Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PEMBAHASAN

Pada hari jum’at tanggal 4 maret 2022 telah dilaksanakan penilitian tentang Pengaruh
Latihan HIIT (High Intensity Interval Training) Terhadap Kadar Leukosit Pada Atlet Lari
Jarak Jauh PASI Kota Malang. Dalam penelitian tersebut diikuti sebanyak 8 orang peserta
sebagai sampel dengan rata-rata umur atlet adalah 19-21 tahun yang terdaftar sebagai atlet
aktif PASI Kota Malang yang masih mengikuti kejuaraan. Sebelum menjadi sampel
penelitian, seluruh atlet masih dalam pembinaan PASI Kota Malang sebagai persiapan untuk
event Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) VII Jawa Timur yang dilaksanakan pada tanggal
25 Juni – 3 Juli 2022 (Koni Jatim, 2022). Latihan HIIT (High Intensity Interval Training)
merupakan salah satu metode latihan intensitas tinggi yang mengkombinasikan latihan
aerobik dan anaerobik dalam durasi yang cepat dengan disertai istirahat yang singkat.
Pendapat lain menyatakan HIIT adalah latihan yang terdiri dari gerakan berulang intensitas
tinggi yang cepat dengan diselingi istirahat yang singkat (Laursen & Buchheit, 2019). Latihan
dapat bermanfaat jika dilakukan dengan porsi dan intensitas yang cukup dan terukur.

Latihan yang tidak dilakukan secara cukup dan terukur dapat menyebabkan
peningkatan radikal bebas pada tubuh seseorang. Karena dalam mekanismenya radikal bebas
terbentuk karena setiap sel dalam tubuh mengalami proses metabolisme. Sisa dari hasil
metabolisme tersebut disebut radikal bebas. Hal ini ditandai dengan pembentukan Reactive
Oxygen Species (ROS). Radikal bebas dapat terbentuk melalui sinar ultraviolet, radiasi serta
aktivitas fisik (Berawi & Agverianti, 2017). Radikal bebas yang tinggi dapat menyebabkan
stress oksidatif dalam tubuh. stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara
oksidan dan antioksidan. Stress oksidatif erat hubungannya dengan proses inflamasi sistemik,
proliferasi sel endotel, apoptosis, serta vasokonstriks. Saat tubuh mengalami stress oksidatif
maka dengan cepat tubuh memberikan reaksi yaitu meningkatkan kekebalan tubuh agar tidak
terjadi kerusakan pada sel yang lebih parah. Peningkatan kekebalan tubuh tersebut
disebabkan oleh meningkatnya kadar leukosit atau sel darah putih.

Leukosit merupakan salah satu bagian dalam darah yang berfungsi sebagai pertahanan
tubuh. Sistem pertahanan tubuh ini dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di dalam
jaringan limfe (Yuliarto, 2008). Pada keadaan normal sel leukosit dapat berkisar antara 4000-
11000 Sel/mm3. Dalam jurnal lainnya kadar leukosit normal berkisar antara 5000-10000
Sel/mm3 Dalam mekanisme pembentukan sistem pertahanan tubuh atau sistem imunitas.
Imunitas tubuh dapat meningkat jika seseorang melakukan aktifitas fisik atau olahraga
dengan intensitas yang sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Ini sesuai dengan pendapat
Yuliarto (2008) bahwasannya latihan fisik yang dilakukan selama kurang lebih 30-60 menit
sehari dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh seseorang. Bahkan WHO juga
merekomendasikan untuk melakukan latihan fisik selama 150-300 menit intensitas sedang
atau 75-150 menit intensitas tinggi per hari untuk meningkatkan kekebalan tubuh serta
menurunkan risiko terkena penyakit.

Pada masa pembinaan, seluruh atlet PASI Kota Malang sudah mengikuti pelatihan
selama kurang lebih satu tahun lebih. Tentunya seluruh program latihannya, mulai dari
volume, periode, fase dan intensitas sudah ditentukan sedemikian rupa sesuai dengan
kemampuan masing-masing atlet. Hal ini tentunya juga berpengaruh pada kadar leukositnya.
Dalam tes yang dilakukan sebelum perlakuan HIIT rerata kadar leukositnya sebesar 5,375
Sel/mm3, hal ini menunjukkan kadar leukosit seluruh atlet lari jarak jauh PASI Kota Malang
berada dalam kadar normal. Setelah dilakukan perlakuan HIIT dengan program latihan lari
cepat selama 2 menit dan berjalan 2 menit dengan repetisi sebanyak 10 kali dihasilkan kadar
leukosit memiliki rerata 6,687 Sel/mm3. Ini menunjukkan bahwa latihan HIIT berpengaruh
terhadap peningkatan kadar leukosit pada atlet lari jarak jauh PASI Kota Malang. Pengukuran
kadar leukosit dalam penelitian ini menggunakan alat Hemacytometer Analyzer yang dibantu
oleh pihak laboratorium patologi klinik Universitas Brawijaya. Hal ini sependapat dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irianti, (2008) bahwa latihan fisik intensitas
sedang selama 30 menit yang dilakukan terhadap orang tidak terlatih dapat berpengaruh
signifikan pada jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit sesaat setelah dilakukan latihan
fisik. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan Wahyudi, et al (2019) tentang
survey kadar leukosit pada atlet karate kota malang, dalam penelitian tersebut dijelaskan
bahwa latihan intensitas tinggi yang dilakukan secara terus-menerus dapat meningkatkan
kadar leukosit secara signifikan, dimana peningkatan ini disebabkan oleh radikal bebas yang
meningkat yang dapat mengakibatkan peningkatan risiko cedera pada atlet. Setelah dilakukan
uji deskriptif untuk mengelompokkan hasil yang didapat maka dilanjutkan untuk uji
normalitas data sebagai prasyarat dalam uji hipotesis yaitu menggunakan uji-T (paired
sample T-test). Dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-
wilk karena sampel penelitianyang digunakan kurang dari 50 sampel (<50). Pada uji Shapiro
Wilk memiliki ketentuan jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (p = >0,05) maka data
berdistribusi normal. Dan jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p = <0,05) maka data
tidak berdistribusi normal. Dalam uji normalitas kali ini didapatkan nilai signifikan sebelum
latihan (Pretest) yaitu 0,202. Nilai signifikan data sebelum latihan lebih dari 0,05 maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan untuk nilai data setelah
latihan (Post test) didapatkan yaitu sebesar 0,215. Nilai signifikan data setelah latihan lebih
dari 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi normal.

Jika uji normalitas data sudah dilakukan dan data berdistribusi normal maka dapat
dilakukan uji selanjutnya untuk menguji hipotesisnya yaitu menggunakan Uji T berpasangan
(Paired sample T-test). Dalam pengujian hipotesis menggunakan uji-T berpasangan
mempunyai ketentuan yaitu :

 Jika nilai signifikansi (2-tailed) < 0.05 menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara variabel awal dengan variabel akhir. Ini menunjukkan terdapat
pengaruh yang bermakna terhadap perbedaan perlakuan yang diberikan pada masing-
masing variabel.
 Nilai signifikansi (2-tailed) >0.05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara variabel awal dengan variabel akhir. Ini menunjukkan tidak terdapat
pengaruh yang bermakna terhadap perbedaan perlakukan yang diberikan pada
masing-masing variabel.
Dalam uji T nilai signifikansi ( 2- tailed) kedua variabel diperoleh hasil sebesar 0,085. Nilai
siginifkan uji-T lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan
terhadap kedua variabel sebelum dan sesudah latihan HIIT (High Intensity Interval Training).
Dari hasil Uji-T tersebut dapat ditarik kesimpulan latihan HIIT pada atlet lari jarak jauh tidak
berpengaruh signifikan terhadap kadar leukosit dikarenakan atlet sudah menjalani sesi latihan
untuk persiapan mengikuti kejuaraan pada event Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) VII
2022 Jawa Timur, dimana dalam penelitian sebelumnya latihan yang teratur dapat
meningkatkan kadar leukosit yang menjadikan kadar leukosit atlet lari jarak jauh dalam
ambang normal.

Anda mungkin juga menyukai