Anda di halaman 1dari 4

DUNIA TANPA KASIH

SAYANG

OLEH: Ashda Ma’rufa Ummi Audah


Plakk,,,sebuah tamparan keras yang mendarat di pipi mama.Ku tahan semua tangisku
dibalik pintu putih berhiaskan unicorn didepannya. Ku buka pintu kamarku sedikit dan
ku intip suasana di ruang tamu. Percekcokan antara mama dan papa tak kunjung
selesai. Ku raih handphone ku diatas meja rias dan ku coba untuk menelpon kakak.
Tersayang ku.

Telphone:

Aku: halo? Kakak cepet pulang

Kakak: kenapa de? Kayak biasanya lagi ya?

Aku: iya kak, cepet pulang ade takut

Kakak: iya de,kakak udah mau pulang

Tiiiittt,,,,ku matikan telpon itu. Ku tutup pintuku rapat-rapat dan ku kunci pintu kamarku.
Ku baringkan tubuhku di Kasur dan ku peluk erat-erat boneka kesanganku. Grek,,, pintu
depan terbuka, sepertinya kakak sudah datang. Ku lari menuju pintu dan ku putar
kuncinya lalu ku buka pintunya perlahan. “Pa! udah” bentak kakak pada papa “Rey!
Masuk kekamar, jangan ikut campur! Ini urusan papa sama mama” perintah papa
dengan mendorong kakak. Tak tahan ku melihat perlakuan papa terhadap kakak. Ku
berlari dan ku peluk kakak erat-erat kakak. “Pa! udah pa” ku biarkan air mata mengalir
di pipiku “Diam El!” bentak papa kepadaku. Percekcokan papa dan mama pun tetap
berlanjut. Dan akhirnya mama harus memilih mengangkat kaki dari rumah itu.”El!
sekarang kamu harus ikut mama,kita pergi dari rumah ini” kata mama dengan menarik
tanganku “Nggak ma” tolakku’ tetapi mama tetap saja menarikku dan memasukkan ku
kedalam mobil putih.Ku lihat seorang laki-laki berisi dan terlihat masih muda duduk di
bangku pengemudi.mama duduk disampingnya dan aku duduk di bangku tengah. “Ma!
Aku mau tinggal sama papa aja” rengekku “Udah, kamu siapa sih yang nglahirin!
Mamakan?!” bentak mama yang membuat ku terdiam seketika.

10 menit kemudian, mobil ini berhenti disebuah rumah besar dan mewah, bahkan lebih
besar tiga kali lipat dari rumah papa. “El! Turun!” suruh mama, aku pun melaksanakan
perintahnya “Ma ini rumah siapa?” tanyaku “Ini rumah kita yang baru” jawab seorang
disampingku dengan mengelus kepalaku. “Oh ya, ini adalah papamu yang baru” kata
mama sembari mengelus pundak kecilku “Papa? Nggak papa El Cuma papa bukan
dia!” bentakku sambil ku hapus air mata yang sedari tadi membasahi pipiku yang
mungil ini “El! Jaga sikapmu ini! Kalau dia bukan papamu, berarti dia adalah papimu”
bentak mama padauku, ku hanya membalas dengan senyuman tipis dan terpaksa. Papi
menekan tombol bel disamping pintu coklat berhiaskan ukiran unik. Tak lama, seorang
wanita yang sepertinya berumur 40 tahunan itu membuka pintu dan mempersilahkan
kami masuk. Aku masuk dengan memegang erat tangan mama. Ruang pertama
dihidangkan dengan sebuah ruang tamu bernuasa layaknya penganut hindu. Sebuah
patung besar menyambut dengan bunga berwarna warni dilehernya. Sebuah lemari
dengan ukiran berdiri kokoh dipojok ruangan berisikan patung kecil-kecil. “El, duduk!”
perintah mama, aku pun menuruti perintahnya. Ku duduk di sebuah sofa berwarna
coklat muda yang empuk dan cukup elegan. Aku masih bingung, apa maksud ini
semua. Ku pasangkan muka bingungku ini didepan mama dan papi, ternyata mereka
sadar akan hal itu. “Kenapa El?” tanya mama padaku “Hmm,,, ma apakah kita akan
mengikuti aluran mereka?” tanyaku padanya “Tentu,mengapa tidak?! Kita sekarang
adalah keluarga, aluran mereka adalah aluran kita juga” jelas mama sembari mengelus
rambutku yang terhelai panjang “Nggak! Aku nggak mau mengikuti ini semua”batinku.
Wanita tadi membawakan 2 gelas jus jeruk dan secangkir kopi. “Oh ya El, ini pembantu
rumah kita, kamu bisa memanggilnya Bi Tey” kata papi dengan melempas
senyumannya “Iya pi” jawabku singkat. Malam itu aku diantar kesebuah kamar dilantai
dua. Suasana kamarnya indah, pintunya berwarna coklat berhiaskan ukiran-ukiran
cantik, dilengkapi dengan sebuah Kasur empuk berwarna biru muda, meja belajar juga
meja rias, lemari besar dengan ukirannya, kamar mandi denga bathup didalamnya juga
ruang ganti yang sudah dilengkapi baju-baju baru, tidak lupa ac yang membuat kamar
ini menjadi sangat dingin. Ku baringkan tubuh mungilku di Kasur itu. Kring,,,
handphone ku berbunyi. Ku raih handphone ku dan ku angkat telpon itu.

Telphone:

Aku: Kakak?
Kakak: Dek kamu dimana? Kakak sama papa khawatir

Aku: ade dibawa dirumah besar kak, tapi ade gak suka rumah ini kak

Kakak: Kenapa de?

Anda mungkin juga menyukai