Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN ( NYERI )

OLEH

NI MADE MIRAH MAHESWARI

213213320
PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2022

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini


dapat berbeda dalam segi intensitas ( Ringan, sedang, berat ), kualitas ( Tumpul,
seperti terbakar, tajam), Durasi ( Transien, intermiten, persisten ), dan penyebaran
( Superfisial, atau dalam, terlokalisir atau difus ). Meskipun nyeri suatu sensasi, nyeri
memiliki komponen kognitf dan emosional, yang digambarekan dalam suatu bentuk
penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan dapat membuat
perubahan out put otonom ( Meliala,2004 ).

Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif , sama halnya saat seseorang sedang
mencium bau busuk atau pun bau harum, mengecap rasa manis atau asin, yang
kesemuanya merupakan persepsi panca indra dan dirasakan oleh manusia sejak lahir.
Walaupun begitu, nyeri berbeda dengan stimulus panca indra karena stimulus nyeri
merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau yang berpotensi
menyebabkan kerusakan jaringan ( Meliala,2004 ).
2. Klasifikasi Nyeri

Berdasarkan sumber nyeri, maka nyeri dapat dibagi menjadi :

a. Nyeri somatik luar

Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit, jaringan subkutan dan


membran mukosa. Nyeri yang dirasakan biasanya seperti terbakar, jatam
dan terlokalisir.

b. Nyeri somatik dalam

Nyeri tumpul ( dullnes ) dan tidak terlokalisasi dengan baik akibat


dari rangsangan pada otot rangka, tulang, sendi, jaringan kulit.

c. Nyeri viseral

Nyeri yang dikarenakan perangsangan organ viseral atau membran yang


menutupinya ( pleura, parietalis, perikardium, peritoneum ). Nyeri tipe ini
dibagi lagi menjadi nyeri viseral terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisasi,
nyeri alih viseral dan nyeri alih parietal.

Klasifikasi yang dikembangkan oleh IASP didasarkan pada lima aksis yaitu :

Aksis I : Regio atau lokasi anatomi nyeri

Aksis II : Sistem organ primer di tubuh yang berhubungan


dengan timbulnya nyeri

Aksis III : Karakteristik nyeri atau pola timbulnya nyeri ( tunggal, reguler,
kontinyu )

Aksis IV : Awitan terjadinya nyeri

Aksis V : Etiologi nyeri

Berdasarkan jenisnya nyeri juga dapat diklasifikasikan menjadi :


a. Nyeri nosiseptif

Yang dikarenakan oleh kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral.


Stimulasi dari nosiseptor baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mengakibatkan pengeluaran mediator inflamasi dari jaringan, sel imun, dan
ujung saraf sensoris dan simpatik.

b. Nyeri neurogenik

Nyeri yang didahului atau yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada sistem saraf perifer. Hal ini disebabkan oleh cedera pada jalur
serat saraf perifere. Sensasi yang dirasakan adalah sensasi panas dan seperti
ditusuk - tusuk dan kadang disertai hilangnya rasa atau adanya sara tidak
enak pada perabaan. Nyeri neurogenik dapat menyebabkan terjadinya
allodynia.

c. Nyeri psikogenik

Nyeri ini berhubungan dengan gangguan jiwa misalnya rasa cemas dan
depresi. Nyerinya akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien tenang.

Berdasarkan Timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Nyeri akut

Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri ini


ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi, hipertensi,
hiperhidrosis, pucat dan midriasis dan perubahan pada wajah seperti
menyeringai atau menangis. Bentuk nyeri akut dapar berupa

1. Nyeri somatik luar : Nyeri tajam dikulit, subkutis dan mukosa

2. Nyeri somatik dalam : Nyeri tumpul pada otot rangka, sendi, dan
jaringat ikat

3. Nyeri viseral : Nyeri akibat dari disfungsi organ viseral

b. Nyeri kronik
Nyeri yang dirasakan secara berkepanjangan dapat berbulan - bulan
tanpa tanda - tanda aktivitas otonomon kecuali serangan akut. Nyeri tersebut
dapat berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
( penyakit/operasi ) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan. Nyeri ini disebabkan oleh :

1. Kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf

2. Non kanker akibat trauma, proses degenerasi, dll

Berdasarkan penyebabnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi menjadi

a. Nyeri onkologi

b. Nyeri non onkologik

Berdasarkan derajat nyeri dapat dikelompokkan menjadi :

a. Nyeri ringan adalah nyeri hilang timbul, terutama saat beraktivitas sehari
hari dan menjelang tidur.

b. Nyeri sedang adalanya nyeri terus menerus, aktivitas terganggu yang


hanya hilang apabila penderita tidur

c. Nyeri berat adalah nyeri terus menerus sepanjang hari, penderita tidak
bisa tidur dan dering terjaga akibat nyeri.

3. Fisiologi dan Anatomi Nyeri

Salah satu fungsi sistem saraf yang paling penting yaitu menyampaikan
informasi tentang ancaman kerusakan tubuh.. Saraf yang dapat mendeteksi nyeri
tersebut dinamakan Nociception. Nociception termasuk menyampaikan ke perifer
dari reseptor khusus pada jaringan ( nociseptor ) kepada struktur sentral pada otak.
Sistem nyeri mempunyai beebrapa komponen yaitu :

a. Reseptor khusus yang disebut nociceptors, pada sistem saraf perifer,


medeteksi dan menyaring intensitas dan tupe stimulus noxious.

b. Saraf aferen primer ( saraf A-delta dan C ) mentranmisikan stimulus


noxious ke CNS
c. Kornu dorsalis medulla spinalis adalah dimana terjadi hubungan antara
serat aferen primer dengan neuron kedua dan tempat diaman terjadinya hubungan
antara serat sferen primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks hubungan
antara lokal esitasi dan inhibitor intermeuron dan traktus desenden inhibitor dari
otak.

d. Traktus asending nosiseptik ( antara lain traktus spinothalamikus lateralis


dan ventralis ) menyampaikan sinyal kepada area yang lebih tinggi pada thalamus

e. Traktus thalamo-kortikalis yang menghubungkan thalamus sebagai pusat


relay sesibilitas ke korteks cerebralis pada girus post sentralis

Gambar 1.1 Jalur sensabilitas

f. Keterlibatan area yang lebih tinggi pada perasaan nyeri, komponen afektif
nyeri, komponen afektif nyeri, ingatan tentang nyeri dan nyeri yang dihubungkan
dengan respon motoris ( termasuk withdrawl respon ).

g. Sistem inhibitor desenden mengubah impuls nosiseptik yang datang pada


level medulla spinalis.

4. Etiologi / Penyebab
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, fisik, thermos,
elektrik, neoplasma, ( jinak dan ganas ), peradangan ( Inflamasi ), gangguan sirkulasi
darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
( Handayani, 2015 ).

Menurut ( PPNI,2016 ) beberapa penyebab teerjadinya nyeri akut seperti agen


pencedera fisik ( Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebih ). Menurut ( Haryono, 2012 ) pada pasien pasca
operasi akan mengalami nyeri kaut yang berhubungan dengan agen injuri fisik ( Insisi
pembedahan ).

5. Patofisiologi Nyeri

Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, fisik, thermos,
elektrik, neoplasma, ( jinak dan ganas ), peradangan ( Inflamasi ), gangguan sirkulasi
darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis

Bila terjadinya kerusakan jaringan/ancaman kerusakan jaringan tubuh, seperti


pembedahan akan menghasilkan sel - sel rusak dengan konsekuensi akan
mengeluarkan zat - zat kimia bersifat algesik yang berkumpul sekitarnya dan dapat
menimbulkan nyeri. Setelah itu akan terjadi pelepasan beberapa jenis mediator seperti
zat - zat algesik, sitokin, serta produk - produk seluler yang lain, seperti metabolit
eicosinoid, radikal bebas dan lain - lain. Mediator - mediator ini dapat menimbulkan
efek melalui mekanisme spesifik.

Tabel 1.1 Zat - zat yang timbul akibat nyeri

Menim Efek pada


bulkan aperen primer
Zat Sumber
nyeri

Kalium Sel - sel rusak ++ Mengaktifkan

Seroronin Trombosis ++ Mengaktifkan

Bradikinin Kininogen plasma +++ Mengaktifkan


Histramin Sel - sel mast + Mengaktifkan

Prostaglandin Asam arakidonat dan sel rusak ± Sensitisasi

Lekotrien Asam arakidonat dan sel rusak ± Sensitisasi

Substansi P Aferen primer ± Sensitisasi

Pathway Nyeri
Gambar 1.2 Pathway Nyeri
6. Tanda dan Gejala

a. Mengalami gangguan tidur

b. Letak posisi seperti menghindari daerah yang terasa nyeri

c. Terdapat gerakan yang menghindari nyeri

d. Raut wajah meringis atau menangis kesakitan

e. Terjadi perubahan nafsu makan

f. Tekanan darah meningkat

g. Terjadi peningkatan pada nadi

h. Terjadi peningkatan pada pernafasan

7. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,


keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan
pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan,
atau suara napas tambahan.
8. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila terdapat nyeri pada bagian
Abdomen

2. Melakukan pemeriksaan RONTGEN untuk mengetahui tulang atau


organ dalam yang abnormal

3. Melakukan pemeriksaan LAB untuk data penunjang lainnya


4. Melakukan pemeriksaan CT SCAN untuk mengetahui apakah ada
cedera kepala jika ada pembuluh darah yang pecah di otak

9. Therapy/ Tindakan penanganan

1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya keridakpercayaan,


kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik berikut
ini :

 Teknik latihan pengalihan : a. Menonton televisi


b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru –
paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot –
otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama
sambil terus berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir
10. Penatalaksanaan Nyeri Akut
Nyeri akut sering dikelola dengan tidak memadai. Ini tidak seharusnya demikian.
Kontrol nyeri sering bisa diperbaiki dengan strategi sederhana, yaitu nilai nyeri, atasi
dengan obat dan teknik yang sudah ada, nilai kembali nyeri setelah terapi dan bersiap
untuk memodifikasi pengobatan jika perlu. Analgesia yang baik mengurangi
komplikasi pasca bedah seperti infeksi paru, mual dan muntah, DVT ,dan ileus.
Penyebabnya biasanya lebih mudah dapat ditentukan, sehingga
penanggulangannya biasanya lebih mudah pula. Nyeri akut ini akan mereda dan
hilang seiring dengan laju proses penyembuhan jaringan yang sakit. Semua obat
analgetika efektif untuk menanggulangi nyeri akut ini. Diagnosa penyebab nyeri akut
harus ditegakkan lebih dahulu. Bersamaan dengan usaha mengatasi penyebab nyeri
akut, keluhan nyeri penderita juga diatasi. Intinya, diagnosa penyebab ditegakkan,
usaha mengatasi nyeri sejalan dengan usaha mengatasi penyebabnya.

Setelah diagnosis ditetapkan, perencanaan pengobatan harus disusun. Untuk itu


berbagai modalitas pengobatan nyeri yang beraneka ragam dapat digolongkan sebagai
berikut13 :

a. Modalitas fisik Latihan fisik, pijatan, vibrasi, stimulasi kutan (TENS), tusuk
jarum, perbaikan posisi, imobilisasi, dan mengubah pola hidup.

b. Modalitas kognitif-behavioral Relaksasi, distraksi kognitif, mendidik pasiern,


dan pendekatan spiritual.

c. Modalitas Invasif Pendekatan radioterapi, pembedahan, dan tindakan blok


saraf.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Terdapat dua jenis pengkajian yaitu pengkajian skrining dan pengkajian


mendalam. Pengkajian skrining merupakan langkah awal pengumpulan data, data
yang dihasilkan dalam pengkajian skrining yaitu untuk menentukan apakah data
itu normal atau abnormal. Jika beberapa data ditafsirkan abnormal maka
pengkajian mendalam dilakukan untuk mendiagnosis pasien secara akurat
(Herdman & Kamitsuru, 2015). Pengkajian nyeri akronim PQRST digunakan
untuk mengkaji keluhan nyeri pada pasien yang meliputi :

P : Apakah yang menyebabkan gejala? apa saja yang dapat mengurangi


dan memperberatnya?

Q : Bagimana gambaran rasa nyerinya? Apakah seperti diiris,


tajam, ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar, kram, kolik, diremas
berdenyut-denyut? (biarkan pasien mengatakan dengan kata-katanya
sendiri)

R : Apakah nyerinya menyebar? menyebar kemana? Apakah nyeri


terlokalisasi di satu titik atau bergerak?
S : Seberapa keparahan dirasakan (nyeri dengan skala berapa)? (1-10)

T : Kapan mulai timbul? seberapa sering gejala terasa? Apakah tiba-tiba


atau bertahap?

Tanda dan gejala mayor pada nyeri akut terdiri dari subjektif yaitu mengeluh
nyeri dan objektif yaitu tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur). Tanda dan
gejala minor diantaranya objektif yaitu tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, dan diaforesis. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons


klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Berdasarkan masalah, penyebab, serta tanda dan gejala, maka dapat


dirumuskan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur), tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
dan diaforesis.

3. Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat


yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan. Klasifikasi intervensi keperawatan nyeri akut
termasuk ke dalam kategori psikologis yang ditujukan untuk mendukung fungsi
dan proses mental dan termasuk ke dalam sub kategori nyeri dan kenyamanan
yang memuat kelompok intervensi keperawatan yang meredakan nyeri dan
meningkatkan kenyamanan.
Luaran keperawatan memiliki tiga komponen utama yaitu label, ekspetasi,
dan kriteria hasil. Label merupakan kondisi perilaku atau persepsi pasien yang
dapat diubah atau diatasi dengan intervensi keperawatan. Ekspektasi merupakan
penilaian terhadap hasil yang diharapkan tercapai, ekspektasi menggambarkan
seperti apa kondisi, perilaku, atau persepsi pasien akan berubah setelah diberikan
intervensi keperawatan. Kriteria hasil merupakan karakteristik pasien yang dapat
diamati atau diukur oleh perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai
pencapaian hasil intervensi keperawatan.

4. Implementasi Keperawatan

Pada proses keperawatan, implementasi adalah salah satu fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan tersebut. Tindakan
keperawatan merupakan perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Pada proses
implementasi biasanya mencakup yaitu mengkaji kembali pasien, menentukan
kebutuhan perawat terhadap bantuan, mengimplementasikan intevensi
keperawatan, melakukan supervisi terhadap asuhan yang didelegasikan, dan
mendokumentasikan tindak keperawatan. Setelah melaksanakan tindakan
keperawatan perawat menyelesaikan fase implementasi dengan mencatat
intervensi dan respons klien dalam catatan kemajuan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi
adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan
profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi merupakan
aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau
diubah. Proses evaluasi keperawatan memiliki lima komponen antara lain
megumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan,
membandingkan data dengan hasil, menghubungkan tindakan keperawatan
dengan hasil, menarik kesimpulan tentang status masalah, meanjutkan,
memodifikasi, atau mengakhiri rencana asuhan keperawatan.

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP


(subjective, objective, assesment, planning). Adapun komponen SOAP yaitu S
(subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah
tindakan diberikan, O (objektive) merupakan informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan, A (assesment) yaitu membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dirumuskan, P (planing)
adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa.

a) Pengkajian
Berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau
tertusuk.
R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala)
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi
nyeri.
1) Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering
mengubah posisi dan menghindari tekanan nyeri.
2) Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang nyeri,
suhu meningkat.
b) Perencanaan
1) Prioritas
Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan :
Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan:
-Gangguan sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit pucat
-Iritasi pada daerah ginjal ditandai dengan nyeri pada perut bagian
bawah.
-Eliminasi urin ditandai dengan sakit/ nyeri saat pengeluaran urin.
2) Rencana keperawatan
a) Tujuan
Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang.
b) Kriteria hasil
-Pasien menunjukan penurunan skala nyeri
-Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.

Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab, kualitas, 1. Menentukan sejauh mana nyeri
lokasi, frekuensi, dan skala nyeri yang dirasakan dan untuk
memudahkan member intervensi
2. Monitor tanda-tanda vital, selanjutnya.
perhatikan takikardia, hipertensi, 2. Dapat mengidentifikasi rasa sakit
dan peningkatan pernafasan. dan ketidaknyamanan
3. Ajarkan tehnik distraksi dan
relaksasi 3. Membantu pasien menjadi rileks,
menurunkan rasa nyeri, serta
4. Beri posisi yang nyaman untuk mampu mengalihkan perhatian
pasien pasien dari nyeri yang dirasakan
4. Mengurangi rasa sakit,
5. Beri Health Education (HE) meningkatkan sirkulasi, posisi
tentang nyeri semifowler dapat mengurangi
tekanan dorsal.
6. Kolaborasi dalam pemberian 5. Pasien mengerti tentang nyeri
terapi analgesik seperti yang dirasakan dan menghindari
hal-hal yang dapat memperparah
nyeri.
6. Menekan susunan saraf pusat pada
thalamus dan korteks serebri
sehigga dapat mengurangi rasa
sakit/ nyeri

c) Evaluasi
1) Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8
menjadi 5 dari 10 skala yang diberikan.
2) Merasa nyaman dan dapat istirahat

Gambar 1.3 Skala Nyeri Analog

Gambar 1.4 Skala Wajah

a. Gambar Skala Wajah


Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan
wajah bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan"
rasa nyeri. Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Avidan, M., Pain Managemnet, In Perioperative Care, Anaesthesia, Pain

Management and Intensive Care, London, 2003, 78-102

Benzon, et al., The Assesment of Pain, In Essential of Pain Medicine and Regional

Anaesthesia, 2 nd ed, Philadelphia, 2005

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi


Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi


dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Latief, S.A., Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi II, Bag Anestesiologi dan Terapi

Intensif FK UI, Jakarta, 2001.

Mangku, G., Diktat Kumpulan Kuliah, Bagian/SMF Anestesiologi dan Reanimasi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, 2002.


Sutjahjo, Rita A., Pain Relief In Trauma, Bagian/SMF Anestesiologi dan

Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, 2003.

Anda mungkin juga menyukai