Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Triton, Vol. 12 No.

1 (Juni, 2021) : 68-77


e ISSN : 2745-3650, p ISSN : 2085-3823
DOI: https://doi.org/10.47687/jt.v12i1.164

journal homepage : http://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id

Studi Kasus: Permasalahan Limbah di Tempat Pemotongan Hewan (TPH)


Amessangeng, Kota Sengkang
Besse Mahbuba We Tenri Gading1*, Adib Norma Respati2, Edi Suryanto3
1
Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Sulawesi Barat
2
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta
3
Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada

ARTIKEL INFO ABSTRAK


Sejarah artikel Tempat Pemotongan Hewan yang memenuhi persyaratan
Diterima 03/05/2021 teknis yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian. Untuk
Diterima dalam bentuk revisi 11/05/2021 menyediakan daging yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal
Diterima dan disetujui 04/06/2021 (ASUH) harus memenuhi persyaratan teknis yang meliputi
Tersedia online 22/06/2021 fisik (bangunan dan peralatan), sumber daya manusia, dan
Kata kunci prosedur teknis pelaksanaannya. Penelitian ini dilaksanakan di
Limbah Tempat Pemotongan Hewan (TPH) Amessangeng yang
Pencemaran berlokasi di Kota Sengkang yaitu di Kelurahan
Tempat pemotongan hewan Lamaddukelleng, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo,
Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kondisi penanganan limbah di TPH
Amessangeng, terkait langkah penanganan limbah yang telah
dilaksanakan untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan. Metodologi penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif kualitatif. TPH Amessangeng telah
memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk
pemotongan hewan, namun berdasarkan hasil pengamatan
menunjukkan bahwa kondisi pengolahan limbah belum
tersedia. Limbah TPH Amessangeng langsung mengalir ke
lahan yang berujung di sungai, belum dilakukan penyaringan
telebih dahulu. Jika terjadi terus menerus dan dalam jumlah
yang banyak maka dapat berdampak terhadap masyarakat
sekitar yang meliputi polusi bau atau pencemaran udara,
pencemaran air dan berdampak pada kesehatan. Pembuatan
kolam penampungan limbah harus dilakukan dan dilanjutkan
dengan pengolahan limbah menggunakan Instalasi
Pengolahan Air limbah (IPAL) sebelum limbah dibuang ke
sungai sekitar TPH. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya pencemaran udara, air, tanah dan gangguan
kesehatan.

© 2021 Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

*Email Penulis Korespondensi : bessemahbuba@gmail.com 68


adibnorma@gmail.com2
Jurnal Triton Vol. 12 No. 1 (Juni, 2021) : 68-77 Gading et al.

ABSTRACT
Slaughterhouses must meet the technical animals, but based on observations it shows that the
requirements set by the Ministry of Agriculture. To conditions for sewage treatment are not yet
provide Safe, Healthy, Whole, and Halal meat, it available. TPH Amessangeng waste flows directly to
must meet technical requirements which covering the land which ends in a river, no filtering has yet
physical (building and equipment), human been carried out. If it happens continuously and in
resources, and technical procedures for its large numbers, it can have an impact on the
implementation. This research was conducted at the surrounding community which includes odor
Amessangeng Slaughterhouse (TPH Amessangeng), pollution or air pollution, water pollution, and has
located in Sengkang City, Lamaddukelleng Village, an impact on health. The construction of a waste
Tempe District, Wajo Regency, South Sulawesi. The storage pond must be carried out and continued with
purpose of this study was to determine the conditions waste treatment using a Wastewater Treatment
of handling TPH Amessangeng waste, related to the Plant before the waste is discharged into the river
waste handling steps that have been implemented to around the TPH. This is important to do to prevent
prevent environmental pollution. The research air pollution, water pollution, soil pollution, and
methodology used is descriptive qualitative health problems.
research. TPH Amessangeng already has adequate
facilities and infrastructure for slaughtering
kandang atau feedlot. Laboratorium RPH
PENDAHULUAN untuk menguji kesehatan ternak dan
Rumah Potong Hewan (RPH) kesehatan daging yang ingin di
adalah suatu bangunan atau komplek distribusikan. Sementara laboratorium
bangunan dengan desain dan syarat tertentu milik TPH hanya menguji kesehatan daging
yang digunakan sebagai tempat memotong saat akan didistribusikan. TPH sendiri
hewan bagi konsumsi masyarakat umum. dapat digolongkan menjadi 2 yaitu modern
Khasrad et al. (2012) menyatakan Tempat dan tradisional (Darsono, 2006).
Pemotongan Hewan (TPH) merupakan Lokasi RPH/TPH harus memenuhi
penyangga bagi RPH dalam penyediaan persyaratan seperti tidak mencemari
daging yang aman, sehat, utuh dan halal lingkungan dan menimbulkan gangguan
(ASUH). TPH sebagai penyangga, tetapi selain itu harus memiliki akses air bersih
persyaratan dan kondisi pemotongan hewan yang untuk pelaksanaan pemotongan
harus sama, supaya daging yang dihasilkan hewan dan mendukung kegiatan
terjamin kualitasnya. pembersihan maupun desinfeksi. Setiap
Perbedaan antara RPH dan TPH daerah harus mempunyai tempat
dapat dikategorikan dalam beberapa tipe. pemotongan hewan yang harus memenuhi
Pertama rata-rata TPH adalah milik swasta, persyaratan teknis sesuai dengan yang
sementara RPH dimiliki oleh pemerintah ditetapkan oleh menteri pertanian.
negeri. Perbedaan yang paling signifikan RPH/TPH didirikan untuk menyediakan
adalah RPH mempunyai laboratorium daging yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal
bersamaan dengan bangunan RPH, (ASUH) bagi masyarakat, beberapa
sementara TPH memiliki laboratorium pada persyaratan yang harus dipenuhi tempat

Penerbit : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari 69


Jurnal Triton Vol. 12 No. 1 (Juni, 2021) : 68-77 Gading et al.

pemotongan hewan adalah persyaratan kegiatan RPH mempengaruhi kualitas air,


teknis, meliputi fisik (bangunan dan tanah, dan udara di sekitarnya. Dampak ini
peralatan), sumber daya manusia, dan dapat dirasakan oleh masyarakat yang
prosedur teknis pelaksanaannya. bertempat tinggal dekat dengan RPH. Riset
Kegiatan pemotongan hewan terdiri sebelumnya yang dilakukan oleh (Bello,
atas penerimaan dan penampungan, 2008) menunjukkan bahwa 98%
pemeriksaan ante-mortem, persiapan masyarakat yang bertempat tinggal dekat
penyembelihan, penyembelihan, dengan RPH merasa terganggu dengan
pengulitan, pengeluaran jeroan, keberadaan RPH. Pembuangan limbah RPH
pemeriksaan post-mortem, pembelahan di area terbuka dan badan air dapat
karkas, pelayuan karkas, dan pengangkutan mencemari lingkungan dan menimbulkan
karkas. Kegiatan pemotongan hewan penyakit yang dampaknya dapat dirasakan
menghasilkan produk samping berupa air oleh masyarakat yang bertempat tinggal di
limbah. Air limbah adalah limbah organik sekitar RPH. Berdasarkan Peraturan
biodegradable yang terdiri atas darah, sisa- Menteri Lingkungan Hidup Republik
sisa pencernaan, urin, dan pencemar lainnya Indonesia No. 2 tahun 2006, setiap
yang dihasilkan dari proses pencucian penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
(Budiyono et al., 2011). Padmono (2005) RPH wajib melakukan pengolahan air
menambahkan bahwa air limbah sebagian limbah sehingga mutu air limbah yang
besar dihasilkan dari air pembersihan ruang dibuang atau dilepas ke lingkungan tidak
pemotongan, air pencucian saluran melampaui baku mutu air limbah RPH.
pencernaan, dan air pembersihan kandang Tempat pemotongan hewan (TPH)
hewan dengan beban pencemaran terbesar Amessangeng berlokasi di Kota Sengkang
berasal dari darah. yaitu di Kelurahan Lamaddukelleng,
Limbah pemotongan hewan yang Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo.
tidak dikelola dengan baik berpotensi untuk Lokasi TPH Amessangeng sebelah utara
mencemari lingkungan. Akinro et al. (2009) berbatasan dengan sungai, sebelah timur
menyatakan bahwa produksi daging di RPH berbatasan dengan pertamina amessangeng
dapat menimbulkan masalah lingkungan sebelah selatan dan barat berbatasan dengan
apabila limbahnya tidak diolah dengan pemukiman warga. Lokasi TPH
baik. Selain itu, limbah RPH yang tidak Amessangeng yang berada di kawasan
dikelola dengan baik dapat berdampak pada padat aktivitas dan telah lama berdiri namun
masyarakat yang bertempat tinggal di belum ada tempat penampungan limbah
sekitar RPH. Menurut Singh et al. (2014), yang tersedia disekitar TPH. Oleh karena

Penerbit : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari 70


Jurnal Triton Vol. 12 No. 1 (Juni, 2021) : 68-77 Gading et al.

itu, penulis ingin mengetahui kondisi


penanganan limbah TPH Amessangeng,
terkait langkah penanganan limbah yang
telah dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan.
METODE
Penelitian dilaksanakan di Tempat
Pemotongan Hewan (TPH) Amessangeng
berlokasi di tengah Kota Sengkang yaitu di
Gambar 1. Limbah pemotongan hewan
Kelurahan Lamaddukelleng, Kecamatan
Tempe, Kabupaten Wajo. Metodologi
Saluran pembuangan TPH berfungsi
penelitian yang digunakan adalah penelitian
dengan baik, sehingga limbah hasil
deskriptif kualitatif. Data yang digunakan
pemotongan akan langsung mengalir keluar
adalah data primer dan sekunder. Data primer
dari ruangan pemotongan hewan sesuai
diperoleh secara langsung dengan cara
pengamatan di lapangan dan wawancara dengan Gambar 2. Setelah keluar dari

informan. Data sekunder diperoleh dari ruangan pemotongan ukuran selokan


berbagai macam sumber data lain yang relevan. menjadi lebih lebar, sehingga mampu
Studi pustaka dilakukan dengan mencari mengalirkan limbah dan air lebih banyak
landasan teori mengenai penanganan limbah dan mencegah terjadinya penumpukan
TPH. limbah seperti pada Gambar 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN Menumpuknya limbah peternakan sampai

Kegiatan pemotongan hewan di dengan kapasitas tertentu akan

TPH Amessangeng menghasilkan limbah menimbulkan dampak negatif antara lain

berupa darah, isi saluran pencernaan, dan berupa peningkatan populasi mikroba

sisa hasil pencucian lainnya. Limbah patogen sehingga mengakibatkan terjadinya

tersebut tercampur menjadi satu dibuang pencemaran air, tanah dan pencemaran

melalui saluran selokan. Limbah isi udara karena debu infeksius serta bau yang

pencernaan dikelola supaya tidak kurang sedap (Indrawati, 2017).

menumpuk di saluran selokan dengan cara


dibuang tidak secara bersamaan tetapi
sedikit demi sedikit dan disertai dengan
penyiraman air yang banyak sesuai dengan
Gambar 1.

Penerbit : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari 71


Jurnal Triton Vol. 12 No. 1 (Juni, 2021) : 68-77 Gading et al.

melewati selokan, akan mengalami


pengendapan jika pemotongan hewan
sudah semakin banyak. Kondisi limbah
yang mengalir melewati selokan berwarna
coklat dan masih terlihat adanya sedikit
padatan, namun selokan masih berfungsi
dengan normal dan tidak terjadi
Gambar 2. Kondisi selokan dalam ruangan pendangkalan, hal tersebut karena jumlah
pemotongan hewan ternak yang dipotong masih dalam jumlah
yang sedikit. Limbah hasil pemotongan
ternak langsung dibuang ke sungai, tetapi
belum dilakukan pengujian untuk
mengetahui apakah kualitas limbah tersebut
tidak mempengaruhi kondisi
lingkungan/sungai yang berpotensi
menimbulkan pencemaran baik
pencemaran udara, air dan gangguan
Gambar 3. Kondisi selokan di luar ruangan
kesehatan.
pemotongan hewan
Berdasarkan pengamatan kondisi
penanganan limbah tempat pemotongan
Pembersihan limbah di ruangan
hewan (TPH) yang telah dilaksanakan,
pemotongan dilakukan dengan
diketahui beberapa potensi yang dapat
mengelontorkan air. Penggunaan air dapat
menimbulkan permasalahan. Kondisi yang
mempercepat campuran limbah dan air
ada memiliki potensi menjadi pencemaran
menjadi lebih cair dan homogen sehingga
lingkungan. Beberapa faktor penyebab
mengalir lebih lancar di saluran selokan.
terjadinya pencemaran tersebut antara lain:
Limbah yang mengalir di saluran selokan
1. Tidak ada kolam penampungan limbah
akan berujung di sungai yang berada di
yang disediakan TPH. Kolam
sebelah utara TPH.
penampungan limbah diharapkan
Limbah yang dialirkan melalui
mampu menampung limbah hasil
saluran selokan terdiri dari campuran air,
pemotongan ternak. Semua air limbah
darah, isi saluran pencernaan dan sisa
dari ruangan pemotongan harusnya di
pencucian peralatan lainnya. Sebagian
alirkan ke kolam penampungan. Kolam
limbah isi saluran pencernaan yang
penampungan ini diolah lebih lanjut

Penerbit : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari 72


Jurnal Triton Vol. 12 No. 1 (Juni, 2021) : 68-77 Gading et al.

dengan IPAL. Namun kolam dari kondisi TPH Amessangeng, warga


penampungan limbah di TPH sekitar dan lingkungan.
Amessangeng belum tersedia. Hal TPH Amessangeng telah memiliki
tersebut disebabkan karena jumlah sarana dan prasarana yang memadai untuk
pemotongan ternak masih sedikit, pemotongan hewan, namun untuk
tetapi jika sudah dalam jumlah yang pengelolaan limbah masih belum tersedia.
banyak maka kemungkinan besar akan Salah satu kendala yang dihadapi adalah
menyebabkan dampak yang lebih belum adanya pengolahan limbah
buruk. sebagaimana mestinya yang menyebabkan
2. Limbah TPH langsung mengalir ke penanganan limbah tidak dilakukan sama
lahan dan berujung di sungai. Limbah sekali. Efek utama yang dapat ditimbulkan
yang dihasilkan TPH tidak dilakukan adalah pencemaran lingkungan berupa bau,
penyaringan terlebih dahulu dan sumber air tercemar dan berpotensi
langsung di buang dengan mengalirkan penyebaran penyakit. Secara umum
melalui selokan menuju ke sungai. Jika permasalahan tersebut merupakan kendala
terjadi secara terus menerus dan dalam umum bagi setiap tempat pemotongan
jumlah yang banyak maka hewan (TPH), terutama TPH yang jumlah
kemungkinan terjadinya pengendapan pemotongan ternaknya masih dalam jumlah
limbah khususnya isi saluran sedikit dan masih tradisional, perhatian
pencernaan kemungkinan bisa terjadi, terhadap pengolahan limbah juga masih
menimbulkan polusi bau, air akan sangat kurang. Berdasarkan pengamatan di
tercemar dan gangguang kesehatan. TPH Amessangeng diperoleh alternatif
Limbah cair yang dibuang ke solusi untuk mengatasi permasalahan
lingkungan berpotensi membawa limbah yang dihadapi.
penyakit dan mencemari lingkungan di Limbah dari hasil kegiatan
sepanjang daerah aliran air yang pemotongan hewan dialirkan melalui
dilewati. Jangka panjang, hal tersebut selokan dan dilewatkan melalui sebuah
dapat menimbulkan protes dari warga saringan kasar yang berguna untuk
yang menandakan efek di lingkungan menyaring kotoran seperti daun, bulu
telah sampai pada kondisi buruk hewan dll. Tahap berikutnya adalah limbah
mengganggu aktivitas warga. Oleh dialirkan ke bak pemisah lemak atau
karena itu, solusi penanganan limbah minyak, bak tersebut berfungsi untuk
harus segera ditangani dengan tepat memisahkan lemak atau minyak yang
dengan memperhatikan berbagai faktor berasal dari kegiatan TPH, selain itu juga

Penerbit : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari 73


Jurnal Triton Vol. 12 No. 1 (Juni, 2021) : 68-77 Gading et al.

berfungsi untuk mengendapkan kotoran adalah bahan organik, padatan tersuspensi,


tanah, pasir atau padatan lain yang tidak serta bahan koloid seperti lemak, protein,
diurai secara biologis. Tahap berikutnya dan selulosa dengan konsentrasi tinggi
adalah air yang telah mengendap sehingga limbah cair pemotongan hewan
kotorannya dialirkan ke bak ekualisasi yang termasuk ke dalam kategori limbah cair
berfungsi sebagai bak penampung limbah kompleks. Potensi bahaya yang
dan kontrol aliran, selanjutnya limbah dari ditimbulkan dari air limbah RPH yang
bak ekualiasasi dipindahkan ke unit IPAL. diolah kurang sempurna atau tidak
Pembangunan kolam penampungan menggunakan instalasi pengolahan air
harus dibangun untuk mengolah limbah limbah (IPAL) yaitu adanya bakteri-bakteri
lebih lanjut dengan instalasi pengolahan air patogen penyebab penyakit, meningkatnya
limbah (IPAL). IPAL merupakan suatu kandungan Biological Oxygen Demand
perangkat peralatan teknik beserta (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD),
perlengkapannya yang memproses / Total Suspended Solid (TSS), minyak dan
mengolah cairan sisa proses produksi lemak, pH dan NH3-N (Sari et al., 2018).
pabrik, sehingga cairan tersebut layak Kementrian Lingkungan Hidup (2014)
dibuang ke lingkungan (Rahmawati, 2014). menambahkan bahwa baku mutu air limbah
Persyaratan instalasi pengolahan air limbah bagi usaha dan atau kegiatan RPH
(IPAL) adalah lokasi sebaiknya berada berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
tidak terlalu jauh dari sumber/asal air Hidup No. 5 Tahun 2014 di antaranya
limbahnya, tidak mengganggu lingkungan limbah cair memiliki kadar paling tinggi
dari segi pandangan maupun dari segi untuk BOD 100 mg/l, COD 200 mg/l, TSS
kemungkinan bau, dan tidak jauh dari 100 mg/l, minyak dan lemak 15mg/l, NH3-
saluran pembuangan lingkungan. Posisi N 25 mg/l dan pH 6- 9.
bangunan IPAL berada di atas tanah dan Limbah TPH Amessangeng
penghawaannya harus tidak mengganggu langsung mengalir ke lahan yang berujung
terhadap lingkungan (Kementerian di sungai, limbah yang tidak diolah
Kesehatan, 2011). berdampak terhadap masyarakat sekitar
Tempat pemotongan hewan yang meliputi polusi bau atau pencemaran
menghasilkan limbah cair yang sebagian udara, pencemaran air dan berdampak pada
besar berasal dari darah, isi saluran kesehatan. Pencemaran udara dapat terjadi
pencernaan dan sisa pencucian/pembersih karena campuran dua atau lebih bahan
ruang potong dan peralatan lainnya. pencemar, baik padat, cair maupun gas yang
Kandungan limbah cair pemotongan hewan terdispersi ke udara kemudian menyebar ke

Penerbit : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari 74


Jurnal Triton Vol. 12 No. 1 (Juni, 2021) : 68-77 Gading et al.

lingkungan sekitar. Bau yang dihasilkan sampai bau busuk di sekitar lokasi
dari suatu limbah dapat terjadi karena pemotongan hewan.
peristiwa oksidasi reduksi dari senyawa- Pembuangan limbah TPH
senyawa yang terkandung di dalamnya, Amessangeng yang berujung pada sungai
serta dapat juga terjadi karena aktivitas disekitar TPH bisa mengakibatkan
mikrobia, baik dalam kondisi aerob maupun terjadinya pencemaran, yang merupakan
anaerob. Bau terjadi akibat lepasnya gas- masuknya mahluk hidup atau komponen
gas dari dalam air ke udara. Kondisi di lain ke dalam air yang menyebabkan
sekitar TPH Amessangeng hampir tidak ada kualitas air menjadi menurun dan tercemar.
masyarakat yang merasa terganggu dengan Kondisi umum pada TPH adalah limbah
bau yang ditimbulkan dari limbah TPH, hal cair menjadi buangan yang bersifat rutin.
tersebut disebabkan karena pengaruh sinar Limbah cair pemotongan hewan bila
matahari yang bersinar sepanjang hari dibuang di sungai mengakibatkan kualitas
sehingga bekas limbah cepat mengering dan air menurun, yang disebabkan oleh
angin yang bertiup tidak ke arah kandungan sulfida dan amoniak bebas
pemukiman warga. Mawa’da (2012) diatas kadar maksimum kriteria kualitas air.
menyatakan bahwa munculnya bau Selain itu Salmonella sp. yang
menyengat pada sekitar TPH disebabkan membahayakan manusia (Nurfifi et al.,
jika turun hujan ataupun angin kencang, 2017).
tetapi gangguan bau tersebut akan menjadi Keluhan kesehatan masyarakat yang
bukan masalah ketika masyarakat sudah berada di sekitar TPH Amessangeng hampir
lama bermukim di sekitar TPH atau tidak ditemukan, hal tersebut disebabkan
peternakan. Faktor lain yang menyebabkan karena masyarakat tidak menjadikan air
tidak ada masyarakat yang merasa sungai sebagai sumber air untuk mandi,
terganggu dengan limbah TPH adalah sehingga kemungkinan munculnya masalah
jumlah pemotongan hewan di TPH pada gangguan kulit tidak terjadi.
Amessangeng masih sedikit yaitu 2 – 4 ekor Umumnya kondisi masyarakat di sekitar
per hari, sehingga limbah yang dihasilkan TPH yang mengalami keluhan kesehatan
juga sedikit. Aini et al. (2017) menyatakan adalah sesak napas yang biasa terjadi
bahwa lokasi pemotongan hewan dengan apabila konsentrasi bau yang tinggi muncul
jumlah pemotongan sapi 18-20 ekor per hari disekitar pemukiman, yang menyebabkan
yang pengolahan limbah kurang maksimal masyarakat susah untuk bernapas.
menyebabkan warna air yang dihasilkan Masyarakat yang berada disekitar TPH
menjadi coklat dan munculnya bau amis akan mencium bau berasal dari limbah urine

Penerbit : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari 75


Jurnal Triton Vol. 12 No. 1 (Juni, 2021) : 68-77 Gading et al.

dan darah, feses dan isi saluran pencernaan. DAFTAR PUSTAKA


Selain itu kondisi kesehatan masyarakat
Aini, A., Sriasih, M., & Kisworo, D. (2017).
juga dapat terganggu, disebabkan karena Studi Pendahuluan Cemaran Air
Limbah Rumah Potong Hewan di Kota
menggunakan air yang terkontaminasi
Mataram. Jurnal Ilmu Lingkungan.
dengan limbah TPH untuk mandi yang 15(1), 42.
https://doi.org/10.14710/jil.15.1.42-48
memungkinkan munculnya masalah
Bello W B. (2008). Problems and Prospect
gangguan pada kulit seperti gatal-gatal, hal of Organic Farming in Developing
Countries. Ethiopian Journal of
tersebut dimungkinkan karena adanya zat
Environmental Studies and
kimia dari proses pengolahan limbah TPH. Management., 1, 36–43.
Budiyono, Widiasa, I. N., Johari, S., &
Keluhan kesehatan terjadi di masyarakat di
Sunarso. (2011). Study on
sekitar lokasi pemotongan hewan Slaughterhouse Wastes Potency and
Characteristic for Biogas Production.
diantaranya keluhan pernafasan seperti
International Journal of Waste
sesak nafas dan batuk serta keluhan Resources, 01(2), 4–7.
https://doi.org/10.4172/2252-
penyakit kulit seperti gatal–gatal, bintik–
5211.1000102
bintik merah, nyeri dan kulit bersisik Indrawati, R. (2017). Penurunan BOD Pada
Biogas Kotoran Sapi Campuran
(Nurfifi et al., 2017).
Limbah Cair Industri Penyamakan
Kulit Dengan Variasi Kecepatan Dan
Lama Pengadukan. Journal of
KESIMPULAN DAN SARAN Research and Technology, 3(2), 44–
TPH Amessangeng telah memiliki 53.
Kementerian Kesehatan. (2011). Instalasi
sarana dan prasarana yang memadai untuk Pengolahan Air Limbah. Direktorat
pemotongan hewan, namun berdasarkan Bina Pelayanan Penunjang Medik
Dan Sarana Kesehatan, Jakarta, 4–5.
hasil pengamatan menunjukkan bahwa Kementrian Lingkungan Hidup 2014.
kondisi pengolahan limbah belum tersedia. (2000). Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 5 Tahun 2014 Tentang
Pembuatan kolam penampungan limbah Baku Mutu Air Limbah. Political
harus dilakukan dan dilanjutkan dengan Science, 52(2), 174–180.
https://doi.org/10.1177/00323187000
pengolahan limbah menggunakan IPAL 5200207
sebelum limbah dibuang ke sungai sekitar Khasrad, Hellyward, J., & Yuni, A. D.
(2012). Kondisi Tempat Pemotongan
TPH untuk mencegah munculnya polusi Hewan Bandar Buat Sebagai
udara, polusi air, tanah dan gangguan Penyangga Rumah Pemotongan
Hewan (Rph) Kota Padang. Jurnal
kesehatan. Peternakan Indonesia, 14(2), 373–
378.
Nurfifi, S., Jafriati, & Ardiansyah, R. T.
(2017). Analisis Pengelolaan Limbah
UPTD Rumah Pemotongan Hewan
(RPH) Dan Dampaknya Terhadap

Penerbit : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari 76


Jurnal Triton Vol. 12 No. 1 (Juni, 2021) : 68-77 Gading et al.

Masyarakat Sekitar Kelurahan


Anggoeya Kecamatan Poasia Kota
Kendari. J Kesimkesmas Jurnal Ilmiah
Mahasiswaehatan Masyarakat, 2(6),
1–10.
Padmono, D. (2005). Alternatif Pengolahan
Limbah Rumah Potong Hewan -
Cakung ( Suatu Studi Kasus ). J. Tek.
Ling. P3TL. BPPT, 6(1), 303–310.
Sari, E. D. A., Moelyaningrum, A. D., &
Ningrum, P. T. (2018). Kandungan
Limbah Cair Berdasarkan Parameter
Kimia di Inlet dan Outlet Rumah
Pemotongan Hewan ( Studi di Rumah
Pemotongan Hewan X Kabupaten
Jember). Journal of Health Science
and Prevention, 2(2), 88–94.
Singh, S., Moholkar, V. S., & Goyal, A.
(2014). Optimization of
carboxymethylcellulase production
from Bacillus amyloliquefaciens
SS35. 3 Biotech, 4(4), 411–424.
https://doi.org/10.1007/s13205-013-
0169-6.

Penerbit : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari 77

Anda mungkin juga menyukai