Anda di halaman 1dari 9

RANCANG BANGUN ALAT DISPLACEMENT BEARING DAN COUPLE

DENGAN SISTEM HIDROLIK

Wawan Juliyanto
Program Studi Teknik Mesin-Politeknik Gajah Tunggal

Keywords : Abstract :
Scissor lift
The process of repairing or replacing a damaged bearing or couple takes a
couple
long time due to the position of the components that are inside so they are
bearing
required to disassemble other components. In addition, the time needed to
Hydraulic
prepare the necessary tools such as trackers, hydraulic pumps, and other
tools takes time too. The design of the displacement bearing and couple tool
was successfully made by assembling several components needed in the
manufacture of the tool. The main component materials needed in the
manufacture of tools are UNP canal iron 80x45x4mm, Hollow iron
60x30x4mm, L iron 50x50x5mm, iron plate thicknesses of 30mm, 35mm and
8mm. The tool has dimensions of 900 mm long and 600 mm wide with the tool
height can be adjusted to the existing workplace conditions thanks to the
scissor lift..
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses perbaikan atau penggantian bearing atau Berdasarkan table 1 dapat dilihat bahwa down time
couple yang rusak membutuhkan waktu yang cukup yang terjadi pada setiap mesin melebihi 1440 menit (1
lama dikarenakan posisi komponen yang berada hari) yang mana hal tersebut akan mengakibatkan
didalam sehingga diharuskan untuk membongkar terhambatnya produksi yang diakibatkan oleh down
komponen-komponen lainnya. Selain itu waktu yang time yang lama. Oleh karena itu Berdasarkan masalah
di perlukan dalam mempersiapkan alat-alat yang tersebut maka penulis akan membuat alat Pelepas dan
diperlukan seperti tracker, pompa hidrolik, dan alat pemasang bearing dan Couple untuk untuk
bantu lainnya itu memperlukan waktu juga. Berikut memperpendek waktu perbaikan mesin.
adalah data waktu kerusakan Gearbox yang terjadi 1.1 2. Tujuan Kajian
selama tahun 2021.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai
Tabel. I Data Kerusakan Gearbox yang
berikut:
terjadi selama tahun 2021
1. Rancang bangun alat Displacement Couple dan
bearing.
2. Menganalisa kekuatan material yang ada pada
rangka alat Displacement Couple dan bearing.
3. Menganalisa sistem hidrolik yang akan dipakai
pada saat proses Displacement bearing dan
Couple.

3. Rumusan Masalah
Setelah melakukan observasi di Plant mixing ketika
proses maintenance Gearbox maka rumusan
masalahnya yaitu proses pelepasan dan pemasangan
bearing yang lama dan hal tersebut mengakibatkan
down time yang cukup lama sehingga mengakibatkan
terhambatnya proses produksi, hal tersebut
dikarenakan alat-alat yang digunakan untuk proses
pelepasan atau pemasangan masih terpisah-pisah dan
hal tersebut menyebabkan proses maintenance
menjadi kurang efisien.

4. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana rancang desain alat Displacement
Couple dan bearing?
(Sumber: Hasil Kajian Penulis, 2022)
2. Bagaimana Analisa rangka yang akan dipakai pada

1
alat Displacement Couple dan bearing? Ervini Perancangan Alat Penelitian ini
3. Bagaimana menganalisa sistem hidrolik yang Meladiyani, Pengangkat Sistem mengkaji tentang
dipakai pada alat Displacement Couple dan Bayu Permana, Hidrolik perancangan serta
bearing? Marsudi, Tipe H Pada Analisa kekuatan
Ahmad Zayadi Tempat Pencucian dari silinder yang
5. Batasan Masalah (2018) Mobil Dengan harus dipakai di
Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini antara Kapasitas Excavator
lain: Maximum 2.5 Ton komatsu pc 200-
1. Perancangan alat dikhususkan untuk spesifikasi 8MO
ukuran maksimal bearing dan Couple diameter 40 2. Rancang Bangun
cm. Langkah yang dilakukan pertama kali saat
2. Penelitian hanya berada di ruang mengembangkan suatu sistem yaitu perancangan.
lingkup Couple dan bearing. Perancangan memiliki definisi berupa proses
3. Penelitian tidak membahas anggaran implementasi berbagai teori serta teknik yang
yang dibutuhkan dalam proses memiliki maksud untuk mendefinisikan suatu sistem
pembuatan alat secara detail dengan memperbolehkan realisasi fisik
4. Penelitian tidak membahas tentang life sistem tersebut. Sementara itu, bangun sistem
time alat merupakan proses membangun suatu sistem
berdasarkan spesifikasi desain yang telah ditentukan.
6. Manfaat Tugas Akhir Sehingga dapat diartikan bahwa rancang bangun
1. Mengurangi waktu perbaikan ketika sedang adalah proses mengubah hasil analisis untuk
melakukan perbaikan mesin. menciptakan suatu sistem ataupun mengubah sistem
2. Mengurangi kerugian perusahaan akibat waktu yang selama ini digunakan (Syukroni, 2017).
perbaikan mesin yang berkurang. 3. Tegangan Tarik Sambungan Las Fillet tunggal
3. Proses maintenance yang menjadi lebih dan double
mudah. Metode pengelasan pfillet sejajar ini yang dirancang
TINJAUAN PUSTAKA untuk kekuatan tarik, seperti pada gambar dibawah :

1. Studi Pustaka
Tabel II. Studi Pustaka
Nama Judul Hasil Kajian Gambar I . Sambungan las fillet tunggal dan double
Penulis, (Sumber: (Khurmi & Gupta, 2005))
Tahun Sambungan las fillet melintang terdapat dua jenis
M. Andi Studi Experimental Mengetahui teori yaitu single transverse fillet dan double transverse
Kurniawan, Sambungan Baut tentang fillet. Perbedaannya terdapat pada titik pengelasan.
Farkhurrohma dan Sambungan sambungan baut Gambar dibawah menunjukan skema dan dimensi
n (2010) Las pada Rangka dan las sehingga bagiain sambungan las.
Batang dapat memahami
perhitungan apa
saja yang
diperlukan untuk
menganalisis
sambungan baut
dan las seperti
tegangan ijin, Gambar II . Skema dan dimensi bagian sambungan
tegangan tarik, las
tegangan geser, (Sumber: (Khurmi & Gupta,2005))
faktor keamanan, Berdasarkan gambar diatas jaarak ketebalan atau
tebal minimum throat (t) adalah jarak yang paling kecil. Sehingga
pengelasan, dan didapatkan rumus sebagai berikut (Khurmi, 2005)
nilai faktor A=tx1 (1)
keamanan. A = t x sin450 x s x l
A = t x 0,707 x s x 1
Kekuatan tarik pada sambungan las dengan metode
las fillet ganda (double fillet weld) adalah sebagai
b`erikut (Khurmi, 2005)
P = 2 x 0,707 x s x 1 x 𝜎𝑡 (2)

2
4. Tegangan Tarik Sambungan Las Fillet sejajar D1 = Diameter dalam(mm),
Pada metode pengelesan ini dirancang untuk kekuatan k = Ulir metris,
tarik seperti terlihat pada gambar dibawah ini p = Jarak bagi,
(Khurmi, 2005) : z = Jumlah ulir.
Dalam perencanaan sambungan mur baut diperlukan
hitungan tegangan tarik yang
terjadi pada setiap baut (Sularso, 1991):
4×𝑊
𝜏𝑔 = (8)
𝜋 × 𝑑12 × 𝑛
Dimana:
Gambar III. Sambungan las fillet sejajar τg = Tegangan geser (𝑁/𝑚𝑚2)
(Sumber: (Khurmi & Gupta)) W = Beban(kg),
Apabila 𝜏 adalah tegangan geser ijin untuk proses d1 = Diameter dalam ulir halus(mm),
pengelasan logam, sehingga kekuatan tarik untuk n = Jumlah baut.
metode pengellasan fillet tunggal (single fillet weld) 6. Perhitungan Ulir Daya.
adalah sebagai berikut (khurmi, 2005) Gaya gaya yang di terima ulir trapesium.
P = Throat x All Shear Stress (3) Gaya normal pada ulir Kita tahu bahwa ada reaksi
P = 0,707 x s x1 x 𝜏 normal (RN) jika ulir berputar adalah RN = W cos α
Kekuatan geser sambungan tegangan ijin di mana α adalah sudut heliks. Tetapi jika benang
ntuk metode pengelasan fillet ganda (double fillet Acme atau trapesium, reaksi normal antara sekrup
weld) adalah sebagai berikut (Khurmi, 2005) dan mur meningkat karena komponen aksial dari
P = 2 x 0,707 x s x 1 (4) reaksi normal ini harus sama dengan beban aksial
P = 1,414 x s x 1 x 𝜏 (W)(khurmi,2005) 10
5. Perhitungan Sambungan Ulir
Dalam perencanaan sambungan mur baut pada
diperlukan hitungan diameter dalam ulir baut halus
(Sularso, 1991):

(5)
Dimana:
d1 = Diameter dalam ulir halus, Gambar IV gaya normal ulir(khurmi,2005)
W = Beban, Dengan , 2β = Sudut ulir trapezium , dan β = setengah
σα = Tegangan geser (𝑁/𝑚𝑚2). sudut ulir trapezium untuk benang trapesium, 2β = 30
Dalam perencanaan sambungan mur baut diperlukan °.(khurmi,2005)
hitungan tegangan tarik pada sehingga RN = W/ cos β dan gaya geseknya (µ1)
baut (Sularso, 1991):
Dimana:
(9)
(khurmi,2005)
dengan :
(6) Koefisien gesek ulir = µ = tan φ
στ = Tegangan Tarik(𝑁/𝑚𝑚2), Koefisien gesek ulir trapesium = μ1= tan φ1
W = Beban(kg), 2β =Sudut ulir trapezium
d1 = Diameter dalam ulir halus (mm). RN = gaya normal
Dalam perencanaan sambungan mur baut diperlukan W = beban aksial
hitungan jumlah ulir (Sularso,1991) Karna koefisien gesekan µ1= µ / cos β maka ulir
𝑊
𝑧 trapesium dianggap sama dengan ulir segi empat,
𝜋×𝐷2×𝐻1×𝜏𝛼
Dimana: sehingga semua persamaan ulir segi empat juga
z = Jumlah ulir, berlaku untuk ulir trapesium. Dalam kasus ulir
D2 = Diameter luar(mm), trapesium, μ1 (yaitu tan φ1) dapat diganti
H1 = Tinggi, menggantikan koefisien gesek μ (yaitu tan φ). Jadi
𝜏𝛼 = Tegangan permukaan (𝑁/𝑚𝑚2). daya untuk ulir trapezium.
Dalam perencanaan sambungan mur baut diperlukan (khurmi,2005) menjadi:
hitungan tegangan geser ulir
pada mur (Sularso, 1991): (10)
𝑊
𝜏𝑔 = (7)
𝜋 × 𝐷1 × 𝑘 × 𝑝 × 𝑧
Dimana:
τg = Tegangan geser (𝑁/𝑚𝑚2)

3
(khurmi,2005) n = tinggi mur / pitch = h / p
Dengan: tebal ulir (t) = pitch / 2 =p / 2
l = lengan(mm). Dengan :
T = torsi. W = Beban aksial pada sekrup,
P = gaya angkat. n = Jumlah ulir aktif,
P1 = gaya putar. dc = Diameter inti atau akar sekrup(mm),
φ1= sudut gesekan virtual. do = Diameter luar
Tegangan pada ulir daya. t = Tebal atau lebar ulir
Sekrup daya harus memiliki kekuatan yang memadai Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2) pada bahan
untuk menahan beban aksial dan torsi yang diberikan. dapat diperoleh dengan berbagai cara. Di dalam
Berikut jenis tekanan yang diinduksi dalam sekrup. sularso Fs dihitung atas dasar batas kelelahan puntir
Tegangan langsung atau tegangan tekan akibat beban yang 14 besarnya diambil 40% dari batas kelelahan
aksial. tarik yang besarnya kira- kira 45% dari kekuatan tarik
Tegangan langsung akibat beban aksial dapat Tt (kg/mm2 ). Jadi batas kelelahan puntir adalah l8%
ditentukan dengan membagi beban aksial (W) dengan dari kekuatan tarik sesuai dengan standar ASME. (Ir.
luas penampang melintang minimum dari sekrup (Ac) Sularso, 2004)
yang sesuai dengan diameter minor (dc). sehingga
Tegangan langsung (tarik atau tekan). (khurmi,2005) METODOLOGI PENELITIAN
menjadi: Alur Penelitian
Alur pada penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat
pada flow chart di bawah ini :
(11)
σc = Stres disebabkan karena beban W.
Mulai
Ac =luas penampang melintang minimum dari sekrup
Tegangan geser Observasi

Ulir mengalami momen puntir, jadi ulir menerima


tegangan geser. Tegangan geser Ini diperoleh dengan Identifikasi Masalah

mempertimbangkan penampang sekrup minimum


(Ac). Jadi torsi rumus dapat di rumuskan Menentukan Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data

dengan(khurmi,2005) Studi Pustaka Studi Lapangan

Menentukan TujuanData
Pengumpulan Penelitian

(12)
Sehingga tegangan geser menjadi: Perancangan Alat Displacement bearing dan couple dengan sistem hidrolik

(13) Pembuatan Alat Displacement bearing atau couple dengan sistem hidrolik

Tegangan geser maksimal


Bila ulir terkena tekanan langsung dan tegangan geser Uji Kinerja Tidak
Penggunaan Alat
torsi, maka perancangan harus didasarkan pada teori Terhadap
Pelepasan dan
tegangan geser maksimum, yang menurutnya Pemasangan
BearingYadan
tegangan geser maksimum pada bagian diameter Couple
Analisa dan Pembahasan

minor(khurmi,2005)
Selesai

(14)
Gambar V. Alur Penelitian
Tegangan geser akibat beban aksial.
Tegangan geser ulir terdapat pada diameter inti 1. Observasi
bautdan mur pada diameter mayor ,sehigga ulir yang Tahap awal yang dilakukan oleh peneliti adalah
meluncur memiliki beban aksial. Dengan asumsi melakukan pengamatan secara langsung di PT. XYZ.
bahwa beban didistribusikan secara merata di atas ulir Disini peneliti menemukan sebuah masalah terkait
yang dalam kontak.sehingga tegangan geser dapat di pelepasan dan pemasangan bearing dan Couple yang
rumuskan sebagai berikut(khurmi,2005). terjadi selama proses maintenance Gearbox, karena
1. Tegangam geser baut hal ini mengakibatkan down time yang cukup lama
sehingga proses produksi terhambat.

(15) 2. Identifikasi Masalah


2. Tegangan geser mur (𝑁/𝑚𝑚2 ) Pada tahap ini peneliti akan melakukan identifikasi
masalah yang terdapat pada Departemen Engineering
di Plant MCG, yaitu ketika proses maintenance
Gearbox masalahnya yaitu proses pelepasan dan
(16) pemasangan bearing dan Couple yang lama sehingga

4
mengakibatkan down time yang cukup lama pada pada alat ini. Hal tersebut harus tepat supaya pada saat
mesin sehingga mengakibatkan terhambatnya proses proses pemasangan atau pelepasan bisa berjalan
produksi. Hal ini disebabkan oleh berat Couple yang dengan baik.
cukup besar serta metode pelepasan dan pemasangan 8. Rancang Bangun Alat Displacement Bearing dan
yang masih kurang efektif karena alat nya yang cukup Couple Dengan Sistem Hidrolik
banyak serta sulit juga ketika ingin mencarinya. Setelah mempersiapkan alat dan bahan yang akan
3. Menentukan Tujuan Penelitian digunakan untuk membuat alat Displacement bearing
Tahap ini peneliti telah menentukan tujuan yang dan Couple. Selanjutnya peneliti akan membuat alat
digunakan untuk menangani masalah terkait pelepasan Displacement bearing dan Couple.
dan pemasangan bearing atau Couple, yaitu dengan 9. Analisa dan Pembahasan
membuat sebuah alat Displacement bearing dan Tahap ini yaitu tahap menganalisa membahas serta
Couple yang akan menggunakan sistem hidrolik untuk melakukan evaluasi data yang diambil dari pengujian
proses pelepasan dan pemasangannya. alat Displacement bearing dan Couple. Apakah
4. Studi Lapangan penelitian tersebut berhasil sesuai tujuan yang
Tahap ini peneliti melakukan studi langsung ke diinginkan ataukah ada yang perlu ditambahkan.
lapangan. Peneliti melakukan studi di MCG 16 karena Setelah dilakukannya sebuah evaluasi peneliti
mesin tersebut sedang ada maintenance Gearbox yang membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dimana Couple pada motor penggerak Gearbox dibuat oleh peneliti, seluruh data dan kegiatan yang
dilepas. Disini peneliti melakukan observasi terhadap telah didapat dalam penelitian ini disimpulkan dan
proses pelepasan tersebut. Sehingga peneliti bisa diambil poin-poin yang penting
menentukan hal yang harus dilakukan untuk selama dalam penelitian. Dari hasil kesimpulan
mengatasi masalah terkait pelepasan dan pemasangan tersebut memberikan sebuah hasil
bearing atau Couple. dari Analisa dan penelitian yang dapat menjawab
5. Studi Pustaka tujuan dari penelitian yang
Pada tahap ini peneliti mencari sumber-sumber sedang dilakukan.
peneletian terkait dengan rancang bangun dari alat
yang akan kami buat, simulasi terhadap rangka secara HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
keseluruhan untuk menganalisa kekuatan kerangka 1. perhitungan Massa Setiap Part
yang dibuat menggunakan software Solidwork, dan
perhitungan terhadap kekuatan hidrolik yang akan
dipakai ketika proses pelepasan dan pemasangan
Couple atau bearing.
6. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data
yang ada pada departemen engineering MCG. Data
yang dicari yaitu seputar data perbaikan mesin yang
berhubungan dengan pelepasan bearing atau Couple.
Dalam hal ini peneliti mendapat data kerusakan dari
Gearbox. Data yang diambil yaitu waktu kerusakan
mesin tersebut. Dengan hal tersebut guna langkah
Gambar VI . Komponen Alat Displacement Bearing
awal dalam menganalisa masalah tentang proses
dan Couple dengan Sistem Hidrolik
pelepasan dan pemasangan bearing atau Couple di
Sumber: (HasiL Kajian Penulis,2022)
MCG.
7. Perancangan Alat Displacement Bearing dan Pada perhitungan ini bertujuan untuk mencari tahu
Couple Dengan Sistem Hidrolik nilai berat setiap komponen, hal ini dilakukan untuk
Setelah semua data sudah terkumpul dan dianalisa. mempermudah perhitungan selanjutnya. Pada
Kemudian hasil Analisa perhitungan kali ini penulis menggunakan software
tersebut dapat menjadi sebuah konsep untuk menjadi solidwork 2019 untuk mengetahui massa setiap part.
bahan pertimbangan dalam
merancang desain alat Displacement bearing dan Perhitungan Massa Rangka Atas
Couple. Peneliti membuat rancangan desain alat
Displacement bearing dan Couple dengan
menggunakan sebuah aplikasi yaitu Solidwork. Bahan
pertimbangan yang ada dalam
merancang desain alat ini adalah kekuatan material
pada rangka alat ini, oleh karena itu harus
menggunakan dimensi yang tepat untuk mengatasi
masalah yang akan
terjadi. Selain itu bahan pertimbangan lainnya yaitu
Gambar VII Rangka Meja
tekanan hidrolik yang akan dipakai disistem hidrolik

5
(Sumber: Hasil Kajian,2022) 9 Plat ASTM 7850 1,17
Perhitungan Pada Solidwork 2019 dudukan A36
roda
10 Plat meja ASTM 7850 40,3
dudukan A36
rangka atas
Gambar VIII .Perhitungan pada solidwork 2019
(Sumber : Hasil kajian, 2022) 11 Mur screw BRASS 8500 0,388
adjuster
1) Perhitungan Massa Aktual ketinggian
Perhitungan berat benda/komponen dapat alat
dihitung berdasarkan volume dikali massa jenis benda.
12 Plat ASTM 7850 46,7
Jika material yang digunakan adalah ASTM A36 yang
penahan A36
memiliki massa jenis 7.850 kg/m3 dan volume benda
utama
adalah 17,658 x 10-3 m3, maka rumus perhitungan
berat setiap komponen alat menggunakan persamaan 5 13 Plat ASTM 7850 12,9
sebagai berikut : penahan A36
m=ρxv bearing dan
m = 7.850 kg/ m3 x 17,659 x 10-3 m3 couple
m = 138,623 kg 14 Rel adjuster ASTM 7850 15,07
Dari hasil perhitungan tersebut rangka meja jack A36
memiliki massa/berat sebesar 138,623 kg. hidrolik

Tabel III Fungsi Komponen Alat


Sumber: (HasiL Kajian Penulis,2022) 2. Perhitungan Sambungan Pengelasan
Elektroda : Tipe E6013 dengan nilai tegangan
Massa ultimate 60 ksi atau 413,685 N/mm2. Jenis
Berat
NO Komponen Material jenis(kg pembebanan yang terjadi shock load dengan factor of
(kg)
/m3) safety 12.
Tegangan izin shock load.
1 Rangka ASTM 7850 20,5 𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 𝑠hock 𝑙𝑜𝑎𝑑 = 𝜎𝑢𝑙𝑡
utama A36 FS
bawah
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 𝑠hock 𝑙𝑜𝑎𝑑 = 413,685 N/mm2
2 Roda RUBBER 1000 0,51 12
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 𝑠hock 𝑙𝑜𝑎𝑑 = 34,47 N/mm2
a. Pengelasan pada plat rel adjuster jack

3 Screw AISI 304 8000 2,55


adjuster
ketinggian
alat
4 Bearing ALLOY 7850 0,37
sleeding STEEL
scisoor lift

5 As dudukan SS41 7800 0,34 Gambar IX. Posisi las pada bagian rel adjuster jack
bearing hidrolik
sleeding Sumber : (Hasil kajian penulis, 2022)
scissor lift 1. Jenis pengelasan pada bagian plat rel adjuster
6 Rangka ASTM 7850 9,15 jack adalah fillet weld. diketahui plat panjang𝑙1 =
scissor lift A36 80𝑚𝑚, lebar 𝑙2 = 30 𝑚𝑚, ketebalan las (s) 14
mm, s = 14 mm (Lampiran 4) dan 𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 34,47
N/mm2. Untuk mendapatkan luas pengelasan
7 Engsel pada SS41 7800 0,2 menggunakan perhitungan persamaan 1 sebagai
scissor lift berikut :
A = 𝑡 x 𝑠𝑖𝑛450 x s x 𝑙
A = 30 𝑚𝑚 x 0,707 x 14 x 80 mm
8 Bearing ALLOY 7700 0,056 A = 23.755,2 mm2
engsel STEEL
scissor lift

6
2. Menghitung eban aktual yang terjadi di 𝑃 = τ 𝑖𝑧𝑖𝑛 × 𝐴
pengelasan adalah beban 𝑊plat adjuster = 𝑊(plat 𝑃 = 6,408 N/mm2× 23.755,2 mm 2
adjuster x 2) = 147,85 x 2 = 295,7 N 𝑃 = 152.223,32 N
Jadi beban maksimal yang dapat diterima oleh Berdasarkan hasil yang telah didapatkan bahwa beban
hasil pengelasan dapat dihitung menggunakan maksimal yang diijinkan pada sambungan las tersebut
persamaan 2 sebagai berikut. adalah sebesar 152.223,32 N, sedangkan beban actual
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 = 𝑃 yang diterima oleh sambungan las adalah sebesar
𝐴 262,43 N . Oleh karena itu dikarenakan besar dari Pijin
𝑃 = 𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 × 𝐴 > Pactual, maka dapat dinyatakan bahwa sambungan las
𝑃 = 34,47 N/mm2 × 23.755,2mm 2 sangat aman untuk menerima total beban maksimum.
𝑃 = 824.298,5 N c. Pengelasan pada plat penahan utama
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan bahwa beban
maksimal yang diijinkan pada sambungan las tersebut
adalah sebesar 824.298,5 N, sedangkan beban actual
yang diterima oleh sambungan las adalah sebesar
295,7 N . Oleh karena itu dikarenakan besar dari Pijin
> Pactual, maka dapat dinyatakan bahwa sambungan las
sangat aman untuk menerima total beban maksimum. Gambar XI. Posisi las pada bagian plat penahan utama
b. Pengelasan pada plat adjuster jack Sumber : (Hasil kajian penulis, 2022)
1. Jenis pengelasan pada bagian plat penahan utama
adalah fillet weld. diketahui plat panjang𝑙1 = 750
0𝑚𝑚, lebar 𝑙2 = 30 𝑚𝑚, ketebalan las (s) 14 mm,
s = 14mm(Lampiran 4) dan 51,71 N/mm2. Untuk
mendapatkan luas pengelasan menggunakan
perhitungan persamaan 1 sebagai berikut:
A = 𝑡 x 𝑠𝑖𝑛450 x s x 𝑙
A = 30 𝑚𝑚 x 0,707 x 14 x 750 mm
Gambar X. Posisi las pada bagian adjuster jack A = 222.705 mm2
hidrolik 2. Beban aktual yang terjadi di pengelasan adalah
Sumber : (Hasil kajian penulis, 2022) beban 𝑊plat adjuster = 𝑊(plat adjuster x 2 ) =
1. Jenis pengelasan pada plat adjuster jack adalah 415,37 X 2 = 830,74 N
fillet weld. diketahui plat panjang𝑙1 = 80 𝑚𝑚, 3. Jadi beban maksimal yang dapat diterima oleh
lebar 𝑙2 = 30 𝑚𝑚, ketebalan las (s) 14 mm, s = 14 hasil pengelasan dapat dihitung menggunakan
mm (Lampiran 4) dan = 34,47 N/mm2. Untuk persamaan 2 sebagai berikut
mendapatkan luas pengelasan menggunakan 𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 = 𝑃
perhitungan persamaan 1 sebagai berikut: 𝐴
A = 𝑡 x 𝑠𝑖𝑛450 x s x 𝑙 𝑃 = 𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 × 𝐴
A = 30 𝑚𝑚 x 0,707 x 14 x 80 mm 𝑃 = 34,47 N/mm2 × 222.705 mm 2
A = 23.755,2 mm2 𝑃 = 7.676.641,35N
2. Menghitung Tegangan Geser Ijin Perhitungan Berdasarkan hasil yang telah didapatkan bahwa beban
tegangan geser ijin menggunakan persamaan , maksimal yang diijinkan pada sambungan las tersebut
sebagai berikut : adalah sebesar 7.676.641,35N, sedangkan beban
τ = 0,18 σu τ actual yang diterima oleh sambungan las adalah
τ = 0,18 x 413,425 N/mm2 sebesar 830,74 N . Oleh karena itu dikarenakan besar
τ = 76,9 N/mm2 dari Pijin > Pactual, maka dapat dinyatakan bahwa
Mencari tegangan izin shock load. sambungan las sangat aman untuk menerima total
τ 𝑖𝑧𝑖𝑛 shock load = 𝜎𝑢𝑙𝑡 beban maksimum.
FS 3. Menghitung Kekuatan pada Ulir Adjuster
τ 𝑖𝑧𝑖𝑛 𝑠hock 𝑙𝑜𝑎𝑑 = 76,9 N/mm2
12
τ 𝑖𝑧𝑖𝑛 𝑠hock 𝑙𝑜𝑎𝑑 = 6,408 N/mm2
3. Beban aktual yang terjadi di pengelasan adalah
beban 𝑊plat adjuster = 𝑊(plat adjuster x 2 ) =
131,218 X 2 = 262,43 N
Gambar XII. Screw adjuster ketinggian alat
Jadi beban maksimal yang dapat diterima oleh
Sumber : (Hasil kajian penulis, 2022)
hasil pengelasan dapat dihitung menggunakan
Data pengukuran:
persamaan 2 sebagai berikut
Major diameter (d0) = 32 mm
τ 𝑖𝑧𝑖𝑛 = 𝑃
Minor diameter(dc) = 27 mm
A
Diameter rata-rata (d) = d0–(p/2) = 32 – (6/2)=29 mm

7
Pitch(p) = 6 mm 16x10.000
τ=
Kisar = tunggal 3,14(27)3
160.000
Tebal ulir (t) = pitch / 2 = 6 / 2 = 3 mm τ= 61.804,3
Panjang mur h = 40 mm
τ= 2,58 kg/mm2
Ulir aktif (n) = h / p = 40 / 6 = 6,6 ulir
Panjang lengan(l) = 200 mm Tegangan geser akibat beban aksial.
Gaya dorong lengan(P1) = 20 kg 1. Tegangan geser pada ulir
Gaya dorong total (Pt) = 40 kg Menghitung tegangan tegangan geser pada ulir akibat
Koef ulir trapezium (µ1) = μ = 0,12 beban aksial dapat menggunakan persamaan 15
Sudut ulir trapezium2β = 300 sebagai berikut:
 W 
τ(screw) =  
  .n.dc.t 
a. Kekuatan pada ulir.
Torsi yang terjadi:
T = Pt x l
T = 40 x 200 623,41
τ(screw) =( )
T = 8.000 kg.mm 3,14x8,3x27x3
Gaya yang di gunakan untuk menekan atau 623,41
τ(screw) =( )
mendorong menggunakan persamaan 10 sebagai 518,1
berikut: τ(screw) = 1,2 kg/mm2
d 2. Tegangan geser pada mur
T= Px Menghitung tegangan tegangan geser pada mur akibat
2 beban aksial dapat menggunakan persamaan 16
sebagai berikut:
10.000 = Px . 29
 W 
2 τ(nut) =  
10.000 = P x 14,5   .n.do.t 
P = 8.000 623,41
14,5 τ(nut) = ( )
3,14x6,6 x32x3
P = 551,72 kg τ(nut) = 0,31 kg/mm2
b. Beban aksial d. Tegangan tekan akibat gaya aksial
Beban maksimal yang dapat diterima oleh ulir dapat Menghitung Tegangan tekan akibat gaya aksial dapat
dihitung menggunakan persamaan 10 sebagai berikut menggunakan persamaan 11 sebagai berikut:
P = W tan (α + φ1
W 
 tan  + tan 1  σc =  
P = W    Ac 
 1 − tan  . tan 1 
 
p Ac =   (dc)2 = 0,785 x 729 = 572,265 mm2
tan  = 4
d 623,41
5 σc = ( )
tan  =
572,265
6 σc =1,08 kg/mm2
3,14 x19,5 e. Tegangan geser maksimum
3,14 X 29 Menghitung tegangan geser maksimum dapat
tan α = 0,065 menggunakan persamaan 14 sebagai berikut:
0,065+0,12
551,72 kg = W ( ) 1
1−(0,065x0,12) τ(max)= √(σc)2 + 4τ2
551,72 kg = W (
0,185
)
2
1−(0,791)
0,185 1
551,72 kg= W ( ) τ(max)=
0,209 √(1,08)2 + 4(2,58)2
551,72 kg = W 0,885 2
W =(
551,72kg
) 1
0,885 τ(max)= √1,17 + 26,63
W = 623,4 kg 2
c. Tegangan geser akibat gaya puntir/ torsi 1
τ(max)= √27,8
Menghitung tegangan geser akibat gaya puntir/ torsi 2
dapat menggunakan persamaan 13 sebagai berikut: τ(max)=0,5 x 5,27
16T τ(max) =2,63 kg/mm2
τ=
 (dc)3

8
4. Kekuatan Sambungan Baut KESIMPULAN
Baut Bahan baut yang digunakan dalam rancang 1. Rancang bangun alat displacement bearing dan
bangun alat displacement bearing dan couple ini couple berhasil dibuat dengan meng-assembly
berasal dari AISI 304 maka didapat tegangan tarik beberapa komponen yang dibutuhkan dalam
(𝜎𝑡) yaitu sebesar 505 𝑁/𝑚𝑚2. Factor of Safety yang
pembuatan alat. Material komponen utama yang
digunakan dalam perancangan baut ini adalah 4 hal ini
dikarenakan baut menerima beban steady load. dibutuhkan dalam pembuatan alat seperti besi kanal
Sehingga tegangan tarik izin baut dapat dihitung UNP 80x45x4mm, besi Hollow 60x30x4mm, besi L
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: 50x50x5mm, plat besi ketebalan 30mm, 35mm dan
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 8mm. Alat berdimensi panjang 900 mm dan lebar
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
4= 505 𝑁/𝑚𝑚2 600 mm dengan ketinggian alat dapat disesuikan
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 dengan kondisi tempat kerja yang ada berkat scissor
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 = 505 𝑁/𝑚𝑚2 lift.
4
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 = 126.25 𝑁/𝑚𝑚2 DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh tegangan Khurmi, R. S., & Gupta, J. K. (2005). a Textbook of
tarik yang diijinkan yaitu 126.25 𝑁/𝑚𝑚2. Dan Machine Design. Garden, I, 14.
berdasarkan spesifikasi material, tegangan geser yang
diijinkan (τ) diambil 30% dari batas elastis tarik (𝜎𝑒𝑙), Mesin, J. T. (2012). Jurnal Teknik Mesin , Volume 1 ,
tetapi tidak boleh melebihi 18% tegangan tarik Nomor 1 , Tahun 2012. 1, 31–39.
ultimate (𝜎𝑢). dengan kata lain, tegangan geser yang
diijinkan dapat menggunakan persamaan berikut: Nur, R. (2017). Mesin-Mesin Industri. Grup CV BUDI
𝜏 = 0,18𝜎𝑢 UTAMA, 5–6.
𝜏 = 0,18 × 505 𝑁/𝑚𝑚2
𝜏 = 90,9 N/m2 Putri, F. (2010). Analisa Pengaruh Variasi Kuat Arus
Berdasarkan perhitungan diperoleh tegangan geser Dan Jarak Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik,
yang diijinkan yaitu 90,9 𝑁/𝑚𝑚2 . Sambungan Las Baja Karbon Rendah Dengan
a. Menghitung Tegangan Geser pada Baut Rangka Elektroda 6013. Jurnal Austent, 2(2), 13–25.
Atas
Robert D. Cook. (1990). KONSEP DAN APLIKASI
Berdasarkan lubang baut rangka atas yang berukuran
METODE ELEMEN HINGGA. KONSEP DAN
12 dan lubang bor pada meja yang berukuran 12,
APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA.
maka digunakan baut M12 x 40 mm sebanyak 4.
https://doi.org/10.1358/dof.1998.023.03.450862
Menghitung tegangan geser pada baut rangka atas
menggunakan persamaan 8 sebagai berikut: Sularso, dan K. S. (1991). Dasar Perencanaan Dan
𝜏𝑔 = 4×𝑊 Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: PT Pradnya
𝜋 × 𝑑12 × 𝑛 Paramita.
Dengan diketahui beban total yang diterima baut
rangka atas adalah: Khurmi, R. S., & Gupta, J. K. (2005). a Textbook of
Beban yang diterima = (W Rangka Atas × 1) Machine Design. Garden, I, 14.
= 1.359,42 N X 1
Beban yang diterima = 1.359,42 N Mesin, J. T. (2012). Jurnal Teknik Mesin , Volume 1 ,
𝜏𝑔 = 4 × 1.359,42 Nomor 1 , Tahun 2012. 1, 31–39.
𝜋 × 122 × 4
𝜏𝑔 = 5.436,8 Putri, F. (2010). Analisa Pengaruh Variasi Kuat Arus
1.808,64 Dan Jarak Pengelasan Terhadap Kekuatan
𝜏𝑔 = 3 𝑁/𝑚𝑚2 Tarik, Sambungan Las Baja Karbon Rendah
Berdasarkan perhitungan diatas menggunakan Dengan Elektroda 6013. Jurnal Austent, 2(2),
material baut M12 yaitu AISI 304 Stainless Steel 13–25
dengan jumlah baut yang digunakan adalah 4 buah.
Tegangan geser yang diterima oleh baut berdasarkan
total beban yang ditahan adalah 3 𝑁/𝑚𝑚2 , dengan
tegangan geser yang diijinkan pada baut adalah
sebesar 90,9 𝑁/𝑚𝑚2. Sehingga dengan perbandingan
antara tegangan geser yang terjadi pada baut serta
tegangan geser yang diijinkan dapat dinyatakan bahwa
baut yang digunakan dalam kondisi yang aman dalam
perancangan alat.

Anda mungkin juga menyukai