu
diberikan ruang dan didorong agar
menjadi salah satu orientasi prioritas
dalam penanggulangan krisis kesehatan di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai