KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAJA TOMBOLOTUTU
KABUPATEN PARIGI MOUTONG
TAHUN 2018
NOMOR
TENTANG
KEBIJAKAN RUMAH SAKIT TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP
KEKERASAN FISIK
Di Keluarkan Di : Tinombo
Pada Tanggal : 05 November 2018
Direktur RSUD Raja Tombolotutu
Lampiran Keputusan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Raja Tombolotutu
Kebijakan Umum
1. Undang-Undang Praktek Kedokteran Nomor 29 pasal 45 ayat (3)
tahun 2008 tentang Panduan Pemberian Informasi Dalam Rangka
Persetujuan Tindakan Kedokteran.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 tahun
2008 tentang Standar keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah
Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755 tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
772/MENKES/SK/VI//2002 tentang Pedoman Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital By Laws).
7. Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Pacient
Safety), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, edisi 2, 2008.
8. Meningkatkan upaya perlindungan terhadap kekerasan fisik, agar
menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien dan mencegah terjadinya
kekerasan fisik pada pasien.
9. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar prosedur operasional yang berlaku, dan etika profesi serta
menghormati hak pasien.
10. Setiap bulan wajib membuat laporan kegiatan pelayanan
keselamatan pasien.
Kebijakan Khusus
Meningkatkan upaya perlindungan terhadap kekerasan fisik
1. Tenaga kesehatan penerima pesan (dokter, parmasis, perawat, analis,
radiografer, fisioterfis, nutritionis/diitesion) menulis pesan yang
diterima dicatatan terintegrasi dan ditandatangani.
2. Pesan verbal ditulis lengkap dan dapat dibaca dengan jelas,
menggunakan singkatan terstandar, akronim dan simbul yang
berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Raja Tombolotutu (lihat buku
standar singkatan ).
3. Verifikasi pemberi instruksi menandatangani catatan pesan yang
ditulis penerima pesan dalam kotak stempel READ BACK sebagai
tanda persetujuan dalam waktu 1X 24 jam.
4. Tenaga kesehatan yang melaporkan kondisi pasien kritis kepada
DPJP atau dokter yang merawat dan serah terima pasien
menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background, Asessment,
Recomendation).
5. Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil
pemeriksaan yang memerlukan penanganan segera dan harus
dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari 2 jam.
6. Bila DPJP tidak dapat dihubungi petugas terkait bisa menghubungi
dokter / perawat rawat inap,dokter / perawat rawat jalan atau dokter
/perawat Gadar. Pelaporan hasil pemeriksaan Cito harus
disampaikan baik hasil pemeriksaan normal ataupun abnormal ke
DPJP / dokter yang meminta.