Perjuangan Hidup: Doifulloh Sadi Akhmad Xii Mipa 5
Perjuangan Hidup: Doifulloh Sadi Akhmad Xii Mipa 5
XII MIPA 5
PERJUANGAN HIDUP
“Ibu dan ayah sudah di rumah sakit non,” Jawabnya dari dapur,
mempersiapkan bekal untuk menginap semalam.
“Mari non, mbak sudah siapkan baju, non tolong pesan taksi ya,”
Pinta dirinya menutup tempat makan ungu yang
diggenggamnya.
Berlari menuruni tangga, melewati pintu depan, menarik sepatu dari rak
hitam dan memakainya sangat memakan waktu. Bagaikan waktu di
percepat. Wanita itu sudah membuka pintu tengah, tas besar itu sudah
di masukan ke dalam bagasi mobil, dan masuklah diri gadis itu ke dalam
mobil putih mengkilat yang menunggu, melaju melewati barisan mobil
lain.
“Baik bun, seperti yang kita latihan. Pelan, pelan saja. Ayuk, istigfar
bun. Pelan- pelan,” Ucapan halus bidan membuat dirinya tenang.
Seperti latihan, katanya. Kata- kata itu terus mengelilingi benak.
Pernapasan di atur, tak tergesa- gesa, tak di paksa. Dalam rasa
mencekam ini, seketika, rasa hangat dapat di rasakan di telapak
tangan kanan. Mata sembab itu melirik, melihat penjaganya beridiri
di samping. “Ayah di sini bun, tenang,” Ucapan itu menambahkan
ke tenangan dalam dirinya. Tak lama, tanpa di sadari, tanpa suara,
dapat di dengar helaan napas lega.