Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI REAKSI FENTON UNTUK PENGOLAHAN AIR


EFLUEN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
RUMAH SAKIT

Oleh :

IVAN ABDURROSYID A P A. NIM. 21030117130113


MIFTAHUDIN NIM. 21030117130126

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Nama/ NIM : Ivan Abdurrosyid A P A./ 21030117130113


Nama/ NIM : Miftahudin / 21030117130126
Judul : Studi Reaksi Fenton Untuk Pengolahan Air Efluen Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit

Semarang, 07 Januari 2020


Telah menyetujui,
Dosen Pembimbing

Prof. Dr. I Nyoman Widiasa, S.T.,M.T.


NIP. 19700423 199512 001

ii
RINGKASAN

iii
SUMMARY

iv
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul “Studi Reaksi Fenton Untuk Pengolahan Air Efluen
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit”.
Dalam kesempatan ini penulis mengakui sepenuhnya bahwa tidaklah
mungkin menyelesaikan proposal penelitian ini tanpa doa, bantuan dan dukungan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. I Nyoman Widiasa, S.T.,M.T., selaku dosen pembimbing yang
telah berkenan membimbing serta mengarahkan kami dalam penyusunan
proposal penelitian.
2. Kedua orang tua kami atas doa, kesabaran, limpahan kasih sayang,
dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan.

3. Teman-teman serta pihak-pihak yang mendukung penelitian ini.


Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang berkaitan dengan proposal ini yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penyusunan proposal dimasa yang akan datang.
Semoga penelitian ini kelak dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 07 Januari 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran air limbah terhadap lingkungan merupakan salah satu
dampak dari pembangunan di berbagai bidang di samping memberikan
manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan pencemaran
lingkungan juga diakibatkan dari meningkatnya jumlah penduduk beserta
aktifitasnya. Limbah yang berbentuk cair yang tidak dikelola dengan baik
dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta
makhluk hidup lainnnya (Kemenkes, 2011).
Air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya merupakan salah satu sumber pencemaran air
yang harus diperhatikan karena mengandung senyawa organik yang cukup
tinggi, serta senyawa kimia lain yang berbahaya, dan mikroorganisme
patogen yang berbahaya bagi kesehatan. Air limbah rumah sakit memiliki
kualitas yang mirip dengan air limbah kota, tetapi mengandung berbagai
komponen yang berpotensi berbahaya, yaitu patogen mikrobiologis, senyawa
kimia berbahaya, desinfektan, obat-obatan, dan radioaktif isotop (Umadevi,
2015). Oleh karena itu air limbah rumah sakit perlu dikelola dengan baik agar
tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Menurut data nasional pertumbuhan rumah sakit di Indonesia sejak tahun
2012 hingga 2018 sebesar 5,2%, jumlah tersebut akan terus mengalami
peningkatan karena kebutuhan akan rumah sakit yang kian bertambah
(Kemenkes, 2018). Sebagai contoh Bed Turn Over untuk rumah sakit di
Semarang pada tahun 2014 sejumlah 49.420, 2015 sejumlah 49.495, 2016
sejumlah 50.735, 2017 sejumlah 51.246, dan 2018 sejumlah 51.536
(Poltekkes Semarang, 2019).
Bila limbah cair yang dibuang tidak memenuhi syarat pembuangan
limbah akan menyebabkan pencemaran, khususnya pada air tanah yang
banyak dipergunakanan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Dampak
negatif yang ditimbulkan antara lain : pencemaran air, warna, bau, dan
sumber penyakit.

ix
Oleh karena potensi dampak terhadap lingkungan dan kesehatan
masyarakat sangat besar maka berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1204/Menkes/SK/X2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit maka setiap fasilitas pelayanan kesehatan diwajibkan memiliki
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sedangkan baku mutu air limbah
mengacu pada Keputusan Menteri Negara Hidup No.58 Tahun1995 tanggal
21 Desember 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah
Sakit (Kemenkes, 2011).
Hingga saat ini sistem IPAL yang digunakan pada beberapa fasilitas
pelayanan kesehatan menggunakan sistem biofilter anaerob dan aerob. Tetapi
ada permasalahan dimana air limbah rumah sakit mengandung antibiotik,
obat-obatan, logam berat, kontras x-ray dan beberapa organik zat yang tidak
dapat terdegradasi secara biologis. Apabila hasil pengolahan limbah dengan
sistem tersebut dibuang pada saluran buangan umum maka akan
menyebabkan resiko dengan adanya zat berbahaya (Umadevi, 2015).
Pengolahan air limbah organik yang mengandung polutan organik
dengan stabilitas kimia yang tinggi dan biodegradabilitas yang rendah
menjadi pokok permasalahan selama ini. Proses oksidasi lanjutan (AOPs)
adalah alternatif untuk menghilangkan polutan ini secara efisien. Proses ini
menghasilkan spesies radikal pengoksidasi kuat (terutama HO*) yang dapat
mengatasi polutan organik menjadi tidak beracun. Di antara berbagai AOPs,
proses Fenton yang didasarkan pada siklus redoks Fe2+ atau Fe3+ dalam
sistem homogen untuk mengaktifkan H2O2 dan menghasilkan HO* (Gu,
2019).
Proses reaksi Fenton merupakan proses oksidasi lanjutan (AOPs) yang
telah dibuktikan berpotensi dalam mengatasi air limbah. Dalam proses reaksi
Fenton dihasilkan radikal hidroksil (OH*) yang dapat mengoksidasi polutan
organik dengan kuat untuk spesies anorganik (Haipeng, 2019). Reaksi Fenton
memiliki waktu reaksi singkat di antara semua proses oksidasi lanjutan yang
ada. Pereaksinya murah, tidak beracun, dan prosesnya mudah dijalankan serta
dikendalikan.

x
1.2 Rumusan Masalah
Limbah cair rumah sakit adalah limbah yang sering ditemui di
lingkungan masyarakat saat ini. Senyawa organik dan senyawa kimia dalam
limbah cair rumah sakit harus dipisahkan agar efluen dari pengolahan limbah
sesuai dengan baku mutu yang ada, sehingga tidak mencemari dan
membahayakan kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya. Parameter
dalam penentuan kelayakan limbah untuk bisa di buang ke badan air adalah
kandungan pH, Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen
Demand (BOD), Total Dissolved Solids (TDS), dan Total Suspended Solids
(TSS).
Penelitian terdahulu telah melakukan percobaan menggunakan proses
reaksi Fenton sebagai pengolahan limbah industri tekstil, limbah batik, dan
limbah pabrik kelapa sawit. Percobaan dilakukan dengan berbagai variasi
kondisi untuk memperoleh kombinasi kondisi variabel proses yang optimal
untuk pengolahan limbah.
Dari hasil percobaan untuk pengolahan limbah industri tekstil
didapatakan konsentrasi H2O2 optimum adalah 25ppm sedangkan FeSO4
optimum adalah 1,25ppm, dan dengan kondisi pH optimum 3 (Setiyanto,
2016). Dari hasil percobaan untuk pengolahan limbah batik didapatakan
konsentrasi H2O2 optimum adalah 50ppm sedangkan FeSO4 optimum adalah
0,5ppm, dengan waktu optimumnya 60 menit, dan dengan kondisi pH
optimum 3 (Setyaningtyas, 2018). Dari hasil percobaan untuk pengolahan
limbah pabrik kelapa sawit didapatakan konsentrasi H2O2 optimum adalah
5586,43ppm sedangkan FeSO4 optimum adalah 3703,52ppm, dan dengan
kondisi pH optimum 3 (Yulia, 2016).
Pada penelitian kali ini, peneliti ingin membandingkan dengan berbagai
variabel yang akan digunakan dalam proses reaksi Fenton terhadap air efluen
IPAL rumah sakit karena masih beragamnya variabel yang dapat digunakan
dalam pengujian. Air efluen IPAL rumah sakit memiliki karakteristik yang
berbeda dengan karakterisitik limbah yang telah digunakan pada penelitian
sebelumnya dengan proses reaksi Fenton. Yang berarti memiliki kondisi
optimum yang berbeda pula dalam pengolahannya dengan proses reaksi

xi
Fenton. Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi variasi kondisi
proses reaksi Fenton terhadap kualitas air efluen IPAL rumah sakit sehingga
nantinya dapat memenuhi baku mutu yang ada.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengkaji pengaruh waktu kontak reaksi terhadap kualitas limbah.
2. Untuk mengkaji pengaruh konsentrasi FeSO4.7H2O dan H2O2 terhadap
Penurunan COD dan TSS limbah efluen IPAL rumah sakit

1.4 Manfaat Penelitian


1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan di dapatkan limbah efluen cair
rumah sakit bisa memenuhi baku mutu limbah cair sesuai dengan aturan
baku mutu yang ada.
2. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan reaksi fenton
kepada penyedia layanan kesehatan.
3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi pembuktian dan
pengembangan dari penelitian yang sudah ada sebelumnya.

xii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efluen IPAL Rumah Sakit


Limbah cair rumah sakit adalah limbah yang mempunyai karakteristik
kompleks karena dihasilkan dari berbagai macam aktifitas medis rumah sakit.
Limbah cair ini mengandung senyawa organik yang tinggi, senyawa kimia,
serta bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit dan tahan terhadap
degradasi biologis (Umadevi, 2015).
2.1.1 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit
Limbah cair rumah sakit adalah hasil buangan dari seluruh
kegiatan rumah sakit, mulai dari kegiatan domestik yaitu buangan dari
kamar mandi, dapur, dan laundry hingga kegiatan klinis seperti air
bekas pencucian pada ruang operasi, aktifitas laboratorium, radiologi,
dan lain-lain (Alamsyah, 2007 dan Akbar, 2010). Limbah cair rumah
sakit diklasifikan berdasarkan jenisnya menurut sumber dan kegiatan
rumah sakit seperti kegiatan medis, kegiatan non medis, dan kegiatan
lainnya. Jenis dan sumber limbah cair tersebut antara lain :
a. Limbah Klinis
Limbah yang dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin,
seperti pada rawat jalan, rawat inap, ruang perawatan intensif, IGD,
sampai ruang bedah atau operasi. Limbah ini berbahaya dan
mengakibatkan infeksi kuman.
b. Limbah Patologi
Limbah hasil kegiatan dari pelayanan patologi anatomi, limbah ini
juga dianggap berisiko tinggi karena merupakan buangan bekas
pencucian dari jaringan tubuh manusia.
c. Limbah Radioaktif
Berasal dari unit radiologi yaitu air bekas pencucian film, walaupun
limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di
rumah sakit, pembuangannya secara aman juga perlu diatur dengan
baik. Pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangannya secara
aman juga perlu diatur dengan baik.

xiii
d. Limbah Domestik dan Laundry
Berasal dari kamar mandi, kantin, dan kegiatan pencucian linen
kotor. Limbah ini mempunyai kandungan deterjen dan surfaktan
yang tinggi.
Kualitas dan kuantitas limbah cair rumah sakit sangat
dipengaruhi oleh kepadatan aktifitas rumah sakit setiap harinya.
(Supradmaja, 2015)
2.1.2 Karakteristik Efluen IPAL Rumah Sakit
Limbah rumah sakit memiliki karakteristik yang berbeda dengan
limbah yang dihasilkan pada industri biasanya. Yaitu dalam hal
kandungan bahan infeksius dan kandungan bahan organik yang tinggi.
Pada umumnya diukur dengan parameter Biological Oxygen Demand
(BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Dissolved Solid
(TDS), Total Suspended Solid (TSS), dan pH yang dapat dianalisa di
dalam laboratorium (Umadevi, 2015). Oleh karena karakteristik yang
berbeda dengan limbah pada umumnya, efluen IPAL rumah sakit tidak
dapat terdegradasi secara biologis sehingga dibutuhkan penanganan
yang khusus.
Dari tabel berikut terlihat bahwa air limbah rumah sakit jika tidak
diolah sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan. Selain
pencemaran secara kimiawi, air limbah rumah sakit juga berpotensi
untuk mencemari lingkungan secara bakteriologis.
Tabel 2.1 Contoh Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit
No. Parameter Minimum Maksimum Rata-rata
1 BOD – mg/L 31,52 675,33 353,43
2 COD – mg/L 46,62 1183,4 615,01
3 Angka Permanganat 69,84 739,56 404,7
(KmnO4) – mg/L
4 Ammoniak (NH3) – 10,79 158,73 84,76
mg/L
5 Nitrit (NO2-) – mg/L 0,013 0,274 0,1435
6 Nitrat (NO3-) – mg/L 2,25 8,91 5,58

xiv
7 Khlorida (Cl-) – mg/L 29,74 103,73 66,735
8 Sulfat (SO4) – mg/L 81,3 120,6 100,96
9 pH 4,92 8,99 6,96
10 Zat padat tersuspensi 27,5 211 119,25
(TSS) – mg/L
11 Detergen (MBAS) – 1,66 9,79 5,725
mg/L
12 Minyak/lemak – mg/L 1 125 63
13 Cadmium (Cd) – Ttd 0,016 0,008
mg/L
14 Timbal (Pb) 0,002 0,04 0,021
15 Tembaga (Cu) – mg/L Ttd 0,49 0,245
16 Besi (Fe) – mg/L 0,19 70 35,1
17 Warna – (Skala Pt-Co) 31 150 76
18 Phenol – mg/L 0,04 0,63 0,335
Sumber : PD PAL JAYA, 1995

Tabel 2.2 Sumber, karakteristik, dan pengaruh air limbah


Sumber Air Material Utama Pengaruh pada Konsentrasi
Limbah Tinggi pada Penanganan
Biologis
-Rawat inap -Material -Antiseptik : Beracun untuk
-Rawat jalan organik mikroorganisme
-Rawat darurat -Ammonia -Antibiotik : Beracun untuk
-Rawat intensif -Bakteri mikroorganisme
-Haemodialisa pathogen
-Bedah sentral -Antiseptik
-Rawat isolasi -Antibiotik
-Laboratorium -Solvent organik -Logam berat : Beracun
klinik dan -Fosfor untuk mikroorganisme
kimia -Logam berat -pH fleksibel : beracun
-pH fleksibel untuk mikroorganisme

xv
-Ruang dapur -Material -Minyak/lemak :
organik mengurangi perpindahan
-Minyak/lemak oksigen ke air
-Fosfor -Pembersih ABS :
-Pembersih ABS Terbentuk gelembung
dalam bioreaktor
-Laundry -Fosfor -pH 8-10 : Beracun untuk
-pH 8-10 mikroorganisme
-ABS, -ABS : Terbentuk
N-heksana gelembung dalam
bioreaktor
-Ruang -Ag -Ag : Beracun untuk
pemrosesan -Logam berat mikroorganisme
sinar X lainnya
-Ruang radio- -Senyawa -Senyawa radioaktif :
isotop radioaktif Beracun

2.2 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Reaksi Fenton


Dalam proses reaksi Fenton, besi dan hidrogen peroksida adalah dua
bahan kimia utama yang menentukan biaya operasi serta efisiensi. Reaksi
Fenton memiliki waktu reaksi singkat di antara semua proses oksidasi
lanjutan dan memiliki keuntungan penting lainnya. Besi dan H2O2 murah dan
tidak beracun, tidak ada batasan perpindahan massa karena sifat katalitiknya
yang homogen, tidak ada energi yang terlibat sebagai katalis dan prosesnya
mudah dijalankan dan dikendalikan. Oksidasi Fenton, metode oksidasi
canggih, tampaknya menjadi metode yang paling menjanjikan, dalam hal
efektivitas biaya dan kemudahan operasi. Oksidasi Fenton adalah metode
yang sangat efektif dalam menghilangkan banyak polutan organik berbahaya
dari air limbah. Oksidasi Fenton juga bisa menjadi langkah pretreatment yang
efektif dengan mentransformasikan konstituen menjadi produk yang lebih
mudah terurai secara hayati dan mengurangi toksisitas keseluruhan terhadap
mikroorganisme dalam proses pengolahan biologis hilir.

xvi
Oksidasi menggunakan reagen Fenton (proses reaksi Fenton)
menyebabkan pemisahan oksidan dan pembentukan radikal hidroksil reaktif
yang menghancurkan polutan organik menjadi senyawa yang tidak berbahaya
(CO2, air, dan garam anorganik). Reagen Fenton adalah H2O2 dan ion besi.
Mereka menghasilkan radikal hidroksil mengikuti reaksi berantai yang
dirangkai sebagai berikut :

Fe2+ + H2O2 Fe3+ + OH* + OH-

OH* + Fe2+ OH- + Fe3+

Seperti yang ditunjukkan dalam reaksi di atas, besi besi (Fe2+) memulai
reaksi dan mengkatalisis dekomposisi H2O2 dalam radikal hidroksil. Namun,
ion besi yang baru terbentuk (Fe3+) dapat menguraikan hidrogen peroksida
dalam air dan oksigen (membentuk ion besi dan radikal).

Fe3+ + H2O2 Fe- OOH2+ + H+

Fe- OOH2+ HO2* + Fe2+

Reaksi di atas disebut sebagai proses reaksi Fenton (Umadevi, 2015).


Radikal hidroksil mempunyai potensial oksidasi yang tinggi, sehingga dapat
mengurangi kadar COD dan TSS dalam limbah cair. Keuntungan proses AOP
dengan reaksi Fenton adalah memiliki waktu reaksi yang pendek diantara
proses AOP lainnya, reagen hidrogen peroksida yang digunakan sedikit, dan
dapat mendegradasi komponen organik yang sulit terurai serta dapat
mengubah senyawa organik yang terkandung menjadi karbon dioksida dan air
(Yulia dkk., 2016).

2.3 Parameter Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit


Parameter baku mutu limbah digunakan sebagai limit control dalam
penanganan limbah yang ada sebelum nantinya dapat dibuang di saluran
pembuangan umum. Parameter baku mutu tersebut harus dipenuhi terlebih
dahulu agar tidak menimbulkan permasalahan yang memberi dampak
terhadap lingkungan dan mahluk hidup.

xvii
Di Jawa Tengahr baku mutu limbah cair rumah sakit telah diatur dalam
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah nomor 5 tahun 2012 tentang Baku
Mutu Air Limbah, lampirannya pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Rumah Sakit
NO PARAMETER SATUAN KADAR MAKSIMUM
1 Suhu °C 30
2 TSS mg/L 30
II. KIMIA
1. pH - 6,0 – 9,0
2. BOD5 mg/L 30
3. COD mg/L 80
4. NH3-N Bebas mg/L 0,1
5. Phosphat (PO4-P) mg/L 2
III. MIKROBIOLOGI
1. Kuman Golongan Coli MPN/100 mL 5.000
IV. RADIOAKTIVITAS
1. 32P Bq/L 7 x 102
2. 35 S Bq/L 2 x 103
3. 45 Ca Bq/L 3 x 102
4. 51 Cr Bq/L 7 x 104
5. 67 Ga Bq/L 1 x 103
6. 85 Sr Bq/L 4 x 103
7. 99 Mo Bq/L 7 x 103
8. 113 Sn Bq/L 3 x 103
9. 125 I Bq/L 1 x 104
10. 131 I Bq/L 7 x 104
11. 192 Ir Bq/L 1 x 104
12. 201 Ti Bq/L 1 x 105
Sumber : LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012

xviii
Sementara untuk baku mutu limbah cair rumah sakit yang diatur dalam
peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 5 tahun
2014 tentang Baku mutu air limbah, lampirannya pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan fasilitas kesehatan
peraturan Menteri lingkungan hidup
Konsentrasi Paling Tinggi
Parameter
Nilai Satuan
Fisika
o
Suhu 30 C
Zat padat terlarut 2.000 mg/L
Zat padat tersuspensi 200 mg/L
Kimia
pH 6-9
BOD 50 mg/L
COD 80 mg/L
TSS 30 mg/L
Minyak dan Lemak 10 mg/L
(MBAS) 10 mg/L
Amonia Nitrogen 10 mg/L
Total Coliform 5.000 mg/L
Sumber : LAMPIRAN XLIV PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 5 TAHUN 2014

2.4 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.3 Penelitian terdahulu
Nama Jurnal Penulis Tahun Tujuan dan Hasil
Fenton Process-A Pre Umadevi.V 2015
Treatment Option for
Hospital Waste water
Application of Macarena Munoz,, 2016
intensified Fenton Patricia Garcia-
oxidation to the Muñoz, Gema
treatment of hospital Pliego, Zahara M.de

xix
wastewater: Kinetics, Pedro,
ecotoxicity and Juan A. Zazo, Jose
disinfection A. Casas, Juan J.
Rodriguez
Degradation of Manisha Verma, 2019
amoxicillin by Fenton A.K. Haritash
and Fenton-integrated
hybrid
oxidation processes
Degradation of Manisha Verma, 2019
amoxicillin by Fenton A.K. Haritash.
and Fenton-integrated
hybrid
oxidation processes
Recent advances in Amit Kumar, 2019
nano-Fenton catalytic Anamika Rana ,
degradation of Gaurav Sharma ,
emerging Mu. Naushad, Pooja
pharmaceutical Dhiman, Anu
contaminants Kumari, & Florian J.
Stadler

xx
BAB III
METODE PENELITI

3.1 Rancangan Percobaan


Mengambil sample air efluen rumah sakit 500mL untuk tiap variabel

Mengatur pH sample hingga pH=3

H2O2 : Fe = 1:1 ppm Menambahkan reagen H2O2 dan H2O2 : Fe = 1:2,5 ppm
FeSO4.7H2O sejumlah sesuai
Waktu = 30, 60, 90 menit H2O2 : Fe = 1:1,25 ppm
variabel
H2O2 : Fe = 1:0,83 ppm

Melakukan proses pengadukan H2O2 : Fe = 1:0,825 ppm


Tujuan 1
dengan magnetic stirrer selama H2O2 : Fe = 1:0,5 ppm
waktu tertentu
Waktu = t optimum

Melakukan proses pengadukan


dengan magnetic stirrer selama Tujuan 2
waktu tertentu

Melakukan analisa pH, TSS, BOD,


dan COD sebagai kualitas limbah
(air efluen rumah sakit)
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan
3.2.1 Bahan
1. Air efluen Rumah Sakit Nasional Diponegoro
2. Reagen H2O2
3. Reagen FeSO4.7H2O
4. H2SO4
5. NaOH
6. Aquades

3.2.2 Alat

xxi
1. Magnetic stirrer
2. Stopwatch
3. pH meter
4. Gelas ukur
5. Beaker glass
6. Erlenmeyer
7. Kertas saring whatsman
8. Botol plastik polyethen
9. Penyimpanan
10. Pipet tetes

3.3 Variabel Operasi


1. Variabel tetap
- pH reaksi = pH 3
- Volume air efluen = 500mL untuk tiap variable
- FeSO4.7H2O = 500mg/L
2. Variabel bebas
- H2O2 = 200mL, 400mL, 600mL, 800mL, 1000mL
- Waktu reaksi = 30 menit, 60 menit, 90 menit
3. Variabel terikat
- pH, TSS, dan COD

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengambilan dan Penyimpanan Sampel

Mengambil air efluen rumah sakit dari lokasi pembuangan IPAL


rumah sakit. Sampel dikumpulkan dalam botol plastik polyethen dan
beri segel. Setelah pengumpulan sampel, botol-botol dibawa ke
laboratorium untuk analisis yang diperlukan. Semua sampel air
disimpan pada suhu 4ºC sampai analisis atau percobaan (Umadevi,
2015).

xxii
3.4.2 Analisis Karakteristik Awal Air Efluen IPAL Rumah Sakit

Sebelum dilakukan percobaan, sampel Air Efluen IPAL Rumah


Sakit dianalisis karakteristik awal dan diambil sebanyak 400 ml untuk
dilakukan percobaan pada berbagai parameter fenton. pH diatur dengan
menggunakan H2SO4 0,1 M atau NaOH 0,1 M. Kemudian limbah
tersebut diaduk selama 2 menit (120 rpm), dan 20 menit (20 rpm).
Setelah pengadukan limbah didiamkan selama 4 jam dan disaring.
Filtrat yang diperoleh dianalisis karakteristiknya, yaitu COD, TSS, dan
pH sesuai dengan SNI masing-masing. Analisis COD dilakukan secara
titrimetri refluks tertutup (SNI 6989.73.2009), TSS secara Gravimetri
(SNI 06-6989.3-2004) dan pH dengan pH meter (SNI06-6989.11-
2004).

3.4.3 Menentukan Waktu Reaksi Optimum


1. Ambil 500mL air efluen rumah sakit ke dalam beaker glass.
2. Atur pH air efluen tersebut hingga pH=3.
3. Tambahkan 500mg FeSO4.7H2O ke dalam beaker glass.
4. Tambahkan reagen H2O2 500mL ke dalam beaker glass.
5. Lakukan proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama
100 menit.
6. Ambil sampel setiap 10 menit.
7. Analisa kembali pH, TSS, dan COD.
8. Tentukan waktu optimum.

3.4.4 Menentukan Kadar H2O2 dan FeSO4.7H2O Optimum


1. Ambil 500mL air efluen rumah sakit ke dalam beaker glass.
2. Atur pH air efluen tersebut hingga pH=3.
3. Tambahkan H2O2 dan FeSO4.7H2O sesuai variabel.
4. Lakukan proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer sesuai
dengan waktu optimum yang diperoleh.
5. Analisa kembali pH, TSS, dan COD.
6. Tentukan kadar H2O2 dan FeSO4.7H2O optimum.

xxiii
xxiv
BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN

4.1 Jadwal Pelaksanaan


Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan di Laboratorium Terpadu
Universitas Diponegoro dengan rincian kegiatan seperti disajikan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian

DAFTAR PUSTAKA

American Public Health Association. 2007. Standard Operating Procedure for:


Total Suspended Solids. (https://beta-static.fishersci.com/conten
t/dam/fishersci/en_US/documents/programs/scientific/technical-documents

xxv
/white-papers/apha-total-suspended-solids-procedure-white-paper.pdf
diakses pad : 05 November 2019 pukul 20.10).
Azar, Akbar Mokhtari et al. (2010). Investigation of Optimal Method for Hospital
Wastewater Treatment. Journal of Food, Agriculture & Environment Vol.8
(2): 1199 - 1202.
Febrian, Muhamad Basit. 2008. Pengembangan Sensor Chemical Oxygen
Demand (COD) Berbasis Fotoelektrokatalis : Evaluasi Respon terhadap
Beberapa Surfaktan. Depok : FMIPA UI.
Geotechnical Engineering Bureau. 2015. GTM-24 Geotechnical Test Method:
Test Method For Determination Of Ph Value Of Water Or Soil By Ph
Meter. New York : Department Of Transportation Geotechnical
Engineering Bureau.
Gu, Tao, et al. (2019). Fluoride ion accelerating degradation of organic pollutants
by Cu(II)-catalyzed Fenton-like reaction at wide pH range. Journal of
Hazardous Materials, 377, 365–370.
Indian Standars. 2007. IS 3025 (part 44) Methods Of Sampling And Test
(Physical And Chemical) For Water And Wastewater Part 44 Biochemical
Oxygen Demand ( BOD ) (First Revision). New Delhi : Berau of Indian
Standars.
Isyuniarto, dan Agus Purwadi. (2007). Pengaruh Ph Dan Oksidan Ozon Terhadap
Jumlah Bakteri Coliform Pada Limbah Rumah Sakit (Studi Kasus Limbah
RSUD Kota Yogyakarta). ISSN 0216 – 3128.
Kementerian Kesehatan. 2011. Seri Sanitasi Lingkungan Pedoman Teknis
Instalasi Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob
Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik Dan Sarana Kesehatan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah. Berita Negara Republik Indonesia, No.1815, 2014.
Kerubun, Ali Arsad. (2014). Kualitas Limbah Cair Di Rumah Sakit Umum
Daerah Tulehu. JURNAL MKMI, hal 180-185.

xxvi
Li, Haipeng, et al. (2019). Waste control by waste: Fenton–like oxidation of
phenol over Cu modified ZSM–5 fromcoal gangue. Science of the Total
Environment, 683, 638–647.
Lumaela, Asih Kurniasih, Bambang Widjanarko Otok, dan Sutikno. (2013).
Pemodelan Chemical Oxygen Demand (COD) Sungai di Surabaya Dengan
Metode Mixed Geographically Weighted Regression. JURNAL SAINS
DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print).
Munoz, Macarena, et al. (2016). Application of intensified Fenton oxidation to the
treatment of hospital wastewater: Kinetics, ecotoxicity and disinfection.
Journal of Environmental Chemical Engineering, 4, 4107–4112.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah.
Politeknik Kesehatan Semarang. 2019. Data Bed Turn Over (BTO) Rumah Sakit.
Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Setiyanto, Henry. dkk. 2016. Study On The Fenton Reaction for Degradation of
Remazol Red B In Textile Waste Industry. Molekul, Vol. 11. No.2.
Setyaningtyas, Tien. dkk. 2018. Degradation of Phenol in Batik Wastewater Using
Fenton Reagent under UV Rays. Purwokerto : Fakultas MIPA Jurusan
Kimia, UNSOED.
Suparmadja, Aria. (2015). Analisis Risiko Dan Optimasi Kinerja Ipal Rumah
Sakit Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (Fta). Thesis –
Re142541. Surabaya : Department Of Environmental Engineering Faculty
Of Civil Engineering And Planning Sepuluh Nopember Institute Of
Technology Surabaya.
Umadevi, V. (2015). Fenton Process-A Pre Treatment Option for Hospital Waste
water. International Journal of Innovation Engineering and Technology
(IJET), Volume 5, ISSN: 2319-1058.

xxvii
Verma, Manish & A.K. Haritash. (2019). Degradation of amoxicillin by Fenton
and Fenton-integrated hybrid oxidation processes. Journal of
Environmental Chemical Engineering, 7, 102886.
Yulia, Ruka. dkk. 2016. Application of Advanced Oxidation Process (AOP)
Fenton on Palm Oil Mill Effluent Treatment. Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan, Vol. 11, No. 1.

xxviii

Anda mungkin juga menyukai