Laporan
Laporan
OLEH
213213320
PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN
2022
1. Definisi
Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif , sama halnya saat seseorang sedang
mencium bau busuk atau pun bau harum, mengecap rasa manis atau asin, yang
kesemuanya merupakan persepsi panca indra dan dirasakan oleh manusia sejak lahir.
Walaupun begitu, nyeri berbeda dengan stimulus panca indra karena stimulus nyeri
merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau yang berpotensi
menyebabkan kerusakan jaringan ( Meliala,2004 ).
2. Klasifikasi Nyeri
c. Nyeri viseral
Klasifikasi yang dikembangkan oleh IASP didasarkan pada lima aksis yaitu :
Aksis III : Karakteristik nyeri atau pola timbulnya nyeri ( tunggal, reguler,
kontinyu )
b. Nyeri neurogenik
Nyeri yang didahului atau yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada sistem saraf perifer. Hal ini disebabkan oleh cedera pada jalur
serat saraf perifere. Sensasi yang dirasakan adalah sensasi panas dan seperti
ditusuk - tusuk dan kadang disertai hilangnya rasa atau adanya sara tidak
enak pada perabaan. Nyeri neurogenik dapat menyebabkan terjadinya
allodynia.
c. Nyeri psikogenik
Nyeri ini berhubungan dengan gangguan jiwa misalnya rasa cemas dan
depresi. Nyerinya akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien tenang.
a. Nyeri akut
2. Nyeri somatik dalam : Nyeri tumpul pada otot rangka, sendi, dan
jaringat ikat
b. Nyeri kronik
Nyeri yang dirasakan secara berkepanjangan dapat berbulan - bulan
tanpa tanda - tanda aktivitas otonomon kecuali serangan akut. Nyeri tersebut
dapat berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
( penyakit/operasi ) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan. Nyeri ini disebabkan oleh :
a. Nyeri onkologi
a. Nyeri ringan adalah nyeri hilang timbul, terutama saat beraktivitas sehari
hari dan menjelang tidur.
c. Nyeri berat adalah nyeri terus menerus sepanjang hari, penderita tidak
bisa tidur dan dering terjaga akibat nyeri.
Salah satu fungsi sistem saraf yang paling penting yaitu menyampaikan
informasi tentang ancaman kerusakan tubuh.. Saraf yang dapat mendeteksi nyeri
tersebut dinamakan Nociception. Nociception termasuk menyampaikan ke perifer
dari reseptor khusus pada jaringan ( nociseptor ) kepada struktur sentral pada otak.
Sistem nyeri mempunyai beebrapa komponen yaitu :
f. Keterlibatan area yang lebih tinggi pada perasaan nyeri, komponen afektif
nyeri, komponen afektif nyeri, ingatan tentang nyeri dan nyeri yang dihubungkan
dengan respon motoris ( termasuk withdrawl respon ).
4. Etiologi / Penyebab
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, fisik, thermos,
elektrik, neoplasma, ( jinak dan ganas ), peradangan ( Inflamasi ), gangguan sirkulasi
darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
( Handayani, 2015 ).
5. Patofisiologi Nyeri
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, fisik, thermos,
elektrik, neoplasma, ( jinak dan ganas ), peradangan ( Inflamasi ), gangguan sirkulasi
darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
Pathway Nyeri
Gambar 1.2 Pathway Nyeri
6. Tanda dan Gejala
7. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila terdapat nyeri pada bagian
Abdomen
a. Modalitas fisik Latihan fisik, pijatan, vibrasi, stimulasi kutan (TENS), tusuk
jarum, perbaikan posisi, imobilisasi, dan mengubah pola hidup.
1. Pengkajian
Tanda dan gejala mayor pada nyeri akut terdiri dari subjektif yaitu mengeluh
nyeri dan objektif yaitu tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur). Tanda dan
gejala minor diantaranya objektif yaitu tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, dan diaforesis. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah salah satu fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan tersebut. Tindakan
keperawatan merupakan perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Pada proses
implementasi biasanya mencakup yaitu mengkaji kembali pasien, menentukan
kebutuhan perawat terhadap bantuan, mengimplementasikan intevensi
keperawatan, melakukan supervisi terhadap asuhan yang didelegasikan, dan
mendokumentasikan tindak keperawatan. Setelah melaksanakan tindakan
keperawatan perawat menyelesaikan fase implementasi dengan mencatat
intervensi dan respons klien dalam catatan kemajuan keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi
adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan
profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi merupakan
aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau
diubah. Proses evaluasi keperawatan memiliki lima komponen antara lain
megumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan,
membandingkan data dengan hasil, menghubungkan tindakan keperawatan
dengan hasil, menarik kesimpulan tentang status masalah, meanjutkan,
memodifikasi, atau mengakhiri rencana asuhan keperawatan.
a) Pengkajian
Berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau
tertusuk.
R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala)
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi
nyeri.
1) Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering
mengubah posisi dan menghindari tekanan nyeri.
2) Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang nyeri,
suhu meningkat.
b) Perencanaan
1) Prioritas
Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan :
Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan:
-Gangguan sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit pucat
-Iritasi pada daerah ginjal ditandai dengan nyeri pada perut bagian
bawah.
-Eliminasi urin ditandai dengan sakit/ nyeri saat pengeluaran urin.
2) Rencana keperawatan
a) Tujuan
Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang.
b) Kriteria hasil
-Pasien menunjukan penurunan skala nyeri
-Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.
Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab, kualitas, 1. Menentukan sejauh mana nyeri
lokasi, frekuensi, dan skala nyeri yang dirasakan dan untuk
memudahkan member intervensi
2. Monitor tanda-tanda vital, selanjutnya.
perhatikan takikardia, hipertensi, 2. Dapat mengidentifikasi rasa sakit
dan peningkatan pernafasan. dan ketidaknyamanan
3. Ajarkan tehnik distraksi dan
relaksasi 3. Membantu pasien menjadi rileks,
menurunkan rasa nyeri, serta
4. Beri posisi yang nyaman untuk mampu mengalihkan perhatian
pasien pasien dari nyeri yang dirasakan
4. Mengurangi rasa sakit,
5. Beri Health Education (HE) meningkatkan sirkulasi, posisi
tentang nyeri semifowler dapat mengurangi
tekanan dorsal.
6. Kolaborasi dalam pemberian 5. Pasien mengerti tentang nyeri
terapi analgesik seperti yang dirasakan dan menghindari
hal-hal yang dapat memperparah
nyeri.
6. Menekan susunan saraf pusat pada
thalamus dan korteks serebri
sehigga dapat mengurangi rasa
sakit/ nyeri
c) Evaluasi
1) Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8
menjadi 5 dari 10 skala yang diberikan.
2) Merasa nyaman dan dapat istirahat
Benzon, et al., The Assesment of Pain, In Essential of Pain Medicine and Regional
Latief, S.A., Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi II, Bag Anestesiologi dan Terapi