Anda di halaman 1dari 4

PELABUHAN ULE LHEE

Oleh: Sarah Adila (1808107010064)

“Seribu aja kak” kata penjaga parkir sebelum memasuki area parkir pelabuhan.
Tampak area parkir yang dipenuhi kendaraan, baik kendaraan roda empat maupun roda dua.
Tidak ada angin yang berarti hari itu, mengingat laut di sebelah kiri tentu identik dengan
anginnya yang sepoi-sepoi. Tidak terdengar kicauan burung hari itu, yang ada hanyalah
alunan nada angin dan gerakan pohon pinus yang bergerak kesana dan kemari. Pelabuhan ini
terbilang cukup bersih, tidak ditemukan adanya sampah yang berserakan.
Langkah yang tidak begitu jauh ini hendak menuju ke pintu utama diiringi dengan
pemberhentian mini bus yang berada disamping kanan. Para porter siap dengan keranjang
dorong membantu penumpang mini bus tersebut membawa tas dan koper bawaan
penumpang.
Jam menunjukkan pukul 09:52 WIB, orang-orang sibuk dengan pekerjaannya masing-
masing. Karena pintu utama sangat ramai penumpang dan porter, saya memutuskan untuk
memasuki area pelabuhan dari pintu disebelah kiri. Tampak seporang barista coffee shop
yang sedang menyiapkan pesanan kopi dari pelanggan, juga bapak-bapak berusia 40-an
sedang meminum kopi dengan teman-temannya. Ia berpakaian casual dengan jaket dan
terdapat tas ransel besar dan kantong plastik berisikan aksesoris dan baju. Baju itu bertuliskan
I LOVE SABANG, tak lama dari itu ia pun beranjak pergi sambil menurunkan kacamata hitam
yang ada diatas dahi sebelumnya. Banyak yang singgah ke coffee shop untuk meminum
sebelum dan sesudah keberangkatan.
Di sisi lain, dua anak gadis mondar-mandir memerhatikan ponsel yang dipegangnya
sedari tadi. Dengan casual style yang dipakainya, ia berjalan tanpa membawa apapun, tas
ataupun koper seperti orang kebanyakan. Di sampingnya duduk seorang bapak dengan kaus
biru lengkap dengan masker biru pula yang ditemani oleh satu ransel dengan muatan full, dua
kotak berukuran sedang dan 3 kantong plastik tampak ia sedang menunggu
keberangkatannya.
Taklama kemudian datanglah mini-bus yang bertuliskan ISSI membawa turun sepeda
dan banyak bola voli, sesampainya di pintu utama mereka disambut porter dan langsung
menuju ke lobi tiket untuk kepengurusan selanjutnya. Bunyi kapal terdengar 3 kali detuk,
menandakan kapal akan segera berangkat menuju Kota Sabang, para penumpang antri teratur
memasuki wilayah dermaga sambil dilakukannya pengecekan senjata tajam, masker, dan lain
sebagainya. Hal ini sama dilakukan ketika kita berada di bandara saat hendak berangkat
menggunakan pesawat. Lalu tampak bus besar dan mini-bus lain mulai berdatangan
membawa penumpang yang sangat banyak, juga terdapat mobil survey POLRESTA Banda
Aceh, polisi mengecek jika ada aktivitas yang melanggar protokol kesehatan.
Berpindah ke dermaga, dimana kapal akan berangkat. Orang-orang masuk satu
persatu ke dalam kapal yang sebelumnya mereka di cek suhu badan, wajib menggunakan
masker dan sanitizer sebelum masuk ke dalam kapal, yang bukan penumpang pun
diperbolehkan memasuki area dermaga namun lewat pintu samping yang sudah ditentukan
dan lolos dari pengecekan yang berarti. Tampak keluarga mengantarkan para keluarganya
hingga masuk kedalam kapal, bunyi kapal kembali terdengar. Kapal express bahari 88 itu
siap berangkat. Setelah kapak berputar lumayan jauh, keluarga tersebut berangsur-angsur
meninggalkan dermaga. Di dermaga itu terdapat seorang petugas, ia ditugaskan untuk
memastikan bahwa penumpang taat terhadap protokol kesehatan tampak alat pengukur suhu
tubuh berada di tangan kanannya.
Fasilitas yang ada di pelabuhan ule lhee terbilang lengkap. Mulai dari musholla,
tempat wudhu wanita dan pria, toilet wanita dan pria, coffee shop, pedagang jajanan yang
menjual dari makanan ringan, aneka minuman serta masker dan santizer. Selain itu terdapat
pula pedagang keliling yang menawarkan permen, air mineral, kacang-kacangan dan masih
banyak lagi.
Namun di pelabuhan tersebut masih kurang usaha dalam mengantisipasi menghadapi
pandemi ini. Dimana pengecekan suhu tubuh hanya dilakukan pada para penumpang yang
hendak menaiki kapal saja sedangkan siapa saja yang memasuki area tersebut tidak dilakukan
pengecekan suhu tubuh, juga tidak ada arahan untuk tidak duduk berdekatan dimana biasanya
terdapat tanda silang untuk tidak duduk di area silang tersebut namun tidak ditemukan disana.
Sehingga penumpang duduk sangat berdekatan dan berkelompok.
Gambar 1. Bapak berkaus biru dan dua anak gadis

Gambar 2. Loket tiket

Gambar 3. Pengecekan sebelum memasuki dermaga

Gambar 4. Porter yang sedang mengangkut barang penumpang


Gambar 5. Musholla

Gambar 6. Suasana (1)

Gambar 7. Suasana (2)

Gambar 8. Suasana dermaga

Anda mungkin juga menyukai