Anda di halaman 1dari 33

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

ALIRAN DARAH PRIMER (IADP)

HIMPUNAN PERAWAT PENCEGAH DAN PENGENDALI INFEKSI INDONESIA


(HIPPII)

PELATIHAN IPCN TANGGAL 18 – 24 Mei 2014


WISMA BIDAKARA
Tujuan

Setelah mengikuti pelatihan peserta


diharapkan mampu:
• Mengerti dan memahami pengertian IADP
• Mengerti dan memahami cara pencegahan
dan pengendalian IADP
PokokBahasan
 Pendahuluan
 Pengertian
 Patogenesis
 Kriteria IADP
 Epidemiologi
 Sumber infeksi
 BundleCVL
 Pencegahan IADP
Pendahuluan

 Penggunaan alat IV tidak dapat dihindari


 Bertujuan untuk terapi cairan,pemberian
darah,parenteral nutrisi maupun untuk
pemantauan hemodinamik
 Komplikasi infeksi lokal maupun
sistemik:endokarditis ,trombophlebitis,IADP
Pengertian
• Kolonisasi :
Terdapatnya mikroorganisme dalam darah tetapi
tidak disertai dengan adanya tanda – tanda klinis

• Bacterimia :
Hasil kultur darah menunjukan positive adanya
mikroorganisme dan disertai dengan tanda klinis
seperti demam, menggigil, hipotensi
Pengertian

 Primary bloodstream infections (BSI) are laboratory-


confirmed bloodstream infections (LCBI) that are not
secondary to an infection at another body site
(CDC, Device-associated Module CLABSI ,2013)

Infeksi Aliran Darah Primer(IADP)


Infeksi Aliran Darah Primer(IADP) adalah infeksi yang
dikonfirmasi dengan hasil laboratorium darah disertai adanya
tanda klinis karena pemasangan kateter infus tetapi tidak ada
infeksi di tempat lain
Kriteria Klinis IADP

Terdapat kuman pathogen yang diketahui hasil satu


kali atau lebih dari biakan darah dengan salah satu
gejala klinis seperti:
* demam< 38’C
* menggigil
* hipotensi
Pada pasien berumur < 1 tahun paling sedikit satu
dari tanda-tanda :
* demam > 38’C
* hipotermia < 37’C
* apneu
* bradikardia
7
Vena Central Line (CVL)
 Vena Central Line (CVL) yang dapat dilaporkan sebagai surveilans :
The following are considered great vessels for the purpose of reporting
central-line BSI and counting central-line days in the NHSN system:
 Aorta
 Pulmonary artery
 Superior vena cava
 Inferior vena cava
 Brachiocephalic veins
 Internal jugular veins
 Subclavian veins • External iliac veins • Common iliac veins • Femoral
veins • In neonates, the umbilical artery/vein.
 (CDC, Device-associated Module CLABSI ,2013)
Bakteri yang paling sering tumbuh
pada, spesimen darah
Organisme

S. epidermidis
Acinetobacter sp
S.marcescens
K. pneumoniae
E. cloacae
Pseudomonas sp
C. albicans
C. tropicalis
Populasi Berisiko
 semua pasien yang menggunakan alat
intravaskuler dalam waktu > 2 X 24 jam
 Faktor risiko adalah :
 Lamanya terpasang kateter
 Lamanya hari perawatan
 Kondisi penurunan daya tahan tubuh
(immunocompromised)
 Malnutrisi
 Luka bakar
 Luka operasi tertentu
The Bundle Elements
• Kebersihan Tangan
• Maksimal penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
• Antisepsis kulit : Chlorhexidine
• Pilih lokasi insersi kateter Vena sentral, pada
pasien dewasa hindari vena Femoral
• Observasi lokasi insersi setiap hari, pertimbangkan
melepaskan Kateter segera jika sudah tidak ada
indikasi
Hand Hygiene
 Kebersihan tangan
harus dilakukan
sebelum dan sesudah
palpasi, pemasangan
alat/set intra vena,
penggantian alat/set
intra vena, atau
memasang perban
Maksimal Penggunaan APD

Gunakan APD:
• steril :Gaun,sarung tangan,
steril drape
• Tidak steril: Topi, makser,
Preparasi kulit

 Gunakan antiseptik alkhol 70 %, iodine,atau chlorhexidine 2


% sebelum insersi kateter
 Jika kontra indikasi gunakan chlorxedine >0,5 % atau
alkohol 70 % atau alternatif lain
Pemilihan Tempat Insersi yang Optimal
 Pilih lokasi insersi
kateter Vena sentral,
pada pasien dewasa
hindari vena Femoral
 Pilih vena subclavia
risiko infeksi lebih kecil
daripada vena
jugularis interna
Observasi lokasi insersi setiap hari
 Pertimbangkan melepaskan Kateter segera jika sudah tidak
ada indikasi
 Kaji tanda-tanda infeksi
 Bila pemasangan cateter vena sentral dalam kondisi
emergensi,kesterilan alat tidak dijamin,harus diganti dalam
waktu 48 jam
 Semua perangkat/kateter set harus diganti jika diduga ada
infeksi aliran darah
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
Rekomendasi Umum dalam Pemakaian Alat Intraveskuler
1. Pendidikan dan Pelatihan Petugas Medis
Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi petugas
medis terkait indikasi pemakaian alat
intravaskuler,prosedur pemasangan,perawatan luka
insersi dan peralatan intravaskuler.

Metode audio – visual dapat digunakan sebagai alat


bantu yang baik dalam pendidikan ( Kategori I)
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
2. Surveilans infeksi aliran darah primer
• Laksanakan surveilans untuk mengetahui adanya
infeksi
• Palpasi dengan tangan setiap hari pada lokasi
pemasangan kateter melalui perban
untukmengetahui adanya pembengkakan
Surveilans aktif
 Pengumpulan data setiap hari
 Perhitungan IADP setiap bulan
 Laporan setiap
bulan,triwulan,semester, tahunan
 Insiden rate IADP
Jumlah IADP
-------------------------------------------------X 1000 = ‰
Hari pemakaian CVL
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
3. Kebersihan tangan
• Lakukan kebersihan tangan sebelum dan
sesudah palpasi, pemasangan dan penggantian
alat intravaskuler/ganti perban.
• Gunakan APD saat pemasangan dan Perawatan
Kateter
• Gunakan sarung tangan saat mengganti perban
alat intravaskuler
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
4. Pemasangan kateter intravena
• Jangan menyingkat prosedur pemasangan
kateter yang sudah ditentukan.
• Bersihkan kulit di lokasi dengan antiseptik yang
sesuai,sebelum pemasangan kateter.
• Biarkan antiseptik mengering pada lokasi
sebelum memasang
• Jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah
kulit dibersihkan dengan antiseptik
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
 Gunanakan kasa steril atau perban transparan untuk
menutup lokasi pemasangan
 Bila dipakai iodine tincture untuk membersihkan kulit
sebelum pemasangan kateter ,maka harus dibilas dengan
alkohol .
 Ganti perban bila basah, kotor.
 Hindari sentuhan yang
mengkontaminasi
lokasi kateter saat
mengganti perban.
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
5. Pemilihan dan Penggantian alat intravaskuler
• Pilih alat yang resiko komplikasinya relatif
rendah
• Harganya paling murah yang dapat digunakan
untuk terapi IV dengan jenis dan jangka waktu
yang sesuai.
• Bahan vialon lebih baik dibanding teflon
• Lepas semua jenis peralatan intravaskuler bila
sudah tidak ada indikasi klinis.
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
 Periksa secara visual lokasi pemasangan kateter untuk
mengetahui apakah ada pembengkakan, demam tanpa
adanya penyebab yang jelas, atau gejala infeksi lokal atau
infeksi bakterimia
 Pada pasien yang memakai perban tebal sehingga susah
diraba atau dilihat, lepas perban terlebih dahulu, periksa
secara visual setiap hari dan pasang perban baru
 Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter di lokasi yang
dapat dilihat dengan jelas
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
6. Pengganti perlengkapan dan cairan intravena
 Secara umum ,set perlengkapan intravaskuler terdiri atas
seluruh bagian mulai dari ujung selang yang masuk ke
kontainer cairan infus sampai ke hubungan alat
 Ganti selang penghubung tersebut bila alat vaskuler
diganti.
 Ganti selang IV, termasuk selang piggyback dan
stopcock,dengan interval yang tidak kurang dari 72 jam,
kecuali bila ada indikasi klinis.
 Ganti selang yang dipakai untuk memasukkan darah,
komponen darah atau emulsi lemak dalam 24 jam dari
diawalinya infus.
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
7.Penggantian alat
administrasi set
• Set administrasi diganti
tidak kurang dari 72 jam
• Set administrasi untuk
transfusi darah, produk
darah ,emulsi lemak
dalam waktu 24 jam
• Intermiten infus dalam
24 jam
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
8. Cairan Parenteral
• Infus harus diselesaikan
dalam 24 jam untuk satu
botol cairan parentral
yang mengandung lemak.
• Bila hanya emulsi lemak
yang diberikan, selesaikan
infus dalam 12 jam
setelah botol emulsi mulai
digunakan .
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
9.Port Injeksi Intravena
• Bersihkan port injeksi
dengan alkohol 70 %
atau povidone -iodine
sebelum mengakses
sistem .
• Campurkan seluruh
cairan parentral di
bagian farmasi dalam
Laminar – flow hood
menggunakan tehnik
aseptik
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
10. Menggunakan vial multi dosis
• Dinginkan dalam kulkas vial multi dosis yang dibuka,
bila direkomendasikan oleh pabrik.
• Bersihkan karet penutup vial multi dosis dengan
alkohol sebelum menusukkan alat ke vial
• Gunakan alat steril setiap kali akan mengambil cairan
dari vial multi dosis, dan hindari kontaminasi alat
sebelum menembus karet vial.
• Buang vial multi dosis bila sudah kosong, bila dicurigai
atau terlihat adanya kontaminasi, atau bila telah
mencapai tanggal kadaluarsa.
Pencegahan IADP Rekomendasi WHO
11.Profilaksis Antimikroba
 Jangan memberikan antimikroba sebagai prosedur rutin
sebelum pemasangan atau selama pemakaian alat
intravaskuler untuk mencegah kolonisasi kateter atau
infeksi bakterimia .
Kesimpulan
 Dua jalur utama patogenesis Infeksi Aliran Darah Primer :
pertama kolonisasi lokasi insersi kateter, kedua kolonisasi
hub
 Lokasi insersi seringkali tidak menunjukkan gejala sehingga
diagnosis Infeksi Aliran Darah Primer bergantung pada
hasil mikrobiologis(kultur)
 Perlunya pemahaman dalam pelaksanaan pengendalian
infeksi dengan tehnik aseptik yang benar.
 Pelatihan, pendidikan dan surveilans terhadap CA-BSI dan
CR-BSI dapat menurunkan insidens
 Kateter dengan lapisan antibiotik hanya diperlukan bagi
pasien berisiko tinggi atau jika metode lain telah gagal.

Anda mungkin juga menyukai