Anda di halaman 1dari 3

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL DAN PSIKOLOGIS YANG

MEMPENGARUHI TERHADAP OBESITAS DAN GANGGUAN MAKAN


Dinda Rahma Yanti1, Reswara Geraldine Butar-Butar2, Ruwaida3, Sayyida Wanda Aishah4.

Obesitas merupakan keadaan patologis yang diartikan sebagai penimbunan lemak secara
berlebihan yang terdapat di jaringan-jaringan di bawah kulit. Masih banyak pendapat masyarakat
yang mengira bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat sebagai tanda kemakmuran,
sehingga banyak ibu merasa bangga kalau anaknya sangat gemuk, dan di lain pihak ada ibu yang
kecewa kalau melihat anaknya tidak segemuk anak-anak yang lain. Obesitas saat ini sudah
merupakan masalah global. Prevalensinya meningkat tidak saja di negara-negara maju, tetapi
juga di negara-negara berkembang. Di Indonesia prevalensi pada anak di bawah usia lima tahun
menurut sensus nasional menunjukkan peningkatan baik perkotaan maupun pedesaan. Di
perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% laki- laki dan 5,9% perempuan. Obesitas meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur. Di DKI Jakarta usia enam sampai dua belas tahun ditemukan
obesitas sekitar 4%, pada anak remaja usia dua belas sampai delapan belas tahun ditemukan
6,2% dan pada usia tujuh belas sampai delapan belas tahun ditemukan 11,4%. Kasus obesitas
pada remaja banyak ditemukan pada wanita 10,2% dibanding laki- laki 3,1%. Konsumsi makan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain status fisiologis, karakteristik psikologis, sosial
ekonomi (tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, gaya hidup), dan budaya (etnik, kebiasaan
makan). Ada beberapa factor yang diketahui dapat mempengaruhi terjadinya obesitas antara lain
adalah factor perilaku social, Perilaku yang dimunculkan individu dalam sehari- hari dipengaruhi
oleh interaksi antara individu dengan orang lain di sekitarnya, jika orang lain di sekitarnya
mendukung perilakunya atau memberikan penguatan (reinforcement) maka konsep diri individu
tersebut menjadi positif tetapi jika orang-orang di sekitarnya kurang memberikan dukungan
terhadap perilaku yang dimunculkan individu maka konsep diri akan menjadi negatif. Dan juga
factor psikologis makan berlebihan akan terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka,
depresi, atau rangsangan dari luar, seperti iklan makanan atau kenyataan bahwa ini adalah waktu
makan. Pada Sebagian besar wanita merasa tidak puas karena memiliki berat badan berlebih
(obesitas). Ketidakpuasan tubuh tersebut kemungkinan muncul karena diri nya membandingkan
objek yang dianggap sebagai standar kecantikannya. Dalam beberapa kasus, obesitas dapat
ditanggapi positif oleh sebagian wanita overweight. Beberapa wanita dengan kelebihan berat
badan dapat dengan percaya diri menunjukkan dirinya sebagai model plus size (Nadiva, 2018)
ataupun instagram’s influencer (Anjani, 2016). Tetapi tidak sedikit kegemukan ditanggapi
negatif bagi sebagian wanita seperti diantaranya kasus diet ekstrim yang dilakukan oleh Melody
yang membuat dirinya mengalami bulimia dan anoreksia (Putri, 2018).

Gangguan makan merupakan kondisi psikiatrik dengan akibat psikologis dan medis yang
serius. Gangguan makan, seperti anorexia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN), merupakan
penyakit kronis yang didefinisikan sebagai gangguan perilaku makan atau perilaku dalam
mengkontrol berat badan. Anorexia Nervosa adalah suatu gangguan yang ditandai oleh
penurunan berat badan yang disengaja, yang dimulai dan/atau dipertahankan oleh pasien.
Anorexia nervosa merupakan satu gangguan makan yang ditandai oleh gangguan citra tubuh dan
membatasi jumlah makanan dengan amat ketat. Mereka cenderung takut terhadap peningkatan
berat badan. Tujuan mereka membuat dirinya lapar adalah agar mereka memiliki penampilan
fisik yang ramping dan menarik perhatian lawan jenisnya. Bulimia nervosa yaitu sebuah kelainan
cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan berlebihan yang terjadi secara terus menerus,
sering terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan
terhadap diri sendiri. Yang paling sering dilakukan oleh lebih dari 75% orang dengan bulimia
nervosa adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang disebut pembersihan, puasa, serta
penggunaan laksatif, enema, diuretik, penggunaan obat pencahar sehingga dapat merangsang
seorang penderita bulimia untuk memuntahkan makanan yang telah ia makan dan olahraga yang
berlebihan juga merupakan ciri umum. Adapun faktor penyebab gangguan makan anorexia
nervosa dan bulimia nervosa antara lain adalah factor sosio-kultural, tekanan berlebih pada
wanita muda untuk mencapai standar kurus yang tidak realistis. Kemudian ada factor psikologis,
Diet yang kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti
dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimic,
ketidakpuasan pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai
berat badan yang diinginkan, merasa kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan
selain diet, Kesulitan berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual.
DAFTAR PUSTAKA

Anjani, Rahmi. (2016).7 Selebgram Plus Size Indonesia yang Eksis di Instagram.
[Online]. Dikutip tanggal 28/01/2020.
Behrman, Obesity, dalam Textbook Of Pediatric, ed. R. Kliegman, Nelson, & Vaughan
(Philadelphia: Saunders, 1992), 116.
Nadiva, Risda.(2018). Siapa bilang gemuk tidak menarik? 7 model big size ini masih
tetap seksi kok.[Online].
National Institute of Mental Health, 2007. Eating Disorders. NIH Publication.

Putri, Wulan Kurnia. (2018). Kerap dibully gara-gara tubuhnya gemuk, cewek ini
menderita bulimia & anoreksia karena inggin kurus.
Saraswatia, G. K., Zulpahiyana, Z., & Arifah, S. (2016). Faktor-Faktor yang
mempengaruhi konsep diri remaja di SMPN 13 yogyakarta. Jurnal Ners Dan Kebidanan
Indonesia, 3(1), 33.
Sjarif, D. R., Obesity in Childhood: Pathogenesis and Management. Naskah Lengkap
National Obesity Symposium I (Surabaya, 2002), 157.
Soetjiningsih, Obesitas Pada Anak. Edisi: Tumbuh Kembang Anak. (Jakarta: ECG,
1995), 185.

Anda mungkin juga menyukai