net/publication/331295477
CITATIONS READS
0 2,511
3 authors:
Feddy Suryanto
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
19 PUBLICATIONS 18 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Sri Wahyono on 23 February 2019.
BAB 7
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RPH
Penyaringan Kasar
Penyaringan kasar dilakukan dengan automatic coarse screen atau
step screen. Dengan penyaring tersebut, padatan berukuran lebih dari tiga
milimeter dapat terpisahkan. Material tersebut umumnya adalah rumput
sisa pakan, gumpalan feses sapi, sampah plastik, dan tali dadung. Material
tersebut kemudian dipindahkan ke ruang pengumpul padatan (storage of
screenings) oleh konveyor. Sementara itu, limbah cair yang telah disaring
ditampung di pumping pit sebelum dipompa ke sistem penyaring
berikutnya yaitu unit fine screen.
Laju masukan limbah cair ke dalam step screen tergantung dari level
ketinggian limbah cair di dalam pumping pit. Level ketingggiannya
dimanfaatkan untuk mengaktifkan secara otomatis operasi step screen,
pompa, belt conveyor dan fine screen.
Pada level ketinggian limbah cair 60 cm dalam pumping pit, pompa
pertama, step screen, belt conveyor dan fine screen akan menyala secara
otomatis. Sementara itu, pada saat level air menjcapai titik yang lebih
tinggi (80 cm) pompa kedua akan beroperasi. Seluruh peralatan akan mati
ketika level limbah cair di dalam pumping pit mencapai titik yang rendah
yaitu sekitar 20 cm. Hal itu untuk mencegah beroperasinya pompa dalam
keadaan sedikit limbah cair.
Sebuah alarm akan secara otomatis berbunyi ketika level ketinggian
limbah mencapai 90 cm. Situasi ini dapat terjadi ketika pompa tidak
bekerja atau pada kasus hujan besar di mana saluran air hujan dan air
limbah terisi penuh. Limbah cair yang berlebih tersebut kemudian
limpahkan ke dalam saluran air hujan dan dialirkan ke sungai.
Penyaringan Halus
Limbah cair yang telah disaring, disaring lagi dengan fine screen yang
akan memisahkan padatan yang berukuran antara 1 sampai 3 mm. Pompa
yang digunakan untuk memompa limbah cair dari pumping pit ke fine
screen memiliki kapasitas 28 m³/jam hingga 45 m³/jam.
Jumlah partikel padatan yang tersaring rata-rata 3,9 l/m³ limbah cair.
Maksimum kandungan TSS di dalam limbah cair yang keluar dari unit fine
screen adalah 3,2 g/l.
Penanganan Lumpur
yang berasal dari partikel-partikel halus isi rumen seperti halnya yang
terjadi pada bak pra-sedimentasi.
Jumlah harian sludge yang berada di dalam sludge storage sekitar 5
m³. Sludge tersebut setiap hari dipindahkan ke drying bed atau ke
composting plant.
Di composting plant, sludge ditempatkan di atas windrow yang
berumur muda di mana proses komposting sedang berjalan sangat aktif
sehingga timbul suhu yang hangat. Dalam kondisi tersebut sludge yang
ditempatkan di atas windrow akan mengalami evaporasi sehingga secara
alamiah akan mengering. Laju evaporasi sekitar 5 mm/hari. Sludge akan
mengering setelah 2 hari.
Dari pumping pit, limbah cair dipompa ke anerobic fixed bed digester.
Temperatur limbah cair tersebut sekitar 28 ˚C. Temperatur optimum untuk
bakteri metanogenik sekitar 35 ˚C yang biasanya di daerah temperata
dicapai dengan menghangatkannya dengan sistem pemanas. Sistem
pemanas berbiaya tinggi baik investasi maupun pemeliharaanya. Dalam
iklim tropis, sistem pemanas biogas tidak diperlukan.
Nilai pH limbah cair yang masuk ke digester sekitar 6,93. Suasana pH
yang cocok untuk kehidupan bakteri metan. Bakteri metan hidup pada pH
antara 6,7 dan 7,4, dengan pH maksimum 7,0 sampai 7,2. Setelah keluar
dari fixed bed digester nilai pH nya sekitar 7,14. Hal ini mungkin disebabkan
oleh proses biologis bakteria dalam mensintesa metan, karbondioksida,
dan air. Dengan demikian keasamannya menurun.
yang tinggi, berarti produksi metana yang mempunyai nilai kalor baik,
tentunya gas ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. referensi
yang hanya mampu mencapai 70 % CH4. dengan jumlah prosentase
metana yang tinggi, berarti produksi metana yang mempunyai nilai kalor
baik, tentunya gas ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Sedimentasi Akhir
Dilihat dari jumlah produksi listrik, maka listrik yang berasal dari
biogas dapat memenuhi kebutuhan energi untuk mengoperasikan IPAL
bahkan surplus sebanyak 373 kWh/hari (495 kWh/hari – 122 kWh/hari).
Apabila tarif listrik per kWh nya adalah 578 rupiah maka keuntungan
dari listrik yang dihasilkan setiap harinya adalah Rp. 215.541 atau setiap
bulannya Rp. 6.466.218.
Dalam pengoperasiannya, IPAL membutuhkan manajer, operator
dan pekerja yang bekerja mengumpulkan data, membersihkan screen,
belt conveyor, membersihkan swimming scum, gutters dan sludge, dan
sebagainya seperti yang terlihat pada Tabel 7.5. Dalam 1 hari total
diperlukan waktu kerja 3,5 jam.