ABSTRACT
Slaughterhouses must meet the technical animals, but based on observations it shows that the
requirements set by the Ministry of Agriculture. To conditions for sewage treatment are not yet
provide Safe, Healthy, Whole, and Halal meat, it available. TPH Amessangeng waste flows directly to
must meet technical requirements which covering the land which ends in a river, no filtering has yet
physical (building and equipment), human been carried out. If it happens continuously and in
resources, and technical procedures for its large numbers, it can have an impact on the
implementation. This research was conducted at the surrounding community which includes odor
Amessangeng Slaughterhouse (TPH Amessangeng), pollution or air pollution, water pollution, and has
located in Sengkang City, Lamaddukelleng Village, an impact on health. The construction of a waste
Tempe District, Wajo Regency, South Sulawesi. The storage pond must be carried out and continued with
purpose of this study was to determine the conditions waste treatment using a Wastewater Treatment
of handling TPH Amessangeng waste, related to the Plant before the waste is discharged into the river
waste handling steps that have been implemented to around the TPH. This is important to do to prevent
prevent environmental pollution. The research air pollution, water pollution, soil pollution, and
methodology used is descriptive qualitative health problems.
research. TPH Amessangeng already has adequate
facilities and infrastructure for slaughtering
kandang atau feedlot. Laboratorium RPH
PENDAHULUAN untuk menguji kesehatan ternak dan
Rumah Potong Hewan (RPH) kesehatan daging yang ingin di
adalah suatu bangunan atau komplek distribusikan. Sementara laboratorium
bangunan dengan desain dan syarat tertentu milik TPH hanya menguji kesehatan daging
yang digunakan sebagai tempat memotong saat akan didistribusikan. TPH sendiri
hewan bagi konsumsi masyarakat umum. dapat digolongkan menjadi 2 yaitu modern
Khasrad et al. (2012) menyatakan Tempat dan tradisional (Darsono, 2006).
Pemotongan Hewan (TPH) merupakan Lokasi RPH/TPH harus memenuhi
penyangga bagi RPH dalam penyediaan persyaratan seperti tidak mencemari
daging yang aman, sehat, utuh dan halal lingkungan dan menimbulkan gangguan
(ASUH). TPH sebagai penyangga, tetapi selain itu harus memiliki akses air bersih
persyaratan dan kondisi pemotongan hewan yang untuk pelaksanaan pemotongan
harus sama, supaya daging yang dihasilkan hewan dan mendukung kegiatan
terjamin kualitasnya. pembersihan maupun desinfeksi. Setiap
Perbedaan antara RPH dan TPH daerah harus mempunyai tempat
dapat dikategorikan dalam beberapa tipe. pemotongan hewan yang harus memenuhi
Pertama rata-rata TPH adalah milik swasta, persyaratan teknis sesuai dengan yang
sementara RPH dimiliki oleh pemerintah ditetapkan oleh menteri pertanian.
negeri. Perbedaan yang paling signifikan RPH/TPH didirikan untuk menyediakan
adalah RPH mempunyai laboratorium daging yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal
bersamaan dengan bangunan RPH, (ASUH) bagi masyarakat, beberapa
sementara TPH memiliki laboratorium pada persyaratan yang harus dipenuhi tempat
berupa darah, isi saluran pencernaan, dan berupa peningkatan populasi mikroba
tersebut tercampur menjadi satu dibuang pencemaran air, tanah dan pencemaran
melalui saluran selokan. Limbah isi udara karena debu infeksius serta bau yang
lingkungan sekitar. Bau yang dihasilkan sampai bau busuk di sekitar lokasi
dari suatu limbah dapat terjadi karena pemotongan hewan.
peristiwa oksidasi reduksi dari senyawa- Pembuangan limbah TPH
senyawa yang terkandung di dalamnya, Amessangeng yang berujung pada sungai
serta dapat juga terjadi karena aktivitas disekitar TPH bisa mengakibatkan
mikrobia, baik dalam kondisi aerob maupun terjadinya pencemaran, yang merupakan
anaerob. Bau terjadi akibat lepasnya gas- masuknya mahluk hidup atau komponen
gas dari dalam air ke udara. Kondisi di lain ke dalam air yang menyebabkan
sekitar TPH Amessangeng hampir tidak ada kualitas air menjadi menurun dan tercemar.
masyarakat yang merasa terganggu dengan Kondisi umum pada TPH adalah limbah
bau yang ditimbulkan dari limbah TPH, hal cair menjadi buangan yang bersifat rutin.
tersebut disebabkan karena pengaruh sinar Limbah cair pemotongan hewan bila
matahari yang bersinar sepanjang hari dibuang di sungai mengakibatkan kualitas
sehingga bekas limbah cepat mengering dan air menurun, yang disebabkan oleh
angin yang bertiup tidak ke arah kandungan sulfida dan amoniak bebas
pemukiman warga. Mawa’da (2012) diatas kadar maksimum kriteria kualitas air.
menyatakan bahwa munculnya bau Selain itu Salmonella sp. yang
menyengat pada sekitar TPH disebabkan membahayakan manusia (Nurfifi et al.,
jika turun hujan ataupun angin kencang, 2017).
tetapi gangguan bau tersebut akan menjadi Keluhan kesehatan masyarakat yang
bukan masalah ketika masyarakat sudah berada di sekitar TPH Amessangeng hampir
lama bermukim di sekitar TPH atau tidak ditemukan, hal tersebut disebabkan
peternakan. Faktor lain yang menyebabkan karena masyarakat tidak menjadikan air
tidak ada masyarakat yang merasa sungai sebagai sumber air untuk mandi,
terganggu dengan limbah TPH adalah sehingga kemungkinan munculnya masalah
jumlah pemotongan hewan di TPH pada gangguan kulit tidak terjadi.
Amessangeng masih sedikit yaitu 2 – 4 ekor Umumnya kondisi masyarakat di sekitar
per hari, sehingga limbah yang dihasilkan TPH yang mengalami keluhan kesehatan
juga sedikit. Aini et al. (2017) menyatakan adalah sesak napas yang biasa terjadi
bahwa lokasi pemotongan hewan dengan apabila konsentrasi bau yang tinggi muncul
jumlah pemotongan sapi 18-20 ekor per hari disekitar pemukiman, yang menyebabkan
yang pengolahan limbah kurang maksimal masyarakat susah untuk bernapas.
menyebabkan warna air yang dihasilkan Masyarakat yang berada disekitar TPH
menjadi coklat dan munculnya bau amis akan mencium bau berasal dari limbah urine