KECILKU
BUKU INI DIBUAT
DI KEPANJEN
BUKU INI TERINSPIRASI
Atas jawaban anak saya umur 7 tahun, ketika ditanya istri saya mengenai cita –
citanya
(disaat dia mau tidur hari Selasa 29 maret 2022 jam 20.00)
“CITA-CITAKU A MAAH, PENGEN JADI DOKTER GIGI YANG HAFIDZ QUR’AN
KARYAWANNYA BANYAAK, NGASIH UANGNYA (MEMBERI UPAHNYA) 100
JUTA”
BUKU INI BERTUJUAN
1. SEBAGAI CATATAN BELAJAR SAYA
2. UNTUK SIAPA SAJA YANG INGIN SEDIKIT GAMBARAN AKREDITASI KLINIK
WAKTU MEMBACA BUKU INI
35 menit
Klinik menetapkan visi, dan tujuan sebagai landasan operasional. Penetapan visi, misi dan tujuan
tersebut dapat dilakukan oleh pemilik atau pihak yang memiliki wewenang sesuai dengan peraturan
perundangan. Dan disepakati oleh pemilik, penanggung jawab dan petugas
Klinik dalam menjalankan tugas, tanggungjawab dan wewenang menyusun struktur organisasi yang
menggambarkan mekanisme alur tugas dan wewenang. Struktur organisasi klinik palingsedikit terdiri
dari pemilik, penanggungjawab dan petugas. Struktur organisasi dilengkapi dengan uraian tugas dan
kewenangan yang menggambarkan mekanisme alur tugas dan wewenang.
Perlu adanya SK tentang Visi, Misi dan Tujuan Klinik yang ditetapkan pihak yang berwenang. Juga
ada Notulen yang terdokumentasi untuk menunjukkan adanya pertemuan yang membahas tentang
visi, misi dan tujuan klinik juga absensi yang menghadiri pertemuan tersebut
Perlu adanya SK tentang Struktur organisai klinik yang ditetapkan pihak yang berwenang. Tersedia
uraian tugas, tanggungjawab, wewenang yang ditetapkan. Untuk memudahkan perngorganisasian
klinik perlu disusun bagan struktur organisasi dengan garis komando dan garis organisasi.
Secara periodic dalam rangka pencapaian tujuan klinik, struktur dan bagan organisasi bisa dievaluasi
dan diusulkan kepada pejabat yang berwenang untuk disesuaikan sesuai kebutuhan klinik.
Kebutuhan mempertimbangkan jumlah, jenis, dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan
jenis pelayanan yang disediakan di klinik. Jenis dan jumlah ketenagaan pada klinik pratama
disesuaikan dengan aturan perundangan yg berlaku.
Jumlah dan kualifikasi ketenagaan disesuaikan dengan analisis beban kerja, serta kebutuhan dan
kemampuan pelayanan klinik
Dalam menyelenggarakan pelayanan di klinik, tenaga medis dibantu oleh tenaga Kesehatan lainnya
sesuai kebutuhan dan kompetensi yang dimiliki.
Klinik dapat memiliki tenaga non Kesehatan untuk mendukung operasional penyelenggaraan klinik
sesuai dengan kebutuhan (administrasi, pekarya, satpam dan lain lain).
Setiap tenaga Kesehatan yang bekerja di klinik harus memiliki str dan sip
Maksud dan tujuan (pokok pikiran) dari tata Kelola klinik 2 (tata Kelola sumberdaya manusia)
Jumlah dan kualifikasi ketenagaan disesuaikan dengan; hasil analisis beban kerja, serta
kebutuhan dan kemampuan pelayanan klinik (jenis pelayanan yng dibutuhkan)
Penanggung jawab, tenaga medis, tenaga Kesehatan harus memiliki kompetensi sesuai
aturan perundangan yang berlaku
Seluruh SDM klinik memiliki file kepegawaian yang paling sedikit terdiri dari :
a. Kualifikasi Pendidikan, Pelatihan dan Kompetensi
b. STR dan SIP bagi tenaga Kesehatan
c. Uraian tugas
d. Sertifikat pelatihan
e. Penilaian kinerja
f. Uraian kompetensi
PENTING
1. Pemenuhan kebutuhan tenaga dilakukan sesuai dengan kebutuhan layanan yang mengacu pada
ketentuan peraturan perundangan yang ditetapkan (dilihat dokumentasi, diwawancarai)
2. Tersedia tenaga dengan jumlah dan jenis sesuai kebutuhan layanan
3. Tersedia file kepegawain seluruh sdm yang diperbarui secara berkala
4. Kinerja SDM dievaluasi secara berkala
Yg dinilai…….
Yg mbiji…….
Keselamatan adalah kondisi fasilitas, sarana dan pra sarana klinik tidak menimbulkan bahaya atau
resiko bagi pasien, staf dan pengunjung. KEAMANAN adalah perlindungan terhadap kehilangan,
ancaman serta gangguan kenyamanan bagi pasien, staf, dan pemgumjung. Keselamatan dan
keamanan yang baik didukung dengan menjaga kualitas lingkungan seperti pencahayaan,
kelembabab, suhu, dan kebisingan sesuai dgn standar
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta limbahnya termasuk limbah medis. Klinik harus :
1. mempunyai prosedur dan sarana DALAM PENGGUNAAN B3 dan PENGELOLAAN LIMBAH B3
2. mempunyai prosedur PENCEGAHAN DAN PENGURANGAN TIMBUNAN LIMBAH B3
3. serta memiliki kempuan atau bekerja sama DALAM MELAKUKAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
klinik perlu menetapkan kebijakan dan prosedur respon emergensi dalam menghadapai kondisi
bencana (alam maupun non alam), mencakup identifikasi resiko, koordinasi respon, dan evakuasi
perlindungan terhadap fasilitas dan penghuni dari bahaya kebakaran merupakan hal wajib yang
harus dilakukan klinik. Maka harus mempunyai sistem prtoteksi kebakaran
dalam memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas, klinik menyediakan peralatan Kesehatan
sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan pemeliharaan secara berkala, kalibrasi dan uji kesesuaian
oleh Lembaga berwennag
sistim utilitas meliputi listri, air, gas medis serta sarana sanitasi menjamin keberlangsungan seperti
listrik yg memadai, air dengan kualitas dan kuantitas sesuai standar selama jam operasional
PENTING
1. untuk itu ditetapkan siapa petugas yang bertanggungjawab dalam tata Kelola fasilitas dan
keamanannya
2. ADA PROGRAM manajemen fasilitas a-f
3. Ada daftar infentaris dan bukti pemeliharaan sarana yang tersedia di klinik, dokumen
pelaksanaan pemeliharaan
4. Tersedia bukti dan pengamanan akses keluar masuk klinik (CCTV) ada dokumen
5. Ada bukti atau dokumen pengelolaan B3 serta limbah B3 mulai inventasisasi, pencegahan/
pengurangan, pemilahan / pewadahan, penyimpanan, pengangkutan sampai pengolahan B3
6. Tersedia bukti pengelolaan sampah domestic serta pengelolaan air limbah
7. Tersedia Alat Pemadam Api Ringan ( APAR ) dan bukti pemeliharaannya tersedia penanda jalur
dan jakur evakuasi yang jelas
8. Tersedia bukti larangan merokok
9. Tersedia daftar inventaris, bukti pemeliharaan bukti klibrasi peralatan medis
Tata Kelola Kerjasama klinik (TATA KELOLA KLINIK )
Klinik dapat melakukan Kerjasama dengan pihak lain untuk memenuhi kebutuhan pelayanan. Dasar
pelaksanaan Kerjasama tersebut dituangkan dalam bentuk kontrak yang sesuai dengan peraturan
perundangan.
Kontrak dapat berupa kontrak klinis dan kontrak manajemwn. Kontrak klinis adalah Kerjasama
antara klinik dengan individu staf medis dalam bentuk pakta integritas atau dengan fasilitas
Kesehatan lainnya. kontrak manajemen perjanjian kerjasama antara klinik denganbadan hukum
dalam penyediaan alat kesehatan dan pelayanan non klinis.
Dokumen kontrak secara berkala dievaluasi oleh pemilik dan penanggungjawab dengan mengukur
pemenuhan standar kinerja yg disepakati
PENTING
1. Ada dokumen kontrak dan perjanjian Kerjasama yang jelas
2. Dokumen kontrak memiliki indicator kinerja pihak yang melakukan Kerjasama (2 belah
pihak)
3. Ada bukti monitoring dan evaluasi serta tindak lanjut terhadap pemenuhan indicator kinerja
yang tercantum di dalam kontrak
PENTING
1. Penanggung jawab klinik menetapkan coordinator penanggungjawab PROGRAM MUTU
2. Ada Indicator mutu yang diukur, dievalusi, dianalisa dan tindak lanjut serta dilaporkan
3. Insiden keselamatan pasien dilaporkan dan dilakukan investigasi sesuai ketentuan
INDIKATOR NASIONAL MUTU KLINIK MENGACU PADA INDIKATOR MUTU PUSKESMAS YAKNI 6
INDIKATOR
1. Indicator kepatuhan identifikasi pasien
2. Indicator kepatuhan kebersihan tangan
3. Indikatro kepatuhan alat pelindung diri (APD)
4. Indicator kepuaan pasien
Namun klinik hanya wajib 4 diatas sebagai indicator minimal
Selain 4 indikator nasional mutu, klinik juga harus menetapkan indicator mutu lainnya antara lain :
Indicator mutu prioritas klinik DAN Indicator masing2 unit klinik
INDICATOR MUTU PROORITAS klinik adalah indicator mutu yang ditetapkan berdasarkan area
prioritas klinik untuk perbaikan mutu sesuai prioritas masalah di klinik. Indicator mutu di masing
masing unit klinik
CONTOH : indicator mutu yg merupakan representasi mutu unit kerja / pelayanan tersebut. Indicator
mutu unit kerja yang tidak tercapai (atau bahkan berpeluang ditingkatkat); indicator sasaran
keselamatan pasien atau SKP yang sesuai di unit kerja tersebut
Penerapan sasaran keselamatan pasien di klnik sesuai dengan cakupan pelayanan yang dilakukan
sehingga penanggung jawab klinik harus menetapka PEDOMAN PELAKSANAAN SARARAN
KESELAMATAN PASIEN.
SASARAN KESELAMATAN PASIEN meluputi :
1. Identifikasi pasienn
2. Pelaksanaan komunikasi efektif
3. Meningkatnya keamanan obat yang perlu diwaspadai ( HIGH ALERT MEDICATION)
4. Terlaksananya tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien yang menjalani Tindakan dan
prosedur
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan Kesehatan
6. Mengurangi resiko cedera karena pasien jatuh
IDENTIFIKASI PASIEN dengan benar, bertujuan untuk memastikan ketepatan pasien yang akan
menerima layanan dan menyelaraskan layanan atau Tindakan yang dibutukan pasien. Identifikasi
dilakukan minimal menggunakan 2 dari 4 identitas yang ada yaitu :
1. Nama pasien
2. Nomor rekam medis
3. Tanggal lahir dan
4. nomor NIK (nomor induk kependudukan)
identifikasi dilakukan setiap akan memberikan pelayanan, prosedur diagnostic, Tindakan, pemberian
obat dan diit.
PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, tidak
membingungkan dan dipahami oleh pihak yang melakukan komunikasi, dalam upaya mengurangi
kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. KLINIK HARUS MENETAPKAN PROSEDUR
KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF.
TERLAKSANANYA TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, DAN TEPAT PASIEN YANG MENJALANI
TINDAKAN DAN PROSEDUR. Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien yang menjalani Tindakan
merupakan kejadian yang bisa terjadi pada proses pelayanan pasien di klinik.
Klinik menetapkan prosedur yang seragam untuk :
PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN atau infeksi akibat layanan
Kesehatan (Healthcare Associated Infections = HAIs ).
Klinik menetapkan prosedur cuci tangan dengan berpedoman pada WHO yaitu cuci tangan 6
LANGKAH 5 SAAT.
Publikasikan secara jelas Langkah Langkah dan saat harus dilakukan kebersihan tangan menjadi
penting bagi pengunjung, pasien dan staf klinik. Pemberian pelatihan cuci tangan yang benar kepada
staf, pasien dan pengunjung menjadi salah satu PROGRAM KERJA DALAM UPAYA MENGURANGAN
RESIKO INFEKSI DI KLINIK (HAIs)
MENGURANGI RESIKO CIDERA KARENA PASIEN JATUH. Klinik menetapkan prosedur untuk
mengurangi resiko jatuh selama proses pelayanan dan asuhan pasien. Klinik bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi factor – factor resiko jatuh yang ada pada pasien dan melakukan evaluasi
secara berkala terhadap resiko jatuh. Klinik dapat menggunakan instrument dalam pencegahan dan
assessment resiko jatuh seperti SKALA MORSE pada pasien dewasa dan HUMPTY DUMPTY pada
pasien anak.
PENTING
1. tersedia bukti identifikasi pasien sebelum dilakukan prosedur diagnostic, Tindakan,
pemberian obat, dan pemberian diit sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
2. tersedia bukti komunikasi efektif yang didokumentasikan di rekam medis pasien
3. tersedia bukti / dokumen pelaksanaan serah terima pasien antar shift atau unit
4. tersedia bukti pengelolaan keamanan obat resiko tinggi
5. penandaan sisi operasi / Tindakan medis secara konsisten oleh pemberi pelayanan yang
akan melakukan Tindakan sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan YANG
didokumentasikan di rekam medis pasien
6. tersedia bukti pelaksanaan SURGICAL SAFETY CHECKLIST yang didokumentasikan di rekam
medis pasien
7. Ada bukti penerapan kebersihan tangan pada staf dan simulasi oleh staf
8. Ada media informasi penerapan kebersihan tangan sesuai ketentuan
9. Tersedia fasilitas kebersihan tangan
10. Ada prosedur yang ditetapkan klinik DALAM MENCEGAH pasien karena jatuh SK pedoman
SOP
11. Ada bukti implementasi Langkah Langkah pencegahan pasien jatuh
Pokok pikiran
PPI merupakan factor paling penting dalam mendukung upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien klinik. Penanggung jawab klinik menetapkan pedoman dan melaksanakan PPI antara lain
penerapan kewaspadan isolasi yang meliputi :
1. Kewaspadaan standar yang terdiri dari
a. Kebersihan tangan
b. Penggunaan APD
c. Dekontaminasi dan sterilisasi peralatan perawatan pasien
d. Pengendalian lingkungan
e. Pengelolaan limbah
f. Penatalaksanaan linen
g. Perlindungan Kesehatan petugas
h. Penempatan pasien
i. Etika batuk dan bersin
j. Praktik menyuntik yang aman
2. Kewaspadaan berdasarkan transmisi yaitu
a. Kewaspadan transmisi kontak
b. Kewaspadaan transmisi droplet
c. Kewaspadaan transmisi udara (airbone)
Beberapa program PPI tersebut dapat dijadikan indicator mutu klinik yang diukur, dievaluasi, dan
dilaporkan secara berkala kepada pemilik atau penanggung jawab klinik
PENTING
1. MENETAPKAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR kewaspadaan standar dan kewaspadaan
transmisi di klinik SK PEDOMAN SOP
2. STAF KLINIK MEMAHAMI kebijakan dan prosedur diatas
3. Ada petugas yang kompeten yang bertanggung jawab memantau dan mengevaluasi
implementasi PPI di klinik
4. TERSEDIA BUKTI PELAKSANAAN kebersihan tangan PADA STAF KLINIK sesuai standar PPI
5. TERSEDIA BUKTI penggunaan APD sesuai standar PPI
HAK PASIEN DAN KELUARGA ( PENYELENGGARAAN KESEHATAN
PERSEORANGAN )
Pelayanan klinik didasarkan pada nilai nilai keunikan pada diri pasien dan keluarganya. Dalam
memberikan asuhan, klinik melibatkan pasien dan keluarga dalam menentukan keputusan –
keputusan dalam pemberian asuhan. KERAHASIAAN PASIEN MENJADI HAL PENTING YANG HARUS
DIPAHAMI OLEH PENANGGUNG JAWAB DAN STAF KLINIK. Pasien dan keluarga berhak
menyampaikan keluhan tentang pelayanan yang mereka terima. Klinik menyediakan media untuk
pasien, keluarga dan seluruh pengguna layanan yang ingin menyampaikan keluhan, konflik, atau
masalah lain; dan klinik menindak lanjuti keluhan atau pendapat yang disampaikan tersebut.
POKOK PIKIRAN
Dalam penyelenggaraan pelayanan, klinik mendukung pasien untuk mengetahui hak dan
kewajibannya. Klinik harus memastikan bahwa pelayanan yang diberikan bertanggung jawab dan
mendukung hak pasien dan keluarga selama menjalani asuhan dan klinik memastikan terpenuhinya
kebutuhan pasien khusus seperti pasien dgn keterbatasan, pasien lansia, ibu hamil dan menyusui.
Klinik menyediakan media untuk pasien, keluarga dan seluruh pengguna layanan yang ingin
menyampaikan keluhan, konflik, atau masalah lain; dan klinik menindak lanjuti keluhan atau
pendapat yang disampaikan tersebut dengan berbagai cara seperti pengaduan langsung kepada
petugas, mengisi kotak saran, pojok pengaduan ruang pengaduan ataupun bentuk pelayanan
lainnya. Klinik memiliki proses penanganan keluhan tersebut secara sistematis dan terdokumentasi
SEHINGGA dipastikan semua keluhan dan pengaduan akan ditindak lanjuti dan disampaikan kepada
pasien PENANGANAN KELUHAN YANG TELAH DILAKUKAN. Penanganan keluhan dilakukan
berdasarkan prioritas dari efek keselamatan pasien.
PENTING
1. TERSEDIA bukti, klinik mensosialisasikan hak dan kewajiban pasien
2. Tersedia bukti petugas menjelaskan tentang hak dan kewajiban pasien beserta keluarganya
3. Pasien mengerti dan memahami hak dan kewajibannya
4. Ada pemenuhan hak pasien berkebutuhan khusus atau dalam kondisi khusus.
5. Tersedia petugas, media atau tempat untuk menyampaikan keluhan pelayanan bagi pasien
atau keluarga
6. Ada tindak lanjut KELUHAN oleh klinik, dan dikomunikasikan dengan pasien atau keluarga
7. Ada dokumentasi pengaduan dan tindak lanjut yang telah dilakukan.
HAK PASIEN MENGACU PADA PERMENKES RI NO 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH
SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN PASAL 17 menjelaskan
kewajiban rumah sakit untuk menghormati dan melindungi hak pasien yang dilaksanakan
dengan memberlakukan peraturan dan standar rumah sakit.
Melakukan pelayanan yang berorientasi pada hak dan kepentingan pasien
Serta melakukan monitoring dan evaluasi penerapannya
Adapun hak pasien pada pasal 17 ini meliputi 18 hak antara lain :
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban
3. Pasien memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tidak diskriminatisi
4. Memperoleh layanan Kesehatan yang bermutu sesuai standar profesi dan standar prosedur
operasional
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien SEHINGGA pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di tempat Kesehatan
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya keapada dokter lain yang mempunyai
SIP baik di dalam maupun diluar tempat Kesehatan
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis, tata cara Tindakan medis, tujuan Tindakan
medis, alternatif Tindakan medis, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis
terhadap Tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas Tindakan yang akan dilakukan oelh tenaga
Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
12. Didampingi keluarganya dalam keaadaan kritis
13. Menjalan ibadah sesuai agama yang dianutnya selama tidak mengganggu pasien lain
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
15. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan RS terhadap dirinya
16. Menolak layanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama yang dianutnya
17. Menggugat atau menuntut apabila diduga memberikan pelayanan tidak sesuai standar baik
secara perdata ataupun pidana
18. Mengeluhkan pelayanan yang tidak sesuai di media cetak dan elektronik sesuai dengan
perundangan
POKOK PIKIRAN
Pasien dan keluarga mengetahui dan menyetujui asuhan dan pelayanan yang merekan terima di
klinik. Persetujuan khusus untuk Tindakan medik khusus dan resiko tinggi (informed consent).
Informed consent sedikitnya memuat informasi dan penjelasan : NAMA, TINDAKAN, RESIKO
TINDAKAN, KEMUNGKINAN KOMPLIKASI, TINDAKAN ALTERNATIF, DAN HAL-HAL LAIN YANG PERLU
DIPERSIAPKAN OLEH PASIEN DAN KELUARGA. Pasien dan keluarga diberitahu oleh PPA informasi
tentang rencana, proses, dan kemungkinan hasil asuhan yang diberikan.
PENTING
1. Ada bukti pelaksanaan persetujuan Tindakan kedokteran dan terdokumentasikan di rekam
medik pasien.
2. Pasien dan keluarga mengetahui RENCANA, DIAGNOSTIK dan KEMUNGKINAN HASIL asuhan
yang diberikan
TINDAKAN KEDOKTERAN itu sendiri : adalah suatu Tindakan medis berupa preventif, diagnostic,
terapeutik, atau rehabilitative yang dilakukan oleh dokter
terhadap pasien
TINDAKAN INVASIF : adalah Tindakan medis yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
Tindakan kedokteran RESIKO TINGGI : ADALAH Tindakan medis yang berdasarkan probabilitas
tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.
POKOK PIKIRAN
Klinik menetapkan prosedur skrining. SKRINING BERTUJUAN :
1. Mengetahui kebutuhan pasien
2. Mengetahui kemampuan klinik dalam memberikan pelayanan
Berbagai metode skrining dapat diterapkan di klinik sesuai kebutuhan antara lain :
skrining cepat dengan instrument sederhana.
Pengamatan atau visual,
Pemeriksaan fisik
dan menggunakan metode triase pada klinik yang memiliki UGD dan SDM yang kompeten.
PENTING
1. ADA PROSEDUR PENDAFTARAN yang ditetapkan
2. Ada bukti PELAKSANAAN PENDAFTARAN sesuai regulasi yg ditetapkan
3. Ada prosedur (SK dan SOP ) skrining YANG DITETAPKAN
4. Ada bukti pelaksanaan skrining sesuai regulasi yang ditetapakn
PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN DI KLINIK PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU,
KEMENKES RI 2020
Dalam melaksanakan pelayanan Kesehatan di klinik pada masa AKB
klinik dapat memanfaatkan teknologi informasi seperti pendaftaran online sebagai upaya
pengaturan antrian dalam mengurangi resiko penularan COVID19
pelayanan dilaksanakan sesuai SOP yang berlaku dan dimodifikasi untuk mencegah penyebaran
COVID19 seperti menerapkan triase / skrining terhadap setiap pengunjung klinik, mewajibkan
setiap orang dalam klinik menggunaka masker (pasien, pengantar, pemberi pelayanan, dan
pegawai klinik)
menyediakan tempat cuci tangan dan hand sanitizer
mengubah alur pelayanan
menyediakan ruang khusus untuk pemeriksaan influenza like illness (BILA MEMUNGKINKAN)
MENGATUR JARAK yang cukup antara petugas dan pasien saat pelayanan minimal 1 meter.
Menggunakan skat khusus pembatas transparan antara petugas pemberi pelayanan
denganpasien yang mendapatkan Tindakan yang berpotensi menimbulkan aerosol dan
melakukan disinfeksi secara berkala
Pemberian informasi tentang covid