Anda di halaman 1dari 7

Anorexia Nervosa Pada Remaja

Tia Tri Utami


Tiatriutami95@gmail.com

Abstrak

Banyaknya perubahan yang dialami individu pada masa remaja, salah satunya perubahan
fisik membuat individu beranggapan bahwa dirinya tidak menarik lagi. Karna adanya
perubahan drastis yang terjadi yaitu perubahan bentuk badan, tinggi badan, dan proposi
badan. Hal ini akan membuat individu melakukan berbagai cara untuk mendapatkan
tampilan fisik yang ideal pada umumnya. Salah satunya dengan cara mengurangi jumlah
porsi makan, melakukan diet ketat, mencoba untuk tidak makan makanan yang
mengandung karbo dan lemak yang berlebihan. Cara-cara yang dilakukan itu bisa membuat
remaja tersebut mengalami gangguan makan salah satunya gangguan Anorexia Nervosa
yang dapat memberikan dampak buruk pada remaja tersebut. Beberapa dampak yang dapat
terjadi yaitu menderita depresi dan keinginan untuk bunuh diri.

Kata Kunci : Anorexsia Nervosa, Remaja

Pendahuluan
Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak dan masa dewasa yang sangat
drastis, dimana remaja mulai mengalami beberapa perubahan dalam dirinya yaitu
perubahan fisik, kognitif, dan psikososial. Pada masa ini juga remaja akan mulai mengalami
masa pubertas yang dimana merupakan tanda akhir dari masa kanak-kanak. Dari pubertas,
remaja akan mengalami beberapa perubahan dalam bentuk fisik seperti peningkatan berat
badan, tinggi badan, dan perubahan dalam proporsi bentuk tubuh (Papalia, Old, & Feldman,
2011). Perubahan-perubahan ini dapat mempengaruhi kondisi psikologis pada remaja itu
sendiri. Banyak dari remaja yang masih belum bisa menerima dan menjadi tidak senang
dengan adanya perubahan fisik yang terjadi dalam diri mereka, karena menurut mereka itu
akan mengganggu penampilan meraka di depan umum. Kebanyakan perempuan terutama
pada masa remaja berkeinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal seperti langsing dan
kurus, karena menurut mereka ketika memiliki bentuk tubuh yang ideal akan dapat menarik
perhatian orang lain ataupun lawan jenis. Banyak juga yang beranggapan bahwa ketika
memiliki bentuk tubuh yang ideal akan membuat diri mereka bahagia, sukses dan juga bisa
menjadi populer. Itu menunjukkan bahwa mereka telah memilik mindset yang negatif
mengenai bentuk tubuh yang ideal.
Citra diri yang negatif inilah yang akan mempengaruhi pola makan remaja dan dapat
mengarah pada gangguan makan. Citra diri negatif ini juga dapat membuat remaja
melakukan berbagai cara agar bentuk tubuh mereka tidak mengalami perubahan yang
drastis, salah satunya dengan mengurangi jumlah porsi makan, melakukan diet ketat,
mencoba untuk tidak makan makanan yang mengandung karbo dan lemak yang berlebihan
(Papalia, Old, & Feldman, 2011). Cara-cara itulah yag membuat remaja mulai mengalami
gangguan makan. Orang dengan gangguan makan akan menunjukkan pola makan
terganggu yang mengganggu kesehatan atau kemampuan mereka untuk berfungsi dengan
baik. Terkadang tekad untuk menjadi tidak gemuk dapat menghasilkan masalah yang
psikologis yang sangat besar pada dirinya. Dan bisa memunculkan gangguan-gangguan
psikologis pada dirinya.

Salah satu gangguan makan yang kerap terjadi pada remaja adalah Anorexsia Nervosa,
dimana keinginan untuk mewujudkan tubuh kurus yang tak kenal lelah dan hal itu
melibatkan perilaku yang menghasilkan berat badan rendah secara signifikan (Hooley ,
Butcher, Nock, & Mineka, 2018). Individu yang mengalami gangguan Anorexia Nervosa
akan merasa tubuh mereka masih gemuk sedangkan meraka sudah melakukan diet ketat
dan mengurangi porsi makan mereka. Biasanya ketika individu pada gangguan Anorexia
Nervosa merasa tubuhnya mengalami penambahan berat badan sedikit ataupun banyak,
individu akan melakukan purge (cuci perut) atau menghilangkan atau membersihkan
makanan yang ada dalam tubuh mereka dengan muntah yang diinduksi sendiri atau dengan
penyalahgunaan obat pencahar. Perilaku lainnya yang dilakukan biasanya latihan olahraga
atau berpuasa secara berlebihan agar mereka bisa menghilangkan berat badan mererka
yang bertambah (Hooley , Butcher, Nock, & Mineka, 2018). Karna menurut mereka ketika
memiliki tubuh yang gemuk merupakan hal yang tidak wajar, dan membuat tidak percaya diri
dengan penampilan yang meraka tunjukkan didepan umum.

Pada umumnya gangguan Anorexia Nervosa ini berhubungan dengan berhentinya


menstruasi pada remaja perempuan. Gambaran umum lainnya dari gangguan Anorexia
Nervosa juga termasuk pada distorsi imajinasi tubuh, terpusatnya pada persiapan makanan,
ketakutan terhadap bertambahnya berat badan, dan kekurangan sensitifitas terdap rasa
lapar (Yenawati, 2010). Dari penelitian yang dilakukan oleh Vandel Wall kepada 2.409
remaja perempuan, didapatkan data bahwa pola perilaku mengontrol berat badan yang tidak
sehat yang banyak dilakukan adalah 4,6% remaja perempuan sengaja melewatkan makan,
16% remaja perempuan berpuasa untuk menguruskan badan, 12,9% remaja perempuan
membatasi atau menolak satu jenis makanan atau lebih untuk melakukan diet ketat, 8,9%
remaja perempuan menggunakan obat-obat diet atau obat-obat menurutkan berat badan,
6,6% remaja perempuan merokok untuk menurutkan berat badan, dan 6,6% remaja
perempuan sengaja memuntahkan makanan yang telah dimakan (Vander, 2011).
Diindonesia sendiri masih kurang adaanya data penelitian ataupun data statistik yang
membahas mengenai Gangguan Anorexia Nervosa (Virgandiri et al., 2020).

Dalam DMS V ada beberapa kriteria dari Anorexia Nervosa yaitu : 1) pembatasan asupan
energi relatif terhadap persyaratan, menyebabkan rendahnya bobot tubuh secara signifikan
dalam konteks usia, jenis kelamin, lintasan perkembangan, dan kesehatan fisik. Berat badan
yang secara signifikan rendah didefinisikan sebagai bobot yang kurang dari minimal normal
atau untuk anak-anak dan remaja, kurang dari berat minimal yang diharapkan. 2) ketakutan
yang intens mengenai bertambahnya berat badan atau menjadi gemuk, atau perilaku
persistenn yang mengganggu penambahan berat badan, meski dengan bobot yang sangat
rendah. 3) gangguan pada cara ketika berat badan seseorang atau bentuknya didapat,
evaluasi diri pengaruh bobot atau bentuk tubuh yang tidak semestinya atau kekurangan
yang persisten terhadap pengenalan mengenai keseriusan terhadap rendahnya berat badan
terakhir (Association, 2013).

Adapun resiko-resiko yang dapat terjadi pada individu yang memiliki gangguan Anorexia
Nervosa yaitu menderita depresi, keinginan untuk bunuh diri (Papalia, Old, & Feldman,
2011). Lebih lanjut lagi, dalam penelitian yang dilakukan oleh Sowanya Ardi Prahara
menyebutkan beberapa efek secara psikologis yang dialami oleh penderita gangguan
Anorexia Nervosa adalah mereka mengalami perasaan tidak berharga, sensiti, mudah
tersinggung, mudah marah, dan mudah merasa bersalah. Efek lain yang dialami oleh
penderita gangguan Anorexia Nervosa adalah hilangnya minat berinteraksi dengan orang
lain, tidak percaya diri, mudah canggung ketika berhadapan dengan orang banya,
cenderung berbohong untuk menutupi masalah pola makan yang dialaminya, dan ketika
tidak mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan maka remaja akan mudah mengalami
depresi (Prahara, 2014)

Tujuan dari penulisan atrikel ini adalah utnuk membahas mengenai Gangguan yang kerap
terjadi pada remaja perempuan yaitu Gangguan Anorexia Nervosa. Penulisan ini dilakukan
untuk memberi pengetahuan pada orang-orang bahwa terdapat banyak gangguan yang bisa
saja terjadi kepada semua orang terutama pada remaja. Dan juga dampak yang akan terjadi
ketaka individu mengalami gangguan Anorexia Nervosa.

Pembahasan

Menurut pendapat Ericson, masa remaja berapa pada tahap krisis identitas, hal ini
mendorong remaja untuk memenuhi jati dirinya, dengan cara menjadi sempura dalam
segala aspek. Dalam segi fisik, untuk menjadi sempurna, menarik, dan juga menawan bagi
orang lain maupun lawan jenis, maka salah satunya adalah memiliki bentuk fisik yang ideal
(Krisnani et al., 2017). Banyak remaja yang merasa khawatir dan cemas karena merasa ia
akan mengalami kegagalam dalam usaha memiliki benuk fisik yang ideal. Dikarenakan
remaja mencoba untuk mengindari kegemukan, menyebabkan meraka melakukan
melakukan diet dan pantangan terhadap pola kebiasaan makan yang ketat. Akan tetapi,
karena kurangnya pengetahuan mengenai tentang bahayanya melakukan diet ketat dan
mengubah pola kebiasaan makan, banyak remjaa yang mengalami gangguan makan salah
satunya gangguan Anorexsia Nervosa.

Anorexia Nervosa yaitu kondisi psikobiologis yang mengancam jiwa, di mana


pengobatannya, termasuk pemberian makan ulang, bersifat kompleks. Pasien dengan
menurunkan berat badan dan menjaga berat badan mereka tetap rendah melalui sejumlah
perilaku yang secara khas terkait (misalnya, pembatasan diet, olahraga berlebihan dan
perilaku membersihkan) dan biasanya memiliki ambivalensi yang kuat terkait penambahan
berat badan (Bargiacchi et al., 2019). Dalam penelitian Gangguan Makan Anorexia Nervosa
dan Bulimia pada Remaja menjelaskan ada banyak faktor yang mempengaruhi gangguan
Anorexia Nervosa, yaitu 1) faktor sosio-kultural, dimana wanita mendapatkan tekanan yang
berlebihan untuk mencapai standart bentuk tubuh yang ideal, 2) faktor psikologis,
ketidakpuasan pada tubuh memicu melakukan cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai
bentuk tubuh yang ideal, 3) faktor keluarga, adanya konflik, kurangnya kedekatan dan
pengasuhan yang gagal dalam membangun kemandirian dan otonomi pada anak
perempuan, 4) faktor biologis ketidakseimbangan yang terjadi pada neurotransmitter diotak
yang mengatur nafsu makan dan adanya kemungkinan faktor genetis dapat membuat
remaja juga memiliki gangguan Anorexia Nervosa (Krisnani et al., 2017). Dari faktor-faktor
itulah yang memungkinkan remaja mengalami gangguan Anorexia Nervosa.

Selain dari faktor yang mempengaruhi, adapun resiko-resiko yang dapat terjadi pada
individu yang memiliki gangguan Anorexia Nervosa yaitu menderita depresi, keinginan untuk
bunuh diri (Papalia, Old, & Feldman, 2011). Anorexia Nervosa memiliki tingkat kematian
yang tinggi karena adanya disfungsi organ yang meluas disebabkan oleh malnutrisi berat
badan yang mendasarinya (Rosen et al., 2017). Banyak kasus kematian yang telah muncul
akibat dari gangguan Anorexia Nervosa, salah satunya yaitu kasus dari Valeria Leviti yang
dimuat dalam berita artikel DetikHealth, wanita asal rusia yang meninggal pada tahun 2013
dalam usia 39 tahun karena mengidap gangguan Anorexsia Nervosa. Pada saat itu berat
badan Valeria hanya 25 kg dengan tinggi 172 cm. Valeria mengalami gangguan Anorexia
Nervosa ini disebabkan karena tuntutan dari keluarga untuk tidak memiliki tubuh yang
gemuk dan temannya yang sering melakukan body shaming terhadap dirinya. Dengan
kondisi tubuh yang cukup ringkih dan terlihat tua (DetikHealth, 2020).

Adanya standar kecantikan yang dibuat oleh masyarakat, seperti harus putih, tinggi,
langsing membuat banyak orang yang merasa tidak percaya diri atau insecure dengan
penampilan dan bentuk tubuh remaja. Hal ini dikuatkan juga dengan hasil survei yang
dilakukan oleh ZAP Beuty Index tahun 2018, sebanyak 73,1% perempuan indonesia
menganggap cantik adalah mereka yang memiki bentuk tubuh yang ideal. Dan banyak
remaja-remaja yang mulai mengikuti standar kecantikan yang telah dibuat oleh masyarakat.
Dengan alasan agar diterima oleh masyarakat, terlihat menarik dihadapan orang lain
maupun lawan jenis, dan lainnya. Sampai banyak remaja melakukan hal yang tidak wajar
untuk memenuhi standart kecantikan tersebut seperti, operasi, mengkonsumsi obat-obatan
yang berbahaya, melakukan diet ketat, dan lainnya.

Dari banyak hal yang dilakukan remaja untuk memenuhi standart tersebut, mereka tidak
sadar bahwa hal-hal yang mereka lakukan telah membahayakan diri mereka sendiri dan
juga menyakiti diri mereka. Dari sinilah penulis mengangakat tema Gangguan Anorexia
Nervosa pada Remaja, salah satu gangguan yang cukup berbahaya yang bisa dialami dan
kerap terjadi pada remaja. Ketika remaja terus menerus mencoba untuk memenuhi
beberapa standart kecantikan tersebut, besar kemungkinan remaja dapat mengidap
beberapa gangguan dalam dirinya, salah satunya gangguan Anorexia Nervosa.

Penutup
Zaman sekarang banyak remaja yang berkeinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal.
Akan tetapi, kebanyakan remaja menggunakan cara-cara yang salah untuk mencapai tubuh
yang ideal. Bahkan cara-cara tersebut memberikan dampak yang sangat besar pada diri
mereka, bahkan sampai menyakiti tubuh mereka sendiri. Karena itulah gangguan Anorexia
Nervosa ini muncul dan banyak dibahas dalam berbagai penelitian dan artikel, karena ketika
gangguan Anorexia Nervosa dibiarkan akan menimbulkan banyak kemungkinan yang
terjadi, salah satunya adalah kematian. Oleh karena itu penderita gangguan Anorexia
Nervosa membutuhkan perawatan yang cukup serius dari medis maupus psikis untuk dapat
menangani gangguan ini. Gangguan Anorexia Nervosa dapat terjadi pada siapapun, apalagi
yang paling rentan mengalami gangguan ini adalah remaja. Maka dari itu kita harus peka
terhadap apa yang terjadi pada lingkungan sekitar kita. Salah satu saran yang dapat
diberikan untuk mencegah gangguan Anorexia Nervosa adalah meningkatkan rasa
kepercayaan pada diri sendiri, karena rasa percaya diri yang tinggi akan membantu kita
untuk menerima diri kita apada adanya dari segi bentuk fisik maupun penampilan.
Referensi

Association, A. P. (2013). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental DIsorder (DSM V)


(5thn ed). Washington: American Psychatric Publisher.

Bargiacchi, A., Clarke, J., Paulsen, A., & Leger, J. (2019). Refeeding in anorexia nervosa.
413–422.

DetikHealth, D. . (2020, September 16). Detik Health. Retrieved from Valeria Levitin
Meninggal karena Anoreksia, Ini Penyakit dan Gejalanya:
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5175765/valeria-levitin-meninggal-
karena-anoreksia-ini-penyakit-dan-gejalanya

Hooley , J. M., Butcher, J. N., Nock, M. K., & Mineka, S. (2018). Psikologi Abnormal.
Jakarta: Salemba Humanika.

Krisnani, H., Santoso, M., & Putri, D. (2017). Gangguan Makan Anorexia Nervosa Dan
Bulimia Nervosa Pada Remaja. 4(3), 390–447.

Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D. (2011). Human Development (Psikologi
Perkembangan). Jakarta : Kencana.

Prahara, S. A. (2014). Peran Kecenderungan Kepribadian Narsistik Terhadap


Kecenderungan Anorexia Nervosa Pada Model Perempuan. Jurnal Sosio-Humaniora,
5(1), 44–54.

Rosen, E., Bakshi, N., Watters, A., Rosen, H. R., & Mehler, P. S. (2017). Hepatic
Complications of Anorexia Nervosa Hepatic Complications of Anorexia Nervosa. March,
2977–2981. https://doi.org/10.1007/s10620-017-4766-9

Vander Wal, J. S. (2012). Unhealthy weight control behaviors among adolescents. Journal
of Health Psychology, 17(1), 110–120.

Virgandiri, S., Lestari, D. R., Zwagery, R. V., Mangkurat, U. L., & Selatan, K. (2020).
Relationship of body image with eating disorder in female adolescent. 8(1), 53–59.
https://doi.org/10.21776/ub.jik.2020.008.01.1

Yenawati, S. (2010). Gangguan Psikosomatik Dan Psikofisiologis (Anorexia Nervosa,


Enuresis, Ashma) Sri Yenawati Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
III(1), 87–106.

Anda mungkin juga menyukai