Anda di halaman 1dari 4

Sea Water Reverse Osmosis ( SWRO ) adalah unit sistem desalinasi yang terdiri dari

rangkaian unit perlaltan untuk merubah air baku yang memiliki sifat-sifat seperti air laut
menjadi menjadi air tawar. Bahan baku dapat dipenuhi dari air laut secara langsung maupun
dari air tanah yang memiliki sifat seperti air laut. Seperti yang dilakukan oleh W Hotel
adalah menggunakan air laut secara tidak langsung, karena air baku diambil dari air sumur
tetapi memiliki sifat-sifat seperti air laut. Berdasarkan izin yang dimiliki terkait dengan
pengambilan air sumur sebagai bahan baku untuk SWRO tersebut, yaitu Izin Pengusahaan
Air Tanah Nomor : 546.2/3520/IV-B/DISPMT/2019 dan Nomor :
546.2/3519/IV-B/DISPMT/2019 tanggal 5 Nopember 2019, yang dalam izin tersebut telah
disebutkan tujuan pengambilan adalah sebagai bahan air baku proses desalinasi (SWRO).

Air tanah yang diambil dari sumur yang berada di tepi pantai cendrung memiliki sifat seperti
air laut. Oleh karena itu perlu diolah melalui sistem desalinasi yang dikenal dengan SWRO.
Ada sistem serupa berupa yaitu Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO) untuk mengolah
air payau. Kedua sistem ini memiliki prinsip yang serupa. Hanya yang membedakan adalah
air baku yang diolah yaitu air payau untuk Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO) dan air
baku yang memiliki sifat-sifat seperti air laut untuk Sea Water Reverse Osmosis (SWRO).

Klasifikasi air laut, air payau dan air tawar dapat dilihat berdasarkan beberapa parameter
seperti kandungan TDS, Nilai Daya Hantar Listrik (DHL)/electrical condyctivity (EC),
kandungan ion klorida (Cl-). Kandungan TDS akan menentukan salintas air. Berikut
klasifikasi air laut, air payau dan air tawar berdasarkan kandungan TDS.

Tabel 2.1. Klasifikasi air berdasarkan kandungan TDS


(Han et al., 2011 dalam Rusydi dkk., 2017)

NO Kandungan TDS (mg/L) Tipe Air


1 <1000 Air tawar (fresh)
2 1.001-10.000 Agak asin/payau (Brackish)
3 10.001-100.000 Asin (saline)
4 >100.000 Sangat Asin (brine)

Tabel 2.2. Klasifikasi air berdasarkan kandungan ion klorida (Cl-).

NO Kandungan Cl- (mg/L) Tipe Air


1 ≤ 150 Air tawar (fresh)
2 150-300 Air tawar agak payau
3 300-1.000 Air payau
4 1.000-10.000 Air payau begaram
5 10.000-20.000 Air bergaram (Asin /saline)
6 >20.000 Air bergaram tinggi (Sangat Asin/brine)

Tabel 2.3. Klasifikasi air berdasarkan Daya Hantar Listrik (DHL)/kondiktivitas (stuyfzand,
1989,1991 dalam Rusydi dkk., 2017)

NO DHL (µMhos/cm) Tipe Air


1 <1.500 Air tawar (fresh)
2 1.500-5.000 Agak payau
3 5.000-15.000 Agak payau (Brackish
4 15.000-50.000 Asin (saline)
5 >50.000 Sangat Asin (brine)
Sumber PAHIAA,1986 dalam Edwin dkk, 2016)

Hasil analisis parameter kualitas air sumur yang dijadikan air baku untuk diproses dengan
sistem SWRO seperti disajikan pada Tabel 3.6 Bab III halaman III-18 yaitu kandungan TDS
= 11.740 mg/L; DHL = 18.879 µMhos/cm, dan kandungan ion Cl- = 2.276,63 mg/L, yang
berdarkan tabel 3.6 tersebut menunjukkan bahwa air sumur yang dijadikan air baku termasuk
air asin, sehingga perlu diolah bila digunakan sebagai air bersih atau air minum.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sering kedua sistem ini dikombinasikan seperti
SWRO yang dilakukan di W Hotel seperti ditunjukkan pada gambar 2.23 berikut.
Gambar 2.1. Bagan Proses Pengolahan Air Baku Yang Memiliki Sifat-Sifat Seperti
Air Laut Menjadi Air Bersih

Secara prinsip sistem ini adalah berupa unit reverse osmosis (RO). RO adalah metode
pemurnian air melalui membrane semi permeable di mana suatu kenanan tinggi diberikan
melampui tarikan osmosis sehingga akan memaksa air melewati proses osmosis terbaik dari
bagian yang memiliki kepekatan inggi ke bagian dengan kepekatan rendah. Selama proses ini
terjadi kotoran dan bahan kontaminan akan dibuang sebagai air tercemar. Molekul air dan
bahan mikro yang lebih kecil dari pori-pori RO akan melewati pori-pori membrane dan
hasilnya adalah air yang murni. Membran RO memiliki diameter lebih kecil 0,0001 mikron
(500.000 kali lebih kecil dari sehelai rambut) sama dengan penyaring mikon yang berfungsi
membuang kotoran, bahan mikro, bakteri, virus dan sebagainya.
Proses ini mensyaratkan bahwa tekanan tinggi akan diberikan pada sisi konsentrasi tinggi
membrane biasanya antara 2-17 bar unutk air tawar dan payau dan 40-82 bar untuk air laut,
yang memiliki tekanan sekitar 27 bar. Proses ini dikenal juga dengan istilah desalinasi
(menghilangkan garam dan mineral dari air yang memiliki salinitas tinggi/air laut untuk
mendapatkan air tawar).
Untuk efisiensi, sebelum masuk kedalam unit RO, air baku di treatement terlebih dahulu
dengan beberapa tingkat penyaringan seperti menggunakan sand filter atau saringan lainnya
seperti ditunjukkan pada gambar 2.24 di bawah ini.

Gambar 2.2. Ilustrasi Proses Pengolahan Air Baku Yang Memiliki Sifat-Sifat Seperti
Air Laut Menjadi Air Bersih
Dari proses ini akan menghasilkan limbah terutama air sangat asin (brine water), karena
terjadi pemekatan kadar garam. Limbah berupa brine water mencapai 60 % dari volume
bahan baku yang diproses. Berdasar pada kualitas air sumur tersebut kecuali yang
berhubungan dengan salinitas, semua parameter memenuhi baku mutu untuk air bersih dan
air minum. Sehingga limbah yang dihasilkan hanya berupa air asin. Jika air limbah ini diolah
untuk garam, maka garam yang dihasilkan memilki kualitas yang baik. Namun limbah
berupa brine water dari SWRO di W hotel diinjeksi pada sumur injeksi. brine water ini akan
mengalami pengenceran kembali dengan adanya air yang masuk ke dalam sumur tersebut.
Proses pengambilan air baku yang diambil dari air sumur tetapi memiliki sifat-sifat seperti air
laut yang dilakukan mengacu kepada peraturan yang berlaku diantaranya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air,
Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1451 K/10/MEM/2000
Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pengelolaan Air
Bawah Tanah dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Perizinan Air
Tanah.

Anda mungkin juga menyukai