Anda di halaman 1dari 15

WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA

Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri


bangsa (founding fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan kelompok atau golongan. Sejak awal pergerakan nasional,
kesepakatan-kesepakatan tentang kebangsaan terus berkembang hinggga
menghasilkan 4 (empat) konsensus dasar serta n Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas,
kehormatan dan kebanggaan bersama.

Wawasan kebangsaan adalah suatu sudut pandang seseorang kepada satu


Negara dan memandangnya sebagai satu kesatuan,Wawasan kebangsaan juga
menjadi konsep yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain.
Titik Penting Dalam Sejarah Indonesia

1. Perkumpulan Budi Utomo ( 20 Mei 1908)


2. Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda (25 Oktober 1908)
3. Kongres Pemuda I (30 April 1928)
4. Kongres Pemuda II (27-28 Oktober 1925)
5. Pembentukan BPUPKI ( 1 Maret 1945)
6. Pembentukan PPKI (7 Agustus 1945 )

Konsensus Dasar Negara


a. Pancasila
Sebelum lahirnya Indonesia, masyarakat yang menempati
kepulauan yang sekarang menjadi wilayah geografis Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dikenal sebagai masyarakat religius dengan
pengertian mereka adalah masyarakat yang percaya kepada Tuhan,
sesuatu yang memiliki kekuatan yang luar biasa mengatasi kekuatan
alam dan manusia. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai kepercayaan
dan agama-agama yang ada di Indonesia antara kira-kira tahun 2000 SM
zaman Neolitikum dan Megalitikum. Antara lain berupa “Menhir” yaitu
sejenis tiang atau tugu dari batu, kubur batu, punden berundakundak
yang ditemukan di Pasemah pegunungan antara wilayah wilayah
Palembang dan Jambi, di daerah Besuki Jawa Timur, Cepu, Cirebon,
Bali dan Sulawesi. Menhir adalah tiang batu yang didirikan sebagai
ungkapan manusia atas zat yang tertinggi, yang Tunggal atau Sesuatu
Yang Maha Esa yaitu Tuhan.
b. Bhineka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa dilontarkan
secara lebih nyata masa Majapahit sebenarnya telah dimulai sejak masa
Wisnuwarddhana, ketika aliran Tantrayana mencapai puncak tertinggi
perkembangannya, karenanya Narayya Wisnuwarddhana didharmakan
pada dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu (Candi Jago)
bersifat Buddha. Juga putra mahkota Kertanegara (Nararyya Murddhaja)
ditahbiskan sebagai JINA = Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra.
Inilah fakta bahwa Singhasari merupaakn embrio yang menjiwai
keberadaan dan keberlangsungan kerjaan Majapahit. Perumusan
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu Tantular
pada dasarnya adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam paya
mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan, sehubungan
dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu. Di kemudian
hari, rumusan 15 tersebut telah memberikan nilai-nilai inspiratif
terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan, dan bahkan
telah berhasil menumbuhkan rasa dan semangat persatuan masyarakat
indonesia. Itulah sebab mengapa akhirnya Bhinneka Tunggal Ika –
Kakawin Sutasoma (Purudasanta) diangkat menjadi semboyan yang
diabadikan lambang NKRI Garuda Pancasila.
c. UUD 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei
sampai 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada masa itu Ir Soekarno
menyampaikan gagasan dasar pembentukan negara yang beliau sebut
Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia BPUPKI pada
siang perdana mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga
tanggal 1 Juni 1945.
d. NKRI
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak
dapat dipisahkan dari persitiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945, karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia
berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar
(bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Apabila ditinjau dari sudut hukum tata
negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang lahir pada
tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat
saat itu Negara Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian memiliki
unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya
tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya 16
negara yaitu berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat
Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk
negara. Disamping itu
Bela Negara
1. Tahu : Teori/Sejarah
2. Mau : Semangat
3. Mampu : Implementasi

Agresi Militer II Belanda yang berhasil meguasai Ibukota


Yogyakarta dan menwawan Soekarno Hatta tidak meluruhkan semangat
perjuangan Bangsa Indonesia. Perjuangan untuk mempertahankan
kemerdekaan dilaksanakan baik dengan hard power (perang gerilya)
maupun soft power (0emerintahan darurat) di Kota Buktinggi. Yang
menjadi sejarah Bela Negara, Semua Negara dan bangsa memiliki
ancamannya masing-masing, termasuk Indonesia sehingga dibtuhkan
kewaspadaan dini untuk mencegah potensi ancaman menjadi ancaman.
Dengan sikap dan perilaku yang didasarkan pada kesadaran bela Negara
dan diaktualisasikan oleh ASN tujuan nasional dapat tercapai..

NILAI DASAR BELA NEGARA

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang


Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7
Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi : a. cinta tanah air; b. sadar
berbangsa dan bernegara; 26 c. setia pada Pancasila sebagai ideologi
negara; d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan e. kemampuan
awal Bela Negara. Dari ulasan sejarah pergerakan kebangsaan dan sejarah
bela Negara terlihat bahwa nilai-nilai dasar bela Negara bukanlah nilai-
nilai kekinian, namun nilai-nilai yang diwariskan generasi pendahulu
sejak era pergerakan nasional hingga era mempertahankan kemerdekaan.
Ancaman yang dihadapi generasi pendahulu jelas berbeda dengan
ancaman yang kini harus dihadapi oleh bangsa dan Negara Indonesia.
Kesadaran Bela Negara ditumbuhkan dari kecintaan pada Tanah Air
Indonesia, tanah tumpah darah yang menjadi ruang hidup bagi warga
Negara Indonesia. Tanah dan air, merupakan dua kata yang merujuk pada
kepulauan Nusantara, rangkaian kepulauan yang menjadikan air (lautan)
bukan sebagai pemisah namun justru sebagai pemersatu dalam wilayah
yurisdiksi nasional. Tanah Air yang kaya akan sumber daya alam, indah
dan membanggakan sehingga patut untuk disyukuri dan dicintai. Dari
cinta tanah air-lah berawal tekad untuk menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman. Kesadaran Bela
Negara mulai dikembangkan dengan sadar sebagai bagian dari bangsa dan
Negara. Bangsa yang majemuk, bangsa yang mendapatkan
kemerdekaannya bukan karena belas kasihan atau pengakuan dari bangsa-
bangsa penjajah, namun direbut dengan segala pengorbanan seluruh
rakyat, mulai dari pengorbanan harta, hingga pengorbanan jiwa dan raga.
Dari kecintaan pada tanah air, dikembangkan keinginan yang kuat untuk
berbuat yang terbaik untuk negeri. Sadar menjadi bagian dari bangsa dan
Negara akan mendorong pada tekad, sikap dan perilaku untuk menjadi
warga Negara yang baik, yang patuh dan taat pada hukum dan norma-
norma yang berlaku. Kepentingan pribadi, kelompok atau golongan harus
diletakkan di bawah kepentingan bangsa dan Negara. Dengan demikian,
bangsa dan Negara ini akan terus berjalan menuju cita-cita dan tujuan
nasionalnya. Sikap dan perilaku yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan prasyarat utama dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara.
ANCAMAN
Yang dimaksud dengan ancaman pada era reformasi diartikan
sebagai sebuah kondisi, tindakan, potensi, baik alamiah atau hasil suatu
rekayasa, berbentuk fisik atau non fisik, berasal dari dalam atau luar
negeri, secara langsung atau tidak langsung diperkirakan atau diduga atau
yang sudah nyata dapat membahayakan tatanan serta kelangsungan hidup
bangsa dan negara dalam rangka pencapaian tujuan nasionalnya. Ancaman
adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari 23 dalam negeri
maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam
atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa. usaha dan
kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mengancam
seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara baik aspek ideologi,
politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun aspek pertahanan dan
keamanan. Dalam berbagai bentuk ancaman, peran kementerian/lembaga
Negara sangat dominan. Sesuai dengan bentuk ancaman dibutuhkan
sinergitas antar kementerian dan lembaga Negara dengan keterpaduan
yang mengutamakan pola kerja lintas sektoral dan menghindarkan ego
sektoral, dimana salah satu kementerian atau lembaga menjadi leading
sector, sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing, dibantu kementerian
atau lembaga Negara lainnya. Sebagai contoh : dalam menghadapi
ancaman bencana alam, Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(disingkat BNPB), sebagai leading sector sesuai dengan amanat Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan
dalam pelaksanaannya juga dibantu kementerian/lembaga lainnya.
Ancaman juga dapat terjadi dikarenakan adanya konflik kepentingan
(conflict of interest), mulai dari kepentingan personal (individu) hingga
kepentingan nasional. Benturan kepentingan di fora internasional, regional
dan nasional kerap kali bersimbiosis melahirkan berbagai bentuk
ancaman. Potensi ancaman kerap tidak disadari hingga kemudian
menjelma menjadi ancaman. Dalam konteks inilah, kesadaran bela Negara
perlu ditumbuhkembangkan agar potensi ancaman tidak

Landasan Kehidupan Berbangsa Bernegara


1. Bentuk Negara
2. Nilai Dasar Bela Negara
3. Lambang lambang Negara
Konstitusi atau UUD, bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut
UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002
(UUD 1945) ini merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum
tertinggi dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia. Maka dari itu, penyelenggaraan negara harus dilakukan untuk
disesuaikan dengan kebijakan penyelenggaraan negara yang berlandaskan
Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945.
Sarana Pemersatu dan identitas Negara
A) Bendera
Bendera NKRI adalah Sang Merah Putih.Bendera Negara Sang
Merah Putih berbentuk persegi empat dengan ukuran lebar 2/3 dari
panjang,Serta bagian atas berwarna Merah dan bagian bawah berwarna
putih.
B) Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang
digunakandi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam
Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang
dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa. Bahasa
Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana
pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah
dan antarbudaya daerah.) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara
berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan,
komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional,
transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media
massa.
C) Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang Negara Kesatuan
Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya
menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang
digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam memiliki paruh,
sayap, ekor, dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga
pembangunan. Garuda memiliki sayap yang masing- masing berbulu
17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu45.
D) Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yangselanjutnya disebut Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya.
Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Rayayang digubah oleh Wage
Rudolf Supratman.
KESIAP SIAGAAN BELA NEGARA

Kesiap siagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi
kerja yang beragam.Sedangkan konsep bela negara menurut kamus besar
bahasa Indonesia berasal dari kata bela yang artinya menjaga baik-baik,
memelihara, merawat, menolong serta melepaskan dari bahaya.

kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk


memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak
dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputi
pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan baris berbaris
dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel), tata tempat, dan tata
penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.

CPNS yang siap siaga adalah CPNS yang mampu meminimalisir


terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja.
Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik, maka CPNS akan mampu
mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik dari
dalam maupun dari luar

Perilaku kesiapsiagaan akan muncul bila tumbuh keinginan CPNS untuk


memiliki kemampuan dalam menyikapi setiap perubahan dengan baik.

MANFAAT KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik,
maka dapat diambil manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendirimaupun kelompok
dalam materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam
melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak
disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

Sifat dan Sasaran Pengembangan Kesiapsiagaan Jasmani


Pengembangan kesiapsiagaan jasmani pada prinsipnya adalah
dengan rutin melatih berbagai aktivitas latihan kebugaran dengan
caramengoptimalkan gerak tubuh dan organ tubuh secara optimal. Oleh
karena itu sifat kesiapsiagaan jasmani sebagaimana sifat organ tubuh
sebagai sumber kesiapsiagaan dapat dinyatakan, bahwa:
1) Kesiapsiagaan dapat dilatih untuk ditingkatkan.
2) Tingkat kesiapsiagaan dapat meningkat dan/atau menurun dalam
periode waktu tertentu, namun tidak datang dengan tiba-tiba (mendadak).
3) Kualitas kesiapsiagaan sifatnya tidak menetap sepanjang masa dan
selalu mengikuti perkembangan usia.
4) Cara terbaik untuk mengembangkan kesiapsiagaan dilakukan dengan
cara melakukannya.Sasaran latihan kesiapsiagaan jasmani adalah
mengembangkan dan/atau memaksimalkan kekuatan fisik, dengan melatih
kekuatan fisik akan dapat menghasilkan:
a) Tenaga (Power). Kemampuan untuk mengeluarkan tenaga secara
maksimal disertai dengan kecepatan.
b) Daya tahan (endurance). Kemampuan melakukan pekerjaan berat
dalam waktu lama.
c) Kekuatan (muscle strength). Kekuatan otot dalam menghadapi tekanan
atau tarikan.
d) Kecepatan (speed). Kecepatan dalam bergerak,
e) Ketepatan (accuracy). Kemampuan untukmenggerakkan anggota tubuh
dengan kontrol yangtinggi.
f) Kelincahan (agility). Kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh
dengan lincah.
g) Koordinasi (coordination). Kemampuanmengkoordinasikan gerakan
otot untuk melakukansesuatu gerakan yang kompleks.
h) Keseimbangan (balance). Kemampuan melakukankegiatan yang
menggunakan otot secara berimbang.
i) Fleksibilitas (flexibility). Kemampuan melakukanaktivitas jasmani
dengan keluwesan dalammenggerakkan bagian tubuh dan persendian

KESIAPSIAGAN BELA NEGARA DALAM LATSAR


kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk pemahaman
konsep yang disertai latihan dan aktvitas baik fisik maupun mental
untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi
dan menjutkan cita cita kemerdekaan. Adapun berbagai bentuk
kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk
memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah
tindak dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya
meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan
baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel),
tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai
peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Aplikasi kesiapsiagaan
Bela Negara dalam Latsar CPNS selanjutnya juga termasuk pembinaan
pola hidup sehat disertai pelaksanaan kegiatan pembinaan dan latihan
ketangkasan fisik dan pembinaan mental lainnya yang disesuaikan dan
berhubungan dengan kebutuhan serta ruang lingkup pekerjaan, tugas,
dan tanggungjawab, serta hak dan kewajiban PNS di berbagai lini dan
sektor pekerjaan yang bertugas diseluruh 10 | K e s i a p s i a g a a n B
N wilayah Indonesia dan dunia. Selain hal tersebut diatas, pelaksanan
kesiapsiagaan bela negara PNS dalam modul ini juga akan memberikan
pembinaan, pemahaman, dan sekaligus praktek latihan aplikasi dan
impelementasi wawasan kebangsaan dan analisis stratejik yang
meliputi analisis inteilijen dasar dan pengumpulan keterangan yang
akan sangat berguna dalam berbagai permasalahan yang sering terjadi
di lingkungan birokrasi, baik permasalahan yang sifatnya internal
maupun eksternal.

KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA


Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki
kemampuan awal bela negara, baik secara fisik maupun non fisik.
Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan
(kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan
rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika,
etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung
nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat. Dengan demikian,
maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela
negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan
jasmani maupun mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket,
moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Oleh karena itu dalam Bab III ini sebagai wujud bahwa kita memiliki
kemampuan awal bela negara, maka kita akan membahas tentang
Kesehatan Jasmani dan Mental; Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental;
Etika, Etiket dan Moral; serta Kearifan Lokal.

Kesiapsiagaan Mental
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami
kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik
tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri
dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat. Sasaran
latihan kesiapsiagaan mental adalah dengan mengembangkan dan/atau
memaksimalkan kekuatan mental dengan memperhatikan modal insani, diantaranya
adalah modal intelektual, modal emosional, modal sosial, modal ketabahan, dan
modal etika/moral.

Pengaruh Kesiapsiagaan Mental


Cara menentukan pengaruh mental memang tidak mudah, karena mental
tidak dapat dilihat, diraba atau diukur secara langsung. Manusia hanya dapat
melihat bekasnya dalam sikap, tindakan dan cara seseorang dalam menghadapi
persoalan. Ahli jiwa mengatakan bahwa pengaruh mental itu dapat dilihat pada
perasaan, pikiran, kelakuan, dan kesehatan
Moral
Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan
istilah dari bahasa Latin. Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal
kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-
masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita
membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’
sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti
yaitu kebiasaan, adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata
‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’
dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin (Kanter dalam Agoes dan
Ardana, 2011). 106 | K e s i a p s i a g a a n B N Jadi bila kita mengatakan bahwa
perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan
orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam
masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat,
artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak
baik. Selanjutnya, ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang
pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara
tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik
buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas
dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Prinsip Kearifan Lokal
Kearifan lokal yang melekat pada setiap bangsa di dunia ini mengandung
nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat; apakah dari
satusukuataugabunganbanyak suku di daerah tempat tinggal suatu bangsa. Lebih
lanjut, kearifan lokal memiliki prinsip- prinsip sebagai berikut: a. Bentuk kearifan
lokal dapat berupa gagasan, ide, norma, nilai, adat, benda, alat, rumah tinggal,
tatanan masyarakat, atau hal lainnya yang bersifat abstrak atau konkrit; sebagai
hasil dari budi pekerti pengetahuan, keterampilan dan sikap mulia manusia di
suatu daerah. b. Segala bentuk kearifan lokal yang dihasilkan oleh manusia
mengandung nilai kebaikan dan manfaat yang 109 | K e s i a p s i a g a a n B N
diwujudkan dalam hubungannya dengan lingkungan alam, lingkungan manusia
dan lingkungan budaya di sekitarnya; di tempat manusia itu hidup; c. Kearifan
lokal yang sudah terbentuk akan berkembang dengan adanya pengaruh kegiatan
penggunaan, pelestarian, dan pemasyarakatan secara baikdanbenar
sesuaiaturanyang berlaku di lingkungan manusia itu berada; d. Kearifan lokal
dapat sirna seiring dengan hilangnya manusia atau masyarakat yang pernah
menggunakannya, sehingga tidak lagi dikenal kearifan lokal tersebut; atau karena
adanya pengalihan dan penggantian bentuk kearifan lokal yang ada dengan hal-hal
baru dalam suatu lingkungan manusia yang pernah menggunakannya; e. Kearifan
lokal memiliki asas dasar keaslian karya karena faktor pembuatan oleh manusia
setempat dengan pemaknaan bahasa setempat, kegunaan dasar di daerah setempat,
dan penggunaan yang massal di daerah setempat. f. Kearifan lokal dapat berupa
pengembangan kearifan yang berasal dari luar namun telah diadopsi dan diadaptasi
sehingga memiliki ciri baru yang membedakannya dengan kearifan aslinya serta
menunjukkan ciri-cirilokal.
Urgensi Kearifan Lokal
Keberadaan bentuk-bentuk kearifan lokal bagi masyarakat setempat
yangmembuatnya adalah identitas atau jati diri bagi mereka; yang tidak dimiliki
oleh masyarakat lain dalam wujud yang mutlak sama persisnya; baik jika ditinjau
110 | K e s i a p s i a g a a n B N dari dimensi bahasa, tempat pembuatan, nilai
manfaat dan penggunaan bentuk kearifan lokal itu di dalam lingkungan
masyarakat. Suatu tatanan dalam masyarakat tidak mungkin tidak memiliki
kearifan lokal selayaknya jati dirinya sendiri. Demikian pula dengan bangsa yang
besar seperti Indonesia, ada jati diri bangsa yang dihasilkan dari jati diri seluruh
suku yang ada di dalam bangsa Indonesia. Hal tersebut tidak mudah dan tidak bisa
ditiru oleh bangsa lain untuk diakui sebagai bentuk kearifan lokal bangsa lain
tersebut. Analisis urgensi kearifan lokal dapat dibedakan atas skala makro dan
skala mikro. Kearifan lokal skala makro merupakan analisis dalam kontek negara
dalam tataran internasional. Pernyataan yang berbunyi “bahwa kemerdekaan
adalah hak segala bangsa...” dan “...turut menciptakan perdamaian dunia...” yang
termaktub di dalam pembukaan UUD NRI 1945 merupakan kearifan lokal yang
bernilai universal khas bangsa Indonesia. Adapun kearifan lokal skala mikro
merupakan analisis urgensi dalam kontek wilayah dalam satu negara. Kearifan
lokal dalam konteks mikro yang dimiliki bangsa Indonesia tidak hanya
dimanfaatkan dalam perang melawan penjajah, tetapi juga telah terbukti menjadi
sarana pembentukan bangsa. Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa sebagai
esensi Sumpah Pemuda yang dinyatakan pada tanggal 28 Oktober 1928
merupakan kearifan lokal dalam tataran nasional. Sumpah tersebut sarat dengan
kearifan lokal, terutama kesadaran, keikhlasan, dan komitmen untuk
mengutamakan persatuan dan kesatuan daripada kepentingan individu, kelompok,
suku, golongan dan kerajaan. Dengan demikian Sumpah pemuda yang dibangun
dalam suasana kebatinan didasarkan pada kearifan lokal, kemudian tumbuh
kembang menjadi keunggulan lokal. Hasilnya, sumpah pemuda telah menjelma
menjadi senjata non fisik sebagai salah satu modalitas memproklamasikan
kemerdekaannya sebagai bangsa yang besar dan berdaulat pada tanggal 17
Agustus 1945. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
menjaga dan melestarikan kearfian lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri
bangsa yang luhur dan terhormat tersebut merupakan sesuatu hal yang tidak bisa
terbantahkan lagi sebagai salah satu modal yang kita miliki untuk melakukan bela
negara.
ANALISIS ISU KONTEMPORER

Konsep Perubah
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian
dari perjalanan peradaban manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan
lingkungan strategis, sebaiknya perlu diawali dengan memahami apa itu
perubahan, dan bagaimanakonsep perubahan dimaksud

Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan


Lingkungan Strategis
Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam
konsep modal manusia (human capital concept). Konsep ini pada intinya
menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal yang tercermin
dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide)kreativitas, keterampilan, dan
produktivitas kerja. Ada enam modal manusia menurut (ancok, 2002), yaitu
sebagai berikut:
- Modal Intelektual
Modal intelektual (Bahasa Inggris: intellectual capital) adalah
suatu istilah yang memiliki berbagai definisi dalam teori-
teori ekonomi yang berbeda. Karenanya, satu-satunya definisinya yang
paling netral adalah suatu debat mengenai "aktiva tak berwujud"
(intangibles) dalam ekonomi dan asumsi modal yang
menciptakan kekayaan intelektual. Jenis modal ini jarang atau tak pernah
muncul dalam praktik akuntansi.Istilah ini terutama dipergunakan oleh
ahli teori dalam teknologi informasi, riset inovasi, transfer teknologi, dan
bidang-bidang lain yang terutama menyangkut teknologi, standar,
dan modal ventura. Populer pada periode 1995-2000, istilah ini terutama
digunakan oleh teori-teori untuk menjelaskan "dotcom boom" dan valuasi
tinggi yang terjadi pada saat itu.Menurut Cut Zurnali (2008), istilah modal
intektual (intellectual capital) digunakan untuk semua yang merupakan
asset dan sumberdaya non-tangible atau non-physical dari sebuah
organisasi, yaitu mencakup proses, kapasitas inovasi, pola-pola, dan
pengetahuan yang tidak kelihatan dari para anggotanya dan jaringan
koloborasi serta hubungan organisasi. Intellectual capital juga
didefinisikan sebagai kombinasi dari sumberdaya-sumberdaya intangible
dan kegiatan-kegiatan yang membolehkan organisasi mentransformasi
sebuah bundelan material, keuangan dan sumberdaya manusia dalam
sebuah kecakapan sistem untuk menciptakan stakeholder value.
- Modal Emosional
Goldman menggunakan istilah Emotional Intelligence untuk
menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola
emosi diri sendiri, serta memahami emosi orang lain agar dia dapat
mengambil tindakan yang sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain. Ada
empat dimensi dari kecerdasan emosional yakni (Bradberry & Greaves,
2005)
a. Self-Awareness
b. Self Management
c. Social Awareness
d. Relationship Management
- Modal Sosial
Istilah modal sosial (social capital) sudah lama muncul dalam literatur.
Istilah ini pertama kali muncul di tahun 1916 di saat ada diskusi tentang
upaya membangun pusat pembelajaran masyarakat (Cohen & Prusak,
2001). Konsep modal sosial diangkat kepermukaan sebagai wacana ilmiah
oleh James S. Coleman (1990). Pembahasan tentang konsep modal sosial
oleh Putnam (1993) yang menggambarkan kualitas kehidupan masyarakat
Amerika yang makin menurun dalam hal kelekatan antar sesama warga.
Konsep ini terdapat dalam dua buku yang ditulis oleh Francis Fukuyama
(1995, 2000). Yang pertama adalah Trust: The Social Virtues and the
Creation of Prosperity yang terbit tahun 1995. Kemudian diikuti oleh buku
yang kedua yaitu dengan judul The Great Depression: Human Nature and
the Reconstitution of Social Order yang diterbitkan di tahun 2000. Di
samping tulisan Fukuyama, buku tulisan Robert Putnam yang berjudul
Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community yang
terbit tahun 2000 juga menjadi pedoman pembahasan terhadap konsep
modal sosial. Selain itu muncul berbagai artikel jurnal yang membahas
topik tersebut dengan mengajukan berbagai pendapat tentang apa yang
dimaksud dengan modal sosial. Adler & Kwon (2002) menyajikan review
yang baik berisikan berbagai pandangan pakar tentang modal sosial.
Munculnya berbagai tulisan tentang modal sosial adalah suatu respon
terhadap semakin merenggangnya hubungan antar manusia., dan semakin
melemahnya ketidakpedulian terhadap sesama manusia.
- Modal Ketabahan
Konsep modal ketabahan berasal dari pandangan Paul G. Stoltz yang ditulis
dalam buku Adversity Quotient: Turning Obstacles into Opportunities
( 1997). Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, apakah itu
kehidupan pribadi ataukah kehidupan sebuah organsanisasi . Khususnya di
saat menghadapi kesulitan, atau problem yang belum terpecahkan hanya
mereka yang tabah yang akan berhasil menyelesaikannya. Demikian pula
bila seuah perusahaan sedang dilanda kesulitan karena tantangan berat yang
dihadapinya karena kehadiran perubahan lingkungan yang membuat cara
kerja lama tidak lagi memadai.
Berdasarkan perumpamaan pada para pendaki gunung, Stoltz membedakan
tiga tipe manusia, quitter, camper dan climber. Tipe pendaki gunung yang
mudah menyerah dinamainya dengan quitter yakni orang yang bila
berhadapan dengan masalah memilih untuk melarikan diri dari masalah dan
tidak mau menghadapi tantangan guna menaklukkan masalah. Orang
seperti ini akan sangat tidak efektif dalam menghadapi tugas kehidupan
yang berisi tantangan. Demikian pula dia tidak efektif sebagai pekerja
sebuah organisasi bila dia tidak kuat.
- Modal Etika/Moral
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan sangat
tergantung pada sejauh mana perusahaan berpegang pada prinsip etika
bisnis di dalam kegiatan bisnis yang dilakukannya. Untuk berperilaku
sesuai dengan kaidah etik perusahaan memiliki berbagai perangkat
pendukung etik, yang salah satunya adalah manusia yang memiliki moral
yang tidak berperilaku yang melanggar etik. Kehancuran dan kemunduran
berbagai perusahaan besar di USA seperti Enron (perusahaan listrik
terbesar), dan Arthur Anderson (perusahaan konsultan keuangan yang
beroperasi di seluruh dunia) disebabkan oleh perilaku bisnis yang
melanggar etika bisnis. 
- Modal Kesehatan
Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua modal
di atas. Badan yang tidak sehat akan membuat semua modal di atas tidak
muncul dengan maksimal. Oleh karena itu kesehatan adalah bagian dari
modal manusia agar dia bisa bekerja dan berpikir secara produktif. Stephen
Covey (1986) dalam buku yang berjudul “Seven Habits of Highly Effective
People”, mengatakan bahwa kesehatan adalah bagian dari kehidupan yang
harus selalu dijaga dan ditingkatkan kualitasnya sebagai pendukung
manusia yang efektif. Bila badan sedang sakit semua sistim tubuh kita
menjadi terganggu fungsinya, akibatnya kita jadi malas berfikir dan berbuat
(modal intelektual) , dan seringkali emosi (modal emosional) kita mudah
terganggu kestabilannya, dan seringkali kita mudah menyerah menghadapi
tantangan hidup (modal ketabahan). Selain itu semangat untuk berinteraksi
dengan orang lain (modal sosial) dengan orang lainpun menjadi berkurang.
Jadi kesehatan merupakan sesuatu yang harus dijaga kestabilannya karena
apabila kesehatan tidak stabil maka akan mempengaruhi tingkat kinerja dan
produktivitas seseorang.
ISU-ISU KONTEMPORER
- Korupsi
- Narkoba
- Terorisme dan Radikalisme
- Money Laundring
- Proxy war
- Kejahatan Mass Communication
TEKNIK ANALISIS ISU
A) Memahami Isu Kritikal
Pemahaman tentang isu kritikal, sebaiknya perlu diawali dengan
mengenal pengertian isu. Secara umum isu diartikan sebagai suatu
fenomena/kejadian yang diartikan sebagai masalah, sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang dikedepankan untuk
ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya;
kabar angin; desas desus. Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga
kelompok berbeda berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu
1. Isu saat ini (current issue)
2. Isu berkembang (emerging issue), dan
3. Isu potensial.
Masing-masing jenis isu ini memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari
perspektif urgensi atau waktu maupun analisis dan strategi dalam
menanganinya. Pendekatan lain dalam memahami apakah isu yang dianalisis
tergolong isu kritikal atau tidak adalah dengan melakukan “issue scan”, yaitu
teknik untuk mengenali isu melalui proses scanning untuk mengetahui sumber
informasi terkait isu tersebut sebagai berikut:
1. Media scanning, yaitu penelusuran sumber-sumber informasi isu dari media
seperti surat kabar, majalah, publikasi, jurnal profesional dan media lainnya yang
dapat diakses publik
secara luas.
2. Existing data, yaitu dengan menelusuri survei, polling atau
dokumen resmi dari lembaga resmi terkait dengan isu yang
sedang dianalisis.
3. Knowledgeable others, seperti profesional, pejabat
pemerintah, trendsetter, pemimpin opini dan sebagainya
4. Public and private organizations, seperti komisi independen,
masjid atau gereja, institusi bisnis dan sebagainya yang
terkait dengan isu-isu tertentu
5. Public at large, yaitu masyarakat luas yang menyadari akan
satu isu dan secara langsung atau tidak langsung terdampak
dengan keberadaan isu tersebut.

B) Teknik-Teknik Analisis Isu


1. Teknik Tapisan Isu
Setelah memahami berbagai isu kritikal yang dikemukakan
di atas, maka selanjutnya perlu dilakukan analisis untuk
bagaimana memahami isu tersebut secara utuh dan kemudian
dengan menggunakan kemampuan berpikir konseptual dicarikan
alternatif jalan keluar pemecahan isu.
2.Teknik Analisis Isu
Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan, selanjutnya
dilakukan analisis secara mendalam isu yang telah memenuhi kriteria AKPK atau
USG atau teknik tapisan lainnya dengan menggunakan alat bantu dengan teknik
berpikir kritis, misalnya menggunakan system berpikir mind mapping, fishbone,
SWOT, tabel frekuensi, analisis kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya
menerapkan kemampuan berpikir hubungan sebab-akibat untuk menggambarkan
akar dari isu atau permasalahan, aktor dan peran aktor, dan alternatif pemecahan
isu yang akan diusulkan.

C) Tahap Analisis Swot


- Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, data yang diperoleh dapat dibedakan
menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal
- Tahap Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi strategis, tahap selanjutnya adalah
memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif
perumusan strategi. Pada studi ini, model yang dipergunakan Matriks Matriks
SWOT atau TOWS dan Matriks Internal Eksternal
- Tahap Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan apabila telah melihat hasil dari
analisis yang dilakukan dengan salah satu teknik yang dipilih di atas.

Anda mungkin juga menyukai