Anda di halaman 1dari 35

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI

PEMBANGUNAN GEDUNG STFK LEDALERO

BAB I
PENJELASAN UMUM

1. URAIAN UMUM

Unit Kerja : Kementerian Agama Republik Indonesia

Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat


Katolik
Satuan Kerja : Direktorat Pendidikan Katolik

Nama Kegiatan : Penyediaan Prasarana Pada PTK Katolik Swasta

Nama Pekerjaan : PEMBANGUNAN GEDUNG STFK LEDALERO

Lokasi Pekerjaan : Jln. Ledalero, Kelurahan Takaplager,


Kecamatan Nita, Kota Maumere, Nusa Tenggara
Timur 86152
Nilai Pagu Anggaran : Rp.4.700.000.000,- (Empat milyar tujuh ratus
juta rupiah,-)
Nilai HPS : Rp.4.699.999.214,- (Empat milyar enam ratus
sembilan puluh sembilan juta sembilan ratus
sembilan puluh sembilan ribu dua ratus empat
belas rupiah rupiah)
Jenis Kontrak : Gabungan Harga Satuan dan Lumsum

Kode RUP : 32304535

Sumber Pendanaan : DIPA RKA-KL Direktorat Jenderal Bimbingan


Masyarakat Katolik Kementerian Agama TA.
2022
Nomor DIPA : 025.06.1.308077/2022

1.1. PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini adalah meliputi Pekerjaan PEMBANGUNAN GEDUNG
STFK LEDALERO;
b. Istilah ‘Pekerjaan’ mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga
ahli, tukang, buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/
perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud;
c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS,
Gambar-Gambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan
serta Addendum yang disampaikan selama pelaksanaan.

1.2. BATASAN/PERATURAN

Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada:


1) Undang Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
2) Undang Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
3) Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
4) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah dan perubahan-
perubahannya;
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1
Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya
Pekkyatyaratan Teknis Bangunan Gedung;
6) Permen PUPR No 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara;
7) Permen PUPR No. 10/PRT/M/2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi;
8) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
Republik Indobesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan barang/ Jasa Pemeritah Melalui Penyedia
9) Instruksi Menteri PUPR Nomor: 02/IN/M/2021 tentang Protokol
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-2019) dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
10) Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung serta standar teknis
yang terkait antara lain:
a. Persyaratan, prinsip, dan peraturan harus sesuai dengan standar
Edisi terbaru Cipta Karya Pedoman (1995);
b. Ditetapkan dalam pedoman Pelaksanaan Sistem Perencanaan
Pengembangan Program dan Penganggaran (Buku Petunjuk
Pelaksanaan Sistem Perencanaan Program Penyusunan Dan
Penganggaran-SP4);
c. Peraturan/kode untuk peraturan keselamatan dan api untuk
bangunan pendidikan.
11) Persyaratan teknis lainnya terkait pelaksanaan pembangunan sesuai
dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan diterapkan
di Indonesia termasuk Peraturan daerah setempat tentang Bangunan
Gedung.

1.3. DOKUMEN KONTRAK


a. Kelengkapan dokumen-dokumen berikut merupakan satu kesatuan
dan bagian yang tidak terpisahkan dari Kontrak ini terdiri dari
Addendum Kontrak (apabila ada), Surat Perjanjian, Surat Penawaran,
Daftar Kuantitas dan Harga, Syarat-syarat Umum Kontrak, Syarat-syarat
Khusus Kontrak beserta lampirannya berupa Lampiran A (daftar harga
satuan timpang, sub penyedia, personel manajerial dan peralatan
utama), Lampiran B (Rencana Keselamatan Konstruksi), Spesifikasi
Teknis, Gambar-gambar dan dokumen lainnya seperti: Surat
Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa, Jadwal pelaksanaan Pekerjaan,
Jaminan-jaminan, Berita Acara Rapat Persiapan Penandatanganan
Kontrak, Berita Acara Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak.
b. Jika terjadi pertentangan anatara ketentuan dalam suatu dokumen
dengan ketentuan dalam dokumen yang lain maka yang berlaku adalah
ketentuan dalam dokumen yang lebih tinggi berdasarkan urutan hierarki
sebagai berikut:
1) Addendum Kontrak (apabila ada);
2) Surat Perjanjian;
3) Daftar Kuantitas dan Harga (Daftar Kuantitas dan Harga
Hasil Negosiasi apabila ada Negosiasi);
4) Daftar Kuantitas dan Harga (Daftar Kuantitas dan Harga
Terkoreksi apabila ada Koreksi Aritmatik);
5) Surat Penawaran;
6) Syarat-syarat Khusus Kontrak;
7) Syarat-syarat Umum Kontrak;
8) Spesifikasi Teknis, dan
9) Gambar-gambar

1.4. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan dibagi 2 bagian:
a. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan fisik adalah selama 180 (Seratus
delapan puluh) hari kalender, terhitung sejak ditandatanganinya
SPMK;
b. Jangka Waktu pemeliharaan pekerjaan fisik selama 180 (Seratus
delapan puluh) hari kalender, terhitung sejak ditanda tanganinya BAST
I (PHO).

1.5. PERSYARATAN PENYEDIA KONSTRUKSI


Pekerjaan Pembangunan Gedung STFK Ledalero Tahun Anggaran 2022
terdiri dari Pekerjaan Standar dan Pekerjaan Non Standar yang mesti
dikerjakan secara simultan dalam waktu yang bersamaan sehingga
dibutuhkan kualifikasi/kompetensi khusus sesuai dengan ruang lingkup
pekerjaan yang dikerjakan. Untuk mendapatkan hasil Produk Bangunan
beserta kelengkapan lainnya yang berkualitas maka Penyedia Jasa
Konstruksi yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut harus memiliki
Kualifikasi dan Kompetensi dengan persyaratan kualifikasi sebagai berikut:
1) Persyaratan Kualifikasi Administrasi :
d. Memiliki Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK);
e. Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) kualifikasi KECIL, yang masih
berlaku dan diterbitkan oleh instansi yang berwenang, dengan
Klasifikasi Bangunan Gedung (BG) Subklasifikasi Jasa Pelaksana
untuk Konstruksi Bangunan Gedung Pendidikan (BG 007);
2) Memiliki personil yang akan ditugaskan dalam pelaksanaan pekerjaan,
dengan kualifikasi personil sebagai berikut :

NO POSISI JUMLAH PENGALAMAN SKA/SKT MINIMAL


JABATAN MINIMAL
A PERSONEL MANAJERIAL
1 Pelaksana 1 Orang 2 (Dua) Tahun Pelaksanan
Bangunan
Gedung/Pekerjaan
Gedung (TS 051)/
Sipil atau (TA 022)/
Arsitektur

2 Pelaksana K3 1 Orang 0 (Nol) Tahun Sertifikat K3

Keterangan :
a. Sertifikat kompetensi kerja untuk personil managerial dibuktikan
saat rapat penunjukan penyedia.
b. Peserta yang tidak dapat membuktikan Sertifikat Kompetensi
Kerja untuk Personil managerial yang diusulkan dalam dokumen
penawaran saat Rapat Persiapan Penunjukan Penyedia (RPPP)
dikenakan sanksi sebagai berikut:
• Sanksi administrasi, berupa pembatalan penetapan pemenang;
• Sanksi daftar hitam sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

3) Persyaratan Peralatan Utama:

NO NAMA ALAT JUMLAH KAPASITAS STATUS


1 Concrete Vibrator 2 unit 12.000 rpm KEPEMILIKAN
Milik Sendiri/Sewa
2 Bar Cutter 2 unit 32 mm Milik Sendiri/Sewa
3 Bar Bender 2 unit 32 mm Milik Sendiri/Sewa
4 Dump Truck 2 bh 4 m3 Milik Sendiri/Sewa
5 Truck ready mix 2 unit 6 m3 Milik Sendiri/Sewa
6 Alat Pancang Bore pile 1 Set 375 rpm, Milik Sendiri/Sewa
(Washbooring) tekanan
±200 kg,
blade 35 cm

4) Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK):


Penyedia menyiapkan penjelasan manajemen resiko serta penjelasan
rencana tindakan sesuai tabel jenis pekerjaan dan identifikasi bahaya
dibawah ini:
NO JENIS/TIPE PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA
1 Pekerjaan Pendahulan Terjepit, Tergores, Terbentur
(Pembersihan Lokasi) dan Tangan Terkilir
2 Pekerjaan Pondasi Borepile dia. Terjepit, Tergores, Terbentur
35 dan Tangan Terkilir, Kematian
3 Pekerjaan Struktur (Sloof, Terjepit, Tertimpa, Terbentur,
Kolom, Balok, Plat Lantai) Tangan Terkilir Terjatuh pada
pekerjaan yang berada di
ketinggian
4 Pekerjaan Dinding Terjepit, Tergores, Terbentur
dan Terjatuh dari ketinggian
5 Pekerjaan Kusen, Pintu dan Terjepit, Tergores, Terbentur
Jendela Dan Terjatuh dari ketinggian
6 Pekerjaan Kaca Terjepit, Tergores, Terbentur
Dan Terjatuh dari ketinggian
7 Pekerjaan Plapond Terjepit, Tertimpa, Terbentur,
Terjatuh dari Ketinggian
8 Pekerjaan Penutup Lantai Terjepit, Tergores,
9 Pekerjaan Alat Penggantung Terjepit, Tergores, Terbentur
dan Pengunci Dan Terjatuh dari ketinggian
10 Pekerjaan Mekanikal Terjepit, Tertimpa, Terjatuh dari
Ketinggian
11 Pekerjaan Elektrikal Terjepit, Tertimpa, Tersengat
arus listrik, Terjatuh dari
Ketinggian
12 Pekerjaan Railling Terjepit, Tergores,
13 Pekerjaan Pengecatan Tertimpa, Terjatuh dari
Ketinggian
14 Pekerjaan Penutup Atap Terjepit, Tertimpa, Terjatuh dari
Ketinggian
15 Pekerjaan Fasad/Panel Terjepit, Tertimpa, Terjatuh
Aluminium dari Ketinggian
16 ACP
Pekerjaan Pencegahan Gejala Covid-19 (Batuk, Panas,
Penyebaran Sesak Nafas, Pilek, dll)
Covid-19
Jenis pekerjaan dan identifikasi bahaya paling tinggi adalah dibawah ini:

NO JENIS / TIPE PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA


1 Pekerjaan Pondasi Borepile dia. Terjepit, Tergores, Terbentur
35 dan Tangan Terkilir, Kematian

1.6. DAFTAR PEKERJAAN YANG MERUPAKAN TANGGUNGJAWAB REKANAN


DAN SUDAH MASUK DALAM TOTAL HARGA PENAWARAN
Segala biaya yang ditimbulkan dalam penyelesaian pekerjaan sudah
termasuk didalam perhitungan Harga Penawaran yang disampaikan oleh
Penyedia Jasa meliputi antara lain:
1) Biaya yang ditimbulkan dan peralatan yang dibutuhkan saat
Commisioning Test;
2) Penjagaan keamanan bahan, material dan tenaga selama pelaksanaan
pekerjaan fisik;
3) Biaya Asuransi Tenaga Kerja yang dipekerjakan dan biaya
pengobatan/santunan bila terjadi kecelakaan di areal pekerjaan;
4) Pengurusan IMB;
5) Pengurusan Izin Penangkal Petir;
6) Biaya Pembongkaran dan Pembersihan lahan sebelum dan sesudah
Pekerjaan selesai dan di serah terimakan (PHO).

1.7. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dalam pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Gedung STFK Ledalero,
pekerjaan konstruksi harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) yang terlampir pada dokumen
pengadaan dan ketentuan lainnya akan diatur dalam Surat Perjanjian
Pekerjaan (Kontrak)

2. LINGKUP PEKERJAAN
2.1. KETERANGAN UMUM
1. Pekerjaan Pembangunan Gedung STFK Ledalero, secara umum meliputi
pekerjaan standar maupun non standar.
2. Secara teknis, pekerjaan ini mencakup keseluruhan proses
pembangunan dari persiapan sampai dengan pembersihan/ pemberesan
halaman, dan dilanjutkan dengan masa pemeliharaan seperti yang
ditentukan, mencakup finishing lantai 1 dan 2;
a. Pekerjaan Persiapan;
b. Pekerjaan Struktur;
c. Pekerjaan Arsitektur;
d. Pekerjaan Mekanikal, Elektrikal, Plumbing ;
e. Pekerjaan lain yang terkait dengan penyelesaian pekerjaan tersebut
diatas.

2.2. SARANA DAN CARA KERJA


1. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan,
meninjau tempat pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran dan
mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk
penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
2. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang
cakap dan memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta
tidak akan mempekerjakan orang-orang yang tidak tepat atau tidak
terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara
pekerja/karyawannya.
3. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan
seperti beton molen, pompa air, timbris, waterpass, alat-alat
pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan untuk pekerjaan ini.
Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
4. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan
perhatian penuh dan menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor
bertanggung jawab penuh atas seluruh cara pelaksanaan, metode,
teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua bagian
pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
5. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum
suatu komponen konstruksi dilaksanakan.
6. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan
Pengawas, sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan
dilaksanakan.
7. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas:
d. Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan
dalam pelaksanaannya.
e. Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa
gambar-gambar perubahan.
8. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah
memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas setelah dilakukan
pemeriksaan secara teliti.
9. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan
bangunan merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada
saat penyerahan kesatu, kekurangan dalam hal ini berakibat
penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan.
10. Pembenahan/ perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor,
bila:
a. Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa
pemeliharaan mengalami kerusakan atau dijumpai kekurang
sempurnaan pelaksanaan.
b. Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan
diluar pekerjaan pokoknya yang mengalami kerusakan akibat
pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan, halaman, dan lain
sebagainya).
11. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-
bahan sisa-sisa pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus
dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir, kecuali akan
dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

2.3. PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN


1. Kontraktor berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan
dalam bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang
direncanakan berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai
dengan penawaran.
2. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh
Kontraktor selambat- lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan
pekerjaan. Penyelesaian dimaksud ini telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas.
3. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor
belum menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor
harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk
2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama rencana jadual pelaksanaan belum disusun, Kontraktor harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana
pelaksanaan mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai
pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

2.4. PELAPORAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
seluruh aktivitas dilaporkan sesuai dengan kemajuan pekerjaan. Laporan
pelaksanaan disampaikan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi kepada
PPK setelah mendapat verifikasi dari Direksi Teknis/ Konsultan Pengawas.
Laporan pelaksanaan berisi informasi kemajuan pekerjaan sebagaimana
yang ditetapkan di dalam rencana pelaksanaan pekerjaan beserta uraian
kendala dan masalah yang dihadapi Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
selama pelaksanaan pekerjaan.
Jenis Laporan pada pekerjaan konstruksi:
1. Laporan Harian
a. Laporan harian disusun berdasarkan buku harian yang berisicatatan
mengenai rencana dan realisasi pekerjaan harian.
b. Buku harian disusun untuk kepentingan pengendalian dan
pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
c. Buku harian paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Kuantitas dan jenis bahan yang ada di lapangan;
2) Penempatan tenaga kerja untuk setiap macam tugas dan
keterampilan yang diperlukan;
3) Jumlah, jenis dan kondisi peralatan yang tersedia;
4) Jumlah volume cadangan bahan bakar yang tersedia untuk
peralatan;
5) Taksiran kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
6) Jenis dan uraian pekerjaan yang dilaksanakan;
7) Kondisi cuaca antara lain hujan, banjir dan peristiwa-
peristiwa alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran
pekerjaan;
8) Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan
design, gambar kerja (shop drawing), spesifikasi teknis,
keterlambatan pekerjaan dan penyebabnya dan lain sebagainya.
d. Laporan harian disusun dan disampaikan setiap hari kepada
Kasatker/PPK setelah mendapat verifikasi dari Direksi Teknis/
Konsultan MK.
e. Laporan harian paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Capaian pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan/atau sub
pekerjaan, pemenuhan kualitas dan kuantitas bahan yang
digunakan; daftar peralatan yang meliputi jenis, jumlah dan
kondisi peralatan; serta penempatan tenaga kerja untuk setiap
pekerjaan dan/atau sub pekerjaan;
2) Kondisi cuaca, seperti hujan, banjir dan peristiwa alam
lainnya yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan;
3) Hambatan dan kendala yang dihadapi berkenaan dengan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan serta kondisi khususlainnya
yang berdampak atau berpotensi berdampak pada pelaksanaan
pekerjaan;
4) Informasi Keselamatan Konstruksi, seperti kejadian kecelakaan
kerja, catatan tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja
(nearmiss record), dan lain-lain sebagaimana yang disyaratkan
di dalam peraturan;
5) Informasi terkait Keselamatan Konstruksi harus diperiksa oleh
Direksi Teknis/Konsultan MK. Laporan harian Keselamatan
Konstruksi dapat dapat dijadikan satu dalam format Laporan
harian atau dapat juga menggunakan format terpisah;
6) Rencana pelaksanaan pekerjaan di hari berikutnya; dan
7) Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan,
perubahan desain, gambar kerja (shop drawing), spesifikasi
teknis, kelambatan pekerjaan dan penyebabnya dan lain
sebagainya.
f. Dalam laporan harian harus dapat diperoleh informasi terkait
sebab-sebab terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
apakah disebabkan karena kerusakan peralatan, Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi personil/bahan/peralatan terlambat, atau
disebabkan keadaan cuaca buruk.
g. Dokumen asli laporan harian dipelihara oleh PPK;
h. Laporan Harian tersebut dibuat dalam rangkap 3 (tiga), disusun oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Teknis/Konsultan MK dengan distribusi sebagai berikut:
1) Asli untuk Kasatker/PPK;
2) Lembar kedua untuk Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas; dan
3) Lembar ketiga untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.

2. Laporan Mingguan
a. Laporan mingguan disusun dan disampaikan kepada Kasatker/PPK
setelah mendapat verifikasi Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
b. Laporan mingguan paling sedikit memuat capaian pelaksanaan
pekerjaan selama 1 (satu) minggu dan rencana capaian minggu
berikutnya yang disampaikan setiap minggu.
c. Dalam hal Kasatker/PPK melakukan rapat mingguan, laporan
mingguan yang telah diverifikasi kepada Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas harus disampaikan sebelum pelaksanaan rapat mingguan
dan akan dibahas pada saat rapat mingguan.
d. Laporan mingguan paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Rangkuman capaian pekerjaan berupa hasil pembandingan
capaian dengan minggu sebelumnya dan capaian pada minggu
berjalan dengan rencana kegiatan dan sasaran capaian pada
minggu berikutnya;
2) Hambatan dan kendala yang dihadapi pada kurun waktu 1
(satu) minggu beserta tindakan penanggulangan yang telah
dilakukan dan potensi kendala pada minggu berikutnya;
3) Dukungan yang diperlukan dari Kasatker/PPK, Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas, dan pihak-pihak lain yang terkait;
4) Ringkasan permohonan persetujuan atas usulan dan dokumen
yang diajukan beserta statusnya;
5) Ringkasan kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan;
6) Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan
Konstruksi, termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang
kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja (nearmiss record), dan
lain-lain.
e. Dokumen asli persetujuan laporan mingguan dipelihara oleh PPK.
f. Laporan mingguan dibuat paling sedikit dalam 3 (tiga) rangkap untuk
didistribusikan kepada:
1) Asli untuk Kasatker/PPK;
2) Lembar ke dua untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan
3) Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

3. Laporan Bulanan
a. Laporan bulanan disusun dan disampaikan di setiap bulan
kepada Kasatker/PPK setelah mendapat verifikasi Direksi Teknis/
Konsultan Pengawas;
b. Periode pelaporan sesuai kesepakatan pada saat rapat persiapan
pelaksanaan kontrak/ PCM;
c. Laporan Bulanan paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Capaian pekerjaan fisik, ringkasan status capaian pekerjaan
fisik dengan membandingkan capaian di bulan sebelumnya,
capaian pada bulan berjalan serta target capaian di bulan
berikutnya;
2) Foto dokumentasi;
3) Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi, status pembayaran dari Pengguna Jasa;
4) Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;
5) Masalah dan kendala yang dihadapi, termasuk statusnya,
tindakan penanggulangan yang telah dilakukan dan rencana
tindakan selanjutnya;
6) Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan
berikutnya, beserta rencana pencegahan atau penanggulangan
yang akan dilakukan;
7) Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen; dan
8) Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan
Konstruksi, termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang
kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja (nearmiss record), danlain-
lain.
d. Laporan bulanan dibuat paling sedikit dalam 3 (tiga) rangkap untuk
didistribusikan kepada:
1) 1 (satu) dokumen untuk Kasatker/PPK;
2) 1 (satu) dokumen untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
3) 1 (satu) dokumen untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

2.5. PENUTUP
a. Segala bentuk perubahan yang terkait dengan isi dari Dokumen
spesifikasi teknis ini, tidak boleh dilakukan secara sepihak tanpa seijin
Pengguna Jasa.
b. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam Spesifikasi Teknis ini,
maka tidak tertutup kemungkinan dilakukan perbaikan-perbaikan
seperlunya.

Demikianlah Spesifikasi Teknis ini dibuat untuk dijadikan acuan dan pedoman
dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi sehingga dicapai hasil pekerjaan yang
sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Jakarta, April 2022

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN 3


DITJEN BIMAS KATOLIK
BAB II
URAIAN PEKERJAAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Pekerjaan terletak di Ledalero, Kelurahan Takaplager, Kecamatan Nita,
Kota Maumere, Flores 86152, Nusa Tenggara Timur dan akan diadakan
penunjukan tempat pekerjaan oleh PPK , PPTK atau Direksi Lapangan.
1.2 Pelaksanaan Pekerjaan meliputi mengadakan, mengerjakan, mengangkut
bahan-bahan, mengadakan tenaga kerja dan umumnya segala yang langsung
dan transparan serta menyatakan harus dilaksanakan akan digunakan untuk
mendapatkan penyelesaian pekerjaan dengan sempurna.
1.3 Pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor ke Pemberi Tugas harus dengan
kondisi selesai sama sekali hingga memuaskan pemberi tugas. termasuk
menyingkirkan segala bahan-bahan sisa pembongkaran dan lain-lain yang
sudah tidak dipergunakan.
1.4 Pekerjaan yang dilaksanakan adalah :

2. UKURAN
2.1 Ukuran Penduga.
Ukuran penduga adalah indek ukuran yang merupakan patokan pengambilan
ukuran untuk ketinggian maupun kedalaman. Patok ukuran Penduga berupa
balok sepanjang 600 cm berpenampang 40X40 cm yang semua sisinya diketam
rata, dimeni 2 x dan ditanam / di pancang tegak lurus kedalam tanah areal
bangunan.
2.2 Ukuran pokok / peil (± 0,00) adalah tinggi lantai dasar bangunan yang
direncanakan, ditentukan +0,50 M dari permukaan jalan atau permukaan
tanah yang telah matang/ disesuaikan dengan gambar kerja. Selanjutnya
semua ketinggian dan kedalaman dalam gambar diambil dari tinggi +/- 0,00
ini.
2.3 Sebelum memulai pekerjaan pemasangan bouwplank, pemborong harus yakin
bahwa semua permukaan tanah baik kenyataan maupun garis transis dengan
gambar kerja adalah betul.
2.4 Jika merasa tidak puas dengan ketelitian permukaan tanah, pemborong harus
melaporkan secara tertulis kepada pengawas lapangan yang selanjutnya akan
dipertimbangkan dan diselesaikan bersama.

3. PEKERJAAN PERSIAPAN
3.1 Papan Nama Proyek
a. B a h a n
Tiang : Kayu kls I Ukuran 5 x 10 cm
Papan / tripleks : Kls I 2/20 atau disesuaikan
Seng : BJLS 0,20.
Pondasi : Beton Cor K 175 + Angkur besi 012 mm.
Finishing : Cat Dasar Putih
Isi Tulisan : Minimal menyebut: Nama proyek, pemborong,
konsultan perencana, konsultan pengawas dll.
Bentuk Tulisan : Tulisan dengan huruf capital/cetak warna
hitam. Tinggi huruf disesuaikan, tebal 1 cm
untuk Pemborong, Konsultan Perencana dan
huruf yang lain disesuaikan.

b. Pelaksanaan.
1. Papan nama proyek dipasang pada saat dilaksanakannya proyek,
dipancangkan pada tempat yang mudah dilihat umum atas petunjuk
Pengawas, dan dicabut setelah mendapat perintah Pengawas.
2. Huruf harus jelas serta memperhatikan kerapihan tulisan.
3. Pemasangan harus tegak dan kokoh.

3.2. Papan Bangunan (bowplank)


3.2.1. Papan bangunan dari kayu klas II, ukuran tebal 2 cm.
3.2.2. Papan bangunan boleh dibongkar sesudah selesai pekerjaan

3.3. Penyediaan Air dan Daya Listrik Untuk Kerja


3.3.1. Air untuk bekerja harus disediakan Pemborong dengan menyiapkan
Water Tank dengan kapasitas 4 m3 di tempat proyek atau air PAM. Air
harus bersih bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya
dengan dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium.
3.3.2. Reservoit/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan
senantiasa terisi penuh.
3.3.3. Listrik pekerjaan harus disediakan Pemborong dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan
dengan daya sekurang-kurang nya 3500 watt. Penggunaan Diesel
untuk pembangunan sementara atas persetujuan Direksi Lapangan
semua biaya yang timbul ditanggung oleh kontraktor.

3.4. Bangunan sementara untuk Direksi, gudang dan bangsal kerja :


a. Luas bangunan sementara untuk Direksi, bangsal kerja ini luasnya
disesuaikan dengan kebutuhan, untuk kantor direksi dilengkapi dengan
meja kursi tamu.
b. Bangunan ini dibuat oleh Kontraktor dan menjadi milik Proyek yang tidak
boleh dibongkar kecuali atas perintah Direksi.
c. Bangunan Direksi berdinding papan kayu klas II, rangka kayu klas II,
penutup atap seng BjLS 030, lantai dengan pelur/semen langit-langit
triplek serta diberikan ventilasi pintu, jendela dan ventilasi secukupnya.
d. Gudang, bangsal kerja serta kantor Kontraktor dibuat oleh Kontraktor
dengan luas bangunan ditentukan secukupnya oleh Direksi.
3.5. Perlakuan khusus terhadap lahan dan lingkungan.
Demi tercapainya konsep perencanaan pada pekerjaan ini maka pihak
kontraktor harus memperhatikan pengaturan-pengaturan terhadap lahan dan
lingkungan sebagai berikut:
a. Pihak Kontraktor tidak diperkenankan untuk memotong atau memangkas
vegetasi yang ada di dalam site kecuali yang berada di dalam bagian
dimana bangunan akan didirikan dan/atau atas ijin dan persetujuan dari
Direksi.
b. Pekerjaan-pekerjaan yang galian tanah yang mengenai karang (sisa bunga
karang) dilakukan secukupnya sehingga tidak merusaknya secara
berlebihan.
c. Pekerjaan-pekerjaan tambahan atau pembuatan konstruksi sementara
seperti pembuatan direksi keet, gudang, pencampuran beton dan
penempatan bak adukan, pembuatan jalan sementara dan lain-lain yang
merusak karang harus ditempatkan di areal tidak berkarang atau jika
pekerjaan tersebut bisa dilakukan di areal berkarang harus diberikan
perlindungan secukupnya dan semuanya atas persetujuan dari direksi.

3.6. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


a. Seksi ini mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) konstruksi pada setiap orang yang berada di tempat
kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan
peralatan kerja konstruksi.
b. Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja
dan perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyedia personil
yang kompoten dan organisasi pengendalian K3 konstruksi sesuai dengan
tingkat resiko yang ditetapkan oleh pengguna jasa.
c. Penyedia jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang
tertuang dalam peraturan menteri pekerjaan umum tentang pedoman
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

4. PEKERJAAN TANAH DAN BATU

4.1. Pekerjaan Galian Tanah


4.1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan/peralatan-peralatan dan alat-alat Bantu yang diperlukan untuk
terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan galian pondasi untuk
pekerjaan sub struktur seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai dengan petunjuk pemberi tugas.

4.1.2. Syarat dan Peraturan


1. Pekerjaan Persiapan Pelaksana harus mengetahui kadaan
lapangan yang nanti mungkin akan mempengaruhi jalannya
pekerjaan.
2. Pemeriksaan Permukaan Air Tanah
▪ Tidak diperkenankan air tergenang didalam/diluar/disekitar
lokasi pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
▪ Melindungi semua pekerjaan, bebas dari genangan air, juga oleh
sumur-sumur pompa, saluran pembuang dan hal-hal lain yang
mungkin terjadi
▪ Ukuran galian tanah untuk pondasi sesuai dengan gambar.
▪ Tanah bekas galian pondasi harus ditimbun / diangkut keluar
papan bouwplank sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu pekerjaan selanjutnya.
▪ Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi
air dengan cara menimba, memompa atau cara-cara lain yang
dianggap baik atas beban biaya kontraktor.
▪ Galian tanah tidak boleh dibiarkan terlalu lama, tetapi setelah
galian disetujui oleh pengawas lapangan harus segera dimulai
tahap pelaksanaan pekerjaan berikutnya.

4.2. Pekerjaan Urugan Tanah


Tanah bekas galian bila dijadikan tanah urugan harus bersih dari sampah-
sampah maupun batu-batuan dan segala macam kotoran lainnya.
▪ Pengurugan tanah baru pelaksanaan pemadatannya harus lapis demi lapis,
setiap lapis tebalnya 20 cm, pemadatannya digunakan alat pemadat /
stamper.
▪ Urugan tanah ini dipergunakan untuk : Bawah lantai bangunan, saluran air
dan sekitarnya. Tinggi/Tebal urugan disesuaikan dengan gambar rencana
atau petunjuk Direksi.

4.3. Pekerjaan Urugan pasir :


Pengurugan pasir digunakan untuk :
▪ dibawah pondasi
▪ dibawah lantai bangunan
▪ ditempat-tempat lain yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Tebal
urugan disesuaikan dengan gambar rencana.

4.4. Pekerjaan Timbunan


4.4.1. Lingkup Pekerjaan
1. Bahan timbunan harus cukup baik, yaitu bahan timbunan yang
telah disetujui oleh Direksi/Pengawas, yangdiambil didaerah
lapangan atau bahan yang diambil dari daerah di luar lapangan
pekerjaan dan merupakan tanahlaterit, tanah kapur atau pasir.
2. Bahan timbunan tersebut harus bebas dari akar-akar pohon yang
besarnya lebih besar dari 10 cm atau yang sudah di tetapkan pada
gambar rencana.

4.4.2. Syarat-syarat Penimbunan


1. Seluruh penimbunan harus dibawah pengawasan
Direksi/konsultan,. Pelaksana tidak diperkenankan melakukan
penimbunan tanpa se izin dari Direksi/Konsultan.
3. Pelaksana harus menempatkan bahan penimbunan di atas lapisan
tanah yang akan ditimbun, dibasahi, seperti yang diharuskan,
kemudian dipadatkan/ditumbuk sampai mencapai kepadatan yang
diinginkan. Pemadatan dilakukan lapis demi lapis setebal 10cm
atau yang sudah di tetapkan pada gambar rencana.

4.5. Pekerjaan Pondasi


4.5.1. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat bantu lainnya yang digunakanuntuk
melaksanakan pekerjaan ini hingga dicapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna.
2. Meliputi pekerjaan pemasangan batu kosong, pemasangan pondasi
batu gunung serta seluruh detail yang ditunjukkan/disebutkan
dalam gambar.

4.5.2. Persyaratan Bahan


1. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu terbaik, terdiri dari satu jenis
merk dan atas persetujuan dan harus memenuhi NI-8.Semen yang
telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk
digunakan. Tempat penyimpanan Harus diusahakan sedemikian
rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai
terangkat dari tanah danditumpuk sesuai dengan syarat
penumpukan semen.

2. Pasir Pasangan
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari
bahan-bahan organis lumpur dan sebagainya dan harusmemenuhi
komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBBI
1984. Pasir pasang harus bersih, tajamdan bebas lumpur tanah
liat, kotoran organik dan bahan yang dapat merusak pondasi.

3. Batu Gunung/Belah
Bahan batu adalah sejenis batu keras, liat, berat serta berwarna
Putih Kekuning-kuningan Bahan asal adalah batubesar yang
kemudian dibelah/dipecah menjadi ukuran normal (maksimal 25
cm). Material batu kali/belah yang keras,bermutu baik dan tidak
cacat dan tidak retak. Batu kapur, batu berpenampang bulat atau
berpori besar danterbungkus lumpur tidak diperkenankan dipakai.

4. Air
Yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang
dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-pasal 10. Air yang
digunakan harus bersih, tawar dan bebas dari bahan kimia yang
dapat merusak pondasi, asam alkali atau bahan organic.

4.5.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


1. Sebelum pemasangan pondasi dimulai harus seizin dari
Direksi/pengawas.
2. Pemborong harus memperhatikan adanya stek tulangan kolom dan
stek tulangan ke sloof yang menembus pondasi.
3. Pemborong harus memperhatikan Ketinggian pondasi terhadap
dasar lantai bangunan.
4. Adukan yang digunakan adalah 1 Pc : 4 Ps sesuai dengan PUBB.
Pemasangan sesuai dengan ukuran di dalam gambar atau atas
petunjuk pengawas. Batu harus dipasang saling mengisi masing-
masing dengan adukan selapis demi selapis sehingga tidak ada
rongga diantara batu-batu tersebut dan mencapai masa yang kuat.

5. PEKERJAAN BETON, PEMBESIAN DAN BEKISTING

1. Pekerjaan Beton
5.1.1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengasdaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja
dan alat-alat Bantu lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton berikut pembersihan
sesuai yang tercantum dalam gambar struktur. Semua beton struktur
(Poer Plat, Balok, Kolom dan Plat, lantai/atap) menggunakan beton site
– Mix).
5.1.2. Pengendalian Pekerjaan
Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan konstruksi harus
mengikuti ketentuan-ketentuan aturan terbaru yang antara lain:
▪ SNI 2847-2013-SNI BANGUNAN GEDUNG, Persyarata Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung.
▪ SNI 1726-2012-SNI GEMPA, Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
▪ SNI 1727-2013-SNI PEMBEBANAN, Beban Minimum Untuk
Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain.
▪ SNI 1729-2015-SNI Bangunan Baja, Spesifikasi Untuk Bangunan
Gedung Baja Struktural.
▪ SNI 2052-2014- Baja Tulangan Beton
▪ Petunjuk / Tata Cara Standar lainnya yang berhubungan.

5.1.3. Material dan Bahan Beton


A. Semen
Semen yang digunakan adalah terdiri dari suatu jenis Merk dan
Mutu yang baik ataspersetujuan Direksi, ditetapkan harus
memakai produk lokal (Ex. Tonasa) atau yang setara. Kemudian
Semen yang tidak boleh digunakan adalah :
▪ Semen yang telah mengeras sebahagian maupun seluruhnya
▪ Kantong Zaknya telah sobek
▪ Semen yang tertumpah
▪ Semen yang telah dipakai untuk mencampur kering dan sudah
bermalam
▪ Semen yang sudah lama dijemur atau kena matahari.Keamanan
tempat menyimpan semen harus diusahakan sedemi kian rupa
sehinggabebas dari kelembaban lantai dan percikan air.

B. Pasir Beton
▪ Pasir Urugan dan Pasir Pasangan yang digunakan adalah pasir
dari jenis yangbaik serta bersih dan tidak tercampur dengan
tanah liat atau kotoran dan bahanorganis lainnya.
▪ Pasir berupa pasir alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari
alat -alat pemecahbatu.
▪ Pasir untuk campuran Beton dipakai yang berbutir kasar dan
bersih dari lumpurserta bahan organis lainnya.
▪ Pasir harus terhindar dari batu-batu tajam dan keras. Butir-
butir halus bersifatkekal, tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca.
▪ Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap beratkering).
▪ Pasir laut tidak boleh dipakai untuk semua mutu beton.
Selanjutnya pasir harusmemenuhi syarat-syarat PBI

C. Krikil / Batu Pecah Beton


▪ Krikil dapat berupa krikil alam atau batuan-batuan yang
diperoleh dari pemeca-han batu.
▪ Bahan ini harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori, bebas daribahan-bahan yang dapat merusak fungsinya
terhadap konstruksi.
▪ Dalam segala hal, syarat-syarat ini disesuaikan dengan
ketentuan dalam PBI 1971Bab 3.
▪ Krikil harus disimpan diatas permukaan besih dan keras serta
dihindarkan terjadinya pengotoran serta tercampur adukan.
▪ Bahan untuk batu gunung kecuali dipersyaratkan lain, harus
sesuai dengan PUBB1977 NI-3.
▪ Batu gunung / kali yang digunakan berukuran sesuai standar
kebutuhan untuk pondasi dan untuk pasangan batu kosong
bawah pondasi harus berstruktur cukup kuat, awet serta tidak
keropos.
▪ Krikil / Batu Pecah beton, sebelum digunakan harus dicuci
dengan air sampai bersih. Penumpukan bahan krikil/batu
pecah beton harus dipisahkan dengan material lain.

D. Takaran Material Beton


▪ Takaran/ukuran perbandingan material beton tidak
diperbolehkan hanya menggunakan skop/diperkirakan saja.
Takaran yang diperbolehkan adalah ukuran dan bahan yang
sama, antara lain seperti: ember, drum plastik atau tong dari
kayu dengan standar yang telah ditentukan yakni dengan
ukuran K.175 sampai K.300.
▪ Testing dilakukan sesuai dengan PBI. 1971 termasuk slump test
maupun compression test. Bilamana beton tidak memenuhi
slumptest maka seluruh adukan tidak boleh digunakan dan
harus dibuang keluar site oleh Kontraktor.
▪ Apabila tidak memenuhi compression test maka prosedur PBI
1971 untuk perbaikan beton yang harus dilakukan. Mutu beton
harus K.300 pemboran harus membuat mixed design untuk
ditujukan dan disetujui Direksi sebelum mulai dengan
pengecoran dan pada tiap perubahan sumber pengambilan
agregat.

E. Besi Beton
▪ Besi beton yang digunakan adalah mutu yang sesuai dengan
spesifikasi dan kekuatan konstruksi yang diperlukan yaitu Baja
dengan mutu U-24 sesuai PBI1971.
▪ Besi beton harus bersih dari lapisan minyak lemak, karat dan
bebas dari cacat-cacat seperti serpih dan sebagainya, serta
berpenampang bulat dan memenuhisyarat-syarat yang
ditentukan dalam PBI 1971.
▪ Dimensi dan ukuran penampang, bulat besi beton harus sesuai
dengan petunjuk gambar kerja (FULL dan sesuai standar SII)
memenuhi batas toleransi minimal seperti yang dipersyaratkan
PBI 1971.
▪ Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dalam waktu 24 jam setelah
ada perintah tertulis dari Direksi dan biaya menjadi tanggungan
Kontraktor.
▪ Batang Baja/Besi Beton harus bebas dari karat dan cacat
perubahan bentuk. Harus disimpan terlepas dari tanah serta
tidak diperbolehkan ditempat terbuka untuk jangka waktu
panjang.
▪ Besi Beton harus bersih dari lapisan minyak, karat dan bebas
dari cacat seperti retak, bengkok-bengkok dan lain-lain
sebagainya serta harus berpenampang bulat dan memenuhi
syarat yang tercantum dalam PBI 1971.

2. Pekerjaan Pembesian
a. Pembesian atau rakitan besi beton dilaksanakan sesuai dengan gambar
kerja dan diukur dengan mm (milimeter) untuk besaran diameternya
ditetapkan berdasarkanalat ukur SIGMA.
b. Ikatan Besi Beton harus menjadi pembesian hingga tidak berubah tempat
selamapengecoran dan selimut betonnya harus sesuai dengan syarat yang
ditentukan dalam PBI 1971.
c. Besi beton yang dipasang lebih dari satu lapis harus diberi antara dengan
potonganbesi minimal sama dengan diameter besi tersebut.
d. Jarak pemasangan besi beton harus dapat dilalui oleh material beton
dengan standar PBI 1971 adalah minimal 2,5 CM antara besi.
e. Ketentuan-ketentuan lain adalah mengikuti syarat yang tercantum dalam
PBI 1971.
f. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lokasi pekerjaan dalam waktu 1 x 24 jam setelah adanya perintah tertulis
dari Direksi.

5.2.1. Jenis dan Mutu Beton.


a. Beton Bertulang K 175 , digunakan pada beton praktis seperti,
Kolom praktis, Ring-balk dan Kanopi dan Beton K 300, digunakan
untuk Pondasi Poer Plat, Kolom Utama, Sloef, Balok Lantai, Plat
Lantai dan Tangga.
b. Beton tidak bertulang 1Pc : 3Ps : 5 Kr, digunakan untuk lantai kerja
Poer Plat, Rabat beton bawah overstek keliling bangunan.
c. Mutu beton yang digunakan adalah sesuai dipersyaratkan dengan
standar komposisi bahan.

5.2.2. Pengecoran dan Perawatan Beton


a. Semua beton harus diaduk dalam beton molen, dengan Kapasitas
diatas 250 L lebih disukai molem yang bekerja berdasarkan
perbandingan berat. Bila digunakan pengaduk berdasarkan
volume, maka Kontraktor harus menghitung perbandingan material
dalam volume dengan membagi berat tiap bahan oleh obsorpsi air
dan kadar kelembaban.
b. Angker untuk dinding semua sambungan vertikal antara kolom
beton dengan tembok harus dilengkapi dengan batang-batang baja
diameter 10 mm panjang 25 Cm ditekuk pada satu ujungnya dan
dimasukkan kedalam beton, yang lainnya dibiarkan berupa stok
panjang 25 Cm untuk penyambungan dengan dinding. Angker-
angker tersebut dipasang pada jarak 50–150 Cm diatas sloef
pondasi atau plat.
c. Lubang-lubang serta Klos Kayu dan lain-lain Kontraktor harus
menentukan tempat serta membuat lobang-lobang, klos-klos kayu,
angker-angker dan sebagaimana yang diperlukan untuk jalan pipa,
pemasangan alat-alat penyambung dan sebagainya. Apabila
kemudian ternyata tempatnya tidak sesuai maka harus
dipindahkan sesuai dengan petunjuk Direksi dan perlengkapan
lainnya harus dilakukan agar dicapai tujuan yang disyaratkan.

d. Toleransi
▪ Toleransi intuk beton kasar Bagian-bagian pekerjaan beton
harus tepat dengan toleransi hanya 1 CM dengan syarat
toleransi ini tidak boleh komulatif. Ukuran-ukuran bagian
harus dalam batas ketelitian (0,3 dan +0,5 CM2)
▪ Toleransi untuk beton dengan permukaan rata. Toleransi
untuk beton adalah 0,6 CM untuk penempatan bagian-bagian
dan antara 0,00 dan 0,2 CM untuk ukuran-ukuran bagian.
Pergeseran bekesting pada sambungan-sambungan tidak
boleh melebihi 0,1 CM penyimpangan terhadap kelurusan
bagian harus dalam batas 1% tetapi toleransi ini tidak boleh
komulatif.

e. Pemberitahuan sebelum pengecoran


Sebelum pengecoran beton untuk bagian-bagian yang penting
Kontraktor diwajibkan memberitahukan Direksi serta
mendapatkan persetujuan. Apabila hal ini dilalaikan atau
pekerjaan persiapan untuk pengecoran tidak disetujui oleh Direksi,
maka Kontraktor diwajibkan membongkar beton yang sudah dicor
dengan biaya sendiri.

f. Pengangkutan dan pengecoran beton


Beton harus diangkut dengan menghindari terjadinya penguraian
dari komponen -komponennya serta tidak diperkenangkan untuk
dicor dari ketinggian melebihi 2 M kecuali disetujui Direksi. Pada
kolom yang panjang, pengecoran dilakukan lewat lubang pada
bekesting dalam menghindari hal tersebut. Semua kotoran dan
lain-lain harus dibersihkan sebelum pengecoran dimulai.
Permukaan bekesting yang menghadap beton harus dibasahi
dengan air bersih segera sebelum pengecoran. Semua peralatan
yang bersangkutan harus bersih serta bebas dari beton keras,
lunak dan sebagainya. Pengecora Beton dalam bekesting harus
diselesaikan sebelum beton mengeras, yaitusebelum 30 menit pada
keadaan normal. Pengecoran harus dilakukan secara kontinyu
untuk satu bagian pekerjaan, pemberhentian pengecoran tidak
dibenarkan tanpa persetujuan Direksi. Sambungan-sambungan
pengecoran yang terjadi harus memenuhi persyaratan didalam PBI
1997. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada waktu hujan kecuali
apabila Kontraktor telah mengadakan persiapan-persiapan untuk
itu serta disetujui oleh Direksi.
g. Pemadatan Beton
Beton harus dipadatkan benar-benar dengan fibrator yang sudah
disetujui dan mempunyai frekuensi minimum 3000 putaran
permenit. Tak ada bagian beton yang boleh dipadatkan lebih dari
20 detik, kecuali disarankan oleh Direksi. Bagian beton yang telah
mengeras tidak boleh digetarkan baik langsung maupun melalui
penulangan. Pemadatan beton harus memenuhi peraturan-
peraturan dalam PBI 1971.

h. Proses Pengerasan
Kontraktor wajib melindungi beton yang baru dicor terhadap
matahari, angin dan hujan sampai beton tersebut mengeras secara
wajar dan menghidarkan pengeringan yang terlalu cepat dengan
cara sebagai berikut :
▪ Semua bekesting yang mengandung beton yang baru dicor
harus dibas ahi secara teratur sampai dibongkar.
▪ Semua permukaan beton tidak terlindungi harus dibasahi
selama 2 (dua) minggu setelah pengecoran.
▪ Semua permukaan lantai beton harus dilindungi terhadap
pengeringan dengan memberi penutup yang basah.
▪ Tidak dibenarkan untuk menimbun barang atau mengangkut
barang diatas beton yang menurut Direksi belum cukup
mengeras.

i. Pembongkaran Bekisting
▪ Tidak dibenarkan untuk membongkar bekisting sebelum
mencapai kekuatan sesuai PBI 1977.
▪ Apabila pembongkaran bekisting menyebabkan sebagian
pekerjaan beton mendapat tekanan melebihi perhitungan, maka
tidak dibenarkan untuk membongkar bekistingnya untuk
jangka waktu selama keadaan itu berlangsung. Harus
ditekankan bahwa tanggung jawab terhadap keamanan beton
sepenuhnya pada Kontraktor serta harus memenuhi peraturan
mengenai pembongkaran bekisting pada PBI 1971.
▪ Kontraktor wajib memberitahukan Direksi pada waktu akan
membongkar bekisting bagian-bagian pekerjaan beton yang
penting serta mendapatkan persetujuan Direksi, tetapi hal ini
tidak mengurangi tanggung jawab atas hal tersebut.
▪ Pembongkaran bekisting /mall beton dapat dibongkar setelah
berumur 3 (tiga) minggu, kecuali beton praktis, bila dianggap
perlu dapat dibongkar setelah berumur 3-7 hari dengan
persetujuan Direksi.
6. PEKERJAAN LANTAI
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini adalah permukaan lantai seluruh bangunan sebagimana
yang dinyatakan dalam gambar kerja.
a. Bahan lantai dan dinding lainnya menggunakan tegel keramik yang
berkualitas baik, siku, rata serta tidak pecah dan warna ditentukan
kemudian.
b. Lantai ruang kelas mengunakan tegel keramik 40 X 40 CM berwarna
c. Lantai luar, teras menggunakan tegel keramik 40 x 40 permukaan kasar
d. Tangga menggunakan tegel keramik anti sip 30 x 30 CM
e. Lantai KM/WC menggunakan tegel keramik 25 X 25 CM
f. Dinding KM/WC dan Kas menggunakan tegel keramik 25 X 40 CM setinggi
200 CM
g. Untuk pemasangan lantai keramik baru menggunakan alas keramik
(screed) dari campuran 1 Pc : 5 Ps tebal 3 CM setelah pasir urug
dipadatkan.
h. Nat tegel keramik yang diizinkan adalah 1 MM harus rata dan lurus dan
pemasangann- ya harus dileveling dengan memakai waterpass.
i. Semua keramik yang digunakan adalah produksi dalam Negeri yang
sekualitas dengan produksi ASIA atau INA (KW1).

2. Cara Pemasangan
a. Sebelum pekerjaan lantai dilaksanakan, kontraktor harus mengadakan
persiapan yang baik terutama pemadatan pasir urug yang menggunakan
mesin stamper dengan baik. Permukaan yang akan dipasang kramik harus
bersih, cukup kering dan rata air dan disetujui oleh Direksi/Pengawas
Lapangan, baik kontrol rencana peil lantai yang diinginkan maupun
leveling.
b. Tentukan patokan dengan mempertimbangkan letak-letak ruang, beda
tinggi lantai yang telah direncanakan.
c. Sebelum tegel keramik dipasang, terlebih dahulu harus direndam dalam
air.
d. Setiap jalur pemasangan keramik sebaiknya ditarik benang dan rata air.
e. Adukan semen kental untuk permukaan dasar keramik harus penuh dan
rata.
f. Perbandingan adukan yang dianjurkan untuk lantai 1 Pc:3 Ps dengan
ketebalan rata-rata 0,5 – 1,5 CM diatas lantai.
g. Adukan pengisi Nat dari semen tegel spesial hingga terisi penuh dan dioles
dengan jari tangan atau dengan menggunakan bahan dari karet atau gabus
agar permukaan menjadi mulus dan mengkilap.
h. Pemasangan semen nat, dilaksanakan paling cepat 24 jam setelah
pemasangan keramik lantai.
i. Pemotongan tegel kramik sedapat mungkin dihindari, bila terpaksa harus
dipotong, maka potongan terkecil tidak boleh kurang dari ½ ukuran tegel.
Pemotongan harus dilakukan dengan hati-hati dan memakai alat pemotong
elektrik.
j. Penggunaan tegel keramik dari setiap unit bangunan berdasarkan RAB dan
Gambar
k. Apabila mutu dan cara pemasangan tegel keramik tersebut tidak memenuhi
mutu standar atau contoh yang telah disepakati, maka Direksi/Pengawas
wajib melakukan perintah pembongkaran secara tertulis kepada pelaksana
Kontraktor dilapangan.

7. PEKERJAAN PASANGAN, PLESTERAN DAN ACIAN

1. Pekerjaan Pasangan Dinding


a. Bahan pasangan tembok adalah Batu Bata ukuran minimal 50 x 100 x 200
MM yang berkualitas baik, terbakar matang, cukup keras dan tidak keropos
serta tidak pecah-pecah melebihi 5%, mempunyai kekuatan tekan 60 – 80
Kg/CM2
b. Pasangan trasram dengan campran 1 Pc : 3 Ps, digunakan untuk kaki
tembok mulai dari pasangan diatas sloef beton sampai 20 CM diatas
permukaan lantai dan semua pasangan batu bata yang berhubungan
langsung dengan tanah.
c. Pasangan tembok adukan 1 Pc : 5 Ps, digunakan untuk pasangan tembok
yang tidak termasuk pada point “2” tersebut diatas.
d. Semua batu bata harus direndam atau disiram sebelum dilakukan
pemasangan.
e. Semua pasangan harus tegak lurus, rata secara horizontal maupun
vertikal, dan dilakukan dengan menggunakan tarikan benang yang
dipasang tidak lebih dari 30 cm diatas pasangan sebelah bawahnya dan
batu bata yang patah tidak boleh digunakan.
f. Spesi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk yang datar dan 1,5 cm
untuk tegak, kecuali jika ditentukan lain.
g. Setiap pasangan seluas 9 m2 atau dinding dengan lebar 3 m harus diberi
kolom praktis berukuran 12 x 12 cm; demikian juga halnya dengan
pertemuan antara pasangan atau pada dinding yang berdiri bebas.

2. Pekerjaan Plesteran dan Acian


1. Plesteran adukan 1 Pc : 3 Ps, digunakan untuk :
a. Tembok trasram pada point “2” pasal 9 diatas.
b. Sloef luar, Kolom dan Balok beton yang nampak dan muncul.
c. Atap plat beton, Lesplank beton dan Sunscreen.
d. Pondasi yang muncul diatas permukaan tanah
2. Plesteran adukan 1 Pc : 5 Ps, digunakan untuk seluruh pasangan tembok
termasuk kolom dan balok beton yang rata dengan tembok/dinding.
3. Sebelum melaksanakan pekerjaan plesteran terlebih dahulu diadakan
penyiraman sampai jenuh pada daerah yang akan diplester.
4. Sebelum plesteran kering betul, dapat dilakukan pengacian tembok
bagian dalam dengan campuran: 1Pc : 8Pc putih atau A Plus. Di aci dan
digosok hingga permukaannya licin dan rata, untuk tembok bagian luar
diaci dengan adonan Portland Cemen.

8. PEKERJAAN PLAFON

1. Lingkup Pekerjaan
1. Rangka plafon dari bahan aluminium galfalum berkualitas baik.
2. Plafond / langit-langit dari bahan :
▪ Gypsum board tebal 9 MM, berkualitas baik, ukuran rangka 0.6 X 1.20
M.

2. Cara Pelaksanaan
1. Sebelum pemasangan rangka plafon harus dileveling terlebih dahulu
dengan menggunakan alat bantu dan diuk ur sesuai dengan ketentuan
yang digunakan.
2. Sebelum rangka plafon dipasang terlebih dahulu aluminium galvalum
tersebut dipersiapkan dan bagian bawahnya harus diserut, kemudian
diresidu pada seluruh permukaan rangka.
3. Rangka plafond harus kuat dan tidak mudah melendut terutama pada
bagian tengah, untuk menghindari hal tersebut maka gantungan rangka
plafond harus diperhatikan dengan menggantungkan pada gording dan
kuda-kuda atau pada stek besi bila pemasangan plafond dibawah plat
beton.
4. Pemasangan plafond harus rata dan rapih, bentuk dan ukuran sesuai
gambar.

9. PEKERJAAN SANITASI
1. Sanitair
1. KM/WC menggunakan Closet Duduk dan Closet Jongkok yang berkualitas
baik setara dengan Merk KIA / American Standar, Kran-kran air kamar
mandi menggunakan Stainless Steel lengkap dengan floor
drain/pembuangan pada sisi dalam. Kemudian pada sisi luar dibungkus
dengan pasangan batu bata, sesuai gambar detail.
2. Nat sambungan kramik baik vertikal maupun horizontal memakai ukuran
serapat mungkin sekitar 2 MM agar memberi kesan bersih.
3. Washtafel, yang berkualitas baik setara dengan Merk Toto atau
KIA/American Standar warna ditentukan kemudian dan sistim
pemasangannya berdasarkan gambar detail dan petunjuk teknis
pemasangan dari pabrik.
4. Septiktank memakai bahan pasangan batu bata, yang diplester licin dengan
campuran kedap air dan menggunakan perembesan/peresapan sesuai
penjelasan pada gambar detail.
5. Saluran keliling bangunan menggunakan bahan dari pasangan batu bata
campuran 1 Pc : 3 Ps yang diplester licin, bentuk dan ukurannya sesuai
gambar kerja.
Jika dibutuhkan penutup saluran, maka digunakan plat beton cor dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr. tebal 10 CM ketinggian peil disesuaikan dengan
kebutuhan.

2. Instalasi Air
1. Air Bersih
▪ Semua Instalasi air bersih maupun sambungan-sambungannya
menggunakan Pipa PVC yang berkualitas AW, dan setara dengan
produksi Maspion atau Wavin.
▪ Pipa PVC diameter ½ “ untuk daerah KM/WC dan tertanam, Untuk pipa
PVC diameter ¾” dan 1 “ digunakan pada pipa distribusi dan suplay air
bersih.
▪ Sedangkan untuk pembuangan washtafel, dan air kotor cair
menggunakan pipa PVC diameter 2” dengan sistim sambungan Lem.
▪ Penggunaan lem pada sambungan pipa PVC memakai bahan EX
Jepang dalam kaleng.

2. Air Kotor / Air Buangan


Instalasi air kotor terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu air Padat dan air buangan
cair dengan uraian sebagai berikut :
▪ Instalasi air kotor padat
a. Instalasi air kotor padat menggunakan pipa PVC diameter 4” dengan
standar ketebalan “D” dan sambungan menggunakan ketebalan
“AW”.
b. Penggunaan lem pada sambungan, pemasangannya seperti uraian
pada pipa air bersih (point 1).
▪ Instalasi air kotor cair
Instalasi untuk KM/WC baik vertikal maupun horizontal menggunakan
pipa PVC diameter 2.5” dengan standar ketebalan “D” dan sambungan
menggunakan ketebalan “AW”.

3. Seluruh instalasi tersebut diatas harus ditempatkan pada jalur yang telah
ditetapkan (Shap) dan memperhatikan kemiringan serta arah buangan air
tersebut sesuai petunjuk Direksi/Pengawas.

10. PEKERJAAN KUSEN, PENGUNCI DAN PENGGANTUNG

1. Pekerjaan Kusen
10.1.1. Lingkup pekerjaan :
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat- alat bantu lainnya untuk pelaksanaan pekerjaan
sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
2. Pekerjaan pembuatan kosen Aluminium meliputi seluruh detail yang
dinyatakan dalam gambar.
10.1.2. Bahan-bahan :
1. Bahan kusen dari Aluminium berkualitas baik.
2. Ukuran kosen sesuai dengan gambar rencana.
3. Mutu dan kualitias Aluminium yang dipakai sesuai persyaratan
dalam SNI, lurus, siku dan permukaan rata, bebas dari cacat seperti
retak-retak maupun cacat lainnya.

10.1.3. Pelaksanaan
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini pelaksana wajib meneliti gambar
rencana.
2. Sambungan Aluminium harus kuat sesuai dengan detail sambungan
yang ada pada gambar rencana.
3. Kusen Aluminium harus siku serta sambungan-sambungan harus
rapat.
4. Kontraktor harus meneliti perletakan dan bukaan-bukaan
pintu/jendela pada gambar kerja sebelum melaksanakan pekerjaan
baik perakitan, pengadaan maupaun pemasangan kusen tersebut
dan bila terdapat kelainan/kesalahan seperti perletakan, bukaan
serta ukuran-ukuran segera dikonsultasikan dengan
Direksi/Pengawas Lapangan. Atas kelalaian Kontraktor maka
kontraktor diwajibkan memperbaiki atau mengganti sesuai dengan
gambar kerja atau kebutuhan.
5. Pemasangan kusen harus siku baik Horizontal maupun Vertikal
dengan memakai alat Waterpass dan Benang serta harus
dikontrol dengan dinding untuk mendapatkan hasil yang rata
setelah dinding diplester.
6. Semua pengujian kosen harus dipastikan kokoh sebelum pekerjaan
selesai.

2. Macam Pekerjaan.
Konstruksi dan macam-macam pekerjaan lainnya menggunakan jenis Kayu
dan Aluminium seperti dibawah ini.
a. Semua kusen-kusen yang ditentukan dalam gambar
b. Daun pintu Kaca
c. Bingkai jendela kaca
d. Semua ukuran yang terdapat dalam gambar kerja adalah ukuran jadi.

3. Pekerjaan Kaca
a. Kaca Bening tebal 5 MM digunakan semua pemakaian kaca pintu dan
jendela bagian luar.
b. Kaca Bening tebal 5 MM digunakan untuk pemakaian kaca pintu dan
jendela bagian dalam.
4. Pekerjaan Penguncian dan Penggantung
10.4.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pengunci dan penggantung dipasang pada semua daun
pintu dan jendela, selanjutnya pada jendela dipasang grendel dan hak
angin.
10.4.2. Persyaratan Bahan
a. Engsel-engsel dari Kuningan H – 777, POMEL 4” atau 5”
b. Kunci pintu dipasang merek Yale, Union 2 (dua) slaag (dua kali
putar) atau yang setara.
c. Grendel (sloot), tarikan jendela dan hak angin berkwalitas baik.
d. Grensel panjang merek alpha atau setara
10.4.3. Pedoman Pelaksanaan
a. Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 (dua) slaag merk yale,
yang berkwalitas baik.
b. Engsel pintu dipasang 3 (tiga) buah setiap lembaran daun pintu.
Pemasangan dilakukan dengan mur khusus untuk pintu, tidak
dibenarkan melengketkan engsel ke pintu dan kozen dengan
menggunakan paku. Penguncian mur harus dilakukan dengan
memutarnya dengan obeng, sehingga seluruh batang masuk dan
menempel kuat ke kayu yang dipasang.
c. Untuk alat-alat tersebut diatas sebelum dipasang, Kontraktor
wajib memperlihatkan contoh terlebih dahulu untuk dimintakan
persetujuan Konsultan pengawas.
d. Apabila pada waktu pemasangan alat-alat tersebut tidak sesuai
dengan yang disyaratkan, maka Konsultan pengawas berhak
untuk menyuruh bongkar kembali dan diganti dengan alat-alat
yang disyaratkan atas biaya Kontraktor.
e. Grendel dan hak angin dipasang 2 (dua) buah untuk setiap daun
jen dela. Pasangan harus rapi dan dapat bekerja dengan baik.
Untuk melengketkan alat tersebut ke daun jendela harus
menggunakan mur.
f. Grendel panjang dipasang pada daun pintu buka dua (dua lembar
daun pintu pada satu pintu.

11. PEKERJAAN ATAP

1. Rangka atap.
1. Konstruksi rangka atap terbuat dari bahan baja ringan.
2. Perencanaan konstruksi mengikuti rencana yang dibuat oleh pihak
penjual dengan mengikuti bentuk atap yang ada pada gambar rencana
dan disetujui oleh Direksi.
3. Pengerjaan konstruksi dilaksanakan oleh pihak penjual atau pihak
kontraktor dengan syarat pekerja pelakasana memenuhi kualifikasi yang
ditentukan oleh pihak penjual dan disetujui oleh Direksi.
4. Papan tepi/listplang digunakan material GRC sesuai dengan gambar.
5. Kemudian papan listplank ini dimeni serta dicat mengkilat.
2. Penutup Atap.
Penutup atap menggunakan jenis atap Zincalume atap Spandek. Pihak
Kontraktor/pelaksana harus menunjukkan contoh material atap yang akan
digunakan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuannya. Pemasangan
penutup atap Spandek harus rata, rapi dan lurus dengan menggunakan
ukuran atau menggunakan benangan agar gelombang menjadi satu garis
lurus.

12. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan
dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan.
b. Garis besar lingkup pekerjaan listrik yang dimaksud adalah :
▪ Sekring Kast dan MCB serta kelengkapannya.
▪ Pengadaan dan Pemasangan kabel-kabel serta instalasi yang tertanam
dalam tembok, plat beton, plafond dan lain-lain.
▪ Pengadaan dan Penyambungan Daya Listrik termasuk intalasi luar
c. Pelaksanaan pekerjaan ini adalah menyala.

2. Bahan
a. Kabel NYM dan NYY hasil produksi Kabelindo, Metalindo atau produksi
lain yang telah mendapat pengakuan PLN dengan tulisan LMK pada kabel
tersebut.
b. Instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan kabel ukuran 2,5 mm
atau ditentukan lain berdasarkan kebutuhan daya pada beberapa stop
kontak khusus.
c. Peralatan stop kontak dan titik lampu menggunakan produksi kualitas
baik atau setara, sedangkan sekeringkast/MCB menggunakan produksi
dengan kwalitas baik.
d. Ukuran kabel toevoer dari tempat meter PLN kekotak Panel listrik induk
dan dari panel induk ke panel pembagi menggunakan kabel menurut
perhitungan instalatur yang mengerjakan pemasangan instalasi listrik
tersebut dan disetujui PLN.

3. Pemasangan instalasi titik penerangan.


a. Jenis kabel yang digunakan adalah NYM ukuran 2 x 4,0 mm.
b. Pemasangan instalasi yang berhubungan dinding harus tertanam dalam
dinding (inbow), kabel NYM masuk dalam pipa PVC diameter 1/2" dan
tempat skakelar menggunakan dos plastik yang tertanam dalam dinding.
c. Sambungan kabel yang terletak diatas langit-langit dilindungi dengan
isolasi doos plastik dan doop porselen.
d. Semua kabel yang terletak diatas langit-langit harus diklem dengan klem
plastik dan tarikan kawatnya harus dibuat lurus dan siku pada setriap
belokan (tidak boleh melintas).
e. Komponen titik lampu/skakelar yang digunakan adalah produksi VIMAR
atau sekualitas.
4. Pemasangan Instalasi stop kontak
a. Jenis kabel yang digunakan adalah NYM 3 x 4 mm atau digunakan ukuran
lain sesuai kebutuhan menurut gambar rencana, sedangkan
komponennya merk VIMAR atau sekwalitas.
b. Pemasangan instalasi yang berhubungan dengan dinding harus tertanam
didalam tembok (inbouw), kabel NYM masuk dalam pipa PVC diameter
1/2" dan tempat stop kontaknya memakai doos plastik.
c. Semua stop kontak menggunakan arde terpusat dimana arde stop kontak
dihubungkan dengan arde kotak panel.
d. Penarikan kabel diatas langit-langit harus menggunakan klem dari
plastik, dipasang lurus dan siku pada tiap belokan.
e. Sambungan kabel diatas langit-langit harus dilindungi oleh isolasi doos
plastik dan dop porselen.

5. Sekring kas/MCB
a. Sekring kas/MCB berisi 3 (tiga) grup dengan kapasitas masing-masing
sakering 6 Ampere ditempatkan dalam ruang yang ditentukan dalam
gambar rencana.
b. Kotak sakering dilengkapi dengan sakelar induk berkapasitas 50 Ampere.
c. Kabel toevoer dari meter PLN ke kotak panel/sekring menggunakan jenis
NYY dengan ukuran yang sesuai menurrut perhitungan Instalatur listrik
yang bersangkutan.
d. Arde sekring terdiri dari pipa galvanised yang ditanam dalam tanah sampai
mencapai air tanah yang dihubungkan dengan kabel BC ukuran 6 mm
sampai kekotak sekring.

13. PEKERJAAN FINISHING

1. Pekerjaan Pengecatan
13.1.1. Ketentuan Umum
a. Sebelum memulai pekerjaan, bidang-bidang yang akan dilapisi/
dicat terlebih dahulu disiapkan dengan baik. Bidang harus
mempunyai permukaan yang rata dan lurus atau mempunyai
kemiringan sesuai dengan gambar rencana, bebas dari segal
macam kotoran, tidak retak atau pecah dan tidak lembab.
b. Pelaksanaan pekerjaan baru dapat dilaksanakan setelah bagian
tersebut diperiksa oleh Pengawas dan diizinkan
pelaksanaannya.
c. Pelaksana harus mengajukan contoh-contoh bahan untuk
disetujui oleh Pengawas. Bahan yang digunakan harus sesuai
dengan contoh yang telah disetujui dan dalam keadaan baru,
dikemas dalam kaleng-kaleng yang masih disegel serta tidak
pecah atau bocor.
d. Penggunaan bahan-bahan harus sepengetahuan pengawas dan
pelaksana bertanggung jawab atas keaslian dari warna dan
bahan yang digunakan.
e. Pelaksana harus memberikan jaminan tertulis bahwa hasil
pekerjaan pengecatan tidak menggelembung, mengelupas dan
cacat-cacat lainnya selama 2 tahun sesudah penyerahan
pekerjaan.

13.1.2. Pengecatan Tembok dan Plafond


a. Cat tembok yang dapat dipergunakan adalah jenis cat
bekualitas setara dengan produksi Mowilex, Dulux (Ex.
Indonesia) dan tata laksana pengecatan harus mengikuti patent
atau petunjuk Pabrik.
b. Sebelum dinding dicat, terlebih dahulu harus diplamur dengan
plamur tembok kemudian diamplas hingga halus, selanjutnya
dilakukan pengecatan.
c. Bagian yang akan dicat tembok adalah :
▪ Seluruh permukaan tembok yang nampak dan telah diaci
dengan rata .
▪ Seluruh plafond Gypsum board
▪ Pengecatan 2 atau 3 kali sampai merata, warna yang
digunakan harus disetujui oleh Direksi atau Pengawas
Lapangan.
▪ Warna akan ditentukan kemudian oleh Direksi atau
Bouwheer.

2. Pekerjaan Railling Tangga


13.2.1. Railling Tangga
Railing pada tangga juga sekaligus berfungsi sebagai pagar batas tepi
dan sekaligus sebagai batang pegangan untuk orang disaat naik
maupun menuruni anak tangga. Standar tinggi railing tangga adalah
tinggi 90-100 cm. Maksimal jika ada lubang jarak perbatangnya antara
10 cm s/d 15 cm. Bahan besi hollo 4/4 untuk tiang utama dan 2/4
untuk sekat.

13.2.2. Railling Balkon


Railing ini juga berfungsi sebagai pagar pengaman antara ruang terbuka
lantai balkon dengan sisi luar agar penghuni tidak terjatuh dan sebagai
batas pegangan. Minimal tinggi railing pada balkon bangun 2 lantai
adalah 90-100 centimeter. Bahan besi hollo 4/4 untuk tiang utama dan
2/4 untuk sekat.
14. PEKERJAAN PELENGKAP

1. Laporan - Laporan.
Kontraktor/Pelaksana diharuskan membuat/mempersiapkan dan
menandatangani laporan-laporan yang berupa :
a. Laporan harian.
▪ Jumlah dan macam bahan/barang yang ada dilapangan dan belum
dipakai/ dipergunakan.
▪ Jumlah dan jenis peralatan yang masih dapat digunakan dan yang
rusak.
▪ Jenis bagian pekerjaan & pekerjaan permanen yang dilaksanakan.
▪ Taksiran volume pekerjaan permanen yang dilaksanakan.
▪ Keadaan cuaca termasuk hujan, angin, banjir dan peristiwa-peristiwa
alam lain yang mempengaruhi kelangsungan pelaksanaan pekerjaan.
▪ Catatan lain yang berkenaan dengan pekerjaan, perubahan design
dan lain-lain.
Laporan harian tersebut harus diserahkan kepada Direksi untuk diperiksa
dan disahkan. Laporan harian yang disahkan yang merupakan rekaman
kejadian dan kenyataan disekitar pelaksanaan pekerjaan harus disimpan
dengan baik oleh Direksi dan Kontraktor.

b. Laporan mingguan.
Dalam hubungannya dengan pasal ini juga, Kontraktor berkewajiban untuk
mempersiapkan dan menyediakan :
▪ Laporan mingguan yang mencatat perihal macam pekerjaan dan
laporan kemajuan pekerjaan.
▪ Laporan bulanan yang mencatat perihal hasil pelaksanaan pekerjaan.
▪ Buku harian yang setiap saat harus tersedia dikantor lapangan dimana
sewaktu-waktu Direksi dapat memberikan perintah dan catatan-
catatan dan sebagainya dalam buku harian tsb.

15. KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN KERJA

1. Peraturan Perundang-undangan dan persyaratan K3 yang wajib dipunyai


dan dipenuhi dalam pelaksanaan paket pekerjaan ini adalah
a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).
2. Membuat Prarencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak
1. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena
itu Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
2. Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka
Kontraktor harus menyediakan sabuk pengaman kepada pekerja tersebut.
3. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis
lainnya yang siap digunakan apabila diperlukan.
4. Bila terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan
yang serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban
ke Rumah Sakit yang terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut
kepada Pemberi Tugas.
5. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada
dibawah tanggung jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.
16. PEKERJAAN AKHIR/PENYELESAIAN PEKERJAAN

1. Sebelum Penyerahan Pertama yang direncanakan, Kontraktor harus meneliti


semua bagian pekerjaan. Pekerjaan yang belum sempurna harus segera
diperbaiki dengan penuh tanggung jawab.
2. Pada waktu penyerahan pekerjaan, ruangan-ruangan, halaman harus sudah
selesai dibersihkan dari segala macam sampah/kotoran.
3. Kontraktor harus mengusahakan penyelesaian pekerjaan seluruh pekerjaan
ini sebaik-baiknya sehingga memuaskan Direksi serta Pemberi Pekerjaan, serta
tidak memerlukan perbaikan.
4. Setelah penyerahan kedua (II), semua barang-barang dan peralatan milik
Kontraktor harus segera disingkirkan dari lokasi bangunan.

Jakarta, April 2022


Pejabat Pembuat Komitmen 3
Ditjen Bimas Katolik

Anda mungkin juga menyukai