Program BK Kurtilas
Program BK Kurtilas
A. Rasional
Didalam konteks pendidikan nasional keberadaan pelayanan bimbingan dan
konseling telah memiliki legalitas yang kuat dan menjadi bagian yang terpadu dalam
sistem pendidikan nasional dengan diakuinya predikat konselor secara eksplisit
didalam Undang-undang No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Pada Bab 1 pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah tenaga
pendidik yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaswara, tutor, instruktor, fasilitator dan sebutan lain sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan” Pengakuan
legalitas profesi konselor ini sejalan dengan paradigma berfikir yang mengandung
konsep definisi pendidikan reposisi.
Kartadinata (2003) menjelaskan bahwa fokus kegiatan pendidikan tidak lagi
terletak sebatas kegiatan mengajar dengan mengutamakan peranan guru, melainkan
dengan sengaja melibatkan berbagai profesi pendidik, termasuk konselor untuk
menangani ragam aspek perkembangan dimensi belajar dengan menggunakan pola
relasi dan transaksi yang beragam pula.
Hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan menengah dituangkan dalam
peraturan pemerintah NO 29/1990 BAB X pasal 27 yang berbunyi :
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam
rangka upaya menemukan pribadi mengenai lingkungan dan merencanakan
masa depan.
2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Bimbingan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan memiliki
tanggung jawab yang cukup besar dalam pengembangan kualitas manusia Indonesia
yang telah diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional (UU No 20 tahun 2003)
yaitu : (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak
mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani
dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 1
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai
implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk
senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian
tujuan pendidikan tersebut.
Peran bimbingan juga dipertegas dalam PP No. 28 tahun 1990 mengenai
pendidikan menengah yang menegaskan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menentukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depannya”. Bimbingan diberikan oleh guru
pembimbing”.
Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah
pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok
agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya, layanan bimbingan dan konseling dapat digunakan
suatu pendekatan yaitu pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan
(Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling
komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan
konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan,
pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Pendekatan ini
menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personil sekolah, orang tua
peserta didik, dan pihak-pihak terkait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan
para ahli: psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan
di sekolah secara keseluruhan dalam upaya membantu para peserta didik agar dapat
mengembangkan atau mewujudkan potensi dirinya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang bermutu adalah
suatu proses yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian perkembangan diri
yang optimal. Hal ini karena peserta didik sedang berkembang ke arah kematangan
atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan
bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang
dirinya. Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik,
psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Apabila
perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 2
akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku peserta didik, seperti terjadinya
stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan
perilaku. Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan
tersebut dapat ditempuh dengan cara mengembangkan potensi peserta didik dan
memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar
kompetensi kemandirian. Hal tersebut senada dengan tujuan bimbingan dan konseling
secara umum, yakni membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi
yang dimilikinya secara optimal.
Dalam proses pendidikan, peserta didik sebagai subjek pendidikan tidak
terlepas dari berbagai permasalahan, diantaranya:
1. Masalah belajar, seperti motivasi belajar kurang, prestasi belajar rendah,
ketika menghadapi ujian, kesulitan dalam pengaturan belajar, dan
sebagainya.
2. Masalah keluarga, seperti masalah keluarga yang tidak harmonis, keluarga
retak, orang tua yang terlalu menuntut, menekan, otoriter, dan sebagainya.
3. Masalah sosial pribadi, seperti konflik dengan sesama peserta
didik maupun konflik dengan diri sendiri, penolakan diri, rendah diri dan
sebagainya.
4. Masalah karier, seperti penjurusan bidang studi, pekerjaan yang
diminati,dan sebagainya.
Kelas VIII-A
No Aspek Rata-rata
1 Landasan Hidup Religius 2,92
2 Kematangan Intelektual 2,96
3 Kematangan Emosional 3,04
4 Kemandirian Perilaku Ekonomis 3,21
5 Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita 3,25
6 Landasan Perilaku Etis 3,29
Kelas VIII-B
No Aspek Rata-rata
1 Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita 2,25
2 Kematangan Intelektual 2,80
3 Landasan Hidup Religius 3,88
4 Kesadaran Tanggung Jawab 3,33
5 Kemandirian Perilaku Ekonomis 3,40
6 Kematangan Emosional 3,45
7 Landasan Perilaku Etis 3,45
Kelas VIII-D
No Aspek Rata-rata
1 Landasan Perilaku Etis 2,98
2 Kematangan Intelektual 3,00
3 Landasan Hidup Religius 3,02
4 Peran Sosial Sebagai Pria atau Wanita 3,15
5 Kesadaran Tanggung Jawab 3,20
6 Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya 3,25
Kelas VIII-E
No Aspek Rata-rata
1 Kemandirian Perilaku Ekonomis 2,85
2 Landasan Hidup Religius 2,91
3 Kematangan Intelektual 3,06
4 Landasan Perilaku Etis 3,26
5 Kematangan Emosional 3,32
6 Peran Sosial Sebagai Pria dan Wanita 3,32
7 Wawasan dan Persiapan Karir 3,38
Kelas IX-A
No Aspek Rata-rata
1 Kesadaran Tanggung jawab 2,83
2 Kematangan Intelektual 3,07
3 Kemandirian Perilaku Etis 3,10
4 Kematangan Emosional 3,12
5 Landasan Hidup Religius 3,20
6 Peran Sosial Sebagai Pria dan Wanita 3,27
7 Wawasan dan Persiapan Karir 3,32
Kelas IX-B
No Aspek Rata-rata
1 Kemandirian Perilaku Etis 3,05
2 Kematangan Intelektual 3,13
3 Kemandirian Perilaku Ekonomis 3,15
4 Peran Sosial Sebagai Pria dan Wanita 3,23
5 Landasan Hidup Religius 3,27
6 Kesadaran Tanggung jawab 3,33
Kelas IX-D
No Aspek Rata-rata
1 Kemandirian Perilaku Ekonomis 2,97
2 Kematangan Intelektual 3,05
3 Landasan Hidup Religius 3,21
4 Kematangan Emosional 3,32
5 Kesadaran Tanggung Jawab 3,34
6 Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita 3,34
Kelas IX-E
No Aspek Rata-rata
1 Kematangan Emosional 2,72
2 Kematangan Intelektual 2,78
3 Landasan Hidup Religius 2,97
4 Landasan Perilaku Etis 3,06
5 Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita 3,16
6 Kemandirian perilaku Ekonomis 3,19
7 Kesadaran Tanggung Jawab 3,22
Dari visi dan misi SMP Sumatra 40 Bandung tersebut diatas maka dirumuskan
visi dan misi bimbingan dan konseling di SMP Sumatra 40 Bandung, yaitu :
Visi :
Misi :
C. Deskripsi Kebutuhan
Need Assessment di SMP Sumatra 40 diperoleh dari hasil pengolahan angket
dengan menggunakan ITP (inventori tugas perkembangan) pada semua kelas VIII
(delapan) dan IX (sembilan). Tugas perkembangan merupakan salah satu instrumen
yang dapat mengungkap perkembangan peserta didik, khususnya dalam
menyelesaikan tugas perkembangan peserta didik SMP yang meliputi aspek pribadi,
sosial, belajar dan karir.
Dapat dilihat bahwa di SMP Sumatra 40 Bandung pada keseluruhan kelas VIII
(delapan) dan IX (sembilan) diperoleh aspek terendah yaitu, landasan hidup religius,
landasan perilaku etis, kematangan emosional, kematangan intelektual, kesadaran
tanggung jawab, peran sosial sebagai pria atau wanita, kemandirian perilaku
ekonomis dan wawasan persiapan karir.
No Aspek Deskripsi Masalah Kebutuhan
1 Landasan Hidup Peserta didik meyakini bahwa Peserta didik menjadikan
D. Tujuan
Secara umum tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah menengah pertama
adalah memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi mereka secara
optimal. Pencapaian kemandirian dan perkembangan optimal meliputi suatu kondisi
dimana peserta didik mampu mengenal dan memahami diri, berani menerima
kenyataan diri, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem
nilai, melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
Selain tujuan-tujuan yang disebutkan diatas maka peserta didik harus dapat
memahami landasan hidup religius, landasan perilaku etis, kematangan emosi,
kematangan intelektual, kesadaran tanggung jawab, kesadaran gender, pengembangan
pribadi, wawasan dan kesiapan karir serta kematangan hubungan dengan teman
sebaya.
Dengan tersusunnya program kerja Bimbingan dan Konseling dapat
dikomunikasikan kepada guru BK sejawat, guru mata pelajaran dan staf sekolah
lainnya serta kepala sekolah untuk selanjutnya menjadi rambu-rambu kerjasama
antara guru BK dengan semua personal sekolah.
Dalam penyusunan program ini disesuaikan dengan kebutuhan nyata peserta
didik, lengkap dan menyeluruh (memuat segenap fungsi BK), disusun menurut uraian
logis, sinkron dan tidak tumpang tindih serta terbuka dan luwes, dapat
memungkinkan kerjasama dengan pihak terkait, dimungkinkan untuk melaksanakan
penilaian dan tindak lanjut.
E. Komponen Program
1. Layanan dasar
Layanan dasar dalam bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh
peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan
hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangannya. Isi layanan dasar
bimbingan adalah hal-hal umum yang perlu dikembangkan bagi seluruh peserta didik.
Layanan yang diberikan dalam program bersifat pengembangan (developmental
approach).
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 12
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP sepenuhnya memperhatikan
karakteristik, tujuan pendidikan, kurikulum, dan peserta didik di SMP. Sebagai
pelayanan yang lengkap dan menyeluruh, pelayanan Bimbingan dan Konseling di
SMP mencakup bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan
bimbingan karir.
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang di kembangkan
menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif bertujuan untuk mengintervensi masalah-masalah atau
kepedulian pribadi peserta didik yang muncul segera dan dirasakan saat itu,
berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan masalah pengembangan
pendidikan. Isi layanan responsif ini adalah hal-hal yang menjadi kepedulian peserta
didik dalam jangka pendek, yang terjadi, dirasakan saat ini yang perlu mendapat
intervensi bimbingan dan konseling. Layanan yang diberikan bersifat perbaikan
(kuratif approach).
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan
konseli. Masalah-masalah tersebut yang dialami oleh konseli secara umum adalah
sebagai berikut: (a) merasa cemas tentang masa depan, (b) merasa rendah diri, (c)
berperilaku impulsive, (d) membolos dari sekolah, (e) malas belajar, (f) kurang
memiliki kebiasaan belajar yang positif, (g) kurang bisa bergaul, (h) prestasi belajar
rendah, (i) malas beribadah, (j) masalah pergaulan bebas, (k) masalah tawuran, (l)
manajemen stress, (m) masalah dalam keluarga.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan cara
asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai teknik,
misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara,
observasi, daftar hadir konseli, leger, psikotes, dan daftar masalah konseli atau alat
ungkap masalah (AUM).
3. Perencanaan Individual
4. Dukungan sistem
Dukungan sistem berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan
secara menyeluruh melalui pengembangan professional, hubungan masyarakat dan
staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas,
manajemen program, penelitian dan pengembangan.
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar
penyelenggaraan pelayanan di atas. Sedangkan bagi personil pendidikan lainnya
adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah.
Dukungan sistem meliputi aspek-aspek:
1) Pengembangan Jejaring (networking)
G. Rencana Operasional
Rencana operasional berupa Action Plan yang di buat berdasarkan kebutuhan
pada masing-masing kelas. (Terlampir)
H. Pengembangan Tema/Topik
1. Layanan Orientasi
2. Layanan Informasi
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
4. Layanan Penguasaan Konten
5. Layanan Perorangan
6. Layanan Kelompok
7. Layanan Konsultasi
8. Layanan Mediasi
9. Layanan Advokasi
10. Layanan Pendukung Aplikasi Instrumentasi