Abstrak
Abstract
Marriage is one of the most important part. Marriage unites a man and a woman, also
brings together two (2) families and even also a bridge between Dalihan na tolu.The development
of the system of marriage that happened was the development of mating systems exogami be
eleuthrogami, visible from the same clan marriage in Toba Batak society. Where, the same clan
marriage is forbidden marriage. the impact of the same clan marriage is chaos in the order or
status or position within the internal clan. With the occurrence of the same clan marriage such, it
demonstrates that progress has been mating system of exogami towards eleuthrogami, because the
mating system eleuthrogami knows no restrictions on taking a couple either from inside or outside
the clan, the same as the same clan marriage occurring in indigenous peoples Batak Toba. then
the factors that lead to the development of mating systems are factors of education, overseas and
globalization.
Keywords : Development, Systems Marriage, Batak Toba, The Same Clan Marriage
1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
10 11
Loc.cit Sorejono Soekanto, Op.Cit, halaman 7
5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
hanyalah akan menjadi mitos atau tidak seperti budaya yang kita miliki
sebatas tahayul saja. Tidak seperti terutama yang dimiliki masyarakat
orang batak yang berdiam di adat Batak Toba. Seperti yang telah
kampung, yang masih percaya pada tersebut diatas bahwasannya dia
tahayul, karena memang sejatinya dalam adat masyarakat adat Batak
sifat dari masyarakat adat adalah Toba terdapat tahapan-tahapan
memiliki sifat religio magis yaitu sebelum melangsungkan upacara
yang masih mempercayai adanya perkawinan adat dan setiap tahapan-
kekuatan gaib. tahapan tersebut memiliki makna
Dengan telah berkembang- tersendiri dan sifatnya adalah
nya pemikiran dan wawasan yang sakral.26
semakin bertambah memicu Budaya bebas yang telah
masyarakat adat yang berada di sedikit banyak mempengaruhi
perantauan menginginkan terjadi masyarakat adat tersebut dianggap
pula perkembangan pada aturan memicu perkembangan masyarakat
hukum adat beserta sanksi-sanksinya adat yang terikat dengan aturan
termasuk pula aturan dan sanksi adatnya, ditambah dengan ke-
mengenai larangan perkawinan tidakmampuan masyarakat adat
karenaaturan dan sanksi tersebut untuk beradaptasi dengan baik
dianggap sudah tidak sesuai dan menjadikan masyarakat adat
tidak relevan lagi, sudah seharusnya terbawa-bawa budaya barat yang
aturan adat dan sanksi-sanksinya serba bebas. Telah terkontaminasinya
tersebut berkembang seperti masyarakat adat Batak Toba yang
perkembangan yang terjadi di bermigrasi atau merantau ke Kota
kehidupan mereka.25 Medan dengan budaya asing yang
3. Faktor Globalisasi serba bebas yang dibawa oleh arus
Menurut bapak St. P. globalisasi mengakibatkan perubahan
Pasaribu,S.Si,M.Si selaku kepala dari karakter masyarakat adat Batak
adat, globalisasi dianggap sebagai Toba tersebut dan menurunkan
faktor terakhir penyebab terjadinya kewibawaan dari hukum adat dalam
perkembangan yang terjadi di mengatur dan mengikat masyarakat
masyarakat adat Batak Toba. adatnya. Sehingga hal ini dianggap
Globalisasi membawa budaya- sebagai salah satu faktor yang
budaya asing yang dianggap dapat mengakibatkan masyarakat adat
mempengaruhi masyarakat adat menginginkan terjadinya per-
untuk mengikuti budaya asing kembangan aturan adat terutama
tersebut. Seperti misalnya budaya aturan tentang perkawinan adat, agar
barat yang ada saat ini ialah budaya aturan adat tersebut mengikuti
seks bebas, pasangan yang bukan perkembangan yang terjadi di
suami istri namun melakukan hidup masyarakat tersebut.
bersama, dan budaya barat juga tidak Melihat budaya bebas yang
memiliki prosesi atau upacara adat dimiliki oleh orang barat sangat
dalam melangsungkan perkawinan, memungkinkan mengubah pola pikir
25 26
Wawancara dengan kepala adat Wawancara dengan kepala adat
St.P.Pasaribu,S.Si,M.Si, 8 Februari 2017 St.P.Pasaribu,S.Si,M.Si, 8 Februari 2017
melalui Komunikasi via telepon genggam melalui Komunikasi via telepon genggam
15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
masyarakat adat Batak Toba di Kota adat Batak Toba yang berada di Kota
Medan memiliki pola pikir yang Medan adalah perkembangan sistem
serba praktis. Dengan sifat dari perkawinan yang semulanya
hukum adat yang masih sangat kaku menggunakan sistem perkawinan
dan mengikat kuat masyarakat eksogami yang kemudian mengarah
adatnya sangatlah bertolak belakang ke sistem eleutherogami. Hal ini
dengan perkembangan yang terjadi di terlihat dari telah terjadinya
masyarkat adat Batak Toba yang saat perkawinan antar kelompok semarga
ini, apalagi masyarakat adat Batak diantara masyarakat adat Batak
Toba saat ini khususnya para Toba. Dahulu, masyarakat adat Batak
pemuda-pemudinya menginginkan Toba melarang keras perkawinan
kepraktisan, sedangkan seperti yang antar kelompok semarga karena
telah disebutkan di atas bahwsannya mereka memiliki sistem perkawinan
aturan adat dari masyarakat adat exogami, yang mana mengaharuskan
Batak Toba masih sangat kaku masyarakat adatnya untuk
ditambah lagi dengan prosesi dari mengambil pasangan dari luar klan
upacara adatnya yang sangat banyak, atau marganya. Karena dahulu
yang dianggap tidak praktis dan juga perkawinan antar kelompok semarga
membutuhkan biaya yang sangat sangat dilarang, maka jikalau
besar. Sehingga hal ini menjadi seseorang ingin melakukan per-
gambaran yang ditangkap oleh kawinan antar kelompok semarga
pemuda-pemudi dari masyarakat adat tersebut, jalan keluar satu-satunya
Batak Toba yang telah ter- adalah dengan melakukan kawin lari,
kontaminasi dengan budaya barat, dengan konsekuensi mereka berdua
bahwasannya aturan adat itu tidak tidak dianggap lagi bagian
praktis, hukum adat adalah primitif keluarganya dan bagian dari
atau tidak dapat mengikuti per- masyarakat adat serta kumpulan
kembangan yang terjadi di marganya. Karena pada zaman
masyarakat adatnya, sehingga hal ini dahulu, perkawinan antar kelompok
memicu pemuda-pemudi daripada semarga adalah aib dan dipercaya
masyarakat adat Batak Toba memilih akan mendatangkan malapetaka bagi
untuk memakai budaya praktis yaitu kampung halaman mereka. Namun
menggunakan sistem perkawinan saat ini, patik dohot uhum (peraturan)
eleuthrogami dalam sistem per- mengenai larangan perkawinan antar
kawinannya.27 kelompok semarga tersebt sudah
mulai diberikan beberapa
IV. KESIMPULAN penyesuaian terhadap pelaksanaan
A. Kesimpulan dan sanksinya. Sehingga saat ini, jika
1. Perkembangan Sistem Per- terjadi perkawinan antar kelompok
kawinan Adat Batak Toba di Kota semarga, para pelaku perkawinan
Medan semarga tersebut tidak lagi harus
Perkembangan sistem per- melakukan kawin lari atau diusir dari
kawinan yang terjadi di masyarakat kampung halamannya ataupun
dibunuh, melainkan saat ini mereka
27
Wawancara dengan kepala adat dapat melakukan perkawinan antar
St.P.Pasaribu,S.Si,M.Si, 8 Februari 2017 kelompok semarga tersebut dengan
melalui Komunikasi via telepon genggam
16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
menggunakan dari sub marga mereka masyarakat adat Batak Toba yang
masing-masing. Sehingga di dalam telah memiliki tingkat pendidikan
upacara pernikahannya terihat yang tinggi tentu telah memiliki
seolah-olah mereka bukanlah kesadaran bahwasannya saat ini
pasangan dari kelompok marga yang sanksi tersebut sudah tidak relevan
sama. karena saat ini masyarakat sudah
Hal ini terjadi karena pola dilindungi oleh Hak Asasi Manusia.
pikir masyarakat adat yang semakin Faktor kedua yaitu
berkembang, begitu juga halnya perantauan dimasukkan ke dalam
dengan kepala adat dituntut harus kategori faktor yang menyebabkan
dapat menegakkan hukum adat terjadinya perkawinan antar
dengan mengikuti segala kelompok semarga dalam adat suku
perkembangan yang telah terjadi di Batak Toba dikarenakan masyarakat
masyarakat adat. adat yang berada di perantantauan
akan mengalami pembauran dengan
2. Faktor-faktor yang menyebab- masyarakat adat lainnya yang berada
kan terjadinya perkawinan antar di perantauan tersebut juga. Hal ini
kelompok semarga sangat dimungkinkan akan
Berdasarkan hasil penelitian mengubah pola pikir masyarakat adat
penulis, terdapat 3 (tiga) faktor yang khususnya masyarakat adat Batak
menyebaban terjadinya perkawinan Toba akan menjadi lebih majemuk.
antar kelompok semarga dalam adat Ditambah lagi dengan kondisi saat
suku Batak Toba yakni faktor ini dimana daya mengikat hukum
pendidikan, perantauan dan adat suku Batak Toba terhadap
globalisasi. masyarakat adatnya relatif rendah.
Faktor pertama yaitu Dengan terjadinya hal yang
pendidikan. Penddikan dimasukkan demikian, sangat dimungkinkan
ke dalam kategori faktor yang masyarakat adat yang berada di
menyebabkan terjadinya perkawinan perantauan tersebut menginginkan
antar kelompok semarga dalam adat terjadi perubahan aturan-aturan
suku Batak Toba dikarenakan hukum adat dan sanksi-sanksi adat
peningkatan tingkat pendidikan mengikuti perkembangan yang
diantara masyarakat adat Batak Toba terjadi pada masyarakat adat di
mengakibatkan masyarakat adat perantauan tersebut.
mengalami perubahan pola pikir ke Faktor ketiga yaitu
arah yang lebih rasional. Hal ini globalisasi. Globalisasi dimasukkan
terlihat dari masyarakat adat yang ke dalam kategori faktor yang
dahulunya masih mempercayai menyebabkan terjadinya perkawinan
kekuatan gaib, kini mereka lebih antar kelompok semarga dalam adat
mampu menganalisisnya menurut suku Batak Toba dikarenakan
logika. Seperti sanksi bagi globalisasi membawa budaya asing
pelanggaran terhadap larangan yang serba bebas yang
perkawinan antar kelompok semarga memperngaruhi masyarakat adat
yang dulunya adalah di usir dari khususnya masyarakat adat Batak
kampung, dibunuh dengan cara Toba yang dahulunya sangat terikat
dibakar atau ditenggelamkan, bagi dengat hukum adatnya kini dengan
17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
18
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
19