Anda di halaman 1dari 25

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

DI SMP SUMATRA 40 BANDUNG


TAHUN AJARAN 2019/2020

A. Rasional
Didalam konteks pendidikan nasional keberadaan pelayanan bimbingan dan
konseling telah memiliki legalitas yang kuat dan menjadi bagian yang terpadu dalam
sistem pendidikan nasional dengan diakuinya predikat konselor secara eksplisit
didalam Undang-undang No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Pada Bab 1 pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah tenaga
pendidik yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaswara, tutor, instruktor, fasilitator dan sebutan lain sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan” Pengakuan
legalitas profesi konselor ini sejalan dengan paradigma berfikir yang mengandung
konsep definisi pendidikan reposisi.
Kartadinata (2003) menjelaskan bahwa fokus kegiatan pendidikan tidak lagi
terletak sebatas kegiatan mengajar dengan mengutamakan peranan guru, melainkan
dengan sengaja melibatkan berbagai profesi pendidik, termasuk konselor untuk
menangani ragam aspek perkembangan dimensi belajar dengan menggunakan pola
relasi dan transaksi yang beragam pula.
Hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan menengah dituangkan dalam
peraturan pemerintah NO 29/1990 BAB X pasal 27 yang berbunyi :
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam
rangka upaya menemukan pribadi mengenai lingkungan dan merencanakan
masa depan.
2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Bimbingan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan memiliki
tanggung jawab yang cukup besar dalam pengembangan kualitas manusia Indonesia
yang telah diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional (UU No 20 tahun 2003)
yaitu : (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak
mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani
dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 1
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai
implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk
senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian
tujuan pendidikan tersebut.
Peran bimbingan juga dipertegas dalam PP No. 28 tahun 1990 mengenai
pendidikan menengah yang menegaskan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menentukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depannya”. Bimbingan diberikan oleh guru
pembimbing”.
Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah
pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok
agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya, layanan bimbingan dan konseling dapat digunakan
suatu pendekatan yaitu pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan
(Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling
komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan
konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan,
pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Pendekatan ini
menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personil sekolah, orang tua
peserta didik, dan pihak-pihak terkait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan
para ahli: psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan
di sekolah secara keseluruhan dalam upaya membantu para peserta didik agar dapat
mengembangkan atau mewujudkan potensi dirinya. 
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang bermutu adalah
suatu proses yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian perkembangan diri
yang optimal. Hal ini karena peserta didik sedang berkembang ke arah kematangan
atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan
bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang
dirinya. Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik,
psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Apabila
perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 2
akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku peserta didik, seperti terjadinya
stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan
perilaku. Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan
tersebut dapat ditempuh dengan cara mengembangkan potensi peserta didik dan
memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar
kompetensi kemandirian. Hal tersebut senada dengan tujuan bimbingan dan konseling
secara umum, yakni membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi
yang dimilikinya secara optimal. 
Dalam proses pendidikan, peserta didik sebagai subjek pendidikan tidak
terlepas dari berbagai permasalahan, diantaranya:
1. Masalah belajar, seperti motivasi belajar kurang, prestasi belajar rendah,
ketika menghadapi ujian, kesulitan dalam pengaturan belajar, dan
sebagainya.
2. Masalah keluarga, seperti masalah keluarga yang tidak harmonis, keluarga
retak, orang tua yang terlalu menuntut, menekan, otoriter, dan sebagainya.
3. Masalah sosial pribadi, seperti konflik dengan sesama peserta
didik maupun konflik dengan diri sendiri, penolakan diri, rendah diri dan
sebagainya.
4. Masalah karier, seperti penjurusan bidang studi, pekerjaan yang
diminati,dan sebagainya.

Pengelolaan program bimbingan konseling yang baik merujuk pada pedoman


kurikulum dan akan lebih ideal jika dalam pelaksanaannya berdasarkan kondisi
objektif yang berkaitan dengan kebutuhan nyata di sekolah, sehingga program yang
dilaksanakan merupakan sebuah program bimbingan dan konseling yang realistik dan
layak untuk diimplementasikan. Rumusan sebuah program bimbingan konseling
didasarkan pada: temuan objektif dilapangan, analisis empirik yang ditinjau dari
analisis kebutuhan peserta didik yakni Inventori Tugas Perkembangan (ITP), Alat
Ungkap Masalah (AUM), Sosiometri, Analisis Hasil Belajar, penyesuaian program
berdasarkan visi dan misi sekolah, serta pelibatan personil pelaksana mitra. Dari
rumusan tersebut, diharapkan kebutuhan konseli dapat terakomodasi dan terfasilitasi
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. 

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 3


Pengakuan formal seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di
sekolah menengah pertama perlu dilaksanakan secara terprogram dan ditangani oleh
orang yang memiliki kemampuan untuk itu.
Maka dari itu, dibutuhkan suatu program bimbingan yang digunakan untuk
membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Adapun
sebelum disusunnya program bimbingan tersebut diperlukan need asesment terlebih
dahulu untuk mengetahui permasalahan belajar apa yang dihadapi peserta didik
sehingga nantinya program yang disusun dapat tepat sasaran.
Berikut ini adalah hasil pengolahan ITP (Inventori Tugas Perkembangan)
pada kelas VIII (delapan) dan IX (sembilan) SMP Sumatra 40 Bandung dilihat dari
hasil terendah pada tiap kelas:

Kelas VIII-A
No Aspek Rata-rata
1 Landasan Hidup Religius 2,92
2 Kematangan Intelektual 2,96
3 Kematangan Emosional 3,04
4 Kemandirian Perilaku Ekonomis 3,21
5 Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita 3,25
6 Landasan Perilaku Etis 3,29

Kelas VIII-B
No Aspek Rata-rata
1 Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita 2,25
2 Kematangan Intelektual 2,80
3 Landasan Hidup Religius 3,88
4 Kesadaran Tanggung Jawab 3,33
5 Kemandirian Perilaku Ekonomis 3,40
6 Kematangan Emosional 3,45
7 Landasan Perilaku Etis 3,45

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 4


Kelas VIII-C
No Aspek Rata-rata
1 Kematangan Emosional 2,66
2 Kematangan Intelektual 2,87
1 Landasan Hidup Religius 2,97
2 Landasan Perilaku Etis 3,03
3 Kesadaran Tanggung Jawab 3,18
4 Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita 3,45
5 Kematangan Hubungan Teman Sebaya 3,24

Kelas VIII-D
No Aspek Rata-rata
1 Landasan Perilaku Etis 2,98
2 Kematangan Intelektual 3,00
3 Landasan Hidup Religius 3,02
4 Peran Sosial Sebagai Pria atau Wanita 3,15
5 Kesadaran Tanggung Jawab 3,20
6 Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya 3,25

Kelas VIII-E
No Aspek Rata-rata
1 Kemandirian Perilaku Ekonomis 2,85
2 Landasan Hidup Religius 2,91
3 Kematangan Intelektual 3,06
4 Landasan Perilaku Etis 3,26
5 Kematangan Emosional 3,32
6 Peran Sosial Sebagai Pria dan Wanita 3,32
7 Wawasan dan Persiapan Karir 3,38

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 5


Kelas VIII-F
No Aspek Rata-rata
1 Landasan Hidup Religius 3,05
2 Landasan Perilaku Etis 3,20
3 Kematangan Intelektual 3,25
4 Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita 3,38
5 Kesadaran Tanggung jawab 3,42
6 Kemandirian Perilaku Etis 3,45

Kelas IX-A
No Aspek Rata-rata
1 Kesadaran Tanggung jawab 2,83
2 Kematangan Intelektual 3,07
3 Kemandirian Perilaku Etis 3,10
4 Kematangan Emosional 3,12
5 Landasan Hidup Religius 3,20
6 Peran Sosial Sebagai Pria dan Wanita 3,27
7 Wawasan dan Persiapan Karir 3,32

Kelas IX-B
No Aspek Rata-rata
1 Kemandirian Perilaku Etis 3,05
2 Kematangan Intelektual 3,13
3 Kemandirian Perilaku Ekonomis 3,15
4 Peran Sosial Sebagai Pria dan Wanita 3,23
5 Landasan Hidup Religius 3,27
6 Kesadaran Tanggung jawab 3,33

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 6


Kelas IX-C
No Aspek Rata-rata
1 Kemandirian Perilaku Ekonomis 2,81
2 Landasan Hidup Religius 2,94
3 Kematangan Intelektual 3,03
4 Peran Sosial Sebagai Pria dan Wanita 3,19
5 Landasan Perilaku Etis 3,31

Kelas IX-D
No Aspek Rata-rata
1 Kemandirian Perilaku Ekonomis 2,97
2 Kematangan Intelektual 3,05
3 Landasan Hidup Religius 3,21
4 Kematangan Emosional 3,32
5 Kesadaran Tanggung Jawab 3,34
6 Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita 3,34

Kelas IX-E
No Aspek Rata-rata
1 Kematangan Emosional 2,72
2 Kematangan Intelektual 2,78
3 Landasan Hidup Religius 2,97
4 Landasan Perilaku Etis 3,06
5 Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita 3,16
6 Kemandirian perilaku Ekonomis 3,19
7 Kesadaran Tanggung Jawab 3,22

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 7


Kelas IX-F
No Aspek Rata-rata
1 Landasan Hidup Religius 2,83
2 Kemandirian perilaku Ekonomis 2,90
3 Kematangan Intelektual 3,14
4 Landasan Perilaku Etis 3,21
5 Kesadaran Tanggung Jawab 3,28
6 Peran Sosial Sebagai Pria dan Wanita 3,31
7 Kematangan Emosional 3,34

Berdasarkan pengolahan data penyebaran angket terhadap peserta didik kelas


VIII (delapan) dan IX (sembilan) tersebut, ditemukan adanya kebutuhan program
bimbingan dan konseling dalam rangka mengembangkan aspek terendah.

B. Visi dan Misi


Visi dan misi SMP Sumatra 40 Bandung adalah :
Visi :
a. Menghasilkan lulusan yang berbudi luhur.
b. Mampu berpikir cerdas dan kreatif serta berjiwa patriatik, berwawasan
kebangsaan indonesia.
Misi :
a. Mewujudkan civitas akademik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
b. Membentuk pribadi peserta didik yang tertib, disiplin, kreatif dan mandiri.
c. Terbentuk pribadi yang memahami nilai-nilai luhur budaya bangsa
indonesia.

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 8


d. Menghargai nilai-nilai yang diwariskan para pejuang bangsa
e. Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan jaman yang sesuai dengan norma dan etika

Dari visi dan misi SMP Sumatra 40 Bandung tersebut diatas maka dirumuskan
visi dan misi bimbingan dan konseling di SMP Sumatra 40 Bandung, yaitu :

Visi :

Mewujudkan peserta didik yang berbudi luhur, memiliki kreativitas dan


mampu berjiwa besar.

Misi :

a. Membentuk kegiatan yang bernuansa religius.


b. Membentuk peserta didik yang cerdas dan berwawasan luas, disiplin serta
memiliki pemikiran yang kreatif.
c. Memahami nilai-nilai kemanusiaan, nilai budaya, nilai agama dan nilai-
nilai yang terdapat pada kehidupan sosial masyarakat.

C. Deskripsi Kebutuhan
Need Assessment di SMP Sumatra 40 diperoleh dari hasil pengolahan angket
dengan menggunakan ITP (inventori tugas perkembangan) pada semua kelas VIII
(delapan) dan IX (sembilan). Tugas perkembangan merupakan salah satu instrumen
yang dapat mengungkap perkembangan peserta didik, khususnya dalam
menyelesaikan tugas perkembangan peserta didik SMP yang meliputi aspek pribadi,
sosial, belajar dan karir.
Dapat dilihat bahwa di SMP Sumatra 40 Bandung pada keseluruhan kelas VIII
(delapan) dan IX (sembilan) diperoleh aspek terendah yaitu, landasan hidup religius,
landasan perilaku etis, kematangan emosional, kematangan intelektual, kesadaran
tanggung jawab, peran sosial sebagai pria atau wanita, kemandirian perilaku
ekonomis dan wawasan persiapan karir.
No Aspek Deskripsi Masalah Kebutuhan
1 Landasan Hidup Peserta didik meyakini bahwa Peserta didik menjadikan

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 9


Religius agama adalah sebagai pedoman agama sebagai pedoman
hidup. hidup.
Peserta didik mampu
mengamalkan nilai-nilai keimanan
dan ketakwaan terhadap tuhan
dalam kehidupan sehari-hari
Peserta didik dapat melaksanakan
ibadah sesuai dengan aturan yang
berlaku
2 Landasan Peserta didik mampu bersikap Peserta didik dapat menjaga
perilaku etis sopan dan santun perilakunya disekolah.
Peserta didik mampu saling
menghormati dengan orang lain
Peserta didik mampu mentaati
peraturan yang berlaku di
lingkungannya
3 Kematangan Peserta didik dapat mengelola Peserta didik mampu
emosional emosi sesuai dengan kapasitasnya mengendalikan diri, emosi
Peserta didik dapat serta perasaan.
memaksimalkan potensi dirinya
untuk mengatasi masalah yang
dihadapi
4 Kematangan Peserta didik mampu berpikir Peserta didik diharapkan
intelektual secara realistis dalam segala hal mampu memaksimalkan
Peserta didik dapat memunculkan kemampian akademik serta
solusi dan berpikir kreatif dalam memperluas wawasan.
setiap masalah yang dihadapinya
Peserta didik memiliki wawasan
dan pemahaman yang luas serta
daya nalar yang memadai
5 Kesadaran Peserta didik memahami hak dan Peserta didik memiliki
Tanggung kewajibannya sendiri pemahaman akan tugas dan

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 10


Jawab Peserta didik bertanggung jawab tanggung jawabnya dalam
atas tindakan pribadi lingkungannya.
Peserta didik mampu berpartisipasi
aktif pada lingkungan serta disiplin
6 Peran sosial Peserta didik mampu Peserta didik dapat berperan
sebagai pria mengkondisikan kodratnya sebagai dengan baik sesuai
atau wanita laki-laki atau perempuan gendernya.
Peserta didik dapat memahami cara
dan etika bagaimana menjadi
seorang laki-laki dan perempuan
7 Kemandirian Peserta didik mampu mengatur Peserta didik memahami
perilaku keuangannya dengan baik bahwa salah satu kebutuhan
ekonomis Peserta didik dapat meminimalisir hidup adalah kebutuhan akan
pengeluaran financial.
Peserta didik mempunyai
kesadaran untuk menabung
8 Wawasan Mengeksresikan Ragam Pekerjaan, Siswa bisa mempersiapkan
Persiapan Karir Pendidikan dan Aktivitas dengan karier sejak dini dan siswa
Kemampuan Diri mempunyai tujuan karier yang
jelas dan terarah

Dapat dilihat bahwa di SMP Sumatra 40 Bandung pada kelas keseluruhan


kelas VIII (delapan) dan IX (sembilan) diperoleh 8 aspek terendah dalam pencapaian
tugas perkembangannya, yaitu landasan hidup religius, landasan perilaku etis,
kematangan emosional, kematangan intelektual, kesadaran tanggung jawab, peran
sosial sebagai pria atau wanita, kemandirian perilaku ekonomis dan wawasan
persiapan karir.
Berdasarkan pada hasil inventori tugas perkembangan tersebut maka
pelaksanaan bimbingan dan konseling bagi peserta didik keseluruhan kelas VIII
(delapan) dan IX (sembilan) SMP Sumatra 40 Bandung mengacu pada 8 aspek
perkembangan terendah dari hasil analisis tersebut. Dengan harapan program yang
dibuat mampu membantu peserta didik keseluruhan kelas VIII (delapan) dan IX

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 11


(sembilan) di SMP Sumatra 40 Bandung mencapai tugas-tugas perkembangannya
secara optimal.

D. Tujuan
Secara umum tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah menengah pertama
adalah memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi mereka secara
optimal. Pencapaian kemandirian dan perkembangan optimal meliputi suatu kondisi
dimana peserta didik mampu mengenal dan memahami diri, berani menerima
kenyataan diri, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem
nilai, melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
Selain tujuan-tujuan yang disebutkan diatas maka peserta didik harus dapat
memahami landasan hidup religius, landasan perilaku etis, kematangan emosi,
kematangan intelektual, kesadaran tanggung jawab, kesadaran gender, pengembangan
pribadi, wawasan dan kesiapan karir serta kematangan hubungan dengan teman
sebaya.
Dengan tersusunnya program kerja Bimbingan dan Konseling dapat
dikomunikasikan kepada guru BK sejawat, guru mata pelajaran dan staf sekolah
lainnya serta kepala sekolah untuk selanjutnya menjadi rambu-rambu kerjasama
antara guru BK dengan semua personal sekolah.
Dalam penyusunan program ini disesuaikan dengan kebutuhan nyata peserta
didik, lengkap dan menyeluruh (memuat segenap fungsi BK), disusun menurut uraian
logis, sinkron dan tidak tumpang tindih serta terbuka dan luwes, dapat
memungkinkan kerjasama dengan pihak terkait, dimungkinkan untuk melaksanakan
penilaian dan tindak lanjut.

E. Komponen Program
1. Layanan dasar
Layanan dasar dalam bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh
peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan
hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangannya. Isi layanan dasar
bimbingan adalah hal-hal umum yang perlu dikembangkan bagi seluruh peserta didik.
Layanan yang diberikan dalam program bersifat pengembangan (developmental
approach).
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 12
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP sepenuhnya memperhatikan
karakteristik, tujuan pendidikan, kurikulum, dan peserta didik di SMP. Sebagai
pelayanan yang lengkap dan menyeluruh, pelayanan Bimbingan dan Konseling di
SMP mencakup bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan
bimbingan karir.
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang di kembangkan
menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif bertujuan untuk mengintervensi masalah-masalah atau
kepedulian pribadi peserta didik yang muncul segera dan dirasakan saat itu,
berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan masalah pengembangan
pendidikan. Isi layanan responsif ini adalah hal-hal yang menjadi kepedulian peserta
didik dalam jangka pendek, yang terjadi, dirasakan saat ini yang perlu mendapat
intervensi bimbingan dan konseling. Layanan yang diberikan bersifat perbaikan
(kuratif approach).
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan
konseli. Masalah-masalah tersebut yang dialami oleh konseli secara umum adalah
sebagai berikut: (a) merasa cemas tentang masa depan, (b) merasa rendah diri, (c)
berperilaku impulsive, (d) membolos dari sekolah, (e) malas belajar, (f) kurang
memiliki kebiasaan belajar yang positif, (g) kurang bisa bergaul, (h) prestasi belajar
rendah, (i) malas beribadah, (j) masalah pergaulan bebas, (k) masalah tawuran, (l)
manajemen stress, (m) masalah dalam keluarga.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan cara
asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai teknik,
misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara,
observasi, daftar hadir konseli, leger, psikotes, dan daftar masalah konseli atau alat
ungkap masalah (AUM).
3. Perencanaan Individual

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 13


Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa
depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta
pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar: 1) memiliki
pemahaman tentang diri dan lingkungannya, 2) mampu merumuskan tujuan,
perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut
aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan 3) dapat melakukan kegiatan
berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
Melalui pelayanan perencanaan individual, konseli diharapkan dapat:
a. Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir,
dan mengembangkan kemampuan sosial pribadi, yang didasarkan atas
pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah/madrasah, dunia kerja, dan
masyarakatnya.
b.  Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian
tujuannya.
c. Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
d. Mengambil keputusan yang mereflesikan perencanaan dirinya.

Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan


aspek akademik, karir, dan sosial pribadi.

4. Dukungan sistem
Dukungan sistem berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan
secara menyeluruh melalui pengembangan professional, hubungan masyarakat dan
staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas,
manajemen program, penelitian dan pengembangan.
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar
penyelenggaraan pelayanan di atas. Sedangkan bagi personil pendidikan lainnya
adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah.
Dukungan sistem meliputi aspek-aspek:
1) Pengembangan Jejaring (networking)

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 14


Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi: (a)
konsultasi dengan guru-guru; (b) menyelenggarakan program kerjasama dengan
orang tua atau masyarakat; (c) berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan sekolah; (d) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam
rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan konseli;
(e) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan
bimbingan dan konseling; dan (f) melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli
lain yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
2) Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui
kegiatan-kegiatan: (a) pengembangan program, (b) pengembangan staff; (c)
pemanfaatan sumber daya; dan (d) pengembangan penataan kebijakan.
3) Pengembangan Profesionalitas
Konselor secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan pengetahuan
dan keterampilannya melalui: (1) inservice training; (2) aktif dalam organisasi
profesi; (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar, workshop, atau (3)
melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (pascasarjana).
4) Pemberian konsultasi dan berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua,
staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah untuk memperoleh informasi,
dan umpan balik tentang pelayanan bantuan yang telah diberikannya kepada para
konseli, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan konseli,
melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin
kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan upaya
peningkatan mutu layanan bimbingan dan konseling. Pihak-pihak terkait, seperti: (1)
instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi seperti ABKIN, (4)
para ahli dalam bidang tertentu yang terkait seperti psikolog, psikiater, dokter, dan
orang tua konseli, (5) MGP, dan (6) Depnaker.
5) Manajemen Program

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 15


Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen)
yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.
6) Riset dan Pengembangan
Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktivitas konselor yang
berhubungan dengan pengembangan profesional secara berkelanjutan, meliputi: (a)
merancang, melaksanakan dan memanfaatkan penelitian dalam bimbingan dan
konseling untuk meningkatkan koalitas layanan bimbingan dan konseling, sebagai
sumber data bagi kepentingan kebijakan sekolah dan implementasi proses
pembelajaran, serta pengembangan program bagi peningkatan unjuk kerja profesional
konselor; (2) merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pengembangan
diri konselor profesional sesuai dengan standar kompetensi konselor; (3)
mengembangkan kesadaran komitmen terhadap etika profesional; dan (4) berperan
aktif di dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.
Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan
anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama
teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil, 1994). Sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang
sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan
dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil
(Stainback,1980).
Berdasarkan batasan tersebut pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem
layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat
tinggalnya. Semangat penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan
kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa
diskriminasi.

F. Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling


Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah merupakan
kegiatan yang sistematis, terarah dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pelayanan
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 16
bimbingan dan konseling selalu memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan,
kurikulum dan peserta didik. Untuk itu, penting sekali memahami bidang-bidang
bimbingan dan konseling. Terdapat empat bidang bimbingan dan konseling yang
menjadi ruang lingkup pelayanan.
Keempat bidang bimbingan dan konseling tersebut adalah: 
1. Bidang Bimbingan Pribadi
Bidang bimbingan pribadi yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami, menilai, mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan
minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya
secara realistik. Selanjutnya bidang bimbingan pribadi juga bertujuan membantu
peserta didik menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan
rohani. Layanan bimbingan pribadi adalah bantuan bagi siswa untuk menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mantap
dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.
a) Tujuan Pelayanan Bimbingan Pribadi  
 Mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi
 Individu mampu mengatasi, mengambil sikap dan memecahkan masalahnya
sendiri
 Individu mampu mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan
jasmani dan pengisian waktu luang
b) Ruang Lingkup Layanan Bimbingan Pribadi
 Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun untuk peranannya di masa depan
 Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran
dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif
 Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha
penanggulangannya
 Pemantapan kemampuan mengambil keputusan

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 17


 Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang
telah diambilnya
 Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat baik
secara rohaniah maupun jasmaniah.
c) Materi Layanan Bidang Bimbingan Pribadi
 Materi layanan bimbingan pribadi dalam layanan informasi. Informasi
tentang tahap-tahap perkembangan dapat mencakup perkembangan fisik,
motorik, bicara, emosi, bermain, kreativitas, pengertian, moral, seks dan
perkembangan kepribadian. Sedangkan informasi tentang keadaan
masyarakat dewasa ini dapat mencakup informasi tentang ciri-ciri
masyarakat maju, makna ilmu pengetahuan dan pentingnya IPTEK bagi
kehidupan manusia.
 Pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berkenaan dengan layanan
bimbingan pribadi dapat mencakup identitas individu, kejasmanian dan
kesehatan, riwayat pendidikan, prestasi, bakat dan minat.
 Layanan orientasi mencakup suasana, lembaga dan objek pengembangan

2. Bidang Bimbingan Sosial


Bidang bimbingan sosial yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab
kemasyarakatan dan kenegaraan.
a) Aspek-aspek Bimbingan Sosial
Selain problem yang menyangkut dirinya sendiri, individu juga dihadapkan
pada problem yang terkait dengan orang lain. Dengan perkataan lain, masalah
individu ada yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat sosial. Kadang-kadang
individu mengalami kesulitan atau masalah dalam hubungannya dengan individu lain
atau lingkungan sosialnya. Masalah ini dapat timbul karena individu kurang mampu
atau gagal dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang kurang sesuai
dengan keadaan dirinya.
Problem individu yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya misalnya :
 Kesulitan dalam persahabatan
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 18
 Kesulitan mencari teman
 Merasa terasing dalam aktivitas kelompok
 Kesulitan memperoleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok
 Kesulitan mewujudkan hubungan yang harmonis dalam keluarga
 Kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru.
b. Tujuan Bimbingan Sosial
Tujuan utama pelayanan bimbingan sosial adalah agar individu yang
dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya.
Bimbingan sosial juga bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan
mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu dapat
menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya.
c. Ruang Lingkup Bidang Sosial
 Pengembangan dan pemantapan kemampuan berkomunikasi dengan baik
melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif
 Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial dengan
menjunjung tinggi tata krama, sopan santun serta nila-nilai agama, adat,
peraturan dan kebiasaan yang berlaku
 Pengembangan dan pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan
produktif
 Pengenalan, pemahaman dan pemantapan tentang peraturan, kondisi dan
tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan serta upaya dan kesadaran untuk
melaksanakannya secara dinamis dan bertanggung jawab
 Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta
berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif
 Orientasi tentang hidup berkeluarga
d. Materi Layanan Bimbingan Sosial
 Layanan informasi tentang keadaan masyarakat dewasa ini dan  tentang cara-
cara bergaul
 Pelayanan Orientasi untuk bidang pengembangan hubungan
sosial meliputi suasana, lembaga dan objek-objek pengembangan sosial
seperti berbagai suasana hubungan sosial antar individu dalam keluarga,
organisasi atau lembaga tertentu, dalam acara sosial tertentu.
3. Bidang Bimbingan Belajar
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 19
Bidang bimbingan belajar yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri, serta membantu peserta didik untuk
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam
menguasai pengetahuan dan ketrampilan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun ke lapangan
pekerjaan tertentu.
a. Aspek-aspek Bimbingan Belajar
 Pengenalan kurikulum
 Pemilihan jurusan
 Cara belajar yang tepat
 Perencanaan pendidikan
b. Tujuan Bimbingan Belajar
Secara umum tujuan bimbingan belajar adalah membanti siswa agar mencapai
perkembangan yang optimal sehingga tidak menghambat perkembangan belajar
siswa. Sedangkan secara khusus, tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mampu
menghadapi dan memecahkan masalah belajar.
c. Ruang Lingkup Bimbingan Belajar  
 Pengembangan sikap kebiasaan dan ketrampilan belajar yang efektif dan
efesien serta produktif dengan sumber belajar yang bervariasi dan kaya
 Menumbuhkan disiplin siswa dalam belajar dan berlatih, baik secara mandiri
maupun kelompok
 Mengembangkan materi program belajar
 Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan
budaya lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan
pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan pribadi.
 Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih
tinggi.
d. Bentuk dan Materi Layanan Bimbingan Belajar
 Orientasi tentang tujuan institusional, isi kurikulum pembelajaran, struktur
organisasi sekolah, cara belajar yang tepat dan penyesuaian diri dengan
corak pendidikan di sekolah
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 20
 Penyadaran tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di
sekolah, lembaga belajar dan di rumah secara individual atau kelompok
 Bantuan dalam memilih jurusan atau program yang sesuai
 Pengumpulan data siswa yang berkenaan dengan kemampuan intelektual dan
lainnya
 Bantuan dalam mengatasi kesulitan belajar
 Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur
seluruh kegiatan belajar kelompok supaya berjalan efisien dan efektif.
4. Bidang  Bimbingan Karir
Bimbingan karir adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada individu
untuk dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan
dunia pendidikan maupun dunia karir. Dalam bidang bimbingan karir ini, pelayanan
bimbingan dan konseling ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan
dan memantapkan pilihan karir.
a. Faktor-Faktor Pokok dalam Perkembangan Karir
 Faktor internal, yaitu terkait dengan nilai-nilai kehidupan, taraf intelegensi,
bakat khusus, minat, sifat, pengetahuan dan keadaan jasmani
 Faktor eksternal, yaitu terkait dengan masyarakat, keadaan sosial ekonomi
negara atau daerah, status sosial ekonomi keluarga, pengaruh dari seluruh
anggota keluarga besar dan keluarga inti, pendidikan sekolah, pergaulan
dengan teman sebaya, tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan
dan pada setiap program studi atau latihan.
b. Ruang Lingkup Bimbingan Karir
 Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang
hendak dipilih dan dikembangkan
 Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya dan karir yang
hendak dipilih dan dikembangkan pada khususnya
 Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja, usaha dan memperoleh
penghasilan yang baik dan halal untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
 Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMP

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 21


 Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang
lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.
c. Tujuan Bimbingan Karir
Tujuan bimbingan karir di sekolah adalah agar siswa mampu memahami,
merencanakan, memilih, menyesuaikan diri dan mengembangkan karir tertentu
setelah mereka selesai dari pendidikannya. Dengan demikian, bimbingan karir di
sekolah tidak secara langsung membantu siswa untuk berkarir tetapi lebib banyak
bersifat informasi.
d. Bentuk dan Materi Layanan Bimbingan Karir
Beberapa jenis bimbingan karir yang dapat diberikan kepada siswa di sekolah
antara lain:
 Layanan informasi tentang diri sendiri yang mencakup kemampuan
intelektual, bakat khusus di bidang akademik, minat-minat umum dan
khusus, hasil belajar dalam segala bidang studi, sifat-sifat kepribadian yang
ada relevansinya dengan karir, nilai-nilai kehidupan kehidupan dan cita-cita
masa depan, ketrampilan khusus yang dimiliki siswa, kesehatan fisik dan
mental, kematangan vokasional dan lain sebagainya.
 Layanan informasi tentang lingkungan hidup yang relevan bagi perencanaan
karir yang mencakup informasi pendidikan, jabatan atau karir.
 Layanan penempatan yaitu usaha yang membantu siswa merencanakan masa
depannya selama masih di bangku sekolah atau madrasah dan sesudah
selesai pendidikan, dalam mengambil program studi tertentu sebagai studi
lanjutan atau langsung kerja. Tujuan layanan ini adalah agar siswa
menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan non
akademik yang menunjang perkembangannya dan semakin merealisasikan
rencana masa depannya. Layanan penempatan mencakup perencanaan masa
depan, pengambilan keputusan, penyaluran ke salah satu jalur studi
akademik, pemantapan dan reorientasi apabila diperlukan, pengumpulan
data.
 Layanan orientasi untuk bidang pengembangan karir mencakup suasana,
lembaga dan objek karir.
Dalam perkembangannya, bidang bimbingan terbagi menjadi tiga bidang,
yaitu bidang pribadi-sosial, bidang belajar dan bidang karir. Hal ini dikarenakan
Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 22
bidang pribadi dan bidang sosial saling berkaitan dan mempengaruhi. Individu
dikatakan memiliki pribadi yang baik, apabila individu tersebut juga memiliki
kemampuan untuk bersosial dengan baik.

G. Rencana Operasional
Rencana operasional berupa Action Plan yang di buat berdasarkan kebutuhan
pada masing-masing kelas. (Terlampir)

H. Pengembangan Tema/Topik
1. Layanan Orientasi
2. Layanan Informasi
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
4. Layanan Penguasaan Konten
5. Layanan Perorangan
6. Layanan Kelompok
7. Layanan Konsultasi
8. Layanan Mediasi
9. Layanan Advokasi
10. Layanan Pendukung Aplikasi Instrumentasi

I. Evaluasi dan Tindak Lanjut


Evaluasi dilaksanakan selama berlangsungnya program yang telah disusun
dan setelah program itu selesai, sehingga informasi yang didapat diharapkan akan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Evaluasi ini pun dilakukan untuk
memudahkan pembuatan program selanjutnya.
Konten program yang disusun berdasarkan kepada kebutuhan peserta didik,
karena dalam pembuatan program, konselor memberikan analisis kebutuhan peserta
didik melalui ITP dan menjadikan ITP sebagai pedoman dalam pembuatan program.
Kriteria keberhasilan program BK yaitu:
1. Adanya pemahaman diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri peserta didik
sehingga posisinya dapat berkembang secara optimal

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 23


2. Dapat memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik
3. Terpecahnya masalah peserta didik baik masalah belajar, pribadi, sosial,
maupun karir sehingga peserta didik dapat menyesuaikan dengan
lingkungannya.
Kriteria yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program
layanan bimbingan dan konseling mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat langsung maupun
tidak langsung berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan perilaku
kearah yang lebih baik. Sasaran evaluasi difokuskan kepada :
1. Perubahan perilaku peserta didik sebelum dan setelah mereka memperoleh
layanan bimbingan.
2. Pihak sekolah dalam memberikan kontribusi dan dukungan terhadap
program bimbingan dan konseling.
3. Proses pelaksanaan program.

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 24


DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di


Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press
Deni Febrini. 2001. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: TERAS
Hallen A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Winkel, W.S. M.M. Sri Hastuti. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia

Program Bimbingan dan Konseling VIII-IX 25

Anda mungkin juga menyukai