Anda di halaman 1dari 61

EVALUASI KINERJA

STAF MEDIS RUMAH SAKIT

EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL


(OPPE DAN FPPE)
PENILAIAN KINERJA

A.PERILAKU KERJA (40 %)


B. PRESTASI KERJA (60 %)

DASAR PENILAIAN
URAIAN TUGAS
PENCAPAIAN TARGET
PERILAKU KERJA
DISIPLIN
KOMITMEN
ORIENTASI PELAYANAN
KEPEDULIAN
KERJA SAMA ( TEAM WORK )
KEMAMPUAN KOMUNIKASI
KERAPIAN KERJA
PRESTASI KERJA

PERILAKU EFISIENSI
TARGET PEKERJAAN
KEPATUHAN TERHADAP SOP
AKTIF DALAM KEGIATAN RS.
PENILAIAN KINERJA
INDIVIDU

Staf Non Klinis Staf Klinis

Staf Medis:
OPPE/FPPE
Sesuai dengan
uraian tugas & Staf
hasil kerja yg Keperawatan
telah ditetapkan
Staf Kes Prof
5
Lainnya
Mengapa Praktik Profesional Perlu Dievaluasi
UURS pasal 29 KEWAJIBAN RS
• b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;
• g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
sebagai acuan dalam melayani pasien;

UU RS PASAL 46
• Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

UU RS Pasal 13
• (3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan : Standar
profesi , Standar pelayanan rumah sakit ,Standar prosedur operasional yang berlaku, Etika profesi ,
Menghormati hak pasien dan , Mengutamakan keselamatan pasien

UU PK Psl 44
Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti
standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.

Direktur RS harus tahu kemampuan dokter yang bekerja di RS:  mengeluarkan


clinical appointment dan delineation of clinical priviledge (SPK dan RKK)
Kinerja profesional perlu dievaluasi
OPPE
MONITORING DAN EVALUASI BERKELANJUTAN
ANGGOTA STAF MEDIS
DALAM SNARS ED 1
Standar KKS.11
Rumah sakit melaksanakan proses yang seragam untuk
melaksanakan evaluasi mutu dan keselamatan asuhan
pasien yang diberikan oleh setiap anggota staf medis.

8
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
KKS 11 DALAM SNARS EDISI 1

Penilaian kinerja staf medis berkelanjutan setiap


tahun yang dikeluarkan rumah sakit yang berisi
jumlah pasien per penyakit/tindakan yang
ditangani pertahun, rerata lama dirawat serta
angka kematiannya. Angka ILO, kepatuhan
terhadap PPK meliputi penggunaan obat,
penggunaan penunjang diagnostik, penggunaan
darah, produk darah dan lainnya.
MANFAAT OPPE
Monitor dan evaluasi berkelanjutan dari staf medis
menghasilkan informasi kritikal dan penting terhadap proses
mempertahankan keanggotaan staf medis dan proses pemberian
kewenangan klinis (lihat juga,KKS.9 dan KKS.9.2). Walaupun
dibutuhkan 3 tahun untuk memperpanjang keanggotaan staf
medis dan kewenangan kliniknya,prosesnya dimaksudkan
berlangsung sebagai proses berkelanjutan dan dinamis.
Masalah mutu dan insiden keselamatan pasien bisa terjadi jika isu
tentang kinerja klinis dari anggota staf medis tidak
dikomunikasikan dan dilakukan tindakan.
OPPE DALAM STANDAR JCI EDISI 4
ELEMEN PENILAIAN OPPE DALAM JCI EDISI 4
ELEMEN PENILAIAN OPPE DALAM JCI EDISI 5
Elemen Penilaian KKS.11
1. Ada regulasi tentang penilaian kinerja untuk evaluasi mutu praktik
profesional berkelanjutan, etik dan disiplin staf medis (lihat juga
TKRS.11 EP 2 dan TKRS.12 EP 1). (R)
2. Ada bukti monitoring dan evaluasi mutu praktik profesional
berkelanjutan, etik dan disiplin staf medis untuk peningkatan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien. (D,W)
3. Data dan informasi hasil pelayanan klinis dari staf klinis direview
secara obyektif dan berdasar bukti, jika ada, dilakukan benchmarking
dengan pihak eksternal rumah sakit (lihat juga. TKRS.11.1). (D,W)
4. Data dan informasi berasal dari proses monitoring dikaji sekurang-
kurangnya setiap 12 bulan oleh kepala unit layanan, ketua kelompok
staf medis, sub komite mutu, manajer pelayanan medis dan hasilnya,
kesimpulannya dan tindakan yang dilakukan didokumentasikan di dalam file
kredensial staf medis atau dokumen lain yang relevan (D,W)
5. Bila ada temuan yang berdampak terhadap pemberian kewenangan
staf klinis, ada proses untuk tindak lanjut terhadap temuan dan
tindakan tersebut didokumentasi dalam file staf medis dan disampaikan
ke tempat staf medis memberikan pelayanan. (D,W)
MAKSUD MONITOR DAN EVALUASI
BERKELANJUTAN:
1. Meningkatkan praktik individual terkait mutu dan
asuhan pasien yang aman.
2. digunakan sebagai dasar mengurangi variasi didalam
KSM (kelompok staf medis)/Unit layanan dengan cara
membandingkan diantara kolega, penyusunan PPK
(panduan praktik klinis) dan clinical pathway.
3. Digunakan sebagai dasar memperbaiki kinerja kelompok
staf medis /Unit layanan dengan cara membandingkan
acuan praktik diluar rumah sakit, publikasi riset,
indikator kinerja klinis nasional bila tersedia.
MONITORING DAN EVALUASI
BERKELANJUTAN STAF MEDIS

3 (tiga) area yang dimonitor & dievaluasi:


1. PERILAKU,
2. PENGEMBANGAN PROFESIONAL
3. KINERJA KLINIS.

KARS
A. Perilaku
Anggota staf medis adalah model atau mentor dalam menumbuhkan budaya
aman (safety culture) di rumah sakit. Budaya aman ditandai dengan partisipasi
penuh dari semua staf untuk melaporkan bila ada insiden keselamatan pasien,
Budaya aman dapat mendukung anggota staf menjadi model untuk menumbuhkan
budaya aman.
Evaluasi perilaku memuat :
a) Evaluasi apakah seorang staf medis mengerti dan mendukung kode etik dan
disiplin profesi dan rumah sakit serta dilakukan identifikasi perilaku yang
dapat atau tidak dapat diterima maupun perilaku yang mengganggu.
b) Tidak adanya laporan oleh anggota staf medis tentang perilaku yang
dianggap tidak dapat diterima atau mengganggu.
c) Mengumpulkan, analisis, menggunakan data dan informasi berasal dari
survei staf dan survei lainnya tentang budaya aman di rumah sakit

Evaluasi perilaku dilaksanakan secara kolaboratif antara sub komite


etik dan disiplin, manajer SDM, manajer pelayanan dan kepala unit
kerja.
PERILAKU YG TIDAK MENDUKUNG BUDAYA KESELAMATAN
1. Perilaku yang tidak layak (inappropriate) seperti kata-kata atau bahasa tubuh
yang merendahkan atau menyinggung perasaan sesama staf, misalnya
mengumpat dan memaki;
2. Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku tidak layak yang
dilakukan secara berulang, bentuk tindakan verbal atau nonverbal yang
membahayakan atau mengintimidasi staf lain, dan “celetukan maut” adalah
komentar sembrono di depan pasien yang berdampak menurunkan kredibilitas staf
klinis lain. Contoh mengomentari negatif hasil tindakan atau pengobatan staf lain di
depan pasien, misalnya “obatnya ini salah, tamatan mana dia...?”, melarang perawat
untuk membuat laporan KTD, memarahi staf klinis lainnya di depan pasien,
kemarahan yang ditunjukkan dengan melempar alat bedah di kamar operasi, serta
membuang rekam medis di ruang rawat;
3. Perilaku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras, agama, dan suku
termasuk gender;
4. Pelecehan seksual.

KARS
B. PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL
Anggota staf medis berkembang dengan menerapkan teknologi baru dan pengetahuan
klinis baru. Setiap anggota staf medis dari segala tingkatan, akan merefleksikan
perkembangan dan perbaikan dari pelayanan kesehatan dan praktik profesional sebagai
berikut:
a) Asuhan pasien, penyediaan asuhan penuh kasih, tepat dan efektif dalam promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, asuhan diakhir hidup. Alat
ukurnya adalah layanan preventif dan laporan dari pasien dan keluarga (lihat
juga,HPK.3)
b) Pengetahuan medik/klinik, termasuk pengetahuan tentang biomedik, klinis,
epidemiologi, ilmu pengetahuan sosial budaya, dan pendidikan kepada pasien.Alat
ukurnya adalah penerapan panduan praktik klinis (clinical practice guidelines),
termasuk revisi pedoman, hasil pertemuan profesional dan publikasi (lihat
juga,TKP.11.2)
c) Praktik belajar berdasar bukti (practice-base learning) dan pengembangan,
penggunaan bukti ilmiah dan metoda pemeriksaan, evaluasi, perbaikan asuhan
pasien berkelanjutan berdasar evaluasi dan belajar terus menerus (contoh alat ukur
survei klinis, memperoleh kewenangan berdasar studi dan keterampilan klinis
baru, partisipasi penuh di pertemuan ilmiah)
e) Kepandaian berkomunikasi antar personal, termasuk menjaga dan
meningkatkan pertukaran informasi dengan pasien,keluarga pasien dan
anggota tim layanan kesehatan yang lain (contoh partisipasi aktif di ronde
ilmiah, konsultasi tim dan kepemimpinan tim)
f) Profesionalisme, janji mengembangkan profesionalitas terus menerus,
praktik etik, pengertian terhadap perbedaan, perilaku bertangung jawab
terhadap pasien, profesi dan masyarakat (contoh, alat ukur : pendapat
pimpinan di staf medis terkait isu klinis dan isu profesi, aktif membantu diskusi
panel tentang etik, ketepatan waktu pelayanan di rawat jalan maupun rawat
inap dan partisipasi di masyarakat)
g) Praktik berbasis sistem, sadar dan tanggap terhadap jangkauan sistem
pelayanan kesehatan yang lebih luas (Contoh alat ukur: pemahaman terhadap
regulasi rumah sakit yang terkait dengan tugasnya, seperti sistem asuransi
medis, asuransi kesehatan (JKN), sistem kendali mutu dan biaya. Peduli pada
masalah resistensi antimikroba).
h) Mengelola sumber daya, memahami pentingnya sumber daya dan
berpartisipasi melaksanakan asuhan yang efisien, menghindari
penyalahgunaan pemeriksaan diagnostik dan terapi yang tidak ada
manfaatnya bagi pasien dan meningkatkan biaya pelayanan kesehatan
(Contoh, alat ukur: berpartisipasi dalam kendali mutu dan biaya, kepedulian
terhadap biaya yang ditanggung pasien, berpatisipasi dalam proses seleksi
pengadaan)

Sebagai bagian dari proses penilaian, proses monitoring dan evaluasi


berkelanjutan harus mengetahui kinerja anggota staf medis yang relevan
dengan potensi pengembangan kemampuan professional staf medis.
C. Kinerja klinis
Proses monitoring dan evaluasi berkelanjutan dari staf medis harus dapat memberi
indikasi, sebagai bagian dari proses peninjauan, bahwa kinerja anggota staf
medis terkait upayanya mendukung budaya aman/ keselamatan.
Penilaian atas informasi bersifat umum, berlaku bagi semua anggota staf medis dan
juga tentang informasi spesifik terkait kewenangan dari anggota staf medis dalam
memberikan pelayanannya.
Sumber data rumah sakit
Rumah sakit mengumpulkan berbagai data untuk keperluan manajemen, misalnya
membuat laporan ke pimpinan rumah sakit tentang alokasi sumber daya atausistem
pembiayaan rumah sakit. Agar bermanfaat bagi evaluasi berkelanjutan seorang staf
medis, sumber data rumah sakit :
• Harus dikumpulkan sedemikian rupa agar teridentifikasi staf medis yang
berperan. Harus terkait dengan praktik klinis seorang anggota staf medis.
• Dapat menjadi rujukan (benchmark) didalam KSM/Unit layanan atau
diluarnya untuk mengetahui pola individu dari staf medis.
Contoh, sumber data potensial seperti itu adalah lama hari rawat (length of stay),
frekuensi (jumlah pasien yang ditangani), angka kematian, pemeriksaan diagnostik,
pemakaian darah, pemakaian obat obat tertentu, angka ILO dan lain sebagainya.
REAPPOINTMENT BERDASARKAN OPPE
PENETAPAN ULANG STAF MEDIS DAN PEMBAHARUAN
KEWENANGAN KLINIS

Standar KKS.12
Rumah sakit menetapkan proses penetapan ulang staf medis
dan pembaharuan kewenangan klinis paling sedikit setiap 3
(tiga) tahun, untuk penetapan kewenangan klinis dilanjutkan
dengan atau tanpa modifikasi kewenangan klinis, sesuai hasil
monitoring dan evaluasi berkelanjutan setiap anggota staf
medis.

23
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Elemen Penilaian KKS.12
1. Berdasarkan monitoring dan evaluasi berkelanjutan
kredensial anggota staf medis yang dilaksanakan
paling sedikit setiap 3 (tiga) tahun ditetapkan
kewenangan klinisnya tetap, bertambah atau berkurang. (R)
2. Ada bukti dokumen setiap anggota staf medis selalu
diperbaharui secara periodik.(D,W)
3. Ada bukti pemberian kewenangan tambahan didasarkan
pada kredensial yang telah diverifikasi dari sumber
aslinya sesuai peraturan perundang-undangan. (D)

24
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Monitoring dan evaluasi dari anggota staf medis, berdasarkan berbagai sumber
data, termasuk data cetak, data elektronik, observasi dan interaksi teman sejawat

Kesimpulan proses monitor dan evaluasi anggota staf medis,


1. Jenis anggota staf medis, jenis KSM, jenis Unit layanan terstandar.
2. Data monitor dan informasi digunakan untuk perbandingan internal,
untuk mengurangi variasi perilaku, pengembangan profesional dan hasil
klinis.
3. Data monitor dan informasi digunakan untuk melakukan perbandingan
eksternal dengan praktik berdasar bukti (evidence based practice) atau
sumber rujukan tentang data dan informasi hasil klinis
4. Dipimpin oleh ketua KSM/ Unit layanan,manajer medis atau unit kajian
staf medis
5. Monitor dan evaluasi terhadap kepala bidang pelayanan dan kepala KSM
oleh profesional yang kompeten (lihat juga,TKP.1.1)

Kebijakan rumah sakit mengharuskan ada tinjauan (review) paling sedikit selama
12 bulan. Review dilakukan secara kolaborasi diantaranya oleh kepala KSM/Unit
layanan, kepala bidang pelayanan medis, subkomite mutu profesi komite medis dan
bagian IT. Temuan, kesimpulan, dan tindakan yang dijatuhkan atau yang
direkomendasikan, dicatat di file praktisi dan tercermin di kewenangan kliniknya.
Pemberitahuan diberikan kepada tempat dimana praktisi memberikan layanan (lihat
juga,PMKP.4 dan KKS.3)
Informasi yang dibutuhkan untuk tinjauan ini dikumpulkan dari internal, dari
monitoring dan evaluasi berkelanjutan setiap anggota staf, termasuk juga dari
sumber luar seperti organisasi profesi atau sumber instansi resmi.
File kredensial dari seorang anggota staf medis harus menjadi sumber
informasi yang dinamis dan selalu ditinjau secara teratur. Contohnya, jika seorang
anggota staf menyerahkan sertifikat kelulusan sebagai hasil dari pelatihan
spesialisasi khusus, kredensial baru ini harus diverifikasi segera dari sumber
yang mengeluarkan sertifikat. Sama halnya, jika instansi dari luar
(MKEK/MKDKI) menyelidiki kejadian sentinel terkait seorang anggota staf
medis dan memberi sanksi, informasi ini harus digunakan untuk evaluasi muatan
kewenangan klinis darianggota staf medis. Untuk menjamin bahwa file staf medis
lengkap dan akurat, file diperiksa paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali dan ada
catatan di file tindakan yang diberikan atau tindakan tidak diperlukan sehingga
penempatan staf medis bisa berlanjut.
Pertimbangan untuk merinci kewenangan klinis waktu penempatan kembali
sebagai berikut:
a) Anggota staf medis dapat diberikan kewenangan klinis tambahan berdasar
pendidikan dan pelatihan lanjutan. Pendidikan dan pelatihan diverifikasi dari
sumber utamanya. Pemberian penuh kewenangan klinis tambahan
mungkin ditunda sampai proses verifikasi lengkap atau jika dibutuhkan
waktu harus dilakukan supervisi sebelum kewenangan klinis diberikan.
Contoh,jumlah kasus yang harus di supervisi dari kardiologi intervensi.
b) Kewenangan klinis anggota staf medis dapat dilanjutkan, dibatasi atau
dihentikan berdasar:
 Hasil dari proses tinjauan praktik profesional berkelanjutan
 Pembatasan kewenangan klinikdari organisasi profesi, KKI, MKEK,
MKDKI atau badan resmi lainnya
 Temuan rumah sakit dari hasil evaluasi kejadian sentinel atau
kejadian lain
 Kesehatan staf medis
 Permintaan staf medis
PENILAIAN KINERJA STAF
KLINIS
• PENILAIAN HARUS MELIPUTI EVALUASI
KINERJA PROFESIONAL (OPPE & FPPE)
• PERAN STAF DALAM PROGRAM
PENINGKATAN MUTU
OPPE/EPPB
• Evaluasi dan mutu dari pelayanan di kaji setiap
tahun: Ongoing professional practice evaluation
(OPPE)/Evaluasi Praktik Profesional Berkelanjutan
(EPPB)
FPPE/EPPT
• Evaluasi terhadap mutu pelayanan yang
bermasalah dikaji secara khusus untuk mencari
penyevab dan solusi : Focused professional
practice evaluation (FPPE)/ Evaluasi Praktik
Profesional Terfokus (EPPT)

KARS
Menetapkan kerangka kinerja staf medis

• Evaluasi kinerja staf medis yang comprehensif


VS traditional peer review
• Membangun kompetensi dokter melalui data
• Membantu menciptakan pendekatan yang konsisten
dan fair untuk mengevaluasi dokter
• Menetapkan harapan dan pengukuran kinerja
• Membantu staf medis terus bertanggung jawab
atas kinerja mereka
AREA KOMPETENSI PRAKTISI KLINIS
a) Asuhan pasien: memberikan asuhan pasien dengan
perhatian yang tulus, tepat dan efektif
b) Pengetahuan medis/klinis: membangun dan
mengembangkan ilmu biomedis, klinis dan sosial dan
penerapan pengetahuan untuk asuhan pasien dan
pendidikan lainnya
c) Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktek:
menggunakan ilmu dan metode berbasis bukti
d) Ketrampilan hubungan antar manusia dan
komunikasi:

KARS
AREA KOMPETENSI PRAKTISI KLINIS
e) Profesionalism: komitmen untuk secara terus menerus
mengembangkan professionalitas, etika, pemahaman
dan kepekaan terhadap keragaman dan sikap
tanggungjawab terhadap pasien, profesinya dan
masyarakat.
f) Praktek berbasis sistem:pemahaman terhadap
konteks dan sistem dimana pelayanan kesehatan
diberikan.

KARS
Kriteria evaluasi praktik professional
berkelanjutan
• Review terhadap prosedur-prosedur
operatif dan klinis lain serta hasilnya
Informasi bisa didapat
• Pola Penggunaan darah/Obat
dari :
• Pola Permintaan
 Grafik review
tes/prosedur/Tindakan berkala
• Length of stay  Observasi langsung
• Data Morbiditas dan mortalitas  Monitoring
• Jumlah kasus yang terhadap teknik
dikonsulkan/dirujuk ke spesialis lain diagnostik dan
pengobatan
 Monitoring kualitas
klinis
 Diskusi/survei dg
sejawat/staf lainnya.
ALAT YANG BISA DIPAKAI
UNTUK EVALUASI
1. Evaluasi kepatuhan terhadap PPK/Protokol
2. Evaluasi kepatuhan terhadap Clinical Pathway
3. Evaluasi peer review
4. Evaluasi rekan kerja 360*
5. Data pelaksanaan pelayanan

AUDIT MEDIS/AUDIT KLINIS


SIAPA PENANGGUNG JAWAB
EVALUASI
• Direktur Medik ?
• Komite medik/sub komite mutu profesi ?
• Mitra bestari ?
• Ketua KSM ?
• Kepala Instalasi ?
• Staf yang ditunjuk ?
FORM EVALUASI PPK
APENDISITIS AKUT
HASIL EVALUASI PPK
PPK APPENDISITIS

ALVARADO APPENDICOGRAM PENUNJANG ANTIBIOTIK APPENDIKTOMI


DISTRIBUSI KEPATUHAN PPK APENDISITIS
BERDASAR DOKTER

50%

25%

dr. Agus dr. Ana

EVALUASI KEPATUHAN THD PPK


KEPATUHAN PELAKSANAAN PPK
93%

75% 77%

67%

HIPERTENSI DIARE AKUT APPENDISITIS STROKE INFARK

REKAP KEPATUHAN PPK


DHF DEWASA
variabel kepatuhan X 100 %
PRA CP PASCA CP
PEMERIKSAAN I 1 1
ASESMEN AWAL 1 1
VISIT DPJP HARI I 1 1
VARIAN PEM JANG 0.32 0.282609
VAR. OBAT (AB) 0.04 0.065217
VAR. OBAT LAIN 0.4 0.369565

LOS 4.32 3.326087

40
JUML PASIEN 25 46
Contoh Peer Assesment Tools
no PARAMETER SK K B SB
ASUHAN PASIEN DAN PENERAPAN EBM
1 Kemampuan menegakkan diagnosis
2 Kemampuan formulasi tatalaksana pasien
3 Memberikan asuhan pasien dengan kasih, tepat dan
efektif
4 Penerapan EBM dalam asuhan pasien
5 Pemilihan/penggunaan alat penunjang diagnosis
6 Kemampuan terhadap aspek psikososial dan
penyakit
7 Kesadaran akan keterbatasan diri
SK :SANGAT KURANG
K : KURANG
B : BAIK
SB : SANGAT BAIK
no PARAMETER SK K B SB
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
1 Komunikasi dengan pasien
2 Komuniksi dengan keluarga pasien
3 Menghargai hak pasien dan keluarga
4 Komunikasi verbal dengan sejawat
4 Komunikasi tertulis dengan sejawat
5 Kemampuan memahami dan menilai kontribusi sejawat
serta tenaga kesehatan lainnya
6 Kemudahan diakses

SK :SANGAT KURANG
K : KURANG
B : BAIK
SB : SANGAT BAIK
No PARAMETER SK K B SB
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME
1 Komitmen untuk secara terus menerus mengembangkan
professionalitas
2 Komitmen untuk secara terus menerus mengembangkan
praktik-praktik etika
3 Kkomitmen untuk mengembangkan pemahaman dan
kepekaan terhadap keragaman dan sikap tanggungjawab
terhadap pasien, profesinya dan masyarakat.

SK :SANGAT KURANG
K : KURANG
B : BAIK
SB : SANGAT BAIK

Sutoto. KARS
No PARAMETER SK K B SB

PRAKTEK BERBASIS SISTEM


1 Pemahaman terhadap peraturan perundang undangan
tentang pelayanan kesehatan
2 Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedure
pelayanan di rumah sakit

SK :SANGAT KURANG
K : KURANG
B : BAIK
SB : SANGAT BAIK
REKAPITULASI PEER ASSESSMENT
no PARAMETER SK K B SB TOTAL

1 Asuhan pasien

2 Pengetahuan medis/klinis
3 Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktek (EBM)
4 Ketrampilan hubungan antar manusia

5 Profesionalisme
6 Praktek berbasis sistem

TOTAL
EPP PROFESIONAL
EPP PROFESIONAL
EPP PROFESIONAL
EPP PROFESIONAL
EPP PROFESIONAL
OPPE TERKAIT REMUNERASI
STAF NON BEDAH
REALISA NILAI
NO INDIKATOR PENILAIAN BOBOT TARGET
SI CAPAIAN

a b c d e f = e/dxc

A. ASUHAN PASIEN 40% 40.0%

1 Melaksanakan tindakan sesuai standar kewenangan klinik (clinical privilage) 10.0% 100% 100% 10.0%

2 Pengkajian awal (assessment awal) dilaksanakan lengkap dalam 24 jam seja pasien masuk RS 8.0% 100% 100% 8.0%

3 Adanya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) dalam melakukan perawatan 8.0% 1% 0% 8.0%

4 Kepatuhan penulisan resep berdasarkan formularium 7.0% 80% 80% 7.0%

5 kepatuhan dan kecepatan menjawab konsul 7.0% 80% 80% 7.0%

B. KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI 10.0% 10.0%

1 Menerima komplain dari pesien atau keluarga pasien 6.0% 2% 0% 6.0%

2 Menerima komplain dari teman sejawat/profesi lainnya 4.0% 3% 0% 4.0%

C. PENULISAN DAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS 40.0% 38.8%

1 Catatan perkembangan terintegrasi 7.0% 100% 100% 7.0%

2 Resume Medis 7.0% 100% 100% 7.0%

3 Kelengkapan pengisian rekam medis dalam waktu 1 x 24 jam setelah pasien pulang 6.0% 80% 70% 5.3%

4 Kontrol pemberian obat (nama obat, waktu pemberian dosis, cara pemberian) 6.0% 100% 100% 6.0%
OPPE TERKAIT REMUNERASI
STAF NON BEDAH
C. PENULISAN DAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS 40.0% 38.8%

1 Catatan perkembangan terintegrasi 7.0% 100% 100% 7.0%

2 Resume Medis 7.0% 100% 100% 7.0%

3 Kelengkapan pengisian rekam medis dalam waktu 1 x 24 jam setelah pasien pulang 6.0% 80% 70% 5.3%

4 Kontrol pemberian obat (nama obat, waktu pemberian dosis, cara pemberian) 6.0% 100% 100% 6.0%

Konsistensi penulisan diagnosa dan tindakan (resume medis, ringkasan masuk keluar dan catatan
5 6.0% 100% 100% 6.0%
perkembangan terintegrasi)

6 Discharge planning 4.0% 100% 100% 4.0%

7 Edukasi kepada pasien/keluarga 4.0% 80% 70% 3.5%

D. PROFESIONALISME/PRILAKU KERJA 10.0% 6.9%

1 Visite DPJP setiap hari selambat-lambatnya jam 11.00 WITA 7.0% 90% 65% 5.1%

2 Menghadiri rapat tim medis 3.0% 80% 50% 1.9%

JUMLAH NILAI 100.0% 95.7%

NILAI PRESTASI KERJA 96%


SANGAT BAIK
OPPE TERKAIT REMUNERASI
STAF BEDAH
REALISAS NILAI
NO INDIKATOR PENILAIAN BOBOT TARGET
I CAPAIAN

a b c d e f = e/dxc

A. ASUHAN PASIEN 40% 40.0%

1 Melaksanakan tindakan sesuai standar kewenangan klinik (clinical privilage) 7.0% 100% 100% 7.0%

2 Pengkajian awal (assessment awal) dilaksanakan lengkap dalam 24 jam seja pasien masuk RS 6.0% 100% 100% 6.0%

3 Pelaksanaan time out 6.0% 100% 100% 6.0%


4 Pelaksanaan site marking 6.0% 100% 100% 6.0%
5 Kepatuhan penulisan resep berdasarkan formularium 5.0% 80% 80% 5.0%
6 Adanya organ injuri/morbiditas pada saat tindakan kedokteran 5.0% 1% 1% 5.0%
7 kepatuhan dan kecepatan menjawab konsul 5.0% 80% 80% 5.0%

B. KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI 10.0% 4.4%

1 Menerima komplain dari pesien atau keluarga pasien 6.0% 2% 5% 2.4%


2 Menerima komplain dari teman sejawat/profesi lainnya 4.0% 3% 6% 2.0%

C. PENULISAN DAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS 40.0% 37.8%

1 Catatan perkembangan terintegrasi 6.0% 100% 100% 6.0%


2 Resume Medis 6.0% 100% 75% 4.5%
3 Informed Consent 5.0% 100% 100% 5.0%
OPPE TERKAIT REMUNERASI
STAF BEDAH
C. PENULISAN DAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS 40.0% 37.8%

1 Catatan perkembangan terintegrasi 6.0% 100% 100% 6.0%

2 Resume Medis 6.0% 100% 75% 4.5%

3 Informed Consent 5.0% 100% 100% 5.0%

4 Laporan operasi/tindakan medis 5.0% 100% 100% 5.0%

5 Kelengkapan pengisian rekam medis dalam waktu 1 x 24 jam setelah pasien pulang 4.0% 80% 80% 4.0%

6 Kontrol pemberian obat (nama obat, waktu pemberian dosis, cara pemberian) 4.0% 100% 100% 4.0%

Konsistensi penulisan diagnosa dan tindakan (resume medis, ringkasan masuk keluar
7 4.0% 100% 100% 4.0%
dan catatan perkembangan terintegrasi)

8 Discharge planning 3.0% 100% 100% 3.0%

9 Edukasi kepada pasien/keluarga 3.0% 80% 60% 2.3%

D. PROFESIONALISME/PRILAKU KERJA 10.0% 9.3%

1 Visite DPJP setiap hari selambat-lambatnya jam 11.00 WITA 7.0% 90% 90% 7.0%

2 Menghadiri rapat tim medis 3.0% 80% 60% 2.3%

JUMLAH NILAI 100.0% 91.4%

NILAI PRESTASI KERJA 91%


(Baik)
Evaluasi Praktek Profesional Terfokus
(FPPE)

• Melibatkan pemantauan lebih spesifik dan waktu terbatas


• Evaluasi praktek profesional dilakukan dalam tiga situasi:
1) Saat awal dokter diberikan RKK
2) Ketika ada tambahan kompetensi baru diminta
3) Teridentifikasi adanya ketidak sesuaian kinerja dokter
(triger)
PENENTUAN TRIGER: PENENTUAN LEVEL KINERJA YANG TIDAK DAPAT
DITERIMA DIBANDINGKAN DENGAN LEVEL KINERJA YANG TELAH
MAPAN/DITETAPKAN

Contoh
• Meningkatnya infection rates
• Terjadi Sentinel events
• Meningkatanya LOS dibanding yg lain
• Meningkatnya Operasi ulang
• Pola Tes/Terapi yg tidak dibutuhkan
• Gagal/tidak patuh terhadap PPK/CP
• dll.
KARS
Evaluasi Praktik Profesional Terfokus (FEPP)
KSM BEDAH
No INDIKATOR SPM TRIGER KETERANGAN
1 Waktu tunggu operasi elektif <= 2 hr 1
2 Tak melakukan time out 1
sebelum incisi kulit
3. Tak melakukan penandaan 2
daerah operasi
4 Operasi salah prosedur 0 1
5 Benda asing tertinggal dalam 0 1
tubuh pasien
6 Komplikasi anestesi karena 6% >7%
overdosisis, reaksi anestesi,
salah penempatan ET
7 Kematian dimeja operasi 0 1
Evaluasi Praktik Profesional Terfokus (FEPP)
KSM OBGSTETRI GINEKOLOGI
No Indikator SPM Triger Keteranga
n
1 Sectio caesaria non rujukan <20 % >20 %
2 Kematian Ibu karena Persalinan a. Perdarahan < = 1% 1
b. B.Pre eklampsi ,=30 %
c. Sepsis <=0.2 %
3 Operasi salah prosedur 0 1
4 Benda asing tertinggal dalam 0 1
tubuh pasien
5 Pelayanan kontap dilakukan dr 100 1
Sp.OG, SpB,SpU,Dr Umum
Terlatih
6 Kematian dimeja operasi 0 1
terima kasih ..

Anda mungkin juga menyukai