Anda di halaman 1dari 23

MODUL 9 KRIMINOLOGI

TEORI-TEORI KRIMINOLOGI DARI PERSPEKTIF LAIN

TIM PENGAMPU MATA KULIAH KRIMINOLOGI


DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
Prakata

Alhamdulillah, puja dan puji hanya untuk Allah SWT yang telah dan senantiasa
memberi inayah kepada tim penulis untuk menyelesaikan modul ini. Salam dan shawalat
kepada Rasulullah SAW atas segala petunjuknya untuk mengarahkan umat manusia ke jalan
kemanusian dan keilahian yang ditetapkan oleh Allah SWT. Tim Penulis berharap modul ini
dapat menjadi amal jariyah di masa datang.
Suatu kebahagian tersendiri dari tim penulis yang telah menyelesaikan modul Teori-
Teori Krimininologi dari Perspektif Lain. Modul ini memang belum sempurna. Namun,
kebutuhan akan modul ini sangat diperlukan saat pembelajaran. Meskipun sangat sederhana,
modul ini tetap dicetak untuk digunakan di kalangan sendiri.
Ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada ketua dan seluruh dosen di
Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Ucapan terima kasih
secara khsusus disampaikan kepada Prof. A.S.Alam dan Dr. Amir Ilyas, S.H., M.H sebagai
penulis buku Kriminologi Suatu Pengantar yang merupakan referensi utama dalam penyusunan
modul ini. Modul ini juga secara garis besar mengadopsi isi dari buku tersebut.
Semoga modul ini dapat menjadi referensi dan menambah pengetahuan mahasiswa
serta pembacanya dalam hal penerjemahan.

Makassar, Sepetmber 2020

Tim Penyusun

i
Tim Penyusun Modul 9 Kriminologi

1. Prof. Dr. Muhadar, S.H., M.H (Penanggungjawab Mata Kuliah)


2. Prof. Dr. Aswanto, S.H., M.Si., DFM
3. Prof. Dr. Andi Muhammad Sofyan, S.H., M.H
4. Prof. Dr. H.M. Said Karim, S.H., M.H
5. Prof. Dr. Slamet Sampurno, S.H., M.H
6. Dr. Amir Ilyas, S.H., M.H
7. Dr. Hj. Haeranah, S.H., M.H
8. Dr. Hj. Nur Azizah, S.H., M.H
9. Dr. Abd. Asis, S.H., M.H
10. Dr. Dara Indrawati, S.H., M.H
11. Dr. Hijrah Ardhyanti, S.H., M.H
12. Dr. Audyna Mayasari Muin, S.H., M.H
13. Andi Muhammad Aswin Anas, S.H., M..H
14. Syarif Saddam Rifanie, S.H., M.H

ii
Daftar Isi

Prakata ................................................................................................................................... i
Tim Penyusun Modul 9 Kriminologi ..................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
RPS Mata Kuliah Kriminologi ............................................................................................. iv
MODUL 9 TEORI-TEORI KRIMINOLOGI DARI PERSPEKTIF LAIN ............................. 1
KEGIATAN BELAJAR 13 ................................................................................................... 2
TEORI-TEORI KRIMININOLOGI DARI PERSPEKTIF LAIN ........................................... 2
A. DESKRIPSI SINGKAT .......................................................................................... 2
B. RELEVANSI .......................................................................................................... 2
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN ............................................................................... 2
1. Uraian ................................................................................................................. 2
A. Latar Belakang Lahirnya Teori Kriminologi dari Perspektif Lain ..................... 2
B. Teori Labeling ................................................................................................. 2
C. Teori Konflik ................................................................................................... 5
D. Teori Radikal (Kriminologi Kritis) ................................................................... 7
2. Latihan ................................................................................................................ 8
3. Rangkuman ......................................................................................................... 8
4. Pustaka ................................................................................................................ 9
D. TUGAS DAN LEMBAR KERJA ........................................................................... 9
E. TES FORMATIF .................................................................................................... 9
F. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT .......................................................... 10

iii
RPS Mata Kuliah Kriminologi

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS HUKUM Kode Dokumen
ILMU HUKUM
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl
Penyusunan
Kriminologi 325B1212 Hukum Pidana T=2 P=0 5 3 Juli 2020
OTORISASI Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua PRODI
Tim Pengampu Mata Kuliah Prof. Dr. Muhadar, S.H., M.S Dr. Maskun, S.H., LLM
Kriminologi

Capaian CPL-PRODI yang dibebankan pada MK


Pembelajaran (CP) CPL1 (S1) Mahasiswa memiliki integritas dan etika profesi hukum berdasarkan nilai-nilai Pancasila
CPL2 (KU1) Mahasiswa mampu berpikir kritis, logis, dan sistematis
CPL3 (KK3) Mahasiswa mampu memberikan saran dan solusi hukum yang baik
CPL4 (P4) Mahasiswa memiliki pemahaman hukum materiil
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK Mahasiswa mampu menganalisis tentang kejahatan dari aspek penyebab kejahatan berdasarkan pada teori-teori dalam
kriminologi dan menerapkan upaya penanggulangan kejahatan dalam suatu kasus faktual di dalam masyarakat
CPL  Sub-CPMK
CPL1 Menguraikan sejarah dan perkembangan kriminologi
CPL2 Menguraikan karakteristik kriminologi

CPL2 Menguraikan penggolongan kriminologi

CPL4 Menguraikan ruang lingkup kriminologi


CPL2 Menguraikan aliran- aliran dalam kriminologi
CPL2 Menguraikan teori-teori kriminologi dalam perspektif biologis

iv
CPL2 Menguraikan teori-teori kriminologi dalam perspektif psikologi
CPL2 Menguraikan kriminologi dalam perspektif sosiologis
CPL2 Menguraikan teori-teori kriminologi dalam perspektif lain
CPL2 Menganalisis teori upaya-upaya penanggulagan kejahatan
CPL3 Menganalisis keterkaitan antara teori penyebab kejahatan dan upaya penanggulangan kejahatan dalam studi kasus prostitusi
CPL3 Menganalisis keterkaitan antara teori penyebab kejahatan dan upaya penanggulangan kejahatan dalam analisis kasus kenakalan remaja
Deskripsi Singkat Mata kuliah ini membahas tentang sejarah perkembangan kriminologi, defenisi kriminologi, sebagai ilmu pembantu dalam hukum pidana, aliran-
MK aliran dalam kriminologi, teori-teori penyebab kejahatan dalam kriminologi, dan upaya-upaya penanggulangan kejahatan
Bahan Kajian / 1. Sejarah dan Perkembangan Kriminologi
Materi 2. Karakteristik Kriminologi
Pembelajaran 3. Klasifikasi Kriminologi
4. Ruang Lingkup Kriminologi
5. Aliran-aliran dalam Kriminologi
6. Teori Kriminologi dalam perspektif biologis
7. Teori Kriminologi dalam perspektif psikologi
8. Teori Kriminologi dalam perspektif sosiologis
9. Teori Kriminologi dalam perspektif lain
10. Upaya penanggulangan kejahatan
11. Analisis teori penyebab kejahatan dan upaya penanggulangan kejahatan dalam contoh kasus
Pustaka Utama :
1. A.S Alam dan Amir Ilyas, Kriminologi Suatu Pengantar, Pranada Media Group, Jakarta
2. A.S. Alam, 2010. Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi Books, Makassar.
3. Yesmil Anwar dan Adang, Kriminologi, PT Refika Aditama, Bandung
Pendukung :
4. Amir Ilyas, 2012. Asas-AsasHukumPidana. Rangkang Education Offset Yogyakarta.
5. Arif Gosita, 1996. Masalah Korban Kejahatan, Akademi Pressindo, Jakarta.
6. A.S. Alam, 1964, Pelacuran dan Pemerasan : Studi Sosiologi Tentang Eksplotasi Manusia oleh Manusia, Penerbit Alumni, Bandung.
7. Gerson W.Bawengan, 1992. Pengantar Psikologi Kriminal, PT Pradnya Paramita,Jakarta.
8. J.E.Sahetapy, 1992. Teori Kriminologi: Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung.
9. Kartini Kartono, Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja, Rajawali Pers, Jakarta.
10. Lilik Mulyadi, 2007. Kapita Selekya Hukum Pidana Kriminologi dan Viktimology, Penerbit Djambatan, Jakarta.
11. Muladi dan Barda Nawawi Arief,1984. Teori-Teori & Kebijakan Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

v
12. W.M.E. Noach, 1992. Teori Kriminologi :Suatu Pengantar, Citra Aditya, Bandung.
13. Romli Atmasasmita, 1992. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Eresco, Bandung.
14. Soedjono Dirdjosisworo, 1984. Ruang Lingkup Kriminologi. CV Remaja Karya, Bandung.
15. Stephen Hurwitz, 1986. Criminology, Bina Aksara, Jakarta.
16. Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2001.Kriminologi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
17. Yesmil Anwar dan Adang, 2008, Pengantar Sosiologi Hukum, Gramedia Widiasarana, Jakarta.
Dosen Pengampu 1. Prof. Dr. Muhadar, S.H., M.H
2. Prof. Dr. Andi Muhammad Sofyan, S.H., M.H
3. Prof. Dr. H.M. Said Karim, S.H., M.H
4. Prof. Dr. Slamet Sampurno, S.H., M.H
5. Dr. Wiwie Heryani, S.H., M.H
6. Dr. Hj. Haeranah, S.H., M.H
7. Dr. Hj. Nur Azizah, S.H., M.H
8. Dr. Abd. Asis, S.H., M.H
9. Dr. Dara Indrawati, S.H., M.H
10. Dr. Hijrah Ardhyanti, S.H., M.H
11. Dr. Amir Ilyas, S.H., M.H
12. Dr. Audyna Mayasari Muin, S.H., M.H
13. Andi Muhammad Aswin Anas, S.H., M..H
14. Syarif Saddam Rifanie, S.H., M.H
Matakuliah syarat Hukum Pidana
Bentuk Pembelajaran,
Sub-CPMK Metode Pembelajaran, Bobot
Pekan Penilaian Materi Pembelajaran
(Kemampuan akhir tiap Penugasan Mahasiswa, Penilaian
Ke- [ Estimasi Waktu] [ Pustaka ]
tahapan belajar) (%)
Indikator Bentuk & Kriteria Luring (offline) Daring (online)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Menguraikan Sejarah Ketepatan uraian Bentuk: TM (1x2x50”) BM (1x2x60”) Pendahuluan: 5%
Dan Perkembangan sejarah dan Kuis Metode: Kuliah Tatap SIKOLA : Membaca 1. Penjelasan
Kriminologi perkembangan Muka / Tatap Maya Bahan Perkuliahan RPS
kriminologi Kriteria: yang di update pada 2. Pengenalan
pertemuan I mata Buku dan
kuliah kriminologi Referensi

vi
5 Poin = Tepat 3. Kontrak
menguraikan 2 Poin PT (1x2x60”) Perkuliahan
dari tes Membuat resume dan
3 Poin = Tepat tentang uraian sejarah Manajemen
menguraikan 1 poin dan perkemangan Kelas
dari tes kriminologi maksimal Sejarah dan
2 halaman. Perkembangan
Kriminologi
1. Pengantar
Kriminologi
2. Sejarah
perkembangan
krimonologi

PUSTAKA:
1. PU-1: BAB 1
hlm 12-23
2 Menguraikan Ketepatan uraian Bentuk: TM (1x2x50”) BM (1x2x60”) • Definisi kriminologi 5%
Karakteristik Kriminologi mengenai defenisi Essay Metode: SIKOLA : Membaca • Definisi viktimologi
kriminologi, defenisi Kuliah dan Diskusi Bahan Perkuliahan • Korelasi kriminologi
viktimonologi, dan Kriteria: yang di update pada dan hukum pidana
korelasi antara 5 = Tepat pertemuan II mata
kriminologi dan Menguraikan 4 kuliah kriminologi PUSTAKA:
hukum pidana Poin dari tes 1. PU-3: BAB 1
4 = Tepat PT (1x2x60”) hlm 30-37
Menguraikan 3 Membaca minimal 2
Poin dari Tes buku referensi dan
3 = Tepat membuat resume
Menguraikan 2 maksimal 1000 kata.
Poin dari tes

vii
2 = Tepat
Menguraikan 1
Poin dari tes
3 Menguraikan Ketepatan Uraian Bentuk: TM (1x2x50”) BM (1x2x60”) 1. Kriminalisasi 5%
Penggolongan mengenai klasifikasi Tes Lisan Metode: SIKOLA : Membaca 2. Dekriminalisasi
Kriminologi kriminalisasi, Collaborative Learning Bahan Perkuliahan 3. Depenalisasi
dekriminalisasi, dan Kriteria: yang di update pada
depanalisasi 5 = Tepat pertemuan III mata
Menguraikan 3 kuliah kriminologi PUSTAKA:
poin dari tes 1. PU-1: BAB 1
hlm 9-12
3 = Tepat PT (1x2x60”)
menguraikan 2 poin Mencari contoh kasus
dari tes yang sesuai dengan
1 = Tepat penggolongan
menguraikan 1 poin kriminologi dan
dari tes mengklasifikasikannya
dalam bentuk resume
4–5 Menguraikan Ruang Ketepatan uraian Bentuk: TM (2x2x50”) BM (2x2x60”) 1. Konsep 10%
Lingkup Kriminologi ruang lingkup Tes Tertulis Metode: SIKOLA : Membaca kejahatan
kriminologi Collaborative Learning Bahan Perkuliahan (Concept Of
Kriteria: yang di update pada crime)
5 = Ketepatan pertemuan IV-V mata 2. Penggolongan
uraian 4 poin dari kuliah kriminologi (Klasifikasi
Kejahatan)
tes
3. Statistik
4 = Ketepatan PT (2x2x60”)
Kejahatan
uraian 3 poin dari Membuat tabel 4. Analisis
tes klasifikasi perbedaan Statistik
3 = Ketepata uraia analisis statistik Kejahatan
2 poi dari tes kejahatan
1 = ketepatan PUSTAKA:
uraian 1 poin dari 1. PU-1: BAB 2
tes hlm 29-40

viii
6 Menguraikan Aliran- Ketepatan analisis Bentuk: TM (1x2x50”) BM (1x2x60”) • Aliran Spritualisme 5%
Aliran Dalam aliran Tes tertulis Metode: Kuliah Tatap SIKOLA : Membaca • Aliran Naturalisme
Kriminologi spiritualisme dan Muka / Tatap Maya Bahan Perkuliahan
naturalisme dalam Kriteria: yang di update pada PUSTAKA:
kriminologi 5 = Ketepatan pertemuan VI mata 1. PU-1: BAB 3
uraian 2 poin dari kuliah kriminologi hlm 45-51
tes
3 = Ketepatan PT (1x2x60”)
uraian 1 poin dari Membaca 3 buku
tes referensi tentang aliran
kriminologi dan
membuat resume
maksimal 1000 kata
7-8 Menguraikan Teori- Ketepatan Bentuk: TM (2x2x50”) BM (2x2x60”) • Born Criminal 10%
Teori Dalam Kriminologi uraian dan Tes tertulis Collaborative Learning SIKOLA : Membaca • Tipe Fisik
Dari Perspektif Biologis membedakan Bahan Perkuliahan • Disfungsi Otak dan
antara teori born Kriteria: yang di update pada Learning
criminal, tipe 5 Poin = ketepatan pertemuan VII-VIII Disabilities
fisik, disfungsi uraian 4 poin dari mata kuliah • Faktor Genetik
otak dan learning tes kriminologi
disabilities 4 = ketepatan PUSTAKA:
uraian 3 poin dari PT (2x2x60”) 1. PU-1: BAB 3
tes Membaca 3 buku hlm 51-56
3 = ketepatan referensi tentang teori-
uraian 2 poin dari teori dalam
tes kriminologi dari
1 = ketepatan perspektif biologis dan
uraian 1 poin dari membuat resume
tes maksimal 1000 kata
9-10 Menguraikan Teori- Ketepatan uraian Bentuk: TM (2x2x50”) BM (2x2x60”) • Psikoanalisis 10%
Teori Dalam Kriminologi dan Essay Cooperative Learning

ix
Dari Perspektif membedakan SIKOLA : Membaca • Kekacauan mental
Psikologis antara Kriteria: Bahan Perkuliahan (mental disorder)
teoripsikoanalisis, 5 = Ketepatan yang di update pada • Pembelajaran
kekacauan mental uraian 3 poin dari pertemuan IX-X mata sosial (social
dan pembelajaran tes kuliah kriminologi learning
sosial 3 = Ketepatan disabilities)
uraian 2 poin dari PT (2x2x60”)
tes Mencari contoh kasus PUSTAKA:
1 = Ketepata uraian yang relevan dengan 1. PU-1: BAB 3
hlm 56-61
1 poin dari tes teori krimonolgi dari
perspektif psikogis
11-12 Menguraikan Teori- Ketepatan uraian dan Bentuk: TM (2x2x50”) BM (2x2x60”) • Teori anomie 10%
Teori Dalam Kriminologi membedakan antara Essay Collaborative Learning SIKOLA : Membaca • Teori
Dari Perspektif teori anomie, dan Bahan Perkuliahan penyimpangan
Sosiologis penyimpangan Kriteria: yang di update pada budaya
Budaya, teori 5 Poin = ketepatan pertemuan XI-XII • Teori kontrol sosial
kontrol sosial dan uraian 4 poin dari mata kuliah • Teori
Teori tes kriminologi interaksionisme
interaksionisme 4 = ketepatan simbolik
simbolik uraian 3 poin dari PT (2x2x60”)
tes Mencari contoh kasus PUSTAKA:
3 = ketepatan yang relevan dengan 1. PU-1: BAB 3
hlm 61-81
uraian 2 poin dari teori krimonolgi dari
tes dari perspektif
1 = ketepatan sosiologis dan
uraian 1 poin dari didiskusikan pada
tes forum diskusi
SIKOLA
13 Menguraikan Teori Ketepatan uraian Bentuk: TM (1x2x50”) BM (1x2x60”) • Teori labelling 5%
Penyebab Kejahatan Dari teori labeling,teori Tes tertulis Collaborative Learning SIKOLA : Membaca • Teori konflik
Perspektif Lain konflik,teori radikal Bahan Perkuliahan • Teori radikal
sebagai penyebab Kriteria: yang di update pada

x
kejahatan 5 = Ketepatan pertemuan XIII mata PUSTAKA:
uraian 3 poin dari kuliah kriminologi 1. PU-1: BAB 3
tes hlm 81-91
3 = Ketepatan PT (1x2x60”)
uraian 2 poin dari Mencari contoh kasus
tes yang relevan dengan
1 = Ketepata uraian teori krimonolgi dari
1 poin dari tes dari perspektif lain dan
didiskusikan pada
forum diskusi
SIKOLA
14 Menganalisis Teori Ketepatan analisis Bentuk: TM (1x2x50”) BM (1x2x60”) • Pre-Emptif 15%
Upaya-Upaya teori upaya Tes Lisan Kuliah tatap muka / SIKOLA : Membaca • Preventif
Penanggulangan penanggulangan tatap maya Bahan Perkuliahan • Refresif
Kejahatan kejahatan yaitu Kriteria: yang di update pada • Tujuan pemidanaan
pre-emptif, 5 Poin = ketepatan pertemuan XIV mata
preventif, represif uraian 4 poin dari kuliah kriminologi PUSTAKA:
tes 1. PU-3: BAB 1
4 = ketepatan PT (1x2x60”) hlm 11-30
uraian 3 poin dari Membuat resume
tes tentang teori upaya-
3 = ketepatan upaya penanggulangan
uraian 2 poin dari kejahatan maksimal
tes 1000 kata
1 = ketepatan
uraian 1 poin dari
tes
15 Menganalisis Keterkaitan Kesesuaian Bentuk: TM (1x2x50”) BM (1x2x60”) • Prostitusi 10%
Antara Teori Penyebab menerapkan teori Makalah Kuliah: Diskusi SIKOLA : Membaca sebagai
Kejahatan dan Upaya penyebab kejahatan Bahan Perkuliahan masalah sosial
Penanggulangan prostitusi dan analisis Kriteria: yang di update pada • Faktor
upaya penanggulangan penyebab
prostitusi

xi
Kejahatan Dalam Studi kejahatan prostitusi 5 = Mengurai 3 pertemuan XVI mata • Upaya
Kasus Prostitusi serta keaktifan dalam poin dalam kuliah kriminologi penanggulangan
diskusi kelompok makalah prostitusi
3 = Mengurai 2 PT (1x2x60”)
poin dalam Membuat poster PUSTAKA:
makalah tentang fenomena 1. PU-1: BAB 5,
1 = mengurai 1 prostitusi, faktor hlm 105-123
poin dari makalah penyebab dan upaya 2. PU-3: BAB 6
penanggulangan hlm 353-363

16 Menganalisis Keterkaitan Kesesuaian Bentuk: TM (1x2x50”) BM (1x2x60”) • Kenakalan remaja 10%


Antara Teori Penyebab menerapkan teori Makalah Kuliah: Diskusi SIKOLA : Membaca • Faktor
Kejahatan dan Upaya penyebab kejahatan Bahan Perkuliahan penyebab
Penanggulangan kenakalan remaja Kriteria: yang di update pada kenakalan
Kejahatan Dalam dan analisis upaya 5 = Mengurai 3 pertemuan XVII mata remaja
Analisis Kasus penanggulangan poin dalam kuliah kriminologi • Upaya
Kenakalan Remaja kejahatan kenakalan makalah penanggulang
remaja serta 3 = Mengurai 2 PT (1x2x60”) an kenakalan
poin dalam Membuat poster remaja
keaktifan dalam
diskusi kelompok makalah tentang fenomena
PUSTAKA:
1 = mengurai 1 kenakalan remaja,
1. PU-3: BAB
poin dari makalah faktor penyebab dan
VII hlm 373-
upaya penanggulangan 393

xii
MODUL 9 TEORI-TEORI KRIMINOLOGI DARI PERSPEKTIF LAIN

Modul ini akan mengantar peserta kuliah memperoleh pengetahuan Teori-Teori


Kriminologi dari Perspektif Lain. Dalam modul ini, akan dipaparkan Latar Belakang
Lahirnya Teori Penyebab Kejahatan dari Perspektif Lain, Teori Labeling, Teori Konflik,
dan Teori Radikal.
Dalam mempelajari modul ini, peserta kuliah diharapkan membaca tahap demi
tahap terlebih dahulu kemudian kembali membaca dan mengikutinya setiap tahapan. Untuk
keperluan itu, peserta kuliah diharapkan mengikuti langkah-langkah berikut dalam
mempelajari modul ini.
Pada modul ini, peserta kuliah akan menyelesaikan satu kegiatan belajar, yaitu
kegiatan belajar untuk mendalami klasifikasi kriminologi. Untuk mendapatkan capaian
pembelajaran yang optimal, peserta kuliah diharapkan mengikuti tahapan berikut dalam
mempelajari modul ini.
a. Bacalah bagian urain dari setiap Kegiatan Belajar. Tahapan ini diperlukan agar
peserta kuliah mendapat informasi atau akhir dari setiap tahapan,
b. Setelah itu, peserta kuliah membaca kembali bagian uraian sambil
mempraktekkan setiap langkah,
c. Kerjakanlah latihan sesuai instruksi yang telah disediakan.
d. Bacalah Rangkuman yang disediakan untuk memberikan ringkasan tentang
aspek-aspek esensial dari setiap Kegiatan Belajar. Namun Anda juga diminta
untuk membuat rangkuman yang menurut Anda merupakan inti dari kegiatan
belajar tersebut.
e. Kerjakan Tes Formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa jauh Anda
mencapai tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar tanpa melihat rambu-
rambu jawaban yang disediakan.
f. Bila Anda merasa telah menjawab Tes Formatif dengan baik, bandingkanlah
jawaban Anda tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan. Bila
nilai Anda ternyata telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar
dari 80% setelah dihitung, Anda dipersilakan meneruskan ke kegiatan belajar
berikutnya

1
KEGIATAN BELAJAR 13
TEORI-TEORI KRIMININOLOGI DARI PERSPEKTIF LAIN

A. DESKRIPSI SINGKAT
Pada kegiatan belajar 1 ini, peserta kuliah akan mempelajari Teori-Teori Kriminologi
dari Perspektif Lain. Dalam modul ini, akan dipaparkan Latar Belakang Lahirnya Teori
Penyebab Kejahatan dari Perspektif Lain, Teori Labeling, Teori Konflik, dan Teori Radikal.
B. RELEVANSI
Teori-teori kriminologi dari perspektif lainnya membahas masalah mengapa seseorang
melakukan kejahatan yang terdiri dari teori labeling, teori konflik dan teori radikal..
Mempelajari teori-teori kriminologi dari perspektif lainnya mahasiswa dapat
memberikan pemahaman kompherensif tentang faktor-faktor seorang penjahat melakukan
kejahatan jika ditinjau dari perspektif luar selain dari faktor biologis, psikologis dan
sosiologis.
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Uraian
A. Latar Belakang Lahirnya Teori Kriminologi dari Perspektif Lain

Teori-teori dari perspektif lainnya ini merupakan suatu alternatif penjelasan


terhadap kejahatn yang berbeda dengan dua perspektif sebelumnya yang dianggap
sebagai traditional explanations. Para kriminolog dari perspektif ini ber alih dari teori-
teori yang menjelaskan kejahatan dengan melihat kepada sifat-sifat pelaku atau kepada
sosial. Mereka justru berusaha menunjukkan bahwa orang menjadi kriminal bukan
karena cacat/kekurangan internal tetapi karena apa yang dilakukan oleh orang-orang
yang berada dalam kekuasaan, khususnya mereka yang berada dalam sistem peradilan
pidana.
Penjelasan alternatif ini secara tegas menolak model konsensus tentang
kejahatan dimana semua teori sebelumnya (baik dari mazhab klasik maupun positif
berada). Teori-teori baru ini tidak hanya mempertanyakan penjelasan tradisional
tentang pembuatan dan penegakan hukum pidana tetapi juga mempersalahkan hukum
itu dalam menghasilkan penjahat-penjahat. Menurut teori-teori ini kalau perbuatan
tidak dibuat menjadi kriminal oleh hukum maka tidak seorang pun yang melakukan
perbuatan itu dapat disebut sebagai seorang penjahat1

B. Teori Labeling

Para penganut labeling theory memandang para kriminal bukan sebagai orang yang
bersifat jahat (evil) yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan bersifat slah tetapi mereka
adalah individu-individu yang sebelumnya pernah berstatus jahat sebagai pemberian sistem
peradilan pidana maupun masyarakat secara luas.
Dipandang dari perspektif ini, perbuatan kriminal tidak sendirinya signifikan, justru
reaksi sosial ataslah yang signifikan. Jadi, penyimpangan dan kontrol atasnya terlibat dalam
suatu proses definisi sosial dimana tanggapan dari pihak lain terhadap tingkah laku seorang

1
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2015. Kriminologi, Jakarta: Rajawali Press, Hlm.97

2
individu merupakan pengaruh kunci terhadap tingkah laku berikutnya dan juga pada
pandangan individu pada diri mereka sendiri.

1. Becker
Melihat kejahatan itu melihat kejahatan itu sering kali bergantung pada mata
si pengamat karena anggota-anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda
memiliki perbedaan konsep tentang apa yang disebut baik dan layak dalam situasi
tertentu.

2. Howard
Berpendapat bahwa teori labeling dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu:
a. persoalan tentang bagaimana dan mengapa seseorang memperoleh cap atau label
dan b. efek labeling terhadap penyimpangan tingkah laku berikutnya. Persoalan
pertama dari labeling adalah memberikan label/cap kepada seseorang yang sering
melakukan kenakalan atau kejahatan. Labeling dalam arti ini adalah labeling
sebagai akibat dari reaksi masyarakat. Persoalan labeling yang kedua (efek
labeling) adalah bagaimana labelling mempengaruhi seseorang yang terkena
label/cap. Persoalan ini memperlakukan labelling sebagai variabel yang
independent atau variabel bebas. Dalam kaitan ini terdapat dua proses bagaimana
labeling mempengaruhi seseorang yang terkena label/cap untuk melakukan
penyimpangan tingkah lakunya.
Pertama, label tersebut menarik perhatian pengamat dan mengakibatkan
pengamat selalu memperhatikannya kemudian seterusnya label itu diberikan
padanya oleh si pengamat. Kedua, label atau cap tersebut sudah diadopsi oleh
seseorang dan mempengaruhi dirinya sehingga ia mengakui dengan sendirinya
sebagaimana label itu diberikan oleh si pengamaat, bahwa dirinya memang
penjahat.
Salah satu dari kedua proses diatas dapat membesar penyimpangan tingkah
laku dan memperbesar penyimpangan tingkah laku dan membentuk karir kriminal
seseorang. Seorang yang telah memperoleh label dengan sendirinya akan menjadi
perhatian orang-orang di sekitarnya akan mempengaruhi orang tersebut untuk
melakukan kegiatan lagi karena tidak ada lagi orang mempercayainya.

3. Scharg
Menyimpulkan asumsi dasar teori labeling sebagai berikut :
a. Tidak ada satu perbuatan yang terjadi dengan sendirinya bersifat
kriminal;
b. Rumusan atau batasan tentang kejahatan dan penjahat dipaksakan sesuai
dengan kepentingan mereka yang memiliki kekuasaan.;
c. Seseorang menjadi penjahat bukan karena ia melanggar undangundang
melainkan karena ia tetapkan oleh penguasa;
d. Sehubungan dengan kenyataan bahwa setiap orang dapat berbuat baik
dan tidak baik, tidak berarti bahwa mereka dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian kelompok kriminal dan non kriminal;
e. Tindakan penangkapan merupakan awal dari proses labeling;

3
f.Penangkapan dan pengambilan keputusan dalam sistem peradilan
pidana adalah fungsi dari pelaku sebagai lawan dari karakteristik
pelanggarnya;
g. Usia, tingkat sosial-ekonomi, dan ras merupakan karakteristik umum
pelaku kejahatan yang menimbulkan perbedaan pengambilan keputusan
dalam sistem peradilan pidana;
h. Sistem peradilan pidana dibentuk berdasarkan perspektif kehendak
bebas yang memperkenankan penilaian dan penolakan terhadap mereka
yang dipandang sebagai penjahat;
i. Labeling merupakan suatu proses yang akan melahirkan identifikasi
dengan citra sebagai deviant dan menghasilkan rejection of the rejecttor.
Dua konsep penting dalam teori labeling adalah primary deviance dan
secondary deviance. Primary deviance ditujukan kepada perbuatan penyimpangan
tingkah laku awal, sedangkan secondary deviance adalah berkaitan dengan
reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang sebagai akibat dari
penangkapan dan cap sebagai penjahat. Sekali cap ini dilekatkan pada seseorang,
maka sangat sulit orang yang bersangkutan untuk selanjutnya melepaskan diri sari
cap dimaksud dan kemudian akan mengidentifikasi dirinya dengan cap yang telah
diberikan masyarakat terhadap dirinya. Apabila demikian halnya, proses
penyimpangan tingkah laku atau deviant behavior, “haveng been created in society
by control agencies representing the interest of dominant groups”2

4. Frank Tannembaum
Menanamkan proses pemasangan label tadi kepada si penyimpang sebagai
dramatisasi sesuatu yang jahat/kejam. Ia memandang proses kriminalisasi ini
sebagai proses memberikan label, menentukan, mengenal (mengidentifikasi),
menguraikan, menekankan/menitikberatkan, membuat sadar, atau sadar sendiri,
kemudian menjadi cara untuk menetapkan ciri-ciri khas sebagai penjahat.
Tannenbaum berusaha mengalihkan pencarian data dari perbuatan menyimpang
secara kriminologis kepada kontrol sosial dan mekanisme reaksi sosial. Dalam
pengertian bahwa ini membalik arah proses analisis yang lazim, serta lebih
menganggap bahwa perilaku kriminal menimbulkan reaksi sosial, mereka
beranggapan bahwa reaksi sosial dapat menimbulkan perilaku kriminal.

5. Edwin Lemmert
Lemert mengelaborasi pendapat Tannenbaum dengan memformulasikan
asumsi-asumsi dasar dari labeling theory. Lemert membedakan dua jenis tindakan
menyimpang : penyimpangan primer (primary deviations) dan penyimpangan
sekunder (secondary deviations)
Terjadinya secondary deviations daat digambarkan dengan skenarion
berikut :
a. Seorang individu melakukan perbuatan menyimpang yang
ringan/sederhana (primary deviation) seperti melempari mobil tetangga
dengan batu.
b. Terjadi satu reaksi sosial yang informal; tetangga itu marah.

2
A.S. Alam, Pengantar Kriminologi, Makassar: Penerbit Pustaka Refleksi Books, Hlm. 67-70

4
c. Individu tersebut melanjutkan pelanggaran aturan (primary deviation);
ia melepaskan anjing tetangganya itu keluar halaman.
d. Terjadi peningkatan reaksi sosial primer; tetangga tersebut
memberitahu orang tua anak tadi.
e. Individu tadi melakukan perbuatan menyimpang yang lebih serius; ia
melakukan pencurian toko ringan (masih primary deviation).
f. Terjadi satu rekasi formal; anak muda itu diadili sebagai seorang
“junevile delinquent” di pengadilan anak.
g. Anak muda itu kini diberi label “delinquent” (nakal/jahah) oleh
pengadilan dan “bad” (buruk/jelek) oleh tetangganya, teman-temannya
dan oleh orang lain.
h. Anak muda itu mulai berpikir tentang dirinya sendiri sebagai
“delinquent”; dia bergabung dengan anak-anak muda “unconventional”
lainnya.
i. Individu itu melakukan penyimpangan lain yang lebih serius (secondary
deviation) seperti merampok toko bersama anggota gang lainnya.
j. Individu itu kembali lagi ke pengadilan anak, mendapat lebih banyak
lagi catatan kejahatan, semakin jauh dari masyarakat konvensional dan
menempuh jalan hidup yang sepenuhnya menyimpang 3
Menurut Lamert penyimpangan sekunder terjadi setelah masyarakat
menjadi tahu penyimpangan primer si individu. Menurutnya pula: “Once such a
label is attached to a person, a deviant or criminal career has been set in motion”

C. Teori Konflik
Teori konflik lebih mempertanyakann proses pembuatan hukum. Pertarungan
(struggle) untuk kekuasaan merupakan suatu gambaran dasar eksistensi manusia.
Dalam arti pertarungan kekuasaan itulah bahwa berbagai kelompok kepentingan
berusaha mengontrol pembuatan dan penegakan hukum. Untuk memahami pendekatan
atau teori konflik ini, kita perlu melihat model tradisional yang memandang kejahatan
dan peradilan pidana sebagai lahir dari konsensus masyarakat (communal consensus).
Menurut model konsensus, anggota masyarakat pada umumnya sepakat tentang
apa yang benar dan apa yang salah, dan bahwa intisari dari hukum merupakan
kodifikasi nilai-nilai sosial yang disepakati tersebut. Model konsensus ini melihat
masyarakat sebagai suatu kesatuan yang stabil dimana hukum diciptakan “for the
general good” (untuk kebaikan umum). Fungsi hukum adalah untuk mendamaikan dan
mengharmonisasi banyak kepentingan yang oleh kebanyakan anggota masyarakat
dihargai dengan pengorbanan yang sedikit mungkin.
Sedangkan model konflik, mempertanyakan tidak hanya proses dengan mana
seseorang menjadi kriminal, tetapi juga tentang siapa di masyarakat yang memiliki
kekuasaan (power) untuk membuat dan menegakkan hukum. Teori konflik, sebagaiman
labelling theory, memiliki akarnya dalam memberontak dan mempertanyakan tentang
nilai-nilai, tetapi berbeda dengan pendekatan labeling maupun tradisional yang terfokus
pada kejahatan dan penjahat (termasuk labeling terhadap pelaku oleh sistem). Teori
konflik ini mempertanyakan eksistensi dari sistem itu sendiri. Pertarungan antara para
3
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op. Cit, Hlm, 101-102.

5
teoritisi tradisional dan labeling di satu sisi dengan teoritis konflik pada sisi lain menjadi
bersifat ideologis. Para penganut teori konflik menentang pandangan konsensus tentang
asal lahirnya hukum pidana dan penegakannya. Perspektif konflik meliputi beberapa
variasi sebagai berikut:
1. Teori Asosiasi Terkoordinir Secara Imperatif (Kaharusan)
Ralf Dahrendorf (1959) merumuskan kembali teori marxis mengenai
konflik kelas yang lebih pluralistik, dimana banyak kelompok bersaing untuk
kekuataan, pengaruh, dan dominasi. Konsepnya mengenai “asosiasi terkoordinir”
dengan keharusan menganut bahwa kontrol sosial dalam suatu masyarakat
tergantung kepada hubungan bertingkat-tingkat atau hirarkis digolongkan menurut
asosiasi superordinat (subordinate associations).
Dengan meminjam gagasan dialektika dari Marx dan Engel, Dahrendorf
memandang setiap masyarakat dengan ciri-ciri penggunaan paksaaan terhadap
kelompok-kelompok tertentu oleh yang lainnya. Pembagian kewenangan secara
tidak sama menimbulkan konflik sosial dimana kelompok dominan
memaksakan kehendak mereka dan kelompok-kelompok bawahan berusaha
menentangnya.

2. Teori pluralistik model George Vold


George Vold mengemukakan bahwa masyarakat itu terdiri dari berbagai
macam kelompok kepentingan yang harus bersaing, dan bahwa konflik merupakan
salah satu unsurnya yang esensial/penting dengan kelompok-kelompok yang lebih
kuat, mampu membuat negara merumuskan undang-undang/hukum demi
kepentingan mereka. Banyak tindakan kriminal merupakan tantangan oleh
kelompok bawahan terhadap pengawasan kelompok yang dominan, kendatipun ia
nampaknya ingin membatasi uraian ini hingga pada isu-isu yang berkaitan dengan
konflik ideologi politik, seperti halnya gerakan pembaharuan politik, konflik batas
uadara, konflik hak-hak perdata, dan sebagainya. Maka dengan demikian,
kejahatan sebagai produk konflik antara kelompok yang menyatakan adanya
perjuangan politik kelompok-kelompok.

3. Teori Austin Turk (kriminal terdiri dari kelompok-kelompok yang lebih


kuat).
Turk adalah seorang tokoh penulis perspektif kriminologi konflik,
mengetengahkan proposisi teori hukum pidana yang diterapkan kelompok-
kelompok yang lebih kuat (more powerpul groups define criminal law) sebagai
berikut :
a. Individu-individu yang berbeda dalam pengertian dan komitmen
mereka;
b. Perbedaan tersebut mengakibatkan konflik;
c. Masing-masing pihak yang berkonflik (bersengketa) berusaha
meningkatkan pandangan-pandangannya sendiri;
d. Mereka dengan kepercayaan yang sama cenderung bergabung dan
membentuk komitmen serupa;
e. Konflik yang berkepanjangan/kontinue cenderung menjadi rutin dan
berkembang menjadi sistem stratifikasi;

6
f. Sistem seperti ini menunjukkan eksploitasi ekonomi, dikekang oleh
dominasi politik dalam segala bentuk;
g. Kekuatan relatif pihak-pihak yang bersengketa menentukan posisi
hirarkis mereka demikian pula perubahan-perubahan dalam distribusi
kekuatan;
h. Pemusatan pandangan dalam pengertian dan komitmen dikarenakan
pembagian pengalaman dengan menangani orang dalam, orang luar dan
lingkungan; i. Pengertian manusia dan komitmen adalah dialektikal
dengan ciri-ciri adanya konflik terus menerus (berkepanjangan)4

D. Teori Radikal (Kriminologi Kritis)


Pada dasarnya perspektif krimnologi yang mengetengahkan teori radikal yang
berpendapat bahwa kapitalisme sebagai kausa kriminalitas yang dapat dikatakan sebagai aliran
Neo-Marxis. Dua teori radikal yaitu:
1. Richard Quinney
Menurut Richard Quinney beranggapan kejahatan adala akibat dari
kapitalisme dan problem kejahatan hanya dapat dipecahkan melalui didirikannya
negara sosialis. Quinney mengetengahkan proporsinya mengenai penanggulangan
kejahatan sebagai berikut:
a. Masyarakat amerika didasarkan pada ekonomi kapitalis yang telah
maju.
b. Negara diorganisir untuk melayani kepentingan kelas ekonomi yang
dominan.
c. Hukum pidana merupakan alat atau instrumen negara kelas penguasa
untuk mempertahankan dan mengabadikan atau mengekalkan tertib
sosial dan ekonomi yang ada.
d. Kontrol kejahatan dalam masyarakat kapitalis dicapai melalui berbagai
macam lembaga dan aparat yang didirikan dan diatur oleh golongan elite
dalam pemerintahan, yang mewakili kepentingan kelas yang
memerintah, dengan tujuan mendirikan tertib domestik
e. Kontradiksi-kontradiksi kapitalisme yang telah maju adalah terdapat
rantai putus antara keberadaan dan kebutuhan inti, dimana kelas-kelas
bawah tetap tertekan oleh apa saja yang dianggap perlu, khususnya
melalui penggunaan paksaan atau kekerasan sistem perundang-
undangan yang ada.
f. Hanya melalui bubarnya atau ambruknya masyarakat kapitalis dan
diciptakannya masyarakat baru yang didasrkan pada azas sosialis baru
bisa diperoleh pemecahan masalah kejahatan.

4
Ibid, Hlm. 72-74

7
2. William Chamblis
Menurut Chamblis ada hubungan antara kapitalisme dan kejahatan yaitu :
a. Dengan diindustrialisasikannya masyarakat kapitalis, dan celah antara
golongan borjuis dan proletariat melebar, hukum pidana akan
berkembang dengan usaha memaksa golongan ploteriat untuk tunduk.
b. Mengalihkan perhatian kelas golongan rendah dari eksploitasi yang
mereka alami.
c. Masyarakat sosialis akan memiliki tingkat kejahatan yang lebih rendah
karena dengan berkurangnya kekuatan perjuangan kelas akan
mengurangi kekuatan-kekuatan yang menjurus kepada fungsi kejahatan
Melalui pemahaman teori-teori tersebut di atas, baik refleksi kejahatan
model konsensus maupun refleksi kejahatan model konflik memungkinkan dapat
diikutinya pergeseran perspektifnya. Kepahaman ini akan bermanfaat bagi
pemilihan perspektif kriminologi yang tepat bagi kebijakan kriminal dan kebijakan
sosial di Indonesia.

2. Latihan
Dalam latihan ini, peserta kuliah diharapkan menjawab kedua soal berikut ini. Setelah
menjawab, peserta kuliah diharapkan dapat menelusuri jawabannya pada bagian uraian.
1. Uraikan latar belakang munculnya teori-teori kriminologi dari perspektif lainnya?
2. Bedakan pandangan teori labeling menurut Becker dan Howard?
3. Konsep penting dari teori labeling menurut Scharg adalah primary deviance dan
secondary deviance. Jelaskan kedua konsep tersebut?
4. Uraikan perbedaan antara model konsensus dan model konflik dalam teori konflik?
5. Bandingkan konsep teori radikal dari Richard Quinney dan William Chamblis?t??

3. Rangkuman
1. Teori-teori dari perspektif lain merupakan suatu alternatif penjelasan terhadap
kejahatan yang berbeda dengan dua perspektif sebelumnya yang dianggap sebagai
traditional explanations.
2. Penganut labeling theory memandang para kriminal bukan sebagai orang yang
bersifat jahat (evil) yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan bersifat slah tetapi
mereka adalah individu-individu yang sebelumnya pernah berstatus jahat sebagai
pemberian sistem peradilan pidana maupun masyarakat secara luas.
3. Teori konflik lebih mempertanyakan proses pembuatan hukum. Pertarungan
(struggle) untuk kekuasaan merupakan suatu gambaran dasar eksistensi manusia.
Dalam arti pertarungan kekuasaan itulah bahwa berbagai kelompok kepentingan
berusaha mengontrol pembuatan dan penegakan hukum.
4. Perspektif krimnologi yang mengetengahkan teori radikal yang berpendapat bahwa
kapitalisme sebagai kausa kriminalitas yang dapat dikatakan sebagai aliran Neo-Marxis

8
4. Pustaka
1. A. S. Alam, 2010. Pengantar Kriminologi, Makassar: Penerbit Pustaka Refleksi
Books.
2. Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2015. Kriminologi, Jakarta: Rajawali Press.

D. TUGAS DAN LEMBAR KERJA


Mencari contoh kasus yang relevan dengan teori krimonolgi dari dari perspektif lain
dan didiskusikan pada forum diskusi SIKOLA.

E. TES FORMATIF
1. Perbuatan kriminal tidak sendirinya signifikan, justru reaksi sosial ataslah yang
signifikan. Merupakan pandangan dari teori konflik
a. Benar
b. Salah
2. Dua konsep penting dalam teori labeling adalah primary deviance dan secondary
deviance. Primary deviance ditujukan kepada perbuatan penyimpangan tingkah
laku awal, sedangkan secondary deviance adalah berkaitan dengan reorganisasi
psikologis dari pengalaman seseorang sebagai akibat dari penangkapan dan cap
sebagai penjahat.
a. Benar
b. Salah
3. George Vold mengemukakan bahwa masyarakat itu terdiri dari berbagai macam
kelompok kepentingan yang harus bersaing, dan bahwa konflik merupakan salah
satu unsurnya yang esensial/penting dengan kelompok-kelompok yang lebih kuat,
mampu membuat negara merumuskan undang-undang/hukum demi kepentingan
mereka.
a. Benar
b. Salah
4. Ralf Dahrendorf beranggapan kejahatan adala akibat dari kapitalisme dan problem
kejahatan hanya dapat dipecahkan melalui didirikannya negara sosialis.
a. Benar
b. Salah
5. Masyarakat sosialis akan memiliki tingkat kejahatan yang lebih rendah karena
dengan berkurangnya kekuatan perjuangan kelas akan mengurangi kekuatan-
kekuatan yang menjurus kepada fungsi kejahatan, merupakan pandangan Chamblis
a. Benar
b. Salah

9
F. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Bila Anda merasa telah menjawab tes formatif dengan baik, bandingkanlah jawaban
Anda tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan. Jika hasil perhitungan
menunjukkan anda telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80%,
Anda dipersilakan untuk meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya.
Untuk mengetahui persentase penguasaan materi pada kegaitan belajar 1 ini, anda
cukup menghitung menggunakan rumus berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟
x 100 = %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑜𝑎𝑙

10

Anda mungkin juga menyukai